Anda di halaman 1dari 39

Tugas 2

Konsep Bahan Konstruksi Teknik Kimia dan


Bahan Konstruksi Teknik Kimia

Disusun Oleh : KELOMPOK 2

Erisha Putri 1815041025


Rizky Wulandari 1815041037
Ike Putri Santoso Pajuhi 1855041009

Mata Kuliah : Bahan Konstruksi Teknik Kimia


Dosen : Panca Nugrahini F, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Bahan Konstruksi
Teknik Kimia dengan judul “Konsep Bahan Konstruksi Teknik Kimia dan Bahan Konstruksi Teknik Kimia”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 30 Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................1

B. Capaian Pembelajaran.................................................................1

C. Tujuan Topik Bahasan ................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kriteria Pemilihan Bahan Konstrusksi Teknik Kimia..................2

B. Sifat-sifat Bahan Konstruksi Teknik Kimia................................3

C. Jenis Bahan Konstruksi Tekni....................................................6

D. Pemakaian dan Fungsi...............................................................20

E. Pengujian Sifat Mekanik............................................................20

F. Diagram Fasa .............................................................................29

BAB III KESIMPULAN.............................................................................38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................39

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang teknik kimia adalah sosok yang harus bertanggung jawab terhadap suatu proses industri kimia. Termasuk juga dalam
pemilihan material konstruksi pabrik. Pemilihan material konstruksi untuk peralatan teknik kimia bukan masalah mudah.
Pemilihan material mempengaruhi keselamatan, kehandalan, seumur hidup, dan biaya peralatan. Banyak kriteria yang harus
dipertimbangkan, dan ada berbagai jenis bahan yang sedikit jumlah ketersediaannya. Perancangan pabrik untuk industri kimia
tentu harus memperhatikan berbagai macam pertimbangan. Hal semacam ini dilakukan untuk mengefektifkan dan
mengesienkan pengunaan bahan konstruksi kimia tersebut. Seorang sarjana teknik kimia harus mengedepankan aspek
ekonomi dalam setiap rancangan yang dibuat. Menjadi satu keharusan bagi kita untuk mengetahui sifat-sifat dari bahan itu
sendiri. Jadi diharapkan ketika kita mengenali sifat bahan yang kita gunakan, maka penggunaan yang nanti dilakukan akan
efekti karena kita mengetahui kekurangan dan kelebihan bahan yang digunakan. Dalam makalah ini ada beberapa aspek
pertimbangan pemilihan Bahan Konstruksi Kimia sebagai landasan pemilihan bahan dalam industri kimia. yaitu aspek biaya,
aspek ketersediaan dan sifat-sifat umum bahan yang ditinjau dari sifat mekanik, sifat thermal, dan sifat listrik bahan.

1.2 Capaian Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat menjelaskan materi dari mata kuliah bahan konstruksi teknik kimia

2. Mahasiswa menguasai pengetahuan dalam memilih bahan konstruksi teknik kimia yang dibutuhkan

3. Mahasiswa memahami materi tentang konsep bahan konstruksi teknik kimia

1.3 Tujuan Topik Bahasan

1. Mahasiswa memahami dasar-dasar pemilihan bahan konstruksi teknik kimia

2. Mahasiswa mengetahui sifat-sifat umum dan kegunaan bahan konstruksi teknik kimia

3. Mahasiswa mengetahui kriteria pemilihan bahan konstruksi teknik kimia

4. Mahasiswa memahami jenis-jenis bahan konstruksi teknik kimia

1
BAB II
ISI

1. KRITERIA PEMILIHAN BAHAN KONSTRUKSI KIMIA


Kriteria Pemilihan Bahan Konstruksi Kimia Dibagi Menjadi Tiga Yaitu

1.1 Biaya
Aspek biaya menjadi salah satu yang dipertimbangkan dalam memilih bahan konstruksi. Karena seorang sarjana teknik kimia
tidak lepas dengan yang namanya perhitungan ekonomi. Sehingga didapat bahan konstruksi yang bagus dan murah.
(Yulianto,2015)

Yang termasuk hal biaya dalam pemilihan bahan konstruksi adalah :


a. Biaya banyaknya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan produk atau biaya kuantitas.
b. Biaya produksi, termasuk diantaranya biaya kemampuan di las, dibentuk dan diproses secara mesin maupun
tradisional.
c. Umur pelayanan yang diharapkan.

Penambahan biaya mungkin baru bisa terasa efeknya pada saat pengadaan bahan tersebut yang meliputi biaya transportasi,
penempatannya dilapangan dan biaya diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi perhatian dalam aspek ekonominya.
(Yulianto,2015)

Penambahan bahan dalam sebuah campuran konstruksi kimia atau tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan yang
lainnya, karena penggunaan bahan tambah cenderung merupakan pengganti atau substitusi dari dalam campuran konstruksi itu
sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan
dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat – volume tidak terasa secara langsung dibandingkan
dengan komposisi awal konstruksi tanpa bahan tambah. (Yulianto,2015)

Peralatan dengan biaya fabrikasi rendah, dan dimana kegagalan prematur tidak akan menyebabkan serius bahaya. Misalnya,
baja karbon dapat ditentukan untuk limbah cair baris di tempat stainless steel, menerima kebutuhan kemungkinan untuk
penggantian Pipa Tebal dinding akan dipantau in situ sering untuk menentukan kapan pengganti dibutuhkan. (Yulianto,2015)
Lebih mahal tahan korosi, paduan sering digunakan sebagai cladding pada baja karbon. Jika piring tebal diperlukan untuk
kekuatan struktural, penggunaan bahan berpakaian secara substansial dapat mengurangi biaya. (Yulianto,2015)

1.2 Ketersediaan Bahan


Adapun Yang dimaksud ketersediaan bahan disini adalah tersedianya peralatan untuk pabrikasi, dan tersedianya bahan baku
dilingkungan sekitar yang cukup dekat, sehingga tidak perlu mendatangkan bahan dari tempat lain.
(Zubeir Saleh Daulay, 2013)

1.3 Sifat - Sifat Umum Bahan


Pemilihan bahan untuk keperluan bukan suatu hal yang sulit, asalkan tidak disertai dengan berbagai persyaratan, seperti
misalnya mudah diperoleh, mudah dikerjakan atau diproses sehingga menghasilkan mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan
harga yang murah. Sebenarnya prinsip pemilihan bahan sederhana saja hanya perlu mempertimbangkan syarat-syarat sifat
yang diminta oleh desain konstruksi dengan sifat-sifat kemampuan bahan yang dapat dipergunakan. Cuma saja dalam
petentuan persyaratan masih ada kesulitan mungkin informasi tentang bahan yang tersedia tidak lengkap atau informasi tentang
sifat bahan belum lengkap ada. Walaupun informasi itu sudah lengkap mungkin saja akan dijumpai bahwa tidak ada bahan
yang mampu memenuhi semua persyaratan. Dalam hal ini perlu diadakan suatu pemilihan ulang dengan mengurangi
persyaratan lagi sehingga didapat suatu pilihan yang optimum. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

Biasanya persyaratan yang diminta oleh suatu desain kontruksi meliputi sifat-sifat sebagai berikut :
1. Sifat mekanik meliputi: kekuatan, ketanguhan, kekerasan, keuletan kegetasan dan lainya.
2. Sifat fisik seperti heat conductivity, electrical coductivity, heat expansion, dimensi dan struktur mikro.
3. Sifat Kimia seperti : tahan korosi, aktivitas terhadap bahan kimia.
4. Dan lain-lainya
( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

Proses pemilihan bahan seringkali juga dapat disederhanakan misalnya dengan mempersempit daerah pemilihan, dengan
memberi prioritas pada yang biasa digunakan untuk konstruksi yang sejenis.
Yang dimaksud sifat-sifat umum bahan yaitu : sifat mekanik, sifat thermal dan sifat listrik. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

Sifat – sifat umum bahan ialah :


1) Sifat Mekanik Bahan

Gambar : sifat mekanika material


Sumber : https://www.google.com/url?2Fmetallurgistwannabe.wordpress.com%252Fsifat-mekanik-material.

2
Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti
komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban / gaya / energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan /
komponen tersebut. Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain,
maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang diperlukan. Misalkan saja baja yang
sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Baja mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja
memenuhi syarat untuk suatu pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang kurang baik. Untuk mengatasi hal
itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara pengecatan atau galvanising,
dan cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain kuat juga harus tahan korosi, tetapi cukup mencari bahan
yang syarat pada sifat mekaniknya sudah terpenuhi namun sifat kimianya kurang terpenuhi. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

Berikut adalah beberapa sifat mekanik yang penting untuk diketahui :

a. Kekuatan (strength)

Kekuatan menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini
ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh kekuatan tarik, kekuatan geser,
kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan lengkung. ( Nasmi Herlina Sari, 2018)

b. Kekerasan

Kekerasan dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi),
identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Kekerasan juga mempunya korelasi dengan
kekuatan. ( Nasmi Herlina Sari, 2018)

c. Kekenyalan (elasticity)

Kekenyalan menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
permanen setelah tegangan dihilangkan. Bila suatu benda mengalami tegangan maka akan terjadi perubahan bentuk. Apabila
tegangan yang bekerja besarnya tidak melewati batas tertentu maka perubahan bentuk yang terjadi hanya bersifat sementara,
perubahan bentuk tersebut akan hilang bersama dengan hilangnya tegangan yang diberikan. Akan tetapi apabila tegangan yang
bekerja telah melewati batas kemampuannya, maka sebagian dari perubahan bentuk tersebut akan tetap ada walaupun tegangan
yang diberikan telah dihilangkan. Kekenyalan juga menyatakan seberapa banyak perubahan bentuk elastis yang dapat terjadi
sebelum perubahan bentuk yang permanen mulai terjadi, atau dapat dikatakan dengan kata lain adalah kekenyalan menyatakan
kemampuan bahan untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah menerima beban yang menimbulkan deformasi. (
Nasmi Herlina Sari, 2018)

d. Kekakuan (stiffness)

Kekakuan menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan/beban tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
(deformasi) atau defleksi. Dalam beberapa hal kekakuan ini lebih penting daripada kekuatan. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

e. Plastisitas (plasticity) / keuletan (ductility)

Plastisitas menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastik (permanen) tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan berbagai macam pembentukan seperti
forging, rolling, extruding dan lain sebagainya. Sifat ini juga sering disebut sebagai keuletan (ductility). Bahan yang mampu
mengalami deformasi plastik cukup besar dikatakan sebagai bahan yang memiliki keuletan tinggi, bahan yang ulet (ductile).
Sebaliknya bahan yang tidak menunjukkan terjadinya deformasi plastik dikatakan sebagai bahan yang mempunyai keuletan
rendah atau getas (brittle). ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

f. Ketangguhan (toughness)

Ketangguhan menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan.
Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu
kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

g. Kelelahan (fatigue)

Kelelahan merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang
besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin
disebabkan oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat ini juga sulit diukur
karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya. ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

h. Creep

Creep atau bahasa lainnya merambat atau merangkak, merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi
plastik yang besarnya berubah sesuai dengan fungsi waktu, pada saat bahan atau komponen tersebut tadi menerima beban yang
besarnya relatif tetap. ( Nasmi Herlina Sari, 2018)

Beberapa sifat mekanik diatas juga dapat dibedakan menurut cara pembebanannya, yaitu:
a) Sifat mekanik statis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban statis yang besarnya tetap atau bebannya mengalami
perubahan yang lambat.

3
b) Sifat mekanik dinamis, yaitu sifat mekanik bahan terhadap beban dinamis yang besar berubah- ubah, atau dapat juga
dikatakan mengejut. Ini perlu dibedakan karena tingkah laku bahan mungkin berbeda terhadap cara pembebanan yang
berbeda.
( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

2) Sifat Thermal Bahan

Gambar : Tabel konduktivitas termal


sumber : https://www.google.com/url?2Fwww.mealabs-alatukur.com.

Sifat termal bahan adalah perubahan sifat yang berkaitan dengan suhu. Sifat termal ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

a. Kandungan Uap Air


Apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh terhadap konduktifitas termal. Konduktifitas termal yang
rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut.

b. Suhu

Pengaruh suhu terhadap konduktifitas termal suatu bahan adalah kecil, namun secara umum dapat dikatakan bahwa
konduktifitas termal akan meningkat apabila suhu meningkat.

c. Kepadatan dan Porositas

Konduktifitas termal berbeda pengaruh terhadap kepadatan, apabila pori-pori bahan semakin banyak maka konduktifitas
termal rendah. Perbedaan konduktifitas termal bahan dengan kepadatan yang sama akan tergantung pada perbedaan struktur
yang meliputi ukuran, distribusi, hubungan pori dan lubang. Sifat termal bahan dikaitkan dengan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor ada 2 jenis, yaitu :
- Keadaan tetap (steady heat flow)
- Keadaan berubah (transien heat flow) ( Nasmi Herlina Sari, 2018 )

3) Sifat Elektrik Bahan

Gambar : isolator elektrika bahan


sumber : https://www.google.com/url?2Fwww.andalanelektro.id%2Fpengertian-dan-penjelasan-sifat-bahan-listrik.

Berdasarkan sifat listriknya, material/bahan dikelompokkan menjadi 3 sebagai berikut :


a) Konduktif – jika resistansinya < 105 ohm ; disini elektron mudah bergerak atau mengalir, jadi netralisasi dapat dilakukan
dengan mudah dengan cara grounding. Contoh : logam dan tubuh manusia. ( Yulianto, 2015)

b) Insulatif – jika resistansinya > 1011 ohm ; elektron bisa dikatakan tak dapat bergerak, jadi netralisasi hanya mungkin
dilakukan dengan ionisasi. Contoh: plastik dan karet. Dari pengukuran tribocharging, kita bisa menentukan apakah
muatan listrik mudah ditimbulkan pada bahan tersebut atau tidak, jika tidak mudah membangkitkan muatan (atau muatan
yang dihasilkan cukup rendah), maka bahan itu dapat dikatakan sebagai anti-statik. ( Yulianto, 2015)

4
c) Statik disipatif – resistansi di antara 105 sampai 1011 ohm ; disini, elektron dapat bergerak tetapi lambat, jadi perlu
diketahui parameter decay time. Untuk mengetahui berapa cepat grounding dapat menetralisasi muatan. Pengukuran
tribocharging juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah bahan tersebut anti-statik atau tidak. Umumnya bahan yang
masuk kategori statik disipatif adalah bahan buatan, artinya memang khusus dibuat untuk mempunyai resistansi tertentu,
misalnya bahan dasarnya adalah insulatif tapi diberi tambahan karbon dalam kadar tertentu untuk membuatnya bersifat
statik disipatif. Jika kadarnya berlebih, bahan juga bisa bersifat konduktif. Untuk mengukur nilai resistansi bahan, kita
gunakan Mega Ohm meter (atau Surface Resistance Meter), ini semacam multimeter biasa tetapi dengan jangkauan
pengukuran sampai 100 G Ohm atau lebih. Kita juga dapat menggunakan electrometer (misalnya Electrostatic Voltmeter/
Fieldmeter) untuk mengukur muatan listrik dari proses tribocharging dan dengan bantuan stopwatch, kita pun dapat
mengukur decay time secara kualitatif. Untuk hasil yang lebih akurat, kita perlu menggunakan Charged Plate Monitor.
Jadi, jika adanya muatan listrik statik menimbulkan masalah, maka salah satu solusinya adalah dengan menetralkan
mutan listrik bersangkutan. Cara efektif untuk menetralkan muatan listrik dilakukan berdasarkan sifat listrik material atau
bahan. Pada dasarnya netralisasi muatan dapat dilakukan dua cara, yaitu grounding dan ionisasi dengan ionizer.
Grounding dilakukan jika elektron dapat bergerak atau mengalir dalam bahan bersangkutan, yaitu dengan
menghubungkan bahan tersebut ke tanah atau bumi atau bagian ground dari kabel listrik karena tanah atau bumi adalah
reservoar muatan (sumber muatan yang tak-terhingga). Sebaliknya, untuk bahan yang tak dapat mengalirkan muatan,
maka tidak ada jalan lain untuk menetralkan muatan kecuali memberikan muatan yang berlawanan dari udara. Sebetulnya
udara mengandung sejumlah molekual uap air yang dapat menetralkan permukaan suatu benda, tapi netralisasi secara
alami ini akan berlangsung sangat lama. Untuk mempercepat proses netralisasi, maka digunakan peralatan yang disebut
ionizer. Ionizer dirancang untuk menghasilkan sejumlah besar ion positif maupun negatif dan ion-ion tersebut diarahkan
ke permukaan benda yang akan dinetralisasi. Selain itu, netralisasi juga dapat dilakukan dengan membasahi permukaan
bahan bersangkutan dengan air biasa (bukan DI water) atau larutan yang mengandung air seperti Isopropyl Alcohol
(IPA). ( Yulianto, 2015)

