com
1. Departemen Viscose
Departemen viscose merupakan departemen yang menghasilkan produk antara
yaitu larutan viscose (larutan kental seperti larutan madu yang berwarna orange
kecoklatan) yang akan dijadikan bahan baku proses di departemen spinning.
Departemen viscose ini terdiri dari beberapa unit proses yaitu:
a. Soda station
b. Slurry mixer (pulper)
c. Homogenizer
d. Slurry press
e. Maturing drum
f. Silo (hopper room)
g. Simplex / Xanthator / Churn
h. Dissolver
i. Ripening room (filtrasi)
j. Refrigeration
Larutan NaOH dipompakan dari storage tank ke ABS tank secara kontinyu dengan
3
laju alir 4 - 6 m /jam. Pada ABS tank ini terjadi proses pengenceran dengan
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 1/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
penambahan soft water hingga diperoleh NaOH dengan konsentrasi 45%. Pada ABS
sistem terjadi proses penyerapan (absorpsi) uap air sehingga diperoleh konsentrasi
NaOH sebesar 41 - 43%. ABS tank berjumlah 2 buah.
c. Caustic dissolver
Dari ABS sistem larutan NaOH 41 - 43% dialirkan ke caustic dissolver dan terjadi
pengenceran kembali dengan penambahan soft water hingga mencapai konsentrasi
30%.
d. Settler tank
Larutan NaOH dimasukkan ke dalam settler tank secara gravitasi selama 70 - 72 jam
(3 hari) untuk mengendapkan kotoran yang kemungkinan masih terbawa sehingga
didapatkan larutan NaOH yang lebih murni. Settler tank berjumlah 14 buah.
e. Desludge tank
Larutan NaOH yang keluar dari settler dimasukkan ke dalam desludge tank selama 2
- 3 hari. Endapan yang tersisa diumpankan kembali ke dalam caustic dissolver.
f. Strong lye head dan press lye tank
Dari desludge tank larutan NaOH dipompakan ke dalam strong lye head tank
kemudian dialirkan ke dalam press lye tank dan dilakukan pengenceran kembali
hingga konsentrasinya mencapai 18%. Selain itu press lye tank juga mendapat
umpan recycle dari filtrate slurry press.
g. Press lye overflow tank (PLOF tank)
Overflow pada press lye tank tersebut dialirkan ke dalam PLOF tank selama kurang
lebih 20 jam yang bertujuan untuk mengendapkan kotoran dan slurry berupa
hemisellulosa.
h. Cricket filter dan sharpless clarifier
Dari PLOF tank filtrat dibagi menjadi dua aliran kemudian mengalami pemurnian di
dalam cricket filter yang berjumlah 2 buah dan sharpless clarifier yang berjumlah 7
buah.
i. Clarifier tank
Dari cricket filter dan sharpless clarifier dilanjutkan ke dalam clarifier tank untuk
dilakukan pengendapan lagi agar diperoleh larutan NaOH yang lebih murni lagi.
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 2/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 3/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
1.3 Homogenizer
Bubur yang dihasilkan dari slurry mixer dipompakan ke dalam homogenizer
untuk dihomogenkan dengan cara pengadukan kontinyu. Hal ini perlu dilakukan karena
alkcell yang dihasilkan dari slurry mixer adalah dengan sistem batch sehingga
komposisi dari sistem batch tidak sama. Pada homogenizer ditambahkan katalis MnSO4
0,3 - 0,35%V sebanyak 1,8 L tiap batch untuk mempercepat proses pemutusan derajat
polimerisasi pada saat pemeraman.
polimerisasi antara 900 - 1200. Maturing drum yang digunakan berupa silinder panjang
horizontal yang dilengkapi dengan water jacket untuk mempertahankan temperatur inlet
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 4/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
dan outlet alkcell crumb sehingga temperatur keluaran dari maturing drum menjadi 42 -
45°C. Maturing drum memiliki kemiringan 6° dan bergerak memutar dengan kecepatan
0,25 putaran/menit. Dalam water jacket terdapat aliran steam dan chilled water untuk
mempertahankan suhu dalam maturing drum.
Di dalam maturing drum, alkcell mengalami pematangan dan depolimerisasi yaitu
pemutusan ikatan molekul menjadi lebih pendek melalui proses oksidasi. Derajat
polimerisasi alkcell menurun menjadi 270 - 290. Pematangan alkcell dimaksudkan
untuk mengondisikan alkcell agar dapat bereaksi dengan CS 2 pada proses berikutnya.
Kematangan alkcell ini dapat dikontrol dengan memeriksa kekentalan alkcell atau harga
Ball Fall (BF) yang diharapkan antara 55 - 66 detik. Ball Fall atau viskositas adalah
waktu yang dibutuhkan untuk jatuhnya sebuah bola baja dengan ukuran 0,125 inci
sepanjang 20 cm di dalam larutan viscose yang terdapat dalam glass test tube diameter 1
inci dengan temperatur viscose 20°C.
Proses depolimerisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain temperatur dan
pemeraman. Semakin tinggi temperatur di dalam maturing drum maka viskositas
semakin rendah. Jika komposisi serat softwood lebih banyak maka temperatur
pemeraman akan lebih tinggi untuk menghasilkan derajat polimerisasi yang sama.
Semakin lama pemeraman maka viskositas larutan semakin rendah . Pemeraman
bergantung pada kecepatan putar maturing drum. Jika maturing drum berputar terlalu
cepat maka waktu pemeraman akan semakin pendek sehingga reaksi depolimerisasi
tidak sempurna. Proses pemeraman di maturing drum berlangsung selama 5 - 6 jam.
Pengecekan temperatur dan viskositas dilakukan setiap satu jam sekali.
