Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Penulisan laporan tugas akhir ini disusun sebagai hasil akhir dari
pelaksanaan kerja praktek pada PT. Petrokimia Gresik dan juga sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Diploma Tiga (D-3) Jurusan Teknik Kimia Politeknik
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan kali ini
1) Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si., Ph.D., selaku Direktur Politeknik
2) Bapak Wahyu Budi Utomo, HND., MSc. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
3) Bapak Muhammad Saleh, S.T., M.Si. selaku Ketua Program Studi D3 Teknik
v
7) Bapak Zainal Arifin, selaku Kepala Bagian Produksi Amonia Pabrik IA PT.
Petrokimia Gresik.
8) Orang tua penulis yang dengan kasih sayang dan do’anya sehingga penulis
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatya
tugas akhir ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
hlm.
RINGKASAN ......................................................................................................xiv
vii
2.5 Shell and Tube Heat Exchanger ......................................................... 13
2.5.1 Komponen Penyusun HE Jenis Shell and Tube ........................ 14
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 39
5.2 Saran ................................................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 42
viii
DAFTAR TABEL
hlm.
ix
DAFTAR GAMBAR
hlm.
Gambar 2.4 Alat Penukar Panas Berbentuk Shell and Tube HE ............................. 14
Gambar 4.1 Grafik Hubungan nilai Uc dan Ud dengan Hari Operasi .................36
x
DAFTAR LAMPIRAN
hlm.
xi
xii
xiii
EVALUASI KOEFISIEN TAHANAN PENGOTOR (Rd) HEAT
EXCHANGER REFRIGERANT CONDENSER 127-C PADA UNIT AMONIA
DEPARTEMEN PRODUKSI IA DI
PT. PETROKIMIA GRESIK
RINGKASAN
Heat exchanger (HE) adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Salah satu industri yang
memanfaatkan HE sebagai alat penukar kalor adalah industri pengolahan amonia
yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk urea pada
departemen produksi IA di PT. Petrokimia Gresik. Heat Exchanger Refrigerant
Condenser 127-C (HERC 127-C) merupakan jenis shell and tube yang digunakan
untuk mendinginkan ammonia vapour menjadi ammonia liquid yang akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan Urea. Evaluasi kinerja HE perlu
dilakukan untuk mengetahui performance dari HE. Salah satu parameter yang
digunakan dalam menganalisa HE yaitu besarnya Rd (fouling factor). Jika faktor
pengotor semakin banyak maka perlu dilakukan pembersihan terhadap HERC
127-C, agar kinerja alat dapat berjalan efisien dan perpindahan panas yang terjadi
berlangsung lebih baik dan optimal.
Perhitungan nilai Rd dilakukan dengan membandingkan koefisien
perpindahan panas keseluruhan saat alat dalam keadaan bersih (Uc) dan koefisien
perpindahan panas keseluruhan saat alat telah beroperasi (kotor) (Ud). Untuk
menentukan nilai Uc dan Ud ini, diperlukan data spesifikasi alat yang diambil dari
data desain alat dan kondisi operasi dari HERC 127-C yang diambil dari data
aktual.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, nilai Rd dari alat HERC 127-C
pada unit amonia departemen produksi 1A PT. Petrokimia Gresik diperoleh rata-
rata sebesar 0.002527 jam.m2C/kcal sedangkan Rd desain sebesar 0.001
jam.m2C/kcal dapat disimpulkan bahwa alat sudah tergolong kotor, sehingga
harus dilakukan pembersihan pada alat agar kinerja dari alat dapat berjalan efisien
dan perpindahan panas yang terjadi berlangsung lebih baik dan optimal.
xiv
BAB I PENDAHULUAN
Heat exchanger (HE) adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan
memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida
bersuhu rendah. Di dalam dunia industri peran dari HE sangat penting. Misalnya
efisiensi sistem. Contohnya adalah Ekonomizer, yaitu alat penukar kalor yang
pendingin, yaitu berupa evaporator dan condenser. Salah satu contoh industri
adalah industri pengolahan amonia yang digunakan sebagai bahan baku utama
Zwavelzuur Ammonium (ZA) I/III dan pupuk Urea. Bahan baku utama yang
digunakan berupa amonia yang berasal dari unit amonia. Dalam proses pembuatan
amonia, salah satu alat yang digunakan adalah Heat Exchanger Refrigerant
Condeser 127-C (HERC 127-C). Jenis HERC 127-C merupakan jenis shell and
liquid yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea.
