Anda di halaman 1dari 23

BAB II

MULTI COMPONENT REFRIGERANT

2.1 TEORI DASAR

Proses pendinginan dan pencairan gas alam adalah proses pengurangan panas dari media yang
akan didinginkan ke media pendingin. Sebaliknya proses penguapan adalah proses penambahan panas
dari media pendingin ke media yang didinginkan.Proses penambahan panas ataupun proses
pengurangan panas pada suatu zat akan diikuti dengan peruabahan suhu dari zat tersebut yang
kemudian diikuti dengan perubahan phasa.

2.1.1 ZAT MURNI

Pada tekanan konstan titik didih dan titik embun untuk komponen tunggal mempunyai suhu
yang sama, oleh sebab itu perubahan phasa pada komponen ini terjadi pada suhu yang sama. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dibawah ini diberikan grafik perubahan phasa terhadap
perubahan panas.

Tg
Uap
T Tfg
Tf uap cair
Cair

Qf Qsf Q Qg
sg
Q

Gambar 2.1. Beban vs Temperatur untuk zat Murni

Keterangan gambar 2.1 Cair

Tf = Suhu cairan Mula-mula

Trg = Suhu Penguapan


= Suhu Kondensasi

Tg = Suhu Uap akhir

Qsf-Qf = Panas yang diserap zat cair selama penguapan

=M hfg dimana M = Jumlah massa cair , hfg= panas penguapan

Qg Qsf = panas yang diserap uapa dari dari TFG sampai TG

= M cpg ( Tg-Tfg) dimana Cpg = panas jenis uap

Untuk pengurangan panas garfiknya akan sama, hanya disini terjadi pelepasan panas bukannya
penyerapan panas dan arah dari grafik diatas berlawanan.

2.1.2 Zat Campuran

Berbeda dari komponen tunggal , untuk komponen campuran titik didih dan titik embun pada
tekanan konstan besarnya tidak sama. Titik didih ( buble point) dipengaruhi oleh konsentrasi yang
paling ringan , sedangkan titik embun ( dew point) dipengaruhi oleh konsentrasi yang paling berat
dalam campuran tersebut. Dengan demikian bila digambarkan dalam grafik T vs Q bentuk kurvanya
kurang lebih sebagai berikut:

Tg
Uap
T Tfg
Tf uap cair
Cair

Qf Qsf Q Qg
sg

Gambar 2.2 Beban vs Temperatur untuk zat campuran


Keterangan gambar 2.2

Tf = Suhu cair mula-mula

Tsf = titik didih

Tsg = Titik Embun

Tsf- Tsg = daerah suhu penguapan

Untuk pendingin komponen ganda , komonen penguapan ini yang memegang peranan penting
dalam operasi pendingin gas alam.

2.2 OPERASI DASAR

2.2.1 Pendingin komponen ganda ( Multi Component Refrigerant)

Di pilihnya pendingin komponen ganda untuk pencairan gas alam didasarkan beberapa
pertimbangan ekonomis. Seperti kita ketahui bahwa gas alam terdiri dari beberapa komponen,
sedangkan komponen yang paling dominan adalah methana oleh sebab itu panas penguapan dan titik
didih dari gas alam adalah mendekati panas penguapan dan titik didih methana. Untuk mendinginkan
dan mencairkan gas alam tersebut tentunya membutuhkan komponen yang mempunyai titik didih yang
sama atau lebih rendah dari titik didih gas alam, komponen yang memenuhi persyaratan tersebut
adalah nitrogen dan Methana, tetapi komponen ini mempunyai panas penguapan molar yang rendah.
Hal ini menyebabkan penggunaan salah satu komponen tersebut tidak ekonomis.

