Anda di halaman 1dari 11

MARINE FUEL OIL

Ada yang udah tau apa itu MFO?? Ni dia nih tentang MFO
sekedar untuk pengetahuan aja, semoga bermanfaat.. :D

Bahan Bakar Marine Fuel Oil

Pada dasarnya pembakaran merupakan reaksi cepat suatu senyawa dengan
oksigen. Selain itu, pembakaran juga merupakan hasil sejumlah besar reaksi yang rumit. Pada proses
pembakaran akan disertai dengan pembebasan kalor (panas) dan cahaya. Reaksi yang mungkin
terjadi adalah reaksi pirolisis yaitu pemecahan termal molekul besar menjadi molekul kecil tanpa
kehadiran oksigen jika bereaksi dengan oksigen maka reaksi ini akan menghasilkan nyala (Fessenden
dan Fessenden, 1997).
Bahan bakar merupakan material dengan suatu jenis energi yang bisa di ubah menjadi energi
berguna lainnya.
Jenis-senis bahan bakar :
Bahan bakar padat, meliputi batu bara dan kayu.
Bahan bakar cair, meliputi bahan bakar minyak seperti bensin, kerosin, dan solar
Bahan bakar gas, meliputi gas hidrogen dan gas helium
Bahan bakar nuklir
Proses pembakaran yang ada selama ini, terbagi atas dua jenis pembakaran, yaitu :
Pembakaran sempurna, yaitu pembakaran yang terjadi dengan adanya proses pengubahan suatu
senyawa menjadi C02 dan H20
Pembakaran tidak sempurna, yaitu pembakaran yang terjadi yang disebabkan persediaan O2 tidak
cukup untuk pembakaran sempurna menghasilkan karbon monoksida atau kadang-kadang dalam
bentuk arang atau jelaga.

Marine Fuel Oil
Marine Fuel Oil adalah bahan bakar minyak, yang digunakan untuk pembakaran langsung di dapur-
dapur industri dan pemakaian lainnya seperti untuk Marine Fuel Oil. MFO merupakan bahan bakar
minyak yang bukan termasuk jenis distilate, tetapi termasuk jenis residue yang lebih kental pada
suhu kamar serta berwarna hitam pekat.
Mutu MFO yang baik harus memenuhi batasan sifat sifat yang tercantum pada spesifikasi dalam
segala cuaca. Karena secara umum bahan bakar MFO hanya dapat dipompa dan diatomisasikan
setelah melalui pemanasan terlebih dahulu.
Beberapa batasan sifatsifat bahan bakar MFO, baik sifat fisika maupun sifat kimia yang harus
dipenuhi di dalam penggunaannya adalah :
Sifat kestabilan
Sifat kekentalan
Sifat korosifitas
Sifat kebersihan
Sifat keselamatan


Kegunaan Marine Fuel Oil :
Pabrik / industri Boiler (ketel uap), Heating (pemanas), Drying (pengering), Furnace (dapur/tungku
industri).
Industri Pertanian Pemanas (untuk pemnas ruangan, pada negara musim dingin), Pemanas
Tembakau ( Tobacco heating)
Industri Konstruksi Mesin mesin konstruksi , Pemanas Pabrik Aspal (asphalt plant heating)
Transportasi Laut Mesin Generator Listrik
Perikanan Laut Bahan bakar kapal
Industri Lain Pemanas Gedung (Negara beriklim dingin), Bulldozer (Road transportation)

Proses Pembuatan MFO di PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap
Minyak bumi atau minyak mentah (crude oil) merupakan bahan galian dari perut bumi yang yang
masih memerlukan proses lebih lanjut karena minyak bumi tersebut belum dapat digunakan secara
langsung. Untuk itu dilakukan pengolahan agar didapat produk-produk yang sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan untuk masing-masing produk.
Minyak bakar adalah suatu produk dari hasil pengolahan minyak bumi dimana untuk mendapat
minyak bakar dapat dilakukan dengan cara :
a. Distilasi Atmosferik
b. Distilasi Hampa
c. Proses Perengkahan
Thermal Cracking
Catalytic Cracking
d. Proses Pencampuran

