Medan, 2020
Dosen Pembimbing
Medan, 2020
Asisten
LAPORAN PRAKTIKUM
CO2 yang diserap dari udara ke dalam air dengan mencari konsentrasi CO2 di campuran
inlet dan outlet. Dari hasil analisis gas yang diperoleh, dapat dilihat dari tabel 4.1 di bawah
ini.
Tabel 1.1 Tabel Hasil Analisis Gas
V2in V2out Fa %
F1 F2 F3
Y V1 V2in rata- V2out rata- Yi Yo (L/ Ralat
(L/ (L/ (L/
it (ml) (ml) rata (ml) rata detik)
detik) detik) detik)
(ml) (ml)
4,0 3,5
1,5 0,032 3,3 3,06 2,8 2,66 0,102 0,089 0,023 216,89
1,9 1,7
0,067
3,6 3,0
2,0 0,024 3,6 3,43 3,0 2,93 0,114 0,098 0,038 363,22
3,0 2,8
0,050 30
4,7 4,1
1,5 0,032 4,2 4,33 3,8 3,73 0,144 0,124 0,035 347,78
4,1 3,3
0,083
4,4 2,9
2,0 0,024 3,3 3,53 2,6 2,76 0,118 0,092 0,058 382,89
3,0 2,8
Keterangan:
F1 = Laju alir air (L/detik)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.1. Pengaruh Laju Alir udara (F2) terhadap Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hubungan laju alir CO2
dengan fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.1.
Pengaruh Laju Alir Udara (L/detik) VS Fraksi Gas CO2 yang Masuk
0.15 (Yi)
Fraksi Gas CO2 Masuk (Yi)
0.13
0.09
1.2
0 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0 2.1 2.2
Laju Alir Udara (L/detik)
Gambar 1.1. Grafik Pengaruh Laju Alir CO2 terhadap Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari gambar 1.1. menunjukkan grafik laju alir air 0,067 L/detik dengan laju alir udara
1,5 dan 2,0 L/detik terjadi kenaikan terhadap fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) dari 0,102
menjadi 0,114 dan untuk laju alir air 0,083 L/detik dengan laju alir udara 1,5 dan 2,0 L/detik
terjadi penurunan terhadap fraksi gas CO2 dari 0,144 menjadi 0,118.
Berdasarkan teori, bahwa semakin besar laju alir gas, maka CO2 yang dapat diabsorpsi
ke larutan akan semakin besar. Hasilnya, fluks CO2 semakin meningkat dengan
pertambahan laju alir gas, akan tetapi akan berkurang seiring waktu, dikarenakan ada CO2
yang masuk ke dalam larutan (Wang,dkk,2015).
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa pada laju alir air 0,067 L/detik
telah sesuai teori dimana terjadi kenaikan fraksi CO2 masuk, tetapi hasil yang diperoleh
pada laju alir air 0,083 L/detik tidak sesuai teori karena terjadi penurunan fraksi CO2 masuk
pada peningkatan laju alir udara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Masih terdapat udara yang tertinggal pada pipa sehingga menghambat kenaikan cairan
2. Laju alir udara, air dan gas CO2 yang tidak konstan selama percobaan.
3. Penarikan piston yang tidak sesuai penugasan pada setiap percobaan.
1.2. Pengaruh Laju Alir Udara (F2) terhadap Laju Absorpsi (FA)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hubungan laju alir udara
dengan laju absorpsi yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.2 di bawah ini :
0.08
0.06
0.04 F Air = 0,067 L/detik
F Air = 0,083 L/detik
0.02
0.00
1.3
0 1.4 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 2.0
Laju Alir Udara(L/detik)
Gambar 1.2 Grafik Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Absorpsi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari gambar 1.2 menunjukkan grafik laju alir air 0,067 L/detik dengan laju alir udara
1,5 dan 2,0 L/detik terjadi kenaikan laju absorpsi CO2 yaitu 0,0230 menjadi 0,0380 dan
untuk laju alir air 0,083 L/detik dengan laju alir udara 1,5 dan 2,0 L/detik terjadi kenaikan
terhadap laju absorpsi gas CO2 dari 0,0350 menjadi 0,0580 L/menit.