Tabel 2-1 Komponen MCR dan panas penguapan

Komponen Suhu Panas Penguapan

0 0
MCR F C BTU /mol
Nitrogen (N2) -300 -184 2241
Methana (CH4) -235 - 148 3327
Ethana ( C2H6) -90 -32 5864
Propana 0 -18 7496

Untuk komponen tunggal terlihat bahwa panas penguapan molar nitrogen atau methana harganya
rendah, hal ini menyebabkan pemakaian salah satu komponen tersebut haruslah dalam jumlah yang
besar, yang berarti pula di perlukan kompresor dengan ukuran dan daya yang besar. Oleh sebab itu di
pilih suatu pendingin komponen ganda yang merupakan campuran dari persenyawaan tersebut diatas.
2.2.2 Penerapan Media Pendingin Pada Pencairan Gas Alam

2.2.2.1 Media Pendingin Komponen Tunggal

Walaupun tidak ekonomis , komponen tunggal ( zat murni ) dapat dipergunakan sebagai media
pendingin untuk mencairkan gas alam. Metode yang dipergunakan adalah dengan sistem bertahan
((Cascade). Pada gambar 2.3 diperlihatkan sistem bertahap sederhana yang dipergunakan untuk
mencairkan gas alam. Sistem ini menggunakan tiga kompresor untuk menaikkan tekanan uap masing-
masing komponen. Telah kita ketahui bahwa tekanan kondensasi bergantung pada pada suhu
pendingin. Dengan udara atau air pada 80 0 F diharapkan dapat mencairkan propana pada suhu 95 0 F ,
Tekanan propana dilewatkan melalui katup Joule Thomson untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah
yang dipergunakan untuk mencairkan Ethylene pada tekanan uapnya.Ethylene ini kemudian di lewatkan
pula melalui katup Joule Thomson untuk mendapatkan suhu yang lebih rendah yang kemudian
dipergunakan untuk mencairkan methane pada tekanan uapnya.Methana inilah yang merupakan tahap
terakhir untuk mencairkan gas alam setelah terlebih dahulu dilewati melalui katup Joule Thomson. Pada
Gambar 2.4 menunjukkan bagaimana beberapa media pendingin dapat digunakan untuk menurunkan
suhu gas alam sampai mencapai suhu -250 0 F.

600
METHANE
500 VAPOR ETHYLENE
PRESSURE VAPOR
400 PRESSURE
PROPANE
300 VAPOR
ETTTHYLENEC ONDNNCE METHANE

PRESSURE
CONDENSE ETHYLENE

200
PRESSURE, psia

100
PROPANE

AIR CONDENSES PROPANE

50

14.7
-300 -250 -200 -150 -100 -50 0 50 100
TEMPERATURE, 0 F

Gambar 2.3 Media pendingin dalam sistem cascade


100
1. METHANE , 500 psi
2.METHANE , 400 psi
3. NATURAL GAS, 94 % C1,500 psi
0 4. NATURAL GAS, 33 % C1,5 % N , 2500 psi
TEMPERATURE, 0 F

-100
3 4
1

-200 2

-250

HEAT REMOVE IN COOLING


HEAT ADDED IN VAPORIZING

Gambar 2.4 Kurva Penguapan Gas alam dan Methana

2.2.2.2 Media Pendingin Komponen Ganda

Gas alam tidak akan mengkondensasi seluruhnya pada tekanan konstan seperti pada komponen tunggal
(zat murni), karena gas alam merupakan zat campuran . Dengan membuat campuran MCR dengan
komposisi yang benar akan mungkin membuat kurva pemanasan yang mengikuti kurva pendinginan gas
alam. Keadaan ideal ini akan menyerupai diagram Gambar 2.5
Gambar 2.5 Beban Refrigerasi vs Tempratur

Penerapan sistim pendingin komponen ganda pada PT Badak

Dari Gambar 2.5 diatas dapat dilihat proses sirkulasi system pendingin komponen ganda pada
kilang pencairan gas alam di PT Badak. MCR yang High dari MHE dan telah menjadi uap seluruhnya
masuk ke MCR. Dari suction drum, MCR uap masuk ke MCR first stage kompresor. Uap yang telah di
kompresikan didinginkan oleh penukar panas air laut untuk menghilangkan panas kompresi sebelum
masuk ke second stage suction drum , kemudian dilanjutkan ke MCR second stage Compressor.MCR
yang terkompresi didinginkan oleh penukar panas air laut untuk menghilangkan panas kompresi
sebelum masuk ke High, Medium dan low level propane exchanger.MCR yang meninggalkan low level
propana exchanger mempunyai aliran campuran dua phase MCR uap dan MCR cair. MCR ini kemudian
kemudian di alirkan ke MCR flash drum untuk dipisahkan menjadi MCR uap dan MCR cair. Selanjutnya
bersama-sama dengan umpan gas alam, maka kedua MCR diatas di alirkan ke tube-tube dibagian bawah
MHE. Di MHE tube-tube ini terpisah satu sama lain dalam bentuk bundle tuytbe. MHE ini berukuran
besar pada bagian bawah yang disebut juga dengan Warm Bundle,dimana pada seksi ini berisikan
bundle tube umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair. Sedangkan bagian atas MHE lebih kecil
dibandingkan dengan bagian bawahnya , bagian atas MHE dikenal dengan Cold Bundle , dimana pada
seksi ini hanya berisikan bundel tube MCR uap dan bundel tube umpan gas alam saja.