Distilasi Atmosfer
Distilasi atmosfer adalah proses pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedahan titik
didihnya pada tekanan atmosfer dan temperatur maksimum C. Proses distilasi mencakup dua
kegiatan yaitu penguapan dan350 pengembunan. Pada penguapan memerlukan panas untuk
menaikkan temperatur. Sebaliknya pada pengembunan dilakukan dengan mengambil atau melepas
panas penguapan.
Minyak mentah atau crude oil sebelum diolah harus dilakukan analisa terlebih dahulu untuk
mengetahui jenis karakteristiknya dan adanya unsur-unsur yang tidak diinginkan (impurities) yang
terkandung didalamnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan kondisi operasi yang sesuai
dengan jenis minyak bumi yang akan diolah dan proses penghilangan senyawa-senyawa impurities.
Produk yang dihasilkan dari proses ini adalah :

Gas
Nafta
Kerosin
Gas oil (solar)
Residu (long residue)


Distilasi Hampa
Pada dasarnya distilasi hampa hampir sama dengan distilasi atmosfer, yang membedakannya yaitu
pada distilasi hampa tekanan didalam kolom fraksinasi diturunkan sampai dibawah satu atmosfer
(10 40 mmHg). Proses distilasi hampa dilakukan untuk memproses lebih lanjut residu (long
residue) yang merupakan sisa dari proses distilasi atmosfer, karena dengan distilasi atmosfer tidak
mampu lagi memisahkan fraksi-fraksi yang masih terdapat di dalam residu. Hal ini dikarenakan, jika
suhu pada distilasi atmosfer dinaikkan lebih dari suhu maksimumnya maka akan terjadi perengkahan
(cracking) yang akan merusak mutu produk. Dengan menurunkan tekanan pada kolom fraksinasi
maka titik didih residu akan turun dan residu dapat dipisahkan menurut fraksi-fraksi yang masih ada
tanpa terjadi perengkahan (cracking).
Hasil dari proses distilasi hampa antara lain:
Vakum gas oil
Short residu

Proses Perengkahan
Secara sederhana proses perengkahan merupakan proses pemisahan hidrokarbon dengan bobot
molekul yang besar menjadi komponen dengan bobot molekul yang lebih kecil. Proses perekahan
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.Themal cracking
2.Catalytic cracking
3.Hidro cracking
Thermal Cracking
Thermal cracking adalah proses perekahan yang dilakukan dengan temperatur dan tekanan tinggi.
Proses ini adalah yang paling konvensional diantara ketiga proses cracking tersebut diatas karena
hasil perengkahannya tidak terarah sehingga sekarang jarang digunakan.
Bahan baku untuk proses ini adalah long residue dan hasil dari proses ini salah satunya adalah solar.
Solar yang dihasilkan kurang baik mutunya terutama sifat kestabilannya karena banyak mengandung
senyawa olefin.
Catalytic Cracking
Catalytic cracking merupakan proses perengkahan secara kimiawi dengan suhu tinggi dan tekanan
sedang dengan bantuan katalisator didalam reaktor, kemudian masuk kolom fraksinasi untuk
dipisahkan menurut perbedaan fraksi-fraksinya.
Proses Pencampuran (Blending)
Minyak bakar MFO dibuat dengan cara mencampur antara residu dengan produk kilang lainnya
(misalnya: kerosene, solar, HVGO, atau produk lainnya). Pencampuran dua produk atau lebih disebut
blending. Pada produksi proses blending dilakukan dengan cara proses pencampuran dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
system batch, dimana komponen solar yang akan di campur dimasukan dalam suatu tempat
(tangki) dengan perbandingan tertentu kemudian di aduk hingga merata.
system in line blend, sistem dimana komponen solar yang akan dicampur dialirkan melalui pipa
khusus secara bersamaan dengan perbandingan tertentu, sehingga diharapkan sesampainya di
tempat penampung (tangki) campuran tersebut sudah merata (homogen).
MFO merupakan salah satu produk dari proses ini. Pada PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap salah
satu unitnya adalah

Sifat sifat Marine Fuel Oil
Penggunaan bahan bakar MFO harus aman, tidak membahayakan manusia, tidak merusak mesin,
harus efisien dalam penggunaanya serta tidak menimbulkan pencemaran bagi lingkungan. Untuk
memberi jaminan mutu bagi pelanggan dalam hal keselamatan dan kenyamaan, bahan bakar MFO
secara cepat dapat dilihat dari sifat/spesifikasi. Beberapa batasan sifatsifat bahan bakar MFO, baik
sifat fisika maupun sifat kimia yang harus dipenuhi di dalam penggunaannya adalah :

