Anda di halaman 1dari 76

Skripsi

MODIFIKASI PERMUKAAN KARBON AKTIF


TONGKOL JAGUNG (Zea mays) DENGAN HNO3, H2SO4, DAN H2O2
SEBAGAI BAHAN ELEKTRODA SUPERKAPASITOR

HARFIANTI AMIRUDDIN
H 311 12 004

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
Bukan karena rumah istana kita jadi bahagia,

tapi karena kita bahagia rumah bagai istana.

Bukan karena mudah kita yakin bisa,

tapi karena kita yakin bisa semua menjadi mudah.

Bukan saking nikmatnya kita jadi bersyukur,

tapi karena kita bersyukur semua jadi terus nikmat

bukan karena hari ini indah kita bisa tersenyum,

tapi karena kita tersenyum hari ini jadi begitu indah.

Kebahagiaan hadir karena kita memilih untuk bahagia

-Ahmad Rifai Rifan-


PRAKATA

Assalamualaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah Subhaanahu wataala atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya, tiada henti memberikan nikmat yang begitu besar, khususnya nikmat

iman dan Islam yang masih melekat pada diri pribadi. Tidak lupa kami kirimkan

salawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai suri

taudalan terbaik, atas perjuangan beliau sehingga kita masih bisa merasa nikmat

berislam hingga pada detik ini. Tidak lupa pula, kepada keluarga beliau, sahabat,

sahabiyah, tabin, tabiut-tabiin dan orang-orang yang tetap istiqamah di jalan dinul

Islam ini hingga qadarnya berlaku pada diri mereka. Alhamdulillah, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Modifikasi Permukaan Karbon Aktif

Tongkol Jagung (Zea mays) dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2 sebagai Bahan

Elektroda Superkapasitor sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana

sains Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Hasanuddin.

Pada lembaran ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada orangtua Amiruddin dan Hafsah yang selalu mendukung dalam

mendapatkan pendidikan dan yang tiada henti memberikan doa terbaik. Ucapan

syukur yang kedua untuk adik-adikku Hardianti Amiruddin, Sri Ramadani,

Muh. Husni Mubarak, Nurul Yakin, Ahmad Shodikin Akram, dan Izza Samha

Fakhira sebagai sumber motivasi. Ketiga, untuk semua keluarga yang senantiasa

mengiringi doa dan dukungannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

iii
1. Dr. Paulina Taba, M.Phil, dan Dr. Sci. Muhammad Zakir selaku

pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam

memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat berharga dari awal

persiapan hingga selesainya penelitian ini.

2. Tim penguji hasil penelitian Prof. Dr. Alfian Noor, M.Sc (ketua),

Dr. Abdul Karim, M.Si (sekretaris), Drs. Frederick Mandey, M.Sc

(anggota), Dr. Syahruddin Kasim, S.Si, M.Si (anggota),

Dr. Paulina Taba, M.Phil (anggota), dan Dr. Sci. Muhammad Zakir

(anggota) atas saran dan kritikan yang diberikan.

3. Seluruh staf dosen, dan pegawai Jurusan Kimia analis Laboratorium Kimia,

Pak Irsan, Ibu Sarinah, Ibu Barlian, kak Fibi, kak Linda, kak Hanna,

Pak Sugeng, Ibu Tini.

4. Sahabat-sahabat kimia 2012 Mesomeri : Rahmad, Pram, Ahmad, Renhard,

Usman, Edar, Manti, Fadlia, Nia, Gisel, Fani, Egi, Widya, Wiwi, Mirna,

Imelda, Yunita, Ilham, Arin, dan Fitri. Terima kasih atas kebersamaan dan

pengalaman yang tak terlupakan.

5. Keluarga Besar Pengurus Mushalla Istiqamah FMIPA Unhas. Terima

kasih atas dukungan doa, nasihat dan semangat dakwah, dan

kebersamaannya di jalan dakwah.

6. Seluruh warga dan alumni KMK FMIPA Unhas. HMK tempat kita dibina,

HMK tempat kita ditempa.

7. Kakak-kakak, adik-adik, serta alumni KM FMIPA Unhas. Salam Use Your

Mind Be The Best.

iv
8. Teman-teman seperjuangan penelitian Kimia Fisika : Kibel, Yenni, Gisel,

Widya, Afida, Ariya, Sita, Rifka, Salma, Ogel, Rara, Santi, Ulfa, Jefri.

Terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama di laboratorium.

9. Halaqah Tarbiyah Aabidat 5 : Kak Lutfah, Latifah, Iffah, Alya, Ifah,

Ramlah, Mutmainnah, Ulfa, Dera, Kiki, Hafsah, Tuti, Aisyah, Akra,

Annisa, Zahrah, Yana. Terima kasih atas bekal ilmu akhirat yang begitu

berharga dan kebersamaan selama bermajelis ilmu.

10. KKN Gel. 90 Sinjai Selatan, Posko Desa Puncak : Kak Haidir (kordes), Sul,

Ekhy, Novi, dan terkhusus untuk Bapak Anwar, Ibu Kartini, Jum, Sahrul,

dan Kia, selaku keluarga di tempat KKN.

11. Sahabat-sahabat Ikatan Remaja Masjid Muhajirin (Ikramin), Ustad Aswar,

Ustadzah Kiki, Lisna, Risal, Kak Nini, Nuhi, Dian, Rista, Aidil, kak

Fathin, Fajrin, Ana Riri, Erni, Ica, Nabila, Fajril. Terima kasih atas

dukungan dan doanya.

12. Sahabat-sahabat SMA 21 Makassar, Lisna, Uchy, Upik, Efhy, Noni, dan

Mila.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan

selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan wawasan bidang ilmu sains dan bidang ilmu kimia khususnya,

Aamiin.

Makassar, September 2016

Penulis

v
ABSTRAK

Sintesis dan karakterisasi karbon aktif tongkol jagung (Zea mays)


termodifikasi HNO3, H2SO4, dan H2O2 sebagai bahan elektroda superkapasitor telah
dilakukan. Karbon aktif tongkol jagung dibuat dengan beberapa tahapan, yakni
karbonisasi, ekstraksi silika, aktivasi kimia dengan ZnCl2, dan modifikasi permukaan
dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2. Hasil analisis XRF menunjukkan kandungan
senyawa silika pada karbon aktif sebelum ekstraksi sebesar 23,73% b/b dan hasil
SEM menunjukkan pembentukan pori karbon pada hasil ekstraksi silika dan aktivasi.
Luas permukaan karbon aktif yang diperoleh dengan metode BET yaitu
306,5483 m2/gram. Nilai kapasitansi spesifik dengan metode Cyclic Voltammetry
yang diperoleh pada karbon aktif termodifikasi HNO3, H2SO4, dan H2O2 berturut-
turut sebesar 15,94; 9,88; dan 9,87 F .

Kata kunci: Karbon aktif, modifikasi permukaan, karakterisasi, kapasitansi spesifik.

vi
ABSTRACT

Synthesis and characterization of activated carbon from corn cob (Zea mays)
modified by HNO3, H2SO4 and H2O2 as a supercapacitor electrode material have
been conducted. Activated carbon was made from corn cobs with several stages,
namely carbonization, silica extraction, chemical activation with ZnCl2, and surface
modification with HNO3, H2SO4 and H2O2. The results of XRF analysis showed that
the amount of silica compound in activated carbon before extraction was 23,73 %
and SEM results indicated carbon pores formation after the extraction of silica and
activation. The surface area of activated carbon obtained by the BET method was
306,5483 m2/g. The specific capacitance value of activated carbon modified by
HNO3, H2SO4, and H2O2 obtained by cyclic voltammetry method was 15,94; 9,88;
and 9,87 F , respectively.

Keywords: Activated carbon, surface modification, chararterization, specific


capacitance.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

PRAKATA.................................................................................................. iii

ABSTRAK .................................................................................................. vi

ABSTRACT................................................................................................ vii

DAFTAR ISI............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi

DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.............................................................. 4

1.3.1 Maksud Penelitian.............................................................................. 4

1.3.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

2.1 Kapasitor Elektrokimia ......................................................................... 6

2.2 Karbon Aktif ......................................................................................... 9

2.2.1 Pembuatan Karbon Aktif.................................................................... 9

viii
2.2.2 Karakterisasi Karbon Aktif ................................................................ 10

2.2.3 Modifikasi Permukaan Karbon Aktif................................................. 14

2.3 Tongkol Jagung sebagai Sumber Karbon Aktif .................................... 18

2.4 Ekstraksi Silika .................................................................................... 20

2.5 Metode Voltammetri Siklik ................................................................. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 23

3.1 Bahan Penelitian.................................................................................... 23

3.2 Alat Penelitian....................................................................................... 23

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 23

3.4 Prosedur Penelitian................................................................................ 24

3.4.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Sampel .......................................... 24

3.4.2 Preparasi Sampel................................................................................ 24

3.4.3 Karbonisasi......................................................................................... 24

3.4.4 Ekstraksi Silika .................................................................................. 24

3.4.5 Aktivasi .............................................................................................. 25

3.4.6 Modifikasi Permukaan ....................................................................... 25

3.4.7 Karakterisasi Permukaan Karbon Aktif Secara Kimia ...................... 25

3.4.8 Karakterisasi....................................................................................... 26

3.4.9 Pembuatan Elektroda Kerja................................................................ 25

3.4.9.1 Pembuatan Elektroda Karbon ......................................................... 27

3.9.4.2 Pengukuran Kapasitansi Spesifik.................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 29

4.1 Karbonisasi............................................................................................ 29

4.2 Ekstraksi Silika ..................................................................................... 30

ix
4.3 Analisis Morfologi Permukaan Karbon Aktif Tongkol Jagung............ 32

4.4 Modifikasi Permukaan Karbon Aktif Tongkol Jagung......................... 34

4.5 Pengukuran Kapasitansi Spesifik.......................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 41

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 41

5.2 Saran...................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 42

LAMPIRAN................................................................................................ 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Kemampuan spesifik daya dan energi dari kapasitor konvensional,


superkapasitor, baterai, dan sel bahan bakar ........................................ 7

2. Rangkaian kapasitor elektrokimia lapisan ganda ................................. 7

3. Karakterisasi pola XRD dari sampel karbon nanopori dengan suhu


aktivasi 950 oC sampai 1150 oC ......................................................... 11

4. Mikrograf SEM dari karbon aktif tongkol jagung................................ 12

5. Skema permukaan kimia karbon aktif dengan beberapa tipe


kelompok gugus oksigen ...................................................................... 14

6. Skema pembentukan gugus fungsi oleh asam nitrat melalui thermal


treatment ............................................................................................... 16

7. Material karbon tersulfonasi................................................................. 17

8. Tongkol Jagung .................................................................................... 19

9. Kurva perbandingan beda potensial dan waktu dan hasil kurva arus
dan beda potensial dalam voltametri siklik .......................................... 21

10. Elektroda Pasta Karbon...................................................................... 28

11. Diagram Sel Voltametri ..................................................................... 28

12. Mekanisme reaksi pembentukan Na2SiO3 ......................................... 31

13. (a) SEM hasil karbonisasi, (b) SEM hasil ekstraksi silika, dan (c)
SEM hasil aktivasi ............................................................................ 32

14. Perbandingan konsentrasi gugus fungsi karbon aktif sebelum dan


setelah modifikasi HNO3, H2SO4, dan H2O2...................................... 34

15. Spektrum FTIR karbon aktif .............................................................. 32 35

xi
16. Voltammogram elektroda pasta karbon aktif tongkol jagung............ 37

17. Voltammogram karbon aktif termodifikasi HNO3 dengan laju scan


yang berbeda ..................................................................................... 39

xii
DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Modifikasi permukaan karbon aktif sebagai bahan elektroda superkapasitor


................................................................................................................ 17

2. Komponen tongkol jagung ..................................................................... 19

3. Pengaruh suhu terhadap proses karbonisasi ........................................... 29

4. Kandungan senyawa oksida dalam arang tongkol jagung sebelum dan


setelah ekstraksi...................................................................................... 30

5. Hasil analisis BET karbon aktif tongkol jagung ................................... 33

6. Data cyclic voltammetry elektroda pasta karbon .................................... 38

7. Data cyclic voltammetry elektroda pasta karbon dengan variasi laju scan
................................................................................................................ 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Skema Prosedur Kerja ........................................................................... 51

2. Perhitungan Titrasi Boehm..................................................................... 55

3. Perhitungan Kapasitansi Spesifik ........................................................... 58

4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .......................................................... 59

xiv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti

C Kapasitansi Spesifik
CV Cyclic Voltammetry
EDL Electric Double Layer
FTIR Fourier Transform Infrared
SEM Scanning Electron Microscopy
XRD X-Ray Diffraction
XRF X-Ray Fluoroscence
BET Brunauer-Emmeth-Teller
KTJ Karbon Tongkol Jagung
F/g Farad/gram
SBET Luas permukaan spesifik metode BET
Vpori Volume pori
dpori Diameter pori
mek/g miliekivalen/gram

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, energi listrik telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia

dan telah membawa pengaruh besar pada hampir seluruh sektor kehidupan.

Kebutuhan energi di Indonesia yang masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti

minyak bumi, batubara, dan gas bumi sebagai sumber energi listrik telah

berpengaruh pada dampak terhadap pencemaran udara dan akan berdampak terhadap

mutu kehidupan dan kesehatan masyarakat (Slamet, 2002; Chahaya, 2005). Selain

itu, bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui karena proses pembentukannya

memerlukan waktu yang sangat panjang dibandingkan eksploitasinya (So, 2014).

Kebutuhan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan

aktifitas ekonomi pada sektor industri, transportasi, komersial, dan rumah tangga

(So, 2014). Kebutuhan energi yang semakin besar tersebut, mendorong hadirnya

berbagai energi alternatif dalam memecahkan masalah krisis energi nasional.

Perangkat penyimpan energi menjadi salah satu pertimbangan solusi energi

alternatif.