1
Apabila HE telah digunakan dalam waktu yang lama maka akan terdapat endapan
atau kerak di dalam dan di luar pipa yang akan menambah tahanan transfer panas.
Penambahan ini mengurangi nilai dari koefisien transfer panas dan panas yang
HE tersebut. Evaluasi ini dapat dilakukan terhadap salah satu faktor yang
(Rd).
terhadap alat. Sehingga nilai Rd adalah hal penting yang harus diperhitungkan
dalam evaluasi HE agar kinerja dari alat tersebut dapat berjalan secara efisien dan
1) Berapa nilai tahanan pengotor (Rd) pada alat HERC 127-C pada unit produksi
2) Bagaimana pengaruh tahanan pengotor (Rd) pada alat HERC 127-C pada unit
2
1.3 Tujuan Kerja Praktek
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari kerja praktek ini
adalah:
1) Menentukan nilai tahanan pengotor (Rd) pada alat HERC 127-C pada unit
2) Menjelaskan pengaruh tahanan pengotor (Rd) pada alat HERC 127-C pada
saran-saran yang dapat dijadikan bahan penelitian untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
sebagai bahan dasar pembuatan pupuk urea dan ZA, serat sintetik (nilon dan
sejenisnya), dan bahan peledak TNT (trinitro toluena). Pembuatan amonia yang
(Annes,2014).
Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis
sebagai berikut :
diperoleh dari hasil reaksi antara gas alam dengan air. Pada suhu kamar, reaksi ini
berlangsung sangat lambat maka untuk memperoleh hasil yang maksimal, reaksi
dilakukan pada suhu tinggi, tekanan tinggi, dan diberi katalis besi. Reaksi
amonia:
menyengat.
2) Sangat mudah larut dalam air, dalam keadaan standar, 1 liter air mampu
3) Amonia mudah mencair, amonia cair membeku pada suhu -78C menjadi
4
-33C. Amonia simpan di dalam tangki berkisar pada tekanan 15-20 atm
Proses yang digunakan dalam pabrik amonia adalah proses low energi
cair. Secara umum proses pembuatan amonia seperti terlihat pada gambar berikut:
5
Menurut Irwanto 2017, secara garis besar pembuatan amonia pada Pabrik
a) Desulfurisasi
yang pada kasus ini terdapat pada umpan gas alam. Sulfur yang masih
terkandung dalam gas alam dapat merusak katalis pada reformer dan
kandungan sulfur pada umpan gas alam masih pada kisaran 25 ppm.
dan organik. Sulfur anorganik berupa H2S dapat dengan mudah diserap
oleh adsorben berupa ZnO. Sedangkan sulfur organik bersifat tidak reaktif
molybdate (Co-Mo).
6
b) Primary Reforming
pemecahan gas alam (metana) dengan steam sehingga terbentuk CO2 dan
c) Secondery Reforming
gas alam (metana) yang masih tersisa (sekitar 12%). Kebutuhan panas
H2 dengan O2 dari udara. Reaksi ini eksotermis dan menyuplai panas yang
dibutuhkan untuk reaksi pemecahan gas alam. Proses ini berjalan pada
34,8 m3.
CO2. Mereaksikan sebagian besar CO dan steam menjadi CO2 pada suhu
tinggi (428oC) dengan katalis besi (Fe2O3) hingga kadar CO outlet 3,65 %.