Sifat kestabilan
Sifat kekentalan
Sifat korosifitas
Sifat kebersihan
Sifat keselamatan

Sifat Kestabilan
Minyak bakar dibuat dengan cara blending dari bermacam-macam komponen dalam proporsi
tertentu, campurannya harus betul-betul homogen. Dengan homogennya campuran akan
menghasilkan nilai kalori yang maksimal dan stabil. Bila campuran tidak homogen, karena terjadi
penggumpalan, maka kestabilan pembakaran akan terganggu sehingga efisiensinya menurun. Hal ini
disebabkan karena adanya hidrokarbon tidak jenuh yang bila teroksidasi menghasilkan endapan dan
akan mengganggu stabilitas pembakaran. Pengujian sifat kestabilan dilakukan dengan pengujian
desnsity at 15oC berdasarkan ASTMD 1298.
Sifat Kekentalan
Kekentalan fuel oil merupakan indikasi mudah tidaknya fuel tersebut dipompakan. Kekentalan erat
hubungannya dengan kemudahan saat penyaluran dengan pipa maupun saat dipakai pada burner.
Pengujian sifat kekentalan dilakukan dengan pengujian viscosity kinematic at 50oC berdasarkan
ASTM D 445 dan pengujian pour point berdasarkan ASTM D 97.
Sifat Korosifitas
Sifat korosifitas erat hubungannya pada saat pembakaran, karena kandungan sulfur yang ada diubah
menjadi oksidanya, dan dengan adanya air akan mengembun menjadi asam. Dan asam yang
terbentuk tersebut akan dapat menyebabkan korosif pada mesin pembakaran.
Pengaruh kandungan sulfur dalam bahan bakar menyebabkan pencemaran udara (gas sulfur
dioksida adalah gas yang berbau rangsang) dan korosif yang mengakibatkan kerusakan peralatan
pada dapur pembakaran (furnace). Pengujian sifat korosifitas dilakukan dengan pengujian sulphur
content berdasar ASTM D1552.
Sifat Kebersihan
Sering kali pada saat proses pengolahan suatu bahan bakar dapat terjadi kontaminasi dari suatu zat
lain. Kontaminasi fuel oil dengan zat lain tersebut yang terjadi akan mempengaruhi mutu dari fuel
oil. Kontaminasi tersebut dapat berasal dari kadar karbon dan juga air.
Pengaruh dari tingginya kadar kontaminasi arang/karbon dan sediment mengakibatkan
terbentuknya kerak arang pada nozzle burner, menyebabkan penyumbatan atau kurang lancarnya
proses pembakaran. Dan kontaminasi air dapat menyebabkan pembakaran hidrokarbon akan
berkurang, karena pada saat pembakaran air diubah menjadi uap air sehingga panas yang terjadi
dari tidak maksimal dalam proses pembakaran. Pengujian sifat kebersihan dilakukan dengan
pengujian water content, ASTM D 95.
Sifat Keselamatan
Sifat keselamatan bahan bakar MFO meliputi keselamatan di dalam pengangkutan, penyimpanan
dan penggunaan. Bahan bakar solar harus memiliki salah satu sifat keselamatan yaitu bahwa bahan
bakar solar tidak terbakar akibat terjadi loncatan api. Pengujian sifat keselamatan dilakukan dengan
melakukan pengujian flash point berdasarkan ASTM D 93.


FUEL OIL SYSTEM (sistem bahan Bakar) IN VESSEL

Sistem bahan bakar adalah sistem yang digunakan untuk mensupply bahan bakar yang
diperlukan motor induk. Pada umumnya ;
1. mesin diesel kecepatan rendah dapat beropersi dengan hampir setiap bahan bakar cair dari
minyak tanah ( kerosine ) sampai minyak bunker.
2. mesin diesel kecepatan tinggi modern, karena singkatnya selang waktu yang tersedia untuk
pembakaran pada setiap daur memerlukan minyak bakar yang lebih khusus dan lebih ringan.
Dalam dunia maritim bidang klasifikasi jenis bahan bakar minyak yaitu:
MGO (Marine gasoil)
MDO (Marine diesel oil)
IFO (Intermediate fuel oil)
MFO (Medium fuel oil
HFO (Heavy fuel oil)

