Pemicu 4
Vapour-Liquid Equilibria (VLE)
Kelas :
Termodinamika 02
Disusun oleh :
Kelompok 8
1.
2.
3.
4.
5.
( 1406553013 )
( 1506800281 )
( 1406552976 )
( 1406571470 )
( 1406608012 )
Soal 3..............................................................................................................9
Soal 4............................................................................................................14
Soal 5............................................................................................................23
Daftar Pustaka......................................................................................................33
PEMBAHASAN
SOAL 1
The Stream from a gas well is a mixture containing 50-mol-% methane, 10-mol-%ethane,
20mol-%n-propane, 20-mol-%n-butane. This stream is fed into partial condenser maintained at a
pressure of 17.24 bar, where its temperature is brought to 300.15 K (27 0C). Prepare an algorithm
that could be used to solve this problem and then use that algorithm to determine:
A
6.69561
6.83452
6.80398
6.80896
B
405.420
663.7
803.81
935.86
C
267.777
256.470
246.990
238.730
T min
-181
-143
-108
-78
T max
-152
-75
-25
19
Selanjutnya setelah itu dengan persamaan antoine maka didapatkan nilai tekanan saturasi
dari masing masing komponen dalam campuran pada suhu 270C. Setelah itu maka kita bisa
mendapatkan nilai tekanan pada keadaan dew dan buble dengan menggunakan persamaan yang
telah disebutkan diatas. Jika nilai tekanan pada sistem kondenser yang diberikan yaitu 17.24 bar
berada diantara tekanan dew dan buble, maka keadaan akhir campuran adalah dua fasa yaitu cairuap, selanjutnya jika lebih kecil dibanding dew point maka campuran akhir berwujud cair dan
Vapour-Liquid Equilibria (VLE) Kelompok 8 Termodinamika 02 | 3
bila lebih besar dibanding buble point maka campuran berada di fase uap. Sehingga kita tidak
akan perlu menghitung lagi jika memang keadaan campuran sudah dalam satu fasa.
Namun, permasalahannya disini adalah suhu pada pemicu yang diberikan berada diluar
jangkauan suhu dari parameter antoine sehingga kita tidak bisa menggunakan persamaan antoine
untuk menentukan suhu saturasi dari komponen dalam campuran. Untuk itu pula lah kita tidak
bisa menentukan keadaan akhir dari campuran karena kita tidak dapat menetukan dew point dan
buble point nya. Sehingga harus diasumsikan bahwa campuran akhir berada
kesetimbangan dua fasa cair-uap.
Selanjutnya dalam Flash Calculation terdapat fraksi mol uap ataupun cair dari suatu zat
(zi) dan jumlah mol yang dirumuskan sebagai:
L+V =1
z i=x i L+ y i V
Dimana L adalah fraksi mol cair suatu sistem, V adalah fraksi mol gas suatu sistem, x adalah
fraksi mol cair suatu zat serta fraksi mol gas suatu zat. Dengan mengombinasikan kedua
persamaan diatas maka akan didapatkan persamaan:
zi K i
zi K i
y i=
y i=1
=1
1+ ( K i1 ) V
1+ ( K i1 ) V
Selanjutnya nilai K pada persamaan diatas dapat diperoleh dengan menggunakan grafik
yang ada di buku Introduction of Chemical Engineering Thermodynamics 6th Edition halaman
341-342. Nilai K tersebut kemudian diplot kedalam grafik yang kedua (untuk temperatur yang
tinggi) dengan tekanan sebesar 250.405 psia dan suhu sebesar 80.6 0F, sehingga didapatkan nilai
K yaitu:
NO
1
2
3
4
Senyawa
Metana
Etana
Propana
n-Butana
Z
0.5
0.1
0.2
0.2
K
10
2.1
0.68
0.21
Selanjutnya persamaan terakhir diatas kita substitusikan dengan angka yang sudah kita
cari dan ketahui, sehingga didapatkan:
(0.5 10)
( 0.1 2.1)
( 0.2 0.68)
(0.2 0.21)
+
+
+
=1
1+ ( 101 ) V 1+ ( 2.11 ) V 1+ ( 0.681 ) V 1+ ( 0.211 ) V
5
0.21
0.136
0.042
+
+
+
=1
1+ 9V 1+1.1 V 10.32V 10.79 V
Untuk mencari nilai V digunakan Program Secant, fungsi yang dimasukkan adalah sebagai
berikut:
5
0.21
0.136
0.042
+
+
+
1=0
1+ 9V 1+1.1 V 10.32V 10.79 V
Selanjutnya memasukkan fungsi diatas ke dalam program Secant. Berikut merupakan listing
program secant dengan fungisnya dicetak merah.
