Anda di halaman 1dari 33

KELOMPOK 3:

1. RIO ANDIKA PUTRA


2. JEFRI HANS PETRUS
3. HOTMAN PAKPAHAN
4. BERLIANA SITOMPUL
5. RIZKA RIANI
6. YUNI K HUTAHAEAN

KELAS: FISIKA NONDIK 2018


MATA KULIAH: FISIKA STATISTIK

KERJA DAN KALOR


KERJA :
- pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan selain dalam bentuk kalor.
- Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain tanpa terikat dengan perbedaan
temperatur.
- “usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan hanya tergantug pada keadaan awal
dan akhir, tetapi juga tergantung pada proses perantara antara keadaan awal dan
keadaan akhir”

Misalkan ada sebuah piston, mula – mula gas ideal menempati ruang dengan
volume V dan tekanan P. Kemudian gas mengalami pemuaian secara perlahan sehingga
setiap saat terjadi kesetimbangan (proses kuasistatik).
KALOR :
- Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain karena adanya perbedaan
temperatur.
- Kalor bukanlah suatu jenis energi, melainkan energi yang berpindah.

Pada abad ke 19, James Prescott Joule (1818-1889) melakukan sebuah percobaan.

Jika beban di kenakan gaya ke bawah. Maka pengaduk akan berputar karena
adanya tali yang terhubung dengan katrol. Ketika pengaduk berputar, pengaduk
melakukan usaha alias kerja pada air. Besarnya kerja/usaha yang dilakukan oleh
pengaduk pada air sebanding dengan besarnya kerja/usaha yang dilakukan oleh gaya
gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh. Ketika pengaduk melakukan kerja terhadap
air, pengaduk menambahkan energi pada air. Karenanya kita bisa mengatakan bahwa
kenaikan suhu air disebabkan oleh energi yang dipindahkan dari pengaduk menuju air.
Semakin besar kerja yang dilakukan, semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin
banyak energi yang dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Ketika berputar dalam air, pengaduk melakukan kerja/usaha pada air sehingga
energi pengaduk dipindahkan ke air. Adanya tambahan energi dari pengaduk ini yang
membuat suhu air meningkat.
Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Kalori adalah jumlah kalor yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air sebesar 1 C o (Tepatnya dari 14,5 oC menjadi
15,5 oC). Jumlah kalor yang diperlukan berbeda-beda untuk suhu air yang berbeda. Untuk
jumlah kalor yang sama, kenaikan suhu air sebesar 1 oC hanya terjadi antara suhu 14,5 oC
sampai 15,5 oC. Satuan kalor yang sering digunakan, terutama untuk menyatakan nilai
energi makanan adalah kilokalori (kkal). 1 kkal = 1000 kalori. Nama lain dari 1 kkal = 1
Kalori (huruf K besar).
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung
oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang
dikandung sedikit.

A. KERJA DIABATIK
PROSES ADIABATIK :
- Proses yang muncul tanpa perpindahan panas dan massa antara sistem dengan
lingkungan.
(gambar a)

Menunjukkan kerja adiabatik, pada proses ini terjadi kesetimbangan karena fluida
mengalami pemuaian dengan proses kuasistatik ( pemuaian secara perlahan namun tetap
terjadi kesetimbangan).

(gambar b)

Menunjukkan aliran kalor saja (tanpa kerja). Terdapat cairan dan uap dalam suatu sistem.
Dengan menggunakan bunsen dan cairan akan mengalami penguapan dan kenaikan
temperatur.

(gamabar c)

Menunjukkan kerja dan kalor. Sama seperti kerja adiabatik, tetapi ini menggunakan bunsen.
Sehingga terjadi kenaikan temperatur.

C. FUNGSI ENERGI INTERNAL

Fungsi energi internal atau energi dalam (U) merupakan fungsi keadaan suatu sistem.
Perubahan energi dalam suatu sistem akan meningkat sebanding dengan jumlah kalor yang
ditambahkan pada suatu sistem. Banyaknya fungsi koordinat termodinamik (P,V,θ) sama
dengan energi yang diperlukan untuk melakukan keadaan suatu sistem. Jadi energi internal
dapat dikatakan sebagai fungsi dari dua koordinat termodinamika.

Misalnya di dalam sistem termodinamika, terdapat tiga fungsi koordinat


termodinamika P, V, . Apabila diukur maka akan ada satu variable yang kehilangan
kebebasannya. Jadi pengukuran hanya ditentukan oleh dua koordinat saja, sehingga yang
ketiga itu ditentukan oleh persamaan keadaan. Contohnya, ketika mengukur nilai V dengan
P danθ nilainya sembarang. Maka V merupakan variable terikat, sedangkan P dan T variable
bebas.

Apabila koordinat yang dipakai untuk menghitung kedua keadaan hanya berbeda
infinitesimal, maka perubahan energi dalamnya adalah dU. Infinitesimal yaitu perubahan
keadaan yang sangat kecil sehingga tidak boleh diukur.
Di ambil contoh kasus pada sistem hidrostatik. Dalam sistem hidrostatik, jika U dipandang
sebagai fungsi θ dan V, maka:

dU = ( ∂∂θU ) dθ+( ∂∂VU ) dV


v θ
(1.1)

Tetapi jika U sebagai fungsi θ dan P, maka:

dU = ( ∂∂θU ) dθ+( ∂U
P ∂P )
dP
θ

Dimana:

( ∂∂θU ) =fungsi dari θ dan V


v

( ∂∂θU ) =fungsi dariθ dan P


P

D. PERUMUSAN MATEMATIS HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

Untuk menyatakan atau menganalisis perubahan keadaan pada kasus perumusan


matematis pada hukum pertama termodinamika dapat dilakukan dua percobaan yang
berbeda, yaitu perubahan keadaan dengan proses adiabatik dan non adiabatik dengan sistem
yang sama.