Sifat bahan bakar
Sifat berikut yang mempengaruhi prestasi dan keandalan dari suatu mesin diesel ;
Penguapan
Residu karbon
Viskositas
Kandungan blerang
Abu
Air dan endapan
Titik nyala, dan
Mutu pelayanan

Untuk mesin diesel kecil dibutuhkan penguapan bahan bakar yang tinggi dari mesin diesel
besar agar didapatkan penggunaan bahan bakar yang lebih hemat, suhu buang rendah, dan
asap minimum. Residu karbon adalah karbon yangg tertinggal setelah penguapan dan
pembakaran habis suatu bahan yang diuapkan dari minyak, ini menunjukkan kecenderungan
bahan bakar untuk membentuk endapan karbon pada bagian mesin ( torak ) diperbolehkan
residu karbon sebesar 0,1 %.
Viskositas suatu minyak dinyatakan oleh volume tertentu dari minyak untuk mengalirkan
melalui lubang diameter tertentu, makin rendah jumlah detiknya makin rendah viskositasnya.
Alat untuk mengukur viskositas bahan bakar adalah viskosimeter saybolt. Belerang dalam
sistem bahan bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas yang sangat korosif yang
diembunkan oleh dinding silinder yang didinginkan, terutama kalau mesin beroprasi dengan
beban rendah dan suhu silinder menurun. Korosi yang sering disebabkan oleh gas balerang
sering didapati dalam sistem buang dari mesin diesel. Berbagai spesifikasi tidak mengijinkan
kandungan balerang lebih dari 0,5-1,5%. titik nyala meruapakan suhu yang paling rendah
yang harus di capai dalam pemenasan minyak untuk menimbulkan uap yang dapat terdapat
dalam jumlah yang cukup untuk menyala/terbakar sesaat.
Titik nyala minimum untuk bahan bakar diesel sekitar 150 derajat fahrenhet. mutu penyalaan
adalah sifat dari bahan bakar diesel yang penting, terutama pada mesin diesel putaran tinggi
sangat menentukan mudahnya penyalaan dan start mesin dingin. Jenis pembakaran yang di
peroleh dari bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi
yang lebih halus, mutu pelayanan diukur dengan indek yang disebut angka setana, nilai
bilangan ini sebagi karakteristik bahan bakar diesel serupa dengan angka oktana pada motor
bensin.

Berikut adalah salah satu sistem bahan bakar dalam project guide wartsila 16V32.
Wartsila 16V32 adalah motor induk yang didesain untuk menggunakan bahan bakar HFO
secara kontinue. Namun, dalam keterangannya di project guide mesin ini dapat juga
menggunakan beberapa jenis bahan bakar dengan spesifikasi tertentu.

Bahan bakar HFO dipompa dengan pompa yang digerakkan dengan electrik motor menuju
setling tank, pompa ini disebut dengan HFO transfer pump. Dari setling tank HFO dipompa
dengan HFO Feed Pump menuju HFO service tank. Pada feed pump terdapat filter dan juga
heater, heater ini berfungsi sebagai pemanas sebelum bahan bakar masuk ke separator.
Dari service tank bahan bakar didorong dengan supply pump yang digerakkan secara elektris
dengan menjaga tekanannya pada sekitar 4-6 bar sebelum masuk ke circulating pump,
tekanan circulating pump berkisar antara 8-10 bar. Bahan bakar kemudian didorong masuk ke
main engine melalui heater dan full flow filter, dan perlu dipastikan kapasitas circulating
pump harus melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh main engine, sehingga kelebihan bahan
bakar yang di supply akan kembali ke service tank melalui venting box dan de-aerating valve
yang mana pada valve tersebut akan melepaskan gas dan membiarkan bahan bakar masuk
kembali ke pipa circulating pump.
Pada operasi engine yang konstan, maka engine harus menggunakan heavy fuel. jika
rekomendasi ini tidak dilakukan, maka akan terjadi latent risk atau kerusakan tersembunyi
pada kualitas diesel oil dan heavy fuel yaitu pembentukan campuran yang tidak sempurna
selama penggantian bahan bakar. Oleh karena itu tidak disarankan menggunakan diesel oil
untuk operasi engine pada semua beban kerja.
Pada keadaan khusus, penggunaan diesel oil diperbolehkan dan diperlukan dan dapat
dilakukan sewaktu-waktu ketika engine tidak di operasikan. Penggantian ini menjadi
diperlukan untuk waktu yang yang sesaat. pada penggunaan ini, kapal disyaratkan tidak
bekerja atau berhenti pada waktu yang cukup lama dengan kondisi engine dingin. kondisi ini
adalah ;
1. Saat kapal docking
2. Berhenti selama lebih dari 5 hari
3. Dilakukannya reparasi pada sistem bahan bakar utama
4. Kondisi lingkungan yang terjadi.

Beberapa bagian dalam fuel oil system ;
Storage Tank
merupakan tanki yang dipergunakan untuk tempat penimbunan bahan bakar yang terletak
pada engine room dan untuk pengisian dilakukan dari geladak cuaca.
Settling Tank
merupakan tanki yang digunakan untuk mengendapkan bahan bakar yang telah di pindahkan
oleh transfer pump dari tanki penimbunan. lama waktu yang diperlukan untuk mengedapkan
bahan bakar, ini minimal adalah 24 jam, hal ini berdasrkn class rule.
Sistem Pemanas Di Storage Tank
pada perencanaan ini, untuk pemanasan bahan bakar di storage tank menggunakan electrical
heating coil. pemanasan suhu bahan bakar di storage tank mencapai 50 derajat celcius.
Transfer Pump
merupakan pompa yang digunakan untuk memindahkan fluida (fuel oil) dari tanki
penimbunan ke tanki pengendapan.
Feed Pump
merupakan pompa yang digunakan untuk memindahkan fluida (fuel oil) dari tanki penimbun
( settling tank) ke tanki harian ( service tank ). pompa yang dginakan bisa jenis screw wheel
atau jenis gear wheel.
Separator
pada supply system terdapat poses pemisahan air dengan bahan bakar, proses ini berlangsug
di separator atau centrfuge.

Read more: http://www.maritimeworld.web.id/2011/05/fuel-oil-system-sistem-bahan-bakar-
in.html#ixzz2fmcYaIFk




salam....
Halo gimana kabarnya pak?
Begini pak, setelah satu tahun saya mengirimkan email tentang MFO melalui milis, saran
yang Bapak berikan ketika itu tidak ditanggapi oleh pimpinan perusahaan saya karena ada
masalah yang lebih urgen lagi pada saat itu.

Namun dengan kenaikan harga BBM akhir2 ini masalah ini menjadi prioritas besar bagi kami
sekarang.
Awalnya kami meninggalkan penggunaan MFO dan beralih kepada solar. Selama
penggunaan solar Combution Chamber kami tidak ada masalah dengan overburning.
Namun dengan naiknya harga BBM perusahaan ingin menggunakan kembali MFO.
Kami sudah mendesain ulang tangki penyimpanan MFO kami seperti yang Bapak sarankan,
kecuali penggunaan agitator yang tidak dibuat.
Setelah dari tangki penyimpanan MFO yang menggunakan pemanas, sebelum dialirkan ke
Combution Chamber, MFO masih dilewatkan kedalam oil heater kembali.

Masalahnya overburning masih tetap terjadi. Pada saat itu MFO di tangki disetting pada suhu
80 C. Kemudian settingannya kami naikkan menjadi 90 C, overburning masih terjadi, tapi
dengan interval waktu yang lebih lama yaitu setelah pemakaian 2 hari.
Bagaimana mengatasi masalah ini? Apakah ada korelasinya dengan suhu MFO tersebut?

Masalah lain yang kami dapat setelah menggunakan MFO, panas yang dihasilkan dari
pembakaran tersebut tidak dapat memenuhi standard yang diinginkan oleh proses drying
yang dinginkan dalam proses.
Bagaimana caranya meningkatkan nilai kalori dari pembakaran MFO tersebut?

Atas jawaban yang Bapak berikan saya ucapkan terima kasih.





EG Giwangkara S <givangkara@...>wrote:
dear pak imatek,

waah.. pak, jawaban dari pertanyaan bapak sebetulnya OOT dengan milis ini dan sudah
memasuki wilayah professional advice saya....
tapi kali ini ga apa-apa deh, akan saya bahas disini..., itung2 untuk pembelajaran studi kasus
buat adik2 yang masih kuliah... dan gratis.....

sebelum mulai, mari kita lihat gambar berikut :
http://persembahanku.files.wordpress.com/2007/03/tanki_mfo.jpg
idealnya, desain tanki MFO kira2 seperti gambar diatas. sayang anda tidak menyebutkan
kondisi instalasi tanki MFO anda dan perpipaan yang terpasang.

MFO termasuk kategori produk minyak berat yang dibuat dari beberapa fraksi komponen,
yaitu solar, wax dan residu. typically, MFO dimanapun akan mengalami masalah yang sama,
yaitu homogenitas, dimana MFO secara fisik akan "terpisah" menjadi komponen2nya jika
disimpan dalam waktu yang lama tanpa pemanasan dan pengadukan. makanya tidak
disarankan menyimpan MFO lebih dari 3 hari tanpa pemanasan dan pengadukan.

dari penjelasan anda, nampaknya anda bekerja di daerah remote, seperti di perkebunan atau
pertambangan. masalah yang anda alami kemungkinan besar diakibatkan oleh masalah
homogenitas tersebut. kemungkinan besar anda menimbun MFO untuk waktu yang lama
untuk mengantisipasi permasalahan supply MFO ke daerah remote atau mengurangi biaya
transport pengiriman MFO.

ada beberapa solusi untuk menyelesaikan masalah anda, yaitu :

fasilitas pemanas tanki
periksa fasilitas pemanasan tanki, apakan sistim pemanasan tanki MFO anda berfungsi
dengan baik atau tidak.
fasilitas sirkulasi / pengadukan
yakinkan apakah tanki MFO anda sudah memiliki fasilitas sirkulasi (garis merah pada
gambar diatas) atau agitator tidak.
drain air
yakinkan apakah drain air dilakukan rutin atau tidak, terutama pagi hari. karena MFO juga
memiliki sifat higroskopis.
supply MFO
coba tinjau ulang jadwal supply MFO ke remote site anda. sesuaikan jadwalnya dengan
kebutuhan rata2 selama tiga hari.
tank cleaning
apakan anda rutin membersihkan tanki MFO dari sludge (lumpur minyak).
coba anda buat kajian keekonomian untuk beberapa pilihan investasi untuk solusi diatas dan
bandingkan jika harus mengganti dengan solar. dari kajian itu silahkan dilihat feasibility-nya
bagi perusahaan anda.

selain itu ada beberapa kemungkinan penyebab yang lain, seperti :

masalah kualitas steam (suhu dan tekanan).
kualitas umpan ketelnya.
masalah atomizing atau kebersihan nozzle pada burner / chamber.
dan kemungkinan penyebab lain yang mungkin harus dilihat langsung di lapangan.
demikian, semoga bisa membantu... :)




imatek ft <imatek_ft@yahoo.com> wrote:
salam...
terima kasih atas jawabannya. saya lupaa combution chmabernya merk apa, tapi asalnya dari
Spanyol. Minta maaf karena baru bisa balas sekarang karena kondisi nya lokasi kerja saya
sangat jauh dari kota untuk saya dapat berinternet. saya hanya pada hari minggu bisa k kota.
pemasalahannya MFO yang kami gunakan sering overburning akibat flow MFOnya yang
tiba2 tinggi. tapi pada saat ini kami sudah menggunakan solar untuk combution chamber
tsb,setelah kira2 2 minggu belum pernah terjadi overburning. penggunaan solar ini memiliki
masalah di biayanya yang 2 kali lipat dari harga MFO.
apakah ada masalah dari MFO yang kami gunakan?
tanx


EG Giwangkara S <givangkara@yahoo.com> wrote:
waaah... penjelasannya panjang pak..
di TA saya karakteristik MFO menghabiskan satu bab sendiri.

tapi ringkasnya kira2 begini :

MFO merupakan bahan bakar cair berat yang mempunyai sifat penguapan yang relatif renah,
kekenatalan tinggi dan digunakan sebagai bahan bakar mesin industri, boiler atau bahan
bakar kapal. MFO dibuat dari fraksi residu yang berasal dari distilasi atmosferik. untuk
pengertian "fraksi" disini silahkan anda baca artikel saya tentang "proses pengolahan minyak"
bumi di http://persembahanku.wordpress.com/. kwalitas MFO harus diperhatikan agar dalam
pemakaiannya aman dan tidak menyebabkan kerusakan / buntu pada nozzle burner atau
combustion chamber.

.......................cut................

.

SMS 1st before call, I never pickup unknown or private number.

Anda mungkin juga menyukai