Berdasarkan teori, jumlah transfer massa akan mengalami penurunan dengan
bertambahnya kecepatan alir gas, dan juga pada prinsipnya absorpsi pada CO2 tidak
dipengaruhi oleh laju kecepatan gas, tetapi dipengaruhi oleh lapisan cairan (Japfar, 2016).
Hal ini menunjukkan bahwa hasil percobaan yang diperoleh telah sesuai dengan teori
karena pada laju alir air 0,067 L/detik dan 0,083 L/detik terjadi kenaikan laju absorpsi gas
CO2.
1.3. Pengaruh Fraksi Gas CO2 Masuk (Yi) terhadap Laju Absorpsi (FA)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hubungan fraksi gas CO2
masuk (Yi) dengan laju absorpsi yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.3 dibawah
ini :
0.08
0.06
0.00
0 0.10 0.11 0.12 0.13 0.14 0.15 0.16 0.17
0.09
Fraksi Gas CO2 Masuk (Yi)
Gambar 1.3 Grafik Pengaruh Fraksi CO2 Masuk (Yi) terhadap Laju Absorpsi
Dari gambar 1.3 menunjukkan bahwa pada laju alir air 0,067 L/detik dan laju alir
udara 1,5 L/detik sampai 2,0 L/detik dengan fraksi CO2 masuk 0,102 dan 0,114 terjadi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
peningkatan laju absorpsi yakni dari 0,0230 menjadi 0,0380. Pada laju alir air 0,083 L/detik
dan laju alir udara 1,5 L/detik 2,0 L/detik dengan fraksi CO2 masuk 0,102 dan 0,114 terjadi
peningkatan laju absorpsi dari 0,0350 menjadi 0,0580 l/detik.
Berdasarkan teori, hubungan laju molar CO2 dengan fraksi mol CO2 yang masuk
dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut :
KL.a = B / (h . A . ∆x)
Persamaan dapat diubah menjadi:
B = KL.a . h . A . ∆x (Houghton,dkk,2016)
Di mana :
KL.a = koefisien overall liquid fill (mol/s)
B = Gas yang diabsorpsi (mol/ s)
A = Area kolom yang dilalui (m2)
∆x = Perbedaan fraksi mol CO2 dalam gas masuk dan keluar (mol)
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa laju absorpsi gas CO2 berbanding
lurus dengan besarnya fraksi mol CO2 dalam gas masuk. Semakin tinggi fraksi mol CO2
dalam gas masuk, maka laju absorpsi gas CO2 akan semakin besar, demikian juga sebaliknya.
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai
seiring dengan besarnya fraksi mol CO2 dalam gas masuk. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh :
1. Masih terdapat udara yang tertinggal pada pipa sehingga menghambat kenaikan
cairan
2. Laju alir udara, air dan gas CO2 yang tidak konstan selama percobaan.
3. Penarikan piston yang tidak sesuai penugasan pada setiap percobaan.
1.4. Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 (FA) terhadap Fraksi Gas CO2 Keluar (Yo)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hubungan laju absorpsi gas CO2
(FA) dengan fraksi gas CO2 keluar (Yo) yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.4
dibawah ini :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
0.08
(L/detik)
0.06
0.04 F Air = 0,067 L/detik
0.02 F Air = 0,083 L/detik
0.00
0
0.07 0.12
Fraksi Gas CO2 Keluar (Yo)
Gambar 1.4 Grafik Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Fraksi Gas CO2 Keluar (Yo)
Dari gambar 1.4 menunjukkan pada laju alir air 0,067 L/detik dengan laju alir udara 1,5
dan 2,0 L/detik dan laju alir gas CO2 0,5 L/detik mengalami kenaikan yaitu dari 0,89 ke
0,98 dan untuk laju alir air 0,083 L/detik dengan laju alir udara 1,5 dan 2 L/detik terjadi
penurunan terhadap fraksi gas CO2 yang keluar yaitu dari 0,124 ke 0,092
Berdasarkan teori, hubungan laju absorpsi dengan fraksi mol CO2 yang keluar dapat
ditunjukkan dalam persamaan berikut :
KL.a = B / (h . A . ∆x)
Persamaan dapat diubah menjadi:
B = KL.a . h . A . ∆x (Houghton,dkk,2016)
Di mana :
KL.a = koefisien overall liquid fill (mol/s)
B = Gas yang diabsorpsi (mol/ s)
A = Area kolom yang dilalui (m2)
∆x = Perbedaan fraksi mol CO2 dalam gas masuk dan keluar (mol)
Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa laju absorpsi gas CO2 berbanding
terbalik dengan besarnya fraksi mol CO2 dalam gas keluar. Semakin tinggi fraksi mol CO2
dalam gas keluar, maka laju absorpsi gas CO2 akan semakin besar, demikian juga
sebaliknya..