Penyimpanan energi listrik dapat dilakukan pada baterai, sel bahan bakar, dan

kapasitor. Baterai dan sel bahan bakar memiliki kemampuan untuk menyimpan

energi yang tinggi namun memiliki rapat daya yang kecil. Kapasitor memiliki rapat

daya cukup besar namun menyimpan energi yang sangat kecil. Dari permasalahan

tersebut, kapasitor terobosan baru yakni superkapasitor diciptakan untuk

memperoleh kapasitansi dengan densitas energi dan daya yang tinggi (Arepalli, dkk.,

2005; Zhang, dkk., 2009).

1
Kemampuan rapat daya yang besar pada superkapasitor disebabkan oleh luas

permukaan yang besar dari material elektroda (Liu, dkk., 2008). Salah satu bahan

elektoda superkapastitor yang saat ini cukup popular digunakan adalah karbon aktif

yang memiliki pori yang berukuran nanometer. Distribusi pori yang besar pada

karbon aktif akan menghasilkan elektroda dengan luas permukaan yang besar

(Nurdiati dan Astuti, 2015). Produksi material karbon aktif khususnya dari bahan

alam atau biomassa menarik banyak penelitian material saat ini. Pembuatan dan

pemanfaatan karbon aktif dari biomassa khususnya sebagai aplikasi elektroda

elektrokimia telah diperkenalkan untuk kepentingan biomassa, bioenergi, dan

pengembangan energi masa depan (Kalyani dan Anita, 2013). Karbon aktif dari

biomassa dapat dibuat dari tongkol jagung, ampas tebu, tempurung kelapa, sabut

kelapa sekam padi, serbuk gergaji, kayu keras, dan batu bara.

Tongkol jagung merupakan salah satu limbah biomassa yang menarik diteliti

sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena merupakan bagian terbesar dari

limbah jagung. Menurut Badan Pusat Statistik (2012) produksi jagung Indonesia

pada tahun 2011 mencapai 16,3 juta ton yang berasal dari luas lahan panen 4 juta Ha

dengan produktivitas rata-rata 4,1 ton tiap Ha. Tanaman jagung juga termasuk

tanaman multifungsi sekaligus komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah

padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan

ketiga setelah gandum dan padi (Ilato dan Bahua, 2014).

Sekitar 40-50% dari berat jagung merupakan tongkol jagung yang beratnya

dipengaruhi oleh varietasnya (Richana, dkk., 2004; Wungkana, dkk., 2013). Selain

itu, kandungan tongkol jagung sebagian besar tersusun atas lignoselulosa yaitu:

Lignin (6%), selulosa (41%), dan hemiselulosa (36%), yang mengindikasikan bahwa

tongkol jagung berpotensi sebagai bahan karbon aktif (Lorenz dan Kulp, 1991;

Suryani, 2009).

2
Pembuatan karbon aktif terdiri atas dua tahap yaitu proses karbonisasi dan

aktivasi. Karbonisasi merupakan proses pembakaran bahan baku pada suhu tinggi

yang menyebabkan terjadinya dekomposisi senyawa organik yang menyusun strukur

bahan baku (Ramdja, dkk., 2008) sedangkan proses aktivasi bertujuan untuk

memperbesar porositas dan luas permukaan karbon aktif (Rahmawati, dkk., 2010).

Umumnya karbon aktif mengandung silika yang diperoleh dari bahan

bakunya, seperti tongkol jagung yang memiliki kandungan silika yang cukup tinggi

yaitu 20,4% (Hartadi, dkk., 1981 dalam Sirappa, 2003). Silika tersebut perlu

dihilangkan dari karbon aktif. Menurut Wei dkk. (2011), proses ekstraksi silika akan

menghasilkan pori yang banyak sehingga luas permukaan dari karbon aktif

meningkat. Andhika (2015) mengekstraksi silika dari karbon aktif sekam padi dan

memperoleh pori yang lebih banyak pada permukaan karbon. Alif (2015) dan

Labanni dkk. (2015) juga mengekstraksi silika dari karbon aktif ampas tebu dengan

menggunakan larutan NaOH dan mendapatkan karbon bebas silika melalui variasi

konsentrasi NaOH.

Selain luas permukaan yang tinggi, modifikasi permukaan juga memiliki

pengaruh terhadap karakteristik suatu material karbon, khususnya sebagai bahan

elektroda superkapasitor (Qu dan Shi, 1998; Liu, dkk., 2008). Modifikasi permukaan

karbon aktif bertujuan untuk menciptakan gugus fungsi pada permukaan karbon yang

dilaporkan mempunyai pengaruh dalam meningkatkan nilai kapasitansi karbon aktif

sebagai bahan elektroda (Tasima, dkk., 2007; Liu dkk., 2008). Ismanto dkk. (2010)

melakukan modifikasi permukaan karbon aktif dari kulit singkong dengan

menggunakan larutan HNO3, H2SO4, dan H2O2. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa nilai kapasitansi spesifik paling tinggi diperoleh dari karbon

aktif yang permukaannya dimodifikasi dengan HNO3, 72,6 % yang lebih tinggi

3
dibandingkan karbon aktif tanpa modifikasi permukaan. Selain itu, Liu dkk. (2008)

juga melaporkan bahwa nilai kapasitansi spesifik karbon aktif meningkat setelah

permukaannya dimodifikasi dengan HNO3.

Pada penelitian ini, modifikasi permukaan karbon aktif limbah tongkol

jagung dilakukan dengan menggunakan HNO3, H2SO4, dan H2O2. Karbon aktif

termodifikasi selanjutnya akan diukur nilai kapasitansi spesifiknya dengan metode

siklik voltametri.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :

1. berapa luas permukaan karbon tongkol jagung sebelum dan stelah ekstraksi

silika, serta setelah aktivasi dengan aktivator ZnCl2 ?

2. bagaimana pengaruh modifikasi permukaan dengan menggunakan HNO3,

H2SO4, dan H2O2 karbon aktif tongkol jagung terhadap perubahan gugus fungsi?

3. berapa nilai kapasitansi spesifik karbon aktif tongkol jagung dengan

menggunakan metode Cyclic Voltammetry ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kapasitansi karbon

tongkol jagung hasil modifikasi dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2 menggunakan

metode Cyclic Voltammetry.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. menentukan luas permukaan karbon aktif tongkol jagung sebelum dan sesudah

ekstraksi silika, serta setelah aktivasi dengan aktivator ZnCl2.

4
2. menentukan pengaruh modifikasi permukaan dengan menggunakan HNO3,

H2SO4, dan H2O2 karbon aktif tongkol jagung terhadap perubahan gugus fungsi.

3. menentukan nilai kapasitansi spesifik karbon aktif tongkol jagung dengan

menggunakan metode CV (Cyclic Voltammetry).

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pembuatan karbon aktif tongkol jagung

sebagai bahan penyimpanan energi elektrokimia dan memberikan data karakteristik

karbon aktif tongkol jagung sebagai bahan penyimpan energi elektrokimia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitor Elektrokimia

Sistem penyimpan energi elektrokimia terdiri atas baterai, sel bahan bakar,

dan kapasitor elektrokimia. Pada baterai dan sel bahan bakar, sumber energi listrik

berasal dari konversi energi kimia yang memanfaatkan reaksi oksidasi reduksi

(redoks) pada rangkaian sel. Berbeda dengan baterai dan sel bahan bakar, energi

kapasitor elektrokimia tidak diperoleh dari proses reaksi redoks (Winter dan Brodd,

2004). Kapasitor elektrokimia merupakan perangkat penyimpanan energi yang

memiliki kemampuan berdasarkan proses pengisian dari suatu larutan elektrolit yang

melewati muatan elektrostatik oleh elektroda yang terpolarisasi (Frackowiak, dkk.,

2006). Kapasitor elektrokimia memanfaatkan lapisan ganda untuk menyimpan energi

dan tidak ada transfer muatan antara elektroda dan elektrolit. Jika tegangan

diberikan, muatan terakumulasi pada permukaan elektroda. Ion-ion pada larutan

elektrolit mengalir melalui dielektrik ke dalam pori-pori elektroda (Conway, 1999).

Superkapasitor hadir sebagai terobosan baru yang diciptakan untuk

melengkapi kekurangan baterai, sel bahan bakar, dan kapasitor konvensional yaitu

kemampuannya untuk menghasilkan rapat daya dan rapat energi yang tinggi. Baterai

memiliki rapat energi yang tinggi tetapi memiliki rapat daya yang rendah. Sel bahan

bakar memiliki rapat energi lebih tinggi dibanding baterai tetapi rapat daya sel bahan

bakar lebih kecil dibanding baterai. Sedangkan kapasitor konvensional pada

umumnya memiliki rapat daya yang sangat tinggi namun memiliki rapat energi yang

rendah (Arepalli, dkk., 2005). Gambar 1 memberikan perbandingan rapat daya dan

rapat energi dari keempat perangkat penyimpan energi.

6
Gambar 1. Kemampuan spesifik daya dan energi dari kapasitor konvensional,
superkapasitor, baterai, dan sel bahan bakar (Pandolfo dan
Hollenkamp, 2006).

Superkapasitor disusun mirip seperti baterai yang terdiri atas dua elektroda

yang dibenamkan pada suatu larutan elektrolit dan dilengkapi alat pemisah ion

(dielektrik). Gambar 2 memberikan skema diagram superkapasitor dengan beberapa

fitur fisiknya.

Gambar 2. Rangkaian sederhana kapasitor elektrokimia (Pandolfo dan


Hollenkamp, 2006).

Hal mendasar yang membedakan superkapasitor dengan kapasitor

konvensional adalah pada strukturnya. Kapasitor konvensional menggunakan logam

sebagai bahan elektroda yang dipisahkan dari bahan dielektrik, sedangkan pada

7
superkapasitor, elektroda yang dipakai berbasis material karbon dan ketebalan bahan

dielektrik dibuat jauh lebih tipis sehingga menurunkan jarak antara elektroda. Efek

kapasitansi superkapasitor muncul akibat dua lapisan substrat karbon yang terpisah

pada jarak yang sangat kecil yaitu skala nanometer. Luas permukaan elektroda dapat

diperbesar karena jarak antarpelat pada superkapasitor berada pada skala nanometer,

sehingga didapat suatu kapasitansi yang besar untuk ukuran divais yang sama dengan

kapasitor konvensional (Nugroho, 2011).

Kapasitansi superkapasitor dapat didefinisikan sebagai perbandingan muatan

(Q) yang diaplikasikan pada tegangan tertentu (V) (persamaan 1) (Hashim,

dkk., 2012).

Q
C (1)
V

nilai kapasitansi, C juga sebanding dengan luas permukaan elektroda dan berbanding

terbalik dengan jarak antar elektroda seperti yang dinyatakan secara matematis pada

persamaan 2.

A (2)
C o r
d

di mana o r konstanta, o adalah permivitas bahan dan r adalah konstanta

dielektrik, A adalah luas permukaan, dan d adalah jarak antar elektroda. Dengan

demikian, kapasitansi discharge (pengosongan muatan) tiap unit sel dapat dihitung

berdasarkan persamaan 3.

2(I t)
C (3)
m V

di mana C adalah kapasitansi spesifik, I adalah arus discharge, m adalah massa

elektroda, dan V dan t berturut-turut adalah tegangan dan waktu discharge.

8
2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan salah satu jenis karbon amorf yang tersusun pararel

berbentuk cincin heksagonal menyerupai struktur grafit. Sifat fisika dari karbon aktif

terutama ditentukan oleh ukuran pori dan luas permukaannya. Karbon aktif

mempunyai luas permukaan yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 500-1500 m2g-1

dan volume pori berkisar antara 0,7-1,8 cm3g-1 (Cencen dan Aktas, 2012; Cotton dan

Wilkinson, 1989).

Bahan dasar yang biasa digunakan sebagai karbon aktif adalah material

organik dengan kandungan karbon yang tinggi. Penelitian tentang bahan karbon aktif

yang murah dan tersedia banyak seperti tempurung kelapa, sekam padi, kayu, ampas

tebu, dan tempurung kemiri telah banyak dilakukan untuk berbagai aplikasi

(Juliandini dan Trihadiningrum, 2008). Karena memiliki luas permukaan yang cukup

besar, karbon aktif sering digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak

yang besar (Utomo, 2014).

2.2.1 Pembuatan Karbon Aktif

Proses pembuatan karbon aktif dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama,

proses karbonisasi bahan baku dilakukan untuk menghasilkan arang dan tahap kedua

merupakan proses aktivasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang melapisi

permukaan arang sehingga porositas arang meningkat (Lempang, 2014).

a. Karbonisasi

Karbonisasi merupakan proses pembakaran tidak sempurna dari bahan

organik dengan jumlah oksigen yang sangat terbatas, sehingga menghasilkan arang.

Proses pembakaran ini menyebabkan penguraian senyawa organik yang menyusun

struktur bahan baku seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin (Faisal, dkk., 2014).

Porositas awal pada tahap ini masih relatif rendah dan akan ditingkatkan pada tahap

9
selanjutnya. Parameter karbonisasi memberikan kontribusi tinggi dalam

pengembangan struktur pori karbon aktif, khususnya pada pelepasan zat-zat volatil

dari matriks karbon (Daud, dkk., 2000; Nor, dkk., 2013). Sebagai contoh, Tseng

(2005) membuat karbon aktif dari tongkol jagung pada suhu karbonisasi 450 oC

dengan kecepatan 5 oC/menit dari suhu kamar dengan aliran gas N2 di dalam oven

pada kecepatan 3 dm3/menit selama 1,5 jam.

b. Aktivasi

Proses aktivasi merupakan proses penting dalam pembuatan karbon aktif.

Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar dan menghilangkan pengotor pada

pori-pori karbon (Rahayu dan Adhitiyawarman, 2014). Aktivasi dapat dilakukan

melalui dua metode yaitu aktivasi fisika dan aktivasi kimia.