C
C
C
C
C
C
C
C
'x0 = ',x0
'x1 = ',x1
'x = ',x
'f(x) = ',f(x)
'flag = ',flag
'Jumlah Iterasi = ',iter
STOP
END
FUNCTION f(x)
REAL*8 f,x
f =(5/(1+(9*x)))+(0.21/(1+(1.1*x)))+(0.136/(1-(0.32*x)))+(0.042/(
*1-(0.79*x)))-1
RETURN
END
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
SUBROUTINE SECANT(ff,x0,x1,x,eps,itnum,itmax,prflag)
-----------------------------------------------------Sub-program : Solusi PANLT dengan metode SECANT
sebagai varian dari metode BISECTION
ff : fungsi f(x) = 0 yang akan dicari akarnya
x0 : nilai x-awal, identik dengan x(n-1)
x1 : nilai x-awal, identik dengan x
x : nilai x-baru, identik dengan x(n+1)
eps : kriteria atau ketelitian perhitungan
itnum : jumlah iterasi yang dilakukan proses
itmax : jumlah pembatas iterasi untuk proses
prflag : identifikasi untuk konvergensi, yaitu :
0 = proses sedang/akan berlangsung
1 = proses mencapai kekonvergensian
2 = jumlah iterasi maksumum (itmax) telah
C
C
terlampaui
------------------------------------------------------REAl*8 eps,ff,x,x0,x1
INTEGER prflag,itnum,itmax
itnum = 0
prflag = 0
DO WHILE(prflag .EQ. 0)
x = x1-ff(x1)*(x1-x0)/(ff(x1)-ff(x0))
IF (ABS(x - x1) .LE. eps) THEN
prflag = 1
ELSE IF (itnum .GT. itmax) THEN
prflag = 2
ELSE
itnum = itnum + 1
x0 = x1
x1 = x
ENDIF
ENDDO
RETURN
END
Selanjutnya jika kita lihat bahwa persamaan diatas menghasilkan persamaan yang
berorde 4, sehingga jika kita hitung manual akan dihasilkan nilai dari titik potong terhadap
sumbu x sebanyak 4 buah. Oleh karena itu kita harus memilih harga taksiran awal yang sesuai
dalam memasukkan nya di program secant. Oleh karena nilai dari fraksi V berkisar antara 0
sampai dengan 1, maka harga taksiran awal yang paling sesuai sehingga menghasilkan hasil yang
paling benar adalah 0 dan 0.1
Berdasarkan hasil program fortran diatas maka didapatkan nilai dari atau V sebesar 0.855 Nilai
dari komposisi mol cair dan uap adalah sebagai berikut:
V =0.855
L+V =1
L=1V =10.855=0.14
z1 K 1
1+ ( K 11 ) V
(0.5 10)
=0.575
1+ ( 101 ) 0.855
Ethane
y 2=
z2 K 2
(0.1 2.1)
=
=0.108
1+ ( K 21 ) V 1+ (2.11 ) 0.855
Propane
y 3=
z3 K 3
1+ ( K 31 ) V
(0.2 0.68)
=0.187
1+ ( 0.681 ) 0.855
n-Butane
y4 =
z4 K 4
(0.2 0.21)
=
=0.129
1+ ( K 41 ) V 1+ ( 0.211 ) 0.855
Setelah mendapatkan nilai dari y yang merupakan fraksi dari uap, maka dari rumus
K i=
yi
xi
Methane
y 0.575
x 1= 1 =
=0.058
K1
10
Ethane
y 0.108
x 2= 2 =
=0.052
K2
2.1
Propane
y 0.187
x 3= 3 =
=0.275
K 3 0.68
n-Butane
Vapour-Liquid Equilibria (VLE) Kelompok 8 Termodinamika 02 | 8
x 4=
y 4 0.129
=
=0.616
K 4 0.21
Komponen
Metana
Etana
Propana
n-Butana
Jumlah Total
K
10
2.1
0.68
0.21
Z
0.5
0.1
0.2
0.2
1.000
y
0.575
0.108
0.187
0.129
0.999
x
0.058
0.052
0.275
0.616
1.001
SOAL 3
Activity coefficient approach is capable of modeling and correlating VLE of highly non-ideal
mixtures at low pressures.
