A. Deskripsi Singkat : Bab ini membahas tentang hukum pertama thermodinamika serta
beberapa konsep-konsep dasar lainnya
B. Relevansi : Bab ini membahas lebih lanjut mengenai energi panas dan kerja.
C. Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mampu memahami /
menjelaskan tentang hukum kelestarian/kekekalan energi.
12
kinetik, energi translasi, energi rotasi, energi vibrasi dan lain-lain. Energi-energi tiap molekul
tidak dapat diamati secara langsung.
Seandainya energi yang dimiliki tiap molekul dapat diperkirakan, maka untuk
menjumlahkan seluruh energi yang dimiliki masing-masing molekul adalah suatu pekerjaan
sulit, sehingga energi total dari pandangan mikroskopis adalah tidak praktis.
13
Dengan perkataan lain, apabila dihasilkan sejumlah energi maka sejumlah energi dalam
bentuk lain yang setara dengan energi yang pertama akan lenyap. Jadi mudah difahami bahwa
di dalam sistim yang tersekat (terisolasi), maka jumlah energi adalah konstan.
Contoh 2.1
Ada 2 (dua) buah benda yang bergerak dengan arah berlawanan dan keduanya berada
dalam suatu sistim yang tersekat. Kedua benda bertabrakan lalu kemudian keduanya menjadi
diam (tidak bergerak).
Menurut pandangan makroskopis,
Energi benda A, EA = EpA + EkA + UA
Energi benda B, EB = EpB + EkB + UB
Energi sebelum bertabrakan (energi awal sistem) = E1Sistim
E1Sistim = EA1 + EB1 = ½ mA1VA12 + ½ mB1VB12 + UA1 + UB1 (Persamaan 2.1)
(energi potensial benda A dan B dianggap sama dengan nol)
Karena kedua benda berada dalam sistim tersekat (isolated system), maka energi sebelum
bertabrakan menjadi sama dengan energi setelah bertabrakan,
E1Sistim = E2Sistim (Persamaan 2.3)
Energi awal sistem = Energi akhir sistem
Kesimpulan: Kedua benda A dan B memiliki energi kinetic. Setelah bertabrakan energi kedua
benda lenyap, muncul energi baru yaitu energi dalam dengan jumlah yang sama besar dengan
jumlah energi kinetik kedua benda yang telah lenyap tersebut.
14
II.3. PERCOBAAN JOULE
Antara tahun 1840 sampai dengan 1878, J.P. Joule melakukan eksperimen mengenai
sifat panas dan kerja, yang menjadi dasar bagi pengertian hukum pertama thermodinamika
dan konsep dasar energi. Melalui eksperimennya, beliau melakukan kerja W terhadap air
dengan cara pengadukan sehingga terjadi kenaikan suhu air.
Kesimpulan:
Ada korelasi/hubungan antara satu bentuk energi dengan satu bentuk kerja lainnya. W
berhubungan dengan panas (Q)
W ≈ Q
4.184 Joule = 1 KKal
(energi sebesar 4.184 Joule dapat menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 oC)
Ruang Sekitar
Q,W
Q,W
Ruang Sekitar
15
Untuk sistim terisolasi (hukum kelestarian energi),
∆ (Energi sistim) + ∆ (Energi ruang sekitar) = 0
↓ ↓
∆U + ∆Ek + ∆Ep + +/- Q +/- W = 0
Persamaan diatas merupakan hukum pertama thermodinamika, yang dalam bentuk matematis
ditulis,
∆U + ∆Ek + ∆Ep = +/- Q +/- W
atau ∆U + ∆Ek + ∆Ep = Q - W
Konvensi Tanda :
Q bertanda positif apabila sistem menerima panas dari ruang sekitar
Q bertanda negatif apabila sistem memberikan panas ke ruang sekitar
W bertanda positif apabila sistem melakukan kerja terhadap ruang sekitar
W bertanda negatif apabila Ruang sekitar melakukan kerja terhadap sistem
Contoh 2.2
Air mengalir di air terjun yang tingginya 100 meter. Pandanglah 1 kg air dan anggap
tidak ada energi yang ditukar antara 1 kg air tersebut dengan ruang sekitarnya.