Pada aktivasi fisika, karbon diaktivasi pada suhu yang cukup tinggi dengan

menggunakan uap atau gas seperti karbondioksida sebagai reagen aktivasi (Chang,

dkk., 2000). Pada aktivasi kimia, karbon diaktivasi melalui perendaman reagen

bahan kimia sebelum dipanaskan. Pada suhu tinggi bahan pengaktif akan masuk di

antara sela-sela lapisan heksagonal dan selanjutnya membuka permukaan yang

tertutup (Lempang, 2014). Berbagai aktivator kimia telah digunakan dalam

pembuatan karbon aktif dari tongkol jagung, seperti kalium hidroksida (Bagheri dan

Abedi, 2011; Cao, dkk., 2006), asam fosfat (Njoku dan Hameed, 2011), seng klorida

(Prasetyo dan Nasrudin, 2013), dan natrium hidroksida (Sulistyawati, 2008).

2.2.2 Karakterisasi Karbon Aktif

Karakterisasi karbon aktif umumnya menggunakan difraksi sinar-X (XRD),

X-ray Fluoresensi (XRF), dan Scanning Microscopy Electron (SEM). Di samping

itu, Fourier Transform Infra Red (FTIR) biasanya menjadi penunjang untuk analisis

karbon aktif.

10
Difraksi sinar X digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam

material dengan cara menentukan parameter struktur kisi melalui pemanfaatan

radiasi gelombang elektromagnetik sinar-X (Purbo, dkk., 2009). Janes dkk. (2007)

mengkarakterisasi karbon nanopori menggunakan XRD untuk mengidentifikasi

perubahan struktur pada karbon nanopori dengan variasi suhu aktivasi. Pola XRD

karbon nanopori pada suhu aktivasi 1050 oC dan 1150 oC seperti pada Gambar 3

menunjukkan difraksi dengan sudut yang mendekati nilai 2 43,5o yang mengarah

pada bentuk dasar grafit yang mengindikasikan strukur amorf pada karbon nanopori.

Gambar 3. Karakteristik pola XRD dari sampel karbon nanopori dengan suhu
aktivasi 950 oC sampai 1150 oC (Janes, dkk., 2007).

Pemeriksaan dengan SEM pada dasarnya merupakan pemeriksaan dan data

analisis permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan topografi dari

penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen (Masrukan, dkk.,

1999). Njoku dan Hameed (2011) melakukan karakterisasi karbon aktif tongkol

jagung yang teraktivasi asam fosfat. Mikrograf SEM (Gambar 4) menunjukkkan

struktur pori yang cukup besar yang mendukung data luas permukaan dan porositas

karbon aktif tongkol jagung.

11
Gambar 4. Mikrograf SEM dari karbon aktif tongkol jagung (Njoku dan
Hameed, 2011)

Spektroskopi X-ray Flourocence dilakukan untuk menganalisis unsur yang

membentuk suatu material. Prinsip kerja metode analisis XRF berdasarkan terjadinya

tumbukan atom-atom pada permukaan sampel oleh sinar X dari sumber sinar. Hasil

analisis kualitatif ditunjukkan oleh puncak spektrum yang mewakili jenis unsur

sesuai dengan karakterisitik energi sinar X, sedangkan analisis kuantitatif diperoleh

dengan cara membandingkan intensitas sampel dengan standar (Kriswarini, dkk.,

2010; Jenkins, 1999). Hasan dkk. (2014) menggunakan XRF untuk mengidentifikasi

kandungan silika sebelum dan sesudah ekstraksi silika karbon aktif sekam padi.

Analisis spektrofotometer IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus-gugus

fungsi yang terdapat pada permukaan karbon aktif. Analisis ini didasarkan pada

perbedaan penyerapan radiasi inframerah. Absorpsi inframerah oleh suatu material

dapat terjadi jika dipenuhi dua syarat, yaitu kesesuaian antara frekuensi radiasi

inframerah dengan fungsional vibrasi dari gugus fungsional dalam senyawa dan

perubahan momen dipol selama bervibrasi (Chatwal, 1985).

Pengukuran adsorpsi biasanya dilakukan untuk menentukan luas permukaan

spesifik dari material berpori. Luas permukaan merupakan salah satu parameter

untuk menentukan kualitas suatu material berpori. Ding dkk. (2013) melakukan

analisis adsorpsi-desorpsi isoterm gas nitrogen melalui metode BET pada sampel

12
karbon aktif tongkol jagung yang dibuat dengan variasi suhu aktivasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa suhu aktivasi 700 oC dan 800 oC berturut-turut

mengikuti isoterm tipe I dan II berdasarkan klasifikasi IUPAC dengan luas

permukaan spesifik 2322 m2/g dan 3611 m2/g.

Pengukuran luas permukaan dengan model BET ini biasanya menggunakan

nitrogen sebagai adsorbat. Pengukuran ini didasarkan pada data adsorpsi isotermis

pada suhu 77 K. Adsorpsi isotermis dengan prinsip BET merupakan jenis adsorpsi

fisis. Metode BET pertama kali ditemukan oleh Brenauer, Emmeth, dan Teller pada

tahun 1938, yang merupakan pengembangan dari teori Langmuir. Teori Langmuir

digunakan untuk adsorpsi monolayer kemudian menjadi teori BET yang menyatakan

bahwa adsorpsi dapat terjadi di atas lapisan adsorbat monolayer sehingga teori dan

model BET ini dapat digunakan untuk adsorpsi multilayer (Shofa, 2012).

Metode BET didasarkan pada penentuan volume molekul teradsorpsi secara

fisika setebal satu lapis molekul monolayer pada permukaan adsorben, mengikuti

persamaan 4.

P 1 (C 1)P
(4)
P Vm C Vm Po
V o 1
P

di mana, C adalah konstanta BET, Po adalah tekanan uap jenuh gas yang diadsorpsi

pada suhu eksperimen (kPa), P adalah tekanan total gas saat adsorpsi (kPa), Vm

adalah volume gas yang diadsorpsi untuk monolayer (cm3), dan V adalah volume gas

yang diadsorpsi pada tekanan P (cm3). Persamaan di atas berlaku untuk P/Po bernilai

antara 0,05-0,35 dan Vm dapat ditentukan. Persamaan (4) dapat diplot secara linear,

yaitu antara 1/V((P/Po)-1) dengan P/Po, sehingga didapat persamaan dengan slope

13
(C-1)/VmC dan intersept 1/VmC. Luas permukaan adsorben dihitung berdasarkan

persamaan 5.

Vm NA cs
S (5)
2240 w

di mana, N adalah bilangan Avogadro, Acs adalah luas penampang satu molekul

adsorbat (m2), w adalah berat sampel (gram), dan S adalah luas permukaan adsorben

(m2/gram).

2.2.3 Modifikasi Permukaan Karbon Aktif

Selain mengandung karbon, karbon aktif mengandung sejumlah kecil

heteroatom. Karakteristik kimia pada permukaan karbon aktif sebagian besar

ditentukan oleh derajat keheterogenan dari permukaan karbon aktif, seperti oksigen,

nitrogen, hidrogen, sulfur, dan fosfor. Gugus fungsi pada permukaan karbon aktif

dan delokalisasi elektron dari struktur karbon menentukan karakter asam atau basa

dari permukaan karbon aktif (Shafeeyan, dkk., 2010; Shofa; 2012).

Karakter asam pada permukaan karbon aktif sangat erat kaitannya dengan

gugus-gugus fungsi yang mengandung oksigen. Gugus-gugus fungsi seperti asam

karboksilat, karboksilat anhidrat, lakton, dan fenol (hidroksil) telah diusulkan

berkontribusi pada sifat asam permukaan karbon aktif (Leon y Leon dan

Radovic, 1994; Pandolfo dan Hollenkamp, 2006). Gugus fungsi yang mengandung

oksigen dapat terbentuk saat permukaan dioksidasi. Metode aktivasi merupakan cara

yang paling umum digunakan untuk menciptakan gugus-gugus fungsi yang

mengandung oksigen melalui treatment pada fase gas atau dengan larutan oksidator

(Shafeeyan, dkk., 2010).

Sifat basa dari permukaan karbon aktif berhubungan dengan: Resonansi

elektron dari karbon cincin aromatik dan gugus fungsi pada permukaan yang

bersifat basa (seperti gugus fungsi yang mengandung nitrogen) yang memiliki

14
kemampuan menarik proton. Selain itu, juga telah diusulkan bahwa gugus fungsi

yang mengandung oksigen seperti kromen, keton, dan piron memberikan kontribusi

terhadap sifat basa permukaan bidang dasar karbon aktif. Namun, karakter basa dari

karbon aktif umumnya hadir dari delokalisasi elektron pada lapisan grafit. Hal ini

menunjukkan bahwa elektron pada lapisan grafit dapat bertindak sebagai basa

Lewis (Shafeeyan, dkk., 2010; Setyadi, dkk., 2005).

Leon y Leon dkk. (1992) telah mempelajari permukaan karakter basa dari dua

jenis permukaan karbon aktif dan telah menunjukkan bahwa sisi permukaan karbon

aktif bebas oksigen dapat meyerap proton dalam larutan. Sisi permukaan tersebut

terletak pada ikatan yang kaya elektron pada bidang dasar dari kristalit karbon.

Oleh karena itu, sifat basa dengan tipe Lewis dihubungkan dengan struktur karbon

itu sendiri. Montez-Moran dkk. (2004) juga telah membahas mengenai karakter basa

dari permukaan karbon aktif. Alasan utama sifat basa dari struktur seperti piron

adalah stabilisasi dari bentuk protonasi melalui konyugasi ikatan sepanjang

kerangka sp2.

Gambar 5. Skema permukaan kimia karbon aktif dengan beberapa tipe gugus
oksigen (Fuente, dkk., 2003; Montez Moran, dkk., 2004).

Gugus fungsi dapat terbentuk pada permukaan karbon aktif dengan beberapa

cara. Pereira dkk. (2003) memodifikasi permukaan karbon aktif dengan cara

15
mengoksidasi fasa gas dengan pemberian gas O2 dan N2O pada suhu tinggi. Ismanto

dkk. (2010) juga memodifikasi permukaan karbon aktif melalui treatment

menggunakan larutan oksidator HNO3, H2SO4, dan H2O2. Selain itu, Faria dkk.

(2004) memodifikasi permukaan karbon aktif menggunakan metode perlakuan

termal dengan cara pemanasan karbon aktif pada suhu 700 oC yang dialiri gas

hidrogen.

Modifkasi permukaan dengan treatment dengan larutan asam umumnya

digunakan untuk mengoksidasi permukaan pori karbon, meningkatkan karakter

asam, menghilangkan unsur-unsur mineral, dan meningkatkan sifat hidrofilik dari

permukaan karbon aktif. Shim dkk. (2001) telah memodifkasi karbon aktif fiber

dengan asam nitrat dan natrium hidroksida. Luas permukaan karbon aktif fiber

menurun setelah dioksidasi dengan asam nitrat 1 M, tetapi konsentrasi asam total

meningkat tiga kali lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif fiber tanpa

treatment. Gugus asam karboksilat dan kuinon muncul setelah modifkasi dengan

asam nitrat. Gambaran pembentukan gugus fungsi oleh asam nitrat melalui perlakuan

termal ditunjukkan pada Gambar 6.


OH

C
O
+ 5 HNO 3
OH

+ 2HNO 3 + 2HNO 2 + H 2O

NO 2

+ H2O
+ HNO 3

Gambar 6. Skema pembentukan gugus fungsi oleh asam nitrat melalui thermal
treatment (Shen, dkk., 2008).

16
Lee (2013) juga telah mensintesis material karbon tersulfonasi dan

dimanfaatkan sebagai katalis untuk proses esterifikasi. Skema karbon material

tersulfonasi ditunjukkan seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Material karbon tersulfonasi (Lee, 2013).

Beberapa peneliti melakukan modifikasi permukaan karbon aktif karena

memberikan pengaruh yang cukup besar pada peningkatan nilai kapasitansi spesifik

sebagai bahan elektroda. Tabel 1 memberikan studi literatur penelitian tentang

beberapa modifikasi permukaan karbon aktif dengan nilai kapasitansi spesifik yang

dihasilkan.

Tabel 1. Modifikasi permukaan karbon aktif sebagai bahan elektroda superkapasitor

Sumber Karbon Modifikasi Nilai Referensi


Permukaan kapasitansi
spesifik (F/g)
Kulit singkong Larutan HNO3, 264,08 Ismanto dkk. (2010)
Larutan H2SO4, 210,98
Larutan H2O2 240,67
Batang kayu Larutan HNO3 115 Jiang dkk. (2013)

Karbon aktif sintesis Gas O2 120-150 Hsieh dan Teng (2002)


dari poliaktonitril
Karbon aktif sintesis Larutan HNO3 170-190 Cheng dan Teng (2003)
dari poliaktonitril

17
2.3 Tongkol Jagung sebagai Sumber Karbon Aktif

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Tanaman jagung termasuk tanaman multifungsi

sekaligus komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan

urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah

gandum dan padi. Tanaman jagung memiliki banyak kegunaan dan hampir seluruh

bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti batang dan

daun dimanfaatkan sebagai pakan ternak, pupuk kompos, dan kayu bakar, sedangkan

buahnya banyak dimanfaatkan sebagai makanan yang dibuat dengan berbagai

macam olahan (Ilato dan Bahua, 2014).

Produksi jagung Indonesia pada tahun 2011 mencapai 16,3 juta ton yang

berasal dari luas lahan panen 4 juta Ha dengan produktivitas rata-rata 4,1 ton Ha.

Produksi jagung tersebar pada lima daerah utama penghasil jagung yaitu Jawa

Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara (Badan Pusat

Statistik, 2012).

Menurut Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2014), produksi

jagung pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 1,53 juta ton pipilan kering. Namun,

produksi yang cukup besar tersebut tidak diimbangi dengan perhatian khusus pada

limbah tanaman jagung, terutama tongkol jagung.

Tongkol jagung merupakan bagian terbesar dari limbah jagung. Sekitar

40-50% dari berat jagung merupakan tongkol jagung yang beratnya dipengaruhi oleh

varietasnya (Richana, dkk., 2004; Suryani, 2009). Pemanfaatan tongkol jagung masih

sangat terbatas. Limbah tongkol jagung pada umumnya hanya dimanfaatkan sebagai

bahan makanan ternak atau sebagai bahan bakar (Wungkana, dkk., 2013).