d) Bahan Konstruksi Metal


Secara umum bahan metal yang digunakan pada industri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Ferrous dan nonferrous.
Ferrous metal didefinisikan sebagai bahan yang mengandung sedikitnya 50 % besi ( iron). Ferrous alloy. Alasan mengapa
bahan ini sering digunakan adalah karena biayanya bahan ini relatif lebih murah, dan memiliki kemampuan kerja yang
baik. Ferrous alloy dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian yaitu : Cast Iron, Carbon Steels, Low-Alloy Steels dan Stainless
Steels. ( Yulianto, 2015)
a. Cast Iron. Cast iron adalah alloy yang memiliki kadar carbon lebih dari 1.5 %. Terdapat 4 jenis dari Cast iron yaitu :
gray, white, ductile iron dan wrought iron.
b. Gray cast iron. Gray cast iron merupakan cast iron yang umum digunakan dan paling murah diantara yang lainnnya,
Mudah dibentuk, memiliki tensile streght yang rendah yaitu dari 155 – 400 N/mm2. Digunakan untuk peralatan –
peralatan yang memerlukan vibration dampening dan wear resistance. Warna keabu-abuan disebabkan oleh
kandungan graphite yang tersebar pada massa nya. Material ini tidak digunakan untuk proses – proses yang beroperasi
pada tekanan tinggi.
c. White Cast Iron. Memiliki kandungan silikon yang lebih rendah dari gray cast iron. Tidak terdapat partikel graphite
pada mikrosturkturnya, apabila carbon dalam cast iron tersebut dikombinasikan dengan iron akan membentuk iron
carbide (Fe3C ). Metal ini sangat abbrasive dan brittle, karena sifat – sifat ini bahan ini tidak disarankan
penggunaannya untuk aplikasi Pressure d. Vessel, namun begitu dapat digunakan untuk grinding balls, casing pompa
slurry dan roda mobil.
e. Ductile cast iron. Memiliki unsur yang sama dengan gray cast iron, tetapi beda dalam pembuatannya. Digunakan untuk
high strenght pipe, bodi valve, casing pompa, casing kompressor , crankshaft (poros mesin ).
f. Wrought iron. Pada dasarnya merupakan besi murni ( pure iron ) dengan kandungan carbon yang rendah serta sedikit
kandungan slag dalam bentuk iron silicate. Slag yang terkandung memberikan daya shock yang baik, vibrasi serta
tahan terhadap korosi. Umumnya digunakan untuk pipa air, dan engine bolt. Silicon iron. Memilik kandungan silikon
yang tinggi, kira – kira sekitar 15 % yang disebut juga dengan silicon iron. Terdapat dua jenis umum dengan nama
dagang Duriron dan Durichlor. Durichlor mengandung molybdenum digunakan untuk meningkatkan ketahanan
terhadap korosi. Keduanya digunakan untuk aplikasi yang tahan terhadap korosi dan oksidasi. Direkomendasikan agar
bahan ini digunakan kondisi tekanan operasi dibawah 50 psig. Carbon Steel. Perbedaan antara carbon steel dengan
cast iron adalah persentase kandungan carbon. Pada carbon steel kandungan carbon kurang dari 1.5 %. ( Yulianto,
2015 )

Material ini mudah difabrikasi dan memiliki streght yang lebih baik dari pada cast iron. Tergantung dari jenis
treatment panas serta alloy yang digunakan, bahan ini bisa dibuat dengan berbagai derajat atau tingkatan hardness dan
ductility, dan dengan beberapa tambahan membuat bahan ini lebih mudah disambung ( Weld ) dari pada cast iron.
Dengan sifat – sifat seperti ini ditambah lagi dengan ketersediaannya dalam jumlah banyak , membuat carbon steel
menjadi pilihan pertama untuk konstruksi peralatan. Salah satu kelemahan utamanya adalah ketahanan terhadap
korosi.
( Yulianto, 2015)

g. Low alloy steel. Bahan ini memiliki kandungan chromium dalam jumlah yang kecil. Bahan ini menggantikan
penggunaan carbon steel pada industri perminyakan karena beberapa peralatan mengalami proses korosi ketika
mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur yang tinggi. Diketahui bahwa dengan adanya chromium dapat
menghambat pembentukan iron sulfide. Penambahan chromium juga diketahui dapat meningkatkan strenght material
pada temperature tinggi. Perbedaan mendasar antara carbon steel dengan low alloy steel adalah jumlah kandungan
chromium. Carbon steel memilik kandungan chromium kurang dari 4 % sedangkan Low alloy steel kandungan
chromium antara 4 & ndash; 9 %. Stainless steel. Steel dengan kandungan chromium sekitar 12 % atau lebih disebut
sebagai stainless steel. terdapat 3 jenis bahan ini yaitu : ferritic, austenic dan martensitic stainless steel. Ferritic
stainless steel. Memiliki kadar karbon sebesar 0.2 % atau kurang dan kadar chromium antara 11 – 18 %. Material ini

5
tahan terhadap korosi dari pada Martensistic steel serta cocok digunakan untuk fluida dengan tingkat oksidasi
keasaman tinggi seperti asam nitrat. ( Yulianto, 2015 )

Bahan ini memiliki tensile serta impact strenght yang rendah :


● Martensitic steel. Memiliki kadar chromium antara 12 – 18% dan kadar carbon hingga mencapai 1.2 %. Dari sisi
strenght dan hardnability lebih baik dari pada ferriticm stainless steel. Dengan kadar chromium yang rendah bahan
ini tahan terhadap air, steam dan bahan – bahan yang bersifat korosi tingkat menengah ( moderate ) lainnya.

● Austenitic Stainless steel. bahan ini lebih komplek dari yang lainnya karena terdapat tambahan nickel sebesar 3.2
hingga 22 % . Material ini memiliki tingkat tensile strenght yang tinggi, ductility dan lebih tahan terhadap korosi
bila dibandingkan dengan material stainless steel lainnya pada range temperature yang sangat lebar.

Daya tahan korosinya terhadap bahan & dash; bahan sulfur serta asam – asam organik lebih baik dari pada carbon
steel, low alloy steel bahkan terhadap ferritic dan martensitic stainless steel. Walaupun tahan terhadap korosi yang
sangat baik hingga pada temperature 650 F ke atas, pengalaman memperlihatkan bahwa material ini memiliki
permasalahan terhadap stress corrosion cracking pada temperature yang sangat tinggi dan dengan pH yang tinggi
(8 atau keatas) seperti pada proses –proses high pressure boiler feedwater system (sistem umpan boiler bertekanan
tinggi) dan nuclear steam generator (pembangkit steam tenanga nuklir ). ( Yulianto, 2015 )

h. Non Ferrous Alloy, pemilihan bahan jenis ini dimungkinkan apabila material ferrous alloy tidak cocok dengan
aplikasi yang dikehendaki. Bahan nonferrous alloy ini secara umum lebih mahal serta sulit untuk di sambung ( weld
). NonFerrous Alloy biasanya digunakan karena memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi bila
dibandingkan dengan ferrous alloy. Aluminium adalah bahan dengan tingkat keuletan (ductility) yang baik, bahan
ini juga memiliki rasio high strenght - berat yang tinggi serta nonmagnetic, memiliki konduktivitas termal dan
elektrik yang baik, beberapa alloy aluminium sulit untuk di sambung dengan cara pengelasan (weld) dan sementara
yang lainnya bahkan tidak bisa disambung (weld). Beberapa komponen lain ditambahkan ke aluminium untuk
memberikan sifat – sifat mekanikal yang lebih baik lagi (memperbaiki sifat bahan) , komponen tambahan tersebut
dapat berupa iron, manganese, silicon, copper, magnesium, dan zinc. ( Yulianto, 2015)

i. Aluminium digunakan untuk aplikasi : transportasi, penyimpanan dengan faktor tingkat kemurnian tinggi untuk
berbagai jenis larutan organik, asam nitrat , dan larutan encer dengan pH antar 4.5 – 8.5. Material ini tidak
digunakan untuk menangani alkohol , organic halides, anhydrous organis acid, mercury, garam – garam logam berat
dan steam. Material ini juga dapat digunakan untuk kondisi cryogenic. ( Yulianto, 2015 )

2. JENIS BAHAN KONSTRUKSI KIMIA

2.1 Polimer
Pengetahuan yang dimiliki manusia terus menerus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan ilmu
pengetahuan manusia mendorong dihasilkannya teknologi-teknologi baru. Satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari
perkembangan teknologi baru adalah material-material baru yang ikut menunjang perkembangan teknologi tersebut. Material
yang pertama kali dimanfaatkan oleh manusia di zaman purbakala adalah batu. Pada masa tersebut, manusia membuat
sebagian besar peralatan yang diperlukan untuk menunjang kehidupannya dari batu-batuan. Contoh produk peninggalan zaman
purbakala adalah perkakas dan monumen yang terbuat dari batu. (Galuh Yuliani, Tanpa Tahun)

Pada abad pertengahan, manusia mulai mengenal besi dan perunggu. Abad pertengahan ini kemudian disebut sebagai zaman
logam. Penggunaan logam telah mengubah cara hidup manusia abad pertengahan. Pada masa ini, peralatan rumah tangga dan
perkakas dibuat dari logam. Beragam alat berbahan dasar besi tempa dan paduan logam berkembang pesat. Contoh
peninggalan abad pertengahan adalah koin-koin hingga peralatan perang seperti pedang dan baju besi.
(Galuh Yuliani,Tanpa Tahun)

Keterangan: peralatan makan loham


Sumber: http://cilu-ba.blogspot.com/2015/01/pada-zaman-ini-orang-sudah-dapat.html?m=1

Pada perkembangan berikutnya, manusia modern mulai beralih dari logam dan mulai mengembangkan material baru, yaitu
plastik. Penggunaan plastik, dan polimer pada umumnya, di berbagai kehidupan manusia modern telah begitu luas dan
aplikasinya terus meningkat secara eksponensial. Tidak terlalu berlebihan kiranya apabila kita katakan masa sekarang sebagai
abad polimer. . (Galuh Yuliani,Tanpa Tahun)

6
Keterangan: alat alat terbuat dari plastik
Sumber: http://housingestate.id/read/2013/12/09/perkakas-dapur-dari-plastik/

Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius pada tahun 1833. Sepanjang abad 19 para ilmuwan
bekerja dengan makromolekul tanpa memiliki suatu pengertian yang jelas mengenai strukturnya. Sebenarnya, beberapa
polimer alam yang termodifikasi telah dikomersialkan. (Galuh Yuliani,Tanpa Tahun)

a. Pengertian

Polimer berasal dari bahasa Yunani yaitu poly, yang berarti banyak, dan mer, yang berarti bagian atau satuan.
Ciri utama polimer yakni mempunyai rantai yang sangat panjang dan memiliki massa molekul yang besar. (Stevens, 2001)

Polimer merupakan rangkaian molekul panjang yang tersusun dari pengulangan kesatuan molekul yang kecil dan sederhana.
Molekul kecil dan sederhana penyusun polimer disebut dengan monomer. Polimer dengan massa molekul yang besar disebut
dengan polimer tinggi. Polimer tinggi terdapat di alam seperti pati, selulosa, protein, dan kitosan serta yang dapat disintesis di
laboratorium misalnya : polivinil klorida, polivinil alkohol, poliasam laktat, polimetil metakrilat, polietilena. Plastik
merupakan salah satu contoh polimer tinggi karena memiliki massa molekul yang besar yaitu di atas 10.000 (Oktaviana, 2002).

b. Sifat Sifat Polimer

Faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer


1) Panjang rata-rata rantai polimer
2) Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.
3) Gaya antarmolekul
4) Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan sukar meleleh.
5) Percabangan
6) Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah meleleh.
7) Ikatan silang antar rantai polimer
8) Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan membentuk bahan yang keras. Jika
ikatan silang semakin banyak maka polimer semakin kaku dan mudah patah.
9) Sifat kristalinitas rantai polimer
Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat amorf (tidak keras). Sedangkan polimer
dengan struktur teratur mempunyai kristanilita tinggi sehingga lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan
kimia dan enzim. (Adam Wicaksono, 2014)

c. Klasifikasi Polimer

1) Berdasarkan sumbernya polimer dapat dibagi menjadi polimer alam dan polimer sintetik.

a) Polimer Alam

Polimer alam adalah polimer yang terjadi melalui proses alami. Contoh polimer alam anorganik seperti tanah liat, pasir, sol-
gel, silika, siloksan. Sedangkan contoh polimer organik alam adalah karet alam dan selulosa yang berasal dari tumbuhan, wol
dan sutera yang berasal dari hewan serta asbes yang berasal dari mineral. (Billmeyer, 1984)

No Polimer Monomer Polimerisasi Contoh


1 Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar
umbi
2 Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, Kayu, Kapas
3 Protein Asam amino Kondensasi Susu, daging, telur,
wol, sutera
4 Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA
dan RNA
(sel)
5 Karet Isoprena Adisi Getah pohon karet
alam

Sumber: Rangga, D, 2011

b) Polimer Sintetik

7
Polimer sintetik adalah polimer yang dibuat melalui reaksi kimia sepeti karet fiber, nilon, poliester, polisterena,
polietilen. (Billmeyer, 1984)

Keterangan: poliester
Sumber: https://texco.co.id/informasi/pengertian-polyester-atau-poliester

2) Berdasarkan struktur rantainya, polimer dapat dibagi menjadi tiga jenis struktur yaitu :

a) Polimer Rantai Lurus


pengulangan kesatuan berulang itu lurus (seperti rantai) maka molekulmolekul polimer seringkali digambarkan sebagai
molekul rantai atau rantai polimer.

b) Polimer Bercabang
Beberapa rantai lurus atau bercabang dapat bergabung melalui sambungan silang membentuk polimer bersambung
silang.

c) Polimer Tiga Dimensi atau Polimer Jaringan


Jika sambungan silang terjadi beberapa arah, maka terbentuk polimer sambung silang tiga dimensi yang sering disebut
polimer jaringan. (Billmeyer, 1984).

Keterangan : (a) polimer rantai lurus (b) polimer rantai bercabang (c) polimer rantai tiga dimensi
Sumber : http://www.nafiun.com/2013/10/pengertian-polimer-bentuk-contoh-struktur.html?m=1

3) Berdasarkan sifat termal polimer dibagi menjadi dua jenis yaitu :

a) Polimer Termoplastik
Polimer ini mempunyai sifat fleksibel, dapat melunak bila dipanaskan dan kaku (mengeras) bila didinginkan. Contoh:
polietilen (PE), polipropilen (PP), polivinil klorida (PVC), nilon, dan poliester.

Sumber: Adam Wicaksono, 2014

b) Polimer Termoset
Polimer jenis ini mempunyai berat molekul yang ringgi, tidak melunak, dan sukar larut. Contoh : polimetan sebagai
bahan pengemas dan melamin formaldehida (formika). (Billmeyer, 1984).

8
4) Berdasarkan komposisinya polimer terdiri dari dua jenis yaitu:
a) Homopolimer
Polimer yang disusun oleh satu jenis monomer dan merupakan polimer yang paling sederhana.

b) Heteropolimer (kopolimer)
Polimer yang terbuat dari dua atau lebih monomer. Terdapat beberapa jenis kopolimer yaitu:
 Kopolimer acak yaitu sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak pada rantai polimer.
 Kopolimer berselang-seling yaitu beberapa kesatuan berulang yang berbeda berselang-seling dalam rantai polimer.
 Kopolimer cangkuk/graf/tempel yaitu kelompok satu macam kesatuan berulang tercangkuk pada polimer tulang
punggung lurus yang mengandung hanya satu macam kesatuan berulang. (Billmeyer, 1984)

5) Berdasarkan fasenya, polimer terdiri dari dua jenis yaitu:


a) Kristalin
Susunan antara rantai yang satu dengan rantai yang lain adalah teratur dan mempunyai titik leleh (melting point).

b) Amorf
Susunan antara rantai yang satu dengan yang lain orientasinya acak dan mempunyai temperatur transisi gelas
(Billmeyer, 1984). .

6) Berdasarkan reaksi pembentukannya

Polimer terbentuk dari susunan monomer-monomer dengan melalui proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses
pembentukan polimer dari monomernya. Reaksi tersebut akan menghasilkan polimer dengan susunan ulang tertentu.
Polimerisasi dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.

a) Polimerisasi Adisi
Polimerisasi ini melibatkan reaksi rantai dan dapat berupa radikal bebas atau beberapa ion yang menghasilkan polimer
yang memiliki atom sama seperti monomer dalam gugus ulangnya. Polimer ini melibatkan reaksi adisi dari monomer
yang memiliki ikatan rangkap.

Sumber: Adam Wicaksono, 2014

Polimerisasi adisi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.


 Polimerisasi adisi alami
Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau poliisoprena. Monomernya berupa isoprene atau
senyawa 2-metil-1,3-butadiena.
 Polimerisasi adisi sintesis .Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau polistirena, dan
polietilena.

Tahap reaksi polimeriasi adisi:


 Inisiasi
Pembentukan pusat aktif hasil peruraian suatu inisiator. Peruraian suatu inisiator dapat dilakukan menggunakan
panas, sinar UV, dan sinar gamma (radiasi).

 Propagasi (perambatan)
Tahapan dimana pusat aktif bereaksi dengan monomer secara adisi kontinyu (berlanjut).