Pertanyaan :
a. Berapa energi potensial air di puncak relaitif terhadap dasar air terjun?
b. Berapa energi kinetik air sesaat sebelum menyentuh dasar?
c. Setelah 1 kg air tersebut masuk ke dalam sungai yang berada di bawah air terjun,
perubahan keadaan apa yang terjadi padanya ?
Jawaban:
16
1 kg air = Sistem
Sistem tidak menukar energi dengan ruang sekitarnya, maka ΔE = 0
Hukum I Thermodinamika menjadi,
ΔEk +ΔEp + ΔU = 0
Persamaan diatas berlaku untuk setiap sistem bagian proses
a. Energi potensial air di puncak relatif terhadap air terjun,
Ep = m g h
= (1 kg) (9,8066 m/s2) (100 m)
= 980,66 kg m2/s2.
b. Energi kinetik air sesaat sebelum menyentuh dasar ?
Selama air terjun jatuh bebas, tidak ada mekanisme pengubahan energi potensial maupun
energi kinetik menjadi energi dalam, maka
ΔU = 0, sehingga
ΔEp +ΔEk = 0
(Ep2 – Ep1) + (Ek2 – Ek1) = 0
Ek1 = 0 , Ep2 = 0 , maka :
– Ep1 = – Ek2
Maka :
Ek2 = Ep1 = 980,66 Joule.
c. Setelah 1 kg air tersebut masuk ke dalam sungai di bawah air terjun, perubahan keadaan
apa yang terjadi padanya ?
Ketika 1 kg air menyentuh dasar, kemudian bergabung dengan massa air lain lalu ikut
aliran/turbulensi air sungai yang berpengaruh kepada perubahan energi kinetik menjadi
energi dalam. Selama proses ini ΔEp = 0, sehingga,
ΔEk +ΔEp + ΔU = 0
=0
ΔEk + ΔU = 0
ΔU = - ΔEk
ΔU = - (Ek3 – Ek2)
Dimana:
Ek2 = energi kinetik air saat jatuh
Ek3 = energi kinetik air ikut aliran sungai
17
Kecepatan aliran sungai adalah lebih kecil dibanding kecepatan air jatuh, sehingga Ek3 = 0,
maka,
ΔU = Ek2 = 980,66 joule.
Kesimpulan: Secara keseluruhan konversi energi dari energi potensial menjadi energi
kinetik, lalu menjadi energi dalam, yang mana besar dari masing-masing energi tersebut
adalah sama. Perubahan energy dalam diindikasikan dengan kenaikan suhu sistim.
18
2. Energi dalam (U), dan entalpi adalah merupakan fungsi keadaan yang artinya hanya
bergantung kepada keadaan awal dan akhir saja, tidak bergantung kepada riwayat
proses.
▪ Sistem berada dalam keadaan mantap (steady state), maka kecepatan alir pada tiap titik
pada sistem tidak bergantung lagi dengan waktu.
Tidak terjadi akumulasi (penimbunan) bahan di dalam sistem, seolah-
olah sistem adalah sistim tertutup (closed system).
▪ Untuk keadaan steady state (seolah-olah closed system), berlaku Hukum Pertama
Thermodinamika,
Ek + Ep + U = Q-W*
19
W* = semua kerja yang ada pada sistem
V1
= P1 A1 x F1 = P1 A1
A1
W1 = P1 V1 X1.A1 = V1, X1 = V1/ A1
A1 = (luas penampang titik 1)
20
Dari didapat persamaan sebelumnya,
U + P2V2 − P1V1 + u 2 = Q − Ws
g
+
gc
(PV )
u 2 g
H + + Z = Q − Ws
2g c g c
u 2 g
H + + Z = Q − Ws
2gc g c
Contoh soal :
1. Air pada suhu 82 oF dipompakan dari storage dengan kecepatan 150 gallon/ menit. Motor
pompa memberikan kerja sebesar 3,5 Hp. Air tersebut mengalir melalui suatu ”heat
exchanger” atau alat penukar panas, dimana alat penukar panas tersebut memberikan
panas sebesar 55.000 Btu/menit. Dan sebagai media pemanas adalah steam bertemperatur
255 oF. Setelah melalui alat penukar panas, air disimpan pada storage kedua dengan
ketinggian 75 ft dari storage awal (pertama).
