Proses pendinginan dan pencairan gas alam adalah proses pengurangan panas dari media yang
akan didinginkan ke media pendingin. Sebaliknya proses penguapan adalah proses penambahan panas
dari media pendingin ke media yang didinginkan.Proses penambahan panas ataupun proses
pengurangan panas pada suatu zat akan diikuti dengan peruabahan suhu dari zat tersebut yang
kemudian diikuti dengan perubahan phasa.
Pada tekanan konstan titik didih dan titik embun untuk komponen tunggal mempunyai suhu
yang sama, oleh sebab itu perubahan phasa pada komponen ini terjadi pada suhu yang sama. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dibawah ini diberikan grafik perubahan phasa terhadap
perubahan panas.
Tg
Uap
T Tfg
Tf uap cair
Cair
Qf Qsf Q Qg
sg
Q
Untuk pengurangan panas garfiknya akan sama, hanya disini terjadi pelepasan panas bukannya
penyerapan panas dan arah dari grafik diatas berlawanan.
Berbeda dari komponen tunggal , untuk komponen campuran titik didih dan titik embun pada
tekanan konstan besarnya tidak sama. Titik didih ( buble point) dipengaruhi oleh konsentrasi yang
paling ringan , sedangkan titik embun ( dew point) dipengaruhi oleh konsentrasi yang paling berat
dalam campuran tersebut. Dengan demikian bila digambarkan dalam grafik T vs Q bentuk kurvanya
kurang lebih sebagai berikut:
Tg
Uap
T Tfg
Tf uap cair
Cair
Qf Qsf Q Qg
sg
Untuk pendingin komponen ganda , komonen penguapan ini yang memegang peranan penting
dalam operasi pendingin gas alam.
Di pilihnya pendingin komponen ganda untuk pencairan gas alam didasarkan beberapa
pertimbangan ekonomis. Seperti kita ketahui bahwa gas alam terdiri dari beberapa komponen,
sedangkan komponen yang paling dominan adalah methana oleh sebab itu panas penguapan dan titik
didih dari gas alam adalah mendekati panas penguapan dan titik didih methana. Untuk mendinginkan
dan mencairkan gas alam tersebut tentunya membutuhkan komponen yang mempunyai titik didih yang
sama atau lebih rendah dari titik didih gas alam, komponen yang memenuhi persyaratan tersebut
adalah nitrogen dan Methana, tetapi komponen ini mempunyai panas penguapan molar yang rendah.
Hal ini menyebabkan penggunaan salah satu komponen tersebut tidak ekonomis.
0 0
MCR F C BTU /mol
Nitrogen (N2) -300 -184 2241
Methana (CH4) -235 - 148 3327
Ethana ( C2H6) -90 -32 5864
Propana 0 -18 7496
Untuk komponen tunggal terlihat bahwa panas penguapan molar nitrogen atau methana harganya
rendah, hal ini menyebabkan pemakaian salah satu komponen tersebut haruslah dalam jumlah yang
besar, yang berarti pula di perlukan kompresor dengan ukuran dan daya yang besar. Oleh sebab itu di
pilih suatu pendingin komponen ganda yang merupakan campuran dari persenyawaan tersebut diatas.
2.2.2 Penerapan Media Pendingin Pada Pencairan Gas Alam
Walaupun tidak ekonomis , komponen tunggal ( zat murni ) dapat dipergunakan sebagai media
pendingin untuk mencairkan gas alam. Metode yang dipergunakan adalah dengan sistem bertahan
((Cascade). Pada gambar 2.3 diperlihatkan sistem bertahap sederhana yang dipergunakan untuk
mencairkan gas alam. Sistem ini menggunakan tiga kompresor untuk menaikkan tekanan uap masing-
masing komponen. Telah kita ketahui bahwa tekanan kondensasi bergantung pada pada suhu
pendingin. Dengan udara atau air pada 80 0 F diharapkan dapat mencairkan propana pada suhu 95 0 F ,
Tekanan propana dilewatkan melalui katup Joule Thomson untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah
yang dipergunakan untuk mencairkan Ethylene pada tekanan uapnya.Ethylene ini kemudian di lewatkan
pula melalui katup Joule Thomson untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah yang kemudian
dipergunakan untuk mencairkan methane pada tekanan uapnya.Methana inilah yang merupakan tahap
terakhir untuk mencairkan gas alam setelah terlebih dahulu dilewati melalui katup Joule Thomson. Pada
Gambar 2.4 menunjukkan bagaimana beberapa media pendingin dapat digunakan untuk menurunkan
suhu gas alam sampai mencapai suhu -250 0 F.