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan teori pada laju alir air 0,067 L/detik karena ketika fraksi CO2 menurun, laju alir
absorpsinya justru mengalamai kenaikan dan ketika fraksi CO2 meningkat laju alir
absorpsinya justru mengalamai penurunan. Penyimpangan yang terjadi dalam percobaan ini
disebabkan oleh:
1. Ketidaktelitian dalam melihat naiknya NaOH dalam peralatan hempl.
2. Larutan NaOH yang terdapat dalam glove telah jenuh.
3. Laju alir udara, air, dan gas CO2 yang tidak konstan selama percobaan.
Keterangan:
F1 = Laju alir air (L/detik)
F2 = Laju alir udara (L/detik)
F3 = Laju alir CO2 (L/detik)
t = Waktu (menit)
V2i = Volume larutan NaOH yang dititrasi untuk cairan inlet (ml)
V2o = Volume larutanNaOH yang dititrasi untuk cairan outlet (ml)
Cdi = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan inlet (mmol/ml)
Cdo = Konsentrasi CO2 bebas pada cairan outlet (mmol/ml)
FA = Laju absorpsi (mol/detik).
Dari Tabel 2.1 terlihat hubungan antara Vbo dengan Vbi yang menunjukkan ada nilai Vbo
yang lebih besar dibandingkan dengan Vbi. Hal ini sesuai dengan prinsip di mana setelah
terjadi pengontakan, kadar CO2 dalam air akan meningkat.
Dari hasil percobaan analisis cairan yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa grafik,
yaitu :
0.00003
7 menit F Air = 0,067
Laju Absorpsi (L/detik)
L/detik
14 menit F Air = 0,067
L/detik
0.00002 21 menit F Air = 0,067
L/detik
7 menit F Air = 0,083
L/detik
0.00001
0 0.015 0.03 0.045 0.06 0.075 0.09
Laju Alir Udara (L/detik)
Gambar 2.1. Grafik Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Absorpsi
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pengaruh laju alir air terhadap laju absorpsi
diatas kurva laju alir air 0,067 L/detik dengan laju alir gas CO2 0,50 L/detik dan laju alir
udara 1,5 dan 2 L/detik. Laju absorpsinya konstan pada laju alir udara 1.5 dari menit ke-7
sampai menit ke-21 dan pada laju alir udara 2,0 L/detik mengalami peningkatan pada menit
ke-21. Sedangkan, pada laju ali air 0,083 L/detik CO2 yang sama. Untuk laju alir udara 1,5
L/detik mengalami penurunan pada menitke-14 dan sampai menit ke-21 waktunya konstan.
Sedangkan pada laju alir udaranya 2,0 L/detik mengalami penurunan pada menit ke-21.
Berdasarkan teori, peningkatan laju alir gas, fluks CO2 yang dihasilkan juga semakin
besar. Hal ini disebabkan karena kenaikan laju alir gas, maka akan meningkatkan
keturbulenan dan aliran gas CO2, ini menyebabkan jumlah mol CO2 yang masuk ke pori-pori
membran persatuan luas, membran persatuan waktu akan bertambah (Wilbert, 2015).
Dari percobaan diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan teori dimana penyimpangan
terjadi saat laju alir air 0,083 L/detik pada menit 21 dan pada laju alir air 0,092 L/detik pada
menit ke 14 karena terjadi penurunan laju absorpsi seiring dengan meningkatnya laju alir
udara yang ada karena kurva laju absopsi mengalami penurunan. Penyimpangan yang terjadi
dalam percobaan ini mungkin disebabkan oleh :
1. Konsentrasi NaOH yang kurang tepat sehingga dalam pengamatan akhir pada titrasi
terjadi kekeliruan, atau pada kolom absorpsi sudah banyak terdapat gas CO2.