Setelah melalui warm bundle ,MCR cair dialirkan melalui katup Joule Thomsonke bagian shell side
MHE, yang mengakibatkan penurunan tekanan dan suhu . MCR cair dibagian shell side ini MHE di
tamping dalam internal separator , dan kemudian di alirkan melalui distribution valve , untuk
dipercikkan ke luar dari tube-tube yang ada pada bagian warm bundle ini , sehingga umpan gas alam
dan MCR uap yang ada dalam tube-tube tersebut akan mengalami pendinginan dan seterusnya mengalir
ke bagian warm bundle, MCR uap ini di alirkan melalui katup Joule Thomson ke shell sideMHE, yang
menyebabkan penurunan tekanan dan suhu yang lebih rendah dari suhu sebelum masuk ke katup Joule
Thomson.

MCR uap yang telah berubah menjadi cair kemudian ditampung didalam internal separator dan
kemudian dialirkan melalui distribution valve untuk di percikkan sehingga akan emndinginkan lagi
umpan gas alam dan MCR uap yang ada dalam tube tube tadi. Dengan melalui tahapan pendinginan ini
umpann gas alam yang keluar dari bagian atas MHE ini akan mencapai suhu cairnya yang disebut
LIquified Natural Gas (LNG). Sedangkan MCR cair dan MCR up setelah mengalami ekspansi yang disertai
dengan penyerapan panas dari umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair akan kembali mengalir ke
suctiondrum first stage compressor. Demikian seterusnya sehingga terjadi proses sirkulasi MCR.
2.2.3 Prinsip Kerja Sistem Pendingin Komponen Ganda

Pendingin komponen ganda terdiri dari campuran beberapa komponen dan fraksi mol dari masing-
masing komponen tersebut kurang lebih adalah sebagai berikut:

Nitrogen (N2) Sekitar 2 % mol


Methana (CH4) Sekitar 40% mol
(Ethana (C2H6) sekitar 48 % mol
Propana (C2H8) Sekitar 10 % mol
Dengan adanya campuran beberapa komponen yang mempunyai titik didih berbeda-beda ini maka akan
diperoleh pendinginan umpan gas alam di dalam MHE secara bertahap. MCR yang keluar dari flash drum
telah terpisah menjadi dua yaitu MCR cair dan MCR uap. MCR cair mempunyai komposisi dominan
Ethana dan Propana . MCR cair akan mencairkan gas alam gas alam sampai titik didihnya, sedang kan
MCR uap yang mempunyai komposisi dominan Nitrogen dan Methana akan mendinginkan gas alam
hingga terbentuk cairan lewat dingin. Langkah-langkah pendinginan komponen ganda diperlihatkan oleh
diagram Mollier

Gambar 2.6 Langkah kerja MCR dalam diagram Mollier


Gambar 2.7 Skema Unit Pendingin gas alam

4K-2 = MCR 1st Stage Compressor


4K-3 = MCR 2nd Stage Compressor
WARM = WARM Main Heat Exchanger (MHE)
COLD = COLD Main Heat Exchanger (MHE)
4E-5 = MCR Compressor Intercooler
4E-6 = MCR Compressor Aftercooler
4E-7 = MCR/High Level PropaneEvaporator
4E-8 = MCR/Medium Level PropaneEvaporator
4E-9 = MCR/Low Level Propane Evaporator

Langkah 1 : Kompresi dari titik A ke B

Untuk langkah kompresi diguanakan dua buah kompresor yang bekerjasecara seri. Keluaran (discharge)
4K-2 akan merupakan Isapan (suction) kompresor 4K-3. Uap MCR yang keluar dari bagian bawah MHE
bertekenan rendah kemudian dikompresi oleh 4 K-2 dan terus oleh 4K-3 sehingga tekanannya naik.
Dengan tekanan tinggi ini akan memudahkan semua komponen-komponen MCR dapat mencair setelah
didinginkan di cooler-cooler dan di Main Heat Exchanger.