Proses adiabatik yaitu suatu proses perubahan energi yang terjadi tanpa adanya
perpindahan kalor antara sistem dengan lingkungan. Sedangkan proses non adiabatik yaitu
suatu proses perubahan energi yang memungkinkan adanya pertukaran energi antara sistem
dengan lingkungan.

Pada proses adiabatik, besar kerja adiabatik yang diperlukan untuk mengubah keadaan
sistem yaitu U f −U i . Tetapi pada proses non adiabatik besarnya kerja yang dilakukan yaitu
tidak sama dengan U f −U i . Sesuai dengan hukum kekekalan energi, bahwa energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi energi hanya dapat diubah dari satu
bentuk energi ke bentuk yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada proses non adiabatik
energinya telah dipindahkan dengan cara yang lain dari pelaksanaan kerja. Energi yang
dimaksud disini adalah sama dengan kalor, yaitu “apabila suatu sistem, yang
lingkungannya bertemperatur berbeda dan kerja bisa dilakukan padanya, mengalami suatu
proses, maka energy yang dipindahkan dengan cara nonmekanis yang sama dengan
perbedaan antara perubahan energy internal dan kerja yang dilakukan” (Zemansky, 1986).

Hukum pertama Termodinamika mengatakan bahwa “kenaikan energi internal dari


suatu sistem termodinamika sebanding dengan energi panas yang ditambahkan ke dalam
sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.”

dU =dQ−dW (1.2)

Dimana:

dU = energi internal

dQ = energi yang ditambahkan ke sistem

dW = kerja yang dilakukan oleh sistem

Q positif = energi masuk ke dalam sistem

Q negatif = energi keluar dari sistem

W positif = memerlukan usaha

W negatif = melakukan usaha

Dalam perumusan matematis hukum pertama termodinamika mencoba menjelaskan


definisi kalor sebagai energi dalam perpindahan yang ditimbulkan oleh perbedaan
temperature. Pembuktian kalor adalah berhasil dibuktikan oleh Joule pada selang tahun
antara 1840-1849 dengan berbagai percobaan yang dilakukannya.

E. KONSEP KALOR

Kalor merupakan perpindahan energi internal dari suau sistem ke sistem lain karena
adanya perbedaan suhu, dari temperatur tinggi ke temperatur rendah. Perpindahan energi
tersebut tidak dapat diketahui prosesnya, namun diketahui laju aliran Q̇ yang merupakan
fungsi waktu
t2
Q=∫ Q̇ dt (1.3)
t1

dapat diketahui bila t1 – t2 telah berlalau dan setah aliran berhenti.

Q bukan merupakan fungsi koordinat termodinamik tetapi bergantug pda lintasan yang
dilalauui sistem dari keadaan awal ke keadaan akhir.

Sistem A dalam sentuhan termal sistem B yang kedua sistem tersebut dilindungi dinding
adiabat.

Untuk sistem A:

U f −U i =Q+W

Untuk sistem B:

U 'f −U i ' =Q’ +W ’

Dengan menjumlahkannya didapat

(U f – U i ) – (U 'f −U i ’)=Q+ Q’ +W +W ’

(U f +U 'i )−( U i+ U 'i) merupakan energi sistem gabungan dan W +W ’ merupakan kerja yang

dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q+Q ' adalah kalor yang dipindahkan oleh sistem
gabuangan. Karena sistem dilindungi dinding adiabat,

Q+Q' =0

Q=−Q'

Dalam kondisi adiabat kalor yang dibuang sistem A sama dengan kalor yang diterima sistem
B.

F. BENTUK DIFFERENSIAL HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

Proses infinitesimal adalah suatu proses yang menyangkut peubahan infinitesimal


dari koordinat termodinamik. Maka hukum pertama termodinamika dalam proses tersebut
menjadi

dU =đQ+dW (1.4)
Proses infinitesimal kuasa-statik merupakan proses yang sistemnya berpindah dari
keadaan setimbang awal ke keadaan serimbang berikutnya.

Untuk proses kuasa statik infinitesimal dari suatu sistem hidrostatik hukum pertama
menjadi

dU =đQ−P dV (1.5)

Misal, dalam kasus sistem gabungan yang terdiri atas dua bagian hidrostatik yang
dipisahkam oleh dinding diaterm nilai dQ dapat diungkapkan sebagai berikut

đQ=dU + PdV + P' dV ’ (1.6)

dinding diaterm adalah dinding pemisah yang menyebabakan adanya interaksi dari
sistem-sistem yang bersentuhan.

Ruas kanan pada persamaan (1.5) dan (1.6) dikenal dengan bentuk differensial Pfaff.
Ruas kiri dalam persamaaan (1.5) dan (1.6) menggambarkan sejumlah infinitesimal kalor
đQ dan transfer kalor bergantung pada lintasan maka đQ adalah differensial taksaksama dan
bentuk differensial Pfaff adalah differensial taksaksama. Differensial taksaksama dapat
dibuat saksama dengan mengalikannya dengan faktor integrasi. Pada umumnya bentuk
differensial Pfaff yang mengandung tiga differensial tidak memperbolehkan adanya faktor
integrasi, tetapi karena adanya hukum alam yang baru (hukum kedua termodinamika) maka
bentuk differensial Pfaff yang menggambarkan dQ mempunyai faktor integrasi. Faktor
integrasi dQ yang didapatkan untuk sistem dengan peubah bebas yang bnyaknya sekehendak
merupakan fungsi sembarang dari temperatur empris saja dan sama untuk segala sistem.

