Anda di halaman 1dari 76

FRUIT WASTE FERMENTATION

Oleh
Amalia Tri Redjeki
NIM:
142018002
(TKA-308 KAJIAN TEKNOLOGI KIMIA II)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL BANDUNG


2021
ABSTRAK

FERMENTASI LIMBAH BUAH PISANG

Oleh
Amalia Tri Redjeki
NIM: 142018002
(TKA-308 KAJIAN TEKNOLOGI KIMIA II)

Abstrak: Kulit pisang merupakan limbah agrikultur mengandung pati dan


lignocelulosa yang berpotensi sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Proses
produksi dilakukan dengan menggunakan proses fermentasi, dengan metode
pretreatment delignifikasi alkali dan dehidrasi molecular sieve. Proses pembuatan
bioetanol meliputi 5 tahap. Tahap delignifikasi bahan baku menggunakan NaOH
2% pada 121°C dan tekanan atmosferis. Tahap hidrolisis pati dan lignoselulosa
menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim amilase dan cellulase. Tahap
fermentasi sirup gula menjadi etanol dilakukan menggunakan yeast
Saccharomyces cerevisae pada 32°C dan tekanan atmosferis. Tahap pemisahan
etanol dari beer hasil fermentasi dilakukan dengan metode distilasi. Tahap
pemurnian etanol dilakukan dengan metode dehidrasi menggunakan molecular
sieve zeolit, hingga diperoleh kadar produk akhir sebesar 1.3336%.. Pabrik ini
direncanakan beroperasi secara semicontinous selama 300 hari/tahun dengan basis
24 jam/hari. Kulit pisang yang dibutuhkan sebesar 34.753,94 kg/hari dengan
bahan baku pendukung yaitu NaOH, enzim amilase dan cellulase, Saccharomyces
cerevisae, serta K2HPO4. Variasi waktu percobaan ini adalah 1 jam, 2 jam, 4 jam,
8 jam, 16 jam, 32 jam, 64 jam, dan 108 jam.

Kata kunci : bioetanol, fermentasi, kulit pisang, molecular sieve

2
ABSTRACT

BANANA FRUIT WASTE FERMENTATION

By
Amalia Tri Redjeki
NIM: 142018002
(TKA-308 STUDY OF CHEMICAL TECHNOLOGY II)

Abstract: Banana peel is an agricultural waste containing starch and


lignocellulose which has the potential as raw material for bioethanol production.
The production process is carried out using a fermentation process, with the
pretreatment method of delignification of alkali and molecular sieve dehydration.
The process of making bioethanol includes 5 stages. The raw material
delignification stage uses 2% NaOH at 121 ° C and atmospheric pressure. The
hydrolysis stage of starch and lignocellulose into simple sugars with the help of
amylase and cellulase enzymes. The fermentation stage of sugar syrup into
ethanol was carried out using yeast Saccharomyces cerevisae at 32 ° C and
atmospheric pressure. The separation stage of ethanol from fermented beer is
carried out by the distillation method. The ethanol purification stage is carried
out by dehydration method using a molecular sieve zeolite, to obtain the final
product content of 1.3336%. This plant is planned to operate semicontinuously
for 300 days / year on a 24 hour / day basis. Banana peel required is 34,753.94
kg / day with supporting raw materials namely NaOH, amylase and cellulase
enzymes, Saccharomyces cerevisae, and K2HPO4. The variation of this
experiment time is 1 hour, 2 hours, 4 hours, 8 hours, 16 hours, 32 hours, 64
hours, and 108 hours.

Key words: bioethanol, fermentation, banana peel, molecular sieve

3
FRUIT WASTE FERMENTATION
HALAMAN PENGESAHAN

Oleh
Amalia Tri Redjeki
NIM: 142018002
(TKA-308 KAJIAN TEKNOLOGI KIMIA II)

Institut Teknologi Nasional Bandung

Menyetujui
Pembimbing

Tanggal 29 April 2021

Dosen Pembimbing

______________________
(Choerudin, S.T., M.T.)

Asisten

______________________

(Virda Nur Lu’lu)

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan pada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala berkah dan karunia sehingga saya dapat menyelesaiakan
laporan praktikum yang berjudul “Fruit Waste Fermentation”, ucapan terimakasih
pun untuk bapak Choerudin S.T.,M.T selaku dosen pembimbing , dan kepada ibu
Virda Nur Lu’lu selaku asisten yang telah memberikan materi, nasihat,saran serta
kritik pada praktikum ini

Adapun tujuan dari penyusunan laporan praktikum ini untuk memenuhi


salah satu Laporan Praktikum mata kuliah Kajian Teknik Kimia II yang
membahas tentang “Fruit Waste Fermentation”. Saya selaku penulis
menyimpulkan bahwa laporan praktikum ini masih belum sempurna. Akhir kata,
saya berharap semoga laporan praktikum ini dapat memberikan motivasi bagi
siapa saja yang membaca.

5
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………................................................................................................i
ABSTRACT………................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI……....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI...............................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan................................................................................................1
I.1 Latar Belakang....................................................................................1
I.2 Masalah Penelitian..............................................................................2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………...2
1.4 Ruang Lingkup…………………………………………………………..2

Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................................3


Bab III Metodologi Percobaan..............................................................................5
III.1 Bahan dan alat.....................................................................................5
Bab IV Analisis dan Pembahasan.........................................................................8
IV.1 Memproduksi Bioetanol dari Limbah Buah Pisang Organik..............8
IV.2 Menentukan Kadar Glukosa Dalam Buah Pisang..............................8
IV.3 Kadar Etanol Hasil Fermentasi Dari Buah Pisang.............................8
IV.4 Perolehan 5Rendemen Dalam Sari Buah Pisang...............................8
Bab V Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
LAMPIRAN……...................................................................................................14

6
DAFTAR GAMBAR DAN ILUSTRASI

Gambar II.1 Struktur dua dimensi glukosa ……….……………………………13


Gambar II.2 Struktur dua dimensi etanol…………………….……………....…13
Gambar II.3 Skema tahapan fermentasi.................................................................15
Gambar II.4 Fermentor batch………………………………………………...…..17
Gambar II.5 Fermentor teraduk kontinyu…………………………...…………...18
Gambar II.6 Fermentor turbular………………………………………………….19
Gambar II.7 Fermentor secair berbutir…………………………………………..20
Gambar II.8 Fase Pertumbuhan bakteri………………………………………….22
Gambar II.9 Lock and key……………………………………………………….24
Gambar II.10 Induced fit theory…………………………………………………24
Gambar III.1 Kurva standar indeks bias…….…………………………………..26
Gambar III.2 Kurva kalibrasi indeks bias etanol……………………….……….27
Gambar III.3 Kurva penentuan densitas etanol…………………………………27
Gambar III.4 Skema alat distilasi sari buah…………………………………….32
Gambar III.5 Leher angsa………………………………………………………33

7
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Kandungan gizi buah pisang dalam 100 gram……….………………7


Tabel II.2 Sifat fisik kimia dan fisika glukosa…………………………………13
Tabel II.3 Sifat fisik Kimia dan fiskia etanol…………………………..……….13
Tabel III.1 Alat…………………………………………………………………..28
Tabel III.2 Bahan………………………………………………………………..29
Tabel IV.1 Data bioetanol yang di dapat……………………………………….38
Tabel IV.2 Kadar glukosa……………………………………………………….39
Tabel IV.3 Kadar etanol hasil fermentasi buah pisang………………………….40
Tabel IV.4 %Rendemen etanol yang di peroleh…………………………………41
Tabel IV.5 Kadar etanol yang di peroleh………………………………………...43

8
Bab I Pe
ndahuluan

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan data resmi Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) mengenai potensi bahan bakar minyak Indonesia, diketahui
bahwa cadangan terbukti minyak Indonesia (terdiri dari cadangan yang sudah
dikembangkan dan yang belum dikembangkan) adalah sebesar 3,59 miliar
barel, yang mana diprediksi akan habis dalam 11 tahun ke depan. Data
tersebut juga menunjukkan terjadinya penurunan cadangan minyak Indonesia
sebanyak 150,39 juta barel dari level 3,74 miliar barel pada tahun 2012. Hal
ini disebabkan karena produksi minyak tahunan yang lebih besar daripada
penemuan cadangan minyak baru, seperti yang dapat dilihat pada data
penemuan cadangan minyak baru sepanjang 2012 mencapai 164,28 juta barel,
sementara jumlah minyak yang diproduksi sebesar 329,9 juta barel.
Kelangkaan bahan bakar fosil di Indonesia menciptakan peluang penemuan
bahan bakar terbarukan, seperti biodiesel dan bioetanol.
Bioetanol merupakan etanol yang berasal dari hasil fermentasi biomassa
dan digunakan sebagai bahan bakar. Bioetanol memberikan banyak
keuntungan, di antaranya memiliki kandungan energi termal yang lebih rendah
(sekitar 45% per galon daripada diesel), harga yang terjangkau, dan emisi gas
buang yang dihasilkan lebih rendah daripada gasolin atau diesel. Bioetanol
memiliki bilangan oktan tinggi (99) daripada bahan bakar fosil (80-100)
dikarenakan tidak adanya preignition ketika digunakan. Sehingga, bioetanol
banyak digunakan sebagai zat aditif bahan bakar gasolin dan jarang berupa
dalam bentuk murninya.
Biofuel seperti bioetanol, biodiesel, biohidrogen, dan gas metana yang
berasal dari biomassa lignoselulosa diproduksi dari limbah agrikultur daripada
hasil panen yang mengandung energi; karena mereka bersaing dengan
tanaman pangan. Limbah agrikultur sangat melimpah jumlahnya dan memiliki
masalah pembuangan. Sebagai alternatif, digunakan biomassa lignoselulosa

9
sehingga persaingan antara kebutuhan pangan dan bahan bakar dapat
diminimisasikan. Biomassa lignoselulosa dalam bentuk material tanaman
seperti rumput, kayu, dan residu hasil panen menawarkan kemungkinan
sumber gula dapat diperbarui dan dapat diubah menjadi etanol. Potensi
menggunakan material lignoselulosa dalam produksi bioetanol sangat umum
dikenal. Akan tetapi, menghidrolisis lignoselulosa menjadi gula reduksi yang
dapat difermentasikan masih menjadi sebuah tantangan, karena mereka
memiliki struktur menyerupai kristal yang kuat dan biasanya dikelilingi lignin,
yang dapat mereduksi kemudahan akses bagi enzim hidrolitik. Pretreatment
biomassa lignoselulosa mengakibatkan pemecahan substansial struktur
lignoselulosa, hidrolisis fraksi hemiselulosa, depolimerisasi senyawa lignin,
dan defibrasi. Metode pretreatment yang beragam digunakan seperti
penambahan senyawa asam, penambahan senyawa alkali, ledakan uap, dan
ozonolisis. Kemudahan akses senyawa selulosa bagi enzim sangat dapat
ditingkatkan dengan menggunakan strategi efektif pretreatment (Mutreja et al.,
2011).
Pisang merupakan salah satu dari sumber daya pangan utama di dunia dan
menjadi peringkat keempat dunia dari bahan pangan signifikan setelah beras,
jagung, dan susu. Umumnya kulit/residu buah dikeringkan, digiling, dibentuk
pelet, dan dijual pada produsen pakan ternak dengan harga yang sangat murah
yang mana tidak menguntungkan. Meski kulit pisang merupakan limbah buah,
beratnya mencapai 30-40% dari berat buat total dan mengandung karbohidrat,
protein, dan serat dalam jumlah yang signifikan. Kulit pisang merupakan
limbah agrikultur yang mudah dijumpai dan berpotensi digunakan sebagai
media pertumbuhan untuk ragi, di samping kandungan karbohidrat yang tinggi
dan nutrien dasar lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan ragi. Karena
kulit pisang mengandung lignin dalam jumlah rendah, dapat digunakan
sebagai substrat yang baik untuk produksi produk bernilai seperti etanol
(Singh et al., 2014).
Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup
banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara
nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai

10
makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang
cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan. Jumlah dari kulit pisang cukup
banyak, yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan
unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah
yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia
(Munadjim, 1988).
Menurut Badan Pusat Statistik (2014), sentra produksi utama pisang
Indonesia pada tahun 2012 antara lain berada pada Jawa Timur (1.362.881
ton), Jawa Barat (1.192.861 ton), dan Lampung (817.606 ton). Kabupaten
penghasil pisang terbesar adalah Jember, Malang, Lumajang, Bojonegoro, dan
Pasuruan. Selama periode 1997-2001, masing-masing kabupaten di atas
mengalami pertumbuhan produksi buah pisang rata-rata sebesar 68,728%,
56,99%, 30,51%, 17,44%, dan 13,65%.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara memproduksi etanol dari limbah buah pisang dan kulit
buah pisang dengan proses fermentasi?
2. Berapa banyak kadar glukosa yang terkandung didalam buah pisang?
3. Berapa banyak kadar alkohol yang terdapat didalam buah pisang?
4. Berapa banyak produk yang dihasilkan dibandingkan dengan umpan yang
digunakan?
5. Bagaimana pengaruh lamanya proses fermentasi terhadap jumlah kadar
etanol yang dihasilkan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Memproduksi etanol dari limbah organik buah pisang dengan proses
fermentasi
2. Menganalisa kadar gula (glukosa) dalam buah pisang
3. Menganalisa kadar alkohol dalam buah pisang

11
4. Menurunkan % rendemen yang diperoleh
5. Mengetahui dan memahami pengaruh lamanya proses fermentasi terhadap
jumlah etanol yang dihasilkan

1.4. Ruang Lingkup

Pada percobaan ini dilakukan proses fermentasi anaerob dari limbah buah
pisang. Sari buah pisang disterilkan dan disiapkan sebanyak 1000 ml. Sari buah
sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam freezer. Sari buah sebanyak 1000 ml
difermentasikan dengan ragi saccharomyces cereviciae sebanyak 11 gram dan
dilakukan selama 1 jam, 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam, 64 jam, dan 108 jam
secara anaerob. Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu kalibrasi
piknometer, membuat kurva standar etanol dan glukosa. Setelah sari buah
difermentasi, dilakukan distilasi pemisahan etanol pada temperatur 75°C-78°C.
Variabel yang diamati yaitu indeks bias glukosa, densitas sari buah pisang,
densitas etanol, dan volume etanol yang dihasilkan.

12
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1. Bahan Baku

Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam


berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit,
dan biji sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan
sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon,
pisang, jagung,dan lain-lain (Poedjiadi A, 1994). Kulit pisang digunakan karena
mengandung karbohidrat. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari fermentasi gula
dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007).
Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan
yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol
merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai
minyak premium (Khairani, 2007).
Pada pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati,prosesnya lebih
panjang dibanding denganbahan baku sumber gula. Pati diubah dulu menjadi
glukosa melalui hidrolisis asam ataupun enzimatik untuk menghasilkan glukosa
kemudian gula difermentasi untuk menghasilkan etanol. Harga substrat yang
cukup mahal menyebabkan harga etanol masih cukup tinggi, mengingat 60% dari
biaya yang digunakan dalam sistem produksi etanol adalah biaya substrat. Produk
pertanian yang memenuhi kriteria tersebut di Indonesia adalah ubi kayu. Ubikayu
merupakan bahan berpati yang sangat melimpah di Indonesia. Selain
produktifitasnyatinggi, ubi kayu juga termasuk tanaman yang tidak terlalu
membutuhkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi untuk dapat tumbuh. Pada
lahan marjinal dengan tingkat hara yang rendah, ubi kayu masih dapat tumbuh
dan menghasilkan pati dalam jumlah besar.

13
Tabel 2.1 Perkiraan Hasil Etanol Dari Sumber Pati Tanaman Pangan
Tanaman Produktivitas Umur Panen Etanol
Etanol (L/t)
Pangan (t/ha) (bulan) (L/ha/th)
Ubi kayu 180 40 9 7200
Jagung 385 6 3,5 4620
Ubi jalar 142 20 4 920,4
Sweet
76,7 6 3,5 3112
Sorghum

2.1.1 Buah Pisang

Pisang merupakan salah satu dari berbagai jenis buah-buahan tropis yang
berada dan banyak dikembangkan di Indonesia. Syarat tumbuh yang toleran
dalam lingkungan yang luas dan juga teknik budidaya yang relative mudah
membuat pisang banyak dibudidayakan
Tanaman pisang diklasifikasikan kedalam kelas monokotil atau berbiji tunggal,
untuk lebih tahu tentang klasifikasi tanaman pisang bisa dilihat dibawah ini
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Musales
Famili : pisang-pisangan)
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Kandungan dalam buah pisang yang kaya akan sumber vitamin. Selain
sebagai sumber vitamin dan mineral buah pisang yang masih hijau dapat
digunakan untuk gurah yaitu menghilangkan dahak dan menyaring suara,
sementara serat pada buah pisang bermanfaat dalam membantu orang yang sedang
diet, mengontrol suhu badan, dan menetralkan asam lambung.

Tabel 2.2 kandungan gizi buah pisang dalam 100 gram

14
Kandungan Gizi Banyaknya
Kalori 146 kal
Protein 2g
Lemak 0,2 mg
Gula 12 g
Karbohidrat 38,2 g
Zat besi 2,0 mg
Vitamin A 75 SI
Vitamin B 0,5 mg
Vitamin C 3 mg
Vitamin B6 0,4 mg
Air 59,1 g
Natrium 1 mg
Kalium 358 mg

Buah pisang ini memiliki banyak sekali manfaat, adapun manfaat-manfaat buah
pisang antara lain :
1. Membantu Atasi Hipertensi
2. Sumber Karbohidrat dan Vitamin A
3. Pisang Perlancar Metabolisme
4. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
5. Melancarkan Aliran Oksigen ke Otak
6. Mengatasi Anemia
7. Menurunkan Berat Badan
8. Untuk Merawat Kulit
9. Pisang sebagai "Mood Food
10. Menyehatkan Tulang

2.3 Glukosa
Glukosa adalah salah satu monosakarida sederhana yang mempunyai
rumus molekul C6H12O6. Kata glukosa diambil dari bahasa Yunani yaitu glukus
(γλυκύς) yang berarti manis, karena memang nyata bahwa glukosa mempunyai
rasa manis. Nama lain dari glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula
buah karena glukosa banyak terdapat pada buahbuahan. Glukosa merupakan suatu

15
aldoheksosa yang mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah
kanan.

Gambar 2.1 Struktur Glukosa

Sifat fisik dan sifat kimia dari glukosa sebagai berikut


Tabel 2.3 Sifat Fisik Dan Sifat Kimia dari Glukosa
Sifat Fisik Sifat Kimia
Wujud zat : padat Tidak bersifat korosif
Berat molekul : 180 g/mol Bentuk rantai terbuka
Titik leleh : 147oC Mudah larut dalam air
Densitas : 1,54 g/cm3 Dapat mengkristal dengan air
Warna : putih

Glukosa merupakan salah satu senyawa organik yang mempunyai banyak manfaat
bagi manusia. Sama seperti tumbuhan, manusia juga membutuhkan glukosa setiap
harinya. Ini didapatkan mereka dari makanan dan minuman, seperti nasi, roti,
pisang, atau jus mangga. Karena Hampir semua sel di dalam tubuh mengandalkan
glukosa sebagai bahan bakarnya. Mulai dari sel otak dan saraf, sel darah merah,
sel dalam ginjal, otot, dan beberapa sel retina dan lensa mata. Manfaat glukosa
dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1. Sumber energi
Glukosa merupakan suatu bahan bakar pada sebagian besar makhluk hidup.
Penggunaan glukosa antara lain adalah sebagai respirasi aerobik, respirasi
anaerobik, atau fermentasi. Glukosa adalah bahan bakar utama manusia. Melalui

16
respirasi aerob, dalam satu gram glukosa mengandung sekitar 3,75 kkal (16 kilo
Joule) energi. Pemecahan karbohidrat menghasilkan monosakarida dan disakarida,
dengan hasil yang paling banyak adalah glukosa. Melalui glikolisis dan siklus
asam sitrat, glukosa dioksidasi membentuk CO2 dan air, menghasilkan sumber
energi dalam bentuk ATP. Glukosa merupakan sumber energi utama untuk otak.
Kadar glukosa yang rendah akan mengakibatkan efek tertentu.
2. Analit dalam tes darah
Glukosa merupakan analit yang diukur pada sampel darah. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap yaitu antara 70-100 mg
tiap 100 mL darah. Glukosa dalam darah dapat bertambah setelah memakan
makanan berkarbohidrat. Namun 2 jam setelah itu, jumlah glukosa akan kembali
pada keadaan semula. Pada penderita diabetes mellitus atau kencing manis,
jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 mL darah.

Etanol
Etanol atau etil alkohol C2H5OH, merupakan cairan yang tidak berwarna, larut
dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau
khas alkohol. Sifat-sifat kimia dan fisis ethanol sangat tergantung pada gugus
hidroksil. Pada tekanan > 0,114 bar (11,5 kPa) ethanol dan air dapat membentuk
larutan azeotrop. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida, minuman,
bahan anti beku, bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis senyawa-
senyawa organik lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri
farmasi, kosmetika, dan resin maupun laboratorium. Pada suhu kamar etanol
berupa zat cair bening, mudah menguap, dan berbau khas. (Fessenden dan
Fessenden, 1986).

Gambar 2.2 Struktur etanol

17
Sifat fisik dan kimia etanol
Tabel 2.3. sifat fisika dan kimia etanol
Sifat Fisika Sifat Kimia
Wujud : cair Mudah menguap
Berat molekul : 46,069 g/mol Mudap terbakar
Titik didih : 78oC Larut dalam air
Titik beku : -113,81oC
Densitas : 0,78989 g/cm3
Warna : bening
Bau : khas alkohol

Ada banyak manfaat dari menggunakan bahan bakar alternatif seperti Etanol,
sebagai permulaan itu adalah sumber daya terbarukan, bahan bakar fosil yang
digunakan untuk membuat bensin tidak terbarukan, sehingga suatu hari mereka
akan habis, itu karena hal ini bahwa orang-orang, telah menjadi lebih menyadari
bahan bakar alternatif dan aditif.Alasan lain yang baik untuk menggunakan bahan
bakar alternatif seperti Etanol adalah penurunan polusi, kita hanya memiliki satu
planet dan jika kita tetap polusi itu kita mungkin sangat baik menemukan diri kita
dengan tempat tinggal. Setiap langkah yang kita dapat membuat menuju
mengurangi polusi adalah positif. Alasan lain yang baik untuk
mempertimbangkan alternatif bahan bakar seperti etanol adalah bahwa hal itu jauh
lebih murah untuk menggunakan dan membuat, biaya utama yang terlibat dalam
pembuatan Etanol pada metoda pemrosesan.