18
Gambar 8. Tongkol jagung (Fachry, dkk., 2013)

Tongkol jagung sebagian besar tersusun atas lignoselulosa yang terdiri atas

lignin, selulosa, dan hemiselulosa serta senyawa lain yang umum terdapat pada

tumbuhan seperti pada Tabel 2. Senyawa-senyawa tersebut mengindikasikan bahwa

tongkol jagung memiliki kandungan karbon yang cukup tinggi sehingga berpotensi

untuk dijadikan sebagai karbon aktif (Suryani, 2009).

Tabel 2. Komponen tongkol jagung (Lorenz dan Kulp, 1991).

Komponen %
Air 9.6
Abu 1.5
Hemiselulosa 36.0
Selulosa 41.0
Lignin 6.0
Pektin 3.0
Pati 0.014

Berkaitan dengan luas permukaan yang tinggi, maka karbon aktif tongkol

jagung menunjukkan aplikasi yang potensial dalam bidang adsorpsi, dan beberapa

aplikasi lainnya. Karbon aktif dari tongkol jagung dalam bidang adsorpsi misalnya,

Bagheri dan Abedi (2011) membuat karbon aktif tongkol jagung dengan luas

permukaan spesifik 900-1300 m2g-1 dan dimanfaatkan untuk mengadsorpsi metana.

Njoku dan Hameed (2011) juga membuat karbon aktif dari tongkol jagung dengan

luas permukaan spesifik 1273,91 m2g-1. Karbon aktif tersebut diaplikasikan untuk

19
mengadsorpsi asam 2,4-diklorofenoksiasetat. Prasetyo dan Nasrudin (2013) juga

memanfaatkan tongkol jagung sebagai karbon aktif untuk mengadsorpsi LAS (Linier

Alkil Benzena Sulfonat) dengan luas permukaan spesifik 157,34 m 2g-1.

2.4 Ekstraksi Silika

Silika telah banyak diaplikasikan dalam berbagai keperluan, khususnya

dalam bidang industri, produksi obat-obatan, detergen, dan peralatan elektronik.

Silika juga telah dimanfaatkan sebagai katalis dalam beberapa proses reaksi senyawa

organologam dan anorganik (Proctor, dkk., 1995; Kalapathy, dkk., 2002). Saat ini,

ekstraksi silika dari limbah pertanian mulai digeluti, mengingat kandungan silika

yang cukup tinggi pada beberapa tanaman. Rachmaniah (2005) telah mengekstraksi

silika dari sabut kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan kandungan silika

tertinggi pada sabut kelapa sawit setelah proses leaching dan pembakaran yaitu

76,9% pada suhu 750 oC dan konsentrasi larutan HCl 2 N. Hasan dkk. (2014) juga

melakukan ekstraksi silika pada karbon aktif limbah sekam padi dan dimanfaatkan

sebagai adsorben Hg. Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa proses ekstraksi

karbon sekam padi pada konsentrasi NaOH 10 M menurunkan kandungan silika

sebesar 68,24 %.

Limbah jagung terutama tongkol jagung juga dilaporkan memiliki kandungan

silika yang cukup tinggi yaitu 20,4 % (Hartadi, dkk., 1981 dalam Sirappa, 2003).

Proses ekstraksi silika akan menciptakan pori yang banyak sehingga dapat

meningkatkan luas permukaan dari karbon (Wei, dkk., 2011).

Andhika (2015) dan Wei dkk. (2011) mengekstraksi silika karbon aktif sekam

padi dan didapatkan ruang yang lebih banyak pada permukaan karbon. Alif (2015)

dan Labanni dkk. (2015) juga mengekstraksi silika karbon aktif ampas tebu

20
menggunakan larutan NaOH seperti pada persamaan reaksi 6 dan mendapatkan

karbon bebas silika melalui variasi konsentrasi NaOH.

SiO2 + 2NaOH Na2SiO3 + H2O (6)

2.5 Metode Voltammetri Siklik

Metode voltammetri siklik merupakan metode untuk elektroanalisis

pengukuran analit yang berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hasil

pengukuran berupa kurva berbentuk voltamogram yang menunjukkan hubungan

antara potensial dengan arus (Mulyani, dkk., 2012). Pada teknik voltammetri ini,

potensial diberikan dalam suatu siklus antara dua nilai beda potensial, pada awal

potensial meningkat hingga maksimum, kemudian turun secara linier dengan nilai

kemiringan yang sama hingga kembali ke potensial awal seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 9 (Scholz, 2010; Atkins dan Paula, 2009).

Gambar 9. (a) Kurva perbandingan beda potensial dan waktu dan (b) hasil kurva
arus dan beda potensial dalam voltammetri siklik (Atkins dan Paula,
2009).

Sel voltammetri umumnya terdiri atas tiga elektroda, yaitu elektroda kerja,

elektroda pembanding, dan elektroda pembantu. Elektroda kerja berfungsi sebagai

tempat terjadinya reaksi redoks dari analit yang bergantung pada potensial yang

diberikan. Elektroda pembanding merupakan elektroda yang nilai potensialnya

dibuat tetap selama pengukuran dan nilainya tidak bergantung pada jenis dan

21
komposisi larutan yang digunakan. Elektroda pembantu berperan dalam melengkapi

sirkuit dengan mengalirkan arus pada elektroda ini. Potensial luar diberikan antara

elektroda kerja dan elektroda pembanding. Bila terjadi reaksi oksidasi maupun

reduksi pada elektroda kerja, arus yang dihasilkan dilewatkan ke elektroda

pembantu, sehingga reaksi yang terjadi pada elektroda pembantu akan berlawanan

dengan reaksi yang terjadi pada elektroda kerja (Skoog, 2013).

Penentuan kapasitansi karbon aktif sebagai bahan elektroda superkapasitor

tidak jarang ditentukan melalui teknik voltammetri siklik. Li dkk. (2011)

menentukan daya konduktansi karbon aktif kulit biji bunga matahari menggunakan

CV (Cyclic Voltammetry). Voltammogram menunjukkan kurva berbentuk persegi

yang mengindikasikan kapasitas sampel memberikan karakter yang baik dan

memperoleh nilai kapasitansi spesifik paling tinggi yaitu 311 F g-1. Balathanigaimani

dkk. (2008) juga menentukan nilai kapasitansi karbon aktif biji jagung dengan CV.

Hasil penelitian menunjukkan nilai kapasitansi spesifik paling tinggi yaitu 257 F g -1.

Selain itu, Shentilkumar dkk. (2011) menggunakan CV untuk mengkarakterisasi sifat

kapasitansi karbon aktif dari saripati sorgum sebagai bahan elektoda. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan nilai kapasitansi spesifik antara 220-320 F g-1.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tongkol jagung,

NaOH (Merck), akuades, HNO3, H2SO4, H2O2, padatan ZnCl2, kawat tembaga,

kawat platina, elektroda Ag/AgCl, elektroda Pt, natrium bikarbonat, natrium

karbonat, natrium hidroksida, asam klorida, kertas saring Whatman nomor 42

diameter 90, aluminium foil, kertas pH universal, dan kertas saring biasa.

3.2 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanur (Muffle Furnace

tipe 6000), cawan porselin, pengaduk magnetik (Fisher tipe 115), ayakan ukuran

200 mesh, desikator, penangas air (hot plate), statif, corong Buchner, alat gelas

laboratorium, termometer, lumpang, neraca analitik (Shimadzu AW220), XRF

(ThermoFisherXRF), labu semprot plastik, pompa vakum (Vacuubrand tipe ME4C),

oven (tipe SPNISOSFD), pengaduk magnetik (CERAMAG Midi), FTIR (Shimadzu,

IR Prestige21), SEM (EVO MA 10), Surface Area and Porositymeter Micromeritics

TriStar II, dan Cyclic Voltammetry (Aplikasi eDAQ ED410-159).

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai bulan September 2016 di

Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia

Terpadu Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Hasanuddin, Labolatorium Pengembangan dan Penelitian FMIPA Unhas,

Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tangerang,

23
dan Laboratorium Energi (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

(ITS), Surabaya.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Sampel

Sampel tongkol jagung berasal dari sumber lokal yang diambil di perkebunan

jagung warga di Kabupaten Soppeng pada bulan Maret 2016.

3.4.2 Preparasi Sampel

Tongkol jagung dipotong menjadi bagian-bagian kecil kemudian dicuci

dengan air mengalir untuk menghilangkan partikel-partikel kotor yang melekat pada

permukaan tongkol jagung kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari

(Alfiany, dkk., 2013).

3.4.3 Karbonisasi

Sebanyak 100 gram tongkol jagung yang kering dan bersih, dikarbonisasi

dalam tanur selama 1 jam dengan variasi suhu 400 oC, 300 oC, dan 280 oC. Proses

tersebut menghasilkan karbon tongkol jagung. Karbon yang diperoleh didinginkan

dalam desikator, digerus, dan diayak dengan pengayak 100 mesh (Prasetyo dan

Nasarudin, 2013).

3.4.4 Ekstraksi Silika

Karbon yang telah dikarbonisasi diekstraksi silikanya untuk mendapatkan

karbon yang bebas silika dengan larutan 2,5% b/v NaOH dalam etanol 50% v/v.

Sebanyak 1 gram serbuk karbon ditambahkan dengan 60 mL larutan NaOH dan

direfluks selama 1,5 jam. Campuran kemudian disaring dan prosedur refluks diulang.

Hasil refluks disaring kembali dan residu yang dihasilkan, dicuci dengan akuades

24
hingga pH netral. Hasil ekstraksi silika kemudian dianalisis kandungan senyawa

SiO2 dengan XRF (Taba, 2007).

3.4.5 Aktivasi

Karbon tongkol jagung bebas silika dimasukkan ke dalam 5 buah gelas kimia

masing-masing sebanyak 5 gram ditambahkan 25 mL larutan ZnCl2 8% b/v lalu

didihkan selama 90 menit. Setelah itu, disaring menggunakan corong Buchner dan

endapannya dipindahkan ke dalam cawan porselen lalu dipanaskan dalam tanur pada

suhu 600 oC selama 1 jam. Karbon aktif tongkol jagung kemudian dicuci dengan

akuades berulang-ulang hingga filtrat pH netral dan dikeringkan dalam oven pada

suhu 120 oC hingga berat konstan diperoleh (Prasetyo dan Nasrudin, 2013).

3.4.6 Modifikasi Permukaan

Karbon yang teraktivasi dicampur dengan larutan oksidator HNO3, H2SO4,

dan H2O2 teknis, masing-masing dengan perbandingan massa 5:1 (mL zat kimia:

gram karbon aktif) dipanaskan sampai suhu 65 oC kemudian dikocok dengan laju

konstan (130 rpm) selama 24 jam. Setelah itu, dicuci dengan akuades berulang-ulang

sampai pH netral. Kemudian dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu

110 oC (Ismanto, dkk., 2010).

3.4.7 Karakterisasi Permukaan Karbon Aktif Secara Kimia melalui Metode


Titrasi Boehm

Analisis gugus asam dilakukan dengan merendam 0,5 gram karbon aktif ke

dalam masing-masing larutan NaHCO3 0,05 N, Na2CO3 0,05 N dan NaOH 0,05 N

sebanyak 50 mL. Campuran didiamkan selama 24 jam dan disaring. Sebanyak 10 mL

masing-masing filtrat dipipet dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian

ditambahkan 12 mL larutan HCl dan 2-3 tetes indikator PP. Analit tersebut dititrasi

25
balik menggunakan NaOH 0,05 N. Analisis gugus basa dilakukan dengan merendam

0,5 gram karbon aktif dalam HCl 0,05 N sebanyak 50 mL. Campuran didiamkan

selama 24 jam dan disaring. Filtrat yang dihasilkan, dipipet sebanyak 10 mL ke

dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 12 mL NaOH 0,05 N dan 2-3 tetes

indikator metil merah. Campuran dititrasi balik dengan HCl 0,05 N (Ismanto, dkk.,

2010; Harti, dkk., 2014; Grandistin, 2014).

3.4.8 Karakterisasi

Karakterisasi fisik pada karbon aktif tongkol jagung dilakukan dengan

analisis gugus fungsi menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared), XRF

(X-Ray Fluorescence), penentuan luas permukaan dengan metode BET, dan analisis

morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy).

3.4.8.1 Analisis FTIR

Karakterisasi FTIR dilakukan dengan menggunakan FTIR model Shimadzu

820 IPC di Laboratorium Kimia Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Unhas dengan

preparasi sampel metode pelet KBr. Preparasi sampel dilakukan dengan 1-10 mg

sampel dihaluskan dan dicampur dengan 100 mg KBr kemudian dicetak menjadi

cakram tipis atau pelet lalu dianalisis (Labanni dkk., 2015).

3.4.8.2 Analisis XRF

Karakterisasi XRF dilakukan menggunakan XRF tipe EDXRF Analyzer ARL

QuantX Thermo Scientific di Laboratorium Terpadu Science Building MIPA

Unhas. Sebelum dianalisis, sampel terlebih dahulu dihaluskan sampai berukuran

kurang lebih 400 mesh. Sampel karbon aktif kemudian ditempatkan di bawah sampel

holder dan dipastikan bagian bawah sampel holder yang berupa plastik tipis tertutupi

secara merata dengan sampel (Labanni dkk., 2015).

26
3.4.8.3 Analisis SEM

Struktur morfologi dan porositas permukaan dari karbon aktif tongkol jagung

ditentukan menggunakan Scanning Electron Microscope Tipe EVO MA 10 di

Laboratorium Energi LPPM Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Sampel diletakkan dan ditempel di atas SEM specimen holder. Ruang sampel

divakumkan hingga 10-6 torr kemudian dioperasikan dengan standar parameter

operasi (Sujatno, 2015).