2. Laju alir udara, air dan gas CO2 yang tidak konstan selama percobaan.
3. Penarikan piston yang tidak sesuai penugasan pada setiap percobaan.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2. Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 (mol/detik) terhadap Waktu (menit)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hubungan laju absorpsi gas CO2
dengan waktu yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 2.2 dibawah ini :
0.00004
F air = 0,067 L/detik;
Laju Absorpsi (L/detik)
0.00000
0 7 14 21 28
Waktu (menit)
Gambar 2.2. Grafik Hubungan Laju Absorpsi Gas CO2 terhadap Waktu
Pada gambar 2.2 menunjukkan hubungan laju absorpsi gas CO2 terhadap waktu di atas
terlihat bahwa pada laju alir udara 1,5 L/detik dengan laju alir air 0,067 L/detik laju absorpsi
gas CO2 dari waktu 7 hingga 21 menit adalah konstan. Untuk laju alir udara 2 L/detik dengan
laju alir air 0,067 L/detik terjadi kenaikan laju absorpsi gas CO2 dari menit ke-14 sampai
menit ke-21.
Untuk laju alir udara 1,5 L/detik dengan laju alir air 0,083 L/detik terjadi peningkatan
laju absorpsi gas CO2 dari menit ke-7 hingga menit ke-14, yaitu sebesar 84%kemudian
mengalami penurunan pada menit ke 21. Sedangkan untuk laju alir udara 2 L/detik dan laju
alir air 0,083 L/detik laju absorpsi gas CO2 saat menit ke-8 hingga menit ke-14 adalah
konstan, namun terjadi kenaikan laju absorpsi gas CO2 pada menit ke-21 yaitu dari 0,000008
L/detik ke 0,000017 L/detik.
Berdasarkan teori, semakin lama waktu operasi maka kontak antara udara dengan CO2
akan semakin lama, sehingga reaksi berjalan lebih sempurna. Kandungan CO2 dalam cairan
akan lebih cepat mencapai kesetimbangan, sehingga meningkatnya waktu pemrosesan gas
CO2 di udara akan berakibat semakin jenuhnya udara, maka akan berimplikasi pada laju
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyerapan CO2 yang akan berkurang dalam sistem yang sama (Wilbert, 2015).
Dari percobaan diperoleh hasil grafik yang mengalami kenaikan maupun penurunan
(fluktasi) laju absorpsi gas CO2 dengan meningkatnya waktu. Maka diperoleh hasil yangtidak
sesuai dengan teori.Adapun beberapa alasan yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan
pada analisis cairan ini yaitu :
1. Konsentrasi NaOH yang kurang tepat sehingga dalam pengamatan akhir pada titrasi
terjadi kekeliruan, atau pada kolom absorpsi sudah banyak terdapat gas CO2.
2. Laju alir udara, air dan gas CO2 yang tidak konstan selama percobaan.
3. Penarikan piston yang tidak sesuai penugasan pada setiap percobaan.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kesimpulan :
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Pada percobaan laju alir udara terhadap fraksi gas CO2 yang masuk telah sesuai teori
karena fraksi gas CO2 masuk (Yi) mengalami penurunan seiring dengan
meningkatnya laju alir udara (F2)
2. Pada percobaan laju alir udara (F2) terhadap laju absorpsi (FA) tidak sesuai teori
karena terjadi peningkatan laju absorpsi gas CO2 seiring bertambahnya laju alir
udara.
3. Pada percobaan fraksi gas CO2 masuk (Yi) terhadap laju absorpsi (FA) tidak sesuai
teori karena terjadi penurunan laju absorpsi (FA) terhadap kenaikan fraksi gas CO2
masuk (Yi).
4. Pada percobaan laju alir udara (F2) terhadap laju absorpsi (FA) tidak sesuai dengan
teori karena laju absorpsi mengalami penurunan dan beberapa data konstan seiring
bertambahnya laju alir udara (F2).