2.4 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energy dalam sel
dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen) .Secara umum, fermentasi adalah salah
satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisik anfermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektroneksternal (Winarno & Fardiaz,1992).
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akantetapi beberapa
komponen lain dapat jugadihasilkan dari fermentasi seperti asam butiratdan aseton
(Satuhu & Supardi, 1994).

18
Fermentasi bioetanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi
bioetanol dan karbondioksida yangdisebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa
selmikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah glukosa
menjadi bioethanol oleh sel-sel ragi tape dan ragi roti (Prescott andDunn, 1959)
Aerob : C6H12O6 + 6O2 → 6CO3 + 6H2O + 675 kal + 38 ATP…………………..
(2.1)
Anaerob : C6H12O6→ 2C2H5OH + 2CO2 + 21 kal + 2 ATP……………….…….
(2.2)

Dalam hasil fermentasi akhir dibedakan menjadi fermentasi asam laktat,


fermentasi alkohol dan fermentasi cuka
1. Fermentasi asam laktat
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi hasil akhirnya adalah asam laktat.
Peristiwa ini dapat terjadi dalam kondisi anaerob.
Reaksi : C6H12O6 → 2C2H6O3 +28 kal……………………………………..(2.3)
Glukosa Asam Laktat
2. Fermentasi alkohol
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam
piruvat diubah menjadi asam asetat + 8O2. Selanjutnya asam asetat diubah
menjadi alkohol dalam fermentasi alkohol satu molekul glukosa hanya dapat
menghasilkan 2 molekul ATP.
Reaksi : C6H12O6 → 2CO2 + 2NADH2 + 2 ATP………………………..…….(2.4)
3. Fermentasi cuka
Fermentasi cuka merupakan contoh fermentasi yang berlangsung pada keadaan
aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter acetil)
dengan substrat etanol energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari yang
dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara aerob.
Reaksi :
aerob

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 bakteri 2CH3COOH + 2H2O + 2CO2 + 6 kal…...
asam cuka
(2.5)

19
2.4.1 Variabel yang Berpengaruh Pada Proses Fermentasi

Proses fermentasi dapat dipengaruhi oleh beberapa variable diantaranya :


1. Bahan Baku
Pada umumnya bahan baku yangmengandung senyawa organik terutama
glukosadan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi
bioetanol (Prescott and Dunn,1959). Pada penelitian kali digunakan kulit pisang
kepok sebagai bahan baku.
2. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap prosesfermentasi melalui dua hal secara
langsungmempengaruhi aktivitas enzim khamir dansecara langsung
mempengaruhi hasil alkoholkarena adanya penguapan, seperti proses
biologis(enzimatik) yang lain, kecepatan fermentasi
akan bertambah sesuai dengan suhu yang optimumumumnya 27 – 32o C
3. Ragi
Ragi tape dan ragi roti mempunyaitemperatur maksimal sekitar 40 – 50 oC dengan
temperatur minimum 0oC. Pada interval 15 –30 oC fermentasi mengikuti pola
bahwa semakintinggi suhu, fermentasi makin cepat berlangsung.Suhu optimum
untuk ragi roti adalah 19 – 32 oC dan suhu optimum untuk ragi tape adalah 35 –47
o
C Oleh karena itu, pengaturan suhu dibuatdalam range tersebut. (Winarno
& Fardiaz,1992).
4. pH
Pada umumnya pH untuk fermentasidibutuhkan keasaman 3,4 – 4, ini
didasarilingkungan hidup dari starter yang dapat tumbuhdan melakukan
metabolisme pada pH tersebut(Winarno & Fardiaz,1992).
5. Konsentrasi Ragi
Konsentrasi ragi yang diberikan padalarutan yang akan difermentasikan
optimalnyaadalah 2 – 4% dari volume larutan (Satuhu
&Supardi, 1994). Jika konsentrasi ragi yangdiberikan kurang dari kadar optimal
yangdisarankan akan menurunkan kecepatanfermentasi karena sedikitnya massa
yang akanmenguraikan glukosa menjadi etanol, sedangkanmaka akan dibutuhkan

20
substrat yang lebih banyak karena substrat yang ada tidak cukup,karena itu
menurunkan kecepatan fermentasi.(Winarno & Fardiaz,1992).
6. Lamafermentasi
Lama fermentasi biasanya ditentukan pada jenis bahan dan jenis yeast serta gula.F
ermentasi berhenti ditandai dengan tidakterproduksinya lagi CO. Kadar etanol
yangdihasilkan akan semakin tinggi sampai waktuoptimal dan setelah itu kadar
etanol yangdihasilkan menurun (Prescott and Dunn, 1959).Pada penelitian ini
dipakai waktu yang dipakai 1,2, 3, 4 dan 5 hari.
7. Kadar Gula
Kadar gula yang optimum untukaktivitas pertumbuhan starter adalah 10-
18%.Gula disini sebagai substrat, yaitu sumber
karbon bagi nutrient ragi tape dan ragi roti yang mempercepat pertumbuhan untuk
selanjutnya menguraikan karbohidrat menjadi etanol. Apabila terlalu pekat,
aktivitas enzim akan terhambat sehingga waktu fermentasi menjadi lambat
disamping itu terdapat sisa gula yang tidak dapat terpakai dan jika terlalu encer
makahasilnya berkadar alkohol rendah. Jika kadar gula di bawah 10%fermentasi
dapat berjalan tetapi etanol yang dihasilkan terlalu encer sehingga tidak efisien
untuk didestilasi dan biayanya mahal. Jika kadargula di atas 18 % fermentasi akan
menurun danalkohol yang terbentuk akan menghambat aktivitas ragi, sehingga
waktu fermentasi bertambah lama dan ada sebagian gula yang tidak terfermentasi.
(Winarno & Fardiaz,1992).
8.  Nutrisi ragi Nutrisi diperlukan sebagai tambahan makanan bagi
pertumbuhan ragi. Nutrisi yang diperlukan misalnya: garam ammonium (NH4CL)
dan garam phosphate (pupuk TSP).

2.4.2 Tahapan fermentasi

21
Gambar 2.3 skema tahapan fermentasi

Semua sel dapat menentukan ATP melalui glikolisis pada berbagai sel. Apabila
tidak tersedia oksigen piruvat mengalami fermentasi. Fermentasi melengkapi
glikolisis dan memungkinkan ATP dihasilkan secara terus menerus walaupun
tanpa oksigen. Dengan oksidasi NaOH yang dihasilkan dalam glikolisis
fermentasi meregenerasi NAD+ yang mana dapat digunakan kembali dalam
glikolisis untuk menghasilkan ATP yang lebih banyak.

Fermentasi alkohol asam piruvat dari proses glikolisis kehilangan satu karbon
dalam bentuk karbondioksida yang membuat asetaldehid kemudian direduksi oleh
NADH menjadi etil alkohol ketika mereduksi asetaldehid NADH teroksidasi
menjadi NAD+ . Fermentasi alkohol biasanya berlaku pada penambahan ragi,
seperti halnya fermentasi asam laktat dan fermentasi alkohol memungkinkan
glikolisis dapat berlanjut dengan memastikan NaOH dikembalikan pada bentuk
teroksidasinya.

(N.Azizah, 2012)
2.4.3 Fermentor

Fermentor dilakukan dalam suatu reaktor yang disebut dengan fermentor.


Fermentor ini berfungsi sebagai lingkungan tepat bagi optimasi pertumbuhan
mikroorganisme dan aktivasi metabolisme dalam menghasilkan suatu produk
yang diinginkan serta menjaga agar proses fermentasi dapat berlangsung tanpa

22
kontaminasi dari lingkungan. Syarat fermentor yaitu tidak beracun, mampu
menahan tekanan uap, dan tahan terhadap korosi kimia dan elektrolit. Pada skala
laboratorium (1-2 liter) fermentor yang digunakan adalah gelas goncang
elementer. Pada skala industri fermentor yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Fermentor Batch
Fermentor jenis ini adalah jenis asli yang mempunyai kelemahan terutama dalam
kecepatan produksi. Kondisi bahan maupun organisme dalam fermentor batch
secara menyeluruh mengalami perubahan seiring dengan waktu sampai pada
tingkat tertentu, saat pemanenan harus dilakukan proses lebih lanjut seperti
pemurnian dan lain sebagainya.

Gambar 2.4 fermentor batch

2. Fermentor Produk Kontinyu (FTR)


Pada fermentor tersebut terdiri dari deretan bejana silinder yang dilengkapi
masing-masing alat pengaduk. Pemasukan bahan diabaikan ke dalam bejana
secara periodik. Bahan terfermen sebagian dipindahkan ke bejana selanjutnya
dalam periode yang sama dan dalam pemberian pertama.

Gambar 2.5 fermentor teraduk kontinyu

23
3. Fermentor Tubular
Fermentor tubular terdiri dari suatu tabung yang biasanya agar memanjang untuk
menjamin berlangsungnya fermentasi secukupnya selama proses dalam tabung
untuk dipanen.

Gambar 2.6 fermentor tubular

4. Fermentor Tercair Berbutiran


Pada fermentasi cair berbutiran nutrisi ditambahkan pada saat fase yang
dibutuhkan. Selama proses fermentasi kecepatan pertumbuhan mikroorganisme
dan konsentrasi biomassa dapat dikontrol dengan penambahan nutrisi saat fase
tertentu.

Gambar 2.7 fermentor tercair berbutir

2.5 Peranan Mikroorganisme dalam Teknologi Fermentasi


2.5.1 Karakteristik mikroorganisme industri fermentasi

24
Dalam proses fermentasi mikroorganisme harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut
1. Mikroorganisme harus mampu tumbuh dengan cepat dan kuat pada saat
diinokulasika
2. Mikroorganisme harus memiliki kemampuan untuk mengatur ketahanan
fisiologi dan memiliki enzim-enzim esensial yang mudah dan banyak supaya
perubahan perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi.
3. Mikroorganisme mampu melindungi diri dari kontaminasi
4. Mikroorganisme dapat menghasilkan produk yang diinginkan dalam
jangka waktu yang pendek dan tidak menghasilkan produk yang tidak beracun.

