PENDAHULUAN
bilangan iodium dan h/s, dibandingkan dengan asam stearat blended yang berbeda
dari minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit (Flora Sawita Chemindo, 2008).
Mutu asam stearat berbasis RBDPS dari PT. Flora Sawita Chemindo (versi
Feld und Hahn) belum dapat dihasilkan secara stabil sesuai Tabel 1.1 dari sisi
parameter mutu kestabilan warna atau h/s off specs, walau dibuat dengan mutu
bahan baku intermediate HSRBDPSFA (Hydrogenated Splitted RBPS Fatty Acid)
yang relatif sama dengan bilangan iodium atau iodine value (IV) 0,80 g/100 g dan
cara perbaikan kondisi operasi distillasi yang relatif sama, untuk membuat h/s relatif
in specs sesuai Tabel 1.1. Penggunaan umpan HSRBDPSFA ini, disamping menekan
jumlah ikatan rangkap, untuk mendapatkan komposisi di atas juga untuk menekan
zat warna dalam asam stearat (berbasis RBDPS) dan diharapkan h/s-nya bisa lebih
rendah dan stabil, sesuai standar mutu produk ini. Fakta menunjukkan, kenaikan IV
pada umpan HSRBDPSFA di atas 0,80 g/100 g menghasilkan asam stearat blended
yang off specs. Mengingat hal ini dan fungsi hidrogenasi asam lemak (menekan IV
dan menaikkan stabilitas warna), diperkirakan nilai IV yang lebih rendah pada
HSRBDPSFA (umpan proses distillasi), diharapkan bisa mencapai standar mutu
produk ini, khususnya h/s. Iodine Value asam lemak yang lebih rendah, adalah
indikasi jumlah double bond yang lebih rendah dan semakin sulit mengalami
oksidasi oleh oksigen dan panas (merusak warna asam lemak lebih gelap),
sehingga h/s lebih rendah dan stabil. Ini yang mendasari variasi IV umpan yang lebih
rendah untuk diteliti pengaruhnya terhadap h/s produk ini dan ini juga diperkirakan
sebagai pengaruh mutu umpan terhadap mutu produk ini.
Tabel 1.1 Mutu Spesifik Asam Stearat berbasis RBDPS
No
Item Analisa
Warna 5 , Lovibond
Standar Mutu
0,1R / 0,8Y maks
0,20 maks
0,6 R/6,0Y maks
pengotor pada fraksi ringan (lower boiling point), hingga 5 % (normal 1,5 3 %)
dan residue (higher boiling point), hingga 10 % (normal 5,5 %) dari total umpan
(perhatikan Gambar 2.1 dan 2.4). Ini berdampak pada kehilangan C 16-18 pada kedua
fraksi ini, sangat riskan pada komposisi C 18 di bawah 37 % (range 37-42 %). Semua
ini sesuai prinsip kesetimbangan massa pada proses distillasi Ini juga berdampak
luas pada : penurunan target dan mengganggu jadwal produksi secara menyeluruh,
karena secara umum tidak bisa dihasilkan dalam satu siklus produksi normal (Flora
Sawita Chemindo, 2008). Klimaks hal ini menyebabkan pendapatan perusahaan
jadi lebih rendah, akibat penurunan harga, daya saing dan
Fraksi ringan
Umpan
Drier
Kolom
Precut
Kolom
Pemisah
Utama
Kolom
Residue
Sisa C 16-18,
Residue
Fraksi ringan,
Asam lemak C 16-18, Residue
Residue
dipisahkan sebagai fraksi ringan (low boilers) pada kolom fraksinasi dan bahan
pengotor seperti sterol, pospatida, gliserol dan trigilerida yang tidak terhidrolisa
dipisahkan sebagai fraksi berat (high boilers) atau residue (Brocmann, 1987). Mutu
umpan dan kondisi suhu, tekanan dan keseimbangan massa pada distillasi
mempengaruhi mutu asam lemak distillat yang dihasilkan (Hermann, 1990). Kondisi
yang berbeda menghasilkan mutu distillat asam lemak yang berbeda. Fakta dan
rujukan ini mendasari langkah perbaikan yang telah dicoba dilakukan dan optimasi
yang akan dilakukan untuk memisahkan bahan pengotor pada kondisi distillasi yang
sesuai untuk menghasilkan mutu distillat asam stearat yang spesifik sesuai Tabel 1.1.
Kenaikan fraksi ringan yang dilakukan hingga 5 % harus dibarengi dengan
kenaikan suhu pada precut column pada tekanan vakum (perlu dicatat dalam hal ini,
kondisi operasi berubah) untuk memisahkan lebih banyak bahan yang sensitif
terhadap perubahan warna lebih gelap (akibat oksidasi oleh oksigen dan panas),
seperti zat warna, asam laurat C 12, miristat C 14 , aldehid dan/atau keton (dalam
HSRBDPSFA), hingga lebih rendah jumlahnya dalam asam stearat, agar pada
akhirnya diharapkan h/s-nya in specs dan lebih stabil. Tindakan ini juga harus
dibarengi dengan pengurangan yield distillat asam stearat (yang sangat tidak
diharapkan), di bawah 93 %. Hal ini disebabkan kenaikan suhu pada precut column
berdampak pada kenaikan suhu bottom main distiller (diatas suhu normalnya) yang
menyebabkan h/s merangkak naik. Dalam hal ini suhu harus diturunkan lebih
rendah, agar h/s cenderung turun (perlu dicatat lagi kondisi operasi berubah lagi
pada main distiller column, lebih rendah). Jadi kenaikan suhu bottom main distiller
menyebabkan kecenderungan warna dan h/s asam lemak ini merangkak naik atau
sebaliknya. Suhu sebagai driving force dalam hal ini, disamping untuk memisahkan
asam stearat dan residue. Fakta pengalaman ini sesuai dengan pernyataan (Brocmann
et al. 1987) tentang akselerasi kerusakan asam lemak yang dipengaruhi oleh suhu.
Pada kasus ini mutu umpan diperkirakan belum sesuai dengan mutu produk asam
lemak yang diharapkan (Tabel 1.1), dan yang pasti kondisi pemurnian distillasi
belum sesuai. Dalam hal ini sangat diharapkan yield fraksi ringan 1,5 3 % dan
asam stearat 93 % pada kondisi pemisahan distillasi yang relatif tetap normal.
Hal ini menguatkan sangat perlu ditemukan bahan baku intermediate
HSRBDPSFA dan kondisi pemisahan distillasi yang sesuai dan optimum, agar h/s in
specs saat kapasitas dinaikkan. Hal ini mengingat, perbedaan rasio distillat produk
Fraksi ringan
Asam lemak
C 16-18 rubber
grade
Umpan
Drier
Kolom
Precut
Fraksi ringan,
Asam lemak C 16-18, Residue
Kolom
Pemisah
Utama
Kolom
Residue
Sisa C 16-18,
Residue
Residue
utama yang sesuai untuk mendapatkan heat stability yang optimum dan stabil
pada distillat asam stearat berbasis RBDPS.
memvariasikan :
a. Kecepatan alir umpan (feed rate)
b. Bilangan iodium umpan (feed Iodine value)
c. Suhu bagian bawah kolom pemisah main distiller (bottom main distiller).
1. 3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan heat stability yang stabil pada
asam stearat berbahan baku RBDPS pada kondisi pemisahan yang relatif tetap.