5. Pada percobaan laju absorpsi gas CO2 (FA) terhadap waktu belum sesuai teori karena
terjadi fluktuasi laju absorpsi seiring bertambahnya waktu.
Saran :
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut.
1. Disarankan untuk melakukan variasi jenis alkali yang digunakan misalnya KOH.
2. Disarankan untuk melakukan variasi laju alir CO2.
3. Disarankan untuk memvariasikan jenis gas yang digunakan, misalnya SO2.
4. Disarankan untuk memvariasikan jenis packing yang digunakan misalnya ceramic
bed saddle.
5. Disarankan untuk memvariasikan jenis absorben yang digunakan misalnya larutan
NaOH encer.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Laju alir air (F1) = 4 dan 5 L/menit = 0,06 dan 0,08 L/detik
Laju alir udara (F2) = 90 dan 120 L/menit = 1,5 dan 2 L/detik
Laju alir CO2 (F3) = 3 L/menit = 0,05 L/detik
Konsentrasi NaOH glove = 0,8 M
Konsentrasi NaOH titrasi = 0,1 M
Volume cairan sampel = 100 ml
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
F3 0,05
Yit = = = 0,03
F2 + F3 1,5 + 0,05
Yit −Yi
%Ralat = | |x 100%
Yit
0,03 − 0,102
=| |
0,03
= 216,89 %
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Menit ke-7
Vbi x 0,1 0,4 x 0,1
Cdi = = = 0,0004 mmol/ml
ml sampel 100
Vbo x 0,1 0,2 x 0,1
Cdo = = = 0,0002 mmol/ml
ml sampel 100
b. Menit ke-14
Vbi x 0,1 0,4 x 0,1
Cdi = = = 0,0006 mmol/ml
ml sampel 100
Vbo x 0,1 0,4 x 0,1
Cdo = = = 0,0004 mmol/ml
ml sampel 100
c. Menit ke-21
Vbi x 0,1 0,7 x 0,1
Cdi = ml sampel
= 100
= 0,0007 mmol/ml
Vbo x 0,1 0,5 x 0,1
Cdo = ml sampel
= 100
= 0,0005 mmol/ml
= 0,0000357 mol/detik
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN E
APLIKASI DALAM INDUSTRI
Kriteria Skrining untuk ILS yang Digunakan dalam Absorpsi NH3 Berdasarkan Sistem Pompa Panas
Absorpi refrigerasi dan siklus pompa panas begitu menarik perhatian yang cukup besar karena
dapat mangambil keuntungan yang efektif dari penggunaan panas tingkat rendah dari penyimpanan
energi atau melepaskan panas, serta memberikan kesempatan untuk pemanfaatan energi bersih yang
berkelanjutan. Campuran biner seper H2O/LiBr, NH3/H2O telah banyak digunakan dalam aplikasi
tertentu dalam sistem penyerapan selama berabad-abad, tetapi banyak efek yang ditimbukan, seperti
adanya kemungkinan kristalisasi dari H2O dengan pasangan LiBr, dan kesulitan dalam pemisahan
pasangan NH3 dan H2O.
Cairan lonik (ILS) sebagai absorben baru, menarik perhatian untuk peran potensialnya dalam
menggantikan air atau larutan berair LiBr dalam siklus refrigerasi absorpsi dan pompa panas
konvensional dalam beberapa tahun terakhir. Untuk memilih ILS yang baik untuk digunakan dalam
sistem absorpsi, banyak simulasi telah dilakukan. Untuk NH3 berbasis sisterm ILS, diukur data
kelarutan untuk NH3 dengan beberapa ILS, dan dihitung kinerja termodinamikanya dalam satu efek
siklus. Diselidiki kesetimbangan uap-cair (VLE) dari ion logam yang mengandung cairan ionik
(Zn2Cl5) dan NH3, dan membandingkan kinerja termodinamika campuran sebagai pasangan yang
bekerja dengan NaSCN/NH3. Model dari siklus absorpsi NH3/IL dengan simulasi aspen berbasis
COSMO dan dianalisa kinerja siklus untuk ILS konvensional dan tugas yang spesifik.
(Wang dan Ferreira, 2016).
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN
LF.1 Foto Peralatan Absorpsi