Anda di halaman 1dari 12

Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Sifat-Sifat Volumetrik Fluida Murni


Jumlah panas dan usaha pada proses industri dihitung berdasarkan sifat termodinamika seperti
energi dalam dan entalpi. Untuk fluida sifat ini diperoleh dari pengukuran volum molar sebagai
fungsi temperatur dan tekanan, menghasilkan hubungan tekanan/volum/temperatur (PVT) yang
dinyatakan dengan persamaan keadaan, Persamaan PV=RT menunjukkan perilaku sederhana fluida.
Persamaan keadaan juga mengukur fluida serta reaktor dan jaringan pipa.

1. Sifat PVT Senyawa Murni


Gambar 1 menyatakan hubungan temperatur dan tekanan senyawa murni terhadap jenis fasa. Garis
1-2 menyatakan hubungan keseimbangan padat/uap, garis 2-C keseimbangan cair/uap dan garis 2-
3 menyatakan keseimbangan padat/cair. Tiga garis tersebut menunjukkan pada kondisi P dan T
terdapat 2 fasa dan membagi diagram menjadi beberapa daerah 1 fasa. Titik C adalah titik kritis yang
memiliki nilai Pc dan Tc tertinggi dimana senyawa kimia murni berada dalam kesetimbangan fasa
uap/cair. Titik pertemuan ketiga garis merupakan titik triple dimana kesetimbangan berada dalam
tiga fasa.

A Fluida
3 Cair
𝐏𝐂 C
Kurva Fusi

Padat
Tekanan

B
Kurva Penguapan
2 Gas
Titik Triple
1
Kurva Sublimasi

Temperatur 𝐓𝐂
Gambar 1 Diagram PT senyawa murni

PV Diagram
Diagram PV menunjukkan hubungan perubahan fasa yang dipengaruhi oleh tekanan dan volume.
Pada diagram PV kesetimbangan dapat dilihat posisi kesetimbangan dua fasa. Daerah satu fasa
dinyatakan dengan kurva melengkung, sedangkan titik tripel dinyatakan sebagai garis horizontal
dengan nilai temperatur dan tekanan tertentu.
Gambar 3.2a merupakan kurva dua fasa padat/cair, padat/uap dan cair/uap. Gambar 3.2b
menunjukkan fasa cair, cair/uap dan uap dengan 4 jenis temperatur kondisi isotherm. Temperatur T
> Tc merupakan kondisi isotherm, T1 dan T2 menyatakan temperatur subkritik yang membagi kurva
menjadi tiga segmen. Segmen horizontal merupakan kondisi isotherm mewakili semua kemungkinan
100% cair di ujung kiri dan 100% uap di ujung kanan. Segmen kedua merupakan kubah BCD. Garis
B-C menyatakan cairan fasa tunggal pada suhu penguapan (suhu mendidi) dan dari C-D menyatakan
uap fasa tunggal dengan temperatur kondensasi. Garis BCD meyatakan fasa cair dan uap tersebut
dalam kondisi saturated. Segmen ketiga kubah BCD merupakan dua fasa cair/uap.

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 1
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Padat/Cair
P
P

Fluida
C C
Cair

𝐏𝐂 𝐏𝐂 𝐏𝐂
𝑸
𝐍
Gas
Padat

Cair
Uap 𝐓 = 𝐓𝐂
Uap
Cair/Uap 𝐓𝐂 𝐓𝐂
𝐉 𝐊
Cair/Uap 𝐓𝟏 < 𝐓𝐂
𝐓𝟐 < 𝐓𝐂
Padat/Uap 𝑩 𝑫

𝐕𝐂 (a) V 𝐕𝐂 (b) V

Gambar 2. Diagram PV Senyawa Murni


Subcooled-liquid terletak di sebelah kiri kurva saturated-liquid BC. Superheated vapour terletak di
sebelah kanan kurva saturated vapor CD. Ketika temperatur semakin tinggi daerah dua fasa semakin
pendek pada segmen horizontal. Titik kritis C dimana fasa cairan dan uap tidak dapat dibedakan.

Sifat Kritis
Gambar 3 merupakan diagram PT fluida murni yang menyatakan tekanan uap dan volume tetap pada
daerah satu fasa.

