Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kerja Praktek PT.

Internusa Keramik Alamasri

BAB III
PROSES PRODUKSI KERAMIK K – 1

3.1 Sistem Manufaktur


3.1.1 Jenis Proses Manufaktur
Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku
atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi dimana pada dasarnya terjadi peningkatan
nilai guna. Dalam proses perubahannya membutuhkan keterlibatan material, manusia,
mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Sistem manufaktur diskrit yang perubahan setiap proses dapat dilihat dengan
jelas.
Contohnya meliputi :
- Project Process : material, peralatan dan manusia bergerak ke arah produk
yang dibuat.
- Job process / job shop : pengelompokkan mesin berdasarkan jenis mesin
yang sama.
- Line process / flow shop / mass production : mesin diletakkan sesuai dengan
urutan proses produksinya dimana perpindahan material dari satu stasiun
kerja ke stasiun kerja lain secara satu-satu sesuai dengan urutan proses
produksinya.
- Batch process : mesin diletakkan sesuai dengan urutan proses produksinya.
2. Sistem manufaktur kontinyu yang perubahan setiap proses tidak dapat dilihat
secara langsung.
Contohnya adalah :
- Continue process : biasanya terjadi pada industri yang mengolah bahan cair,
serbuk, bahan kimia.

Jenis manufaktur yang terdapat di PT. Internusa Keramik Alamasri Industri dari
pengamatan analisa dan disimpulkan bahwa proses manufakturnya bersifat bacth
process dan continue process, terdapat beberapa mesin yang mengalami batch process,

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 17


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

yaitu mesin press dan mesin pemolesan, sedangkan mesin yang mengalami continue
process yaitu mesin kiln (pembakaran).

3.1.2 Strategi Penempatan Produk


Strategi yang diterapkan oleh perusahaan ini adalah berdasarkan make to order
dimana perusahaan memproduksi barang untuk memenuhi permintaan pelanggannya
dari distributor maupun dari konsumen langsung dan make to stock, karena perusahaan
ini selalu menyiapkan cadangan untuk terus memenuhi kebutuhan jika pada suatu saat
mendadak membutuhkan barang yang harus segera dikirim.

3.1.3 Produk yang Dihasilkan


Sesuai dengan misi dari PT. Internusa Keramik Alamasri Industri adalah untuk
memproduksi dan menyediakan ubin porselen yang berkualitas tinggi untuk konsumen
di pasar lokal dan internasional, maka semua produk yang dihasilkan oleh PT. Internusa
Keramik Alamasri Industri untuk menjalankan misi tersebut adalah :
1) Travertine
Lantai keramik jenis travertine merupakan lantai keramik yang terbaru yang
dikeluarkan oleh PT. Internusa Keramik Alamasri Industri. Lantai keramik ini
mempunyai motif marmer yang beda dengan tipe lainnya, yaitu tersedia dalam
permukaan yang ha’us atau sudah dipoles dan yang masih berkontur.
Lantai keramik jenis travertine mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut :
 Lantai keramik travertine dengan ukuran 60 x 60 cm
 Lantai keramik travertine dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik travertine dengan ukuran 30 x 30 cm

Gambar 3.1 Travertine

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 18


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

2) Marble look
Lantai keramik jenis marble look merupakan lantai keramik yang
mengadopsi motif seperti marmer, dengan memakai lantai keramik jenis marble
look akan membuat suasana ruangan menjadi mewah.
Lantai keramik jenis marble look mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut:
 Lantai keramik marble look dengan ukuran 60 x 60 cm
 Lantai keramik marble look dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik marble look dengan ukuran 30 x 30 cm

Gambar 3.2 Marble look

3) Big Grain
Lantai keramik jenis big grain merupakan lantai keramik yang
memperlihatkan kesan yang kuat dengan motif yang seperti batu granit. Lantai
keramik jenis ini cocok untuk para pengguna yang menginginkan suasana kembali
ke alam.
Lantai keramik jenis big grain mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut:
 Lantai keramik big grain dengan ukuran 60 x 60 cm
 Lantai keramik big grain dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik big grain dengan ukuran 30 x 30 cm