a. Give definition for activity coefficient of component ( 1 ) using your own words
b. Comments on the shape of the phase envelope of the following binarymixture:
tetrahydrofuran/
carbontetrachloride,
ethanol/toluene,
chloroform/tetrahydrofuran,
Koefisien aktivitas adalah sebuah faktor yang digunakan dalam termodinamika untuk
menyatakan besarnya penyimpangan larutan dari kondisi ideal yang digambarkan dengan
aktivitas molekul dalam campuran. Dalam hal ini kondisi ideal yang dimaksud adalah
berdasarkan Hukum Raoult. Jika suatu zat campuran terdiri dari komponen i dan zat
lainnya, maka akibat ketidakidealan larutannya menyebabkan nilai konsentrasi berubah
atau menyimpang dari kondisi idealnya.
yi P
1=
xi Psat
i
Koefisien aktivitas digunakan pada larutan dengan tekanan sistem rendah sampai sedang.
b) Komentar Grafik
Tetrahydrofuran/ carbontetrachloride
Terlihat bahwa P-x1 atau kurva bubble point berada dibawah garis linear hukum
Raoult. Hal ini dinyatakan negatif dari kelinearan. Kurva THF berada diatas kurva
carbon tetrachlorida. Dan daerah dua fasa yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan
bahwa THF lebih mudah menguap dibandingkan carbon tetrachloride. Seperti yang
diketahui bahwa titik didih THF adalah 66C sedangkan titik didih carbon
tetrachloride adalah 76,72C. Diketahui campuran polar dan polar. Sehingga dapat
larut. Jadi pada kondisi ini tidak akan terbentuk azeotrope.
Ethanol/ toluene
Terlihat bahwa titik maksimum kurva P-x1 dan P-y1 berada pada titik yang sama. Titik
ini desebut titik maksimum azeotrope. Kurva ethanol berada diatas kurva toluene.
Daerah dua fasa yang terbentuk relatif besar. Hal ini karena perbedaan titik didih dari
kedua larutan yang besar. Diketahui titik didih ethanol = 78,37C dan toluene = 111C.
Azeotrope pada titik maksimum kurva menunjukkan bahwa komposisi kedua larutan
adalah sama. Hal ini terjadi karena ethanol merupakan senyawa polar sedangkan
toluene merupakan senyawa nonpolar. Diketahui bahwa senyawa polar sulit larut
dalam senyawa nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi pada titik ini, sehingga
Terlihat bahwa titik minimum kurva P-x1 (bubble point) dan P-y1 (dew point) berada
pada titik yang sama. Kondisi pada titik ini disebut azeotrope. Kurva chloroform
berada diatas kurva tetra hydrofuran. Daerah dua fasa relatif kecil. Hal ini terjadi
karena perbedaan titik didih yang sangat kecil. Dimana titik didih chloroform =
61,2C dan THF = 66C. Azeotrope pada titik minimum kurva menunjukkan bahwa
komposisi kedua larutan adalah sama. Hal ini terjadi karena chloroform merupakan
senyawa nonpolar sedangkan THF merupakan senyawa polar. Diketahui bahwa
senyawa polar sulit larut dalam senyawa nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi
pada titik ini, sehingga komposisi kedua larutan sama.
Terlihat bahwa kurva P-x1 berada diatas garis linear hukum Raoult. Sedangkan kurva
P-y1 berada dibawah kurva ideal. Terlihat daerah dua fasa yang relatif besar. Hal ini
menunjukkan perbedaan titik didih yang tinggi antara kedua larutan. Seperti diketahui
bahwa titik didih furan = 31,4C dan carbon tetrachloride = 76,72C. Diketahui
campuran sama-sama polar sehingga dapat larut satu sama lain. Sehingga tidak akan
terbentuk azeotrope pada kondisi ini.
c) Keuntungan dan Kerugian Koefisien Aktivitas
Keuntungan
Pendekatan koefisien aktifitas merupakan cara terbaik dalam menunjukkan ketidak
idealan larutan pada tekanan rendah.