Dari maturing drum alkcell didinginkan dalam cooling device dengan
menggunakan udara yang berasal dari ripening room untuk menghentikan proses
depolimerisasi alkcell sehingga diperoleh suhu alkcell 30°C. Kemudian alkcell ditiup
dengan blower ke silo sebagai tempat penampungan alkcell.
diatur dengan membuka dan menutup feed gate yang dilengkapi dengan metal detector
yang digerakkan secara otomatis. Penampungan dilakukan per batch. Kapasitas dari silo
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 5/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
di viscose 1 adalah 2400 kg yang terisi setiap 15 menit sedangkan pada viscose 2 adalah
10500 kg yang terisi setiap 40 menit. Silo dilengkapi dengan alat pengontrol berat dan
motor vibrator yang bergetar untuk menjatuhkan alkcell dengan metode gravitasi
menuju xanthator di simplex room.
alkcell xanthat yang larut dalam air sedangkan reaktan (alkcell) tidak larut dalam air.
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 6/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
1.8 Dissolver
Larutan viscose dari tangki xanthator dialirkan ke dissolver dengan tujuan untuk
pengadukan lebih lanjut agar lebih homogen walaupun larutan viscose sudah matang.
Untuk sebuah xanthator digunakan 2 buah dissolver. Waktu pengadukan dalam
dissolver adalah 2 kali waktu pereaksian di xanthator. Oleh karena itu digunakan 2 buah
dissolver agar lebih efisien. Dissolver dilengkapi dengan impeller untuk pengadukan
selama 2 jam pada temperatur 20°C.
Temperatur diusahakan konstan agar Ripening Index (RI) dan tingkat kekentalan
(BF) larutan viscose dapat dijaga sesuai dengan yang diharapkan. Ripening index adalah
banyaknya larutan NH4Cl 10% yang dibutuhkan untuk mengoagulasikan campuran 20
3
gram larutan viscose dan 30 cm air pada suhu 20°C. Nilai RI yang baik adalah 9,5 -
10,5. Nilai BF yang diharapkan adalah 60 - 70. Bila RI tinggi maka harga BF akan
rendah, temperatur dissolver rendah, dan konsentrasi alkcell dalam larutan viscose
rendah.
Dari dissolver larutan viscose dipompa dan disimpan dalam blender untuk
dihaluskan. Blender dilengkapi dengan impeller dan disintegrator yang berfungsi untuk
menyirkulasikan larutan viscose. Larutan viscose dari blender dipompa oleh circulation
pump ke disintegrator. Pada blender, viscose mempunyai kandungan 5,44% alkali dan
9,3% selulosa.
nilai RI yang baik dan bebas dari udara dan impurities lainnya. Di dalam ripening room
terdapat dua unit blender. Blender 1 menerima larutan viscose dari dissolver tank 1 - 6
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 7/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
sedangkan blender 2 menerima larutan viscose dari dissolver tank 7 - 13. Larutan
viscose sebelum dimasukkan ke blender terlebih dahulu melewati disintegrator untuk
menghancurkan gumpalan-gumpalan yang ada dengan alat roda gigi yang berputar
sehingga larutan viscose lebih homogen. Selama pengadukan di blender, suhu dijaga
konstan dengan menggunakan air pendingin yang terdapat pada jaket pendingin.
Pada unit ini disiapkan larutan viscose yang mempunyai RI 9,5 - 11,5 dan BF 55 -
69 detik yang bebas udara dan bebas pengotor lainnya. Dari saringan keluaran blender,
3
larutan viscose ditampung di receiving tank yang bervolume 40 m . Di dalam receiving
tank viscose diaduk dengan pengaduk impeller yang kecepatannya 150 rpm. Larutan
viscose dari blender 1 menuju receiving tank line II sedangkan larutan viscose dari
blender 2 menuju receiving tank line I. Temperatur operasi di receiving tank dijaga pada
temperatur 15 - 20°C.
Masuk ke tahap penyaringan. Dari receiving tank masuk ke filtrasi I (ukuran
lubang saring 30 µm). Filtrat yang bagus masuk ke intermediate tank I kemudian lanjut
ke filtrasi II (ukuran lubang saring 25 µ m). Filtrat yang bagus masuk ke intermediate
tank II dan dipompakan ke flash deaerator untuk divakumkan (dari ABS sistem / steam
jet ejector) sehingga gelembung udara dalam viscose dapat dihilangkan. Melalui strainer
dipompakan ke KKF sebagai filtrasi III (ukuran lubang saring 20 µm) untuk selanjutnya
ditampung di spinning tank. Penghilangan udara bertujuan agar serat-serat tidak mudah
putus pada proses regenerasi di spinning nantinya.
Dari receiving tank setelah melewati filtrasi I terdapat filtrat yang tidak baik yang
akan masuk ke GCF reject I. Filtrat yang bagus kembali ke filtrasi I sedangkan filtrat
yang tidak baik ditampung di reject II dan masuk ke filter press. Filtrat dari filter press
yang bagus kembali ke filtrasi I sedangkan filtrat yang tidak baik dibersihkan secara
dressing / lye back wash.
Viscose yang telah bebas udara dan bersih dari kotoran disimpan dalam spinning
tank di ripening room untuk mematangkan viscose yang siap diregenerasi. Derajat
kematangan viscose (RI) sangat dipengaruhi oleh BF dan temperatur sehingga
temperatur ripening room dijaga antara 16 - 18°C. Parameter yang dijaga di departemen
viscose PT. Indo Bharat Rayon adalah sebagai berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 8/9
5/17/2018 Viscose-slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/viscose-55b079bfd6ac6 9/9