600
METHANE
500 VAPOR ETHYLENE
PRESSURE VAPOR
400 PRESSURE
PROPANE
300 VAPOR
ETTTHYLENEC ONDNNCE METHANE
PRESSURE
CONDENSE ETHYLENE
200
PRESSURE, psia
100
PROPANE
50
14.7
-300 -250 -200 -150 -100 -50 0 50 100
TEMPERATURE, 0 F
-100
3 4
1
-200 2
-250
Gas alam tidak akan mengkondensasi seluruhnya pada tekanan konstan seperti pada komponen tunggal
(zat murni), karena gas alam merupakan zat campuran . Dengan membuat campuran MCR dengan
komposisi yang benar akan mungkin membuat kurva pemanasan yang mengikuti kurva pendinginan gas
alam. Keadaan ideal ini akan menyerupai diagram Gambar 2.5
Gambar 2.5 Beban Refrigerasi vs Tempratur
Dari Gambar 2.5 diatas dapat dilihat proses sirkulasi system pendingin komponen ganda pada
kilang pencairan gas alam di PT Badak. MCR yang High dari MHE dan telah menjadi uap seluruhnya
masuk ke MCR. Dari suction drum, MCR uap masuk ke MCR first stage kompresor. Uap yang telah di
kompresikan didinginkan oleh penukar panas air laut untuk menghilangkan panas kompresi sebelum
masuk ke second stage suction drum , kemudian dilanjutkan ke MCR second stage Compressor.MCR
yang terkompresi didinginkan oleh penukar panas air laut untuk menghilangkan panas kompresi
sebelum masuk ke High, Medium dan low level propane exchanger.MCR yang meninggalkan low level
propana exchanger mempunyai aliran campuran dua phase MCR uap dan MCR cair. MCR ini kemudian
kemudian di alirkan ke MCR flash drum untuk dipisahkan menjadi MCR uap dan MCR cair. Selanjutnya
bersama-sama dengan umpan gas alam, maka kedua MCR diatas di alirkan ke tube-tube dibagian bawah
MHE. Di MHE tube-tube ini terpisah satu sama lain dalam bentuk bundle tuytbe. MHE ini berukuran
besar pada bagian bawah yang disebut juga dengan Warm Bundle,dimana pada seksi ini berisikan
bundle tube umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair. Sedangkan bagian atas MHE lebih kecil
dibandingkan dengan bagian bawahnya , bagian atas MHE dikenal dengan Cold Bundle , dimana pada
seksi ini hanya berisikan bundel tube MCR uap dan bundel tube umpan gas alam saja.
Setelah melalui warm bundle ,MCR cair dialirkan melalui katup Joule Thomsonke bagian shell side
MHE, yang mengakibatkan penurunan tekanan dan suhu . MCR cair dibagian shell side ini MHE di
tamping dalam internal separator , dan kemudian di alirkan melalui distribution valve , untuk
dipercikkan ke luar dari tube-tube yang ada pada bagian warm bundle ini , sehingga umpan gas alam
dan MCR uap yang ada dalam tube-tube tersebut akan mengalami pendinginan dan seterusnya mengalir
ke bagian warm bundle, MCR uap ini di alirkan melalui katup Joule Thomson ke shell sideMHE, yang
menyebabkan penurunan tekanan dan suhu yang lebih rendah dari suhu sebelum masuk ke katup Joule
Thomson.