Langkah 2 : Kondensasi dari titik B ke C

Langkah kedua ini menggambarkan langkah kondensasi dengan melalui penukar air laut (sea water
heat exchanger) 4E-5 dan 4E-6 high, medium dan low level propana exchanger (4E-7),( 4E-8) dan (4E-
9), bundel hangat Main Heat Exchange dan bundel dingin Main Heat Exchanger, sebelum mencapai titik
E ini, gas atau uap pendingin dari titik B telah diambil sebagai panasnya oleh media pendingin, sehingga
uap media pendingin menjadi jenuhdan mulai mengembun. Dengan semakin banyaknya panas yang
diambil daripadanya , semakin banyak pula media pendingin yang mengembun sehingga mencapai titik
C.
Langkah 3 : Expansi dari titik C ke D

Untuk langkah ekspansi dilakukan oleh dua buah katup ekspansi ( katup Joule Thomson) yaitu:
a. Katup ekspansi untuk MCR cair sehingga tekanan dan suhu akan turun, yang selanjutkan di
pergunakan untuk mendinginkan gas alam sampai mencair titik didihnya ( bubble point).
b. Katup ekspansi untuk MCR uap, setelah melalui katup ini suhu dan tekanan MCRuap akan turun dan
di pergunakan untuk mendinginkan gas alam sampai lewat dingin.
Langkah 4 : Expansi dari titik D ke A

Penguapan cairan MCR terjadi di dalam shell side MHE dimana fraksi MCR akan menguap secara
bertahap seperti:
a. N2 akan paling dulu menguap di bagian puncak shell side MHE, karena N2 mempunyai titik didih
yang paling rendah .
b. CH4 akan mulai menguap dalam perjalanan turun dari puncak cold bundle.

MHE menuju bagian bawah cold bundle.

c. C2H6 akan menguap dibagian puncak cold bundle MHE.


d. C3H8 akan menguap dibagian bawah warm bundle, karena propana ini mempunyai titik didih yang
tinggi.

2.2.3.1 Variable Proses

Pada hakekatnya proses pendinginan dan pencairan gas alam adalah proses perpindahan panas (heat
transfer), maka variabel operasi yang memegang peranan didalam proses ini secara umum adalah:

Suhu dan tekanan pendingin.


Jumlah pemakaian cairan pendingin di dalam evaporator.
Kondisi operasi pemindahan panas.

Secara lebih rinci variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

2.2.3.2 Komposisi

Mengingat komposisi MCR sangat mempengaruhi titik didih/titik embun dan besar kecilnya
panas penguapan , maka factor komposisi juga merupakan variabel operasi, bahkan variabel yang
penting disamping variabel-variabel yang lain.

Pengaruh komposisi terhadap titik didih atau titik embun panas penguapan secara garis besar
dapat dikatakan bahwa makin berat MCR makin tinggi titik didih atau titik embun dan makin besar
panas penguapannya. Kompoisi MCR tersebut akan memberikan akibat-akibat terhadap factor-faktor
sebagai berkut:

a. Beban Kompresor MCR


Makin berat MCR pemakaian media pendingin semakin sedikit , tetapi suhu isapan
kompresor makin tinggi.Resultan perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan naik
atau turunnya Gas Horse Power.
b. Laju Produksi LNG
Dengan laju perputaran kompresor MCR , makin berat komposisi MCR makin tinggi laju
produksi LNG.

c. Beban kesetimbangan di Warm Bundle dan Cold Bundle.

i. Kandungan Nitrogen (N2)


Kandungan Nitrogrogen tinggi akan menurunkan titik didih MCR uap,sehingga
perbedaan pada bagian bawah MHE antara suhu tube side dan shell side juga naik
.Tetapi makin tinggi N2, MCR makin ringan berarti panas penguapannya rendah
sehingga pemakaian media pendingin naik yang berarti pula menaikkan GHP
kompresor.

ii. Kandungan Ethana (C2H6)


Dipakai untuk mengatur titik pencairan gas alam . Ethana naik MCR naik
sehingga titik didih turun dan titik pencairan gas alam akan semakin cepat.