Pertanyaan :
a. Hitunglah temperatur air pada storage kedua
b. Jika tidak ada kehilangan / kerugian panas yang terjadi pada alat penukar panas, hitunglah
konsumsi steam setiap jam pada alat penukar panas tersebut.
Data :
(Densitas air pada 82 oF dianggap 62,43 lb/cuft)
21
Penyelesaian
steam 225oF
V = 150 gall/menit
II
Q = 55.000 BTU/ menit
T=?
75 ft
T1 = 82 oF
I Ws = 3,5 Hp
V 2
• Perbedaan kecepatan awal dan kecepatan akhir dianggap tidak ada, maka 0
2 gc
• pada 82oF = 62,43 lb/ft3
(1ft3 = 7,48 gal)
22
H2 – H3 = 43,95 BTU/lbm
Dengan menggunakan interpolasi (tabel uap)
128 − 126 128 − T 2 128 − T
= → =
95,90 − 93,90 95.90 − 93,97 2 2,53
T = 125,47 OF
Contoh soal :
2. Air pada suhu 82 oF dipompakan dari storage dengan kecepatan 150 gallon/ menit. Motor
pompa memberikan kerja sebesar 3,5 Hp. Air tersebut mengalir melalui suatu ”heat
exchanger” atau alat penukar panas, dimana alat penukar panas tersebut memberikan
panas sebesar 55.000 Btu/menit. Dan sebagai media pemanas adalah steam bertemperatur
255 oF. Setelah melalui alat penukar panas, air disimpan pada storage kedua dengan
ketinggian 75 ft dari storage awal (pertama).
Pertanyaan :
c. Hitunglah temperatur air pada storage kedua
d. Jika tidak ada kehilangan / kerugian panas yang terjadi pada alat penukar panas, hitunglah
konsumsi steam setiap jam pada alat penukar panas tersebut.
Data :
(Densitas air pada 82 oF dianggap 62,43 lb/cuft)
Penyelesaian
steam 225oF
V = 150 gall/menit
II
Q = 55.000 BTU/ menit
T=?
75 ft
o
T1 = 82 F
Energi Balance Flow Process :
I Ws = 3,5 Hp
23
V 2 g
H = + . z = Q − Ws ...................... (1)
2 gc gc
V 2
• Perbedaan kecepatan awal dan kecepatan akhir dianggap tidak ada, maka 0
2 gc
• pada 82oF = 62,43 lb/ft3
(1ft3 = 7,48 gal)
24
55.000 BTU
m = Q/Hg = menit
1165,6 BTU
lb
m = 47,16 lbm steam/menit
Suatu sistim dikatakan sedang melangsungkan proses, jika sistim tersebut sedang
melakukan baik transformasi fisika atau kimia, sehingga satu atau lebih besaran keadaannya
berubah.
Macam-macam proses dari suatu sistim :
1. Proses Isothermal
Proses perubahan keadaan sistim pada suhu yang konstan (tekanan dan volume dari
sistim berubah, tetapi suhu dari sistim tidak mengalami perubahan/tetap)
2. Proses Isobar
Proses perubahan keadaan sistim pada tekanan yang konstan
3. Proses Isochor
Proses perubahan keadaan sistim pada volume yang konstan
4. Proses adiabatis
Proses perubahan keadaan sistim tanpa ada pertukaran energi panas dari sistim
dengan ruang sekitar
1.7. KESETIMBANGAN
Kesetimbangan diartikan sebagai suatu kondisi yang statis, tidak ada perubahan
apapun.