(Rr. Meganada Hiaranya Putri, M.Kes, 2017)


2.5.2 Jenis-jenis mikroorganisme
Jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam teknologi fermentasi adalah
1. Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri Gram positif yang berbentuk batang
atau bulat, tidak membentuk spora, fermentasi fakultatif anaeorob, tidak
mempunyai sitokrom, tidak memiliki kemampuan untuk mereduksi nitrat dan
memanfaatkan laktat, oksidasi negatif, katalase negatif, motilitas negatif dan
kemampuan memfermentasi glukosa menjadi asam laktat Jenis bakteri ini dari
kelompok streptococus thermophilus, streptococus, lactobacillus lactic.
2. Bakteri Asam Propionat
Bakteri ini penting dalam fermentasi bahan pangan karena kemampuan fermentasi
karbohidrat dan juga asam laktat dan menghasilkan asam asetat dan
karbondioksida. Jenis ini penting dalam fermentasi keju Swiss.
3. Khamir
Khamir merupakan jamur dengan eukariotik uniseluler dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan karateristik sel, askospora dan koloni. Khamir pun dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok berdasarkan sifat metabolismenya (fermentatif dan
oksidatif). Berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk
utama dari metabolisme adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis

25
utama yang berperan dalam produksi minuman beralkohol seperti bir anggur dan
juga digunakan untuk fermentasi adonan dalam perusahaan roti.
(Pratama et al., 2017)
4. Kapang
Jenis-jenis tertentu digunakan dalam persiapan pembuatan beberapa macam keju
kecap dan tempe. Jenis-jenis ini yang termasuk golongan Aspergillus Rhizopus
dan penicillium sangat penting dalam kegiatan tersebut.
(Rr. Meganada Hiaranya Putri, M.Kes, 2017)

2.6 Sterilisasi

Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroorganisme


atau setiap proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Metode atau cara
sterilisasi tergantung pada jenis, macam dan sifat alat atau bahan yang disterilkan,
misalnya ketahanan terhadap panas, wujud padat, cair, bentuk, ukuran dan
sebagainya. Pada dasarnya sterlisasi pada bidang mikrobiologi bertujuan agar: (1)
Alat atau bahan bebas dari mikroorganisme sebelum digunakan dan (2)
mikroorganisme yang ditumbuhkan pada medium tidak terganggu oleh
mikroorganisme lain.. Pengujian mikrobiologi adalah metode sterilisasi uap atau
panas lembab dan metode sterilisasi panas kering dilakukan pada temperatur
121oC selama 15 menit.
(Hafsan, 2014)

2.7 Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah teknik sterilisasi yang biasa digunakan untuk larutan-larutan
yang mudah rusak apabila terkena suhu tinggi lebih tepat digunakan untuk susu
dan produk susu. Pasteurisasi tidak membunuh semua mikroorganisme yang
terdapat pada susu namun menguranginya sehingga akan lebih tahan lama
disimpan
(Hafsan, 2014)

26
2.8 Distilasi
Distilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan
titik didih atau berdasarkan kemampuan zat untuk menguap dalam distilasi,
campuran zat dididihkan hingga menguap. Kemudian uap tersebut didinginkan
kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu.
(Wahyudi et al., 2018)

2.8.1 Jenis-jenis distilasi


1. Distilasi sederhana
Destilasi sederhana dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh
atau dengan salah satu komponen yang bersifat volatile. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansiuntuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer.
2. Distilasi fraksionasi
Destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair dua atau
lebih,dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi ini juga
dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 oC
dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah
3. Destilasi uap
Destilasi uap merupaka suatu cara untuk memisahkan dan memurnikan senyawa
organik yang tidak atau sukar larut dalam air serta memisahkan zat yang
mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mg Hg) pada sekitar 100 oC

4. Distilasi Vakum
Destilasi vakum adalah proses pemisahan yang digunakan untuk cairan yang
terurai dekat titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak
dapat dilakukan dengan destilasi sederhana. Dalam destilasi vakum, destilasi

27
dilakukan tidak pada tekanan barometer biasa sehingga cairan tersebut dapat
mendidih jauh dibawah titik didihnya.

(Marlina and Wahyu, 2018)

2.9 Tahap Pertumbuhan Mikroba

1. Fase lag (adaptasi)


Pada fase ini merupakan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu tidak secara
nyata, karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penyesuaian).
2. Fase eksponensial
Setelah mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan baru selama fase lag,
maka mulailah mengalami perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah sel
sehingga apabila dilihat dari kurva akan tampak meningkat.
3. Fase pengurangan pertumbuhan
Berupa titik puncak dari titik fase eksponensial sebelum mengalami fase stasioner,
dimana penambahan jumlah individu mulai berkurang, ini disebabkan oleh
beberapa factor seperti berkurangnya jumlah nutrient yang ada dalam media
sehingga mikroba tidak akan bias meningkatkan jumlahnya.
4. Fase kematian
Merupakan fase pertumbuhan mikroba akhir dari suatu individu yang kembali
ketitik awal, ini disebabkan mikroba sudah tidak mampu bertahan hidup selama
stasioner.

28
Gambar 2.8 Kurva atau fase pertumbuhan mikroba

2.10 Hidrolisis

Hidrolisis adalah salah satu tahapan pembuatan bioetanol berbahan baku


lignoselulosa hidrolisis bertujuan untuk memecah selulosa dan hemiselulosa
menjadi monosakarida yang selanjutnya akan difermentasi menjadi etanol. Secara
umum teknik hidrolisis dibagi menjadi dua yaitu hidrolisis asam dan hidrolisis
enzim.

Pada hidrolisis asam-asam yang umum digunakan adalah H 2SO4 asam perklorat
dan HCl. Namun asam yang paling sering digunakan yaitu HCl terutama untuk
industri makanan karena sifatnya yang mudah menguap sehingga memudahkan
pemisahan dari produknya

2.11 Kondisi Suhu Optimum Mikroorganisme

Berdasarkan suhu optimum nya bakteri dibedakan menjadi beberapa kelompok


yaitu
1. mikroba psikrofil
Dapat tumbuh pada suhu antara 0 - 30oC dengan suhu optimum 15 oC . Umumnya
bakteri jenis ini hidup dalam pencernaan.

29
2. Mikroba mesofil
Dapat tumbuh pada suhu antara 25- 37 oC dengan suhu minimum 15 oC dan suhu
maksimum 45 oC.
3. mikroba termofil
Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 40 oC -75 oC dengan suhu optimum 55- 60
o
C
4. Mikroba hyperthermophiles
Dapat hidup dan tumbuh pada suhu 65 oC -114 oC dengan suhu optimum 88 oC.

2.12 Enzim pada Ragi

Ragi merupakan sumber penyedia enzim. Enzim dihasilkan oleh sel-sel hidup
baik hewan atau nabati. Bila enzim diberikan pada campuran organik biasanya
meningkatkan kegiatan mikroorganisme. Enzim hanya aktif pada ada larutan yang
sangat peka terhadap pH dan panas. Enzim-enzim yang penting dalam ragi yaitu:
1. Protease
Protease dapat melemahkan protein tepung sehingga dapat menyebabkan
terjadinya berbagai perubahan pada susunan dan sifat-sifat adonan. Walaupun
begitu protease dalam ragi segar yang sangat normal adalah enzim intraseluler
enzim yang tidak sanggup menembus selaput sel.
2. Lipase
Enzim ini kelihatan intraseluler dan aktif pada lemak yang terdapat pada ragi.
Lemak ini tersedia untuk sel selama proses pematangan spora baik lipase dari
beberapa jenis ragi dapat menembus melalui selaput sel.
3. Interface
Pada kebanyakan jenis ragi interface adalah enzim intraseluler mengubah sukrosa
atau gula tebu yang masuk ke dalam dinding sel menjadi gula dan laktosa yaitu
gula sederhana. Gula ini akan meresap menembus selaput.
4. Maltase enzim
Terdapat pada ragi yang berfungsi untuk memisahkan gula maltase menjadi dua
bagian dextrase.
5. Zymase

30
Zymase adalah enzim yang pada akhirnya akan menyebabkan peragian gula
dalam adonan oleh ragi zymase meliputi sekelompok enzim. Enzim di masa ini
dalam produksi roti, jamur, dan bakteri tertentu juga dapat menghasilkan alkohol.

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori yaitu


1. Teori gembok dan kunci
Enzim diumpankan sebagai gembok yang mempunyai Bagian kecil dan dapat
mengikat substrat. Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut
aktif sesat diumpankan kunci yang dapat berikatan dengan Sisi aktif enzim

Gambar 2. 9 lock and key

2. Teori kecocokan terinduksi


Menurut teori kecocokan yang terinduksi Sisi aktif enzim merupakan bentuk yang
fleksibel karena substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi
melingkupi substrat membentuk kompleks ketika produk sudah terlepas dari
kompleks enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas sehingga substrat yang lain
kembali bereaksi dengan enzim tersebut.

Gambar 2.10. induced fit theory

31
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Pendekatan Percobaan

Pada percobaan ini dilakukan kalibrasi piknometer, pembuatan kurva kalibrasi


indeks bias glukosa, kurva indeks bias etanol, serta perhitungan % rendemen.

32
3.1.1 Kalibrasi Piknometer

Kalibrasi piknometer dilakukan untuk mengetahui volume piknometer yang


sebenarnya. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut :

m
ρ= ...................................................................................................................................(3.1)
v
Keterangan:

𝜌 = Densitas aquadest (kg/m3)


𝑚 = Massa aquadest (kg)
𝑣 = Volume aquadest (m3)

3.1.2 Kurva Standar Glukosa

Kurva standar glukosa digunakan untuk menentukan konsentrasi glukosa.

𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐

Glukosa-air (g/dL)
Gambar 3.1 Kurva Standar Indeks Bias Glukosa

3.1.3 Kurva Standar Indeks Bias Etanol

Kurva konsentrasi etanol-air (%w/w) digunakan untuk menentukan konsentrasi


etanol.

w
Konsentrasi( % )
w 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐

33
η
Gambar 3.2 Kurva Standar Indeks Bias Etanol

3.1.4 Kurva Penentuan Densitas Etanol

Kurva densitas etanol terhadap indeks bias digunakan untuk menentukan densitas
etanol.

gram
Densitas( )
ml y=c n ex

η
Gambar 3.2 Kurva Penentuan Densitas Etanol

3.1.5 Menentukan %Rendemen

Untuk menentukan %rendemen digunakan persamaan sebagai berikut :

m produk
%Rendemen= x 100 %......................................................(3.2)
m umpan

Keterangan:
mproduk = Massa produk (g)
mumpan = Massa umpan (g)

Massa produk dan massa umpan dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut :

m distilat =ρetanol x V distilat …………………………………………………….…(3.3)


m produk =ρdistilat x %kadar etanol….………………………………….…(3.4)
m sari buah =ρ sari buah x V sari buah…………………………..…………………(3.5)

34
Keterangan:
V etanol = Volume etanol (mL)
ρetanol = Densitas etanol (g/mL)
V sari buah = Volume sari buah (mL)
ρ sari buah = Densitas sari buah (g/mL)

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Tabel 3.1 Alat
No. Nama Alat Jumlah
1 Gelas ukur 1000 mL 1 buah
2 Erlenmeyer 2000 mL 2 buah
3 Leher angsa 2 buah
4 Kaca arloji 1 buah
5 Gelas ukur 50 mL 1 buah
6 Gelas kimia 500 mL 1 buah
7 Gelas kimia 400 mL 1 buah