7
e) LTSC (Low Temperatur Shift Conventer 104-D2)
Di dalam LTSC terjadi reaksi yang sama dengan HTSC, hanya saja
digunakan katalis tembaga (Cu) agar reaksi tidak berjalan berbalik. Kadar
Gas sintesa yang dihasilkan dari tahap penyediaan masih mengandung CO2
dalam jumlah cukup besar. Gas CO2 merupakan racun bagi katalis Fe2O5 dalam
sintesa ammonia sehingga perlu dipisahkan dari gas N2 dan H2. Pemisahan akan
dibersihkan lebih lanjut dari sisa CO dan CO2 dalam methanator dengan
mereaksikan gas H2 sehingga menjadi gas methane dimana gas methane tidak
a) CO2 Removal
8
unit produksi CO2 cair. Sedangkan out gas dari absorber dengan diproses
b) Methanator
344,3C. Panas dari gas ini dimanfaatkan untuk memanaskan umpan yang
3) Sintesis Amonia
yang terdapat di dalam gas proses dipisahkan dengan cara ditekan dan didinginkan
hingga terbentuk kondensat dan dipisahkan pada separator. Air, CO, dan CO2
yang tersisa dalam gas dipisahkan pada molecular sieve dryer. Gas sintesis dari
molecular sieve dryer dicampur dengan gas sintesis daur ulang dari ammonia
4) Refrigerasi
Sistem refrigerasi terdiri dari empat tingkat dengan refrigerant NH3. Sistem
9
Refrigerant akan menguap sementara gas produk konverter akan terkondensasi
dan keluar melalui ujung pipa evaporator. Refrigerant amonia cair yang
Untuk menjaga inert gas metana dan argon di syn loop, sejumlah kecil syn
gas dikeluarkan dari system. Purge gas yang dapat direcover kandungan NH3 dan
H2-nya akan digunakan kembali dalam proses dan dipakai sebagai fuel gas di
Primery reformer.
perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material sebagai akibat dari
aliran energi panas akan selalu mengalir ke bagian yang memiliki temperatur lebih
rendah. Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis perpindahan panas yaitu konduksi,
molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya
10
2) Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas dari
suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut
secara fisik.
melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari
suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin)
ini akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Heat exchanger (HE) merupakan suatu alat yang dimana terjadi aliran
perpindahan panas diantara dua fluida atau lebih pada temperatur yang berbeda ,
kedua fluida yang mengalir terpisah satu sama lain, biasanya oleh pipa silindris.
Fluida dengan temperatur yang lebih tinggi akan mengalirkan panas ke fluida
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui permukaan
kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida. Transfer panas
yang terjadi yaitu melalui interfase atau penghubung antara kedua fluida.
11
Contoh: aliran steam pada kontak langsung yaitu dua zat cair yang immiscible
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui dinding
Pada aliran HE jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk kedalam
HE dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan, dan keluar pada
sisi yang berlawanan. Suhu fluida dingin yang keluar (Tcb) lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu fluida panas yang keluar (Thb), sehingga dianggap
lebih baik dari alat penukar panas aliran searah (co- current flow) (Ariana 2009
12
Counter-Current flow
Salah satu jenis HE yang banyak ditemui pada industri kimia adalah jenis
Shell & Tube Heat Exchanger. Heat Exchanger jenis shell & tube terdiri atas
suatu bundel pipa yang dihubungkan secara paralel dan ditempatkan dalam sebuah
pipa mantel (cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa,
sedangkan fluida yang lain dengan suhu berbeda mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada
penunjang pipa yang menempel pada mantel. Efisiensi pertukaran panas dapat
turbulensi pada aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time),
namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop dan menambah beban
kerja pada pompa, sehingga laju alir fluida pada proses perpindahan panas harus
13
Pemakaian shell and tube,:
1) Sebagai Cooler/Heater
Heat exchanger jenis shell and tube dapat dilihat pada gambar berikut:
1) Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle.
Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau
melepaskan panas.
14
2) Tube
Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan tempat
3) Tube sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-
ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan tube.