𝐕𝟐𝐈 𝐕𝐂

Cair
C 𝐕𝟐𝐕
Q

P
F 𝐉, 𝐊 N
𝐕𝟏𝐕
H
G
E

Uap

T
Gambar 3 Diagram PT fluida murni
Garis tebal menyatakan kurva penguapan. Garis putus-putus adalah fasa tunggal dengan volume
tetap. Jika wadah diisi cair atau uap, pada saat pemanasan dilakukan, perubahan hanya terjadi pada
garis putus-putus. Perubahan E menjadi F (subcooled-liquid) dan perubahan G menjadi H

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 2
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

(superheated vapor). Jika wadah diisi cair dan uap pada kondisi kesetimbangan, maka ketika
pemanasan dilakukan perubahan terjadi pada garis tebal.

Daerah Satu Fasa


Diagarm satu fasa menunjukkan hubungan tekanan, volum dan temperatur (P,V, dan T). Secara
analitik f(P, V, T)=0 yang dikenal sebagai persamaan keadaan PVT. Persamaan ini berkaitan dengan
tekanan, molar atau volume spesifik dan temperatur fluida homogeny murni pada keadaan
setimbang. Persamaan keadaan gas ideal PV = RT memiliki pendekatan valid untuk daerah gas
tekanan rendah. Persaman keadaan dapat diselesaikan untuk menentuakan satu dari tiga besaran P,
V atau T sebagai fungsi dari dua konstanta lainnya. Jika V dianggap sebagai fungsi T dan P maka V =
V T, P dan
∂V ∂V
dV = ( ) dT + ( ) dP
∂T P ∂P T
Turunan parsial persamaan ini memiliki arti fisik, dan terkait dengan dua sifat, umumnya
ditabulasikan untuk cairan yang didefinisikan sebagai berikut:

Ekspansi volum:
1 ∂V
β≡ ( )
V ∂T P
Kompresi Isothermal :
1 ∂V
K≡− ( )
V ∂P T
Kombinasi kedua persamaan tersebut adalah:
dV
= βdT − KdP
V
Untuk cairan β selalu bernilai poitif (Air fasa cair diantara 00C dan 40C merupakan pengecualian) dan
K bernilai positif. Pada kondisi tidak dekat dengan titik kritis β dan K merupakan fungsi tekanan dan
temperatur. Persamaan integrasi dinyatakan dengan:
V2
ln = β T2 − T1 − K P2 − P1
V2
Persamaan ini merupakan pendekatan restriktif daripada asumsi cairan tidak dapat dikompresi.

2. Persamaan Virial
Pada Gambar 3.2b kondisi isotherm untuk gas dan uap dinyatakan dengan garis CD, ketika volume
semakin kecil maka tekanan meningkat. Nilai PV untuk T yang diberikan harus jauh lebih konstan
dibanding konstanta lain. Persamaan analitik P dinyatakan dengan:
PV = a + bP + cP 2 + ⋯
Jika b ≡ aB ′ , c ≡ aC ′ , dll., sehingga,
2
PV = a(1 + B′ P + C′P + D′ P 3 + ⋯ )
Ketika, B’, C’ dll., bernilai tetap untuk temperatur dan senyawa kimia yang ditentukan.

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 3
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Ideal-Gas Temperatures; Universal Gas Constant


Parameter B’, C’ dst bergantung pada jenis senyawa dan fungsi temperatur, sedangkan parameter a
diperoleh dari eksperimen sebagai fungsi temperatur dengan nilai yang sama untuk semua senyawa
kimia. Pengukuran volume sebagai fungsi P untuk berbagai gas pada temperatur konstan adalah:

PV =a=f T

𝐇𝟐
𝐏𝐕⁄𝐜𝐦𝟑 𝐛𝐚𝐫 𝐦𝐨𝐥−𝟏

𝐍𝟐
𝐀𝐢𝐫

𝐏𝐕 ∗
= 𝟐𝟐. 𝟕𝟏𝟏, 𝟖 𝐜𝐦𝟑 𝐛𝐚𝐫 𝐦𝐨𝐥−𝟏 𝐎𝟐
𝐙

𝐓 = 𝟐𝟕𝟑, 𝟏𝟔 𝐊 = 𝐓𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐭𝐫𝐢𝐩𝐥𝐞 𝐚𝐢𝐫