MCR uap yang telah berubah menjadi cair kemudian ditampung didalam internal separator dan
kemudian dialirkan melalui distribution valve untuk di percikkan sehingga akan emndinginkan lagi
umpan gas alam dan MCR uap yang ada dalam tube tube tadi. Dengan melalui tahapan pendinginan ini
umpann gas alam yang keluar dari bagian atas MHE ini akan mencapai suhu cairnya yang disebut
LIquified Natural Gas (LNG). Sedangkan MCR cair dan MCR up setelah mengalami ekspansi yang disertai
dengan penyerapan panas dari umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair akan kembali mengalir ke
suctiondrum first stage compressor. Demikian seterusnya sehingga terjadi proses sirkulasi MCR.
2.2.3 Prinsip Kerja Sistem Pendingin Komponen Ganda
Pendingin komponen ganda terdiri dari campuran beberapa komponen dan fraksi mol dari masing-
masing komponen tersebut kurang lebih adalah sebagai berikut:
Untuk langkah kompresi diguanakan dua buah kompresor yang bekerjasecara seri. Keluaran (discharge)
4K-2 akan merupakan Isapan (suction) kompresor 4K-3. Uap MCR yang keluar dari bagian bawah MHE
bertekenan rendah kemudian dikompresi oleh 4 K-2 dan terus oleh 4K-3 sehingga tekanannya naik.
Dengan tekanan tinggi ini akan memudahkan semua komponen-komponen MCR dapat mencair setelah
didinginkan di cooler-cooler dan di Main Heat Exchanger.
Langkah kedua ini menggambarkan langkah kondensasi dengan melalui penukar air laut (sea water
heat exchanger) 4E-5 dan 4E-6 high, medium dan low level propana exchanger (4E-7),( 4E-8) dan (4E-
9), bundel hangat Main Heat Exchange dan bundel dingin Main Heat Exchanger, sebelum mencapai titik
E ini, gas atau uap pendingin dari titik B telah diambil sebagai panasnya oleh media pendingin, sehingga
uap media pendingin menjadi jenuhdan mulai mengembun. Dengan semakin banyaknya panas yang
diambil daripadanya , semakin banyak pula media pendingin yang mengembun sehingga mencapai titik
C.
Langkah 3 : Expansi dari titik C ke D
Untuk langkah ekspansi dilakukan oleh dua buah katup ekspansi ( katup Joule Thomson) yaitu:
a. Katup ekspansi untuk MCR cair sehingga tekanan dan suhu akan turun, yang selanjutkan di
pergunakan untuk mendinginkan gas alam sampai mencair titik didihnya ( bubble point).
b. Katup ekspansi untuk MCR uap, setelah melalui katup ini suhu dan tekanan MCRuap akan turun dan
di pergunakan untuk mendinginkan gas alam sampai lewat dingin.
Langkah 4 : Expansi dari titik D ke A
Penguapan cairan MCR terjadi di dalam shell side MHE dimana fraksi MCR akan menguap secara
bertahap seperti:
a. N2 akan paling dulu menguap di bagian puncak shell side MHE, karena N2 mempunyai titik didih
yang paling rendah .
b. CH4 akan mulai menguap dalam perjalanan turun dari puncak cold bundle.
Pada hakekatnya proses pendinginan dan pencairan gas alam adalah proses perpindahan panas (heat
transfer), maka variabel operasi yang memegang peranan didalam proses ini secara umum adalah:
2.2.3.2 Komposisi
Mengingat komposisi MCR sangat mempengaruhi titik didih/titik embun dan besar kecilnya
panas penguapan , maka factor komposisi juga merupakan variabel operasi, bahkan variabel yang
penting disamping variabel-variabel yang lain.