3.4.8.4 Analisis Luas Permukaan

Karakterisasi luas permukaan karbon aktif tongkol jagung dilakukan dengan

pengukuran menggunakan alat Surface Area and Porositymeter Micrometrics Tristar

II 3020 di Laboratorium Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Tangerang. Data hasil pengukuran diolah menggunakan metode

BET.

3.4.9 Pembuatan Elektroda Kerja

3.4.9.1 Pembuatan Elektroda Karbon

Badan elektroda dibuat dengan menghubungkan kawat tembaga dan platina

menggunakan solder uap. Setelah itu dimasukkan ke dalam pipet dan direkatkan

menggunakan parafilm. Karbon aktif dicampur dengan lilin parafin dengan

perbandingan massa karbon/massa lilin parafin adalah 1 : 2 dan diaduk sampai

homogen menggunakan spatula pada cawan petri. Setelah itu, pasta karbon

dimasukkan ke dalam badan elektroda dengan cara ditekan menggunakan spatula

agar memadat (Vytras dkk., 2009; Wachid dan Setiarso, 2014). Bentuk elektroda

pasta karbon diperlihatkan pada Gambar 10.

27
Kawat Cu Karbon
aktif
Pipet tulip Kawat Pt

Gambar 10. Elektroda pasta karbon

3.4.9.2 Pengukuran Kapasitansi Spesifik

Elektroda pasta karbon diukur kapasitansi spesifik penyimpanan energinya

dengan menggunakan teknik cyclic voltammetry. Pengukuran ini menggunakan alat

Potentiostats EA161 dengan tiga elektroda yaitu elektroda Pt, elektroda Ag/AgCl dan

elektroda pasta karbon seperti yang diperlihatkan pada Gambar 11. Pengujian

elektroda dilakukan dengan laju scan 250 mV/s menggunakan larutan elektrolit

H2SO4 1 M sehingga diperoleh voltammogram tegangan dan arus, kemudian

dihitung nilai kapasitansi spesifik penyimpanan energinya (Himmaty dan

Endarko, 2013).

elektroda
pasta karbon
elektroda
Ag/AgCl elektroda Pt

elektrolit
H2SO4 1 M

Gambar 11. Diagram sel voltammetri

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas sintesis dan karakterisasi karbon aktif tongkol jagung dan

karbon aktif setelah modifikasi dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2 yang dikarakterisasi

melalui metode titrasi Boehm dan Fourier Transform Infrared (FTIR). Karbon aktif

tongkol jagung sebelum dan setelah modifikasi diukur nilai kapasitansi spesifiknya

dengan menggunakan metode voltammetri siklik untuk mengetahui potensinya

sebagai bahan elektroda kapasitor elektrokimia.

4.1 Karbonisasi

Proses karbonisasi tongkol jagung pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan furnace (tanur) dengan variasi suhu pembakaran. Tabel 3

menunjukkan pengaruh suhu terhadap proses karbonisasi.

Tabel 3. Pengaruh suhu terhadap proses karbonisasi


Suhu dan Waktu Karbonisasi Hasil Analisa

280 oC selama 1 jam arang

300 oC selama 1 jam arang dengan sedikit abu

400 oC selama 1 jam sedikit arang dan banyak abu

Data menunjukkan bahwa temperatur mempengaruhi arang yang dihasilkan.

Berdasarkan rujukan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo dan Nasarudin (2013),

proses karbonisasi bahan baku tongkol jagung terjadi pada suhu 400 oC selama

1 jam. Namun pengumpulan arang hasil karbonisasi pada penelitian ini dilakukan

pada temperatur 280 oC selama 1 jam di dalam tanur. Pada temperatur 400 oC dan

29
300 oC, dihasilkan arang tetapi masih mengandung banyak abu. Kandungan abu yang

dihasilkan selama proses karbonisasi dapat dipengaruhi oleh temperatur yang tinggi

dan kondisi alat tanur yang digunakan dengan oksigen yang cukup sehingga

pembakaran sempurna dapat terjadi.

Secara visual pada temperatur 280 oC, arang yang dihasilkan berwarna hitam

lebih pekat. Data tersebut, menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur

karbonisasi, arang yang dihasilkan semakin sedikit. Hal ini disebabkan karena

semakin besar suhu pembakaran selama proses karbonisasi, penguraian komponen-

komponen yang terkandung di dalam bahan baku seperti air, tar, dan zat-zat volatil

juga semakin besar (Latifan dan Susanti, 2012).

4.2 Ekstraksi Silika

Arang tongkol jagung hasil analisis XRF menunjukkan keberadaan

kandungan silika (SiO2) sebesar 23,73% b/b dari 15 senyawa oksida yang terkandung

dalam arang tongkol jagung (Tabel 4). Menurut Wei dkk. (2011), proses ekstraksi

silika akan memberi struktur awal sehingga lebih murni dan membentuk ruang yang

lebih banyak di dalam karbon aktif.

Tabel 4. Kandungan senyawa oksida dalam arang tongkol jagung sebelum


dan setelah ekstraksi

Senyawa oksida Sebelum ekstraksi (%b/b) Setelah ekstraksi (%b/b)


K2O 46 2,18
SiO2 23,73 -
CaO 14,28 68,76
P2 O 5 6,74 23,09
Cl 4,35 -
Fe2O3 3,19 -
ZnO 1,01 4,84
TiO2 0,47 -

30
CuO 0,126 -
SrO 0,030 -
Nb2O5 0,024 0,50
In2O3 0,0149 0,230
SnO2 0,0119 0,190
Sb2O3 0,0099 0,213
TeO2 0,0099 -

Senyawa oksida yang dominan dalam arang tongkol jagung antara lain K 2O,

SiO2, CaO, P2O5, Cl, Fe2O3, dan ZnO seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.

Setelah proses ekstraksi silika dilakukan, hasil analisis dengan XRF menunjukkan

senyawa silika sudah tidak ditemukan. Persentase senyawa CaO yang meningkat

secara signifikan disebabkan karena proses ekstraksi menghilangkan beberapa

senyawa oksida selain silika.

Ekstraksi silika pada penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan larutan

NaOH seperti pada persamaan reaksi (7) dan mekanisme reaksi pembentukan

Na2SiO3 disajikan pada Gambar 12.

SiO2 + 2NaOH Na2SiO3 + H2O (7)


OH
O H O
O Si O
O Si O + H 2O
O Si O

+ 2Na+
2-
O
2Na+
O Si O

Gambar 12. Mekanisme reaksi pembentukan Na2SiO3

Elektronegativitas atom O yang tinggi pada SiO2 menyebabkan Si lebih

elektropositif sehingga terbentuk intermediet [SiO2OH]- karena kehadiran NaOH.

Selanjutnya dehidrogenasi akan terjadi. Ion hidroksil yang kedua akan berikatan

31
dengan hidrogen membentuk molekul air. Dua ion Na+ akan menyeimbangkan

muatan negatif yang terbentuk dan berinteraksi dengan ion SiO32- sehingga terbentuk

natrium silikat yang larut (Mujiyanti, dkk., 2010).

4.3 Analisis Morfologi Permukaan Karbon Aktif

Karena proses karbonisasi hanya menghasilkan arang dengan luas permukaan

yang kecil, maka arang tongkol jagung diaktivasi untuk mengangkat residu-residu

yang masih menutupi permukaan pori sehingga dapat menghasilkan luas permukaan

yang besar pada karbon aktif. Pada penelitian ini dilakukan aktivasi kimia dengan

mengguanakan reagen ZnCl2 yang mempunyai sifat higroskopis sehingga mampu

menyerap kandungan air pada arang tongkol jagung.

Pembentukan karbon aktif dan pembentukan pori ditunjukkan oleh morfologi

permukaan karbon aktif hasil Scanning Electron Microscope (SEM) dengan

perbesaran 5000 kali, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 13.

a b c

Gambar 13. (a) SEM hasil karbonisasi, (b) SEM hasil ekstraksi silika, (c) SEM hasil
aktivasi.

Fitur SEM karbon aktif hasil karbonisasi (Gambar 13.a) tidak mempelihatkan

rongga pada permukaan sampel. Setelah mengalami proses ekstraksi silika

(Gambar 13.b) hasil SEM menunjukkan permukaan sampel berpori dan memiliki

bentuk yang berongga. Hasil SEM pada sampel hasil aktivasi (Gambar 13.c) juga

menunjukkan permukaan sampel yang berongga dan jumlah pori yang dihasilkan

semakin banyak. Luas permukaan dan terbentuknya pori internal pada karbon aktif

32
dalam skala nanometer selanjutnya dikonfirmasi dari hasil pengukuran dengan

metode Brunauer-Emmett-Teller isotherm (BET) yang diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis BET karbon aktif tongkol jagung


Sampel S BET (m2/g) Vpori (cm3/g) d pori (nm)
Karbon bersilika 4,5418 0,001353 2,0942
Karbon bebas silika 5,9758 0,001159 2,0885
Karbon teraktivasi 306,5483 0,014437 2,0302
Karbon aktif komersial 299,3359 0,016520 2,0437

Hasil penentuan luas permukaan dengan metode BET menunjukkan bahwa

arang tongkol jagung hasil karbonisasi memiliki luas permukaan yang cukup kecil,

yakni sebesar 4,5418 m2/g. Setelah diekstraksi silikanya, luas permukaannya

meningkat namun tidak signifikan, yakni hanya sebesar 5,9758 m2/g dan karbon aktif

setelah aktivasi, luas permukaannya meningkat cukup besar, yakni 306,5483 m2/g.

Adapun luas permukaan yang dihasilkan pada karbon aktif komersial yakni sebesar

299,3359 m2/g. Hal ini membuktikan bahwa proses ekstraksi silika dan aktivasi

mempengaruhi luas permukaan karbon aktif tongkol jagung dan sudah memiliki

kualitas yang relatif sama bahkan ditemukan luas permukaan yang lebih besar dari

karbon aktif komersial.

Peningkatan porositas karbon aktif ditunjukkan dengan meningkatnya volume

pori secara signifikan setelah proses aktivasi, tetapi terjadi sedikit penurunan pada

diameter rata-rata pori seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5. Proses aktivasi

menyebabkan peningkatan jumlah pori di dalam karbon yang diduga menyebabkan

terjadinya penurunan diameter rata-rata pori dan peningkatan luas permukaan.

Diameter rata-rata pori dari karbon aktif tongkol jagung diperoleh sebesar

2,0302 nm. Dari hasil analisis distribusi pori, diperoleh bahwa pori seluruh sampel

karbon yang diperoleh mayoritas terdistribusi pada rentang mesopori.

33
4.4 Modifikasi Permukaan Karbon Aktif

Modifikasi permukaan karbon aktif bertujuan untuk menciptakan gugus

fungsi pada permukaan karbon yang dilaporkan mempunyai pengaruh dalam

meningkatkan nilai kapasitansi karbon aktif sebagai bahan elektroda (Tasima, dkk.,

2007; Liu, dkk., 2008). Modifikasi permukaan karbon aktif pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan HNO3, H2SO4, dan H2O2. Kehadiran gugus-gugus

fungsi yang mengandung oksigen dari hasil modifikasi permukaan dikarakterisasi

dengan menggunakan metode titrasi Boehm (back titration) dan ditunjang oleh

analisis menggunakan FTIR. Konsentrasi gugus asam dan gugus basa dari karbon

aktif sebelum dan setelah modifikasi ditentukan melalui metode titrasi Boehm seperti

yang diperlihatkan pada Gambar 14.

4.5000 Gugus Karboksil Gugus Lakton


Gugus Fenol Gugus Asam Total
4.0000 Gugus Basa
3.5000
3.0000
mek/g

2.5000
2.0000
1.5000
1.0000
0.5000
-
non treatment HNO
HNO3
3 H2SO4
H2SO4 HH2O2
2O2

Gambar 14. Perbandingan konsentrasi gugus fungsi karbon aktif sebelum dan
setelah modifikasi HNO3, H2SO4, dan H2O2

Karbon aktif hasil modifikasi dengan HNO3 menunjukkan peningkatan

konsentrasi pada gugus karboksil, lakton, dan fenol, sedangkan gugus basa

mengalami penurunan. Karbon aktif hasil modifikasi H2SO4 juga mengalami

peningkatan gugus asam pada lakton dan gugus fenol namun tidak terjadi

34
peningkatan yang signifikan pada gugus karboksil, sedangkan konsentrasi gugus

basa mengalami penurunan. Karbon aktif hasil modifikasi H2O2 mengalami

peningkatan konsentrasi pada gugus asam namun tidak signifikan. Karakter asam-

basa dari permukaan karbon aktif ditunjukkan melalui data hasil titrasi Boehm.

Konsentrasi total asam meningkat dan konsentrasi total basa menurun setelah

modifikasi.

Keadaan seperti ini juga telah diamati pada penelitian sebelumnya dan

diindikasikan bahwa permukaan dasar dari karbon aktif mengikuti tipe Lewis dan

berhubungan dengan ikatan yang kaya elektron pada lapisan grafit karbon. Hal ini

sesuai dengan kenyataan bahwa peningkatan gugus yang mengandung oksigen

menyebabkan berkurangnya kepadatan elektron pada permukaan karbon aktif dan

akibatnya dapat mengurangi sifat basa dari karbon aktif (Lopez-Ramon, dkk., 1999;

Moreno-Castilla, dkk., 2000). Analisis menggunakan FTIR juga dilakukan untuk

melihat gugus-gugus fungsi pada permukaan karbon aktif yang diperlihatkan pada

Gambar 15.

a) b)
1777

1031
1194
1695

%T
%T

1713
1027

1337
1578
3417

1176

1614
1382
3418

1524

4000 3000 2000 1000 4000 3000 2000 1000

-1 -1
bilangan gelombang (cm ) bilangan gelombang (cm )

c) d)
3382

1789

1182
1027
1701

1367
3614
1711
3426

%T
%T

1035
1589

1175

1558
1386

4000 3000 2000 1000 4000 3000 2000 1000

-1 -1
bilangan gelombang (cm ) bilangan gelombang (cm )

Gambar 15. Spektrum FTIR karbon aktif (a) non treatment, (b) termodifikasi HNO3,
(c) termodifikasi H2SO4, dan (d) termodifikasi H2O2.