35
8 Termometer 150°C 1 buah
9 Gelas kimia 50 mL 1 buah
10 Tabung reaksi 11 buah
11 Rak tabung reaksi 1 buah
12 Labu takar 100 mL 1 buah
13 Piknometer 10 mL 1 buah
14 Kondensor 1 buah
15 Adaptor 1 buah
16 Pipet ukur 3 mL 1 buah
17 Filler 1 buah
18 Saringan 1 buah
19 Google 2 buah
20 Statif 3 buah
21 Klem 2 buah
22 Selang 2 buah
23 Heater 1 buah
24 Oil bath 1 buah
25 Pipet tetes 2 buah
26 pH meter 1 buah
27 Klep 2 buah

36
Tabel 3.1 Alat (Lanjutan)
No. Nama Alat Jumlah
28 Botol semprot 1 buah
29 Terminal 1 buah
30 Pompa 1 buah
31 Refraktometer 1 buah
32 Still head 1 buah
33 Erlenmeyer 100 mL 1 buah
34 Sendok 1 buah

3.2.2 Bahan

Tabel 3.2 Bahan


No. Nama Alat Jumlah
1 HCl
2 NaOH
3 Aquadest
4 Sari buah
5 Etanol
6 Ragi 11 gram
7 Glukosa

37
3.3 Skema Alat

3.3.1 Distilasi Sari Buah

b f g

e j i

Gambar 3.1 Skema Alat Distilasi Sari Buah

Keterangan:
a = Termometer alkohol
b = Still head
c = Oil bath
d = Heater
e = Labu erlenmeyer
f = Statif dan klem
g = Kondensor
h = Adaptor
i = Labu erlenmeyer
j = Selang

38
3.3.2 Fermentor

Gambar 3.2 Leher Angsa

Keterangan:
a = Leher angsa
b = Labu erlenmeyer
c = Larutan fermentasi

39
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Persiapan Bahan Fermentasi

1. Keadaan ruang awal dicatat densitas


2. Limbah buah pisang disiapkan, kemudian kulit dan daging buah dipisahkan, lalu
dihaluskan menggunakan blender
3. Hasil limbah pisang disaring hingga tidak ada endapan lalu air ditambahkan
dengan perbandingan 2:1
4. Larutan tersebut dipanaskan agar steril kemudian sampel diambil untuk disimpan
di dalam freezer
5. Ragi sebanyak 11gram ditambahkan, lalu diaduk hingga homogen

3.4.2 Kalibrasi Piknometer


1. Piknometer kosong ditimbang dan dicatat massanya hingga konstan
2. Piknometer diisi dengan aquadest sampai penuh
3. Piknometer + aquadest ditimbang dan massa yang didapat dicatat
4. Percobaan dilakukan untuk fluida yang lainnya

3.4.3 Membuat Kurva Standar Etanol


1. Larutan etanol dilakukan pengenceran sampai konsentrasi yang diinginkan
2. Indeks bias setiap konsentrasi dibuat dan dicatat hasilnya
3. Kurva indeks bias terhadap konsentrasi dibuat

3.4.4 Membuat Kurva Standar Glukosa


1. Larutan glukosa dibuat, lalu diencerkan sampai konsentrasi yang diinginkan
2. Indeks bias setiap konsentrasi dibaca dan hasilnya dicatat
3. Kurva indeks bias terhadap konsentrasi dibaca

40
3.4.5 Distilasi Hasil Fermentasi
1. Setengah dari limbah larutan buah diambil, setelah penyimpanan selama variasi
fermentasi tertentu
2. Larutan tersebut didistilasi
3. Sampel distilasi diambil, kemudian indeks biasnya dibaca dengan menggunakan
refraktometer dan hasil yang didapat dicatat
4. Volume distilat yang dihasilkan diukur
5. Percobaan yang sama dilakukan untuk variasi fermentasi 2 jam, 4 jam, 8 jam, 16
jam, 32 jam, 64 jam, dan 108 jam

3.4.6 Analisa Glukosa dari Limbah Buah


1. Larutan buah pisang dari freezer diambil kemudian dibiarkan mencair
2. Indeks bias larutan buah dibaca dan dicatat dengan menggunakan refraktometer
3. Densitas glukosa diukur dan dicatat dengan menggunakan piknometer
4. Keadaan ruang akhir percobaan dicatat

41
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan Fruit Waste Fermentation ini, bertujuan untuk membuat


bioetanol dengan proses fermentasi sari buah. Buah yang digunakan sebagai sampel
ialah buah pisang beserta kulitnya. Fermentasi adalah suatu metode untuk mengubah
substrat menjadi produk baru dengan menguraikan senyawa – senyawa organik
dengan bantuan mikroorganisme. Fermentasi pada umumnya digunakan dalam proses
pembuatan produk makanan dan minuman, yang mana produk dari hasil fermentasi
akan mengandung alkohol.
(Setiawati dkk., 2013).
Pada pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati, prosesnya akan lebih
kompleks disbanding dengan bahan baku sumber gula. Karna pati harus diubah
menjadi glukosa dengan proses fermentasi sebelum akhirnya dilakukan proses
distilasi. Pada proses distilasi kandungan etanol akan dipisahkan berdasarkan prinsip
perbedaan titik didihnya. Etanol adalah salah satu produk yang dihasilkan melalui
proses fermentasi glukosa dari karbohidrat.

4.1. Memproduksi etanol dari limbah organik buah pisang dengan proses
fermentasi

Pada perobaan ini membuat bioetanol dengan bahan baku dari buah pisang
dan kulitnya. Alasan menggunakan buah pisang dan kulitnya, karena limbah kulit
pisang adalah salah satu dari limbah pertanian yang jarang dimanfaatkan oleh
masyarakat awam. Kulit pisang juga mengandung karbohidrat yang cukup tinggi,

42
yaitu 18,5%. Sehingga limbah kulit pisang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai
bahan baku untuk bioetanol dengan proses fermentasi.

Semakin banyak kandungan karbohidrat pada buah pisang, maka akan


semakin banyak glukosa yang dihasilkan saat hidrolisis. Kulit pisang memiliki
kandungan karbohidrat dan serat selulosa yang tinggi. Kulit pisang memiliki
kandungan karbohidrat sebesar 18,50% dan kadar serat selilosa yang terkanddung
dalam kulit psang sebesar 35-60% serat selulosa adalah senyawa karbon yang terdiri
lebih dari 1000 unit glukosa yang terikat oleh ikatan 𝛽 − 14 glukosida. ikatan 𝛽 − 14
glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa dengan cara
hidrolisis asam atau enzimatis. Pisang juga dapat mengandung 15-205 gula
(Anonim,2011).

Proses pembuatan bioethanol ini melalui beberapa tahapan, diantaranya ialah


persiapan bahan fermentasi, hidrolisis, netralisasi, distilasi, dan analisa glukosa. Pada
tahapan persiapan bahan fermentasi, limbah buah pisang dan kulit buah pisang
dihaluskan menggunakan blender, yang kemudian diambil sari-sarinya dengan cara
diperas. Sari buah tersebut kemudian dencerkan menggunakan air dengan
perbandingan 2:1. Pengenceran ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pengendapan karena kandungan air didalam limbah buah pisang dan kulit buah
pisang itu sedikit. Selain itu, pengenceran juga bertujuan agar jumlah mikroba yang
tersuspensi didalam larutannya menjadi berkurang (menurun). Semakin besar
kerapatan dari sari buah, maka akan menghambat proses perkembangbiakkan
mikroorganisme. Sedangkan semakin kecil kerapatan dari sari buah, maka akan
memudahkan proses perkembangbiakkan mikroorganisme. Setelah pengenceran
dilakukan, larutan dipanaskan atau dikenal dengan sebutan pasteurisasi. Pasteurisasi
ini berfungsi untuk membunuh bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri pathogen
agar lebih steril. Sampel kemudian dimasukkan kedalam freezer untuk diawetkan.

Sebelum dilakukan tahapan fermentasi, perlu dilakukan terlebih dahulu proses


hidrolisis dan proses netralisasi. Hidrolisis ini berfungsi untuk mengubah polisakarida

43
menjadi monosakarida atau monomer-monomer sederhana agar lebih mudah dipecah
menjadi etanol. Hidrolisis ini dilakukan untuk memutus rantai pati atau karbohidrat
yang terdapat pada larutan sari buah agar dapat diubah menjadi glukosa. Pada
percobaan kali ini, dilakukan hidrolisis asam dengan menambahkan larutan HCl.
Larutan HCl ini ditambahkan sebagai asam kuat untuk mempercepat terjadinya reaksi
pemutusan rantai pati atau karbohidrat menjadi glukosa. Sehingga, semakin banyak
larutan HCl yang ditambahkan maka akan semakin banyak pula glukosa yang
dihasilkan. Dari tahap hidrolisis akan menghasilkan larutan yang sifatnya asam
dengan pH < 2. Pada kondisi pH yang rendah ini menyebabkan hidrolisis asam tidak
dapat digunakan sebagai substrat fermentasi tanpa dilakukan proses netralisasi.
Sehingga, dilakikan proses netralisasi dengan cara menambahkan larutan basa yaitu
Na OH sampai pH larutan menjadi netral dengan kisaran pH 4-6.

Setelah itu, dilakukan proses fermentasi dengan menambahkan ragi atau dikenal
dengan saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae (ragi) merupakan
mikroorganisme yang bersel tunggal dengan panjang 1-5 µm sampai 20-50 µm, dan
lebar 1-10 µm (Widyanti, 2016). Penggunaan ragi (saccharomyces cerevisiae) ini
karena mikroba ini lebih cepat mengkonversi gula menjadi etanol. Mikroba
saccharomyces cerevisiae dapat mengkonversi gula menjadi etanol karena adanya
enzim invertase dan enzim zimase yang dihasilkan oleh mikroba tersebut. Adanya
enzim-enzim ini saccharomyces cerevisiae memiliki kemampuan untuk
mengkonversi baik gula dari kelompok monosakarida maupun dari kelompok
disakarida. Jika gula yang tersedia dalam substrat merupakan gula disakarida, maka
enzim invertase akan bekerja menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida.
Setelah itu, enzim zimase akan mengubah monosakarida tersebut menjadi alkohol dan
CO2.

(Rizwan dkk., 2018).

Pada tahap fermentasi dilakukan fermentasi selama 1 jam, 2 jam, 4jam, 8 jam,
16 jam, 32 jam, 64 jam, 108 jam. Fermentasi dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme saccharomyces cereviceae dan disimpan disuhu ruang. Pada waktu

44
fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksi pada proses tersebut merupakan
reaksi eksoterm. pembentukan bioetanol dari glukosa melalui proses fermentasi yang
berlangsung melalui dua tahap yaitu tahap glikolisis dan tahap fermentasi alkohol.
Dalam tahap pertama fermentasi glukosa setelah terbentuk asam piruvat melaui jalur
glikolisis. Glikolisis merupakan rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa. Pada
tahap kedua yaitu fermentasi alkohol, piruvat dekarboksilase dengan melibatkan
taimin pirofosfat dan tahap kedua asetaldehid oleh piruvat dekarboksilase dengan
melibatkan tiamin pirofosfat dan tahap kedua astaldehid oleh alkohol dehidrogenasi
direduksi dengan NaOH, menjadi alkohol.