Pengaruh komposisi terhadap titik didih atau titik embun panas penguapan secara garis besar
dapat dikatakan bahwa makin berat MCR makin tinggi titik didih atau titik embun dan makin besar
panas penguapannya. Kompoisi MCR tersebut akan memberikan akibat-akibat terhadap factor-faktor
sebagai berkut:
a. Tekanan
Untuk variabel yang lain konstan ( kompsisi,suhu dan kondisi operasi suction komponen
MCR) .Kenaikan tekanan menjadikan laju LNG naik.
b. Suhu
Untuk variabel-variabel yang lain konstan, kenaikan suhu akan menurunkan laju
produksi LNG.
a. Tekanan
Untuk variabel-variabel yang lain konstan .penurunan tekanan akan mengakibatkan
penurunan suhu isapan yang berarti memperbesar jumlah panas yang diserap media
pendingin akan menaikkan laju produksi LNG
b. Suhu
Untuk variabel-variabel yang lain konstan, penurunan suhu isapan kompresor MCR akan
memperbesar jumlah panas yang diserap media pendingin, dan akan menaikkan laju
produksi LNG.
2.2.4 Jumlah Pemakaian Media pendingin
Jumlah pemakaian media pendingin akan mempengruhi perbedaan suhu antara tube side dan shell side
dibagian bawah warm bundle MHE,semakin besar pemakaian media pendingin akan menaikkan laju
produksi LNG.
Gambar 2.8 terlihat bahwa kompresor propane tiga tingkat sama dengan tiga kompresor yang
dipasang seri. Ketiga aliran propane yang sebelumnya masuk isapan
Kompresor telebih dahulu dilewatkan flush drum untuk mencegah adanya propane cair yang ikut
terbawa.
Peralatan Pokok dan cara kerjanya
Peralatan pokok yang digunakan pada sistem pendingin komponen ganda ini adalah:
6. Kerja kompresor propane sangat tergantung dari beban panas yang berasal dari 4E-7, 4E-8 dan
4E-9. Kesetimbangan pa-9 dapat ditulis sebagai berikut:
Dengan mensubstitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3) maka uap propana yang meninggalkan
4E-8 dapat dihitung.
Fluida pendingin yang keluar dari kompresor tingkat pertama dan tingkat kedua mempunyai suhu yang
tinggi. Suhu tersebut perlu didinginkan agar yang akan masuk ke kompresor MCR tingkat kedua
suhunya sekitar 90 0 F . Untuk pendinginan dipakai penukar panas , dimana sebagai media pendinginnya
adalah air laut. Adalah laju aliran air laut dan penukar panas dianggap konstan, sehingga suhu MCR yang
keluar dari penukar panas ini tergantung dari suhu MCR yang kedua dari kompresor tingkat I dan tingkat
II.
WTIHWI MROHMO
WTOHWO MRiHMi
Dimana:
QW = WTOHWO - WTIHWI.(2.7)
MRi = MRO(2.8)
Sehingga:
Jika tekanan air laut ,suhu air laut dan laju air laut tidak berubah , maka enthalpy MCR yang keluar
dapat diketahui.
s
BAB III
Main Heat Exchanger (MHE) adalah suatu penukar panas dengan beberapa shel dan beberapa
tube.MHE yang ada di kilang-kilang di Indonesia merupakan rancangan khusus yang dibangun oleh Air
Product and Chemical Inc (APCI). Gambar 3-1 menunjukkan bagian dalam MHE yang terdiri dari bagian
warm bundle dan cold bundle. Semua tube-tube di kedua bagian itu dibuat dari Alluminium Alloy.Gas
atau media yang didinginkan mengalir lewat tube dari bawah ke atas, sedangkan gas atau media yang
mendinginkan mengalir di shell dari atas ke bawah. Media yang didinginkan mdia warm bundle yaitu
umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair , sedangkan media yang mendinginkan adalah MCR total.
Media yang didinginkan di cold bundle adalah umpan gas alam dan MCR uap sedangkan media yang
mendingiankan adalah MCR uap.