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 19


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Gambar 3.3 Big grain

4) Unicolour
Lantai keramik jenis unicolour merupakan lantai keramik yang
memperlihatkan karakter pada suasana ruangan. Dapat memberikan kesan hangat
atau sejuk dengan berbagai pilihan warna sesuai dengan karakternya masing-
masing.
Lantai keramik jenis unicolour mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut:
 Lantai keramik unicolour dengan ukuran 60 x 60 cm
 Lantai keramik unicolour dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik unicolour dengan ukuran 30 x 30 cm

Gambar 3.4 Unicolour

5) Salt and Pepper


Lantai keramik jenis salt and pepper merupakan lantai keramik yang
memperlihatkan kesan natural look.
Lantai keramik jenis salt and pepper mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut :

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 20


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

 Lantai keramik salt and pepper dengan ukuran 60 x 60 cm


 Lantai keramik salt and pepper dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik salt and pepper dengan ukuran 30 x 30 cm

Gambar 3.5 Salt and Pepper

6) Rustic
Lantai keramik jenis rustic merupakan lantai keramik yang mempunyai
motif batu marmer, keuntungan memakai lantai keramik jenis rustic adalah mudah
dalam perawatannya.
Lantai keramik jenis rustic mempunyai beberapa ukuran sebagai berikut:
 Lantai keramik rustic dengan ukuran 60 x 60 cm
 Lantai keramik rustic dengan ukuran 40 x 40 cm
 Lantai keramik rustic dengan ukuran 30 x 30 cm

Gambar 3.6 Rustic


3.1.4 Kapasitas Pabrik dan Efisiensi Pabrik
Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan oleh PT. Internusa Keramik Alamasri
Industri berdasarkan jumlah yang dapat ditampung dalam 1 mesin kiln per harinya (24
jam) adalah 4.000 m2. Di dalam pabrik ini terdapat 4 mesin kiln, jadi kapasitas produksi

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 21


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

perusahaan PT. Internusa Keramik Alamasri Industri adalah 4.000 m2 x 4 mesin =


16.000 m2 per harinya.

3.1.5 Bahan Baku


Bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan PT. Internusa Keramik
Alamasri Industri adalah bahan baku yang berkualits, terlihat dari asal negara dan
banyaknya supplier bahan baku yang menyediakannya. Berikut merupakan keterangan
lebih jelasnya mengenai bahan baku.
3.1.5.1 Jenis dan Jumlah Bahan Baku
Penyediaan bahan baku dan bahan penunjang dalam perusahaan PT. Internusa
Keramik Alamasri Industri untuk menghasilkan lantai keramik dengan mutu yang dapat
dihandalkan dan tidak sembarangan dipilih, berikut jenis bahan baku yang dipergunakan
:
1) Clay (tanah liat), bahan baku ini diperoleh dari dalam negeri yaitu tepatnya dari
daerah Belitung. Bahan baku yang dipergunakan dalam memproduksi lantai
porselen adalah 200 ton dalam seharinya.
2) Feldspar ini merupakan material sebagai pelebur, bahan baku ini diperoleh dari
luar negeri, tepatnya berasal dari Turki. Bahan baku yang dipergunakan untuk
memproduksi lantai porselen adalah 300 ton dalam seharinya.
3) Pasar silika, bahan baku ini diperoleh dari dalam negeri tepatnya berasal dari
daerah Belitung. Bahan baku yang dipergunakan untuk memproduksi lantai
porselen adalah 50 ton dalam seharinya.

Selain bahan baku utama bahan penunjang yang dipergunakan di PT. Internusa
Keramik Alamasri Industri untuk memproduksi lantai keramik adalah :

1) Pigment warna merupakan bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk


mewarnai bahan dasar dari lantai keramik tersebut dan warna dari motif lantai
keramik yang bercorak.
2) Defloculant, bahan penunjang ini berfungsi sebagai bahan pengencer.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 22