35
Gambar 15(a) menunjukkan gugus fungsi karbon aktif sebelum modifikasi.

Pita serapan yang lebar dan kuat pada daerah 3417 cm-1 mengindikasikan adanya

O-H. Pita serapan daerah 1176 cm-1 mengindikasikan gugus C-O ulur. Serapan

tersebut menunjukkan adanya gugus alkohol (fenol). Selain itu, terdapat pita serapan

daerah 1695 cm-1 mengindikasikan adanya gugus C=O yang khas pada asam

karboksilat. Adapun pita serapan daerah 1578 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C

ulur aromatik.

Gambar 15(b) merupakan gugus-gugus fungsi pada karbon aktif hasil

modifikasi HNO3 yang menunjukkan adanya pita serapan yang lebar dan kuat pada

daerah 3418 cm-1 dan mengindikasikan adanya gugus O-H. Pita serapan pada daerah

1194 cm-1 menunjukkan adanya C-O ulur. Pita serapan daerah 1713 cm-1

mengindikasikan adanya C=O dari asam karboksilat dan pita serapan 1777 cm-1

mengindikasikan adanya gugus C=O dari lakton (ester siklik) yang diperkuat oleh

gugus C-O pada pita serapan 1337 cm-1. Selain itu, pita serapan daerah 1614 cm-1

menunjukkan C=O pada kuinon.

Gambar 15(c) merupakan spektra FTIR pada karbon aktif hasil modifikasi

H2SO4 yang menunjukkan adanya pita serapan lebar dan kuat pada daerah 3426 cm-1

mengindikasikan adanya gugus hidroksil (-OH). Pita serapan pada daerah 1175 cm-1

menunjukkan adanya C-O ulur. Pita serapan daerah 1711 cm-1 mengindikasikan

adanya C=O dari asam karboksilat. Adapun pita serapan daerah 1589 cm-1

menunjukkan adanya gugus C=C ulur aromatik sedangkan pada daerah serapan 1386

cm-1 yang tajam dan kuat menunjukkan adanya gugus S=O.

Gambar 15(d) merupakan spektra FTIR dari karbon aktif hasil modifikasi

H2O2, pita serapan daerah 3614 cm-1 yang rendah dan tajam mengindikasikan adanya

gugus O-H bebas. Pita serapan pada daerah 1175 cm-1 menunjukkan adanya C-O

ulur. Pita serapan daerah 1701 cm-1 mengindikasikan adanya C=O dari asam

36
karboksilat dan serapan daerah 1789 cm-1 dari lakton yang diperkuat oleh daerah

serapan 1367 cm-1 yang merupakan gugus C-O. Adapun daerah serapan 1558 cm-1

mengindikasikan adanya gugus C=C ulur aromatik. Secara kualitatif, analisis

menggunakan FTIR mengidentifikasi kehadiran gugus-gugus fungsi yang

mengandung oksigen pada semua sampel hasil modifikasi (Figueiredo, dkk., 1999 ;

Pavia, dkk., 2001).

Dari hasil data titrasi Boehm dan FTIR menunjukkan karbon aktif hasil

modifikasi HNO3 meningkatkan gugus fungsi yang mengandung oksigen lebih besar

dibandingkan karbon aktif hasil modifikasi dengan H2SO4 dan H2O2.

4.5 Pengukuran Kapasitansi Spesifik

Karakterisasi pengukuran kapasitansi spesifik dilakukan dengan

menggunakan metode voltammetri siklik dan pengujian elektroda dilakukan dengan

laju scan 250 mV/s. Gambar 16 menunjukkan voltammogram dari elektroda pasta

karbon sebelum dan sesudah modifikasi.

non treatment
H2O2 Ic
-8
H2SO4
1.5x10 HNO3
Arus (A)

-8
-1.5x10
Id

-0.2 0 0.2 0.4


Tegangan (V)

Gambar 16. Voltammogram elektroda pasta karbon aktif tongkol jagung

Voltammogram dari elektroda pasta karbon sebelum dan sesudah modifikasi

menunjukkan bentuk kurva yang cukup identik walaupun sedikit berbeda pada kurva

elektroda karbon tanpa modifikasi. Bentuk kurva yang diperoleh dari hasil

pengukuran dengan metode voltametri siklik memberikan gambaran besarnya nilai

37
kapasitansi spesifik yang dihasilkan. Nilai kapasitansi spesifik dipengaruhi oleh arus

charge, garis yang berada bidang atas kurva dan arus discharge, garis yang berada

pada bidang bawah kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16. Nilai arus

charge dan discharge dari elektroda digunakan untuk menghitung nilai kapasitansi

spesifik menggunakan persamaan 8.

I I
C c d (8)
s v.m

di mana Cs adalah kapasitansi spesifik (F/g), Ic dan Id masing-masing adalah arus

charge dan discharge (A), v adalah laju scan (V/s), dan m adalah massa karbon pada

elektroda. Nilai kapasitansi spesifik dari elektroda pasta karbon aktif sebelum dan

sesudah modifikasi ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data cyclic voltammetry elektroda pasta karbon


Elektroda Pasta Laju scan Massa Ic Id Cs
karbon (V/s) (g) ( nA ) ( nA ) ( F/g)
non-treatment 0,25 0,0158 16,9 - 10,8 7,01
termodifikasi HNO3 0,25 0,0125 27,3 - 22,5 15,94
termodifikasi H2SO4 0,25 0,0166 23,5 - 17,5 9,88
termodifikasi H2O2 0,25 0,0162 23,0 - 17,0 9,87

Nilai kapasitansi spesifik paling tinggi yang dihasilkan oleh elektroda pasta

karbon yaitu karbon aktif termodifikasi HNO3 dengan nilai kapasitansi spesifik

sebesar 15,94 F/g. Selain itu, karbon aktif termodifikasi H2SO4 dan H2O2 juga

mengalami peningkatan dibandingkan sebelum modifkasi dengan nilai kapasitansi

spesifik hanya sebesar 7,01 F/g. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi

permukaan karbon aktif dapat meningkatkan nilai kapasitansi spesifik. Nilai

kapasitansi yang tinggi pada hasil modifkasi dengan HNO3 menghasilkan gugus

fungsi yang mengandung atom N, yang memiliki kemampuan meningkatkan

konduktivitas elektron yang disebabkan oleh pergeseran level energi Fermi ke pita

38
valensi dalam elektroda karbon. Hal tersebut akan membantu memfasilitasi transfer

elektron (Chen, dkk., 2013). Keadaan ini menunjukkan bahwa luas permukaan

spesifik bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kapasitansi spesifik.

Reaktivitas gugus-gugus yang mengandung oksigen umumnya disebabkan

oleh perbedaan elektronegativitas antara oksigen dan karbon atau atom hidrogen.

Oksigen memiliki afinitas yang lebih besar terhadap elektron yang membuat oksigen

lebih elektronegatif dibandingkan dengan atom karbon (pada gugus karbonil dan

kuinon) atau hidrogen (pada gugus hidroksil). Hal ini menyebabkan oksigen

bermuatan parsial negatif dan kaya elektron, sedangkan atom-atom lain menjadi

kurang elektron, menghasilkan muatan parsial positif. Perbedaan elektronegatifitas

pada gugus fungsi yang mengandung oksigen meningkatkan polaritas ikatannya.

Oleh karena itu, keberadaan gugus fungsi yang mengandung oksigen pada

permukaan karbon aktif akan meningkatkan polaritas karbon aktif dan membuatnya

lebih hidrofilik. Keadaan tersebut akan meningkatkan adsorpsi dari ion-ion larutan

elektrolit pada permukaan karbon dan meningkatkan efektivitas dari luas permukaan

karbon aktif pada superkapasitor (Centena dan Stoeckli, 2006 ; Liu, dkk., 2008).

Pada penelitian ini juga dilakukan variasi laju scan untuk melihat pengaruh

nilai kapasitansi spesifik suatu elektroda yang menggunakan karbon aktif

termodifikasi HNO3 karena karbon aktif ini memiliki kapasitansi spesifik paling

besar, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 17.

-8
1.5x10
I (A)

-8
100 mV/s
-1.5x10 250 mV/s

-0.2 0 0.2 0.4


E (V)

Gambar 17. Voltammogram karbon aktif termodifikasi HNO3 dengan laju scan
yang berbeda

39
Variasi laju scan 100 dan 250 mV/s pada karbon aktif termodifikasi

menunjukkan bentuk kurva yang identik dengan nilai kapasitansi spesifik yang

berbeda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Data cyclic voltammetry dengan variasi laju scan


Elektroda Laju scan Massa Ic Id Cs
Pasta karbon (V/s) (g) ( nA ) ( nA ) ( F/g)
termodifikasi 0,1 17,9 -10,4 22,64
0,0125
HNO3 0,25 27,3 - 22,5 15,94

Data tersebut menunjukkan bahwa laju scan yang rendah, menghasilkan nilai

kapasitansi spesifik semakin tinggi. Pada laju scan yang rendah, ion-ion mempunyai

waktu yang lama dapat berdifusi ke dalam pori berukuran meso. Ion dan elektron

yang berasal dari pengumpul arus akan berdifusi secara merata ke permukaan

elektroda sampai pori. Sebaliknya, pada laju scan yang tinggi ion berdifusi dengan

cepat tetapi hanya sampai pada permukaan karbon aktif berukuran makro (Taer,

dkk., 2005).

Nilai kapasitansi spesifik yang dihasilkan masih sangat jauh dibandingkan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismanto dkk. (2010) mengenai

modifikasi karbon aktif sebagai kapasitor elektrokimia dengan nilai kapasitansi

spesifik pada karbon aktif termodifikasi HNO3 sebesar 264,08 F/g. Hal ini dapat

disebabkan karena beberapa faktor seperti kualitas pembuatan karbon aktif yang

berbeda, metode pembuatan elektroda, dan jenis serta konsentrasi elektrolit yang

digunakan.

40
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Luas permukaan karbon aktif tongkol jagung sebelum dan sesudah ekstraksi silika

serta setelah aktivasi dengan aktivator ZnCl2 berturut-turut adalah 4,5418 m2/g,

5,9758 m2/g, dan 306,5483 m2/g.

2. Modifikasi permukaan karbon aktif tongkol jagung dapat meningkatkan gugus

fungsi pada permukaan karbon aktif khususnya gugus fungsi yang mengandung

oksigen.

3. Nilai kapasitansi spesifik karbon aktif tongkol jagung sebelum dan setelah

modifikasi permukaan dengan HNO3, H2SO4, dan H2O2 berturut-turut adalah

7,01; 15,94; 9,88; dan 9,87 F/g.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya mengenai karbon aktif sebagai bahan

elektroda elektrokimia adalah sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan uji proksimat terhadap karbon aktif biomassa untuk mengetahui

kualitas pembuatan karbon aktif.

2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai cara pembuatan elektroda karbon

serta jenis dan pengaruh konsentrasi elektrolit dalam penentuan kapasitansi

spesifik karbon aktif.

41
DAFTAR PUSTAKA

Agung, M.G.F., Hanafie, S.M.R., Mardina, P., 2013, Ekstraksi Silika dari Abu
Sekam Padi dengan Pelarut KOH, Konversi, 2 (1), 28-31.

Alfiany, H., Bahri, S., Nurakhirawati, 2013, Kajian Penggunaan Arang Aktif
Tongkol Jagung sebagai Adsorben Logam Pb dengan Beberapa Aktivator
Asam, J. Natural Sci., 2 (3), 75-86.

Alif, A., 2015, Sintesis dan Karakterisasi Karbon Nanopori Ampas Tebu
(Saccharum officinarum) dengan Aktivator NaOH melalui Iradiasi Ultrasonik
sebagai Bahan Penyimpan Energi Elektrokimia, Skripsi tidak diterbitkan,
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Andhika, R., 2015, Elektrodeposisi Logam Cu Pada Permukaan Karbon Aktif Sekam
Padi Bebas Silika dengan Iradiasi Ultrasonik, Skripsi tidak diterbitkan,
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Arepalli, S., Fireman, H., Huffman, C., Moloney, P., Nikolaev, P., Yowell, L.,
Higgins, C.D., Kim, K., Kohl, P.A., Turano, S.P., 2005, Carbon-nanotube
Based Electrochemical Double Layer Capacitor Technologies for Space Flight
Applications, J. Mater., 57, 26-31.

Atkins, P., Paula, J., 2009, Elements of Physical Chemistry Fifth Edition, Oxford
University Press, New York.

Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2012, Statistika
Indonesia, Jakarta.

Bagheri, N., Abedi, J., 2011, Adsorption of Methane on Corn Cobs Based Activated
Carbon, Chem. Eng, Res. Design, 89, 2038-2043.

Balathanigaimani, M.S., Shim, W., Lee, M., Kim, C., Lee, J., Moon, H., 2008,
Highly Porous Electrodes from Novel Corn Grains-based Activated Carbons
for Electrical Double Layer Capacitors, Electrochem. Commun., 10, 808-871.

Beguin, F., dan Frackowiak, E., 2010, Carbons for Electrochemical Energy Storage
and Conversion Systems, CRC Press, London.

Berita Resmi Statistik, 2014, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, No. 62/11/73 Th. V,
Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai di Provinsi Sulawesi Selatan (Angka
Ramalan II 2014).

Cao, Q., Xie, Y.K., Lv, Y.K., Bao, W.R., 2006, Process Effects on Activated Carbon
with Large Specific Surface Area from Corn Cob, Bioresour. Technol., 97,
110-115.

42
Cencen, F., Aktas, O., 2012, Activated Carbon for Water and Wastewater Treatment,
Integration of Adsorption and Biological Treatment, Wiley-VCH, Weinheim,
Germany.

Centeno, T.A., Stoeckli, F., 2006, The Role of Textural Characteristics and Oxygen
Containing Surface Groups in The Supercapacitor Performances of Activated
Carbon, Electrochimica Acta, 52, 560-566.