Berdasarkan perhitungan yang didapatkan, bioetanol yang dihasilkan semakin besar


seiring waktu fermentasi. Dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Data bioetanol yang dihasilkan

Waktu Fermentasi (jam) Massa bioethanol (g)


1 -0,0494
2 0,0821
4 0,3456
8 1,1392
16 4,7701
32 24,6923
64 41,0009
108 51,2215
Hasil diatas menujukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi, maka
mikroorganisme akan semakin banyak karna menyebabkan semakin banyak juga
glukosa yang akan terurai. Sehingga kadar glukosa yang dapat terurai pada saat
proses fermentasi akan menghasilkan kadar bioetanol yang lebih banyak.

4.2. Menganalisa kadar gula (glukosa) dalam buah pisang

45
Tabel 4.2 Kadar Glukosa

Kadar Glukosa Percobaan Kadar Glukosa Pada


Bahan Uji
(%) Literatur (%)
Buah dan Kulit pisang 46,8913 8,16

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel 4.2 perolehan kadar glukosa
percobaan dengan kadar glukosa literature cukup berbeda jauh, hal ini tidak sesuai
dengan literature. Hal tersebut dapat terjadi karna dapat dipengaruhi oleh perbedaan
tingkat kematangan pada buah pisang yang digunakan pada saat percobaan dengan
literature. Pada buah pisang dapat dilihat tingkat kematangannya dari kulit buah
pisang, semakin berwarna kuning maka buah semakin matang, hal ini menunjukkan
tinggi nya kadar glukosa yang terkandung didalamnya.

4.3 Kadar Etanol Fermentasi Buah Pisang

Pada percobaan ini, lama fermentasi yang dilakukan yaitu selama 1 jam, 2
jam, 4jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam, 64 jam, 108 jam dengan bantuan mikroorganisme
berupa ragi yakni saccharomyces cereviceae. Kemudian setelah fermentasi sari buah
tersebut dilakukan pemisahan atau distilasi berdasarkan titik didihnya yang memiliki
tujuan untuk memisahkan etanol dengan sari buah. Berikut tabel yang menunjukkan
perolehan kadar etanol dengan variasi waktu yang berbeda-beda

Tabel 4.3 Kadar Etanol Hasil Fermentasi Buah Pisang

46
Parameter
Densitas etanol
Indeks bias etanol Kadar etanol (%)
(g/cm3)
Bahan uji 1 0,9974
1,3326 -0,0533
fermentasi 1 jam
Bahan uji 2 1,3327 -0,0885 0,9972
fermentasi 2 jam
Bahan uji 3
1,3329 0,3719 0,9967
fermentasi 4 jam
Bahan uji 4 1,2223 0,9955
1,3335
fermentasi 8 jam
Bahan uji 5 1,3362 5,0963 0,9898
fermentasi 16 jam
Bahan uji 6 1,3513 26,4975 0,9590
fermentasi 32 jam
Bahan uji 7 1,3615 40,9067 0,9388
fermentasi 64 jam
Bahan uji 8 1,3616 41,0957 0,9386
fermentasi 108
jam

Hubungan indeks bias dengan konsentrasi larutan berbanding lurus, yaitu


semakin besar indeks bias maka konsentrasi larutan yang diperoleh akan semakin
besar. Hal ini disebabkan karena ketika konsentrasi semakin besar maka
partikelpartikel yang ada pada larutan akan semakin rapat, sehingga terjadi
peningkatan kemampuan cahaya dalam menembus larutan dan menjadikan indeks
bias semakin besar. Konsentrasi etanol yang dihasilkan dari penelitian ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan literature Hal ini disebabkan karena efisiensi
distilasi pada sistem ini kecil akibat dari kehilangan panas secara konduksi. Dimana
kehilangan panas ini akan mengurangi besarnya energi kondensasi sehingga kadar
etanol yang dihasilkan menjadi kecil.

4.4 Menentukan % Rendemen Yang Didapatkan

47
% Rendemen merupakan nilai yang menyatakan banyaknya umpan yang
terkonversi menjadi produk, dalam hal ini glukosa yang diubah menjadi etanol.
Berikut tabel yang menunjukkan % Rendemen etanol pada waktu fermentasi selama 1
jam, 2 jam, 4jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam, 64 jam, 108 jam.

Tabel 4.4 %Rendemen etanol yang diperoleh

Parameter
Volume etanol
Massa etanol (g) %Rendemen
(mL)
Bahan uji 1 0,00%
-0,0494 92,9587
fermentasi 1 jam
Bahan uji 2 0,01%
0,0821 93,046
fermentasi 2 jam
Bahan uji 3 0,03%
0,3456 93,2282
fermentasi 4 jam
Bahan uji 4
1,1392 93,6247 0,11%
fermentasi 8 jam
Bahan uji 5
4,7701 94,5624 0,45%
fermentasi 16 jam
Bahan uji 6
24,6923 97,169 2,32%
fermentasi 32 jam
Bahan uji 7
41,0009 106,7606 3,85%
fermentasi 64 jam
Bahan uji 8
fermentasi 108 51,2215 132,7974 4,80%
jam

48
6

4
% Rendemen

0
0 20 40 60 80 100 120

-1 Waktu Fermentasi

Gambar 4.1 kurva lamanya fermentasi terhadap % Rendemen

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa % Rendemen yang dihasilkan baik
pada proses fermentasi fermentasi selama 1 jam, 2 jam, 4jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam,
64 jam, 108 jam dihasilkan %Rendemen yang semakin naik. Hal ini dapat terjadi
disebabkan oleh waktu fermentasi yang semakin lama menyebabkan perombakan
glukosa menjadi etanol oleh mikroba semakin banyak. Waktu fermentasi yang
pendek menyebabkan mikroorganisme yang berada dalam campuran belum
memproduksi etanol yang maksimal atau mikroorganisme masih hidup dan masih
dapat memproduksi etanol jika nutrisinya masih tercukupi, sebelum masuk pada fase
skasioner dan fase kematian.

4.5 Pengaruh Lamanya Fermentasi dengan Jumlah Etanol Yang Dihasilkan

49
Tabel 4.5 Kadar etanol yang diperoleh

Parameter Indeks Bias Kadar Etanol (%)


Bahan uji 1 fermentasi 1 jam 1,3326 -0,0533
Bahan uji 2 fermentasi 2 jam 1,3327 0,0885
Bahan uji 3 fermentasi 4 jam 1,3329 0,3719
Bahan uji 4 fermentasi 8 jam 1,3335 1,2223
Bahan uji 5 fermentasi 16 jam 1,3362 5,0963
Bahan uji 6 fermentasi 32 jam 1,3513 26,4975
Bahan uji 7 fermentasi 64 jam 1,3615 40,9067
Bahan uji 8 fermentasi 108 jam 1,3615 41,0957

1.3650
f(x) = 0 x + 1.33
1.3600 R² = 0.86
1.3550
1.3500
1.3450
1.3400
η

1.3350
1.3300
1.3250
1.3200
1.3150
0 20 40 60 80 100 120

Lama Fermentasi (jam)

Gambar 4.2 kurva lamanya fermentasi terhadap indeks bias

Berdasarkan hasil yang didapatkan nilai kadar etanol yang didapatkan selama
waktu fermentasi 1 jam, 2 jam, 4jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam, 64 jam, 108 jam
memiliki nilai yang hak tersebut tidak sesuai dengan teori dimana semakin lama
waktu fermentasi semakin tinggi juga kadar etanol yang dihasilkan. Hal tersebut bisa
terjadi karena menurunnya produktivitas dari mikroba.

50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

51
Adapun kesimpulan yang didapat dari percobaan Fruit Waste Fermentation ini
adalah :

1. Etanol dapat diproduksi dari limbah buah dan kulit pisang muli dengan cara
dilakukan fermentasi selama 1 jam, 2 jam, 4jam, 8 jam, 16 jam, 32 jam, 64
jam, 108 jam. Berikut merupakan data massa etanol yang dihasilkan dari
percobaan :
- massa etanol pada fermentasi selama 1 jam sebanyak -0,0494 g
- massa etanol pada fermentasi selama 2 jam sebanyak 0,0821g
- massa etanol pada fermentasi selama 4 jam sebanyak 0,3456 g
- massa etanol pada fermentasi selama 8 jam sebanyak 1,1392 g
- massa etanol pada fermentasi selama 16 jam sebanyak 4,7701 g
- massa etanol pada fermentasi selama 32 jam sebanyak 24,6923 g
- massa etanol pada fermentasi selama 64 jam sebanyak 41,0009 g
- massa etanol pada fermentasi selama 108 jam sebanyak 51,2215 g
2. kadar gula yang dihasilkan pada percobaan dengan literature memiliki nilai
yang berbeda jauh yakni nilai kadar gula pada percobaan 46,8913% dan nilai
kadar gula literature 8,16%
3. Hasil konsentrasi etanol yang didapatkan ialah :
- fermentasi selama 1 jam sebanyak -0,0533%
- fermentasi selama 2 jam sebanyak -0,0885%
- fermentasi selama 4 jam sebanyak 0,3719%
- fermentasi selama 8 jam sebanyak 1,2223%
- fermentasi selama 16 jam sebanyak 5,0963%
- fermentasi selama 32 jam sebanyak 26,4975%
- fermentasi selama 64 jam sebanyak 40,9067%
- fermentasi selama 108 jam sebanyak 41,0957%
4. Nilai %rendemen yang didapatkan adalah :
- Pada fermentasi selama 1 jam sebanyak 0,00%

52
- Pada fermentasi selama 2 jam sebanyak 0,01%
- Pada fermentasi selama 4 jam sebanyak 0,03%
- Pada fermentasi selama 8 jam sebanyak 0,11%
- Pada fermentasi selama 16 jam sebanyak 0,45%
- Pada fermentasi selama 32 jam sebanyak 2,32%
- Pada fermentasi selama 64 jam sebanyak 3,85%
- Pada fermentasi selama 108 jam sebanyak 4,80%
5. Banyaknya etanol yang dihasilkan dipengaruhi oleh berapa lamanya waktu
fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi maka etanol yang dihasilkan
semakin banyak. Akan tetapi dari hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
teori.

5.2. Saran

1. Pada saat praktikum percobaan alangkah baiknya menggunakan alat yang


bersih guna menghindari terganggu nya proses fermentasi yang bisa
disebabkan oleh terkontaminasi nya dari mikroba lain.
2. Melakukan praktikum serupa namun menggunakan buah lain, agar dapat
dibandingkan hasil yang lebih efektif pada produksi bioethanol.

DAFTAR PUSTAKA

Hafsan (2014): Mikrobiologi Analitik.pdf (1st ed.), Alaudin University Press Uni,
Makassar.