4) Tube pitch
Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak
tube yang terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak
terdekat antara dua tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan
dengan susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar
berikut:
15
5) Channel cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi HE yang dapat dibuka pada saat
6) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channel untuk membagi
7) Baffle
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segemental baffle. Baffle
tersebut berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada
Fouling factor (Rd) adalah suatu angka yang menunjukkan hambatan akibat
adanya kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam HE, yang melapisi
bagian dalam dan luar Tube. Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi
16
perpindahan panas pada HE. Pengotoran ini dapat terjadi akibat endapan dari
fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari HE akibat
Apabila nilai fouling factor hasil perhitungan lebih besar dari nilai fouling
factor desain maka perpindahan panas yang terjadi di dalam alat tidak memenuhi
kebutuhan prosesnya dan harus segera dibersihkan. Nilai fouling factor dijaga
agar tidak melebihi nilai fouling factor desainnya agar alat HE dapat mentransfer
panas lebih besar untuk keperluan prosesnya. Perhitungan fouling factor berguna
dalam mengetahui apakah terdapat kotoran di dalam alat dan kapan harus
2) Temperatur fluida
Shell:
17
Qkondensasi = W x ........................................................................................... (6)
Tube:
Dimana:
(T1 - t 2 ) - (T2 - t 1 )
LMTD = .......................................................................... (9)
(T - t )
ln 1 2
(T2 -t1 )
tc
Dari Fig. 17 didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan
th
18
tc T2 t1 ..................................................................... .......................(12)
th T1 t 2
Tetapi jika nilai viskositas kedua fluida kurang dari 1 (μ< 1 cp) maka
Shell:
𝐼𝐼 𝐼 𝐼 ′ 𝐼 𝐼
as = .............................................................................................(13)
144 𝐼 𝐼𝐼
Dimana:
Tube:
Nt x a' t
at ................................................................................................(14)
144 x n
Dimana :
NT = jumlah tube
n = jumlah passes
19
5) Menghitung Kecepatan Aliran (G)
Shell:
𝐼
Gs = ..........................................................................................................(15)
𝐼
𝐼
Tube:
w
Gt .........................................................................................................(16)
at
Shell:
De x Gs
Re s ............................................................................................(17)
μ
Tube :
ID x Gt
Ret = .............................................................................................(18)
µ𝐼
Dimana :
ID = ID tube (m)
Shell:
Tube:
Faktor perpindahan panas pada tube (jHt) dapat diperoleh dengan ploting nilai
20
8) Menghitung Bilangan Prandtl (Pr)
Shell:
Cp s x µs
Prs = ................................................................................................(19)
ks
Tube:
Cp t x µt
Prt = ...............................................................................................(20)
kt
Dimana:
ℎ
9) Menghitung Koefisien Perpindahan Panas ( )
ɸ
Shell:
ℎ𝐼 k
= s (Prs)1/3 .........................................................................................(21)
De
jH
ɸs
Tube:
ℎ𝐼 k
= jH (Pr )1/3 ............................................................................................(22)
t t
ɸt D
Dimana:
ɸ= rasio viskositas
ℎ𝐼
ɸ𝐼
tw = tc + ℎ 𝐼𝐼 ℎ 𝐼
(Tc – tc)..............................................................................(22)
+
ɸ𝐼 ɸ𝐼
21
ℎ 𝐼𝐼 ℎ𝐼 𝐼𝐼𝐼
= x
ɸ𝐼 ɸ𝐼 𝐼𝐼𝐼
Dimana:
Shell:
𝐼𝐼
ɸ= 0,14
s
μw
................................................................................................(23)
𝐼𝐼
ɸ= 0,14
t
μw
.................................................................................................(24)
Dimana:
Shell:
k 𝐼𝐼
h = jH (Pr )1/3 x 0,14 ......................................................................(25)
o s s
De μw
Tube:
ℎ𝐼
x 𝐼𝐼 ..........................................................................(26)
0,14
𝐼𝐼𝐼
h = x
io
ɸ𝐼 𝐼𝐼 μw
𝐼
22
Koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah operasi,
Q
Ud = ...........................................................................................(28)
A x LMTD
Dimana:
endapan di dalam HE. Fouling factor ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara
lain: jenis fluida, temperatur, jenis material tube, kecepatan aliran serta
lamanya operasi.