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

3) Talc merupakan bahan penunjang ini membantu dalam proses pembakaran


keramik.
4) Kalsium karbonat, bahan penunjang ini membantu dalam proses pembakaran
keramik.
5) Air, bahan penunjang ini bertugas sebagai media pelarut.
3.1.5.2 Bill of Material
Dengan bahan baku utama dan bahan penunjang yang dipergunakan untuk
membantu lantai keramik jenis travertine dan dilakukannya pengamatan mengenai
proses produksinya, maka dapat disimpulkan dan digambarkan bill of material yang
terdapat pada gambar 3.10 Bahan-bahan yang ada pada level adalah clay, felaspar, pasir
silika, air, devleoculant, talc, pigmen warna dan kalsium karbonat.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 23


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Talc
Karbonat
Kalsium
Defloculant
Pigmen
warna
Lantai keramik
Travertine

Air
silika
Pasir
Feldspar
Clay
Level 0

Level 1

Gambar 3.7 Bill of Material

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 24


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

3.2 Proses Produksi

3.2.1 Urutan Proses Produksi dari Awal Sampai Jadi


a. Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi lantai keramik
adalah jeldspar dan pasir silika ditimbang terlebih dahulu. Sebelum
dihancurkan bahan baku dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya
dengan menggunakan rotary dryer. Partikel feldspar yang berukuran besar
dihancurkan dalam dry mill yang dibantu dengan batu silex untuk
menghasilkan partikel yang berukuran < 5 mm dan clay digiling dalam turbo
clay. Kemudian ketiganya digiling di dalam ball mill dengan media air
dengan bantuan batu alubit. Lumpur hasil proses penggilingan disaring dan
disimpan dalam tangki slip tank.
b. Persiapan Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang akan digunakan antara air, deflocurant, talc,
kalsium karbonat dan pigmen warna ditimbang terlebih dahulu. Setelah
ditimbang semua bahan penunjang tersebut dimasukkan ke dalam ball mill,
kecuali pigmen warna yang dimasukkan ke dalam colour tank. Setelah
digiling di dalam ball mill lumpur hasil proses penggilingan disaring dan
disimpan dalam tangki slip tank.
c. Persiapan Pembuatan Bentuk Padat
Setelah semua bahan baku utama dan bahan penunjang disaring dan
disimpan di dalam slip tank lumpur mengalami proses pewarnaan menuju
colour tank. Lumpur yang telah dicampur dengan warna disemprotkan dan
dikeringkan dengan spray dryer membentuk bentuk padat yang telah
berwarna, kemudian disimpan dalam silo sumber.
d. Pengepresan Bentuk Padat
Campuran bentuk padat dipompa secara batch dari silo sumber
menuju silo destination untuk dirancang motif pada lantai tersebut, jadi pada
saat bahan ada di silo destination sudah berbentuk motif yang siap ditaruh
dicetakan. Proses perancangan motif tersebut dengan bantuan komputer LB.
Setelah bentuk padat tersebut ditaruh dicetakan untuk mengalami proses
press dengan bantuan dengan mesin press sehingga akan menghasilkan ubin
mentah.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 25


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

e. Pengeringan
Ubin mentah dikumpulkan di dalam lorry atau rak-rak penyimpan
ubin mentah untuk mudah disimpan setelah proses dengan mesin press dan
dikeringkan dengan drier kiln. Proses dengan mesin drier kiln untuk
menurunkan kandungan airnya agar proses pembakaran dapat berjalan
dengan sempurna.

f. Pembakaran Akhir Pada Kiln


Ubin mentah tersebut dibawa ke kiln pembakar akhir dengan
menggunakan baloti, baloti adalah sebuah material handling yang berbentuk
robot yang membawa lorry atau rak-rak penyimpan ubin mentah. Lalu
dimasukkan ke dalam mesin kiln untuk menjadi ubin jadi. Di dalam mesin
kiln terdapat beberapa tahapan pemanasan dalam prosesnya yang suhu
puncaknya mencapai 12200C.