Kerugian
C4H8O2 dengan berat molekul senyawa 88.11 g/mol. Kedua senyawa tersebut memiliki
berat senyawa yang berbeda jauh. Hal ini juga dipengaruhi oleh ukuran molekul senyawa
tersebut. Seperti terlihat pada gambar 1, kloroform memiliki ukuran molekul yang lebih
besar daripada 1,4 dioksana. Ini menunjukkan bahwa besar molekul kedua senyawa tidak
sama sehingga tidak dapat dikatakan sebagai campuran yang ideal yang dapat diterapkan
pada hukum Raoult.
Selain itu berdasarkan daya tarik intermolekularnya, kloroform memiliki titik didih yang
lebih rendah daripada 1,4 dioksana yaitu 61,2C sementara 1,4 dioksana memiliki titik
didih yang tinggi yaitu 101,3C. Larutan yang memiliki titik didih yang rendah
menandakan bahwa tekanan uap larutan tersebut adalah tinggi. Sehingga apabila sebuah
larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu yang sama, ini berarti bahwa
molekul molekul yang berada dalam larutan tersebut sedang melepaskan diri dari
permukaan larutan dengan mudahnya. Mudahnya suatu larutan untuk melepaskan diri
menandakan daya tarik intermolekulernya relatif rendah. Ini juga yang menyebabkan
kloroform bersifat mudah menguap.
Sebaliknya untuk larutan yang memiliki titik didih tinggi seperti 1,4 dioksana memiliki
daya tarik intermolekuler yang tinggi sebab tekanan uapnya tinggi pada suhu yang sama.
Sehingga molekul molekulnya tidak mudah lepas dari permukaannya. Dari kedua titik
didih tersebut dapat diketahui bahwa kedua senyawa memiliki daya tarik intermolekuler
yang berbeda. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian terhadap syarat suatu campuran dapat
dikatakan ideal. Oleh sebab itu dalam hal ini hukum Raoult tidak cocok untuk kedua
campuran senyawa tersebut, dimana kondisi inilah yang akan menyebabkan terjadinya
deviasi pada hukum Raoult.
Ditanya : Tentukan jika campuran di dalam vessel akan menjadi campuran dari saturated
liquid dan saturated vapor, vapor atau liquid
Jika terdapat 2 fase, tentukan fraksi mol tiap fasanya
Jawab :
Pada poin a), telah diketahui bahwa campuran chloroform-1,4 dioxane bukan larutan ideal
sehingga hukum Raoult tidak dapat diaplikasikan pada kasus ini.
Berdasarkan kurva yang didapat, system tersebut menggambarkan deviasi negative. Hal
tersebut dikarenakan sifat dari hukum Raoult yang menyatakan jika nilai dari koefesien
aktivitas larutan dan gas kurang dari satu, serta konstanta lain yang bernilai negatif
sehingga persamaan Margules dapat berlaku. Persamaan Margules yang dimaksud adalah :
ln 1=x 22 [ A 12+2 ( A21 A 12) x 1]
(1)
(2)
dengan A12 = -0,72 dan A21 = -1,27 dan x1 + x2 = 1 berarti x2 = 1 x1. Korelasi Psat dan
P pada persamaan Margules juga dapat ditentukan sebagai berikut :
sat
sat
P=x 1 1 P1 + x 2 2 P 2
y 1=
x 1 1 Psat
x1 1 P1sat
1
=
sat
P
x1 1 Psat
1 + x 2 2 P2
(3)
(4)
ln Psat
1 =15,9732
2696,79
323+(46,16)
Psat
1 =508,70 mmHg=69,527 kPa
ln Psat
2 =16,1327
2966,88
323+(62,15)
sat
Menentukan nilai x1, x2, y1, y2 melalui trial and error dengan memasukan nilai nilai yang
diketahui ke persamaan (1), (2), (3),(4) pada saat T=50 oC dengan menggunakan
Ms.Excel
Dari soal diketahui bahwa Psistem berada pada 25 kPa dan T = 50oC sehingga melalui
data diatas dapat ditentukan nilai x1, x2, y1, y2 melalui interpolasi sebagai berikut :
Mencari nilai x1
x 0,3
2523,116442
= 1
26,97602923,116442 0,40,3
x 1=0,3488 0,35
Mencari nilai x2
x 2=1x 1
x 2=10,3488
x 2=0,6512
Mencari nilai y1
y 10,59779942
2523,116442
=
26,97602923,116442 0,658625630,59779942
y 1=0,6020
Mencari nilai y2
Vapour-Liquid Equilibria (VLE) Kelompok 8 Termodinamika 02 | 18
y 2=1 y1
y 2=10,6020
y 2=0,398
Jadi menurut persamaan mergules diperoleh komposisi sebagai berikut :
Komposisi Cairan
X1
Cara
0 , 35
kedua
Komposisi Uap
X2
Y1
Y2
0,6512
0,6020
0,398
menggunakan
adalah
metode
dengan
flash
calculations. Dimana untuk menggunakan metode ini, kita harus meninjau terlebih
dahulu apakah campuran chloroform-1,4 dioxane pada P = 25 kPa dan T = 50
dalam
keadaan dua fasa atau tidak. Untuk mengetahuinya, tahap pertama adalah kita harus
mencari nilai Pbuble dan Pdew.