2.2.3.3 Kondisi Operasi MCR Flash drum

a. Tekanan
Untuk variabel yang lain konstan ( kompsisi,suhu dan kondisi operasi suction komponen
MCR) .Kenaikan tekanan menjadikan laju LNG naik.

b. Suhu
Untuk variabel-variabel yang lain konstan, kenaikan suhu akan menurunkan laju
produksi LNG.

2.2.3.4 Kondisi masukan kompresor MCR

a. Tekanan
Untuk variabel-variabel yang lain konstan .penurunan tekanan akan mengakibatkan
penurunan suhu isapan yang berarti memperbesar jumlah panas yang diserap media
pendingin akan menaikkan laju produksi LNG

b. Suhu
Untuk variabel-variabel yang lain konstan, penurunan suhu isapan kompresor MCR akan
memperbesar jumlah panas yang diserap media pendingin, dan akan menaikkan laju
produksi LNG.
2.2.4 Jumlah Pemakaian Media pendingin

Jumlah pemakaian media pendingin akan mempengruhi perbedaan suhu antara tube side dan shell side
dibagian bawah warm bundle MHE,semakin besar pemakaian media pendingin akan menaikkan laju
produksi LNG.

2.3. KOMPRESOR PROPANA

Gambar 2.8 terlihat bahwa kompresor propane tiga tingkat sama dengan tiga kompresor yang
dipasang seri. Ketiga aliran propane yang sebelumnya masuk isapan

Gambar 2.8 Propane Precooling Loop

Kompresor telebih dahulu dilewatkan flush drum untuk mencegah adanya propane cair yang ikut
terbawa.
Peralatan Pokok dan cara kerjanya

Peralatan pokok yang digunakan pada sistem pendingin komponen ganda ini adalah:

1. Main Heat Exchanger (MHE)


2. First Stage MCR Compresor (4K-2)
3. Second Stage MCR Compresor (4K-3)
4. Sea water Exchanger (4E-5) dan (4E-6)
5. High, Medium dan Low level Propana Exchanger (4E-7), (4E-8) dan (4E-9).

6. Kerja kompresor propane sangat tergantung dari beban panas yang berasal dari 4E-7, 4E-8 dan
4E-9. Kesetimbangan pa-9 dapat ditulis sebagai berikut:

LP8HL8 + QE9= VP9HV9(2.1)


LP8 = VP9 = QE9 / (HV9- HL9)..(2.2)
Kesetimbangan panas pada 4-E8
LP7HL7 + QE8 = VP8HL8 + LP8HL8 (2.3)
LP7 = VP8 + LP8..(2.4)

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3) maka uap propana yang meninggalkan
4E-8 dapat dihitung.

2.3.1 MCR Kompresor Intercooler dan After Cooler

Fluida pendingin yang keluar dari kompresor tingkat pertama dan tingkat kedua mempunyai suhu yang
tinggi. Suhu tersebut perlu didinginkan agar yang akan masuk ke kompresor MCR tingkat kedua
suhunya sekitar 90 0 F . Untuk pendinginan dipakai penukar panas , dimana sebagai media pendinginnya
adalah air laut. Adalah laju aliran air laut dan penukar panas dianggap konstan, sehingga suhu MCR yang
keluar dari penukar panas ini tergantung dari suhu MCR yang kedua dari kompresor tingkat I dan tingkat
II.