berikut:
𝐼𝐼 −𝐼𝐼
Rd = ................................................................................................(29)
𝐼𝐼 𝐼 𝐼𝐼
shell and tube yang terdapat pada unit produksi amonia yang berfungsi sebagai
23
Tabel 2.1 Spesifikasi HERC 127-C
24
BAB III METODE PELAKSANAAN
Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan pada tanggal 1 Maret
pengumpulan data primer dan data sekunder yang didalamnya terkandung data
akhir ini pada 20 maret 2019 hingga 5 April 2019 sebagai dasar perbandingan
lapangan plant Amonia dan di Distributed Control System (DCS) yang meliputi
laju alir massa inlet shell dan temperatur inlet-outlet di shell dan tube HE
25
Lanjutan Tabel 3.1
Fluida Panas Fluida Dingin
No. Hari/Tanggal T1 T2 W t1 t2 w
(oC) (oC) (kg/jam) (oC) (oC) (kg/jam)
4 25/03/2019 103.82 34.63 46990 32.60 33.9 8671000
5 26/03/2019 103.25 35.63 49080 32.45 33.9 8671000
6 27/03/2019 103.20 35.43 44410 32.80 33.9 8671000
7 28/03/2019 103.06 35.30 45780 32.59 33.9 8671000
8 29/03/2019 103.30 35.41 46810 32.65 33.9 8671000
9 1/04/2019 103.17 36.77 50590 32.40 33.9 8671000
10 2/04/2019 103.82 36.59 48670 32.57 33.9 8671000
11 4/04/2019 103.99 36.38 36380 32.64 33.9 8671000
12 5/04/2019 104.25 37.08 37080 32.74 33.9 8671000
Dept. PPE PT Petrokimia Gresik meliputi ukuran design Heat Exchanger, data
gravity dan lain-lain didapat dari buku literatur”Process Heat Transfer” Donald
26
3.3 Teknik Pengolahan Data
T2 Warm Ammonia
dan komposisi bahan aktual. Dari data yang diperoleh, kemudian dilakukan
pengolahan melalui perhitungan sesuai dengan metode yang terdapat dalam buku
berikut:
Shell
kg
W = 40890
jam
kcal
btu 1,00072
Cp = 0,5270 x
kg .℃
= 0,5274
kcal (Lampiran 2)
lb .℉ btu kg℃
1
lb .℉
kcal
btu 1 kg
= 418 x btu
= 232,22 kcal (Lampiran 9)
lb 1,8 kg
lb
Qamonia = W x Cp x ∆T
kg
= 40890 x 0,5274 kcal x 68,17ºC
jam kg .℃
27
kcal
= 1.470.055,053
jam
Qkondensasi = W x
kcal kcal
= 40890 x 232,22
jam kg
kcal
= 9.495.566,67
jam
kcal
= 10.965.621,72
jam
Tube
kg
w = 8671000
jam
kcal
1,00072
btu
cp = 1 x btu
kg .℃
= 1,00072 kcal (Lampiran 1)
lb .℉ 1 kg℃
lb .℉
Qt = w x cp x ∆t
kg kcal
= 8671000 x 1,00072 x 1,14ºC
jam kg℃
kcal
= 9.892.057,16
jam
2. Menghitung LMTD
T 1 − t 2 − (T2 − t 1 )
LMTD = T −t
ln 1 2
(T2 − t1 )
= 17,3879ºC
28
3. Menghitung Caloric Temperature
Shell
ID x C ′ x B 2,3999 m x 0.00635 m
s = = = 0,3552 m2
PT 0,03175 m