G. KAPASITAS KALOR DAN PENGUKURANNYA

Suatu sistem yang menyerap kalor, tidak selalu akan mengalami perubahan
temperatur. Kapasitas kalor atau kapasitas panas (biasanya dilambangkan dengan
kapital C) adalah besaran terukur yang menggambarkan banyaknya kalor Q yang diperlukan
untuk menaikkan suhu suatu zat (benda) dari θ f ke θi sebesar jumlah tertentu. Kapasitas
kalor didefinisikan sebagai:

ðQ
C= (1.7)

Pada umumnya kapasitas panas C berubah dengan suhu θ, jadi C adalah fungsi θ, sehingga:

Q
Kapasitas kalor rata-rata =
θf −θi

Kapasitas panas merupakan kuantitas ekstensif (berbanding lurus dengan massa)


agar mudah dalam pengoperasiannya, kita bagi dengan massa sehingga menjadi ‘per satuan
massa’ yang berarti kuantitas spesifik. Kapasitas kalor spesifik diukur dalam J/kg.K atau
kJ/kg.K.

Apabila C menyatakan kapasitas kalor dari n mol zat, maka kapasitor kalor molar atau
panas jenis c ialah:

C 1 ðQ
c= =
n n dθ

c diukur dalam J/mol.K atau kJ/mol.K.

Dengan n adalah banyaknya mol, yaitu:

massatotal
n=
m

Dengan m adalah massa molar atau massa satu mol atom yang bergantung pada bilangan
Avogadro N A sebesar 6,023 X 1023 partikel/mol. Besarnya kita dapatkan:

m ¿mN A

Dengan 1 kalori = 4,1858 J.

Panas yang masuk atau keluar dari sistem adalah:


θ2 θ2

Q=∫ C dθ=n∫ c dθ (1.8)


θ1 θ1

Karena C maupun c tidak konstan, melainkan fungsi waktu sehingga tidak boleh dikeluarkan
dari tanda integral. Jadi C maupun c dapat dikeluarkan apabila telah memenuhi nilai konstan
atau dianggap konstan.

Penyerapan panas dapat melalui berbagai proses yang menyebabkan kapasitas kalor
dapat bernilai positif, negatif, nol ataupun tak terhingga. Banyaknya panas yang diserap
berbeda untuk proses yang berbeda. Sehingga, setiap sistem sederhana memiliki kapasitas
ðQ
kalornya tersendiri. Sebagai contoh, dalam hal sistem hidrostatik hasil bagi memiliki

harga tetap apabila tekanan atau volume dijaga tetap.

Kapasitas kalor pada tekanan tetap c P = ( ðQdθ ) P


(1.9)

Kapasitas kalor pada volume tetap cV = ( ðQdθ ) V


(1.10)

Tabel 4.2 Kapasitas kalor sistem sederhana

Sistem Kapasitas Kalor Lambang


Hidrostatik Pada tekanan tetap CP

Pada volume tetap CV


Linear Pada gaya tegang tetap CI

Pada panjang tetap CL


Permukaan Pada tegangan permukaan tetap Cγ

Pada luas tetap CA


Listrik Pada elektromotansi tetap CZ

Pada muatan tetap Cε


Dielektrik Pada medan listrik tetap CE

Pada polarisasi tetap Cn


Magnetik Pada medan magnetik tetap CH

Pada magnetisasi tetap CM

H. KAPASITAS KALOR AIR (KALORI)

Kalori merupakan satuan kalor yang didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur 1g air sebesar 1 derajat celcius. Namun setelah
dilakukan pengukuran lebih tepat dan koreksi lebih teliti didapatkan kalor yang diperlukan
untuk mengubah 1g air dari 0℃ menjadi 1℃ ternyata berbeda apabila mengubah dari 30℃
menjadi 31℃. Sehingga lebih tepatnya, kalori didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan temperatur 1g air dari 14,5℃ menjadi 15,5℃ (kalori 15-
derajat). Dalam mengukur jumlah kalor yang dipindahkan antara suatu sistem dengan
sejumlah air hanya dibutuhkan dua pengukuran yaitu massa air dan perubahan temperatur.

Jumlah kerja yang diperlukan dalam air per satuan massa air dari temperatur 14,5℃
menjadi 15,5℃ disebut kesetaraan mekanis kalor, yang bernilai 4,1860 J/kal. Namun
banyak fisikawan dan kimiawan yang telah menyingkirkan kalori dan semua kuantitas
termal dinyatakan dalam joule. Tidak ada kesetaraan mekanis kalor, yang ada hanyalah kalor
spesifik air dinyatakan dalan kJ/kg.K dengan variasi temperatur berkisar antara 0℃ hingga
100℃ seperti pada gambar 4-6.

I. PERSAMAAN UNTUK SISTEM HIDROSTATIK

Rumusan matematis hukum pertama untuk sistem hidrostatik adalah:

dQ = dU + P dV (1.11)

dengan U fungsi dua perubah diantara P,V,dan ϴ,dengan memilih ϴ dan V sebagai
variabel bebas maka didapatkan :
dU = ( ∂∂θU ) v dθ+¿)θ dV
sehingga:

dQ = ( ∂∂θU ) v dθ+¿)θ+ P ¿dV (dengan membagi dengan dθ)


karena berlaku pada segala perubahan temperatu dan volume (dθ dan dV ¿ sehingga:

dQ ∂ U ∂U dV

=
∂θ( )
v+[(
∂θ
)θ+ P]

Ketika terjadi beberapa kondisi yaitu:

a. Jika V tetap, dV=0 maka persamaan diatas berlaku:

( dQdθ ) v =( ∂∂θU ) v
Sedangkan kapasitas kalor pada volume tetap Cv; sehingga:
∂U dQ
Cv=(
∂θ
¿ v dengan mengingat bahwa
dθ ( )
v adalah sama dengan kapasitas kalor.

b. Jika P tetap maka persamaannya berubah menjadi :

( dQdθ ) p=( ∂U
∂θ ) [
v+ (
∂U
∂θ ) ]
θ+ P (
∂V
∂θ )
p → berdasarkan persamaan awal pada sistem

hidrostatik.

Sehingga menurut definisinya :

∂V
( dQdθ ) p=Cp dan (
∂θ
¿ p=β

∂U ∂U Cp−Cv
Cp=Cv +
[( ) ]
∂θ
θ+ P Vβ atau
∂θ ( )
θ=

–P

Persamaan diatas berlaku ketika menghubungkan besar perubahan energi terhadap


perubahan volume dengan melalui kuantitas Cp,Cv,dan β yang bisa diukur.