WTIHWI MROHMO

WTOHWO MRiHMi

Beban panas dapat dihitung dengan menggunakan neraca panas:

WTO HWO + MROHMO = WTIHWI + MRi HMi........................................(2.5)


WTOHWO - WTIHWI = MRO HMO + MRiHMi.......................(2.6)

Dimana:

QW = WTOHWO - WTIHWI.(2.7)

MRi = MRO(2.8)

Sehingga:

QW = MRi (HWO - MRi )

Jika tekanan air laut ,suhu air laut dan laju air laut tidak berubah , maka enthalpy MCR yang keluar
dapat diketahui.

s
BAB III

MAIN HEAT EXCHANGER (MHE)


3.1 PENUKAR PANAS UTAMA (MAIN HEAT EXCHANGER)

Main Heat Exchanger (MHE) adalah suatu penukar panas dengan beberapa shel dan beberapa
tube.MHE yang ada di kilang-kilang di Indonesia merupakan rancangan khusus yang dibangun oleh Air
Product and Chemical Inc (APCI). Gambar 3-1 menunjukkan bagian dalam MHE yang terdiri dari bagian
warm bundle dan cold bundle. Semua tube-tube di kedua bagian itu dibuat dari Alluminium Alloy.Gas
atau media yang didinginkan mengalir lewat tube dari bawah ke atas, sedangkan gas atau media yang
mendinginkan mengalir di shell dari atas ke bawah. Media yang didinginkan mdia warm bundle yaitu
umpan gas alam, MCR uap dan MCR cair , sedangkan media yang mendinginkan adalah MCR total.
Media yang didinginkan di cold bundle adalah umpan gas alam dan MCR uap sedangkan media yang
mendingiankan adalah MCR uap.

3.2 NERACA PANAS DI WARM BUNDLE DAN COLD BUNDLE

3.2.1 Neraca Panas di warm bundle

Gambar 3.1 . menunjukkan penampang aliran warm bundle MHE. Neraca panas keseluruhan
penampang MHE dapat ditulis sebagai berikut:

MG ( HoN - HN) + Rw (HoV - HV) + RL (Hoi - HL) = HoR - HR.(3.1)


MR

MRV = RV ...(3.2)
MR

MRL = 1 - RV ..(3.3)
MR

NG ( HoN - HN) + MRV (HoN ) + MRL (HoL ) = (MR)( HoR)..(3.4)

Seperti Kita ketahui produksi LNG sudah ditetapkan sesuai kontrak, maka perbandingan fuel gas/LNG
ditetapan, denagan demikian suhu dan enthalpy gas yang keluar MHE (HN) sudah tetap pula,
sedangkan Hno, Hvo ,Hlo dan RV ditentukan oleh kondisi operasi yang bukan tergantung dari
Main Exchanger. Dari persamaan 2.13 dapat ditentukan harga NG/MR minimum , dan iniadapat
dicapai biala harga ro maksimum dan suhu media pendingin yang didinginkan harus memenuhi
Hukum termodinamika II,sehingga:

TNo TRo Tvo Ti o


Ng o
H Ro Max
MR

H N H N RuH vo 1 Rv H Lo TNo TRo Tvo TLo
o
L

MG H No H N
min o T o TRo T L ...........................................................(3.5)
o

MR H R RuH v RLH L
o o N

Neraca Panas di cold Bundle



NG( H N H N ) MRv ( H V H V ) MRv ( H V H V )......... .......... .......... .......... ......( 3.6)
NG
( H N H N ) MRv ( H V H V ) MRv ( H V H V )......... .......... .......... .......... .....( 3.7)
MR

Dari hukum termodinamika II jika diterapkan pada persamaan (3.7 ) maka suhu di shell tidak boleh
melebihi suhu di tube side oleh karena itu suhu minimum gas alam dan MCR uap yang masuk ke cold
bundle adalah harga NG/MR dan RV ditentukan oleh variabel yang tak tergantung dari kondisi operasi
cold bundle.

3.3. TEORI DASAR DETAIL PROFIL SUHU DI DME

Pada kilang pencairan gas alam yang menggunakan MHE sebagai penukar panas utamanya.
Detail profil suhunya sangat diperlukan sekali untuk mengetahui sifat thermal maupun sifat fisika dari
fluida disetiap ketinggian tertentu di Main Heat Exchanger.

Adapun kegunaan dari analisa profil suhu didalam MHE diantarannya adalah :

Untuk mengetahui besarnya suhu di sepanjang MHE baik tube side maupun shell side.
Untuk mengetahui besarnya fraksi uap umpan gas alam dan MCR uap disepanjang MHE , dengan
demikian kita dapat mengetahui pada ketinggian berapa umpan gas alam dan MCR telah menjadi
cair seluruhnya.
Untuk menganalisa perubahan kondisi operasi MHE diperlukan. Hal ini diperlukan apabila ada
produksi LNG baik kwalitas maupun kwantitasnya.
Untuk menentukan komposisi MCR yang paling efektif mencairkan gas alam.