Tube
Nt x a′ t 4718 x 0.000383 m 2
t = = = 1,8076 m2
n 1
Shell
kg
W 40890 jam kg
Gs = = = 115.118,24
αs 0,3552 m2 jam .m 2
Tube
kg
W 8671000 jam kg
Gt = = = 4.796.968.36 jam .m 2
αt 1,8076 m2
Shell
De x Gs 0,0524 m
Res = ; De = 0,72 in x = 0,018288 m (Lampiran 7)
μs 1 in
29
kg
3,6 .jam m kg
μs = 0,0116 cp x = 0,042 (Lampiran 4)
1 cp m.jam
kg
0,018288 m x 115.118,24
jam .m 2
Res = kg
= 50413,851
0,042
m .jam
Tube
ID x Gt
Ret = ; ID = 0,022098 m
μt
kg
3,6 .jam m kg
μt = 0,810 cp x = 2,92 (Lampiran 3)
1 cp m.jam
kg
0,022098 m x 4.796.968.36
jam .m 2
Ret = kg
= 36352,334
2,92
m .jam
Shell:
Faktor perpindahan panas pada shell (jHs) dapat diperoleh dengan ploting
nilai Res pada grafik Shell Side Heat Transfer Curvefigure 28 Kern,
Tube:
plotingnilai Ret pada grafik Tube Side Heat Transfer Curvefigure 24 Kern,
𝐼
dengan nilai = 588,29 sehingga diperoleh nilai jHt = 112.
𝐼
30
8. Menghitung Bilangan Prandtl (Pr)
Shell
kcal kg
Cps x µ s = 0,5274
kg .C
x 0,042 m .jam
Prs = kcal = 0,51
ks 0,043072
jam .m . C
Tube
kcal kg
Cpt x µ t = 1,00072
kg .C
x 2,92 m .jam
Prt = kcal = 6,99
kt 0,417421
jam .m . C
kcal
hi kt 0,417421 jam.m.C
kcal
= jH t (Pr )1/3
t
= 112 x x (6,99)1/3 = 4019,14
ɸt ID 0,022098 m jam .m 2.℃
ho
ɸs
tw = tc + hio ho (Tc – tc)
+
ɸt ɸs
hio
Dimana diperoleh dari persamaan,
ɸt
kcal
hio hi IDt = 4019,14 0,022098 m kcal
= x x = 3496,652
ɸt ɸt ODt jam .m2.℃ 0,0245 m jam .m 2.℃
kcal
245,380
.m . C 2
jam
tw = 33,3C + x (68,295C – 91,771C)
kcal kcal
3496,652 jam + 245,380 jam
.m .℃ 2 .m . C 2
= 35,6 ºC
31
11. Menghitung Rasio Viskositas (ɸ)
Shell
μs 0,14
ɸs =
μw
kg 0,14
0,042
m .jam
= kg = 0,5884
0,5558
m .jam
Sehingga,
ho kcal kcal
ho = x ɸs = 245,380 jam x 0,5884 = 136,381
ɸs .m2.C jam .m 2 .℃
Tube
μt 0,14
ɸt=
μw
kg 0,14
2,92
m.jam
= kg = 1,0071
0,5558
m .jam
Sehingga,
kcal kcal
hio x ɸ = 4019,14 x 1,0071 = 3521,532
hio= t
ɸt jam .m2.℃ jam .m 2.℃
32
Koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah operasi
Q
Ud =
A x LMTD
A = Nt x L x a’’
= 4718 x 13 m x 0,079797 m
= 4894,269 m2
kcal
9.892.057,16 kcal
jam
Ud = = 116,238
4894,269 m2 x 17,3879℃ jam .m2 .℃
kcal kcal
131,297 jam − 116,238 jam.m 2
Uc − Ud .m .℃ 2 jam .m .℃2 = 0,00098 .℃
Rd = = kcal kcal
Uc x Ud 131,297 jam x 116,238 kcal
.m .℃ 2 jam .m .℃2
33
BAB IV HASIL DAN DESKRIPSI KEGIATAN
4.1 Hasil
PT. Petrokimia Gresik merupakan HE tipe shell and tube yang berfungsi sebagai