53
Lucia Suci, S. (2008): Optimasi fermentasi asam kojat oleh galur mutan Aspergillus
flavus, Universitas Indonesia, retrieved from Universitas Indonesia.
Marlina, L., and Wahyu, D. (2018): PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT
DENGAN METODE EKSTRAKSI, Politeknik TEDC Bandung.
N.Azizah, S. M. (2012): PENGARUH LAMA FERMENTASI TERHADAP
KADAR ALKOHOL, pH, DANPRODUKSI GAS PADA PROSES FERMENTASI
BIOETANOL DARI WHEY DENGAN SUBSTITUS IKULIT NANAS, Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan.
Pratama, A., Fitriani, A., Chairunnisa, H., and Tyas, T. (2017): (Isolasi Dan
Screnning Yeast Isolat Lokal Dari Dendeng Sapi Dan Ayam Yang Memiliki Potensi
Fermentasi Glukosa), (1), 4.
Rr. Meganada Hiaranya Putri, M.Kes (Oktober 2017): Pengantar mikrobiologi.pdf,
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan.
Shakhashiri (2009): etanol.pdf, Universitas Brawijaya, retrieved from UB.
Siti N (2009): Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daging Pisang Ambon,
Universitas Indonesia, retrieved from Library UI.
Wahyudi, N. T., Ilham, F. F., Kurniawan, I., and Sanjaya, A. S. (2018): Rancangan
Alat Distilasi untuk Menghasilkan Kondensat dengan Metode Distilasi Satu Tingkat,
JurnalChemurgy,1(2), 30. https://doi.org/10.30872/cmg.v1i2.1142

LAMPIRAN A

54
A.1 Densitas Air

Tabel A.1 Data Densitas (kg/m3) air dari 0-28oC

Sumber: Perry’s Robert.H. 2008.Chemical Engineering’s Handbook 8’th Edition. Tabel 2-28

55
A.2 Densitas Glukosa

Tabel A.2 Data Densitas Glukosa


Densitas Glukosa 1.54 g/ml

Sumber : http://www.Chemicalbook.com/ProductsMSDSDetailCB2250047_EN.html

A.3 Densitas Etanol

Tabel A.3 Data Densitas Etanol

Densitas Etanol 0.789g/cm3

Sumber: https://www.energyrefuge.com/archives/density-of-ethanol.htm#:~:text=It%20is
%20measured%20in%20g,which%20is%20the%20accepted%20density.&text=The%20higher
%20the%20density%20of,more%20heat%20it%20will%20produce.

A.4 Indeks Bias

Tabel A.4. Data Indeks Bias pada Suhu Refraktometer 308.15 K


Komponen Indeks Bias
Aquadest 1,3317
Ethanol 1,3562

Sumber: Farid I. El-Dossoki. 2007.” Refractive Index and Density Measurements


for Selected Binary
Protic-Protic, Aprotic-Aprotic, and Aprotic-Protic Systems at Temperatures from
298.15 K to 308.15K.

56
LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN

B.1. Data Keadaan Ruang


Tabel B.1 Data Keadaan Ruang
Parameter Awal Akhir
Temperatur ( ̊ C) 26 27
Tekanan (mbar) 960 959

B.2. Data Kalibrasi Piknometer


Tabel B.2 Data Kalibrasi Piknometer
Parameter Massa (g)
1 2 3 Rata – rata
Piknometer kosong 13,5324 13,5324 13,5324 13,5324
Piknometer kosong + aquadest 23,4220 23,4220

B.3. Data Indeks Bias Etanol


Tabel B.3 Data Indeks Bias Etanol
Konsentrasi (%Berat) Indeks bias (η)
0 1,3330
2 1,3342
4 1,3354
6 1,3367
8 1,3381
10 1,3395
12 1,3410
Tabel B.3 Data Indeks Bias Etanol (lanjutan)
Konsentrasi (%Berat) Indeks bias (η)
14 1,3425
16 1,3440

57
18 1,3455
20 1,3469

B.4. Data Densitas %Berat Etanol


Tabel B.4 Data Densitas %Berat Etanol
Konsentrasi (%Berat) Densitas etanol (g/mL)
0 0,998
2 0,995
4 0,991
6 0,988
8 0,985
10 0,982
12 0,979
14 0,977
16 0,974
18 0,971
20 0,969

B.5. Data Analisa Glukosa


B.5.1. Data Pengukuran Sampel Buah
Tabel B.5 Data Pengukuran Sampel Buah
Parameter Pengukuran (g)
Piknometer kosong 13,5324
Piknometer + sampel sari buah 24,115

B.5.2. Data Indeks Bias Sari Buah


Tabel B.6 Data Indeks Bias Sari Buah
Indeks bias (η)
Sampel sari buah 1,3331 1,3348 1,3341

B.6. Data Etanol Yang Dihasilkan Pada Fermentasi


Tabel B.7 Data Etanol Yang Dihasilkan Pada Fermentasi
Lama fermentasi η1 η2 η3 Volume distilat
(jam) (mL)
1 1,3328 1,3324 1,3325 92,9587

58
2 1,3329 1,3325 1,3326 93,0460
4 1,3331 1,3327 1,3328 93,2282
8 1,3338 1,3332 1,3334 93,6247
16 1,3368 1,3359 1,3359 94,5624
32 1,3509 1,3523 1,3507 97,1690
64 1,3614 1,3615 1,3615 106,7606
108 1,3616 1,3616 1,3616 132,7974

LAMPIRAN C
HASIL ANTARA

C.1 Kalibrasi Piknometer

Tabel C.1 Data Kalibrasi Piknometer


Massa Piknometer Kosong (gram) 13,5324

Massa Piknometer + Aquadest (gram) 23,4220

Massa aquadest (gram) 9,8896

Densitas aquadest pada 26,3ºC (g/mL) 0,996757

Volume piknometer (mL) 9,9218

C.2 Kurva Kalibrasi Indeks Bias Glukosa

Tabel C.2 Data Kurva Kalibrasi Indeks Bias Glukosa


Konsentrasi Indeks bias (η) Standar
(g/dL) 1 2 3 Rata-rata Deviasi
0,0000 1,3333 1,3333 1,3333 1,3333 0
0,4983 1,3340 1,3340 1,3340 1,3340 2,71948E-16
0,9800 1,3348 1,3348 1,3348 1,3348 2,71948E-16
2,0099 1,3362 1,3362 1,3362 1,3362 0
3,0066 1,3376 1,3376 1,3376 1,3376 0
4,0033 1,3390 1,3390 1,3390 1,3390 2,71948E-16
5,0166 1,3405 1,3405 1,3405 1,3405 2,71948E-16

59
Gambar C.1 Kurva Kalibrasi Indeks Bias Glukosa

C.3 Kurva Kalibrasi Indeks Bias Etanol

Tabel C.3 Data Kurva Kalibrasi Indeks Bias Etanol

Konsentrasi Indeks
(%Berat) Bias (ɳ)
0 1,3330
2 1,3342
4 1,3354
6 1,3367
8 1,3381
10 1,3395
12 1,3410
14 1,3425
16 1,3440
18 1,3455
20 1,3469

60
Gambar C.2 Kurva Kalibrasi Indeks Bias Etanol

C.4 Kurva Penentuan Densitas Etanol

Tabel C.4 Data Kurva Penentuan Densitas Etanol


Konsentrasi
Densitas Etanol
(%Berat)
20 0,969
18 0,971
16 0,974
14 0,977
12 0,979
10 0,982
8 0,985
6 0,988
4 0,991
2 0,995
0 0,998

61
Gambar C.3 Kurva Penentaun Densitas Etanol

C.5 Penentuan Kadar Glukosa

Tabel C.5 Data Penentuan Kadar Glukosa


Indeks Bias Sari Buah 1,3340
Piknometer KOSONG (g) 13,5324
Piknometer + sari buah (g) 24,115
massa sari buah (gram) 1000
Volume sari buah (ml) 1,0663
Densitas sari buah (g/ml) 180
Berat molekul glukosa (g/mol) 0,5
Kadar Glukosa (g/dL) 1620
massa glukosa (gram) 1066,2952
massa sari buah (gram) 151,9279
% kadar glukosa (%b) 1,3340

C.6 Penentuan Kadar Etanol

62
Tabel C.6 Data Penentuan Kadar Etanol
Parameter 1 jam 2 jam 4 jam 8 jam 16 jam 32 jam 64 jam 108 jam
Volume
1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Umpan (mL)
Volume 92,958 93,046 93,228 93,624 94,562 97,169 106,760 132,797
Etanol (mL) 7 0 2 7 4 0 6 4
Densitas
Etanol 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953
(gram/mL)
Indeks Bias
1,3326 1,3327 1,3329 1,3335 1,3362 1,3513 1,3615 1,3616
Etanol
Kadar
Etanol 1,3335 1,3335 1,3335 1,3335 1,3335 1,3336 1,3336 1,3336
(%w/w)

C.7 Penentuan % Rendemen

Tabel C.8 Data Penentuan % Rendemen


Parameter 1 Jam 2 Jam 4 Jam 8 Jam 16 Jam 32 Jam 64 Jam 108 Jam

Volume
1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000
Umpan (mL)
Densitas
Glukosa 1,54
(gram/mL)
Kadar
0,5
Glukosa (M)
Massa
Glukosa 90
(gram)
Volume 106,760
92,9587 93,0460 93,2282 93,6247 94,5624 97,1690 132,7974
Distilat (mL) 6
Densitas
Distilat 0,9953 0,9953 0,9953 0,9953 0,9922 0,9711 0,9571 0,9569
(gram/mL)

63
Kadar Etanol
1,3335 1,3335 1,3335 1,3335 1,3335 1,3336 1,3336 1,3336
(%w/w)
Massa Etanol 123,501 124,269 141,701
123,3859 123,7436 125,5141 128,9721 176,2598
(gram) 8 8 6
% Rendemen 11,57% 11,58% 11,61% 11,65% 11,77% 12,10% 13,29% 16,53%

Gambar C.4 Kurva Pengaruh Lamanya Fermentasi vs Indeks Bias Etanol

64
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN

D.1 Kalibrasi Piknometer


massa aquadest=( massa piknometer+ aquadest )−( massa piknometer kosong )
¿ ( 23,4220−13,5324 ) gram
¿ 9,8896 gram
g
ρ aquadest pada 26,5°C = 0,9966
mL
m 9,8896 g
V sebenarnya = = =9,9233 mL
ρ g
0,9966
ml

65
D.2 Penentuan Massa Jenis Etanol Hasil Distilasi
Densitas etanol hasil distilasi fermentasi 1 jam
Dari kurva hubungan densitas berbagai etanol standar dengan indeks bias
didapatkan persamaan garis:

y=16,223 e−2,093 x

Indeks bias = 1,3367

Densitas etanol : y=16,223 e−2,093 x

y=16,223 e−2,093 x

x=0,9953 g/mL

D.3 Penentuan Massa Jenis Sari Buah Sebelum Fermentasi

m sari buah =m piknometer +sari buah−m piknometer kosong

¿ 24,1150 g−13,5324 g

¿ 10,5826 g

msari buah 10,5826 g


ρ sari buah= = =1,0665 g/mL
V piknometer sebenarnya 9,9223 mL
D.4 Penentuan Konsentrasi Etanol Hasil Distilasi Fermentasi 1 Jam

Dari kurva hubungan konsentrasi berbagai etanol standar dengan indeks bias
didapatkan persamaan garis : y=1417,3 x−1888,7

Indeks bias = 1,3326

Konsentrasi etanol : y=1417,3 x−1888,7

1,3326=1417,3 x−1888,7

x=1,3335(%w /w)