MCR total di warm bundle dan MCR uap di cold bundle. MCR yang keluar dari MHE
mempunyai super heated, sedangkan MCR yang masuk ke shell side warm bundle maupun shell side
cold bundle mempunyai aliran (stream) dua phasa. Pada sebagian MCR total yang berada pada shell
side warm bundle dan seluruh MCR uap pada bagian shell side cold bundle berada pada keadaan dua
phasa , hal ini dimaksudkan untuk untuk mengambil panas dari tube side lebih besar , bila
dibandingkan dengan yang satu phasa.Dari hokum termodinamika kedua kita dapat mengetahui bahwa
kalor yang tak pernah mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas, dengan kata lain
bahwa perubahan tak spontan hanya hanya dapat berlangsung dengan pemberian kerja dari luar ke
system. Oleh karena itu tidak ada kerja yang masuk ke MHE, Maka proses pemindahan panas
berlangsung secara spontan. Pernyataan diatas dapat diterapkan pada kurva pendinginan dan
pemanasan ini. Agar lebih jelas bagaimana hukum termodinamika kedua diterapkan diperhatikan
neraca panas dibawah ini.
Gambar 3.3 Penampang neraca panas

Neraca Panas dapat ditulis

M3 ( H32-H31) = M1 ( H11-H12) + M2 ( H21-H22)

M3 ( H32-H31) = M3 T3 (3.8)

M1 ( H11-H12) = U13 A13 T1 T 3 = M1 H1 (3.9)

M2 ( H21-H22) = U23 A23 T 2 T 3 = M2 H2 (3.10)

Karena perbandingan A23 dan A13 ditetapkan oleh perbandingan jumlah tube aliran 1 dan 2 ,
dan telah ditetapkan oleh pabrik,maka persamaan diatas diperoleh:

M H2 U23 T 2 T3 A23

H2 U13 T1 T3 A13
2
(3.11)
M 2

M H M H M H
2 2 3 3 1 1
(3.12)
M H 2 M H
2 1 1

Dari hukum termodinamika kedua memerlukan

T11 > T32 , T21> T32 , T12 > T31 dan T22> T32

Karena itu T T
2 3
dan TT
1 3

3.4 PENERAPAN DETAIL PROFIL SUHU DI MHE


Jika Main Heat Exchanger yang terdiri dariwarm bundle dan cold bundle di potong
sedemikian rupa sehingga menjadi beberapa bagian , misalkan warm bundle menjadi Nw
bagian dan cold bundle menjadi Nc bagian , seprti telihat pada gambar 3.4. Kondisi operasi
pada potongan pertamadapat dihitung dengan menganggap penurunan suhu dan tekanan
untuk masing masing aliran di tube side warm bundle dan cold bundle adalah linier.

Gambar 3.4. Potongan detail profil suhu di MHE

3.4.1 Detail Profil suhu di Warm Bundle

Kondisi operasi untuk warm bundle pada potongan ke N adalah:


- Gas alam

P P dPw1
N N1
1 1
(3.13)

T T dTw1
N N1
1 1
(3.14)

dimana

P P T T
0 Nw 0 Nw

dPw1 dT w1
1 1 1 1
dan
N w N w

- MCR uap

P P dPw 2
N N 1
2 2
(3.15)

T T dTw 2
N N 1
2 2
(3.16)

Dimana

P2 T2
0 Nw 0 Nw

dPw 2
P2 dan dT w 2
T2
Nw N w
- MCR cair
P P dP
N N 1
3 3 w3
(3.17)

T T dT
N N1
3 3 w3

dimana
P3 T3
0 Nw 0 Nw

dPw 3
P3 dan dT w 3
T3
N w N w

shell side
P P dPws
N N1
s s
(3.19)

dimana
P P
N Nw

dP
s s
ws
N w

Detail potongan ke N di wwarm bundle di tunjukkan pada gamabr III.5.