g. Pemolesan Ubin Jadi dengan Mesin Poles


Proses pemolesan dengan bantuan mesin poles merupakan proses
terakhir dalam memproduksi lantai keramik, setelah lantai keramik
mengalami proses pembakaran dengan kiln lantai keramik tersebut dibawa
ke mesin poles untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Pada mesin poles
terdapat 3 tahap pemolesan, yaitu pemolesan kasar, pemolesan sedang dan
pemolesan halus. Ada beberapa lantai keramik yang sengaja tidak
mengalami pemolesan untuk produk yang motifnya kasar. Setelah proses
pemolesan selesai lantai keramik tersebut dibawa menuju sortir gelar untuk
diinspeksi kualitasnya.
Untuk lebih jelasnya mengenai proses produksi lantai keramik dapat
dilihat pada gambar 4.1 bagan proses produksi lantai keramik.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 26


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Dry mill (digiling


dengan bantuan
GBB Ditimbang Rotary dryer batu silex)
(bahan baku utama) terlebih (ruang Dihaluskan
dahulu pengeringan)
Turbo clay (tanah
liat dilarutkan)

Spray dryer Colour tank Slip tank Ball mill (digiling Ditampung
(untuk (diwarnai dengan (tangki untuk dicampur untuk
dikeringkan) pigment) penampung) dengan yang putih) dicampur

Sillo sumber Press Klin


(untuk ditampung Dicampur (sesuai yg (Dryer) (mengalami proses
semuanya) dikehendaki) dikeringkan pembakaran)

Dikelompokkan Champhading Dipoles dengan


Packaging /digolongkan Disortir (dipoles sudut mesin poles
sikunya)

GBJ (dibawa
dengan forldift)

Gambar 3.8 Bagan Proses Produksi Lantai Keramik

3.2.2 Peta Proses Operasi


Peta proses operasi menggambarkan urutan proses produksi yang terjadi dalam
memproduksi produk. Dengan mengetahui proses produksi dan urutannya mengenai
operasi dan pemeriksaan pada pembuatan produksi lantai keramik ini, maka dapat
diterangkan bahwa jumlah proses operasinya berjumlah 15 dan jumlah pemeriksaannya
berjumlah 7. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 27


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Gambar 3.9 Peta Proses Operasi

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 28


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

3.2.3 Jenis dan Jumlah Mesin yang Digunakan


Tabel 3.2 Jenis dan Fungsi Mesin
Jumlah
No Nama Mesin Fungsi
Mesin
1 Rotary dryer Ruang untuk mengeringkan dan
menurunkan kadar air bahan baku utama,
1
seperti feldspar dan pasir silika, dengan
cara diputar-putar.
2 Dry mill Menggiling dan menghaluskan feldspar
dan pasir silika untuk menghasilkan 2
partikel <5 mm dengan bantuan batu silex.
3 Turbo clay Untuk melarutkan tanah liat (clay) 2
4 Ball mill Pencampur semua bahan utama dan bahan
baku penunjang agar warna dasarnya bisa 4
tercampur dengan baik.
5 Slip tank Sebagai tangki untuk menampung semua
campuran bahan baku utama dan bahan 10
baku penunjang.
6 Colour tank Wadah untuk mewarnai hasil yang ingin
diwarnai dengan menggunakan pigmen 4
warna.
7 Spray dryer Berfungsi sebagai pengring lempur yang
3
telah diberi warna menjadi bubuk halus.
8 Sillo sumber Wadah yang besar berbentuk tabung
dimana didalamnya terdapat pigmen warna
4
yang berfungsi untuk menyalurkannya
menuju silo destination.
9 Press Pembentuk (dipress) agar sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki dan pemberian
8
motif ada dimesin ini dengan bantuan
komputer LB.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 29


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Jumlah
No Nama Mesin Fungsi
Mesin
10 Sillo destination Pembentuk (dipress) agar sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki dan pemberian
8
motif ada dimesin ini dengan bantuan
komputer LB.
11 Dryer Wadah yang berbentuk tabung yang
dialirkan pigmen warna yang berasal dari
sillo sumber. Sebelum akan di press dibuat 11
motifnya lantai keramik tersebut dengan
warna ditampung dengan sillo destination.
12 Kiln Mengeringkan lantai keramik yang masih
lembek untuk mengurangi kadar airnya
5
sebelum masuk ke bagian pembakaran
dengan menggunakan mesin kiln.
13 Poles Untuk memoles lantai keramik agar lebih
mengkilap jika dilakukan pemolesan secara 6
berulang-ulang.
14 Champering Untuk memotong sisi keramik agar
dihasilkan ukuran yang sama dan siku- 6
siku.