𝟎 𝐏

Gambar 4 (PV)*, Nilai PV ketika P  0 tidak bergantung gas


Sifat gas ini adalah dasar untuk menetapkan skala temperatur mutlak. Hubungan fungsional
yang digunakan merupakan fungsi f(T) dengan tahap penentuan skala Kelvin sebagai berikut:
 Buat (PV)* berbanding lurus terhadap T, dengan R sebagai konstanta proporsional:

PV = a ≡ RT
 Menetapkan nilai 273,16 K pada temperatur titik triple air:

PV = R × 273,16 K
Hasil bagi kedua persamaan tersebut:

PV T⁄K
∗ =
PV t 273,16 K
Atau

T PV
= 273,16 ∗
K PV t
Nilai konstanta R ditentukan dengan persamaan
PV ∗t
R=
273,16 K
Karena data PVT tidak dapat diambil pada tekanan nol, data yang diperoelh pada tekanan terbatas
diekstrapolasi ke keadaan tekanan nol. Sehingga nilai R yang diperoleh:
22.711,8 cm3 bar mol−1
R= = 83,1447 cm3 bar mol−1 K −1
273,16 K

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 4
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Dua Bentuk Persamaan Virial


Sifat termodinamika pentinglainnta didefinisikan dengan persamaan:
PV
Z≡
RT
Perbandingan tanpa dimensi ini disebut faktor kompresibilitas.
3
Z = 1 + B′ P + C′ P 2 + D′P + ⋯
Persamaan lain yang menyatakan nilai Z adalah :
B C D
Z=1+ + 2+ 3+⋯
V V V
Kedua persamaan ini dikenal sebagai ekspansi virial dan parameter B’, C’, D’, dsb., dan B, C, D, etc.,
disebut koefisien virial. Parameter B’ dan B merupakan koefisien virial kedua, C’ dan C merupakan
koefisien virial ketiga, dst. Koefisien virial gas merupakan fungsi temperatur.
B
B′ =
RT
C − B2
C′ =
RT 2
D − 3BC + 2B3
D′ =
RT 3

3. Gas Ideal
Ekaspansi virial B/V, C/V2 dst, timbul akibat interaksi molecular, koefisien virial B, C dan sebagainya
menjadi nol akibat tidak ada interaksi dan ekspansi virial menjadi:
Z=1
atau
PV = RT
Interaksi molecular pada gas nyata terjadi sehingga mempengaruhi perilaku gas. Ketika tekenan
berkurang pada temperatur konstan, V meningkat dan kontribusi B/V, C/V2, D/V3 menurun. Untuk
P0, Z mendekati 1 bukan karena adanya perubahan koefisien virial tetapi karena V menjadi tidak
hingga.
Z1 or PV  RT
Energi dalam gas nyata merupakan fungsi tekanan dan temperatur. Pengaruh tekanan disebabkan
adanya interaksi antar molekul. Jika interaksi tersebut tidak ada maka tidak ada energi yang
diperlukan untuk mengubah jarak intermolecular rata-rata dan tidak ada energi yang dibutuhkan
untuk menghasilkan perubahan volume dan tekanan gas pada temperatur tetap.
 Persamaan keadaan:
PV ≡ RT (Ideal gas)
 Energi dalam sebagai fungsi temperatur:
U = U T (Ideal gas)

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 5
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Hubungan Implikasi Sifat Gas Ideal


Definisi kapasitas panas volume tetata untuk gas ideal dinyatakan dengan Cv sebagai fungsi
temperatur:
∂U dU T
Cv ≡ ( ) = = Cv T
∂T V dT
Definisi persamaan entalphi gas ideal dinyatakan dengan H sebagai fungsi temperatur:
H ≡ U + PV = U T + RT = H T
Kapasitas panas tekanan tetap Cp didefinisikan sama seperti Cv sebagai fungsi temperatur:
∂H dH T
Cp ≡ ( ) = = Cp T
∂T P dT
Hubungan Cp dan Cv untuk gas ideal dari turunan dua persamaan diatas adalah:
dH dU
Cp = = + R = Cv + R
dT dT
Sehingga implikasi Cp dan Cv untuk gas idela dalam persamaan energi dalam dan entalphi adalah:
dU = CvdT