Gambar 3.1 . menunjukkan penampang aliran warm bundle MHE. Neraca panas keseluruhan
penampang MHE dapat ditulis sebagai berikut:
MRV = RV ...(3.2)
MR
MRL = 1 - RV ..(3.3)
MR
Seperti Kita ketahui produksi LNG sudah ditetapkan sesuai kontrak, maka perbandingan fuel gas/LNG
ditetapan, denagan demikian suhu dan enthalpy gas yang keluar MHE (HN) sudah tetap pula,
sedangkan Hno, Hvo ,Hlo dan RV ditentukan oleh kondisi operasi yang bukan tergantung dari
Main Exchanger. Dari persamaan 2.13 dapat ditentukan harga NG/MR minimum , dan iniadapat
dicapai biala harga ro maksimum dan suhu media pendingin yang didinginkan harus memenuhi
Hukum termodinamika II,sehingga:
MG H No H N
min o T o TRo T L ...........................................................(3.5)
o
MR H R RuH v RLH L
o o N
Dari hukum termodinamika II jika diterapkan pada persamaan (3.7 ) maka suhu di shell tidak boleh
melebihi suhu di tube side oleh karena itu suhu minimum gas alam dan MCR uap yang masuk ke cold
bundle adalah harga NG/MR dan RV ditentukan oleh variabel yang tak tergantung dari kondisi operasi
cold bundle.
Pada kilang pencairan gas alam yang menggunakan MHE sebagai penukar panas utamanya.
Detail profil suhunya sangat diperlukan sekali untuk mengetahui sifat thermal maupun sifat fisika dari
fluida disetiap ketinggian tertentu di Main Heat Exchanger.
Adapun kegunaan dari analisa profil suhu didalam MHE diantarannya adalah :
Untuk mengetahui besarnya suhu di sepanjang MHE baik tube side maupun shell side.
Untuk mengetahui besarnya fraksi uap umpan gas alam dan MCR uap disepanjang MHE , dengan
demikian kita dapat mengetahui pada ketinggian berapa umpan gas alam dan MCR telah menjadi
cair seluruhnya.
Untuk menganalisa perubahan kondisi operasi MHE diperlukan. Hal ini diperlukan apabila ada
produksi LNG baik kwalitas maupun kwantitasnya.
Untuk menentukan komposisi MCR yang paling efektif mencairkan gas alam.
MCR total di warm bundle dan MCR uap di cold bundle. MCR yang keluar dari MHE
mempunyai super heated, sedangkan MCR yang masuk ke shell side warm bundle maupun shell side
cold bundle mempunyai aliran (stream) dua phasa. Pada sebagian MCR total yang berada pada shell
side warm bundle dan seluruh MCR uap pada bagian shell side cold bundle berada pada keadaan dua
phasa , hal ini dimaksudkan untuk untuk mengambil panas dari tube side lebih besar , bila
dibandingkan dengan yang satu phasa.Dari hokum termodinamika kedua kita dapat mengetahui bahwa
kalor yang tak pernah mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas, dengan kata lain
bahwa perubahan tak spontan hanya hanya dapat berlangsung dengan pemberian kerja dari luar ke
system. Oleh karena itu tidak ada kerja yang masuk ke MHE, Maka proses pemindahan panas
berlangsung secara spontan. Pernyataan diatas dapat diterapkan pada kurva pendinginan dan
pemanasan ini. Agar lebih jelas bagaimana hukum termodinamika kedua diterapkan diperhatikan
neraca panas dibawah ini.