3.2.4 Sistem Perawatan Mesin


Dalam merawat sejumlah mesin yang terdapat di PT. Internusa Keramik
Alamasri Industri menggunakan sistem perawatan dengan jenis breakdown dan
preventive maintenance. Sistem perawatan breakdwon yaitu perbaikan tanpa rencana,
atau perbaikan yang dilakukan setelah peralatan/mesin tersebut rusak dan membutuhkan
perbaikan besar, sedangkan pada sistem preventive maintenance adalah pemeliharaan
atau perawatan yang bersifat mencegah atau menghindari kerusakan mesin yang
dilakukan secara sistematis dan teratur. Berikut merupakan sistem perawatan mesin dari
sistem preventive maintenance :

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 30


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

1. Skala Mingguan
Sistem perawatan yang dilakukan dalam skala mingguan adalah semua mesin
produksi, kecuali mesin kiln adalah dengan melakukan pemberian pelumas pada
bearing-bearing pada mesin. Dengan adanya pemberian pelumas dan pengecekan
memberikan umur yang panjang terhadap mesin.
2. Skala Bulanan
Mesin yang mengalami perawatan dalam skala bulanan adalah dry mill, turbo clay
dan ball mill. Sistem perawatan yang dilakukan adalah pemberian pelumas dan
pengecekan pistone pump yang dimiliki oleh mesin-mesin tersebut.
3. Skala 3 Bulanan
Mesin yang mengalami perawatan dalam skala 3 bulanan adalah mesin press.
Sistem perawatan yang dilakukannya adalah membersihkan selang penghubung
yang menghubungkan antara mesin pembuat motif pada lantai keramik dan lantai
keramik yang masih lembek. Dengan adanya pekerjaan perawatan tersebut motif
yang ingin dicapai menjadi nyata.
4. Skala Tahun
Mesin yang mengalami perawatan dalam skala tahunan adalah mesin kiln.
Dilakukan dalam masa setahun sekali dikarenakan mesin ini membutuhkan 2 hari
untuk start up dan 2 hari untuk cooloing down, dimana proses produksi PT.
Internusa Keramik Alamasri Industri berlangsung secara 24 jam. Agar lebih efektif,
jadi perawatan mesin dilakukan setiap setahun sekali, yaitu pada saat libur hari raya
Idul Fitri.

4.1.5 Quality Control Produk


PT. Internusa Keramik Alamasri Industri yang menghasilkan lantai keramik
selalu melakukan quality control pada setiap proses yang dilaluinya.
Pada laboratorium quality control yang diujikan, adalah :
a. Kadar air
b. Susut bakar
c. Bulk density
d. Water absorption
e. Bending strength

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 31


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Quality control bertugas mendeteksi setiap penyimpangan disetiap titik proses


sedini mungkin. Jika terdapat penyimpangan quality control akan memberitahukan hal
tersebut ke bagian yang bersangkutan.
Untuk yang bersifat visual yang dilihat adalah bompel. Jika terdapat cacat pada
keadaan bompel dapat dilakukan pemotongan pada bagian pinggirnya agar ukurannya
berubah, contoh dari lantai keramik yang berukuran 60 x 60 cm dipotong pinggirnya
agar menjadi ukuran 40 x 40 cm dan mendapat kualitas pertama.