∆U = ∫ Cv dT

dH = CpdT

∆H = ∫ Cp dT

Persamaan Perhitungan Proses Gas Ideal


Perhitungan proses meliputi nilai kerja dan panas. Kerja secara mekanik reversibel pada sistem
tertutup untuk 1 mol :
dW = −PdV
Proses sistem tertutup gas ideal untuk 1 mol unit massa dikombinasikan dengan:
dQ + dW = Cv dT
Substitusi nilai dW dan penyelesaian dQ menghasilkan persamaan gas ideal proses reversibel sistem
tertutup:
dQ = Cv dT + P dV
Persamaan ini terdiri dari variabel P, V dan T. Persamaan dQ dan dW bergantung pada nilai P =
RT/V.
dV dV
dQ = CV dT + RT dW = −RT
V V
Dengan V = RT/P dan Cv, persamaan dQ dan dW menjadi:
dP dP
dQ = Cp dT − RT dW = −R dT + RT
P P

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 6
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Dengan T = PV/R, secara sedehana persamaan dW = −PdV, dan Cv diberikan:


Cv Cp
dQ = V dP + P dV
R R
Persamaan ini diaplikasikan untuk gas ideal pada berbagai jenis proses, yang digambarkan sebagai
berikut. Asumsi sistem merupakan sistem tertutup dan proses adalah reversibel.

Proses Isothermal
∆U = ∆H = 0
V2 P2
Q = RTln = −RT ln
V1 P1
V2 P2
W = −RTln = RT ln
V1 P1
Catatan bahwa Q=-W, sehingga,
V2 P2
Q = −W = RTln = −RTln
V1 P1

Proses Isobarik

∆U = ∫ CV dT

∆H = ∫ CP dT

Q = ∫ CP dT
W = −R T2 − T1
Catatan bahwa Q = ∆H, sehingga,

Q = ∆H = ∫ Cp dT

Proses Isokorik (V-tetap)

∆U = ∫ CV dT

∆H = ∫ CP dT

Q = ∫ CV dT

W = − ∫ P dV = 0

Catatan bahwa Q = ∆U, Sehingga,

Q = ∆U = ∫ CV dT

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 7
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Proses Adiabatik, Kapasitas Panas Tetap


Integrasi Cv dan Cp tetap menghasilkan hubungan sederhana antara variabel T, P dan V.
dT R dV
=−
T CV V
Integrasi Cv tetap:
T2 V1 R⁄CV
=( )
T1 V2
Sama dengan:
T2 P1 R⁄CP
=( )
T1 P2
P2 V1 R⁄CV
=( )
P1 V2
Persamaan ini dapat juga dinyatakan dengan:
TV γ−1 = constant TP 1−γ ⁄γ
= constant PV γ = constant
dimana
CP
γ≡
CV
Pada gas ideal, kerja pada proses sistem adiabatic tertutup diberikan dengan:
dW = dU = CV dT
Untuk Cv tetap,
W = ∆U = Cv ∆T
Bentuk alternative menghasilkan Cv dengan perbandingan 𝛾:
CP CV + R R
γ≡ = =1+
CV CV CV
atau
R
CV =
γ−1
Ketika RT1 = P1 V1 dan RT2 = P2 V2, persamaan ini dapat ditulis dengan:
RT2 − RT1 P2 V2 − P1 V1
W= =
γ−1 γ−1
Eliminasi V2 prosesreversibel menghasilkan persamaan:
P1 V1 P2 γ−1 ⁄γ RT1 P2 γ−1 ⁄γ
W= [( ) ]= [( ) − 1]
γ − 1 P1 γ − 1 P1

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 8
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Hasil yang sama diperoleh ketika hubungan antara P dan V diberikan digunakan untuk integrasi ,
W = − ∫ P dV.