N N N N
H 1 .... H 2 ..... H 3 Hs

N N N N N N N N
P1 T 1 P2 T 2 P3 T 3 Ps T s

NG.....MRV..MRL......................MR

NG.....MRV..MRL......................MR
N 1 N 1 N 1 N 1 N 1 N 1 NN 1
P1 T 1 P2 T 2 P3 T 3 Ps T sN 1
N 1 N 1 N 1 N 1
H 1 .... H 2 ..... H 3 Hs
Gambar 3.5. Penampang neraca massa pada warm bundle

Neraca Panas pada potongan ke N dapat ditulis sebagai berikut:

NG( H 1N 1 H 1N ) + MRV ( H 2N 1 H 2N ) + MRL ( H 3N 1 H 3N )

= MR ( H so H s ).(3.20)
N 1 N

Jika Persamaan 3.20 dibagi dengan MR , maka

NG
( H 1 H 1 ) + Rv ( H 2 H 2 ) + ( 1 - Rv)( H 3 H 3 )
N 1 N N 1 N N 1 N

MR
= H s H s ..(3.21)
N 1 N

Beban panas disetiapa potongan ke N adalah:

Qw1 = NG ( H 1N 1 H 1N
N
Gas alam ) (3.22)

= MRV ( H 2 H 2 )
N N 1 N
MCR uap QW 2 (3.23)

Qw3 = MRL ( H 3N 1 H 3N
N
MCR cair ) (3.24)

Dengan memasukkan persamaan (3.22), (3.23) dan (3.24) ke dalam persamaan (3.20) ,maka persamaan
menjadi

Qw1 QW 2 Qw3
N N N

H H
N N 1
s s
MR (3.25)
Beban panas yang harus diserap media pendingin pada potongan N adalah:

Qws Qw1 QW 2 Qw3


N N N N
(3.26)
Sehingga persamaan (3.25) dapat disederhanakan menjadi
N
Qws
H
N
s = H
N 1
s (3.27)
MR
N
Hs adalah entalpi shell side bundle hangat pada potongan N, dengan diketahui entalphi ini, maka suhu
di shell side bundle hangat pada potongan N dapat diketahui pula.
3.4.2 Detail Profil Suhu di cold bundle

Pada prinsipnya cara untuk menentukan profil suhu di cold bundle adalah sama di warm bundle. Disini
hanya ada dua tube side yaitu untuk gas alam dan MCR uap.

H1
^N
..........H 2N ,............ H ^SN

T1 ............., P 2 T 2
N N N
P1
^N
,.......P^S N T ^S N

NG......MRV........................MRV

NG......MRV........................MRV

^ N 1 N 1 N 1 N 1
P1 T1 ............., P 2 T 2 ,.......P^SN 1 T ^SN 1

H1
^ N 1
..........H 2N 1 ,............ H ^SN 1

Gambar 3.6 Penampang neraca massa cold bundle

- Gas alam

P1 = P1 dPc1
^N ^ N 1 (3.28)

T1 T1 dTc1
N N 1
(3.29)

Dimana

P P1 T1 T1
0 NC 0 NC

dPc1 = 1 dan dTc1


Nc Nc
- MCR uap

P 2 = P1 dPc 2
N N 1
(3.30)

T 2 = T1 dTc 2
N N 1
(3.31)

Dimana

T2 T 2
0 NC

dPc 2 = P P
0
2
NC
2 dan dTc 2
Nc
Shell side

Ps
N
PsN1 dPcs (3.32)

dimana

N 1
Ps PsNC
dPcs
Nc

Neraca Panas untuk potongan ke N pada cold bundle dapat ditulis sebagai berikut:

NG H1N MRV H2 H2N MRV HsN


N1 N1 N1
H1 Hs (3.33)

Beban panas disetiap potongan N di cold bundle adalah :

Gas alam

QNC1 = NG ( H 1N 1 H 1N )

MCR uap

QNC1 = MRV ( H 2N 1 H 2N )

Beban total untuk potongan ke N adalah

Q Ncs = MRV ( H cN1 QCN 2 )


H s adalah entalpi shell side cold bundle pada potongan ke N, sehingga suhu dishell side pada
N

potongan ke N dapat siketahui pula.

Anda mungkin juga menyukai