dan
(5)
(1)
ln 1=0,46859
1=0,6258 0,63
(2)
Pbuble=25,0123 kPa
Menentukan Pdew
P dew=
1
y1
1P
P dew=
sat
1
y2
sat
2 P2
(6)
1
0,6020
0,398
+
(0,63)(69,53 kPa) (0,9344)(15,91 kPa)
Pdew=24,6822 kPa
Dilihat dari data diatas maka Psistem = 25 kPa berada pada campuran cair jenuh dengan uap
jenuh (campuran 2 fasa) sehingga dapat digunakan perhitungan kilat untuk menentukan nilai
xi dan yi
P
K i= i
P
K 1=
69,53 kPa
=2,7812
25 kPa
K 2=
15,91 kPa
=0,6364
25 kPa
1+V (i K i1 )
i
z1 K 1
z2 K 2
+
=1
1+V ( K 11 ) 1+V ( K 21 )
( 0,5 2,7812 )
( 0,5 0,6364 )
+
=1
1+V ( 2,78121 ) 1+V ( 0,63641 )
Karena L + V =1, dan system berada di daerah 2 fasa, maka nilai V harus < 1. Sehingga, V =
0,99
Setelah diketahui nilai V maka selanjutnya dapat ditentukan nilai L
V+L=1
L=1V
L = 1 0,99
L = 0,01
zi K i
1+ V ( K i1 )
y 1=
( 0.5 2,7812 )
=0,50322
1+ 0.99 (2,78121 )
y 2=
( 0.5 0,6364 )
=0,4976
1+ 0.99 ( 0,63641 )
Komposisi Uap
X1
X2
Y1
Y2
0 .1809
0.7812
0,50322
0,4976
x i=
zi
L+ K i (1L)
x 1=
0,5
=0.1809
0,01+2,7812 ( 10,01 )
x 2=
0,5
=0.7812
0,01+ 0,6364 ( 10,01 )
Dengan menggunakan flash calculations diperoleh hasil yang sedikit berbeda dengan hasil
sebagai berikut :
SOAL 5
From SVA book (6th edition, problem 12.6)
VLE data for methyl tert-butyl ether(l)/dichloromethane(2) at 308.15 K (35C) (extracted from F.
A. Mato, C. Berro, and A. Ptneloux, J. Chem. Eng. Data, vol. 36, pp. 259-262, 1991) are as
follows:
The data are well correlated by the three-parameter Margules equation [an extension of Eq.
(12.9)]:
(a) Basing calculations on Eq. (12.1), find the values of parameters A12, A21, and C that
provide the best fit of GE/RT to the data.
(b) Prepare a plot of In ( 1 , In ( 2 , and GE/(x1x2RT) VS. X I showing both the
correlation and experimental values.
(c) Prepare a P-x-y diagram [see Fig. 12.7(a)] that compares the experimental data with the
correlation determined in (a).
Jawab:
a) Menentukan 3 parameter Margules: A12, A21, dan C
Untuk menentukan nilai A21, A12, dan C dapat diselesaikan dengan perkalian matriks A. x = B.
Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Tentukan simpangan baku dari persamaan Margules
S = (GE/RT (A21.x1 + A12.x2 C x1x2) x1x2)
dS
A 21
A12
S
dS
A 12 = (GE/RT (A21.x12x2 + A12.x1x22 C (x1x2)2) (-x1x22) = 0
C
S
dS
C
C
A21 (x14x23) + A12 (x13x24) C (x14x24) = (GE/RT). (x1x2)2
4. Buat matriksnya menjadi A.x = B
(G E/ RT )( x 12 x 2)
(G E/ RT )( x 1 x 22)
x1
(G E /RT )( 2 x 22)
][ ]
A 21
. A 12 =
C
P
No. (kPa)
X1
Y1
X2
Y2
0.7181
08
0.9972
68
0.7238
23
0.9974
37
0.7301
68
0.9967
24
0.7465
4
0.7726
31
0.9927
17
0.9813
35
4
5
ln 1
ln
GE/RT
0.3311
4
0.3232
1
0.3144
8
0.2923
1
0.2579
0.0027
4
0.0025
7
0.0032
8
0.0073
1
0.0188
0.0135
7
0.0211
3
0.0320
4
0.0547
6
0.0781
0.8147
35
0.9584
48
0.8306
84
0.9409
71
0.8798
24
0.8898
56
0.9092
06
0.8523
5
10
0.9447
49
0.7944
21
11
0.9724
64
0.7356
58
12
0.9881
96
0.6841
55
13
0.9960
17
0.6442
87
5
0.2048
9
0.1855
1
0.1280
3
0.0951
8
0.0568
4
0.0279
2
0.0118
7
0.0039
9
0.9990
96
12.026
2
0.6165
51
12.082
2
0.0009
2.2342
14
4
0.0424
4
0.0608
4
0.1167
0.1597
6
0.2301
4
0.3069
9
0.3795
7
0.4396
1
0.4836
1
2.2544
9
0.0964
1
0.1092
1
0.1224
1
0.1226
3
0.1134
0.0927
8
0.0679
1
0.0435
0.0236
4
0.9916
GE/RT
0.0135
7
23
7
0.0211
3
0.0320
4
nilai
pada
0.0547
kedalam
6
0.0781
9
7.
matriks
dengan
0.0964
1
Buat
0.1092
pada
1
telah
lalu
0.1224
pada
1
C.
adalah:
0.1226
3
0.1134
0.0927
8
0.0679
1
0.0435
0.0236
X1^2.X2
X1^2.X2
X1.X2^2 ^2
0.0761
13
0.0231
06
0.1156
71
0.0463
13
0.1402
83
0.0736
96
0.1481
47
0.0921
33
0.1453
23
0.1258
93
0.1240
94
0.1405
0.1038
9
0.1481
0.0717
63
0.1369
32
0.0414
58
0.1094
88
0.0196
86
0.0749
93
0.0074
8
0.0427
0.0021
GE/RT.X1^2. GE/RT.X1.X2
X2
^2
GE/RT.X1^2.X
2^2
Kelompok
8 Termodinamika
02 | 29
0.00680
0.0003254
2 0.00326232
07 0.000295892
0.00201
0.0010110 -4.99741E-
89
=mmult(minverse(matriks A),(matriks B)
Dari perkalian matriks pada Ms. Excel ini akan didapatkan nilai-nilai matriks X, yaitu
A 21 0.5153
A 12 = 0.3184
0.2837
C
[ ][ ]
, In (
, and GE/(x1x2RT) VS. X I showing both the correlation and experimental values.
Experimental Data
P
No. (kPa)
X1
Y1
X2
Y2
g1
0.7181
08
0.9972
68
0.7238
23
0.9974
37
0.7301
68
0.9967
24
0.7465
4
0.9927
17
0.7726
31
0.9813
35
0.8147
35
0.9584
48
0.8306
84
0.9409
71
0.8798
24
0.9092
06
0.8898
56
0.8523
5
8
9
ln 1
ln
GE/RT
0.3311
4
0.3232
1
0.3144
8
0.2923
1
0.2579
5
0.2048
9
0.1855
1
0.1280
3
0.0951
0.0027
4
0.0025
7
0.0032
8
0.0073
1
0.0188
4
0.0424
4
0.0608
4
0.0135
7
0.0211
3
0.0320
4
0.0547
6
0.0781
9
0.0964
1
0.1092
1
0.1224
1
0.1226
0.1167
0.1597
1/
(X1.X2
)
31.337
16
18.332
62
11.924
32
7.2057
66
5.3591
5
4.5076
89
4.2113
07
4.0002
07
4.0918
21
GE/
(X1.X2)RT
0.425324
21
0.387391
59
0.382010
05
0.394598
75
0.419026
92
0.434569
81
0.459925
66
0.489647
75
0.501797
10
0.9447
49
0.7944
21
11
0.9724
64
0.7356
58
12
0.9881
96
0.6841
55
13
0.9960
17
0.6442
87
8
0.0568
4
0.0279
2
0.0118
7
0.0039
9
14
0.9990
96
0.6165
51
0.0009
6
0.2301
4
0.3069
9
0.3795
7
0.4396
1
0.4836
1
12.026
2
12.082
2
2.2342
2.2544
3
0.1134
0.0927
8
0.0679
1
4.5482
86
0.0435
0.0236
4
12.125
11
0.9916
143.27
14
5.6056
88
7.7414
82
22.280
85
27
0.515788
91
-0.520081
0.525730
66
0.527461
15
0.526729
11
6.510082
84
ln 1, ln 2, GE/(X1.X2)RT VS. X1
0
1.0000
-0.1
0.0000 2.0000
-0.2
ln gamma1
ln gamma2
ln 1, ln 2, GE/(X!.X2)RT -0.3
GE/(X1.X2)RT
-0.4
-0.5
-0.6
X1
Untuk mencari nilai data Correlation Value, maka perhitungan ln1, dan ln2 adalah seperti berikut:
Dari perhitungan poin A, maka nilai A12, A21, dan C telah diketahui dan dapat disubstitusikan kedalam persamaan diatas:
A 21 0.5153
A 12 = 0.3184
0.2837
C
[ ][ ]
P (kPa)
X1
Y1
X2
Y2
83.402
0.033
0
0.014
1
0.967
0
0.985
9
82.202
0.057
9
0.025
3
0.942
1
0.974
7
80.481
0.092
4
0.041
6
0.907
6
0.958
4
76.719
0.166
5
0.080
4
0.833
5
0.919
6
0.248
2
0.332
2
0.131
4
0.197
5
0.751
8
0.667
8
0.868
6
0.802
5
5
6
72.422
68.005
ln 1
ln 2
GE/RT
0.2932
6
0.2762
2
0.2550
6
0.2175
2
0.1852
5
0.1581
0.0004
2
0.0012
2
0.0029
4
0.0084
7
0.0168
6
0.0279
0.0100
8
0.0171
5
0.0262
3
0.0432
7
0.0586
6
0.0711
1/
GE/
(X1.X2) (X1.X2)RT
31.337
16
18.332
62
11.924
32
7.2057
66
5.3591
5
4.5076
89
0.31585952
6
0.31433985
9
0.31281569
9
0.31182513
5
0.31434424
6
0.32088314
65.096
0.388
0
0.245
7
0.612
0
0.754
3
59.651
0.503
6
0.368
6
0.496
4
0.631
4
56.833
0.574
9
0.456
4
0.425
1
0.543
6
10
53.689
0.673
6
0.588
2
0.326
4
0.411
8
11
51.620
0.767
6
0.717
6
0.232
4
0.282
4
12
50.455
0.847
6
0.823
8
0.152
4
0.176
2
49.926
0.909
3
0.900
2
0.090
7
0.099
8
49.720
0.952
9
0.950
2
0.047
1
0.049
8
900.22
1
6.547
7
5.541
0
7.452
3
8.459
0
13
14
6
0.1420
2
0.1101
0.0903
4
0.0626
1
0.0370
8
0.0181
8
0.0071
1
0.0020
5
1.8549
5
2
0.0370
1
0.0628
7
0.0861
0.1326
0.1990
9
0.2791
7
0.3597
7
0.4285
1
1.6429
5
9
0.0777
5
0.0866
6
0.0885
4
0.0854
5
0.0747
3
0.0579
5
4.2113
07
0.0391
0.0221
4
12.125
11
22.280
85
0.32743999
0.34664504
8
0.36227105
7
0.38866233
9
0.41893591
2
0.44864986
1
0.47404716
7
0.49329657
1
0.7589
143.27
14
5.15001555
4.0002
07
4.0918
21
4.5482
86
5.6056
88
7.7414
82
ln 1, ln 2, GE/(X1.X2)RT VS. X1
0
1.0000
-0.1
0.0000 2.0000
-0.2
ln gamma1
ln gamma2
ln 1, ln 2, GE/(X!.X2)RT -0.3
GE/(X1.X2)RT
-0.4
-0.5
-0.6
X1
ln 1, ln 2, GE/(X1.X2)RT VS. X1
0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000
-0.1
ln gamma1 (experiment)
-0.2
ln gamma2 (experiment)
GE/(X1.X2)RT (experiment)
ln 1, ln 2, GE/(X!.X2)RT
-0.3
ln gamma1 (correlation)
ln gamma2 (correlation)
-0.4
GE/(X1.X2)RT (correlation)
-0.5
-0.6
X1
(c)
No.