Chahaya, I., 2005, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat dalam Upaya
Menghemat Pemakaian Energi Listrik di Perumahan Nasional (Perumnas)
Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, Jurnal Komunikasi
Penelitian, 17 (4), 60-65.

Chang, C.F., Chang, C.Y., Tsai, W.T., 2000, Effect Burn-off and Activation
Temperature on Preparation of Activated Carbon from Corn Cob Agrowaste by
CO2 and Steam, J. Colloid Interface. Sci, 232, 45-49.

Chatwal, G., 1985, Spectroscopy Atomic and Molecule, Himalaya Publishing House,
Bombay.

Chen, L.F., Zhang, X.D., Liang, H.W., Kong, M., Guan, Q.F., Chen, P., Yu, S.H.,
2012, Synthesis of Nitrogen Doped of Porous Carbon Nanofibers as an
Efficient Elelctrode Material of Supercapacitors, ACS nano, 6, 7092-7102.

Cheng, P., Teng, H., 2003, Electrochemical Responses from Surface Oxides Present
on HNO3 Treated Carbon, Carbon, 41, 2057-2063.

Conway, B.E., 1999, Electrochemical SupercapacitorsScientic Fundamentals


and Technological Applications, Kluwer, New York.

Cotton, F. A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.

Daud, Wan, W.M.A., Wan, W.S., Zaki, M., 2000, The Effects of Carbonization
Temperature on Pore Development in Palm Shell Gased Activated Carbon,
Carbon, 38, 1925-1932.

Ding, L., Zou, B., Liu, H., Li, Y., Wang, Z., Su, Y., Guo, Y., Wang, X., 2013, A
New Route for Conversion of Corncob to Porous Carbon by Hydrolysis
and Activation, Chem. Eng. J., 225, 300-305.

Grandistin, 2014, Karakterisasi dan Uji Adsorpsi Batubara Muda


Termodifikasi Hidrogen Peroksida Menggunakan Metode Kontinyu
Terhadap Metilen Biru, Skripsi diterbitkan, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.

Fachry, A.R., Astuti, P., Puspitasasi, T.G., 2013, Pembuatan Bioetanol dari Limbah
Tongkol Jagung dengan Variasi Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu
Fermentasi, Jurnal Teknik Kimia, 1 (19), 60-69.

43
Faisal, M., Andynapratiwi, I., Putri, P.D.A., 2014, Pengaruh Komposisi Arang dan
Perekat Terhadap Kualitas Biobriket dari Kayu Karet, Jurnal Teknik Kimia, 2
(20), 36-44.

Faria, P.C.C., Orfao, J.J.M., Pereira, M.F.R., 2004, Adsorption of Anionic and
Cationic Dyes on Activated Carbons with Different Surface Chemistries,
Water Res., 38, 2043-2052.

Feng-Chin, W., Ru-Ling, T., Chi-Chang, H., Chen-Ching, W., 2006, The
Capacitive Characteristics of Activated Carbons-Comparisons of The
Activation Methods on The Pore Structure and Effects of The Pore Structure
and Electrolyte on The Capacitive Performance, J. Power Source., 159, 1532
1542.

Figueiredo, J.L., Pereira, M.F.R., Freitas, M.M.A., Orfao, J.J.M., 1999, Modification
of The Surface Chemistry of Activated Carbons, Carbon, 37, 1379-1389.

Frackowiak, E., Machnikowski, J., Beguin, F., 2006, Novel Carbonaeous Materials
for Application in The Electrochemical Supercapacitors, New Carbon Based
Materials for Electrochemical Energy Storage Systems, Nato Public
Diplomacy Division, Spinger, 5-20.

Fuente, E., Menendez. J.A., Diez, M.A., Suarez, D., Montes-Moran, M.A., 2003.
Infrared Spectroscopy of Carbon Materials : A Quantum Chemical Study of
Model Compounds, J.Phys. Chem. B., 107, 6350-6359.

Harti, R., Allwar, Fitri, N., 2014, Karakteristisasi dan Modifikasi Karbon Aktif
Tempurung Kelapa Sawit dengan Asam Nitrat untuk menjerap Logam Besi
dan Tembaga dalam Minyak Nilam, Ind. J. Chem. Res., 2 (1), 1-10.

Hartini, L. Yulianti, E., dan Mahmudah, R., 2014, Karakterisasi Karbon Aktif
Teraktivasi NaCl dari Ampas Tebu, Alchemy, 3 (2), 145-153.

Hasan, N.L., Zakir, M., Budi, P., 2014, Desilikasi Karbon Aktif Sekam Padi sebagai
Adsorben Hg pada Limbah Pengolahan Emas di Kabupaten Buru Propinsi
Maluku, Ind. Chim. Acta, 7 (2), 1-11.

Hashim, M.A., Saadu, L., Dasuki, K.A., 2012, Supercapacitors Based on Activated
Carbon and Polymer Electrolyte, Int. J. Sustainable Energy Environ Res., 1 (1),
1-6.

Himmaty, I., Endarko, 2013, Pembuatan Elektroda dan Perancangan Sistem


Capacitive Deionization untuk Mengurangi Kadar Garam pada Larutan
Sodium Clorida (NaCl), Berkala Fisika, 16 (3), 67-74.

Hsieh, C., Teng, H., 2002, Influence of Oxygen Treatment on Electric Double Layer
Capacitance of Activated Carbon Fabrics, Carbon, 40, 667-674.

44
Ilato, R., Bahua, M.I., 2014, Analisis Rantai Komoditas Jagung serta Strategi
Peningkatan Pendapatan Petani Jagung di Provinsi Gorontalo, Penelitian
Prioritas Nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2012-2025, Universitas Negeri Gorontalo.

Ismanto, A.E., Wang, S., Soetaredjo, F.E., Ismadji, S., 2010, Preparation of
Capacitors Electrode from Cassava Peel Waste, Bioresour. Technol., 101,
3534-3540.

Janes, A., Kurig, H., Lust, E., 2007, Characterization of Activated Nanoporous
Carbon for Supercapacitor Electrode Materials, Carbon, 45, 1226-1233.

Jenkins, R., 1999, X-Ray Fluorescence Spectrometry Second Edition, John Wiley
and Sons, London.

Jiang, J., Zhang, L., Wang, X., Holm, N., Rajagopalan, K., 2013, Highly Ordered
Macroporous Woody Biochar with Ultra-high Carbon Content as
Supercapacitor Electrodes, Electrochem. Acta, 113, 481-489.

Juliandini, F., Trihadiningrum, Y., 2008, Uji Kemampuan Karbon Aktif dari Limbah
Kayu dalam Kota untuk Penyisishan Fenol, Prosiding Seminar Nasional
Manajemen Teknologi VII, D-2-1-D-2-12.

Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2002, A Simple Method for Production of Pure
Silica from Corncob, J. Bioresour. Technol.,73, 257-262.

Kalyani, P. Anita, A., 2013, Biomass Carbon and Its Prospects in Electrochemical
Energy Systems, Int. J. Hydrogen Energy, 38, 4034-4045.

Kriswarini, R., Angraini, D., Djamaludin, A., 2010, Validasi Metode XRF (X-Ray
Fluorescence) secara Tunggal dan Simultan untuk Analisis Unsur Mg, Mn, dan
Fe dalam Paduan Aluminium, Seminar Nasional VI SDM Teknologi Nuklir,
273-278.

Labanni, A., Zakir, M. dan Maming, 2015, Sintesis dan Karakterisasi Karbon
Nanopori Ampas Tebu (Saccharum officinarum) dengan Aktivator ZnCl2
melalui Iradiasi Ultrasonik sebagai Bahan Penyimpan Energi Elektrokimia,
Indo. Chim. Acta, 8 (1), 1-9.
Latifan, R., dan Susanti, D., 2012, Aplikasi Karbon Aktif dari Tempurung Kluwak
(Pangium Edule) dengan Variasi Temperatur Karbonisasi dan Aktivasi Fisika
sebagai Elelctric Double Layer Capasitor (EDLC), Jurnal Teknik Material dan
Metalurgi, 1 (1), 1-6.
Lee, D., 2013, Preparation of a Sulfonated Carbonaceous Material from
Lignosulfonate and Its Usefulness as an Esterification Catalyst, Molecules, 18,
8169-8180.

45
Lempang, M., 2014, Pembuatan dan Kegunaan Arang Aktif, Info Teknis EBONI, 11
(2), 65-80.

Leon y Leon, C.A., Solar, J.M., Calemma, V., Radovic, L.R., 1992, Evidence for
Protonation of Basal Plane Sites on Carbon, Carbon, 30 (5), 797-811.

Leon y Leon, C.A., Radovid, L.R., 1994, Chemistry and Physics of Carbon, Macel
Dekker, New York.

Li, X., Xing, W., Zhuo, S., Zhuo, J., Li, F., Qiao, S., Lu,G., 2011, Preparation of
Capacitors Electrode from Sunflower Seed Shell, Bioresour. Technol., 102,
1118-1123.

Liu, Y., Hu, Z., Xu, K., Zheng, X., Gao, Q., 2008, Surface Modification and
Performance of Activated Carbon Electrode Material, Acta Phys. Chim. Sinica,
24 (7), 1143-1148.
Lopez-Ramon, Stoeckli, F., Moreno-Castilla, Carrasco,-Marin, F., 1999, On The
Charaterization of Acidic and Basic Surface Sites on Carbons by Various
Techniques, Carbon, 37, 1215-1221.
Lorenz, K.J., Kulp, K., 1991, Handbook of Cereal Science and Technology, Marcel
Dekker, New York.

Masrukan, Wagiyo, Aditoiyanto, 1999, Pemeriksaan Mikrostruktur dan Analisis


Unsur AlMgSil Menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM)-EDS,
Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar X Kedua, 79-82.

Moreno-Castilla, C., Lopez-Ramon, M.V., Carasso-Marin, F., 2000, Changes in


Surface Chemistry of Activated Carbons by Wet Oxidation, Carbon, 38, 1995-
2001.

Montez-Moran, M.A., Suarez, D., Menendez, J.A., Fuente, E., 2004, On The Nature
of Basic Sites on Carbon Surfaces: An Overview, Carbon, 42, 1219-1225.

Mujiayanti, D.R., Nuryono, Kunarti, E.S., 2010, Sintesis dan Karakterisasi Silika Gel
dari Abu Sekam Padi yang Dimobilisasi dengan 3-(Trimetoksisil)-1-
Propantiol, Sains Ter. Kim., 4 (2), 150-167.

Mulyani, R., Buchari, Noviandri, Ciptati, 2012, Studi Voltametri Siklik Sodium
Dodecyl Benzen Sulfonat dalam Berbagai Elektroda dan Elektrolit Pendukung,
Teknologi Pengelolaan Limbah, 15 (1), 51-56.

Njoku, V.O., Hameed, B.H., 2011, Preparation and Characterization of Activated


Carbon from Corncob by Chemical Activation with H3PO4 for 2,4-
diclorophenoxyacetic acid Adsorption, Chem. Eng. J., 173, 391-399.

46
Nor, N.M., Chung, L.L., Teong, L.K., Mohamed, A.R., 2013, Synthesis of Activated
Carbon from Lignocellulosic Biomass and Its Application in Air Pollution
Control-A Review, J. Env. Chem. Eng., 1, 658-666.

Nugroho, M.R., 2011, Rancang Bangun Sistem Sumber Daya Tag Aktif RFID
Berbasis Tenaga Surya dengan Superkapasitor sebagai Media Penyimpan
Energi, Skripsi diterbitkan, Program Studi Teknik Elektro, Universitas
Indonesia.

Nurdiati, D., Astuti, 2015, Sintesis Komposit PAni/Karbon dari Tempurung Kemiri
(Aleurites Moluccana) sebagai Elektroda Kapasitor, Jurnal Fisika Unand, 4
(1), 51-57.

Pandolfo, A.G., Hollenkamp, A.F., 2006, Review Carbon Properties and Their Role
in Supercapacitors, J. Power Sources, 157, 11-27.

Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., 2001, Introduction to Spectroscopy Third
Edition, Thomson Learning, Bellingham Washington.

Pereira, M.F.R., Soares, S.F., Orfao, J.J.M., Figueiredo, J.L., 2003, Adsorption of
Dyes on Activated Carbons : Influence of Surface Chemical Groups, Carbon,
41, 881-821.

Prasetyo, Y., Nasrudin, H., 2013, Penentuan Konsentrasi ZnCl2 Pada Proses
Pembuatan karbon Aktif Tongkol Jagung dan Penurunan Konsentrasi
Surfaktan Linier Alkyl Benzene Suphonate (LAS), Unesa Journal of
Chemistry, 2 (3), 231-235.

Proctor, A., Clark, P.K., Parker, C.A., 1995, Rice Hull Ash Adsorbent Performance
under Commercial Soy Oil Bleaching Conditions, J. Am. Oil Chem. Soc., 72,
459-462.

Purbo, C., Rachman, F., Teguh, K.B., Sukma, R.N., Fadhilah, U.R., Kurniawati, Y.,
2009, X-Ray Difraktometer (XRD), Tugas Kimia Fisika Semester Pendek,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Qu, D., Shi, H., 1998, Studies of Activated Carbons Used in Double Layer
Capacitors, J. Power Sources, 74, 99-107.

Rachmaniah, 2005, Isolasi Silika dari Sabut Kelapa Sawit, Skripsi diterbitkan,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rahayu, A.N.R., Adhitiyawarman, 2014, Pemanfaatan Tongkol Jagung sebagai


Adsorben Besi pada Air Tanah, JKK, 3 (3), 7-13.

Rahmawati, Y.D., Prasetyo, I., dan Rochmadi, 2010, Pengaruh Penambahan Zat
Pendehidrasi terhadap Struktur Mikropori Material Karbon yang Dibuat dari
Pirolisis Resin Phenol-tert.buthyl phenol-formaldehid, Prosiding Seminar

47
Nasional Teknik Kimia Kejuangan Pengembangan Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, J02.1-J02.9.

Ramdja, A.F., Halim, M., Handi, J., 2008, Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah
Kelapa (Cocus nucifera), J. Tek.Kim, 15 (2), 1-8.