25
Kesetimbangan thermodinamika adalah kondisi dari suatu sistim yang statis, tidak ada
perubahan apapun dan juga tidak ada tendensi/kecenderungan menuju suatu
perubahan dalam skala makroskopis.
Kesetimbangan thermodinamika terjadi apabila terjadi tiga keseimbangan sekaligus:
• Kesetimbangan Thermal : setelah semua suhu sama pada setiap titik
(bagian)
• Kesetimbangan Mekanik : setelah tidak ada lagi gerakan, ekspansi atau
kontraksi
• Kesetimbangan Kimia : setelah semua reaksi kimia berlangsung
Suatu sistim dikatakan berada dalam keadaan setimbang statis memiliki tendensi untuk
melakukan perubahan keadaan. Tendensi untuk melakukan perubahan disebabkan oleh
“driving force”.
Sistim setimbang jika semua driving force yang ada padanya tepat seimbang (balans).
Driving force yang dapat membuat perubahan :
1. mechanical force seperti tekanan pada piston cenderung menyebabkan transfer energi W
2. perubahan suhu menyebabkan aliran panas
3. potensial kimia menyebabkan bahan dapat bereaksi secara kimia atau pertukaran fasa
2.7. PROSES REVERSIBEL
Proses reversibel terjadi jika baik sistim maupun ruang sekitar dapat mengembalikan
sistim ke keadaan semula. Umumnya proses reversibel terjadi jika “net driving force”
hanya berbeda sedikit saja.
contoh 1:
contoh 2:
26
n = jumlah mol bahan m = jumlah massa bahan
C = kapasitas panas molar (per satuan mol)
C1 = kapasitas panas persatuan massa (panas spesifik/panas jenis)
Q
C= panas yang diperlukan 1 mol bahan untuk menaikkan suhunya
ndt
sebesar 10
Q
C1 = panas yang diperlukan 1 gram bahan untuk menaikkan suhunya
mdt
sebesar 10
Satuan C:
Sistim Internasional, C = Kalori/gram 0C
Sistim Inggris, C = BTU/lbm0F
Contoh : panas spesifik air = 1 kalori/gram 0C
= 1 BTU/ lbm 0F
Gbr
Sistem dipanaskan pada volume konstan torak tidak bergerak (volume konstan) yang berubah
hanya energi dalam saja.
27
Q = n Cp dT Cp = kapasitas panas pada tek tetap.
Hukum I Thermodinamika (non flow process) :
u = Q − W
du = n Cp dT – P dv
n Cp dT = du + p dv = Q ….(a)
entalpi, H = u + Pv
dH = du + d (Pv)
P tetap, maka dH = du + P dv…(b)
Masukkan persamaan a ke persamaan b,
dH =Q = n Cp dT
Yaitu, panas yang diterima sistim untuk menaikkan entalpinya.
Contoh soal :
PV PV PV
Suatu gas ideal adalah gas dengan yang konstan ( 1 1 = 2 2 ). Gas ideal tersebut
T T1 T2
memiliki volume 0,02271 m3/grmol, pada 0 0C, 1 bar. Pada kasus berikut udara dianggap
sebagai gas ideal, dengan kapasitas panas konstan :
Cv = 5/2 R = 5/2 ( 8.314 J/grmol 0 K )
= 20,7850 joule/grmol 0 K.
Cp = 7/2 R = 7/2 (8.314)
= 29,0990 joule/grmol 0 K
Udara tersebut memiliki kondisi awal, tekanan 1 bar, temperatur 298,15 K. udara
tersebut dikompresi sehingga tekanannya menjadi 5 bar dan temperatur 298,15 K
dengan menggunakan 2 proses reversibel yang berbeda.