Prepare a P-x-y diagram [see Fig. 12.7(a)] that compares the experimental data with the
correlation determined in (a).
Plot grafik P-x,y
Experimental Data
P
(kPa)
X1
Y1
P (kPa)
60
X1
40
Y1
20
0
0.00000.20000.40000.60000.80001.00001.2000
X1, Y1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
83.40
2
82.20
2
80.48
1
76.71
9
72.42
2
68.00
5
65.09
6
59.65
1
56.83
3
53.68
9
51.62
0
50.45
0.033
0
0.057
9
0.092
4
0.166
5
0.248
2
0.332
2
0.388
0
0.503
6
0.574
9
0.673
6
0.767
6
0.847
0.014
1
0.025
3
0.041
6
0.080
4
0.131
4
0.197
5
0.245
7
0.368
6
0.456
4
0.588
2
0.717
6
0.823
13
14
5
49.92
6
49.72
0
900.2
21
6
0.909
3
0.952
9
6.547
7
8
0.900
2
0.950
2
5.541
0
Correlation Data
Dari nilai ln 1 dan ln 2 untuk correlation value yang telah dihitung pada poin b, maka kita
dapat mengetahui nilai 1 dan 2 dengan meng-exp-kan nilai tersebut. Lalu mencari nilai P
correlation dan Y correlation yang sesungguhnya dengan:
No P
.
(kPa)
X1
Y1
X2
Y2
83.63
8
0.033
0
0.014
6
0.967
0
0.985
4
0.7458
32
0.9995
84
82.41
0
0.057
9
0.026
5
0.942
1
0.973
5
0.7586
46
0.9987
77
80.71
3
0.092
4
0.044
0
0.907
6
0.956
0
0.7748
7
0.9970
67
77.11
6
0.166
5
0.086
2
0.833
5
0.913
8
0.8045
14
0.9915
68
73.26
4
0.248
2
0.139
7
0.751
8
0.860
3
0.8309
0.9832
78
69.44
6
0.332
2
0.202
7
0.667
8
0.797
3
0.8537
11
0.9724
68
66.99
1
0.388
0
0.249
4
0.612
0
0.750
6
0.8676
06
0.9636
67
62.13
2
0.503
6
0.360
3
0.496
4
0.639
7
0.8957
41
0.9390
66
9
10
59.32
1
55.77
0.574
9
0.673
0.439
4
0.563
0.425
1
0.326
0.560
6
0.437
0.9136
24
0.9393
0.9175
02
0.8758
ln
0.2932
6
0.2762
2
0.2550
6
0.2175
2
0.1852
5
0.1581
6
0.1420
2
0.1101
0.0903
4
-
ln
0.0004
2
0.0012
2
0.0029
4
0.0084
7
0.0168
6
0.0279
2
0.0370
1
0.0628
7
0.0861
-
14
13
11
52.94
3
0.767
6
0.693
3
0.232
4
0.306
7
0.9635
95
0.8194
77
12
51.13
3
0.847
6
0.807
8
0.152
4
0.192
2
0.9819
85
0.7564
11
13
50.20
0
0.909
3
0.892
5
0.090
7
0.107
5
0.9929
15
0.6978
35
14
49.80
6
0.952
9
0.947
5
0.047
1
0.052
5
0.9979
48
0.6514
78
914.8
85
6.547
7
5.466
6
7.452
3
8.533
4
12.321
2
12.563
99
0.0626
1
0.0370
8
0.0181
8
0.0071
1
0.0020
5
1.8549
5
0.1326
0.1990
9
0.2791
7
0.3597
7
0.4285
1
1.6429
5
P (kPa)
60
X1
40
Y1
20
0
0.00000.20000.40000.60000.80001.00001.2000
X1, Y1
Grafik P-X,Y
100
80
X1 (experiment)
60
P (kPa)
Y1 (experiment)
X1 (correlation)
40
Y1 (correlation)
20
0
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
X1, Y1
DAFTAR PUSTAKA
Asme. 2006. Steam Tables Compact Edition. New York: Three Park Avenue.
J. M. Smith, H. C. van Ness, and M. M. Abbott (SVA). 2001. Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics, 6th ed. New York: McGraw Hill.
Moran, Michael J. 2004. Termodinamika Teknik Kimia Jilid I Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 2013. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.