J. ALIRAN KUASI STATIK; TANDON KALOR


Ketika terjadi gaya tak berimbang maka akan di sertai dengan gejala seperti
turbulensi dan percpatan yang tidak bisa di selesaikan dengan menggunakan koordinat
termodinamika. Gejala turbulensi bisa terjadi juga ketika terdapat perbedaan temperatur
antara sistem dan linkungan akan tetapi selama terjadi proses kuasi statik berlangsung maka
perbedaab antara temperatur sistem an lingkugannya adalah infinitesimal (dalam definisinya
perkalian kecil yang tak terhingga akibat proses perubahan yang sangat lambat). Sehingga
untuk menghitung ketika sistem itu serba sama diseluruh bagian dan perubahannya sangat
lambat dapat digunakan koordinat termodinamika secara keseluruhan sistem.

Sebagai contoh yaitu jika sepotong es dengan ukuran yang biasa dilemparkan
kedalam lautan, temperatur laut tidk akan turun. Dan sejumlah kalor berhingga yang
mengalir selama proses ini tidak akan menimbulkan perubahan yang berarti sehingga tidak
ada aliran biasa kalor keudara yang menimbulkan kenaikan temperatur udara. Lautan dan
udara luar pada contoh tersebut merupakan contoh hamparan benda ideal yang disebut
tandon kalor. Tandon kalor adalah benda yang massanya demikian besar sehingga benda itu
bisa menyerap atau membuang jumlah kalor yang tak terbatas banyaknya tanpa
menimbulkan perubahan temperatur atau perubahan koordinat termodinamika lainnya.

Suatu proses kuasi statik suatu sistem yang bersentuhan dengan suatu tandon kalor
maka dipertahankan supaya dalam keadaan isotermal.ketika sederatan tandon bertemperatur
ɵi hingga ɵf bersentuhan dengan sistem tekanan tetap dengan kapasitas kalor Cp sehingga
yang bersetuhan itu infinitesimal.

Maka untuk aliran kuasi statik dapat dihitung dengan:

dQ
Cp = ( )p

θf

Qp = ∫ Cp dθ (ketika tejadi proses isobar kuasi statik)


θi

Ketika Cp tetap maka:

Qp = Cp (θf −θi ¿ (1.12)

Dan untuk proses isovolum:


θf

Qv = ∫ Cv dθ (1.13)
θi

Dan peninjauan serupa itu berlaku pada proses kuasi stasik lainnya.

K. PENGHANTARAN KALOR
Penghantaran kalor merupakan transpor energi antara elemen volum yang
ditimbulkan oleh perbedaan temperatur antar elemen tersebut.

Sepotong bahan berbentuk lempengan dengan tebal ∆x dan luas A .Salah satu
permukaannya dipertahankan pada temperatur θ dan yang lainnya dengan temperatur θ+
∆θ.Kalor Q yang mengalir tegak lurus permukaan selama waktu τ tertentu. Rumus
penghantaran kalor :

Suatu zat yang memiliki konduktivitas termal yang besar disebut penghantar termal
dan zat dengan harga K kecil disebut penyekat termal. Dalam kasus ini menunjukkan
bahwa K bergantung pada temperatur. Elemen volum bahan penghantar konduktivitas
termalnya bisa berbeda. Jika perbedaan temperatur antar bagian zat kecil, maka harga K
tetap pada seluruh zat.
L. KONDUKTIVITAS TERMAL
Konduktivitas termal merupakan suatu fenomena transport dimana perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi termal dari suatu daerah benda panas ke daerah
yang lain dari benda yang sama pada temperatur rendah. Dengan kata lain, konduktivitas
termal merupakan kemampuan suatu benda untuk memindahkan kalor melalui benda
tersebut. Rumus konduktivitas termal :

a. Benda yang diteliti logam (berbentuk batang)

Salah satu ujung batang di panaskan dengan dialiri arus listrik dan salah satu
ujung lainnya di dinginkan dengan dialiri air. Pada permukaan batang tersekat termal
dan kalor hilang melalui penyekat tersebut, kalor yang hilang dapat di hitung dengan
mengurangi laju kalor yang memasuki air dari laju energi yang diberikan. Hampir
semua logam , kalor yang hilang melalui permukaan batang sangat kecil jika di
bandingkan dengan kalor yang mengalir.
b. Benda yang di teliti bukan logam (berbentuk lempengan tipis)

Lempengan tipis diletakkan diantara dua balok tembaga yang salah satu ujungnya
dipanaskan dengan dialiri arus listrik dan ujung yang lain didinginkan dengan dialiri
air.Lempengan tipis dan balok tembaga bersentuhan termal. Laju pemberian kalor sama
dengan laju pemberian kalor oleh air, berarti hanya sedikit kalor yang hilang melalui
pinggirannya.
Konduktivitas termal besar merupakan penghantar kalor yang baik, sedangkan
konduktivitas termal kecil merupakan penghantar kalor yang buruk. Gas pada umumnya
merupakan penghantar kalo yang paling buruk. Pada tekanan di atas nilai tertentu
bergantung pada sifat gas dan dimensi bejana tempat gas tersebutdan konduktivitas
termalnya tidak bergantung pada tekanan.

M. KONVEKSI KALOR

Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Jika perpindahannya dikarenakan perbedaan
kerapatan karena perbedaan temperatur disebut konveksi alamiah. Jika gerakan fluida
disebabkan oleh gaya pemaksa dari luar contohnya dari pompa atau kipas, maka disebut
konveksi paksa.