66
D.5 Penentuan Konsentrasi Glukosa pada Sampel Buah Pisang Sebelum
Fermentasi

Dari kurva hubungan konsentrasi berbagai glukosa standar dengan indeks bias
didapatkan persamaan garis : y=0,0014 x+1,3334

Indeks bias = 1,3340

Konsentrasi glukosa : y=0,0014 x+1,3334

1,3340=0,0014 x+1,3334

x=0,4492 g

D.6 Penentuan % Rendemen


 metanol yang didapatkan =ρetanol ∙ V etanol ∙ konsentrasietanol

g
¿ 0,9953 ∙ 92,9587 mL ∙ 1,3335
mL

¿ 123,3859 g

mglukosa 1000
 M= x
Mr V sari buah

m glukosa 1000
808,5771825 mol /L= x
180 g/mol 1000 mL

mglukosa =145,5439 g

m sari buah
 ρ sari buah=
V sari buah

m sari buah
1,0665 g /mL=
1000 mL

m sari buah =1066,5424 g

67
m glukosa
 %kadar glukosa= x 100 %
msari buah

145,5439
¿ x 100 %
1066,5424 g

¿ 13,6463 %

metanol yang didapatkan


 %Rendemen= x 100 %
mglukosa dalamsampel

123,3859
¿ x 100 %
145,5439 g

¿ 11,5688 %

LAMPIRAN E
WI, MSDS, JSA, HAZOP

68
TERLAMPIR

Judul Percobaan Fruit Waste Fermentation


Nama Mahasiswa Amalia Tri Redjeki NRP 142018002
Dosen Pembimbing Choerudin, S.T., M.T
No
Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan
.
 0 0
Titik didih 100 C (212 F)  Hindari kontak dengan kulit dan mata dalam
 Tidak berbau
 Ph netral (7) temperatur tinggi
1. Aquadest  Tidak berwarna
 Titik beku 00C (320F)  Hindari kontak langsung dengan sumber listrik
 Wujud cair
 Mr : 18 g/mol  Siapkan media penampungan
2. Etanol  Wujud cair  Berat molekul : 46,068  Hindari kontak dengan kulit dan mata karena
 Tidak berwarna g/mol dapat menyebabkan iritasi. Jika tertelan
 Bau khas alkohol  Titik didih : 780C menyebabkan pusing, kantuk, dan mual
 Pelarut yang baik untuk senyawa  Titik beku : -113,840C  Hindari menghirup uap etanol, dapat
organik  Densitas : 0,7898 g/cm3 menyebabkan iritasi saluran pernapasan

69
 Mudah menguap  Hindarkan dari api karena dapat menyebabkan
 Mudah terbakar ledakan atau kebakaran yang tidak biasa.
 Dapat larut dalam air  Sediakan tempat penampungan
 bersifat higroskopis  Hindari kontak dengan udara terlalu lama
 Wujud cair
 Berwarna putih  Berat molekul : 180
 Tidak bersifat korosif g/mol  Sediakan tempat penampungan
3. Glukosa
 Bentuk rantai terbuka  Titik leleh : 1470C  Hindarkan dari oksidator kuat
 Mudah larut dalam air  Densitas : 1,54 g/cm3
 Dapat mengkristal dengan air
 Berat molekul : 36,46
 Berbau
g/mol
4. HCl  Tidak berwarna • Hindari kontak dengan kulit dan mata
 Titik didih : 110 oC
 Menyebabkan iritasi kulit
 Densitas : 1,2 g/ml
 Berwarna putih  Hindari kontak dengan kulit, mata, sistem
 Berbentuk padatan pencernaan atau pernapasan
 Tidak berbau  Titik Didih 1388C  Gunakan alat pelindung diri yaitu berupa sarung
5. NaOH
 Larut dalam air  Titik Lebur 318C tangan pada saat akan menggunakan bahan
 Tidak mudah terbakar tersebut
 Iritan  Simpan di tempat kering dan sejuk.
Kecelakaan yang mungkin terjadi Penanggulangan
Serap dengan bahan yang mudah menyerap air dan masukkan bahan tumpah
Tumpahan kecil
ke tempat pembuangan limbah yang sesuai.
Gunakan alat pengepel atau serap dengan bahan kering yang tidak lembab dan
Tumpahan besar
tempatkan dalam wadah pembuangan limbah yang sesuai.
Hindarkan dari sumber api. Jika terjadi kebakaran, maka segera menjauh dari
pusat api dan panggil pemadam kebakaran.
Terjadi kebocoran uap etanol Tutup sumber kebocoran, gunakan masker dan goggle saat menangani
kebocoran, segera membuka seluruh ventilasi yang ada agar uap yang bocor
terbawa oleh udara diluar ventilasi.
Terjadi Kebakaran Hindari bahan-bahan yang mudah terbakar dari sumber api

Perlengkapan Keselamatan Kerja


Sarung tangan

Jaslab Masker Goggle

Prosedur Keselamatan Kerja Persiapan peralatan Distilasi


 Lakukan pemeriksaan peralatan distilasi
Persiapan bahan
 Lakukan pemeriksaan pada termometer dan
 Hati – hati saat mengisi labu distilasi
pastikan aliran air kondensor dalam keadaan
baik

Pasca percobaan Run berjalan


Matikan sumber panas terlebih dahulu  Pastikan tidak terjadi kebocoran saat distilasi
lalu baru mematikan aliran air kondensor berjalan
Membuang limbah pada tempat yang sesuai  Pastikan temperatur sesuai dengan titik didih
distilat yang diharapkan
 Pastikan tidak terjadi bumping

70
 Pastikan campuran distilasi tidak habis

Bandung, 02 Mei 2021

Ketua Laboratorium, Asisten,

(Dicky Dermawan,S.T., M.T.) (Virda Nur Lu’lu)

INSTRUKSI KERJA
(WORK INSTRUCTION)
Judul Percobaan Fruit Waste Fermentation
Nama Mahasiswa Amalia Tri Redjeki NRP 142018002
Dosen Pembimbing Choerudin, S.T., M.T

1. Menyiapkan sari buah nanas sebanyak 2100 ml kemudian memanaskan larutan


tersebut agar steril dan mengambil sampel untuk kemudian dimasukan ke dalam
freezer.

71
2. Membagi menjadi 2 bagian sari buah pisang dengan volume 1 L pada labu
Erlenmeyer 1 dan 2 kemudian mengecek pH dari sari buah. Menambahkan HCl
kedalam labu Erlenmeyer 1 hingga homogen untuk proses hidrolisis dan
mendiamkannya selama 21 jam.
3. Menambahkan NaOH hingga pH 4-6 dari sari buah kembali seperti sebelum
penambahan HCl.
4. Menambahkan ragi sebanyak 11 gram kedalam labu 1 dan 2 lalu di aduk sampai
homogen.
5. Mengambil sari buah pisang setelah penyimpanan 21 jam untuk labu 1 dan 45 jam
untuk labu 2. Kemudian larutan di distilasi dengan temperatur 80-85oC. Setelah itu
mengambil sampel distilat dan membaca indeks bias dengan menggunakan
refraktometer .
6. Mengukur volume distilat menggunakan gelas ukur dan juga mengukur densitas
etanol dari hasil distilat dengan menggunakan piknometer.
7. Mengambil sampel yang telah dimasukkan kedalam freezer kemudian biarkan hingga
mencair.
8. Membaca indeks bias sampel sari buah dengan refraktometer dan mengukur densitas
glukosa sari buah dengan piknometer.

CATATAN KESELAMATAN
 Selalu pastikan bahwa meja dan daerah di sekitar Anda sudah bersih dan kering
sebelum meninggalkan ruangan laboratorium.
 Selalu pastikan bahwa sambungan listrik yang berhubungan dengan alat telah
terlepas semua.
 Memakai alat keselamatan ketika berhubungan dengan bahan yang berbahaya.
 Pastikan bahwa tidak ada kebocoran uap etanol.
 Jauhkan ruangan praktikum dari alat yang dapat menimbulkan api atau kebakaran.
 Jauhkan dari cipratan air pada oil bath.

72
JOB SAFETY ANALYSIS
Judul Percobaan Fruit Waste Fermentation
Nama Mahasiswa Amalia Tri Redjeki NRP 142018002
Dosen Pembimbing Choerudin, S.T., M.T

Identifikasi Bahaya Mitigasi Resiko


Heater terlalu panas Atur besarnya skala pada heater

73
Terkena pecahan alat Hati-hati terkena pecahan kaca pada tangan dan
kaki, gunakan sarung tangan dan sepatu karet

Terkena larutan etanol Gunakan sarung tangan, masker dan goggle

Tumpahan larutan jenuh (mungkin panas) Gunakan sarung tangan kain anti panas

Tumpahan etanol dapat menguap dengan Matikan sumber api, gunakan masker dan
cepat membuka seluruh ventilasi yang ada

Konsleting listrik Pastikan meja saat melakukan percobaan tidak


basah

Terkena cipratan minyak Gunakan sarung tangan, masker dan goggle

Keteraturan alat Pastikan alat-alat berada pada tempatnya


sebelum melakukan kegiatan

Bandung, 02 Mei 2021


Ketua Laboratorium, Asisten,

(Dicky Dermawan, S.T., M.T.)


(Virda Nur Lu’lu)

HAZOP (Hazard and Operability) Alat Percobaan

Judul Percobaan Fruit Waste Fermentation


Nama Mahasiswa Amalia Tri Redjeki NRP 142018002
Dosen Pembimbing Choerudin, S.T., M.T

Guide Tindakan yang


Word+Paramete Penyebab Konsekuensi Safeguard dibutuhkan
r
1. More temperature Pemanasan yang Larutan jenuh sulit tercapai Temperature indicator Pasang termometer,

74
terlalu lama karena kelarutanya tinggi pengecekan secara berkala

2. Bumping Pemanasan tidak Terjadi pendidihan tidak Memperluas permukaan Memperluas kontak
merata merata, sehingga gas pendidihan pemanasan dan
terbentuk sebagai letupan memasukan batu didih
yang dapat memecahkan Memicu terjadinya
peralatan konveksi Pengadukan cairan
distilasi
3. Occupational Larutan korosif Kesehatan terganggu Penggunaan Alat Pelindung Pastikan alat pelindung
safety (gangguan pada mata, kulit Diri lengkap (goggle, diri digunakan dengan
ataupun saluran masker, dan jas lab) baik saat operasi
pernapasan)
4. Operability Lokasi yang Peralatan dapat tergeser, Rak/platform kokoh untuk Rak/platform kokoh untuk
buruk/akses jatuh ataupun pecah kolom dan labu meletakkan peralatan
yang buruk lainnya
untuk operasi
peralatan

5. Kondensor tidak Aliran dan Gas hasil pendidihan tidak Mengontrol aliran masuk Memastikan coolant
berfungsi temperature berubah menjadi liquid dan dan temperatur yang masuk dengan suhu yang relatif
coolant tidak jadi tidak tertampung ke kondensor rendah mengalir dengan
optimal lancar kedalam kondensor

Bandung, 02 April 2021

Ketua Laboratorium, Asisten,

(Dicky Dermawan,S.T.,M.T) (Virda Nur Lu’lu)

LAMPIRAN F
DOKUMENTASI

75
TIDAK TERLAMPIR

76

Anda mungkin juga menyukai