Hitunglah panas (Q) dan kerja (W) yang dibutuhkan. Serta u dan H dari udara tersebut
untuk masing-masing rangkaian (path) proses berikut :
a. pendingin pada tekanan tetap dan diikuti oleh pemanasan pada volume tetap
b. Pemanasan pada volume tetap dan diikuti dengan pendingin pada tekanan tetap
Penyelesaian :
Basis perhitungan : n = 1 gram mol udara
No friction
Reversibel
28
1 gmol udara
T1
V1 = x Vo
T0
298,15
= x 0,02271
273,15
= 0,02479 m3
MENCARI V2 = VA ?
P1V1 P2V2
= (T1 = T2 = 298,15)
T1 T2
P1 1
V2 = x V1 = ( ) (0,02479) m3
P2 5
= 0,004958 m3
MENCARI TA = ?
PV PV PV
=C→ A A = 1 1
T TA T1
V A V1
PA = P1 = 1 bar → =
TA T1
29
VA
TA = x T1
V1
0,004958
= x 298,15
0,02479
= 59,63 K
MENCARI TB = ?
PBVB P1V1
=
TB T1
VB = V1 = 0,02479 m3
PB P1 P 5
= → TB = B x T1 = ( ) (298,15)
TB T1 P1 1
= 1.490,75 K
1.490,75
59,63
TA
P
(bar)
2
5 ------------------ ------------------
TB = ?
------------------
------------------
1 ------------------------------------ 1
VA = ?
298,15 K
VA = 0,004958
Rangkaian Proses a :
Tekanan Konstan : Q, W, ∆U, ∆H = ?
Q = ∆H = Cp ∆T
= (7/2) (18,3114) Joule/grmol.K) (59,63-298,15) K
30
= - 6.941 Joule.
Entalpi, H = U + PV
∆H = ∆U + ∆(PV)
∆U = ∆H - ∆(PV)
= -6,941 - P∆V
- (1x105 Pa) (......)
Pa x m3 = Joule
∆U = -4.958 J
VOLUME TETAP :
∆U = Q = CV ∆T = (5/2) (8.314) (298,15-59,63)
= 4.958 Joule
OVERALL PROCESS :
∆U = -4.958 + 4.958 = 0
Q = -6.941 + 4.958 = -1.983 Joule
W=?
∆H = 0
HUKUM I THERMODINAMIKA :
∆U = Q – W
0 = -1.983 - W
W = -1.983 Joule
Persamaan Entalpi :
∆H = ∆U + ∆(PV)
P2V2 P1V1
T1 = T2 = 298,15 0K → =
T2 T1
P2V2 = P1V1
(P2V2 - P1V1 = 0)
∆H = ∆U = 0
Rangkaian Proses b :
31
VOLUME TETAP :
Q = ∆U = CV ∆T = 5/2 (8.314)(1490.75 – 298.15)
= 24.788 Joule
TEKANAN TETAP :
Q = ∆H = CP ∆H = (7/2) (8.314) (298.15 – 1.490,75)
= -34.703 Joule
∆H = ∆U + ∆(PV)
∆U = ∆H - P∆V
= -34.703 – (5 x 105) (......)
= -24.788 Joule
OVERALL PROCESS :
∆U = +24.788 – 24.788 = 0
Q = +24.788 – 34.703
= -9.915 Joule
KESIMPULAN
Rangkaian Proses A Rangkaian Proses B
∆H 0 0
∆U 0 0
Q -1.983 Joule -9.915 Joule
W -1.983 Joule -9.915 Joule
• ∆H & ∆U mempunyai nilai sama untuk kedua jalur proses yaitu sama dengan nol,
artinya tidak bergantung kepada riwayat proses tetapi hanya bergantung kepada
keadaan awal dan akhir dari proses → yang demikian disebut dengan fungsi keadaan
(fungsi Thermodinamika)
32
• Q dan W mempunyai nilai yang berbeda untuk kedua jalur proses. Q dan W
bergantung kepada riwayat proses, sehingga dikatakan Q dan W bukan merupakan
fungi keadaan/thermodinamika.
33