Besarnya konveksi tergantung pada :

a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).


b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (ϴ).
c. Koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :

# viscositas fluida (kekentalan fluida)

# kecepatan fluida

# perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

# kapasitas panas fluida

# rapat massa fluida

# bentuk permukaan kontak

Konveksi : Q = h A ϴ (1.14)

KONVERSI PANAS MENJADI USAHA

DALAM PROSES SIKLUS

1. Siklus Ideal
Jika semua panas yang di tambahkan ke sistem diubah menjadi usaha eksternal, sistem tidak
dapat kembali ke kondisi semula. Pada proses siklus ideal, usaha yang membawa substansi
(sistem) kembali ke keadaan awalnya akan ditinjau. Perpindahan panas adalah energi panas
dalam perjalanan karena perbedaan suhu, yang peduli tentang bagaimana mengontrol
(meningkatkan atau mengurangi) laju perpindahan panas dengan perbedaan suhu tertentu atau
bagaimana mengurangi perbedaan suhu ketika laju perpindahan panas ditetapkan. Karena panas,
dalam termodinamika klasik, adalah parameter proses, tidak ada diagram properti yang dibuat
dengan panas sebagai horizontal atau vertikal.
Gambar 2 Diagram properti siklus reversibel. (a) diameter p-v; (b) Diagram TS.
berkoordinasi untuk menganalisis kinerja perpindahan panas. Alih-alih, diagram umum untuk
menganalisis variasi suhu fluida dalam penukar panas adalah diagram T-A, yang dibuat dengan
suhu, T, dan area pertukaran panas, A, secara terpisah sebagai koordinat vertikal dan horizontal.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, suhu fluida panas turun dari Th masuk di inlet ke Th keluar di
outlet dan suhu fluida dingin naik dari Tc, di inlet ke Tc keluar di outlet. Sementara itu, pada kedua
sisi daerah naungan dA, temperatur fluida panas dan dingin adalah Th dan Tc, dan karenanya
fluks panas, dq, antara fluida panas dan dingin adalah
dq = K (Th – Tc) dA , (3)
di mana K adalah koefisien perpindahan panas dari penukar panas.
Gambar 3 Variasi suhu fluida dengan luas perpindahan panas
di penukar panas counter-flow.

Integral dari persamaan. (3) menawarkan total panas yang ditransfer antara fluida panas dan
dingin di penukar panas, yang sesuai dengan luas segiempat pada Gambar 3.
Meskipun segiempat dalam diagram T-A dapat mencerminkan kinerja perpindahan panas dalam
penukar panas, area A bukan merupakan parameter keadaan fluida, dan dengan demikian area di
bawah kurva suhu fluida panas dan dingin tidak memiliki arti fisik yang jelas. Yang terpenting,
diagram T-A bukanlah diagram properti dalam perpindahan panas dan tidak dapat
mengungkapkan ireversibilitas perpindahan panas.
Dalam dinamika partikel, kecepatan dan lokasi menentukan keadaan partikel yang
bergerak, yang berarti kecepatan dan lokasi merupakan parameter keadaan untuk gerak partikel.
Dalam mekanika fluida, tekanan, kecepatan, percepatan, momentum dan energi kinetik adalah
semua parameter keadaan untuk menggambarkan keadaan aliran fluida. Semua parameter status
ini memenuhi persamaan pengatur terkait. Selain itu, harus diperhatikan bahwa karena setiap
parameter status sistem hanya sesuai dengan satu parameter proses dengan karakteristik yang
sama, tidak perlu membedakan parameter status dan proses dalam mekanika fluida, misalnya
disipasi energi mekanik yang setara dengan pembangkitan energi panas.

2. Hukum Pertama Termodinamika


Pada proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk maupun keluar dari sistem, ternyata kerja yang
masuk ke system tak bergantung pada proses/ lintasan, kerja menjadi tambahan energi dalam
sistem :

du = đw (adiabatik)
jika proses tidak adiabatik, Hukum I menjadi :

tambahan energi sistem = kerja dari luar + kalor dari luar

→ Tinjauan sistematika proses yang dialami gas.


du = đQ + đw
Umumnya đw dan đQ bergantung pada lintasan/ proses yang dialami.

Dahulu : untuk đw yaitu kerja oleh sistem, sehingga dalam persamaan diatas menjadi -đw, maka:

→ Tinjauan sistem (gas).

- đQ = du +iniđw
Konsekuensi (dulu) berkiblat pada sudut pandang ahli teknik, yang berkepentingan pada
dengan kerja yang diproduksi oleh mesin/ sistem. Kini konvensi berkiblat pada sistematika
proses yang masuk ke sistem positif, karena menambah energi sistem:

Konvensi / tanda :

du + (bila energi sistem bertambah)

- (sebaliknya)

đQ + bila đQ masuk ke dalam system

- bila đQ keluar dari sistem

đw + bila volume di kompresi (↓)

- bila terjadi ekspansi volume (↑)

Dengan demikian tinjau du, adalah naik atau turun.

Kasus yang dialami gas (gas ideal)

a. Proses isotermal dT = 0 →
du = Cv dT = 0
PV = nRT = c
c
T2 T3 P= → P1V1=P2V2
V
2 T1

W T1<T2<T3
0 1 2 V
du = đQ + đw  du = 0

∴ đQ = - đw  dw = - Þdv  p =
nRT
v

V2

W = - ∫ p dV
V1
EKSPANSI ISOTERMAL

Proses isotermal dapat terjadi di semua jenis sistem yang memiliki beberapa cara untuk
mengatur suhu, termasuk mesin yang sangat terstruktur, dan bahkan sel hidup . Beberapa bagian
dari siklus beberapa mesin panas dilakukan secara isotermal (misalnya, dalam siklus
Carnot ).Dalam analisis termodinamika reaksi kimia , biasanya menganalisis terlebih dahulu apa
yang terjadi dalam kondisi isotermal dan kemudian mempertimbangkan pengaruh
suhu. Perubahan fase , seperti peleburan atau penguapan , juga merupakan proses isotermal
ketika, seperti yang biasanya terjadi, terjadi pada tekanan konstan.  Proses isotermal sering
digunakan dan merupakan titik awal dalam menganalisis proses non-isotermal yang lebih
kompleks.

Ekspansi gas ideal yang dapat dibalik dapat digunakan sebagai contoh pekerjaan yang
dihasilkan oleh proses isotermal. Yang menarik adalah sejauh mana panas diubah menjadi
pekerjaan yang dapat digunakan, dan hubungan antara gaya pembatas dan tingkat pemuaian.

Selama pemuaian isotermal, baik p dan V berubah sepanjang isoterm dengan


produk pV konstan. Pertimbangkan gas yang bekerja di ruang silinder dengan tinggi 1 m dan luas
1 m 2 pada 400 K dalam kesetimbangan statis . Lingkungan terdiri dari udara pada 300 K dan
tekanan 1 atm (ditetapkan sebagai p  surr ). Gas kerja dibatasi oleh piston yang terhubung ke
perangkat mekanis yang menggunakan gaya yang cukup untuk menciptakan tekanan 2 atm
(keadaan A ). Untuk setiap perubahan keadaan A yang menyebabkan penurunan gaya, gas akan
mengembang dan melakukan pekerjaan di sekitarnya. Ekspansi isotermal berlanjut selama gaya
yang diterapkan berkurang dan panas yang sesuai ditambahkan untuk menjaga pV = 2. Ekspansi
dapat dibalik jika gerakan piston cukup lambat sehingga pada setiap saat suhu dan tekanan gas
seragam dan sesuai dengan gas ideal hukum . 

Siklus Carnot adalah proses termodinamik yang dialami oleh zat kerja (working
substance) pada mesin Carnot. Siklus ini terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses
adiabatik. Pada proses isotermal pertama, yang terjadi pada temperatur lebih tinggi, zat
mengalami ekspansi dan menyerap kalor.
SIKLUS CARNOT

Proses-proses yang disertai dissipasi usaha menjadi energy dalam dikatakan


menunjukkan irreversible mekanik luar. Irreversibilitas lainnya ialah irreversibilitas mekanik
dalam, irreversibilitas termik, irreversibilitas kimia.
Kalau berbagai macam proses alam diselidiki dengan teliti maka ternyata bahwa
semuanya disertai salah satu dari dua sifat berikut.
1. Tidak dipenuhinya syarat-syarat untuk kesetimbangan termodinamika, yaitu tidak adanya
kesetimbangan mekanik, termik dan kimia
2. Adanya efek disipatif, seperti geseran, viskositas, anelastisitas, tahanan listrik dan
listeresis magnetic.
Maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa sebuah proses akan reversible kalau
1. Proses itu berlangsung quasi-statik
2. Proses itu tidak disertai efek-efek desipatif.
Karena tidak mungkin bentuk memenuhi kedua syarat itu dengan sempurna maka jelaslah
bahwa sebuah proses reversible adalah sesuatu yang hayal atau ideal.
Proses reversible sangat berguna dalam perhitungan teori dalam hal ini, pengandaian
proses reversible dalam termodinamika serupa dengan pengandaian yang seringkali dijumpai
dalam mekanika, misalnya pengandaian kawat yang tidak bermassa, katrol tanpa geseran dan
titik massa.
 
A. MESIN KALOR CARNOT
Ketika system dalam suatu mesin menjalani sebagian daurnya, sejumlah kalor
diserap dari reservoir panas, pada bagian lain dari daur itu kalor yang jumlahnya lebih
sedikit dibuang ke reservoir yang lebih dingin. Jadi boleh dikatakan bahwa mesin bekerja
diantara sepasang reservoir ini. Menurut kenyataannya sejumlah kalor selalu dibuang ke
reservoir yang lebih dingin, sehingga efisiensi mesin tidak akan pernah mencapai 100%.
da 3 hal yang penting mengenai mesin.
1. Berapa daya guna maksimum yang dapat dicapai oleh suatu mesin yang bekerja antara
kedua reservoir itu.
2. Bagaimana karakteristik mesin.
3. Apa pengaruh sifat zat kerja.
Untuk menjawab pertnyaan ini Nicelai Leonard Sadi Carnot (1824) seorang
insinyur ulung bangsa perancis memikirkan sebuah siklis ideal yang sekarang terkenal
dengan siklus Carnot. Siklus carnot terdiri atas dua proses isothermal reversible dan dua
proses adiabatic reversible.
Siklus Carnot terdiri dari 4 proses sebagai berikut:
1. Proses adiabatic reversible dalam arah sedemikian sehingga suhu naik sampai suhu T 1dari
reservoir panas.
2. Zat kerja tetap berhubungan dengan reservoir dengan suhu T 1 dan menjalani proses
isotermik reversible dalam arah dan waktu sedemikian sehingga jumlah kalor Q1 diserap
dari reservoir tersebut, (Penyerapan kalor terjadi pada suhu konstan yaitu suhu dari
reservoir panas).
3. Proses adiabatic reversible dalam arah berlawanan dengan proses pertama sehingga suhu
turun sampai suhu T2 dari reservoir dingin.
4. Zat kerja tetap berhubungan dengan reservoir pada T2 dan mengalami proses isothermik
reversible dalam arah belawanan dengan proses kedua sampai zat kerja mencapai
keadaan mula-mula. Selama proses ini kalor Q2 diberikan kepada reservoir dingin
(Pengeluaran kalor terjadi pada suhu konstan yaitu suhu dari reservoir dingin)
Suatu mesin yang menjalani siklus carnot disebut mesin carnot. Sedangkan mesin
kalor carnot adalah suatu mesin yang mengubah energy kalor menjadi energy mekanik.
Karena keempat proses dari siklus tersebut reversible maka siklus carnot adalah siklus
reversible. 
Q2= Kalor masuk
W= Usaha yang dihasilkan
Q1= Kalor yang keluar atau energy kalor yang tidak terpakai atau terbuang
Q2 dari reservoir panas, Q1 dari reservoir dingin.
Usaha W=Q2-Q1

Efisiensi mesin kalor :

Mesin Kalor Carnot

Usaha 1-2 ( Ekspansi isothermik)


Usaha 2-3 ( Ekspansi adiabatic)

Usaha 3-4 ( Kompresi isothermik)

Usaha 4-1 (Kompresi adiabatic)

Usaha total
Kita amati pada proses adiabatic
2        3

4        1
Efisiensi diatas merupakan Effisiensi Mesin Carnot Termik.
Effisiensi mesin secara umum dapat dituliskan sebagai:
η=Q2-Q1Q2

η=WQ2            

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa:


Mesin biasa hanya berlaku persamaan

η=Q2-Q1Q1

Sedang mesin Carnot dapat berlaku

η=Q2-Q1Q1  dan  η=T2-T1T2

Dari persamaan
Q2-Q1Q2=T2-T1T2
T2-T1Q2=Q2-Q1T2
T2Q2-T1Q2=Q2T2-Q1T2
T1Q2=T2Q1
Q1T1=Q2T2
QT=C

Jadi 
A. REFRIGERATOR CARNOT ( Mesin Pendingin Carnot)

Mengingat mesin Carnot merupakan mesin kalor reversible, maka mesin tersebut dapat
dibalik. Mesin tersebut merupakan mesin pendingin atau refrigerator Carnot.
Pada refrigerator Carnot berlaku
T2'>T1,
W=Q2-Q1
W= kalor yang masuk / diperlukan
Q1= kalor yang dihisap

Perbandingan antara kalor Q1 yang dapat dihisap dengan usaha yang digunakan W
merupakan koefisien performance C.
c=T1'T2'-T1'

c=Q1'W'=Q1'Q2'-Q1'

Theorema Carnot berbunyi : “ Tak ada sebuah mesin yang bekerja antara dua reservoir
tertentu dapat lebih effisien daripada mesin Carnot yang bekerja antara kedua reservoir
Bukti:
Misalkan sebuah mesin Carnot (R) dan suatu mesin lain (I) bekerja diantara dua reservoir
yang samadan diatur demikian sehingga keduanya melakukan usaha yang sama yaitu W.

Mesin Carnot R
1. Menghisap kalor reservoir panas.
2. Melakukan usaha W.
3. Mengeluarkan kalor Q1-W kepada reservoir dingin
4. Daya Guna  ηR=WQ1

Mesin Lain I
1. Menghisap kalor Q, dari reservoir panas.
2. Melakukan usaha W
3. Mengeluarkan kalor Q1'-W kepada reservoir dingin
4. Daya guna  η1=WQ'
Misalkan bahwa daya guna mesin I lebih besar dari R

ηI>ηR
WQ,>WQ1
Q1>Q'
Misalkan sekarang bahwamesin I menjalankan mesin Carnot R yang bekerja sebagai mesin
pendingin. Pada peristiwa ini secara simbolikditunjukkan sebagai gambar

Karena seluruh usaha adalah untuk kepentingan bersama maka mesin kalor dan mesin
pendingin ini dapat digabungkan sehingga keseluruhannya merupakan alat yang bekerja
sendiri.
Kalor bersih yang diserap dari reservoir dingin adalah:
Q1-W-Q1-W=Q1-Q1'
Harga ini adalah positif. Kalor bersih yang dikeluarkan kepada reservoir panas juga =Q1-
Q1'
Jadi kesimpulannya alat yang bekerja sendiri ini memudahkan kalor sebesar Q1-Q1, dari
reservoir dingin ke reservoir panas. Hal ini bertentangan dengan hukum II Termodinamika
(Azas Clausius).
Hal ini berarti bahwa pengandaian ηI>ηR salah. Maka seharusnya adalah:
ηI≤ηR

Dari Theorema Carnot dapat ditarik kesimpulan bahwa:


Semua mesin Carnot yang bekerja antara dua reservoir yang tertentu daya gunanya sama.
Bukti:
Misalkan ada mesin Carnot R1 dan R2 yang bekerja diantara dua reservoir yang sama.
Apabila R1 menjalankan R2 yang bekerja sebagai mesin pendingin maka theorema Carnot
haruslah :
ηR1≤ηR2
Apabila R2 menjalankan R1 yang bekerja sebagai mesin pendingin maka menurut
theorema Carnot haruslah:
ηR2≤ηR1
Jadi dengan begitu jelaslah bahwa
ηR1=ηR2
Karena dalam pembahasan tadi tidak terdapat syarat-syarat khusus untuk sifat zat kerja
maka, daya guna siklus Carnot tidak dipengaruhi oleh zat kerja.
PROSES IRREVERSIBLE
Sebagaimana jika perubahan dalm arah sebaliknya, akan membalik proses seutuhnya disebut
sebagai proses reversible. Tetapi jika perubahan tidak membalik proses, maka disebut proses
irreversible. Pada proses irreversible, terjadi kerugian panas karena gesekan, radiasi atau
konduksi. Dalam keadaan di lapangan, sebagian proses adalah irreversible. Penyebab utama
irreversible adalah: (1) gesekan mekanik dan fluida, (2) ekspansi tak tertahan, (3) perpindahan
panas dengan perbedaan temperature tertentu. Lebih jauh, gesekan akan merubah kerja mekanik
menjadi panas. Panas ini tidak bisa dirubah kembali dalam jumlah yang sama ke dalam kerja
mekanik. Sehingga jika ada gesekan dalam proses maka proses adalah irreversible. Sebuah siklus
adalah irreversible jika ada proses irreversible pada proses – proses pada siklus tersebut. Maka
pada siklus irreversible, kondisi awal tidak didapati pada akhir siklus.