4. Penerapan Persamaan Virial


Dua bentuk ekspansi virial diberikan yang dijelaskan sebelumnya merupakan seri tak hingga.
∂Z
( ) = B′ + 2C′ P + 3D′P 2
∂P T
Ketika P bernilai nol maka:
∂Z
( ) = B′
∂P T;P=0
Bentuk persamaan umum menjadi:
PV BP
Z= = 1+
RT RT
Bentuk persamaan virial dengan tiga variabel adalah:
PV B C
Z= = 1+ + 2
RT V V
Persamaan ini dapat diselesaikan secara langsung untuk tekanan namun persamaan kubik untuk
volum.

5. Persamaan kubik
Persamaan keadaan mewakili perilaku PVT pada fase cair dan uap. Bentuk persamaan kubik
merupakan persamaan sederhana yang mampu mewakili sifat cair dan gas.

Persamaan Keadaan van der Waals


Persamaan keadaan kubik yang dicetuskan J.D. van der Waals pada tahun 1873:
RT a
P= − 2
V−b V
Dimana, a dan b merupakan konstanta bernilai positif, jika keduanya bernilai nol maka persamaan
gas ideal berlaku.

Penentuan Parameter Persamaan Keadaan


Konstanta persamaan keadaan zat tertentu dievaluasi sesuai dengan persamaan data PVT. Pada
persamaan keadaan kubik, estiamasi yang sesuai diperoleh dari nilai tetapan kritik Pc dan Tc:

∂P ∂2 P
( ) =0 ( 2) =0
∂V T;cr ∂V T;cr

Persamaan keadaan mengandung lima konstanta Pc, Vc, Tc, a(Tc) dan b. Parameter a dan b
bergantung pada jenis senyawa tetapi tidak terhadap temperatur. Tiga jenis persamaan untuk
menentukan nilai Vc adalah:
RTc a ab
3Vc = b + 3Vc2 = Vc3 =
Pc Pc Pc

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 9
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Penyelesaian persamaan a dan b adalah sebagai berikut:


1
a = 3Pc Vc2 b = 3 Vc
Sehingga
3 RTc 27 R2 TC2 1 RTc
VC = a= b=
8 Pc 64 Pc 8 Pc

Nilai Zc sering juga dinyatakan dengan:


PC VC 3
ZC = =
RTC 8
Nilai Zc berlaku sama untuk semua zat. Nilai yang berbeda diperoleh pada persamaan keadaan yang
berbeda yang terdapat pada table 1. Prosedur yang sama digunakan untuk menyatakan parameter
𝑎 𝑇𝑐 dan b dalam bentuk,
R2 Tc2
a Tc = Ψ
Pc
Fungsi α(Tr) menjadi satu pada temperatur kritis.
α Tr R2 Tc2
α T =Ψ
PC
Spesifik terhadap persamaan keadaan nilai parameter b diperoleh dari:
RTc
b=Ω
Pc
Persamaan Ω dan Ψ merupakan bilangan murni, tidak bergantung pada senyawa dan ditentukan
untuk persamaan keadaan tertentu dari nilai yang diberikan 𝜖 dan α. Pada tahun 1949 persamaan
keadan kubik dikembangkan, dan dikenal sebagai persamaan Redlich/Kwong (RK)
RT α T
P= −
V−b V V+b

Dimana α Tr = Tr−1 2.

Persamaan Keadaan Kubik Uap dan Menyerupai Uap


Persamaan keadaan kubik dinyatakan dengan:
RT α T V−b
V= +b−
P P V + ϵb V + σb
Nilai V diperoleh dengan iterasi dengan tebakan awal V adalah gas ideal RT/P. Nilai iterasi
disubstitusi di seblah kanan dan hasil yang diperoleh kembali disubstitusi hingga diperoleh nilai V
yang sesuai. Nilai Z diperoleh dengan persamaan 𝑉 = 𝑍𝑅𝑇/𝑃.
bP a T
β= q=
RT bRT
Kedua persamaan tersebut disubstitusi untuk menentukan nilai Z:
Z−β
Z = 1 + β − qβ
Z + ϵβ Z + σβ
Persamaan tersebut setara dengan:

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 10
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

𝑃𝑟 𝛹𝛼 𝑇𝑟
β=Ω q=
𝑇𝑟 𝛺𝑇𝑟
Tebakan awal dimulai dengan 1 yang disubstitusi pada persamaan sebelah kana. Nilai Z dihitung
kembali hingga proses berlangsung konvergen. Nilai akhir Z menghasilkan akar volum V = ZRT/P.