 Terminasi (pengakhiran)
Tahapan dimana pusat aktif dinonaktifkan pada tahap akhir. Penonaktifan ini dapat dilakukan dengan
menggandengkan radikal atau kombinasi dan disporposionasi yang melibatkan transfer suatu atom dari satu ujung
rantai ke ujung rantai lainnya. Berikut contoh reaksi polimer adisi pada gambar dibawah ini.

b) Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi adalah reaksi yang terjadi antara dua molekul bergugus fungsi banyak yang menghasilkan
molekul besar dengan disertai pelepasan molekul kecil seperti air melalui reaksi kondensasi. Contoh reaksi
polimerisasi kondensasi dapat dilihat pada Gambar dibawah ini

Sumber: Adam Wicaksono, 2014

9
Polimerisasi kondensasi dibagi menjadi dua sebagai berikut.
 Polimerisasi kondensasi alami. Contoh : pembentukan selulosa, amilum dan protein.
 Polimerisasi kondensasi sintesis .Contoh : pembentukan nilon, tetoron, bakelit, dan urea-metanal. (Adam
Wicaksono, 2014)

Ciri-ciri polimerisasi kondensasi:


 Berlangsung secara bertahap melalui reaksi antara pasangan-pasangan gugus fungsi ujung.
 Berat molekul polimer bertambah secara bertahap.
 Kereaktifan suatu gugus fungsi dalam bentuk polimernya sama dengan dalam bentuknya sewaktu dalam bentuk
monomer.
 Dapat membentuk struktur cincin, bergantung pada keluwesan gugus yang terlibat dan ukuran cincin yang terbentuk.
 Dapat membentuk polimer bercabang atau sambung silang apabila gugus fungsi kedua monomer lebih dari dua.
 Dalam tahap tertentu terbentuknya struktur jaringan, maka terjadi perubahan sifat polimer yang mendadak misalnya
campuran reaksi berubah dari cairan menjadi bentuk gel.
 Derajat polimerisasi dikendalikan dengan variasi waktu dan suhu.
 Penghentian polimeriasi kondensasi dapat dilakukan dengan penambahan penghenti ujung seperti asam etanoat,
penambahan salah satu monomerberlebih dan penambahan pada suhu tertentu.

7) Berdasarkan Aplikasinya
a) Polimer komersial (commodity polymers)
Polimer ini dihasilkan di negara berkembang, harganya murah dan banyak dipakai dalam kehidupansehari hari.
Kegunaan sehari-hari dari polimer ini ditunjukkan dalam tabel . Contoh : Polietilen (PE), polipropilen (PP),
polistirena (PS), polivinilklorida (PVC), melamin formaldehid. Ahmad Wicaksono,2014

Tabel ini Contoh dan keguanaan polimer komersial


Polimer Komersial Kegunaan/manfaat
Polietilena massa jenis rendah(LDPE) Lapisan pengemas, isolasi kawat, dan
kabel, barang mainan, botol yang lentur,
bahan pelapis
Polietlena massa jenis tinggi(HDPE) Botol, drum, pipa, saluran, lembaran,
film,isolasi kawat dan kabel
Polipropilena (PP) Tali, anyaman, karpet, film
Poli(vinil klorida) (PVC) Bahan bangunan, pipa tegar, bahan untuk
lantaui, isolasi kawat dan kabel
Polistirena (PS) Bahan pengemas (busa), perabotan rumah,
barang mainan

Sumber: Ahmad Wicaksono,2014

b) Polimer teknik (engineering polymers)


Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi di negara maju. Polimer ini cukup mahal dan
canggih dengan sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang
transportasi (mobil, truk, kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang- barang listrik dan elektronik (mesin
bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan barang-barang konsumsi. Contoh : Nylon, polikarbonat, polisulfon,
polyester. (Ahmad Wicaksono,2014)

c) Polimer fungsional (functional polymers)


Polimer ini dihasilkan dan dikembangkan di negara maju dan dibuat untuk tujuan khusus dengan produksinya dalam
skala kecil, Contoh : kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya, membran,
biopolymer.( Ahmad Wicaksono,2014)

8) Berdasarkan Jenis Monomer

a) Homopolimer
Homopolimer merupakan polimer yang terdiri dari satu macam monomer, contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil
asetat (PVA), polistirena, amilum, selulosa, dan teflon. Memiliki struktur polimer. . . – A – A – A – A – A – A -. . .
Salah satu contoh pembentukan homopolimer dari polivinil klorida adalah sebagai berikut.(Ahmad Wicaksono,2014)

Sumber: Ahmad Wicaksono,2014

10
b) Kopolimer
Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih monomer. Contoh: polimer SBS (polimer
stirena-butadiena-stirena) .(Ahmad Wicaksono,2014)

Berdasarkan susunan monomernya, terdapat empat jenis kopolimer sebagai berikut:


• Kopolimer bergantian, yaitu kopolimer yang mempunyai beberapa kesatuan ulang yang berbeda berselang-seling adanya
dalam rantai polimer. Strukturnya:. . . – A – B – A – B – A – B – A – B – . . .
• Kopolimer blok, yaitu kopolimer yang mempunyai suatu kesatuan berulang berselang-selingdengan kesatuan berulang
lainnya dalam rantai polimer. Strukturnya: . . . – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A -. . .
• Kopolimer tempel/grafit, yaitu kopolimer yang mempunyai satu macam kesatuan berulang menempel pada polimer tulang
punggung lurus yang mengandung hanya satu macam kesatuan berulang dari satu jenismonomer.

Strukturnya

Sumber: Adam Wicaksono, 2014

• Kopolimer tidak beraturan yaitu kopolimer yang mempunyai sejumlah satuan berulang yang berbeda tersusun secara acak
dalam rantai polimer. Strukturnya: . . . – A – B – A – A – B – B – A – A -. . . . (Ahmad Wicaksono,2014)

d. Manfaat Polimer

Dewasa ini, polimer merupakan salah satu „bahan teknik‟ yang penting untuk keperluan konstruksi atau suku cadang,
disamping bahan konvensional lainnya seperti logam dan keramik. Sebagai „polimer komoditas‟, yaitu bahan polimer yang
digunakan pada pembuatan barang keperluan konsumen, misalnya untuk peralatan rumah tangga, mainan, alat kantor, dan
sebagainya, volume kebutuhannya semakin meningkat. Selain daripada itu, bahan polimer telah dimodifikasi secara fisiko-
kimiawi menjadi bahan khusus dengan karakteristik tertentu seperti untuk pembuatan peralatan kesehatan dan komponen
elektronika. Bahan polimer khusus termodifikasi ini, yang walaupun volume produksinya kecil, harganya dapat mencapai
puluhan kali harga polimer komoditas. Karena latar belakang kebutuhan diatas, industri bahan polimer kini telah berkembang
pesat mencapai pertumbuhan sampai 7% per tahun. Sampai tahun 1980-an industri tersebut telah memperkenalkan berbagai
bahan polimer teknik, yang pada berbagai penggunaannya, bahan polimer tersebut telah menggantikan peranan bahan-bahan
lain. Sebagai salah satu contoh, dalam dunia industri pipa distribusi air dan gas, bahan baja, besi, tembaga dan keramik telah
digantikan oleh polipropilena dan polivinil klorida yang lebih murah dan mudah diperoleh (Wirjosentono, 1998).

e. Dampak Polimer

Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 miliar kantong plastik digunakan penduduk dunia
dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak
per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang
besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik
diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah
kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Perkembangan yang sangat pesat dari industri polimer sintetik
membuat kehidupan kita selalu dimanjakan oleh kepraktisan dan kenyamanan dari produk yang mereka hasilkan. Bahkan
plastik dianggap sebagai salah satu ciri kemunculan zaman modern yang ditandai dengan kehidupan yang serba praktis dan
nyaman. Namun, beberapa laporan ini menguak sisi lain dari kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari
polimer sintetis. Kebanyakan plastik seperti PVC, agar tidak bersifat kaku dan rapuh ditambahkan dengan suatu bahan
pelembut (plasticizers). Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri atas kumpulan ftalat (ester turunan dari asam ftalat).
Beberapa contoh pelembut adalah epoxidized soybean oil (ESBO), di(2-ethylhexyl)adipate (DEHA), dan bifenil poliklorin
(PCB) yang digunakan dalam industri pengepakan dan pemrosesan makanan, acetyl tributyl citrate (ATBC) dan di(-
2ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang digunakan dalam industri pengepakan film (Sheftel, 2000).

Namun, penggunaan bahan pelembut ini yang justru dapat menimbulkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan
bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker
pada manusia (karsinogenik). Di Jepang, keracunan PCB menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai yusho. Tanda dan gejala
dari keracunan ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pada perut, serta tangan dan kaki lemas.
Sedangkan pada wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Contoh lain bahan

11
pelembut yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang
menggunakan bahan pelembut DEHA dapat mengkontaminasi makanan dengan mengeluarkan bahan pelembut ini ke dalam
makanan. Data di AS pada tahun 1998 menunjukkan bahwa DEHA dengan konsentrasi tinggi (300 kali lebih tinggi dari batas
maksimal DEHA yang ditetapkan oleh FDA/ badan pengawas obat makanan AS) terdapat pada keju yang dibungkus dengan
plastik PVC (Awang MR, 1999). DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada
manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat,
selain mengakibatkan kanker hati (Awang MR, 1999). Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti,
hasil penelitian yang dilakukan pada hewan sudah sepantasnya membuat kita berhati-hati.
(Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata, 2015)

Berkaitan dengan adanya kontaminasi DEHA pada makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Eropa telah membatasi
ambang batas DEHA yang masih aman bila terkonsumsi, yaitu 18 bpj (bagian per sejuta). Lebih dari itu dianggap berbahaya
untuk dikonsumsi. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh DEHA, maka
sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang
terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya). Bahaya lain yang dapat mengancam kesehatan kita adalah
jika kita membakar bahan yang terbuat dari plastik. Seperti kita ketahui, plastik memiliki tekstur yang kuat dan tidak mudah
terdegradasi oleh mikroorganisme tanah. Oleh karena itu seringkali kita membakarnya untuk menghindari pencemaran
terhadap tanah dan air di lingkungan kita (Plastik dari sektor pertanian saja, di dunia setiap tahun mencapai 100 juta ton. Jika
sampah plastik ini dibentangkan, maka dapat membungkus bumi sampai sepuluh kali lipat). Namun pembakaran plastik ini
justru dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi kita. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila
dihirup dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan. Pembakaran PVC akan
mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. Selain itu juga dapat mengakibatkan
kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat. (Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata, 2015)

Pekerja-pekerja wanita dalam industri getah, plastik dan tekstil seringkali mengalami kejadian bayi mati dalam kandungan dan
ukuran bayi yang kecil. Kajian terhadap 2,096 orang ibu dan 3,170 orang bapak di Malaysia pada tahun 2002 menunjukkan
bahwa 80% wanita menghadapi bahaya kematian anak dalam kandungan jika bekerja di industri getah dan plastik dan 90%
wanita yang suaminya bekerja di industri pewarna tekstil, plastik dan formaldehida. Satu lagi yang perlu diwaspadai dari
penggunaan plastik dalam industri makanan adalah kontaminasi zat warna plastik dalam makanan. Sebagai contoh adalah
penggunaan kantong plastik hitam (kresek) untuk membungkus makanan seperti gorengan dan lain-lain. Menurut Made
Arcana (2003), zat pewarna hitam ini kalau terkena panas (misalnya berasal dari gorengan), bisa terurai, terdegradasi menjadi
bentuk radikal. Zat racun itu bisa bereaksi dengan cepat, seperti oksigen dan makanan. Kalaupun tak beracun, senyawa tadi
bisa berubah jadi racun bila terkena panas. Bentuk radikal ini karena memiliki satu elektron tak berpasangan menjadi sangat
reaktif dan tidak stabil sehingga dapat berbahaya bagi kesehatan terutama dapat menyebabkan sel tubuh berkembang tidak
terkontrol seperti pada penyakit kanker. Namun, apakah munculnya kanker ini disebabkan plastik itu atau karena
mengkonsumsi makanan tercemar kantong plastik beracun, harus dibuktikan. Sebab, banyak faktor yang menentukan
terjadinya kanker, misalnya kekerapan orang mengonsumsi makanan yang tercemar, sistem kekebalan, faktor genetik, kualitas
plastik, dan makanan. Bila terakumulasi, bisa menimbulkan kanker. (Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata, 2015)

Styrofoam yang sering digunakan orang untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain juga dapat menimbulkan
masalah. Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil survei di AS pada tahun
1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian
dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan
saraf. Lebih mengkhawatirkan lagi bahwa pada penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi
styrene. Hal ini terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang sama juga
menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu yang sedang mengandung. Terpapar dalam
jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti
kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia. Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.
Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan kesuburan. Anak yang terbiasa
mengonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif. Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat
tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para
pakar kesehatan di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan ginjal. Oleh
karena itu Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan mainan anak.
(Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata, 2015)

Ancaman kesehatan yang terakhir (sebenarnya masih cukup banyak contoh lainnya) datang dari kegiatan yang sering tidak
sadar kita lakukan (atau mungkin karena ketidaktahuan kita). Seperti yang lazim kita lakukan apabila kita hendak memakan
suatu makanan yang panas (misalnya gorengan) atau mencegah tangan terkotori oleh minyak dari gorengan tersebut, maka kita
melapisi makanan tersebut dengan kertas tisu. Padahal hal tersebut sebenarnya dapat mengancam kesehatan kita. Ternyata, zat
kimia yang terkandung dalam kertas tisu yang kita gunakan dapat bermigrasi ke makanan yang kita lapisi. Zat ini biasanya
sering disebut pemutih klor yang memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tisu agar terlihat lebih putih bersih. Zat ini
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Oleh karena itu jangan menggunakan bahan ini untuk melapisi makanan
yang panas atau berlemak. (Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata, 2015)

f. Contoh polimer

1) Bioplastik

Plastik merupakan polimer tinggi yang dibentuk dari proses polimerisasi. Menurut Shreve dan Brink (1975) plastik
didefinisikan sebagai materi yang bahan utamanya adalah molekul organik terpolimerisasi dengan bobot molekul tinggi.
Produk akhirnya padat, dan pada beberapa bagian tahap produksinya dapat dibentuk sesuai dengan yang dinginkan. Plastik

12
merupakan salah satu bentuk polimer yang dapat dengan mudah diubah dari bentuk satu ke bentuk lain. Nama plastik
didasarkan pada sifat bahan yang dalam salah satu tahap pengolahannya bahan tersebut ada dalam
keadaan plastik atau kenyal (Oktaviana, 2002).

Bioplastik merupakan plastik yang terbuat dari bahan alami dan disebut juga sebagai plastik biodegradabel karena sifatnya
yang dapat didegradasi dan akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi air dan gas karbondioksida setelah
habis terpakai dan terbuang ke lingkungan. Karena sifatnya yang dapat kembali ke alam, plastik biodegradabel merupakan
plastik yang ramah lingkungan. (Pranamuda, 2001).

Berdasarkan bahanbaku yang dipakai, plastik biodegradabel dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan
bahan baku petrokimia seperti poli (ɛ-kaprolakton) (PCL) dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan
selulosa. Jika kelompok pertama menggunakan sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable resources), maka yang
kedua menggunakan sumber daya alam yang terbarukan (renewable resources). Saat ini polimer plastik biodegradabel yang
telah diproduksi adalah kebanyakan dari polimer jenis poliester alifatik (Pranamuda, 2001).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan plastik biodegradabel terurai, yaitu :


 Cahaya (fotodegradasi)
 Hirolisis (degradasi kimiawi)
 Bakteri / Jamur
 Enzim (degradasi enzimatik)
 Angin, Abrasi (degradasi mekanik)

Beberapa contoh polimer plastik biodegradabel yang sudah diproduksi dalam skala industri yaitu poli (ɛ-kaprolakton) (PCL),
poli (α-hidroksi butirat) (PHB), poli (butilena suksinat) (PBS), poliasam laktat (PLA). PCL adalah polimer hasil sintesis kimia
menggunakan bahan baku minyak bumi. PCL mempunyai sifat biodegradabilitas yang tinggi, dapat dihidrolisis oleh enzim
lipase dan esterase yang tersebar luas pada tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Kekurangan dari PCL adalah titik lelehnya
yang rendah yaitu 60 oC menyebabkan bidang aplikasinya menjadi terbatas. (Narayan, 2006).

Biodegradable plastic merupakan suatu bahan dalam kondisi dan waktu tertentu mengalami perubahan dalam struktur
kimianya oleh pengaruh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan alga. Biodegradable plastic dapat pula diartikan sebagai
suatu material polimer yang berubah menjadi senyawa dengan berat molekul rendah dimana paling sedikit satu atau beberapa
tahap degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami (Latief, 2001). Polimer-polimer yang mampu terdegradasi
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu mengandung salah satu dari jenis ikatan asetal, amida, atau ester, memiliki berat
molekul dan kristalinitas rendah, serta memiliki hidrofilitas yang tinggi. Persyaratan ini tidak sesuai dengan spesifikasi teknis
plastik yang diinginkan dan dibutuhkan pasar sehingga perlu adanya pengoptimalan pengaruh berat molekul, kristalinitas dan
hidrofilitas terhadap biodegradabilitas dan sifat mekanik (Narayan, 2006).

Biodegradable plastic dapat dihasilkan melalui tiga cara yaitu:


 Biosintesis, seperti pada pati dan selulosa
 Bioteknologi, seperti pada polyhydroxyl fatty acid
 Proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida, poliester dan polivinil Alkohol. (Narayan, 2006).

Pada dasarnya terminologi biodegradable plastic, merupakan salah satu pengertian turunan dari bioplastik, dimana bioplastik
didefinisikan sebagai:
1) Penggunaan sumber daya alam terbarukan dalam produksinya (biobased)
- Mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
- Meningkatkan konsumsi sumber daya alam yang dapat diperbaharui
- Mempromosikan sumber daya alam sekitar (Narayan, 2006).

2) biodegradabilitas atau kompostabilitas (biodegradable plastic)


- Dapat dibuang dan hancur terurai
- Segmentasi produk untuk kemasan pangan
- Mampu mengalihkan pengolahan sampah dari landfill dan incinerator. (Narayan, 2006).

Kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan biodegradable plastic, yaitu:
 Campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Bahan ini memiliki nilai biodegradabilitas yang rendah dan
biofragmentasi sangat terbatas.
 Poliester. Biopolimer ini dihasilkan secara fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes dan dapat terdegradasi
secara penuh oleh bakteri, jamur, dan alga.
 Polimer pertanian. Polimer pertanian diantaranya, cellophan, seluloasetat, kitin, pullulan (Latief, 2001).

2.2 Keramik

a. Pengertian

Secara harfiah, kata keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramos yang berarti tembikar (pottery) atau peralatan yang
terbuat dari tanah liat melalui proses pembakaran (Petra, 2006).

b. Ciri Utama Keramik

Ciri utama dari keramik adalah:


1) Keras dan rapuh
13
2) Tahan pada lingkungan suhu tingggi dan lingkungan yang lebih berat persyaratannya
3) Tahan terhadap perubahan kimia
4) Punya titik cair yang tinggi dibanding dengan bahan logam ataupun bahan organik.(Yulianto,2015)

c. Klasifikasi Keramik

1) Berdasarkan aplikasinya keramik dibagi menjadi 2 yaitu:

a) Keramik tradisional

Keramik tradisional yaitu keramik yang terbuat dari bahan alam antara lain kuarsa, tanah liat, dan kaolin(Rahman, 2010)
seperti barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga(ubin, batubata), dan industri (gerabah, genteng, marmer,
granit, dan porselin). (Christian, 2008)

Sumber: Petra, 2006

b) Keramik maju

Keramik maju adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam, seperti Alumina (Al2O3), Zirconia
(ZrO2),dan Magnesium oksida (MgO) (Rahman, 2010).

Sumber: petra, 2006

Gambar diatas diatas menunjukan perbedaan antara keramik tradisional dengan keramik maju dilihat dari bahan dasar yang
digunakan, teknik pembuatan,temperatur pemanasannya dan sifat bahan yang dihasilkan.(pearson,2008)

2) Berdasarkan komposisi kimia, keramik dapat diklasifikasikan dalam lima kategori utama :
a) Oksida alumina, Al2O3 (isolasi busi, grit batu gerinda), magnesia, MgO (lapisan tahan api untuk tanur, kowi ), zirkonia,
ZrO2 (kepala piston, lapisan tahan api tanur tangki gelas ), zirkonia / alumina (media gerinda ), spinel, M2 + O. M +O3
(ferit, magnet, transistor, pita rekam) gelas silica “ Fused” (peralatan laboratorium).
b) Karbida silicon karbida, SiC (industri kimia kowi, pelindung keramik) silikon Nitrida, Si3N4 (corong untuk aluminium
cair, bantalan temperature – tinggi), boron nitirida, BN (Kowi, batu gerinda untuk baja kekuatan tinggi).
c) Silikat porselin (komponen listrik), steatit (Isolator), mullit (bahan-bahan – api)
d) . Sialon berbasis Si – Al – O – N dan M – Si – Al – O – N dimana M = Li, Be, Mg, Ca, Sc, Y, tanah jarang (mata pahat
untuk pemotongan kecepatan tinggi, die ekstrusi, sudut turbin).
e) Keramik gelas – (piroceram, cercon, pirosil (cakram rekuperator untuk alat penukar kalor).
(Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999 )

 Teknik pembuatan
1) keramik tradisional ada tiga teknik pembuatan yang sering digunakan:
(a) teknik pilin (coil)
(b) teknik putar (throwing)
(c) teknik cetak (casting)

2) pembuatan keramik maju seperti silika ( SiO2 ), alumina ( ) 2 3 Al O digunakan


teknik peleburan logam yang banyak digunakan untuk industri maupun penelitian. (Pearson, 2008)

d. Ketidak Sempurnaan Pada Keramik

1) Cacat titik :
 Cacat interstisi, adalah cacat karena atom menempati tempat antara 2 atom

 Cacat vakansi, adalah cacat karena kosongnya atom pada posisi tertentu. (Asyari D.Aryus, Tanpa tahun)

14
Sumber: Asyari D.Aryus, Tanpa tahun

 Cacat schottky, adalah cacat yang disebabkan oleh pasangan cacat kation vakansi dan anion vakansi

Sumber: Asyari D.Aryus, Tanpa tahun

Pada cacat frenkel dan schottky, jumlah muatan listrik pada bahan tetap netral. (Asyari D.Aryus, Tanpa tahun)

2.3 Logam

a. Definis Logam

Logam adalah suatu paduan yang terdiri dari campuran unsure karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam pafuan
yang mempunyai 2 sifat yang berbeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya. Logam
adalah elemen mineral yang terbentuk secara alami. Jumlah logam diperkirakan 4% dari mineral bumi. Logam dalam bidang
keteknisian adalah besi biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan, pipa-pipa, alat-alat pabrik dan sebagainya.
Logam Baja banyak di gunakan dalam pembuatan struktur atau rangka bangunan dalam bentuk baja profil, baja tulangan beton
biasa, anyaman kawat, atau pada akhir-akhir ini di pakai juga dalam bentuk kawat potongan yang disebut “fibre” atau metal
fibre, sebagai tulangan beton. Dalam skala yang lebih kecil logam secara luas juga di pakai sebagai penguat, misalnya bentuk
paku, sekrup, baut, kawat, pelat, bantalan jembatan, atau sebagai bahan lain bentuk lembaran (misalnya bentuk atap, atau lantai
jembatan), atau juga bentuk dekorasi. (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

Kelebihan logam sebagai bahan konstuksi adalah memiliki sifat yang di suatu pihak lebih baik karena :
 memiliki kuat tarik tinggi, dapat di rubah – rubah bentuknya
 mudah di sambung / di las.

Umumnya, logam bermanfaat bagi manusia, karena penggunaannya di bidang industri, pertanian, dan kedokteran. Contohnya,
merkuri yang digunakan dalam proses klor alkali. Proses klor alkali merupakan proses elektrolisis yang berperan penting
dalam industri manufaktur dan pemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan proses elektrolisis
adalah natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), aluminium (Al), tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium
hidroksida, kalium dikromat, dan kalium permanganat. . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

Proses elektrolisis larutan natrium klorida tersebut merupakan proses klor alkali. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan
natrium hidroksida di katode (kutub positif) dan gas klor di anode (kutub negatif). Pada industri angkasa luar dan profesi
kedokteran dibutuhkan bahan yang kuat, tahan karat, dan bersifat noniritin, seperti aloi titanium. Sebagian jenis logam
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimiawi. Pada zaman dahulu, logam tertentu, seperti
tembaga, besi, dan timah digunakan untuk membuat peralatan, perlengkapan mesin, dan senjata.

Secara umum logam mulia berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak,
perunggu dan platina. Logam-logam tersebut memiliki warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat dalam jumlah yang
sedikit di alam, sehingga harganya mahal. Emas dan perak memiliki sifat penghantar listrik yang sangat baik sehingga banyak
dipakai untuk melapisi konektor-konektor pada perangkat elektronik. . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas. Kemampuan logam meregang dan menghantarkan listrik
dimanfaatkan untuk membuat kawat atau kabel, contohnya tembaga. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa disebut
maleabilitas. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam jenis barang,
misalnya golok, pisau, cangkul, dan lain-lain.

15
Sebagai konduktor panas yang baik, logam juga digunakan untuk membuat panci. Logam bersifat kuat sehingga dapat
digunakan untuk membangun rangka bangunan dan jembatan. Logam juga dapat menimbulkan suara dering yang nyaring jika
dipukul, maka logam juga dapat digunakan dalam pembuatan bel.

Logam berat adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Namun logam berat
dianggap berbahaya bagi kesehatan apabila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Beberapa logam tersebut
di antaranya bersifat membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam
berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi. . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

Sifat lainnya adalah :


 memiliki harga konduktivitas listrik yang tinggi
 konduktivitas panas tinggi dan dapat di haluskan sehingga berkilau permukaanya.

Kelemahan sebagian besar logam, khususnya baja, ialah tidak tahan korosi karena kelembapan maupun oleh pengaruh udara
sekeliling dan terjadi perubahan bentuk bila terkena suhu/panas tinggi. Di dalam pemakaian, logam selain juga memiliki kuat
tarik yang tinggi, tahan tekanan atau korosi, kadang-kadang juga harus tahan terhadap beban kejut, suhu rendah, gaya yang
berubah-ubah atau kombinasi, dan beberapa keadaan yang lain. . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

b. Klasifikasi

Pada umumnya, logam dapat di bagi menjadi 2(dua) kelompok besar yaitu :
(Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

1) logam besi (ferrous metal), suatu logam yang elemen pembentuk utamanya adalah besi (fe). Misalnya : besi tuang, besi
tempa, baja.
2) logam bukan besi (non ferrous metal). : logam yang elemen utamanya bukan besi . Misalnya : alumunium, tembaga,
timah putih, emas, dll.

c. Sifat Fisis Logam

Pada umumnya unsur logam mempunyai sifat fisis, antara lain: . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

1) Logam akan memantulkan sinar yang datang dengan panjang gelombang dan frekuensi yang sama sehingga logam
terlihat lebih mengkilat. Contohnya, emas (Au), perak (Ag), besi (Fe), dan seng (Zn).
2) Logam dapat menghantarkan panas ketika dikenai sinar matahari, sehingga logam akan sangat panas (terbakar). Energi
panas diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi kinetik. Hal ini menyebabkan elektron bergerak
lebih cepat. Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang bergerak.
3) Logam juga dapat menghantarkan listrik karena elektronnya terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh bagian struktur
atom. Tembaga (Cu) sering dipakai dalam pembuatan kawat penghantar lisrik.
4) Meabilitas, yaitu kemampuan logam untuk ditempa atau diubah menjadi bentuk lembaran. Sifat ini digunakan oleh
pandai besi untuk membuat sepatu kuda dari batangan logam. Gulungan baja (besi) penggiling menggunakan sifat ini saat
mereka mengulung batangan baja menjadi lembaran tipis untuk pembuatan alat-alat rumah tangga. Hal ini karena
kemampuan atom-atom logam untuk menggelimpang antara atom yang satu dengan atom yang lain menjadi posisi yang
baru tanpa memutuskan ikatan logam.
5) Duktilitas yaitu kemampuan logam dirubah menjadi kawat dengan sifatnya yang mudah meregang jika ditarik. Tembaga
(Cu) dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kawat.
6) Semua logam merupakan padatan pada suhu kamar dengan pengecualian raksa atau merkuri (Hg) yang berupa cairan
pada suhu kamar.
7) Semua logam bersifat keras, kecuali natrium (Na) dan kalium (Ca), yang lunak dan dapat dipotong dengan pisau.
8) Umumnya logam memiliki kepadatan yang tinggi sehingga terasa berat jika dibawa.
9) Logam juga dapat menimbulkan suara yang nyaring jika dipukul, sehingga dapat digunakan dalam pembuatan bel atau
lonceng.
10) Logam dapat ditarik magnet, sehingga logam disebut diamagnetik, misalnya besi (Fe).

d. Sifat Fisis Logam

Sifat baja pada umumnya terdiri dari sifat fisik dan sifat mekanis. Sifat fisik meliputi : berat, berat jenis, daya hantar panas dan
konduktivitas listrik. Baja dapat berubah sifatnya karena adanya pengaruh beban dan panas. Sifat mekanis suatu bahan adalah
kemampuan bahan tersebut memberikan perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut. Atau dapat dikatakan sifat
mekanis adalah kekuatan bahan didalam memikul beban yang berasal dari luar. Sifat mekanis pada baja meliputi : .
(Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

1) Kekuatan. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik. Pada saat baja diberi beban, maka baja akan cenderung
mengalami deformasi/perubahan bentuk. Perubahan bentuk ini akan menimbulkan regangan/strain, yaitu sebesar
terjadinya deformasi tiap satuan panjangnya akibat regangan
2) Keuletan (ductility), Kemampuan baja untuk berdeformasi sebelum baja putus. Keuletan ini berhubungan dengan
besarnya regangan/strain yang permanen sebelum baja putus. Keuletan ini juga berhubungan dengan sifat dapat
dikerjakan pada baja. Cara ujinya berupa uji tarik.
3) Kekerasan, adalah ketahanan baja terhadap besarnya gaya yang dapat menembus permukaan baja. Cara ujinya
dengan kekerasan Brinell, Rockwell, ultrasonic, dll.

16
e. Sifat Kimia Logam

Sifat-sifat kimia logam antara lain: . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)


1) Logam memiliki energi ionisasi yang rendah, oleh karena itu logam cenderung melepaskan elektronnya dengan
mudah. Logam cenderung melepaskan elektron daripada menangkap elektron untuk membentuk kation. Logam
berikatan dengan lainnya untuk mencapai stabil. Contohnya:
Na+ Mg2+ Al3+ .
2) Umumnya logam cenderung memiliki titik leleh titik didih yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan
ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi
pada lautan elektron, dan pada susunan atom-atomnya.Sifat titik leleh menunjukkan kekerasan logam, titik leleh yang
tinggi artinya logamnya keras, sedangkan titik leleh rendah artinya logamnya lemah. Semua logam memiliki titik
leleh yang tinggi, kecuali merkuri (Hg), cerium (Ce), galium (Ga), timah (Sn) dan timbal (Pb).
3) Logam memiliki 1 sampai 3 elektron dalam kulit terluar dari atom-atomnya.
4) Kebanyakan logam oksida yang larut dalam air bereaksi untuk membentuk logam hidroksida. Contonya:
logam oksida + air logam hidroksida
Na2O (s) + H2O (l) 2NaOH (aq)
CaO (s) + H2O (l) Ca(OH)2 (aq)
5) Logam oksida bereaksi dengan asam membentuk garam dan air. Contohnya:
logam oksida + asam garam + air
MgO (s) + 2HCl (aq) MgCl 2 (aq) + H2O (l)
NiO (s) + H2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + H2O (l)

Logam adalah unsur kimia yang mempunya sifat-sifat, yaitu :


 Logam dapat di tempa dan di ubah bentuk.
 Penghantar panas dan listrik.
 Keras (tahan terhadap goresan, potongan atau keausan).

f. Contoh Besi

1) Baja karbon

a) Menurut kadungan C
 Baja karbon rendah: C<0,3%, utk baut, mur, lembaran, pelat, tabung, pipa, komponen mesin berkekuatan rendah
 Baja karbon menengah: 0,3%<C<0,6%, utk roda gigi, axle, batang penghubung, crankshaft, rel, komponen utk mesin
pengerjaan logam
 Baja karbon tinggi: 0,6%<C<1,0%, utk mata pahat, kabel, kawat musik, pegas . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

b) Klasifikasi baja menurut AISI & SAE

17
Sumber: Muhammad Gulam Nugraha, 2014

Baja seri 1045 untuk yoke ball


1045 termasuk seri 10xx atau seri baja karbon
Angka 45 merupakan kandungan karbon = 45/100 % = 0,45%

2) Baja Paduan
a) Baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high strength alloy steel)
- C<0,30%
- Strukturmikro: butir besi-a halus, fasa kedua martensit & besi-d
- Produknya: pelat, balok, profil

b) Baja fasa ganda (Dual- phase steel)


- Strukturmikro: campuran besi-a & martensit . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

3) Baja tahan karat


- Sifatnya tahan korosi, kekuatan & keuletan tinggi dan kandungan Cr tinggi
- Kandungan lain : Ni, Mo, Cu, Ti, Si, Mg, Cb, Al, N dan S
- Jenis baja tahan karat
Austenitik (seri 200 & 300)
o Mengandung Cr, Ni dan Mg
o Bersifat tidak magnit, tahan korosi
o Untuk peralatan dapur, fitting, konstruksi, peralatan transport, tungku, komponen penukar panas, linkungan
kimia
Ferritik (seri 400)
o Mengandung Cr tinggi, hingga 27%
o Bersifat magnit, tahan korosi
o Untuk peralatan dapur.
Martemsitik (seri 400 & 500)
o Mengandung 18%Cr, tdk ada Ni
o Bersifat magnit, berkekuatan tinggi, keras, tahan patah dan ulet
o Untuk peralatan bedah, instrument katup dan pegas
Pengerasan presipitasi
o Mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo
o Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada suhu tinggi
o Untuk komponen struktur pesawat & pesawat ruang angkasa
Struktur Duplek
o Campuran austenit & ferrit
o Untuk komponen penukar panas & pembersih air . (Muhammad Gulam Nugraha, 2014)

4) Besi cor
- Besi tuang disusun oleh besi, 2,11-4,50% karbon dan 3,5% silikon
- Kandungan Si mendekomposisi Fe3C menjadi Fe-a dan C (garfit)
- Jenis besi cor
o Besi cor kelabu
Disusun oleh serpihan C (grafit) yang tersebar pada besi-a , Bersifat keras & getas

Sumber: Muhammad Gulam Nugraha, 2014

18
o Besi cor nodular (ulet)
- C (grafit)nya berbentuk bulat (nodular) tersebar pada besi-a.
- Nodular terbentuk karena besi cor kelabu ditambahkan sedikit unsur magnesium dan cesium
- Keras & ulet

Sumber: Muhammad Gulam Nugraha, 2014

o Besi cor putih


- Disusun oleh besi-a dan besi karbida (Fe3C)
- Terbentuk melalui pendinginan cepat
- Getas, tahan pakai & sangat keras

Sumber: Muhammad Gulam Nugraha, 2014

o Besi cor malleable


- Disusun oleh besi-a dan C (grafit)
- Dibentuk dari besi cor putih yang dianil pada 800-900oC dalam atmosphere CO & CO2 . (Muhammad Gulam
Nugraha, 2014)

Sumber: Muhammad Gulam Nugraha, 2014

2) Tembaga

Logam Cu merupakan salah satu bentuk logam berat essensial untuk kebutuhan mahkluk hidup sebagai elemen mikro. Logam
ini dibutuhkan sebagai unsur yang berperan dalam pembentukkan enzim oksidatif dan pembentukkan kompleks Cu-protein
yang dibutuhkan untuk pembentukkan hemoglobin, kolagen dan pembuluh darah (Darmono, 1995).

Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam
bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (palar, 2004). Tembaga (Cu) di perairan alami
terdapat dalam bentuk partikulat, koloid dan terlarut. Fase terlarut merupakan Cu2+ bebas dan ikatan kompleks, baik dengan
ligan organik, terutama (CuOH+, Cu2(OH)22+) maupun organik. Ikatan Cu kompleks dengan ligan organik, terutama adalah
oleh material humus. Ikatan kompleks Cu yang terjadi dalam sedimen laut adalah yang paling stabil, sementara yang terbentuk
dalam kolom air laut stabilitasnya paling rendah (Moore dan Ramamoorthy, dalam ardi 2009).

Dalam jumlah kecil tembaga ditemukan pada beberapa jenis tanaman, bulu-bulu burung terutama yang berbulu terang dan
dalam darah binatang-binatang laut seperti udang dan kerang. Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang
ditemukan dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga yang
banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah sulfida, oxida-
oxidanya, dan karbonat.
19
3. PEMAKAIAN DAN FUNGSI

3.1 Logam
1. Untuk membuat peralatan dapur.
2. Baja ringan digunakan dalam pembuatan jembatan.
3. Sebagai bahan untuk membuat sistem perpipaan dan katupnya.
4. Sebagai baling-baling kapal agar tidak terkena korosi. ( Yulianto, 2015 )

3.2 Polimer
1. Untuk membuat pesawat telepon.
2. Sebagai bahan pembuat kotak pelindung mesin.
3. Sebagai bahan pembuat pipa-pipa yang tahan terhadap bahan kimia. ( Yulianto, 2015)

3.3 Keramik
1. Sebagai rangkaian cetak.
2. Sebagai penyangga katalisator yang berbentuk sarang lebah dan diletakkan pada sistem pembuangan alat yang
menggunakan motor sebagai mesin penggeraknya.
3. Sebagai bahan isi menara destilasi. ( Yulianto, 2015)

4. PENGUJIAN SIFAT MEKANIK

Untuk mengetahui sifat bahan/logam perlu dilakukan pengujian. Pengujian biasanya dilakukan terhadap sampleuji bahan yang
dipersiapkan menjadi spesimen atau batang uji (test piece) dengan bentuk dan ukuran yang standar. Demikian juga prosedur
pengujian harus dilakukan dengan cara-cara yang standar (mengikuti suatu standar tertentu), baru kemudian dari hasil
pengukuran pada pengujian diambil kesimpulan mengenai sifat mekanik yang diuji. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Sebenarnya hasil pengujian yang paling mendekati kenyataan akan dapat diperoleh bila pengujian dilakukan terhadap benda
komponen atau keseluruhan konstruksi dengan bentuk dan ukuran sebenarnya (full-scale) dan pengujian dilakukan dengan
pembebanan yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Tetapi cara ini terlalu mahal, tidak praktis dan bahkan kadang-kadang
sulit dianalisis. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Beberapa pengujian mekanik yang banyak diiakukan adalah pengujian tarik (tensile test), pengujian kekerasan (hardness test),
pengujian pukul-takik (impact test), kadang-kadang juga pengujian kelelahan (fatigue test), creep test, bending test,
compression test dan beberapa fabrication test. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

4.1. Pengujian Tarik (Tensile test)

Gambar : grafik beban dan pertambahan panjang (grafik P-AL)


Sumber : ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Pengujian tarik biasanya dilakukan terhadap spesimen/batang uji yang standar. Bahan yang akan diuji tarik, mawal dibuat
menjadi batang uji dengan bentuk sesuai dengan suatu standar uji. Salah satu bentuk batang uji dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pada bagian tengah dari batang uji (pada bagian yang paralel) merupakan bagian yang menerima tegangan yang uniform, dan
pada bagian ini disebut panjang ukur (gauge length), yaitu bagian yang dianggap menerima pembebanan, bagian ini yang
selalu diukur panjangnya selama proses pengujian. Batang uji ini dipasang pada mesin tarik, dijepit dengan pencekam dan di
tarik pada ujung-ujungnya ke arah memanjang secara perlahan, pada penarikan setiap saat dicatat/tercatat dengan grafik yang
tersedia pada uji tarik, besarnya gaya tarik yang bekerja dan besarnya pertambahan panjang yang terjadi sebagai akibat dari
gaya tarik tersebut. Penarikan berlangsung sampai batang uji putus. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Gambar 2.1 : bentuk batang uji tarik


sumber : https://www.google.com/url? 2F104521-Bab-4-sifat-material.
20
Data diperoleh dari mesin tarik biasanya dinyatakan dengan grafik beban dan pertambahan panjang (grafik P-AL). Grafik ini
masih belum banyak digunakannyakarena hanya menggambarkan kemampuan batang uji (bukan kemampuan tarik) untuk
menerima beban/gaya. Untuk dapat digunakan menggambarkan sifat inisecara umum, maka grafik P - AL harus dijadikan
grafik lain yaitu suatu diagram Tegangan - Regangan (Stress - strain), disebut juga suatu diagram a - ε , kadang-kadang juga
disebut Diagram Tarik. Pada saat batang uji menerima beban sebesar P leg maka batang uji (yaitu mg uji) akan bertambah
panjang sebesar AL mm, saat itu pada batang uji bekerja tegangan yang besarnya :
a = P/Ao
dimana :
Ao = luas penampang batang uji mula-mula
Juga pada saat itu pada batang uji terjadi regangan yang besarnya :
ε = AL/LO = (L - Lj/LO
dimana
Lo = panjang "panjang uji" mula-mula
L = panjang "panjang uji" saat menerima beban

Tegangan dituliskan dengan satuan kg/mm2, kg/cm2, psi (pound per square atau MPa (Mega Pascal = 106 N/m2). Regangan
dapat dinyatakan dengan prosentase pertambahan panjang, satuannya adalah persen (%) atau mm/mm. (Suarsana, MT, 2017)

Gambar 2.3 : mekanisme tegangan listrik,


sumber : https://www.google.com/url?2F.

Dari diagram di atas tampak bahwa pada tegangan yang kecil grafik berupa garis lurus, ini berarti bahwa besarnya regangan
yang timbul sebagai akibat tegangan yang kecil tsb berbanding lurus dengan besarnya tegangan yang bekerja (Hukum Hook).
Hal ini berlaku hingga titik P, yaitu batas kesebandingan atau proportionality limit. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Jadi bila pengujian tarik dilakukan dengan penambahan beban secara perlahan, mula-mula akan terjadi pertambahan panjang
yang sebanding dengan pertambahan gaya yang bekerja. Kesebandingan ini berlangsung terus sampai beban mencapai titik P
(proportionality limit), setelah itu pertambahan panjang yang terjadi sebagai akibat penambahan beban tidak lagi berbanding
lurus, pertambahan beban yang sama akan menghasiikan pertambahan panjang yang lebih besar. Dan bahkan pada suatu saat
dapat terjadi pertambahan panjang tanpa ada penambahan beban, batang uji bertambah panjang dengan sendirinya. Dikatakan
batang uji mengalami luluh (yield). Keadaan ini berlangsung hanya beberapa saat dan sesudah itu beban akan naik lagi untuk
dapat memperoleh pertambahan panjang (tidak lagi proportional). Kenaikan beban ini akan berlangsung terus sampai
maksimum, dan logam yang ulet (seperti halnya baja karbon rendah) sesudah itu beban tarik akan menurun lagi (tetapi
pertambahan panjang terus berlangsung) dan akhirnya batang uji putus. Pada saat beban tercapai maksimum pada batang uji
terjadi pengecilan penampang setempat (local necking), dan pertambahan panjang akan terjadi hanya di sekitar necking tsb.
Peristiwa seperti ini yang terjadi pada logam ulet, sedang pada logam-logam yang lebih getas tidak terjadi necking dan logam
itu akan putus pada saat beban maksimum. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Bila pengujian dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda yaitu beban ditambahkan perlahan-Iahan sampai suatu harga
tertentu lalu beban diturunkan sampai nol, dinaikkan lagi sampai di atas harga tertinggi yang sebelumnya, dan diturunkan lagi
sampai nol, demikian terus berulang-ulang, maka akan terjadibahwa pada beban yang kecil disamping berlaku Hukum Hook
juga logam mangalami elastik, pada saat menerirna beban akan bertambah panjang tetapi bila beban dihilangkan pertambahan
panjang juga akan hilang, batang uji kembali ke bentuk ukuran semula. Keadaan ini berlangsung sampai batas elastik (elastic
limit, titik E). Jadi untuk beban rendah, pertambahan panjang mengikuti garis OP gambar 2.2. Bila beban melebihi batas
elastik, maka bila beban dihilangkan pertambahan panjang tidak seluruhnya hilang, masih ada terdapat pertambahan panjang
yang tetap, atau pertambahan panjang yang plastik. Besarnya pertambahan pannjang (%) plastik ini dapat dicari dengan
menarik garis sejajar dengan garis pertamabahan panjang elastik garis OP dari titik yang menunjukkan besarnya
beban/tegangan yang bekerja.
( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Diagram tegangan - regangan dapat dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah elastik dan daerah plastik. Yang menjadi batas
antara kedua daerah tersebut seharusnya adalah batas elastik, titik E, tetapi ini tidak praktis karena mencari titik E cukup sulit,
maka yang dianggap sebagai batas antara daerah elastik dan plastik adalah titik luluh (yield point), Y. Diagram seperti contoh
di atas, dimana yield tampak jelas dan patah terjadi tidak pada beban maksimum, sebenarnya jarang terjadi. Ini akan terjadi
hanya pada beberapa logam yang cukup ulet, seperti baja karbon rendah yang ulet. Pada logam yang lebih getas yield kurang
nampak, bahkan tidak terlihat sama se-kali dan putus akan terjadi pada beban maksimum. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Keuletan (ductility) menggambarkan kemampuan untuk berdeformasi secara plastik tanpa menjadi patah dapat diukur dengan
besarnya regangan plastik yang terjadi setelah batang uji putus. Keuletan biasanya dinyatakan dengan persentase perpanjangan
(percentage elongation) :

21
ΔL = (Lf - Lo)/Lo x 100 %
Lo = panjang awal
Lf = panjang gage length setelah putus
( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Bila keuletan dinyatakan dengan persentase perpanjangan maka panjang gauge length mula-mula juga harus disebutkan. jadi
misalnya dituliskan "persentase perpanjangan 25 % pada gauge length 50 mm". Secara grafik persentase perpanjangan dapat
diukur pada diagram, yaitu dengan menarik garis dari titik patah B, sejajar dengan garis elastik hingga memotong absis D
`Panjang DC adalah regangan elastik, panjang OD adalah daerah plastik. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017)

Gambar 2.4 : penentuan tegangan plastik setelah patah, sumber : https://www.google.com/url?2F.


Keuletan juga dapat dinyatakan dengan persentase pengurangan luas penampang (percentage reduction in area):

A = (Ao - Af,)/Ao x 100 %


Ao = luas penampang batang uji mula-mula
Af = luas penampang batang uji pada patahan. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Pada baja, juga pada logam-Iogam lain, keuletan banyak ditentukan oleh strukturmikro, ditentukan oleh komposisi kimia dan
paduan, lakupanas dan tingkat deformasi dingin yang dialami. Pada baja, kenaikan kadar karbon akan menaikan kekuatan dan
kekerasan tetapi akan menurunkan keuletan. Demikian pula dengantingkat deformasi dingin, makin tinggi tingkat deformasi
dingin yang dialami makin tinggi kekuatan dan kekerasan tetapi keuletan akan makin rendah.

Keuletan merupakan saiah satu sifat mekanik yang amat penting karena :
a. keuletan menunjukkan seberapa banyak suatu logam dapat dideformasitanpa menjadi patah/retak, hal ini penting dalam
menentukan besarnyadeformasi yang akan dilakukan pada proses rolling, extruding, forging,
drawing dan Iain-lain.
b. kerusakan pada bahan yang memiliki keuletan cukup tinggi biasanya didahului oleh adanya deformasi, sehingga bila
dijumpai adanya deformasi maka akan dapat diambil tindakan untuk mencegah terjadinyakerusakan lebih lanjut.
c. dapat digunakan sebagai indikator dari perubahan komposisi kimia dan kondisi proses pengerjaan.
Ketangguhan (toughness)menyatakan kemampuan menyerap energi tanpa mengakibatkan patah, dapat diukur dengan
besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan. Ketangguhan dinyatakan dengan modulus ketangguhan (modulus of
toughness atau toughness index number) yang dapat didefinisikan sebagai aktivitas energi yang diperlukan untuk
mematahkan satu satuan volume suatu bahan. Secara grafik, ini dapat diukur dengan luasan yang berada di bawah kurva
tegangan -regangan dari hasil pengujian Tarik. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Ada beberapa pendekatan matematik yang dapat digunakan mengukur/ menghitung besarnya modulus ketangguhan UT yaitu:
- untuk bahan yang ulet (ductile):
- UT = au .ε atau
- UT = ε . (au + ay)/2
- untuk bahan yang getas (brittle)
- UT = 2/3 au . εf
dimana :
- UT = modulus ketangguhan (toughness index number)
- au = ultimate tensile strength
- ay = yield point/strength
- εf = regangan total pada saat putus

Pada beberapa komponen mesin seperti kopling, roda gigi, rantai, kait kran dan Iain-lain sering kali mengalami kenaikan
tegangan sesaat hingga di atas yield pointnya, untuk itu akan diperlukan bahan yang memiliki ketangguhan cukup tinggi. (
DR.IR.KT.Suarsana,MT.2017.Ilmu Material Teknik. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Udayana).

Ketangguhan merupakan suatu konsep yang sangat penting dan banyak dipergunakan, tetapi sebenarnya sulit ditetapkan
seberapa besar sebenarnya ketangguhan yang dibutuhkan untuk suatu keperluan, juga sulit untuk mengukur seberapa besar
sebenarnya ketangguhan suatu barang jadi yang terbuat dari bahan tertentu, karena banyak hal yang mempengaruhi
ketangguhan, antara lain adanya cacat, bentuk dan ukurannya, bentuk dan ukuran benda, kondisi pembebanan/strain rate,
temperatur dan Iain-lain yang banyak diantaranya sulit diukur. Dari uraian tentang sifat mekanik dapat dianalisis bahwa
ketangguhan ditentukan oleh kekuatan dan keuletan, dimana kedua sifat ini biasanya berjalan bertentangan, artinya bila
kekuatan naik maka keuletan menurun. Ini dapat dilihat dengan membandingkan baja karbon rendah (yang kekuatannya
rendah tetapi keuletannya tinggi), baja karbon me-nengah (dengan kekuatan yang lebih tinggi tetapi keuletannya lebih rendah)
dan baja karbon tinggi (yang kekuatannya sangat tinggi tetapi juga sangat getas). Dari Gambar 2.5. di belakang tampak bahwa
ketangguhan paling tinggi akan diperoleh pada baja karbon menengah. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

22
Gambar 2.5 : daerah ketangguhan
sumber : https://www.google.com/url?2F.

Diagram tegangan - regangan sebenarnya

Diagram tegangan - regangan seperti yang dibicarakan di depan disebut diagram tegangan - regangan nomma karena
perhitungan tegangan dan regangan tersebut berdasarkan panjang uji dan luas penampang mula-mula (nominal), pada hal
setiap saat selalu terjadi perubahan sebagai akibat penarikan yang sedang berlangsung. Dengan demikian seharusnya tegangan
dan regangan dihitung berdasarkan luas penampang dan panjang uji pada sesaat itu (bukan yang mula-mula). Dari hal ini
terlihat bahwa sebenarnya diagram tegangan -regangan nominal (kadang-kadang disebut juga diagram tegangan – regangan
konvensional) kurang akurat, namun demikian untuk keperluan teknik (engineering) pada umumnya dianggap sudah memadai,
karenanya dinamakan juga diagram tegangan - regangan teknik (engineering). Tetapi untuk beberapa keperluan tertentu,
seperti misalnya untuk perhitungan pada proses pembentukan (rolling, forging dll) serta untuk perhitungan yang lebih
mendetail memerlukan ketelitian yang lebih tinggi maka diperlukan tegangan - regangan sebenarnya. Kedua hubungan di atas
hanya

berlaku hingga saat terjadinya necking, di luar itu maka tegangan dan regangan sebenarnya harus dihitung berdasarkan
pengukuran nyata pada batang uji, beban dan luas penampang setiap saat. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.6 : diagram tegangan – regangan nominal dan sebenarnya


sumber : https://www.google.com/url2F.

Kekerasan dan pengujian kekerasan

Kekerasan sebenarnya merupakan suatu istilah yang sulit didefinisikan secara tepat, karena setiap bidang ilmu dapat
memberikan definisinya sendiri- sendiri yang sesuai dengan persepsi dan keperiuannya. Karenanya juga cara pengujian
kekerasan ada bermacam-macam tergantung konsep yang dianut.
Dalam engineering, yang menyangkut logam, kekerasan sering dinyatakan sebagai kemampuan untuk menahan
indentasi/penetrasi/abrasi. Ada beberapa cara pengujian kekerasan yang terstandar yang digunakan untuk menguji kekerasan
logam, pengujian Brinell, Rockwell, Vickers dll. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

a. Pengujian Kekerasan Brinell

Pengujian Brinell adalah salah satu cara pengujian kekerasan yang paling banyak digunakan. Pada pengujian Brinell digunakan
bola baja yang dikeraskan sebagai indentor. Indentor ini ditusukkan ke permukaan logam yang diuji dengan gaya tekan tertentu
selama waktu tertentu pula (antara 10 sampai 30 detik). Karena penusukan (indentasi) itu maka pada permukaan logam tsb
akan terjadi tapak tekan yang berbentuk tembereng bola. Kekerasan Brinell dihitung sebagai berikut:

𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛
BHN =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑝𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛

𝑃
BHN =
𝑛𝐷/2.𝐷−√(𝐷2−𝑑2)

dimana :
P = gaya tekan (kg)
D = diameter bola indentor (mm)
d = diameter tapak tekan (mm)
( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Biasanya, pada pengujian kekerasan Brinell yang standar digunakan bola baja yang dikeraskan berdiameter(10 µm, gaya tekan
3000 kg (untuk pengujian kekerasan baja), atau 1000 atau 500 kg (untuk logam non ferrous, yang lebih lunak dengan lama

23
penekanan 10 - 15 detik. Tetapi mengingat kekerasan bahan uji dan juga tebal bahan (supaya tidak terjadi indentasi yang
terlalu dalam atau terlalu dangkal) boleh digunakan gaya tekan dan indentor dengan diameter yang berbeda asalkan selalu
dipenuhi persyaratah P/D2 = konstan. Dengan memenuhi persyararatan tersebut maka hasil pengukuran tidak akan berbeda
banyak bila diuji dengan gaya tekan/diameter bola indentor yang berbeda. Harga konstanta ini untuk baja adalah 30, untuk
tembaga/paduan tembaga 10 dan aluminium/paduan aluminium 5. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.7 : kekerasan brinell


sumber : https://www.google.com/url?2F.

Untuk pengujian logam yang sangat keras (di atas 500 BHN) bahan indentor dari bahan yang dikeraskan tidak cukup baik,
karena indentor itu sendiri mungkin mulai terdeformasi, maka digunakan bola dari karbida tungsten, yang mampu mengukur
sampai kekerasan sekitar 650 BHN. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

b. Pengujian kekerasan Rockwell

Pada caraj Rockwell pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan mesin langsung meminjukkan angka kekerasan dari yang
diuji. Car a ini lebih cepat dan akurat. Pada cara Rockwell yang normal, mula-mula permukaan logam yang diuji ditekan oleh
indentor dengan gaya tekan 10 kg, beban awal (minor load Po), sehingga ujung indentor menembus permukaan sedalam h
(lihat gambar 2.15). Setelah itu penekanan diteruskan dengan mernberikan beban utama (major load P) selama beberapa saat,
kemudian beban utama dilepas, hanya tinggal beban awal, saat ini kedalaman penetrasi ujung indentor adalah ht.
✓ o – o posisi belum indentasi
✓ 1– 1 posisi pada saat baban awal P'
✓ 2 – 2 penetrasi pada saat beban penuh (P'+P)
✓ 3 – 3 penetrasi setelah baban utama dilapas (P')
Kekerasan diperhitungkan berdasarkan perbedaan kedalaman penetrasi ini. Karena yang diukur adalah kedalaman penetrasi,
dan juga panjang langkah gerakan indentor, maka pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan dial indicator, dengan
sedikit modifikasi yaitu piringan penunjuknya menunjukkan skala kekerasan Rockwell. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Dengan cara Rockwell dapat digunakan beberapa skala, tergantung pada kombinasi jenis indentor dan besar beban utama yang
digunakan. Macam skala dan jenis indentor serta besar beban utama dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah. Untuk logam
biasanya digunakan skala B atau skala C, dan angka keke-rasajmya dinyatakan dengan RB dan Rc. Untuk skala B harus
digunakan indentor berupa bola baja berdiameter 1/16" dan beban utama 100 kg. Kekerasan yang dapat diukur dengan
Rockwell B ini sarnpai RB 100, bila pada suatu pengukuran diperoleh angka di atas 100 maka pengukuran harus diulangi
dengan menggunakan skala lain. Kekerasan yang diukur dengan skala B ini relatif tidak begitu tinggi, untuk mengukur
kekerasan logam yang keras digunakan Rockwell C (sampai angka kekerasan Rc 70) atau Rockwell A (untuk yang sangat
keras). Di samping Rockwell yang normal ada pula yang disebut superficial Rockwell, yang menggunakan beban awal 3 kg,
indentor kerucut intan (diamond cone, brale) dan beban utama 15, 30 atau 45 kg. Superficial Rockwell digunakan untuk
specimen yang tipis. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.8 : tabel beban dan identitas dari test kekerasan rocwell
sumber : https://www.google.com?url3F.

c. Pengujian kekerasan Vickers

Prinsip dasar pengujian ini sama dengan pengujian Brinell, hanya saja disini digunakan indentor intan yang berbentuk piramid
beralas bujur sangkar dan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 136°. Tapak tekannya tentu akan berbentuk bujur
sangkar, dan yang diukur adalah panjang kedua diagonalnya lalu diambil rata-ratanya.
Angka kekerasan Vickers dihitung dengan :
24
HV = {2P sin (a/2)}/d2 =(1,854 . P/d2)
dimana :
P = gaya tekan (kg)
d = diagonal tapak tekan rata-rata (mm)
a = sudut puncak indentor = 136o
( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.8 : uji vickers indentor piramid


sumber : https://www.google.com?urlu2F.

Hasil pengujian kekerasan Vickers ini tidak tergantung pada besarnya gaya tekan (tidak seperti pada Brinell), dengan gaya
tekan yang berbeda akan ditunjukkan hasil yang sama untuk bahan yang sama. Dengan demikian juga Vickers dapat mengukur
kekerasan bahan mulai dari yang sangat lunak (5 HV) sampai yang amat keras (1500 HV) tanpa perlu mengganti gaya tekan.
Besarnya gaya akan yang digunakan dapat dipilih antara 1 sampai dengan 120 kg, tergantung dari kekerasan/ketebalan bahan
yang diuji agar diperoleh tapak tekan yang mudah diukur dan tidak ada anvil effect (pada benda yang tipis). (
DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

d. Kekerasan Meyer
Meyer mengukur kekerasan dengan cara yang hampir sama seperti Brinell, yang menggunakan indentor bola, hanya saja angka
kekerasannya tidak dihitung dengan luas permukaan tapak tekan tetapi dihitung dengan luas froyeksi tapak tekan.
Angka kekerasan Mayer

Pm = 4P/(πd2)

dimana :
P = gaya tekan (kg)
d = diameter tapak tekan (mm)
Dengan cara ini hasil pengukuran tidak lagi terpengaruh oleh besarnya juga tekan yang digunakan untuk menekan indentor
(jadi tidak seperti Brinell). Biasanya akan sama walaupun pengukuran dtlakukan dengan gaya tekan berbeda. llaupun demikian
ternyata pengujian Meyer tidak banyak digunakan.
( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

e. MIcrohardnets test
Untuk keperluan metalurgi seringkali diperlukan pengukuran kekerasan pada daerah yang sangat kecil, misalnya pada salah
satu strukturmikro, atau pada lapisan yang sangat tipis misalnya pada lapisan eletroplating. Untuk itu pengujian dilakukan
dengan gaya tekan yang sangat kecil, di bawah 1000 gram,menggunakan mesin yang dikombinasi dengan mikroskop. Cara
yang biasa digunakan adalah Mikio Vickers atau Knoop. Pada Mikro Vickers, indentor yang digunakan juga sama seperti pada
Vickers biasa, juga cara perhitungan angka kekeragannya, hanya saja gaya tekan yang digunakan kecil sekali, 1 sampai 1000
gram, dan panjang diagonal indentasi diukur dalam mikron. Pada Knoop microhardness test, digunakan indentor piramid intan
dengan alas berbentuk belah ketupat yang perbandingan panjang diagonainya 1 : 7. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.9: uji knoop indentor piramid


sumber : https://www.google.com?url2F.

Angka kekerasan Knoop dihitung sebagai berikut :

HK = 14,229 P/l2

dimana :
P = gaya tekan
l = panjang diagonal tapak tekan yang panjang (mikron)
Mengingat bentuk indentornya maka Knoop akan menghasiikan indentasi yang sangat dangkal (dibandingkan dengan
Vickers), sehingga sangat cocok untuk pengujian kekerasan pada lapisan yang sangat tipis dan/atau getas. (
DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

25
Konversi angka kekerasan

Untuk suatu keperluan praktis kadang-kadang perlu mengadakan konversi atas hasil pengukuran kekerasan suatu cara ke cara
lain. Ternyala hal ini tidak mudah karena adanya perbedaan pada prinsip kerja dari masing-masing cara pengukuran kekerasan.
Karenanya hubungan konversi ini hanya sekedar suatu hubungan empirik. Dan hubungan konversi inipun hanya berlaku untuk
satu jenis logam tertentu saja, sehingga masing-masing logam harus memiiiki hubungan konversi sendiri-sendiri. Hubungan
konversr yang sudah banyak dibuat adalah hubungan konversi antara Brinell (BHN), Rockwell (RA, RB, RCi superficial) dan
Vickers HV atau VHN atau DPHN) untuk baja, seperti tertera pada Tabel 2.2 . Dari tabel tersebut tampak bahwa angka
kekerasan Brinell hampir sama dengan angka kekerasan Vickers (Vickers sedikit lebih tinggi, 5-10 %], sedang terhadap
Rockwell B, Brinell/Vickers kira-kira dua kali lebih besar Rockwell C, kira-kira 10 -13 kali lebih besar. (
DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

4.2. Pengujian Pukul-Takik (Impact Test)

Selama Perang Dunia banyak dijumpai kerusakan pada konstruksi (kapal, jembatan, tanki, pipa dan Iain-Iain) yang
menampakkan pola patah getas, padahal konstruksi tersebut terbuat dari logam yang biasanya dikenal cukup ulet, seperti
misalnya baja lunak. Ternyata ada tiga faktor utama yang rnenyebabkan kecenderungan terjadinya patah getas yaitu :
(1) tegangan yang triaxial
(2) tempetatur rendah dan
(3) laju peregangan (strain rate) yang tinggi (kecepatan pembebanan tinggi). ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )
Tegangan yang triaxial dapat terjadi pada takikan. Ada beberapa cara menguji kecenderungan terjadinya patahan getas yang
di-lakukan para peneliti, salah satu yang sering digunakan adalah impact test (pengujian pukul takik). Pada pengujian ini
digunakan batang uji yang bertakik (notch) yang dipukul dengan sebuah bandul. Ada dua cara pengujian yang dapat digunakan
yaitu metode Charpy (dipakai di Amerika dan negara-ne-gara lain) dan metode izod yang digunakan di Inggris. Pada metode
Izod, batang uji dijepit pada satu ujung sehingga takikan berada didekat penjepitnya. Bandul /pemukul yang diayunkan dari
ketinggian tertentu akan memukul ujung yang lain dari arah takikan. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.10 : izod dan izod charpy


sumber : https://www.google.com?url2F.

Pada metode Charpy, batang uji diletakkan mendatar dan ujung-ujungnya ditahan ke arah mendatar oleh penahan yang
berjarak 40 mm. Bandul berayun akan memukul batang uji tepat di belakang takikan. Untuk pengujian ini digunakan sebuah
mesin dimana suatu batang dapat berayun dengan bebas. Pada ujung batang dipasang pemukul yang diberi pemberat. Batang
uji diletakkan di bagian bawah mesin dan batang takikan tepat berada pada bidang lintasan pemukul.
( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Pada pengujian ini bandul pemukul dinaikkan sampai ketinggian tertentu H.Pada posisi ini pemukul memiliki energi potensial
sebesar WH (W = berat pemukul) . Dari posisi ini pemukul dilepaskan dan berayun bebas, memukul batang uji hingga patah,
dan pemukul masih terus berayun sampai ketinggian H.Pada ini posisi sisa energi potensial adalah WH,. Selisih antara energi
awal dengan energi akhir adalah energi yang digunakan untuk mematahkan batang uji. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT, 2017 )

Gambar 2.11 : shematic mesin uji impact ,


sumber : https://www.google.com?url2F.

Impact strenght, ketahanan batang uji terhadap pukulan (impact) dinya-takan dengan banyaknya energi yang diperlukan untuk
mematahkan batang uji, dengan notasi IS atau CT satuannya kg m atau ft lb atau joule. Jadi impact strength sebenarnya adalah
ketangguhan, juga ketangguhan terhadap beban kejut dan pada batang uji yang bertakik, notch toughness. Logam yang getas
akan memperlihatkan impact strength yang rendah. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

Hasil pengukuran dengan impact test ini masih tidak dapat digunakan untuk keperluan perhitungan suatu desain, ia hanya
dapat digunakan untuk membandingkan sifat suatu bahan dengan bahan lain, apakah suatu bahan mempunyai sifat
ketangguhan yang lebih baik daripada bahan lain. Hal ini disebabkan karena banyak sekali faktor yang mempengaruhi impact
strength yang tidak dapat dicari korelasinya antara kondisi pengujian dengan kondisi pemakaian. Misalnya saja pada pengujian
kecepatan pembebanan sudah tertentu sedang pada pemakaian kecepatan pembebanan dapat bervariasi. Demikian juga
halnyadengan traxial state of stress yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran takikan, bentuk dan ukuran benda kerja, tentunya

26
sernua ini akan menyebabkan impact strength yang berbeda, bila faktor tersebut berbeda. Karena itu untuk pengujian pukul
takik ini bentuk dan ukuran batang uji serta bentuk dan ukuran takikan harus benar-benar sama. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT,
2017 )

Bentuk penampang batang uji biasanya bujur sangkar 10x10 mm dengan bentuk takikan V (V-notched) atau U (U-notched,
atau key hole). V-notched biasanya digunakan untuk logam yang dianggap ulet sedang U-notched biasanya digunakan untuk
logam yang getas. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT.2017.Ilmu Material Teknik. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Udayana).

Kelelahan (fatigue)

Logam yang menerima tegangan secara berulang-ulang akan dapat rusak/patah pada tingkat tegangan yang jauh lebih rendah
daripada tegangan yang diperlukan untuk mematahkannya dengan sekali pembebanan siatik, bahkan dapat patah pada tegangan
di bawah kekuatan elastiknya (di bawah yield point/strength). Kerusakan semacam itu dikatakan rusak karena kelelahan
(fatigue). Sebagian besar kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan, atau setidaknya faktor
kelelahan ikut menyebabkan kerusakan itu. Kerusakan karena kelelahan (fatigue failure) dapat terjadi karena merambatnya
retak/cacat secara perlahan/bertahap. Retak ini dapat dimulai dari retak/cacat yang sangat kecil dan retak ini menjalar setiap
kali ujung retak itu menerima tegangan. Tegangan yang bekerja ini secara rata-rata untuk seluruh penampang yang menerima
beban mungkin masih jauh dibawah batas kekuatan bahan, tetapi pada daerah di sekitar ujung retak/cacat tegangan mungkin
sudah melampaui batas kekuatannya, sehingga retak dapat merambat. Setiap kali terjadi tegangan maka retak akan merambat,
sehingga akhirnya sisa penampang tidak lagi mampu menerima gaya yang bekerja dan akan jadi patah. Patah ini tampaknya
seperti tanpa ada tanda-tanda, karena itu fatigue failure seringkali berbahaya. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

Permukaan patahan akibat kelelahan biasanya dapat dibedakan dari patahan akibat overloaded. Pada permukaan patahan akibat
kelelahan biasanya terdiri dari dua daerah, daerah yang menampakkan adanya garis-garis halus yang menunjukan tahapan
perambatan retak (biasanya daerah ini lebih halus, karena di sini dah terjadi retak dan permukaan ini selalu bergesekan satu
sama lain), dan lerah lain yang tampak lebih kasar (sisa penampang yang patah pada saat tera-it karena tidak lagi mampu
menahan beban). Bentuk permukaan patahan akibat lelahan banyak tergantung pada cara pembebanan yang bekerja dan bentuk
kon-ntrasi tegangan yang ada pada suatu benda kerja. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT.2017.Ilmu Material Teknik. Jurusan Teknik
Mesin. Universitas Udayana).

Gambar 2.12 : bentuk permukaan patah lelah


sumber : https://www.google.com?url2F.

Jenis pembebanan yang mengakibatkan kelelahan secara teoritik dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu siklus tegangan
bolak-balik (reversed ess cycle) dan sikius tegangan berfluktuasi (fluctuating stress cycle). PadaGambar 2.13 (a) dan (b)
dilukiskan kurva tegangan-waktu yang sangat teratur dalam kenyataan biasanya kurva tersebut tidak beraturan). Reversed
stress cycle lebih mudah menimbulkan kelelahan. ( DR.IR.KT.Suarsana,MT.2017.Ilmu Material Teknik. Jurusan Teknik
Mesin. Universitas Udayana).

Gambar 2.13 : filuctuating stess cycle dan reversed stress cycle ,


sumber : https://www.google.com?url2F.

Ada beberapa cara untuk menguji tingkah laku bahan terhadap beban yang berulang-ulang (cyclic load) ini, ada yang dengan
alternating tensile, reversing flexural bending, rotating bending dan Iain-Iain. Sebenarnya pengujian yang hasilnya akan
menunjukkan sifat yang paling mendekati kenyataan adalah pengujian kelelahan pada benda/komponen bahkan konstruksi
sebenarnya dan pembebanan diberikan dengan cara yang paling mendekati keadaan kerja dari benda/komponen/konstruksi
sebenarnya. Seperti pengujian kelelahan terhadap rangka pesawat terbang dan bebebrapa konstruksi lain. Tetapi sangat mahal
dan tidak praktis. Pengujian kelelahan yang banyak dilakukan adalah pengujian kelelahan dengan rotating bending. menerima
beban lengkung maka satu sisi dari batang uji akan menerima tegangan tarik dan sisi lain menerima tegangan tekan. Dan
karena juga diputar maka tentu juga pada setiap tempat dari batang uji akan mengaiami perubahan tegangan dari tegangan tarik
ke tegangan tekan dan sebaliknya, secara berulang-ulang. Untuk pengujian kelelahan ini digunakan sejumlah batang uji yang
mempunyai bentuk, ukuran, cara pengerjaan dan surface finish yang sama dan terbuat dari bahan yang sama. Masing-masing
27
batang uji akan diuji dengan cyclic load yang besarnya berbeda-beda. Batang uji pertama diberi beban hingga mencapai
tegangan cukup tinggi, dan setelah mengaiami sejumlah siklus pembebanan batang uji itu patah. Diambil batang uji berikutnya,
diberi beban yang lebih rendah, demikian selanjutnya sampai semua batang uji selesai teruji. Dari setiap batang uji dicatat
besarnya tegangan yang bekerja, dan jumlah siklus yang dialami sampai saat patah. Dari data yang terkumpul dibuat sebuah
grafik. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

Gambar 2.14 : tegangan-jumlah siklus, atau stress number of cycle


sumber : https://www.google.com?url2F.

Ternyata bahwa pada tingkat tegangan yang lebih rendah fatigue failure trjadi sesudah batang uji mengalami cyclic load
dengan jumlah sikius yang lebih besar. Besarnya tegangan yang mengakibatkan terjadinya fatigue failure pada suatu jumlah
sikius tertentu dinamakan fatigue strength. Jadi setiap titik pada S-N curve menunjukkan fatigue strength pada jumlah sikius
tertetnlu. Karena itu bila menunjukkan harga suatu fatigue strength harus pula dinyatakan jumlah siklusnya, misalnya 30.000
psi pada N = 106 (biasanya yang sering digu-akan pada perhitungan desain adalah fatigue strength pada N = 108 sampai f = 5
x 108, pada logam non-ferrous). Pada baja akan dijumpai suatu batas minimum tegangan yang masih dapat mengakibatkan
terjadinya kelelahan, pada tegangan di bawah batas ini keleiahan fatigue failure tidak akan terjadi atau dapat dikatakan
kelelahan akan terrjadi pada jumlah sikius tak terhingga. Batas itu dinamakan fatigue limit, yang menyatakan besarnya
tegangan minimum yang akan mengakibatkan kelelahan atau dapat juga dikatakan sebagai fatigue strength pada N = tak
terhingga. Pada logam non-ferrous tidak dijumpai fatigue limit. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sifat kelelahan, yaitu :

1. Consentrasi tegangan
Bila pada suatu penampang terdapat distribusi tegangan yang tidak merata, dikatakan disitu terjadi konsentrasi tegangan,
maka fatigue limit/strength cenderung akan menurun. Hal ini dapat dimengerti karena sebenarnya pada sebagian dari
penampang itu akan menerima tegangan yang lebih besar dari harga rata-rata yang seharusnya terjadi, karena itu fatigue
limit/strength akan turun. Konsentrasi tegangan dapat terjadi pada komponen mesin dimana terdapat alur pasak ulir, lubang,
fillet, press fit dsb.

2. Ukuran/dimensi
Ukuran benda kerja yang besar cenderung menurunkan fatigue limit/strength.

3. Kondisi permukaan

a. Kekasaran permukaan
Benda kerja yang kasar akan Iebih mudah mengalami kelelahan, ini dapat dimengerti karena permukaan yang kasar dapat
digambarkan sebagai permukaan yang penuh goresan, dan setiap goresan ini dapat merupakan konsentrasi tegangan dan
potensial sekali untuk menjadi awal keretakan yang akan merambat karena pembebanan berulang. Jadi untuk memperbaiki
ketahanan terhadap kelelahan dapat dilakukan antara lain dengan memperhalus permukaan.

b. Kekuatan permukaan
Pada suatu benda yang menerima beban, maka tegangan yang paling tinggi akan terjadi di permukaan. Karena itu juga
retak sering mulai merambat dari permukaan. Benda kerja yang mempunyai kekuatan di permukaan yang lebih tinggi akan
memiliki fatigue limit/strength yang lebih tinggi. Karena kekuatan di permukaan tinggi maka terjadinya retak akan
terhambat, sehingga pada tingkat tegangan yang sama umurnya akan jadi lebih panjang. Penguatan permukaan dapat
dilakukan dengan proses laku panas, misalnya carburising, cyaniding, nitriding dan Iain-Iain.

c. Residual compressive stress


Dengan membiarkan terjadinya tegangan sisa di permukaan (berupa tegangan tekan) akan menyebabkan naiknya fatigue
limit/strength. Fatigue failure biasanya dimulai dari permukaan, ditirnbulkan oleh tegangan tarik yang bekerja. Bila pada
permukaan terdapat tegangan tekan maka tegangan tekan itu akan menyebabkan tegangan tarik yang bekerja harus
menghilangkan dulu tegangan tekan tersebut sehingga tegangan tarik yang efektif bekerja akan lebih kecil, dan
kemungkinan terjadinya keretakan akan lebih kecil. Untuk memberikan tegangan tekan sisa pada permukaan dapat
dilakukan dengan sho peentng atau dengan surface rolling.

d. Korosi
Adanya media yang korosif pada bagian yang menerima cyclic stress akan menurunkan ketahanan terhadap kelelahan.
Terjadinya korosi di permukaan merupakan crack initiation, yang tentunya akan mempermudah terjadinya kelelahan. Di
samping itu perlu diketahui bahwa adanya tegangan akan mempercepat terjadinya korosi, adanya korosi akan mempercepat
terjadinya kelelahan. Ini dinamakan corrosion fatigue.
( DR.IR.KT.Suarsana,MT.2017.Ilmu Material Teknik. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Udayana).

Creep (meranqkak)
Pada pernbahasan mengenai tensile, test telah diketahui bahwa regangan akan bertambah dengan bertambahnya tegangan, dan
regangan plastik akan terjadi bila tegangan yang bekerja sudah melebihi yield. Pada temperatur tinggi (temperatur yang lebih
28
tinggi dari setengah titik cair dalarn °K), bahan-bahan seperti logam, keramik, plastik (polimer) akan mernperlihatkan
plasitisitas yang tergantung pada waktu (time dependant plasticity), pada ternperatur tsb regangan akan dapat bertambah
dengan bertambahnya waktu (tidak perlu ada penambahan tegangan) bahkan tidak tergantung apakah tegangan itu lebih besar
atau lebih kecil dari yield strengthnya. Perisstiwa bertambahnya regangan (plastik) dengan berubahnya waktu ini dinamakan
creep (merangkak). Creep seringkali harus diperhitungkan dalam proses pemilihan bahan, terutama yang bekerja pada
temperatur relatif tinggi dan tegangan tinggi.
( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

Ada tiga tahapan dalam peristiwa creep, yaitu (primary creep) yang terjadi sesaat setelah pembebanan, pada tahap ini kenaikan
regangan mula-mula cepat, lalu menurun, dan pada tahap kedua kenaikan regangan (laju creep/creep rate) akan konstan,
dinamakan steady state creep. Pada tahap ketiga laju kenaikan regangan berjalan dengan cepat dan akhirnya bahan tadi akan
putus. Dalam pristiwa di atas tegangan konstan. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

Sebagian besar dari "masa kerja" atau "umur hidup" suatu benda kerja ;mengalami creep berada pada daerah steady state creep,
dan karenanya besarnya creep rate pada daerah steady state creep sangat menentukan. Creep adalah juga suatu proses yang
stress dependent dan thermally activated, karenanya creep rate akan naik dengan naiknya tegangan dan/atau temperatur.Pada
kondisi creep, patah akan terjadi bila creep strain telah mengakibatkan regangan mencapai εf (strain pada saat putus). Karena
creep rate akan meningkat dengan naiknya tegangan dan/atau temperatur. maka umur hidup sampai patah akan menurun bila,
tegangan dan/atau temperatur dinaikkan. ( DR.IR.KT.Suarsana, MT, 2017 )

5. DIAGRAM FASA

a. Pengertian

Diagram Fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses
pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar karbon. Tidak seperti struktur logam murni yang hanya dipengaruhi
oleh suhu, sedangkan struktur paduan dipengaruhi oleh suhu dan komposisi. Pada kesetimbangan, struktur paduan ini dapat
digambarkan dalam suatu diagram yang disebut diagram fasa (diagram kesetimbangan) dengan parameter suhu (T) versus
komposisi (mol atau fraksi mol). (Fase dapat didefinisikan sebagai bagian dari bahan yang memiliki struktur atau komposisi
yang berbeda dari bagian lainnya). Diagram fasa khususnya untuk ilmu logam merupakan suatu pemetaan dari kondisi logam
atau paduan dengan dua variabel utama umumnya ( Konsentrasi dan temperatur). (Melisa Megawati, 2017)

Diagram fasa secara umum dipakai ada 3 jenis :


1. Diagram fasa tunggal/Uner ( 1 komponen/Komposisi sama dengan Paduan )
2. Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan temperatur)
3. Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan temperatur)
(Melisa Megawati, tanpa tahun)

Diagram fasa tunggal memiliki komposisi yang sama dengan paduan, misalnya timbale dan timah. Diagram fasa biner
misalnya paduan kuningan ( Cu-Zn), (Cu-Ni) dll. Diagram fasa terner misalnya paduan stainless steel (Fe-Cr-Ni) dll. Diagram
pendinginan merupakan diagram yang memetakan kondisi struktur mikro apa yang anda akan dapatkan melalui dua variabel
utama yaitu ( Temperatur dan waktu) disebut juga diagram TTT atau juga dua variabel utama yaitu (temperatur dan cooling
rater) disebut juga diagram CCT. Diagram ini berguna untuk mendapatkan sifat mekanik tertentu dan mikrostruktur tertentu,
Fasa bainit misalnya pada baja hanya terdapat pada diagram TTT bukan diagram isothermal Fe-Fe3C. Kegunaan Diagram Fasa
adalah dapat memberikan informasi tentang struktur dan komposisi fase-fase dalam kesetimbangan. Diagram fasa digunakan
oleh ahli geologi, ahli kimia, ceramists, metallurgists dan ilmuwan lain untuk mengatur dan meringkas eksperimental dan data
pengamatan serta dapat digunakan untuk membuat prediksi tentang proses-proses yang melibatkan reaksi kimia antara fase.
(Melisa Megawati, 2017)

b. Komponen Diagram Fasa

Komponen umum diagram fasa adalah garis kesetimbangan atau batas fase,yang merujuk pada baris yang menandai
kondisi di mana beberapa fase dapat hidup berdampingan pada kesetimbangan. Fase transisi terjadi di sepanjang garis dari
ekuilibrium. Titik tripel 2 adalah titik pada diagram fase di mana garis dari ekuilibrium berpotongan. Tanda titik tripel kondisi
di mana tiga fase yang berbeda dapat ditampilkan bersama. Sebagai contoh, diagram fase air memiliki titik tripel tunggal yang
sesuai dengan suhu dan tekanan di mana padat, cair, dan gas air dapat hidup berdampingan dalam keadaan kesetimbangan
yang stabil. Titik solidus adalah Garis yang memisahkan bidang semua cairan dari yang ditambah cairan kristal. Titik likuidus
adalah Garis yang memisahkan bidang semua cairan dari yang ditambah cairan kristal. Temperatur di atas mana zat tersebut
stabil dalam keadaan cair. Terdapat sebuah kesenjangan antara solidus dan likuidus yang terdiri dari campuran kristal dan
cairan. (Melisa Megawati, 2017)

c. Diagram Fasa 2D

Diagram fasa yang paling sederhana adalah diagram tekanan-temperatur dari zat tunggal yang sederhana, seperti air.
Sumbu sesuai dengan tekanan dan suhu. Diagram menunjukkan fasa, dalam ruang tekanan-suhu, garis-garis batas
keseimbangan atau fase antara tiga fase padat, gas, dan cair. (Melisa Megawati, 2017)

29
Gambar : Diagram Fasa 2D
Sumber : https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

Sebuah diagram fase khas. Garis putus-putus memberikan perilaku anomali air. Garis hijau menandai titik beku dan garis biru
titik didih, menunjukkan bagaimana mereka bervariasi dengan tekanan. Kurva pada diagram fasa menunjukkan titik-titik di
mana energi bebas (dan sifat turunan lainnya) menjadi non-analitis: turunannya berkenaan dengan (suhu dan tekanan dalam
contoh ini) koordinat perubahan terputus-putus (tiba-tiba). Misalnya, kapasitas panas dari wadah dengan es akan berubah tiba-
tiba sebagai wadah dipanaskan melewati titik lebur. Ruang terbuka, di mana energi bebas adalah analitik, sesuai dengan daerah
fase tunggal. Daerah satu fasa dipisahkan oleh garis non-analitis, di mana transisi fase terjadi, yang disebut batas fase. Dalam
diagram di sebelah kiri, batas fasa antara cair dan gas tidak berlanjut tanpa batas. Sebaliknya, berakhir pada sebuah titik pada
diagram fase yang disebut titik kritis. Ini mencerminkan fakta bahwa, pada suhu dan tekanan sangat tinggi, fase cair dan gas
menjadi tidak dapat dibedakan, dalam apa yang dikenal sebagai fluida superkritis. Pada air, titik kritisterjadi pada sekitar Tc =
647,096 K (1,164.773 ° R), pc = 22,064 MPa (3,200.1 psi) dan ρc = 356 kg / m³. Keberadaan titik cair-gas kritis
mengungkapkan ambiguitas sedikit pelabelan daerah fase tunggal. Ketika terjadi dari cairan ke fase gas, satu biasanya
menyeberangi batas fase, namun adalah mungkin untuk memilih jalan yang tidak pernah melintasi batas dengan pergi ke kanan
titik kritis. Dengan demikian, fase cair dan gas dapat berbaur terus menerus ke satu sama lain. (Melisa Megawati, 2017)

Batas fase padat-cair hanya dapat diakhiri dengan titik kritis jika fase padat dan cair memiliki grup simetri yang sama. Batas
fase padat-cair dalam diagram fase zat yang paling memiliki kemiringan positif, semakin besar tekanan pada zat tertentu,
semakin dekat bersama-sama molekul-molekul zat dibawa ke satu sama lain, yang meningkatkan efek dari kekuatan
antarmolekul substansi itu. Dengan demikian, substansi memerlukan suhu yang lebih tinggi untuk molekul untuk memiliki
energi yang cukup untuk keluar pola tetap dari fase padat dan memasuki fase cair. Konsep serupa juga berlaku untuk
perubahan fase cair-gas air, karena sifat tertentu, adalah salah satu dari beberapa pengecualian aturan.
(Melisa Megawati, 2017)

2. Kesetimbangan Fasa

a. Pengertian

Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai
bagian yang homogen yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut sebagai fasa dapat
dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang
sama. (Melisa Megawati, 2017)

Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :


1. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
2. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
3. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
(Melisa Megawati, 2017)

Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan
tiga komponen Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Sedangkan persamaan
Clausius dan persamaan Clausius Clayperon menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada
sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen cair- cair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat
dijelaskan. (Melisa Megawati, 2017)

b. Kriteria Kesetimbangan

30
Kesetimbangan antara beberapa fasa dapat dinyatakan dengan besaran- besaran intensif T (suhu), P (tekanan) dan μ (potensial
kimia). Kriteria suatu kesetimbangan diperlihatkan oleh perubahan energi bebas Gibbs (ΔG). (Melisa Megawati, 2017)

c. Istilah dalam kesetimbangan fasa

a) Fasa

Sering istilah fasa diidentikkan dengan wujud atau keadaan suatu materi, misalnya es berwujud padat, air berwujud
cair atau uap air yang berwujud gas. Konsep ini tidak benar karena sistem padatan dan sistem cairan dapat terdiri dari beberapa
fasa. Sedangkan gas cenderung bercampur sempurna sehingga dalam sistem gas hanya terdapat satu fasa.
Fasa dapat didefinisikan sebagai setiap bagian sistem yang :
a. homogen dan dipisahkan oleh batas yang jelas
b. sifat fisik dan sifat kimia berbeda dari bagian sistem lain
c. dapat dipisahkan secara mekanik dari bagian lain sistem itu
(Melisa Megawati, 2017)