pendingin pada proses Refrigerasi, karena fungsinya yang sangat penting, HERC
127-C dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dengan membandingkan nilai
tahanan pengotor (Rd) desain dan nilai Rd aktual. Maka dari itu untuk melihat
kinerja dari HERC 127-C tersebut dilakukan perhitungan nilai Rd dari data aktual
endapan berupa kerak yang terbentuk pada permukaan shell and tube. Dari nilai
Rd ini kita dapat mengetahui kinerja dari HERC 127-C. Berdasarkan data
pengamatan yang disajikan pada tabel 3.1 di atas, diperoleh hasil perhitungan
sebagai berikut:
34
Lanjutan tabel 4.1
Uc Ud Rd
No Tanggal
(Kcal/jam.m2.C) (Kcal/jam.m2.C) (jam.m2C/kcal)
127-C) pada unit produksi amonia PT. Petrokimia Gresik alat ini digunakan
sebagai pendingin yang berfungsi untuk mengubah amonia dalam bentuk vapour
menjadi amonia cair. Alat ini didesain dengan fluida dingin berupa cooling water
yang dialirkan pada tube dengan aliran masuk sebesar 8.625.655 kg/jam dan suhu
masuk antara 32-32,8C dan suhu keluar antara 33,9-34C, sedangkan fluida
panas berupa ammonia vapour yang dialirkan pada shell dengan laju alir sebesar
65539 kg/jam dengan suhu masuk antara 102-107C dan suhu keluar berkisar
antara 34-37C.
perpindahan panas keseluruhan saat alat dalam keadaan bersih (Uc) dan koefisien
perpindahan panas keseluruhan saat alat telah beroperasi (kotor) (Ud). Berikut
35
merupakan grafik 4.1 hubungan nilai U dalam keadaan bersih (Uc) dan dalam
180.00
160.00
U (Kcal/jam.m2.C)
140.00
120.00
100.00
80.00 Uc
60.00 Ud
40.00
20.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu Operasi (Hari)
Dari grafik di atas, garis berwarna biru merupakan garis Uc dan garis merah
merupakan garis Ud. Terlihat pada hari ke-1 selisih nilai Uc dan Ud tidak terlalu
jauh, sedangkan dimulai pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-12 terlihat pada
grafik dimana nilai Ud yang fluktuasi dan menunjukkan penurunan nilai Ud dari
hari ke-1 sampai hari ke-12 semakin kecil, sehingga selisih dari nilai Uc dan Ud
mengalami kenaikan. Semakin jauh selisih nilai Uc dan Ud maka nilai tahanan
Nilai Ud dapat digunakan untuk melihat kinerja dari suatu HE, dimana
semakin kecil nilai Ud maka semakin besar nilai penurunan kinerja dari suatu HE.
Seperti yang terlihat pada grafik 4.1 bahwa pada hari ke-1 sampai hari ke-12 nilai