Richana, N., Lestina, P., Irawadi, T.T., 2004, Karakterisasi Lignoselulosa Xylan dari
limbah Tanaman Pangan dan Pemanfaatannya untuk Pertumbuhan Bakteri,
RXA III-5 Penghasil Xilanase, J. Penelitian Pertanian, 23, 171-176.

Scholz, F., 2010, Electroanalytical Methods, Spinger-Verlag Belin and Heidelberg


GmbH & Co. K, Berlin.

Shafeeyan, M.S., daud, W.M.A.W, Houshmand, A., and Shamiri, A., 2010, A
Review on Surface Modification of Activated Carbon for Carbondioxide
Adsorpstion, J. Anal. Appl. Pyrol, 89, 143-151.

Shim, J., Park, S., Ryu, S., 2001, Effect of Modification with HNO3 and NaOH on
Metal Adsorption by Pitch-Based Activated Carbon Fibers, Carbon, 39, 1635-
1642.

Shofa, 2012, Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu dengan Aktivasi
Kalium Hidroksida, Skripsi dterbitkan, Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

Setyadhi, L., Wibowo, D., Ismadji, S., 2005, Modifikasi Sifat Kimia Permukaan
Karbon Aktif dengan Asam Oksidator dan Non-oksidator Serta Aplikasinya
terhadap Adsorpsi Metilen Biru, The 4th National Conference : Design and
Application Technology 2005, 69-76.

Shen, W., Li, Z., Liu, Y., 2008, Surface Chemical Functional Groups Modification of
Porous Carbon, Recent Patern of Chemical Engineering, 1 (1), 27-40.

Shentilkumar, S.T., Senthilkumar, B., Balaji, S., Sanjeeviraja, C., Selvan, R.K.,
2011, Preparation of Activated Carbon from Sorghum Pith and Its Structural
and Electrochemical Properties, Mater. Res. Bull., 46, 413-419.

Sirappa, M.P., 2003, Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia sebagai


Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan, dan Industri, Jurnal Litbang
Pertanian, 22 (4), 127.

Skoog, D.A., Holler, FJ., West, D.M., Crouch, S.R., 2013, Fundamental of
Analytical Chemistry Ninth Edition, Brooks Cole, USA.

Slamet, J.S., 2002, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

So, P.Y., 2014, Implementasi Kebijakan Konservasi Energi di Indonesia, E-Journal


Graduate Unpar, 1 (1), 1-13.

48
Sulistyawati, S., 2008, Modifikasi Tongkol Jagung sebagai Adsorben Logam Berat
Pb(II), Skripsi diterbitkan, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.

Suryani, A.M., 2009, Pemanfaatan Tongkol Jagung untuk Pembuatan Arang Aktif
sebagai Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas, Skripsi diterbitkan,
Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Taba, P., 2007, The Potency of Mesoporous Carbon (CMK-1) as Adsorbent of Dyes,
Proceeding of ICCS 2007, 2-9.

Taer, E., Zulkifli, Sugianto, Syech, R., Taslim, R., 2015, Analisa Siklis Voltametri
Superkapasitor Menggunakan Elektroda Karbon Aktif dari Kayu Karet
Berdasarkan Variasi Aktivator KOH, Prosiding Seminar Nasional Fisika, 4,
105-110.

Tashima, D., Kurosawatsu, K., Sung, Y., Otsubo, M., Honda, C., 2007, Surface
Modification of Nanoporous Materials for Electric Double Layer Capacitors
Application, Mater. Chem. Phys., 103, 158-161.

Tseng, R., Tseng, S., 2005, Pore Structure and Adsorption Performance of The KOH
Activated Carbons Prepared from Corncob, J. Colloid Interface. Sci., 287, 428-
437.

Utomo, S., 2014, Pengaruh Waktu Aktivasi dan Ukuran Partikel terhadap Daya
Serap Karbon Aktif dari Kulit Singkong dengan Aktivator NaOH, Seminar
Nasional Sains dan Teknologi 2014, 1-4.

Vasu, E.D., 2008, Surface Modification of Activated Carbon for Enhancement of


Nickel(II) Adsorption, E-J.Chem, 5 (4), 814-816.

Vytras, K., Svancara, I., Metelka, R., 2009, Carbon Paste Electrodes in
Electroanalytical Chemistry, J. Serb.Chem. Soc., 74 (10), 1021-1033.

Wachid, M.R., Setiarso, P., 2014, Pembuatan Elektroda Pasta KarbonTermodifikasi


Bentonit untuk Analisis Ion Logam Tembaga(II) secara Cyclic Voltammetry
Stripping, Prosiding Seminar Nasional Kimia, Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya, 20 September.

Wei, X., Xiao, L., Jin, Z., Ping, Z.S., 2011, Carbon Derived from Rice Husk for
Electrochemical Capacitor Application, Mater. Res., 239-242, 2101-2106.

Wibowo, N., Setiawan, J., Ismadji, S., 2004, Modifikasi Gugus Aktif Suatu Karbon
Aktif dan Karakterisasinya, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 3 (1), 39-46.

Winter, M., Brodd, R.J., 2004, What are Batteries, Fuel Cells, and Supercapacitors?,
Chem. Rev., 104, 4245-4268.

49
Wungkana, I., Suryanto, E., Momuat, L., 2013, Aktivitas Antioksidan dan Tabir
Surya Fraksi Fenolik dari Limbah Tongkol Jagung (Zea mays L.), Jurnal
Ilmiah Farmasi Unsrat, 2 (4), 149-155.

Zhang, Y., Feng, H., Wu, X., Wang. L., Zhang, A., Xia, T., Dong, H., Li, X., Zhang,
L., 2009, Progress of Electrochemical Capacitor Electrode Materials : A
Review, Int. J. Hydrogen Energy, 34, 4889-4899.

50
Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja

1. Skema Kerja Preparasi Sampel

Tongkol Jagung

dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil


dicuci dengan air mengalir sampai bersih
dikeringkan di bawah sinar matahari
Tongkol jagung bersih dan kering

2. Skema Kerja Karbonisasi

Tongkol jagung bersih dan kering

dipanaskan ke dalam tanur dngan variasi suhu 400 oC,


300 oC, dan 280 oC selama 1 jam
didinginkan dalam desikator
digerus lalu diayak dengan pengayak 200 mesh
Karbon tongkol jagung

3. Skema Kerja Ekstraksi Silika

Karbon tongkol jagung

ditambahkan 60 mL larutan NaOH 2,5% dalam


etanol 50%
direfluks selama 1,5 jam
disaring

Filtrat Karbon

direfluks kembali (dengan


prosedur yang sama di atas)
disaring
endapannya dicuci dengan
akuades hingga pH netral
dikarakterisasi dengan XRF

Karbon tongkol jagung bebas silika

51
4. Skema Kerja Aktivasi

Karbon tongkol jagung bebas silika

ditambahkan masing-masing aktivator ZnCl2 8% dengan


perbandingan volume ZnCl2 : massa karbon (5 :1)
dididihkan selama 90 menit
disaring menggunakan corong Buchner
endapannya dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 oC
selama 1 jam
dicuci dengan akuades panas secara berulang-ulang sampai
pH netral
dikeringkan dalam oven pada suhu 120 oC hingga
diperoleh berat konstan

Karbon aktif teraktivasi

5. Skema Kerja Modifikasi Permukaan

Karbon teraktivasi

dicampur dengan masing-masing larutan kimia


HNO3, H2SO4, H2O2 teknis, dengan perbandingan 5 : 1
(mL zat kimia : g karbon aktif).
distirer hingga suhunya mencapai 65 oC
dikocok dengan laju konstan (130 rpm) selama 24 jam
dicuci dengan akuades berulang-ulang sampai mendapatkan
pH netral
dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 oC

Karbon termodifikasi

52
6. Skema Kerja Titrasi Boehm

0,5 gram karbon


aktif
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi masing-masing
50 mL natrium bikarbonat, natrium karbonat, natrium
hidroksida dan asam hidroklorida 0,05 N
didiamkan selama 24 jam dan disaring

Residu Filtrat

dipipet 10 mL dari masing-masing larutan ke


dalam sebuah erlenmeyer
dititrasi balik dengan 0,05 N natrium hidoksida
atau asam klorida (tergantung pada larutan awal
analit)

Hasil

7. Skema Kerja Pembuatan Elektroda Pasta Karbon

Serbuk karbon aktif

dicampur dengan lilin parafin dengan perbandingan


massa karbon / massa lilin parafin 1: 2
dilelehkan dan diaduk sampai homogen (hingga terbentuk
pasta)
dimasukkan ke dalam badan elektroda (yang telah dibuat
dengan menghubungkan kawat Cu dan Pt lalu
dimasukkan ke dalam pipet tulip dan direkatkan dengan
parafilm).
ditekan menggunakan spatula sampai merata dan
memadat

Elektroda pasta karbon

53
8. Skema Kerja Pengukuran Kapasitansi Spesifik

Elektroda pasta karbon Elektroda Ag/AgCl Elektroda Pt

dihubungkan dengan alat potensiostat


dikontakkkan dengan larutan elektrolit H2SO4 1 M
dilakukan pengujian dengan laju scan 250 mV/s
diperoleh voltagram tegangan dan arus
dihitung kapasitansi spesifiknya

HASIL

54
Lampiran 2. Perhitungan Titrasi Boehm

Gugus Asam (mek/g) Gugus


Sampel Karboksil Lakton Fenol Total Basa
(mek/g)
Karbon aktif non
0,5916 0,2618 0,3321 1,1855 3,8895
treatment
Karbon aktif
0,7425 0,6642 0,4830 1,8897 3,7368
termodifikasi HNO3
Karbon aktif
0,5413 0,6642 0,4327 1,6382 3,5332
termodifikasi H2SO4
Karbon aktif
0,6419 0,2618 0,4327 1,3364 3,7368
termodifikasi H2O2

Contoh perhitungan titrasi Boehm

Asumsi yang digunakan :

1. NaHCO3 menetralkan gugus karboksil

2. Na2CO3 menetralkan gugus karboksil dan lakton

3. NaOH menetralkan gugus karboksil, lakton, dan fenol.

4. HCl menetralkan gugus basa total

Volume Hasil Titrasi Boehm Karbon Aktif Tongkol Jagung

mL NaOH mL HCl
Sampel NaHCO3 Na2CO3 NaOH HCl
(0,0509 N) (0,0505 N) (0,0503 N) (0,0509 N)
Karbon aktif non-
3,2 3,8 4,5 9,5
treatment
Karbon Aktif
termodifikasi HNO3 3,5 4,9 5,9 9,2
Karbon Aktif
termodifikasi H2SO4 3,1 4,5 5,4 8,8
Karbon Aktif
termodifikasi H2O2 3,3 3,9 4,8 9,2

55
Titrasi Boehm Karbon aktif non-treatment

Analisa Gugus Asam

Vp
(Vs N s (C HCl VHCl C NaOH Vt )
Vs
n
csf w

(VNaHCO 3 N NaHCO (C HCl VHCl C NaOH Vt )


3
VV
p

n s
csf w

(10 mL x 0,0509 N (0,0509 N x 12 mL 0,0503N x 3,2 mL)


50 mL
n 10 mL
csf 0,5 gram

n 0,5916 mek/g
csf

mek gugus karboksilat = 0,5916 mek/g

(VNa 2 CO 3 N Na
2 CO 3
(C HCl VHCl C NaOH Vt ) VV
p

n s
csf w

(10 mL x 0,0505 N (0,0509 N x 12 mL 0,0503N x 3,8 mL)


50 mL
n 10 mL
csf 0,5 gram
n 0,8534 mek/g
csf

mek gugus karboksilat + mek gugus lakton = 0,8534 mek/g


mek gugus lakton = 0,8534 mek/g - 0,5916 mek/q
= 0,2618 mek/g

Vp
(VNaOH N NaOH (C HCl VHCl C NaOH Vt )
Vs
n
csf w

(10 mL x 0,0503 N (0,0509 N x 12 mL 0,0503N x 4,5 mL)


50 mL
n 10 mL
csf 0,5 gram

n 1,1855 mek/g
csf

56
mek gugus karboksilat + mek gugus lakton + mek gugus fenol = 1,5376 mek/g

mek gugus fenol = 1,1855 mek/g 0,5916 mek/g 0,2618 mek/g

= 0,3321 mek/g

Analisa Gugus Basa

Vp
(Vs N s (C NaOH VNaOH C HCl Vt )
Vs
n
csf w

(10 mL x 0,0509 N (0,0503 N x 12 mL 0,0509 Nx 9,5 mL)


50 mL
n 10 mL
csf 0,5 gram

n 3,8895 mek/g
csf

mek gugus basa = 3,8895 mek/g

57
Lampiran 3. Perhitungan Kapasitansi Spesifik

Elektroda Pasta Laju scan Massa Ic Id Cs


karbon (V/s) (g) ( nA ) ( nA ) ( F/g)
non-treatment 0,25 0,0158 16,9 - 10,8 7,01

termodifikasi HNO3 0,25 0,0125 27,3 - 22,5 15,94

termodifikasi H2SO4 0,25 0,0166 23,5 - 17,5 9,88

termodifikasi H2O2 0,25 0,0162 23,0 - 17,0 9,87

Contoh perhitungan kapasitansi spesifik

Kapasitansi Spesifik Elektroda Pasta Karbon non-treatment

Ic = 16,9 x 10-9 A v = 250 mV/s = 0,25 V/s

Id = -10,8 x 10-9 A m = 0,0158 gram

Ic Id
Cs
v.m

16,9 x 10 -9 (10,8x 10 -9 ) A
Cs
0,25 V/s 0,0158 gram

C s 7,01 x 10 -6 F/g 7,01 F/g

58
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Tongkol Jagung Hasil Karbonisasi

Proses Ekstraksi Silika

Proses Aktivasi

59
Proses Modifikasi Permukaan

Proses Pembuatan Elektroda Pasta Karbon

60

Anda mungkin juga menyukai