4.1.6 Penanganan Material


Pada saat penerimaan material bahan baku utama menggunakan truk yang
langsung masuk ke dalam gudang bahan baku, sedangkan dari gudang bahan baku
menuju mesin-mesin produksi menggunakan forklift.
Penanganan material pada saat proses produksi sebelum proses press adalah
dengan menggunakan saluran-saluran yang menghubungkan antar mesin. Pada saat
sampai mesin press mengalami penanganan dengan menggunakan conveyor.
Setelah melalui conveyor yang berasal dari mesin press, lalu menuju lorry
sebagai tempat untuk menaruh lantai keramik secara bertingkat-tingkat yang masih
lembek sebelum masuk ke dalam mesin kiln. Yang membawa lorry menuju mesin kiln
adalah baloti, yaitu sejenis robot yang mempunyai roda yang dapat membawa rak-rak
lorry.
Pada saat masuk ke dalam mesin kiln lantai keramik yang masih lembek dibawa
oleh conveyor yang selanjutnya menuju ke mesin poles dengan bantuan mesin yang
sama. Setelah proses dengan mesin poles selesai lalu menuju tempat untuk disortir, dari
tempat sortir lantai keramik yang sudah dikemas dibawa menuju gudang bahan jadi
dengan menggunakan forklift.
Cara pengemasan produkjadi ini adalah dengan memasukkan dalam kardus dan
kardus tersebut ditaruh dirak yang terbuat dair kayu, dimana maksimal penumpukan rak
adalah 4 tumpukan.
Mengenai cara membawanya, yaitu dengan bantuan forklift dan disimpan
berdasarkan model dan ukurannya. Cara pengeluarannya tergantung dari pesanan yang
ada, bisa dengan cara FIFO (first first out) atau dengan LIFO (last in first out).

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 32


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Untuk lantai produksi pada PT.Internusa Keramik Alamasri Industri
permasalahannya tidak berkaitan langsung dengan teknik industridan terbagi menjadi 2
macam , yaitu:
a. Suhu
Untuk suhu pada ruangan lantai produksi cukup baik dari segi sirkulasi
udaranya namun yang menjadi masalah disini adalah pada saat mesin-mesin
produksi tersebut dinyalakan secara terus menerus selama 24 jam sehingga
menimbulkan suhu antara 30-350C dimana suhu tersebut cukup signifikan
bagi operator yang menyebabkan kegerahan yang dapat mengakibatkan
penurunan konsentrasi kerja dari operator karena menurut sutalaksana (1979)
maka suhu yang optimum bagi tubuh manusia adalah sekitar 24-280 C.
b. Kebisingan
Tingkat kebisingan pada lantai produksi cukup tinggi sehingga dapat
mengganggu kerja operator. Jika operator cukup lama beada pada ruangan
lantai produksi maka dapat menyebabkan konsentrasi kerja operator
menurun dan dapat merusak kesehatan dari operator terutama bagian
pendengarannya karena menurut suta laksana (1979)maka intensitas suara
yang optimum bagi telinga manusia adalah ≤ 80 desibel (dB).Dengan adanya
hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi kerja operator maka secara tidak
langsung operator dapat membuat kesalahan yang salah satunya dapat
menyebabkan produk yang dihasilkan tidak baikatau cacat.
c. kecelakaan operator
Sebagai perusahaan manufaktur dan menggunakan mesin-mesin sebagai alat
produksinya PT.Internusa Keramik Alamasri Industri kerap menemukan
adanya kecelakaan pada operator. Salah satunya yang terbanyak adalah luka
pada tangan yang disbabkan oleh mesin untuk memotong pinggir dari lantai
keramik

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 33


Laporan Kerja Praktek PT.Internusa Keramik Alamasri

4.2.2 Analisa Permasalahan K3


Dari kasus kecelakaan tersebut, faktor penyebabnya dapat bermacam-macam,
antara lain dari operator itu sendiri, mesin yang rusak dan lain-lain. Berikut merupakan
diagram sebab akibat tangan yang terluka pada gambar 4.1.8.2

Gambar 3.10 Diagram sebab-akibat tangan terluka

Dari keterangan diagram sebab akibat, dapat terlihat faktor faktor yang
menyebabkan kecelakaan terjadi, yaitu:
. Personel
- Pengalaman operator yang kurang menjadi salah satu penyebabnya
kecelakaan
- Pelatihan yang kurang
. Metode
- Petunjuk kerja yang sudah lama dan tidak sesuai
. Mesin
- Perawatan mesin yang buruk sehingga membuat mesin mengalami
kerusakan
- Penggunaaan mesin yang tidak sesuai sebagaimana mestinya.

Teknik Mesin-Universitas Mercu Buana 34

Anda mungkin juga menyukai