Ud mengalami fluktuasi dan penurunan nilai Ud. Nilai Ud dipengaruhi oleh besar
kecilnya panas yang berpindah antara fluida panas dan dingin (∆T). Turunnya
36
nilai Ud dapat dijadikan indikator dari penurunan kinerja HE. Dimana penurunan
nilai Ud dapat diakibatkan oleh adanya pengotor yang terdapat dalam HERC127-
C. Besarnya nilai tahanan pengotor (Rd) dapat dilihat dari grafik Rd di bawah ini.
0.005
0.0045
0.004
Rd (jam.m2C/kcal)
0.0035
0.003 Rd Aktual
0.0025 Rd Desain
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu Operasi (Hari)
Dari grafik terlihat nilai Rd yang fluktuasi, dimana pada hari ke-2, ke-3, ke-
5, ke-6, ke-8 dan hari ke-10 sampai ke-12 nilai Rd mengalami peningkatan
sedangkan pada hari ke-4, ke-7, dan ke-9 nilai Rd mengalami penurunan dari hari-
hari sebelumnya, grafik juga menunjukkan nilai Rd yang semakin meningkat dari
hari pertama sampai hari ke-12. Jika dibandingkan dengan Rd desain alat yang
telah ditentukan, pada hari ke-2 sampai hari ke-12 nilai Rd aktual lebih tinggi
dibanding dengan nilai Rd desain. Hal ini menunjukkan bahwa alat HERC 127-C
memiliki tahanan pengotor yang telah melampaui desain maka perpindahan panas
yang terjadi didalam alat tidak berjalan secara optimal , adanya tahanan pengotor
dikarena selama pengoperasian alat, terdapat kotoran yang terbawa oleh fluida
37
pengotor dan pengerakan. Kotoran pada HE dapat menurunkan kinerja dan
panas. Oleh karena itu disarankan agar dilakukan pengecekan dan pembersihan
berupa chemical cleaning tube dan shell pada alat untuk meningkatkan kinerja alat
sehingga dapat beroperasi dengan maksimal dan perpindahan panas dapat berjalan
efektif.
38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
mengalami fluktuasi dari hari ke-1 sampai hari ke-12. Dimana pada hari ke-1 nilai
dan ke-3, sedangkan pada hari ke-4 dan ke-5 nilai Rd menurun menjadi
hari pertama sampai hari ke-12. Selain itu, nilai Rd aktual pada hari ke-2 sampai
hari ke-12 berada di atas nilai Rd desain alat sebesar 0.001 jam.m2C/kcal.
Dimana rata-rata nilai Rd aktual dari hari ke-1 sampai hari ke-12 yaitu sebesar
HERC 127-C. Kotoran pada HERC 127-C dapat menurunkan kinerja dan
39
panas. Untuk meningkatkan kinerja alat HERC 127-C agar dapat beroperasi
dengan maksimal dan perpindahan panas dapat berjalan efektif, maka perlu
dilakukan pembersihan pada alat dengan melakukan chemical cleaning pada tube
dan shell.
5.2 Saran
Setelah dilakukan evaluasi kinerja dari HERC 127-C pada unit produksi
dan pembersihan alat secara berkala. Hal ini untuk menghindari terjadinya
2) Untuk mempertahankan kinerja dari HERC 127-C agar tetap optimal, perlu
40
DAFTAR PUSTAKA
Ariana. 2009. Thermal Design Shell & Tube Heat Exchanger I dalam Laporan
Tugas Akhir Awaluddin 2018. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri
Ujung Pandang, Makassar.
Ariana. 2009. Thermal Design Shell & Tube Heat Exchanger I. Jurusan Teknik
Kimia. Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Departemen PPE. 2010. Heat Exchanger pada Produksi Amonia. Gresik: PT.
Petrokimia Gresik
Ikhsan. 2012. Makalah Alat-alat Heat Exchanger dalam Laporan Tugas Akhir
Ihsan 2016. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh.
Kern, D.Q. 1983. Process Heat Transfer. New York: Mc Graw-Hill Companies.
Inc.
Kern, D.Q. 1983. Process Heat Transfer dalam Laporan Tugas Akhir Awaluddin
2018. Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar.
Sudrajat, Jajat. 2017. Analisis Kinerja Heat Exchanger Shell and Tube pada
Sistem COG Booster di Integrated Steel Mill Krakatau.Jurnal Teknik Mesin.
6:175.
41
L
A
M
P
I
R
A
N
42
Lampiran 1. Tabel dan Grafik Kapasitas Panas Cairan
43
Lampiran 2. Tabel dan Grafik Kapasitas Panas Gas
44
Lampiran 3. Tabel dan Grafik Viskositas Cairan
45
46
Lampiran 4. Tabel dan Grafik Viskositas Gas
47
48
Lampiran 5. Tabel Konduktivitas Thermal Cairan
49
Lampiran 6. Tabel Konduktivitas Thermal Gas
50
Lampiran 7. Grafik Faktor Perpindahan Panas pada Shell
51
Lampiran 8. Grafik Faktor Perpindahan Panas pada Tube
52
Lampiran 9. Panas Laten
Lamp
iran
10.
Tabel
Data
Spesif
ikasi
Tube
53