Contoh :
1) sistem satu fasa : Dua cairan yang bercampur homogen
2) sistem 2 fasa : cairan polar (misal air) dan non polar (misal :minyak) sistem belerang padat (monoklin dan rombik)
3) sistem 3 fasa : es, uap air dan air

b) Komponen (C)
Jumlah komponen suatu sistem dinyatakan sebagai jumlah minimum spesi kimia yang membentuk sistem tersebut
yang dapat menentukan susunan setiap sistem fasa sistem.
Contoh.
a. Jumlah komponen C = 1
b. jumlah komponen C = 3 untuk perbandingan mol dan
c. jumlah komponen C = 2 bila perbandingan mol
(Melisa Megawati, 2017)

3. Derajat kebebasan (F)

Derajat kebebasan (F) dari suatu sistem setimbang merupakan variabel intensifindependen yang diperlukan untuk menyatakan
keadaan sistem tersebut. Untukmenentukan derajat kebebasan dibutuhkan aturan fasa.
(Melisa Megawati, 2017)

4. Aturan Fasa

Aturan fasa mengatur hubungan antara jumlah komponen, jumlah fasa dan derajat kebebasan suatu sistem. Menurut aturan fasa

5. Aturan Fasa Gibbs

Aturan fasa, pertama kali dicetuskan oleh J. Willard Gibbs pada tahun 1876, terkait kondisi fisik campuran dengan jumlah
konstituen dalam sistem dan kondisinya. Gibbs pula yang pertama kali menggunakan istilah “Phase” untuk setiap wilayah
homogen dalam suatu sistem. Ketika tekanan dan temperatur adalah variabel tetap, aturan tersebut dapat ditulis sebagai:
(Melisa Megawati, 2017)
dimana f adalah jumlah variabel bebas (disebut derajat kebebasan), c adalah jumlah komponen, dan p adalah jumlah fase stabil
dalam sistem. Aturan fase Gibbs berlaku untuk semua materi (padat, cair, dan gas), tetapi ketika efek dari tekanan konstan,
aturan tersebut tereduksi menjadi:
(Melisa Megawati, 2017)
Jumlah komponen dapat lebih kecil daripada macam zat “n” yang berada dalam sistem, karena mungkin saja terdapat
hubungan antara konsentrasi kesetimbangan berbagai zat dalam sistem hingga untuk melukiskan sistem secara lengkap tidak
perlu dinyatakan sebanyak “n” kali. Terdapat dua macam hubungan antara konsentrasi komponen-komponen yaitu
kesetimbangan kimia dan keadaan awal. Bagi tiap kesetimbangan kimia jumlah konsentrasi yang bebas berkurang sebuah.
Sebagai contoh, bila kalsium oksida padat, kalsium karbonat padat, dan gas karbon dioksida berada dalam kesetimbangan,
jumlah komponen berkurang dengan satu oleh adanya kesetimbangan kimia. Jumlah derajat kebebasan atau varian v suatu
sistem ialah bilangan terkecil yang menunjukkan jumlah variable bebas (tekanan, suhu, konsentrasi berbagai fasa) yang harus
diberi harga untuk melukiskan keadaan sistem. (Melisa Megawati, 2017)

6. Sistem Unary, Binary dan Ternary

a. Sistem Satu Komponen (Unary)

31
Gambar : Sistem satu komponen
Sumber : https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

Karena fasa tidak mungkin = 0, maka derajat kebebasan maksimum adalah 2 artinya sistem 1 komponen paling banyak
memiliki 2 variabel intensif untuk menyatakan keadaan sistem yaitu P (tekanan) dan T (suhu). Diagram fasa adalah diagram
yang menggambarkan keadaan sistem (komponen dan fasa) yang dinyatakan dalam 2 dimensi. Dalam diagram ini tergambar
sifat- sifat zat seperti titik didih, titik leleh, titik tripel. Sebagai contoh adalah diagram fasa 1 komponen adalah diagram fasa
air. Diagram ini menggambarkan hubungan antara tekanan dan suhu pada sistem 1 komponen air. Titik tripel memperlihatkan
suhu dimana air mempunyai 3 fasa yaitu padat, cair dan gas. (Melisa Megawati, 2017)

b. Sistem Dua Komponen (Binary)

Diagram fase dengan lebih dari dua dimensi dapat dibuat yang menunjukkan efek lebih dari dua variabel pada fase
suatu zat. Diagram fasa dapat menggunakan variabel lain di samping atau sebagai pengganti dari suhu, tekanan dan komposisi,
misalnya kekuatan listrik yang diterapkan atau medan magnet dan mereka juga dapat melibatkan bahan-bahan yang mengambil
lebih dari sekadar tiga negara dari materi. Satu jenis plot diagram fase temperaturterhadap konsentrasi relatif dari dua zat
dalam biner campuran yang disebut diagram fase biner, seperti yang ditunjukkan di bawah ini : (Melisa Megawati, 2017)

Gambar : Diagram fase biner


Sumber `: https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

• Titik Peritektik adalah : Titik pelelehan diatas suhu peritektik (Tp) dan pendinginan melalui Tp.
• Titik Eutektik adalah : Titik leleh komposisi hanya pada suhu (suhu eutektik/Te) atau perpotongan antara kurva
likuidus dan garis solidus.
• Garis Solidus adalah : Garis yang menunjukkan temperatur terendah dimana logam dalam keadaan cair atau
temperatur dimana awal terjadinya pembekuan dari kondisi cair akibat proses pendinginan.
• Garis Liquidus : Garis antara fasa cairan dan fasa transisi padat-cair ( α dan L) dimana paduan berubah menjadi
liquid/cair. Garis yang menunjukkan temperatur tertinggi suatu logam dalam keadaan padat atau temperatur terendah
dimana masih terdapat fasa cair.

32
• Level Rule : perhitungan yang digunakan untuk menghitung besarnya presentasi suatu fasa pada bagian dua fasa pada
diagram biner (Melisa Megawati, 2017)

Eutektik biner diagram fase menjelaskan perilaku kimia dua tidak bercampur (unmixable) kristal dari yang benar-benar
bercampur (mixable) meleleh, seperti olivin dan pyroxene, atau pyroxene dan Ca plagioclase. Tipe lain dari diagram fasa biner
adalah diagram titik didih campuran dari dua komponen, yaitu senyawa kimia. Selama dua khusus volatile komponen pada
tekanan tertentu seperti tekanan atmosfer, diagram titik didih menunjukkan apa uap (gas) komposisi berada dalam
kesetimbangan dengan komposisi cairan yang diberikan tergantung pada suhu. Dalam biner khas titik didih diagram suhu
diplot pada sumbu vertikal dan campuran komposisi pada sumbu horizontal. (Melisa Megawati, 2017)

Reaksi Eutektik dapat disebut juga dengan Reaksi Invarian. Reaksi ini memiliki jumlah fasa maksimum adalah tiga, dimana
terdapat secara bersamaan dalam kondisi kesetimbangan pada sistem biner yang melibatkan larutan cairan. Reaksi Invarian
Kedua disebut dengan Peritektik. Bentuk Generik dari Reaksi Peritektik adalah :

Arah panah pada persamaan di atas menyatakan bahwa terdapat 2 proses yang dapat digunakan, yaitu pendinginan dan
pemanasan. Reaksi Invarian Ketiga adalah Reaksi Eutektoid. Reaksi ini melibatkan larutan padat. Bentuk generik dari Reaksi
Eutektoid adalah sebagai berikut :

Seperti halnya penjelasan pada Reaksi Peritektik, persamaan diatas menyatakan bahwa terdapat 2 proses yang dapat
digunakan, yaitu pemanasan dan pendinginan. Reaksi Invarian lainnya dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Monotektik
b. Peritektoid
c. Sintektik
(Melisa Megawati, 2017)
Ketika satu fase padat berubah menjadi dua fasa padat selama pemanasan, disebut eutektoid. Lain halnya dengan eutektoid,
Peritectoid merupakan suatu titik di mana dua fasa padat bergabung menjadi satu fase padat selama pemanasan.

Gambar : Diagram Peritectic, Eutectic, dan Eutectoid


Sumber : https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

Dua fasa yang terdiri dari padat dan cair secara kolektif terkondensasi dikenal sebagai fase terkondensasi. Analisis
kesetimbangan antara fase terkondensasi biasanya mengabaikan fase gas. Kombinasi fase terkondensasi termasuk cair-padat
dan padat-padat. Banyak kristalografi bentuk padatan masing-masing dianggap sebagai tahap yang berbeda, jadi
kesetimbangan ini menunjukkan cukup beragam. Subjek ini dikenal sebagai representasi diagram fase biner. Pada masing-
masing contoh di atas, tujuannya adalah untuk menentukan konsentrasi. komponen A dan B dalam dua fase bersamaan. Dalam
fase kental kesetimbangan, identifikasi stabil fase I dan II juga merupakan objektif. (Melisa Megawati, 2017)

Komposisi kimia dua fasa terletak di dua ujung isoterm, atau garis hubung yang melalui daerah dua fasa. Sebagai gambaran,
ambillah solder 80 Pb-20 Sn pada 150 derajat. Dengan bantuan isoterm lainnya, kita dapat menentukan komposisi kimia dua
fasa dari sebarang paduan Pb-Sn pada sebarang suhu terkait. (Melisa Megawati, 2017)

c. Sistem Tiga komponen (Ternary)

Sistem tiga komponen mempunyai derajat kebebasan , karena tidak mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka
sistem tersebut dibuat pada tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi. Harga derajat
kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan 1 fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogen
atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang misibel. Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair- cair.
(Melisa Megawati, 2017)

33
Gambar : sistem tiga komponen
Sumber : https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

 Garis Liquidus ialah garis yang menunjukan awal dari proses pendinginan (pembekuan).
 Garis Solidus ialah garis yang menunjukan akhir dari proses pembekuan (pendinginan).
(Melisa Megawati, 2017)

5. ATURAN Pengungkit (Lever Rule)

Besarnya presentasi suatu fasa pada bagian dua fasa dari suatu diagram fasa biner dapat dihitung dengan menggunakan Lever
Rule. Contohnya adalah dengan menggunakan Lever Rule , besarnya presentasi dari suatu cairan atau zat padat pada suhu
tertentu dapat untuk komposisi rata-rata pada dua fasa tersebut. Lever Rule adalah perhitungan yang digunakan untuk
menghitung besarnya presentasi suatu fasa pada bagian dua fasa pada diagram biner. (Melisa Megawati, 2017)

Gambar : diagram biner


Sumber : https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

34
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kriteria Pemilihan Bahan Konstruksi Kimia dilihat dari tiga aspek, yaitu:
1) Biaya, Yang termasuk hal biaya dalam pemilihan bahan konstruksi adalah :
a. Biaya banyaknya bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan produk atau biaya kuantitas.
b. Biaya produksi, termasuk diantaranya biaya kemampuan di las, dibentuk dan diproses secara mesin maupun
tradisional.
c. Umur pelayanan yang diharapkan.
2) Ketersediaan bahan, Adapun Yang dimaksud ketersediaan bahan adalah tersedianya peralatan untuk pabrik, dan
tersedianya bahan baku dilingkungan sekitar yang cukup dekat, sehingga tidak perlu mendatangkan bahan dari tempat
lain
3) Sifat-sifat bahan, yaitu :
a. Sifat mekanik meliputi: kekuatan, ketanguhan, kekerasan, keuletan kegetasan dan lainya.
b. Sifat fisik seperti heat conductivity, electrical coductivity, heat expansion, dimensi dan struktur mikro.
c. Sifat Kimia seperti : tahan korosi, aktivitas terhadap bahan kimia. DLL.
2. Jenis-jenis Bahan Konstruksi Kimia, yaitu :
1) Polimer
 Tanah liat, pasir, sol-gel, silika, siloksan (polimer alam)
 fiber, nilon, poliester, polisterena, polietilen (polimer sintetik)
2) keramik
 Barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga(ubin, batubata), dan industri (gerabah, genteng,
marmer, granit, dan porselin.(Keramik Tradisional).
 Alumina (Al2O3), Zirconia (ZrO2),dan Magnesium oksida (MgO) Keramik Maju)
3) Logam
3. Beberapa pengujian mekanik yang banyak diiakukan adalah :
 pengujian tarik (tensile test)
 pengujian kekerasan (hardness test)
 pengujian pukul-takik (impact test)
 pengujian kelelahan (fatigue test)
 creep test
 bending test
 compression test dan
 beberapa fabrication test.
4. Pemakaian dan Fungsi
Logam
1) Untuk membuat peralatan dapur.
2) Baja ringan digunakan dalam pembuatan jembatan.
3) Sebagai bahan untuk membuat sistem perpipaan dan katupnya.
4) Sebagai baling-baling kapal agar tidak terkena korosi.
Polimer
1) Untuk membuat pesawat telepon.
2) Sebagai bahan pembuat kotak pelindung mesin.
3) Sebagai bahan pembuat pipa-pipa yang tahan terhadap bahan kimia
Keramik
1) Sebagai rangkaian cetak.
2) Sebagai penyangga katalisator yang berbentuk sarang lebah dan diletakkan pada sistem pembuangan alat yang
menggunakan motor sebagai mesin penggeraknya.
3) Sebagai bahan isi menara destilasi.
5. Diagram Fasa adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama
proses pendinginan dan pemanasan yang lambat dengan kadar karbon
6. Fase dapat didefinisikan sebagai bagian dari bahan yang memiliki struktur atau komposisi yang berbeda dari bagian
lainnya
7. Diagram fasa secara umum dipakai ada 3 jenis :
1) Diagram fasa tunggal/Uner ( 1 komponen/Komposisi sama dengan Paduan )
2) Diagram fasa Biner ( 2 komponen unsur dan temperatur)
3) Diagram fasa Terner ( 3 komponen unsur dan temperatur )

35
DAFTAR PUSTAKA

Asyari D.aryus.Tanpa Tahun.Material Teknik.Teknik Mesin, Universitas Darma Persada: Jakarta

Bambang Admadi H dan I Wayan Arnata.2015.Teknologi Polimer. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana.

Billmeyer, F.W.Jr. 1984. Text Book of Polymer Science. Third Edition. A Wiley

Daulay, Zubei Saleh.2013.Bahan Konstruksi Teknik Kimia: Kriteria Pemilihan Bahan Konstruksi Berdasakan Biaya,
Ketersediaan, dan Sifat Umum Bahan. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Tekni Universias Sriwijaya.

Darmono, 2009. Penerapan Teknologi Produksi Bahan Bangunan Berbahan Pasir Bagi Korban Gempa di Kulonprogo Serta
Analissi Mutu dan Ekonominya. Universitas Indonesia. Jakarta

Yuliani, Galuh. Tanpa Tahun. Modul Kimia Polimer

Wicaksono, Adam.2014. Makalah Kimia Polimer (Makromolekul). Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Smallman, R.E dan Bishop, R.J. 1999. Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa Material. Erlangga : Jakarta

Yulianto.2015. Bahan Konstruksi Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Pradya Paramita. Jakarta. Inter Science Publication.

Pranamuda. 2001. Pengembangan Bahan Plastik Biodegradable Berbahan Baku Pati Tropis. Biodegradable untuk Abad 21.
Jakarta.

Wicaksono, Ahmad.2014. MAKALAH KIMIA Polimer ( Makromolekul ). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Wirjosentono.1998.Struktur dan Sifat Mekanis Plimer Edisi I.Intan Dirja Lela Press. Medan.

Narayan, R. 1996. Biobased and Biodegradable Plastic. Diakses pada 30 Agustus 2019.
2009. http://www. plasticsindustry.org/files/events/pdfs/bio-narayan-061906.pdf.

Latief, R. 2001. Teknologi Kemasan Plastik Biodegradabel. Diakses pada 30 Agustus 2019. http://www. hayati_ipb.
com/users/rudyct/individu2001/rindam_latief.htm-87k.

Oktaviana, T. D. 2002. Pembuatan dan Analisa Film Bioplastik dari Kitosan Hasil Iradiasi Kitin yang Berasal dari Kulit
Kepiting Bakau (Scylla serata). (Skripsi). Universitas Pancasila. Jakarta.

Narayan R. 2006. Biobased and Biodegradable Plastic. http://www. plasticsindustry.org/files/events/pdfs/bio-narayan-


061906.pdf. Diakses pada30 Agustus 2019.

Nugraha, Muhammad Gulam.2014. Karya Tulis: Logam. Institut Teknologi Indonesia. Tangerang

Megawati, melisa. 2017. Diagram Fasa. Makalah. Diakses 30 agustus 2019


https://www.academia.edu/23358176/PHASE_DIAGRAM_DIAGRAM_FASA

Nasmi Herlina Sari.2018.Material Teknik. Deepublish. Diakses pada 31 agustus 2019

36

Anda mungkin juga menyukai