Sejarah penemuan proses irreversible


Usaha untuk menemukan kriteria termodinamika oleh Barthelot bagi reaksi kimia yang spontan
(1897 menghasilkan kesimpulan yang salah, bahwa reaksi yang melepaskan kalor adalah
spontan. Menurut hukum kedua termodinamika proses akan spontan apabila berlangsung dalam
system terisolasi yang menaikkan entropi dalam system.
Para fisikawan jerman Rudolf Clausius (1850-an) adalah orang pertama yang mengukur secara
matematis penemuan irreversibilitas di alam melalui pengenalan tentang konsep entropi. Beliau
menyatakan pada “Formulir modifikasi dari teorema Fundamental II dalam teori panaskan”
bahwa suatu system tidak mungkin mentransfer panas dari tubuh yang lebih dingin ke tubuh
yang lebih panas. Contohnya: secangkir kopi yang diletak pada suhu kamar.
Irreversible merupakan proses – proses yang dapat berlangsung secara alami dan akan
berlangsung secara searah. Proses tak reversible sering disebut proses alami karena merupakan
proses nyata yang berlangsung secara spontan di alam tanpa harus ada usaha dari luar system
untuk melangsungkannya. Sesuai namanya proses alami selalu berlangsung satu arah, yaitu
keadaan tak seimbang menuju ke keadaan seimbang, dan proses akan berhenti dengan sendirinya
bila keadaan setimbang telah tercapai. Proses pada arah sebaliknya yaitu keadaan setimbang
menuju ke keadaan tak setimbang, tidak pernah berlangsung secara spontan dan hanya dapat
terjadi melalui usaha atau interperensi dari luar system.
Contoh proses irreversible (dalam fisika):
 Pembakaran
Pada saat proses pembakaran terjadi, suatu wujud benda yang berupa padat akan
mengalami proses penghancuran struktur dari wujud tersebut. Sehingga wujud tersebut
tidak dapat kembali ke bentuk awal. Itu artinya zat tersebut mengalami proses
irreversible.
 Gesekan
Jika adanya suatu gesekan pada permukaan benda, maka akan membuat benda menjadi
kehilangan sebagian stuktur ini membuat benda itu tidak dapat kembali ke bentuk
semula.

 Litrik mengalir melalui resistensi


Jika suatu listrik mengalir dari suatu tempat ke tempat lain, dengan adanya suatu
resistensi menuju tempat lain dan tidak kembali ke asal. Maka listrik tersebut akan
mengalami proses irreversible.

Kriteria proses irreversible:


 Benda diambil sekaligus yang berakibat ekspansi cepat. Jika suatu kumpul benda
diambil secara keseluruhan, maka ekspansi yang terjadi akan cepat dan membuat
terjadinya proses irreversible.
 Tekanan bersifat tetap sebesar tekanan luar (Pex), sedangkan reversible tekanan
mengalami perubahan. Apabila siklus terjadi, dalam siklus tersebut tekanan dalam
dan tekanan luar dan tekanan reversible pun berubah sama seperti tekanan yang
ada diluar, maka proses tersebut akan menjadi reversible.
 Usaha yang terjadi pada tekanan juga bersifat tetap. Jika dalam suatu siklus
tekanan yang ada dalam siklus dan luar adalah sama, maka usahapun akan terjadi
proses reversible. Karena untuk mengalami proses dari akhir kembali ke awal
dibutuhkan usaha yang besar.
 Perubahan energi dalam kriteria prose irreversible menjadi lebih kecil daripada 0.
Apabila terjadi perubahan energy, dimana perubahan energy yang terjadi.
Membuat energy yang dihasilkan adalah tetap atau semakin kecil, maka membuat
usaha tersebut tidak dapat membuat proses awal.
 Kalor dan energy Gibbs pada proses irreversible lebih kecil daripada 0. Hal itu
mempengaruhi perubahan entalpi yang terjadi dan mengakibatkan nilainya lebih
kecil daripada 0. Apabila suatu reaksi yang terjadi dalam suatu rekasi
pembentukan atau penguraian, membuat entalpi yang dihasilkan lebih kecil dari 0
atau lebih kecil dari entalpi sebelum reaksi. Maka proses yang terjadi pda reaksi
itu bersifat irreversible.
Perbedaan proses reversible dan irreversible
1. Proses irreversible (proses tak terbalikkan)
Proses irreversible terjadi jika perubahan besaran ekstensi system berlangsung secara
spontan. Selama berlangsungnya proses ini system berada dalam keadaan tak seimbang.
Untuk proses irreversible kerja system hanya dapat dinyatakan sebagai harga negative
dari kerja lingkungan terhadap system:

2
W =−W eks =−Y eks∫ dx
1

Dengan Y eks menyatakan besaran intensif lingkungan (eksternal) yang pada umumnya
konstan.

Contoh:
1) Kerja pada proses perubahan volume yang irreversible. Perubahan volume gas
secara spontan apabila stopper dilepas. Kerja pada proses spontan ini dinyatakan
dengan:

V2

W =Peks ∫ dV
V2

W =Peks (V 2−V 1)

2) Kerja pada proses pemulaan bebas (ekspansi bebas)


Menunjukkan perubahan volume gas karena mengisi ruang vakum.
Setelah kran dibuka, maka gas dari ruang A akan mengalir ke ruang B yang mula
– mula vakum, sehingga volume gas bertambah dari V =V A menjadi V =V A +V B .
Karena Peks =0, maka perubahan volume gas tersebut dikatakan sebagai pemuaian
bebas dan prosesnya berlangsung secara pontan. Pada pemuaian bebas besarnya
kerja. W =0, karena Peks =0. Kesetimbangan dengan reservoir, selam proses ini
Gas bergolak dan tekanan serta temperaturnya tidak dapat didefenisikan secara
tepat sehingga grafik proses ini tidak dapat digambarkan sebagai sebuah garis
kontinu dalam diagram P – V karena tidak diketahui berapa nilai tekanan atau
temperature yang akan diasosiasikan dengan volume yang diberikan. Proses inilah
yang dinamakan proses irreversible.

Anda mungkin juga menyukai