Gambar 3.3 Penampang neraca panas
M3 ( H32-H31) = M3 T3 (3.8)
Karena perbandingan A23 dan A13 ditetapkan oleh perbandingan jumlah tube aliran 1 dan 2 ,
dan telah ditetapkan oleh pabrik,maka persamaan diatas diperoleh:
M H2 U23 T 2 T3 A23
H2 U13 T1 T3 A13
2
(3.11)
M 2
M H M H M H
2 2 3 3 1 1
(3.12)
M H 2 M H
2 1 1
T11 > T32 , T21> T32 , T12 > T31 dan T22> T32
Karena itu T T
2 3
dan TT
1 3
P P dPw1
N N1
1 1
(3.13)
T T dTw1
N N1
1 1
(3.14)
dimana
P P T T
0 Nw 0 Nw
dPw1 dT w1
1 1 1 1
dan
N w N w
- MCR uap
P P dPw 2
N N 1
2 2
(3.15)
T T dTw 2
N N 1
2 2
(3.16)
Dimana
P2 T2
0 Nw 0 Nw
dPw 2
P2 dan dT w 2
T2
Nw N w
- MCR cair
P P dP
N N 1
3 3 w3
(3.17)
T T dT
N N1
3 3 w3
dimana
P3 T3
0 Nw 0 Nw
dPw 3
P3 dan dT w 3
T3
N w N w
shell side
P P dPws
N N1
s s
(3.19)
dimana
P P
N Nw
dP
s s
ws
N w
N N N N
H 1 .... H 2 ..... H 3 Hs
N N N N N N N N
P1 T 1 P2 T 2 P3 T 3 Ps T s
NG.....MRV..MRL......................MR
NG.....MRV..MRL......................MR
N 1 N 1 N 1 N 1 N 1 N 1 NN 1
P1 T 1 P2 T 2 P3 T 3 Ps T sN 1
N 1 N 1 N 1 N 1
H 1 .... H 2 ..... H 3 Hs
Gambar 3.5. Penampang neraca massa pada warm bundle
= MR ( H so H s ).(3.20)
N 1 N
NG
( H 1 H 1 ) + Rv ( H 2 H 2 ) + ( 1 - Rv)( H 3 H 3 )
N 1 N N 1 N N 1 N
MR
= H s H s ..(3.21)
N 1 N
Qw1 = NG ( H 1N 1 H 1N
N
Gas alam ) (3.22)
= MRV ( H 2 H 2 )
N N 1 N
MCR uap QW 2 (3.23)
Qw3 = MRL ( H 3N 1 H 3N
N
MCR cair ) (3.24)
Dengan memasukkan persamaan (3.22), (3.23) dan (3.24) ke dalam persamaan (3.20) ,maka persamaan
menjadi
Qw1 QW 2 Qw3
N N N
H H
N N 1
s s
MR (3.25)
Beban panas yang harus diserap media pendingin pada potongan N adalah:
Pada prinsipnya cara untuk menentukan profil suhu di cold bundle adalah sama di warm bundle. Disini
hanya ada dua tube side yaitu untuk gas alam dan MCR uap.
H1
^N
..........H 2N ,............ H ^SN
T1 ............., P 2 T 2
N N N
P1
^N
,.......P^S N T ^S N
NG......MRV........................MRV
NG......MRV........................MRV
^ N 1 N 1 N 1 N 1
P1 T1 ............., P 2 T 2 ,.......P^SN 1 T ^SN 1
H1
^ N 1
..........H 2N 1 ,............ H ^SN 1
- Gas alam
P1 = P1 dPc1
^N ^ N 1 (3.28)
T1 T1 dTc1
N N 1
(3.29)
Dimana
P P1 T1 T1
0 NC 0 NC
P 2 = P1 dPc 2
N N 1
(3.30)
T 2 = T1 dTc 2
N N 1
(3.31)
Dimana
T2 T 2
0 NC
dPc 2 = P P
0
2
NC
2 dan dTc 2
Nc
Shell side
Ps
N
PsN1 dPcs (3.32)
dimana
N 1
Ps PsNC
dPcs
Nc
Neraca Panas untuk potongan ke N pada cold bundle dapat ditulis sebagai berikut:
Gas alam
QNC1 = NG ( H 1N 1 H 1N )
MCR uap
QNC1 = MRV ( H 2N 1 H 2N )