Persamaan Keadaan Kubik Liquid dan Menyerupai Liquid


Persamaan nilai Z diperoleh dengan menyelesaikan nilai Zpada penyebut fraksi akhir:
1+β−Z
Z = β + Z + ϵβ Z + σβ ( )

Iterasi dimulai dengan nilai 𝑍 = 𝛽 yangdisubstitusi pada persamaan sebelah kanan. Setelah nilai Z
diketahui maka volume dicari dengan persamaan V = ZRT/P.
Persamaan keadan menyatakan Z sebagai fungsi Tr dan Pr bersifat umum karena dapat digunakan
untuk semua gas dan cairan. Persamaan keadaan seperti van der Waals dan persamaan
Redlich/Kwong menyatakan Z sebagai fungsi Tr dan Pr menghasilkan dua parameter korelasi
keadaan. Persamaan Soave/Redlich/Kwong dan Peng/Robinson (PR) memiliki faktor fungsi 𝛼 𝑇𝑟 ; 𝜔
sebagai parameter tambahan menghasilkan tiga parameter korelasi keadaan. Nilai numeric untuk
parameter ϵ, σ, Ω and Ψ diberikan pada Table 1.
Tabel 1 Parameter Persamaan Keadaan

Persamaan Keadaan Α(Tr) 𝝈 𝝐 Ω Ψ Zc


Van der Waals (1873) 1 0 0 1/8 27/64 3/8
Redlich/Kwong Tr−1
⁄2 1 0 0,08664 0,42748 1/3
(1949)
Soave/Redlich/Kwong αSRK Tr ; ω 1 0 0,08664 0,42748 1/3
(1972)
Peng/Robinson αPR Tr ; ω 1 + √2 1 − √2 0,07780 0,45724 0,30740
(1976)
⁄ 2
αSRK Tr ; ω = [1 + 0,480 + 1,574ω − 0,176ω2 (1 − Tr1 2 )]

⁄ 2
αPR Tr ; ω = [1 + 0,37464 + 1,54226ω − 0,26992ω2 (1 − Tr1 2 )]

6. Korelasi Umum Gas


Korelasi umum yang banyak digunakan adalah Korelasi Pitzer dan Cowoker untuk penentuan faktor
kompresibilitas Z dan koefisien virial kedua B.

Korelasi Pitzer untuk Faktor Kompresibiliats


Korelasi untuk Z adalah:
Z = Z 0 + ωZ1
Dimana Z0 dan Z1 merupakan fungsi Tr dan Pr. Ketika ω = 0 untuk fluida sederhana Z0 menjadi serupa
dengan Z. Korelasi umum Z ketika fungsi Tr dan Pr didasarkan pada data Argon, Krypton dan Xenon
hubungan yang tersedia adalah Z0 = F 0 Tr , Pr .

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 11
Thermodinamika Kimiawi (3 sks) Semester 4

Pitzer Correlations for the Second Virial Coefficient


Bentuk sederhana persamaan virial dinyatakan dengan:
BP P
Z=1+ ̂ r
=1+B
RT Tr
̂ koefisien virial kedua berkuran:
Dimana B
BPc
̂=
B
RTc
̂:
Korelasi kedua yang diajukan Pitzer dan Cowoker menghasilkan nilai B
̂ = B0 + ωB1
B
Persamaan menjadi:
Pr Pr
Z = 1 + B0 + ωB1
Tr Tr
Perbandingan persamaan Z0 dan Z1 dinyatakan sebagai berikut:
Pr
Z0 = 1 + B0
Tr
dan
Pr
Z 1 = B1
Tr
Koefisien virial kedua merupakan fungsi temperatur dan sama dengan B0 dan B1 merupakan fungsi
temperatur reduced (Tr):

0,422 0,172
B0 = 0,083 − B1 = 0,139 −
Tr1,6 Tr4,2

Daftar Pustaka
Smith, J.M., Van Ness, H.C., and Abbott, M.M., (2005). Introduction to Chemical Engineering
Thermodynamics 7th Edition. McGraw-Hills Chemical Engineering Series.

MNP/2018/TB/TERMOKIM Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai