Anda di halaman 1dari 19

Berbagai Proses Persamaan Suatu Gas

Sistem dan Proses Termodinamika

Suatu sistem termodinamika adalah sustu masa atau daerah yang dipilih, untuk dijadikan
obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut sebagai lingkungan. Batas antara sistem
dengan lingkungannya disebut batas sistem (boundary), dalam aplikasinya batas sistem
merupakan bagian dari sistem maupun lingkungannya, dan dapat tetap atau dapat berubah posisi
atau bergerak.

Dalam thermodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.
Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar dari
sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk
sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu
balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya
berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Dalam sistem terbuka,
energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian
besar mesin-mesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar adalah
ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam
silinder, dan gas buang keluar sistem melalui knalpot.

Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem
thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem
tersebut. Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property dari sistem, seperti
tekanan P, temperatur T, volume V, masa m, viskositas, konduksi panas, dan lain-lain. Selain itu
ada juga property yang disefinisikan dari property yang lainnya seperti, berat jenis, volume
spesifik, panas jenis, dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak
berubah, apabila masing-masing jenis property sistem tersebut dapat diukur pada semua
bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu
dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai property yang tetap. Apabila property nya berubah,
maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak
mengalami perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbnag (equilibrium). Perubahan
sistem thermodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain disebut
proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut lintasan proses. Suatu
sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem tersebut menjalani rangkaian beberapa
proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya.
2.4 Hukum-Hukum Termodinamika
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi
dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut.
Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang
tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara mikroskopik.

Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam
keadaan gerak yang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetik rata-rata dari seluruh
partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi dalam
dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang terkandung dan
dimiliki oleh partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik. Dan, energi dalam
gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu gas akan menyebabkan
perubahan energi dalam gas.

Dimana ∆U adalah perubahan energi dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah
konstanta umum gas (R = 8,31 J mol−1 K−1, dan ∆T adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
1. Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.

2. Hukum Pertama Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari
suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

3. Hukum Kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi
dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

4. Hukum Ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan
berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa
entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
2.4.1 Hukum Pertama Termodinamika

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem
akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan
energi. Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut
hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I termodinamika dituliskan sebagai :

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Secara
sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan “Jika suatu benda (misalnya krupuk)
dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, benda (krupuk) akan mengembang atau
bertambah volumenya yang berarti melakukan usaha W dan benda (krupuk) akan bertambah
panas (coba aja dipegang, pasti panas deh!) yang berarti mengalami perubahan energi dalam
∆U.”

1. Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan,
proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi
perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan
sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W). Proses isotermik dapat digambarkan dalam
grafik p – V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan
sebagaiDimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

2. Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

QV = ∆U

3. Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan
usaha (W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp.
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang diserap gas
pada volume konstan QV =∆U. Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = Qp − QV

Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor)
yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas pada volume
konstan (QV).

4. Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan
perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai
tekanan dan volume masing-masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan
volume gas berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada
tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 (γ > 1). Proses
adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p – V dengan bentuk kurva yang mirip dengan grafik
p – V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih curam.

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan
energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi: “ Kenaikan
energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang
ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap
lingkungannya. ”

Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah
kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik.
2.4.2 Hukum Kedua Termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah


fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Hukum kedua termodinamika
mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak semua proses di alam
adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua termodinamika menyatakan bahwa
kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak
pernah mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya. Misalnya, jika sebuah kubus kecil
dicelupkan ke dalam secangkir air kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas ke kubus
es sampai suhu keduanya sama.
Hukum pertama termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah suatu proses mungkin
terjadi ataukah tak mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum kedua termodinamika
yang disusun tidak lepas dari usaha untuk mencari sifat atau besaran sistem yang merupakan
fungsi keadaan. Ternyata orang yang menemukannya adalah Clausius dan besaran itu disebut
entropi. Hukum kedua ini dapat dirumuskan sebagai berikut:“Proses suatu sistem terisolasi yang
disertai dengan penurunan entropi tidak mungkin terjadi. Dalam setiap proses yang terjadi pada
sistem terisolasi, maka entropi sistem tersebut selalu naik atau tetap tidak berubah.”

Hukum kedua termodinamika memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah mesin
atau pembangkit daya. Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan minimum yang
dibutuhkan untuk menjalankan sebuah sistem pendingin. Hukum kedua termodinamika juga
dapat dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran kuantitatif derajat ketidakaturan atau
keacakan sebuah sistem.
Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah
mesin kalor yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan efisiensi termal
100%. Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua termodinamika sebagai
berikut: “Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengaalami sebuah proses di mana
sistem menyerap panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya
menjadi kerja mekanik, dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan
awalnya”. Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “mesin” dari hukum kedua
termodinamika.

Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara sifat alami
energi dalam dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak, molekul memiliki
gerakan acak, tetapi diatas semua itu terdapat gerakan terkoordinasi dari setiap molekul pada
arah yang sesuai dengan kecepatan benda tersebut. Energi kinetik dan energi potensial yang
berkaitan dengan gerakan acak menghasilkan energi dalam.

Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau pembangkit
daya dengan mendinginkan udara sekitarnya. Kedua kemustahilan ini tidak melanggar hukum
pertama termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua termodinamika bukanlah penyimpulan
dari hukum pertama, tetapi berdiri sendiri sebagai hukum alam yang terpisah. Hukum pertama
mengabaikan kemungkinan penciptaan atau pemusnahan energi. Sedangkan hukum kedua
termodinamika membatasi ketersediaan energi dan cara penggunaan serta pengubahannya.

Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih dingin, tidak
pernah sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari benda dingin ke benda yang lebih
panas, tetapi operasinya membutuhkan masukan energi mekanik atau kerja. Hal umum mengenai
pengamatan ini dinyatakan sebagai berikut :“Adalah mustahil bagi proses mana pun untuk
bekerja sendiri dan menghasilkan perpindahan panas dari benda dingin ke benda yang lebih
panas.” Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “pendingin” dari hukum kedua
termodinamika.

Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat dengan
pernyataan “mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya setara. Sebagai
contoh, jika seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang melanggar pernyataan
“pendingin” dari hukum kedua, seseorang dapat mengabungkannya dengan sebuah mesin kalor,
memompa kalor yang terbuang oleh mesin kembali ke reservoir panas untuk dipakai kembali.
Meski gabungan ini akan melanggar pernyataan “mesin” dari hukum kedua, karena selisih
efeknya akan menarik selisih panas sejumlah dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya
menjadi kerja W.

Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental (viskos)
dan aliran panas dari panas ke dingin melewati sejumlah gradien suhu, adalah suatu proses
ireversibel. Pernyataan “mesin” dan “pendingin” dari hukum kedua menyatakan bahwa proses
ini hanya dapat dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu mengalami kebocoran secara spontan
melalui suatu celah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Gas-gas dan
cairan-cairan yang dapat bercampur bila dibiarkan akan selalu tercampur dengan sendirinya dan
bukannya terpisah. Hukum kedua termodinamika adalah sebuah pernyataan dari aspek sifat
searah dari proses-proses tersebut dan banyak proses ireversibel lainnya. Perubahan energi
adalah aspek utama dari seluruh kehidupan tanaman dan hewan serta teknologi manusia, maka
hukum kedua termodinamika adalah dasar terpenting dari dunia tempat makhluk hidup tumbuh
dan berkembang.

Dua formulasi dari hukum kedua termodinamika yang berguna untuk memahami
konversi energi panas ke energi mekanik, yaitu formulasi yang dikemukakan oleh Kelvin-Planck
dan Rudolf Clausius. Adapun hukum kedua termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Formulasi Kelvin-Planck

“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu
seluruhnya menjadi usaha mekanik.” Dengan kata lain, formulasi kelvin-planck menyatakan
bahwa tidak ada cara untuk mengambil energi panas dari lautan dan menggunakan energi ini
untuk menjalankan generator listrik tanpa efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer. Oleh
karena itu, pada setiap alat atau mesin memiliki nilai efisiensi tertentu. Efisiensi menyatakan
nilai perbandingan dari usaha mekanik yang diperoleh dengan energi panas yang diserap dari
sumber suhu tinggi.

2. Formulasi Clausius
“Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata memindahkan energi panas dari suatu benda dingin ke benda panas”. Dengan kata
lain, seseorang tidak dapat mengambil energi dari sumber dingin (suhu rendah) dan
memindahkan seluruhnya ke sumber panas (suhu tinggi) tanpa memberikan energi pada pompa
untuk melakukan usaha. (Marthen Kanginan, 2007: 249-250)

Berbeda dari hukum pertama, hukum kedua ini mempunyai berbagai perumusan. Kelvin
mengetengahkan suatu permasalahan dan Planck mengetengahkan perumusan lain. Karena pada
hakekatnya perumusan kedua orang ini mengenai hal yang sama maka perumusan itu digabung
dan disebut perumusan Kelvin-Planck bagi hukum kedua termodinamika. Perumusan ini
diungkapkan demikian :“Tidak mungkin membuat pesawat yang kerjanya semata-mata
menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubahnya menjadi usaha”. Oleh Clausius, hukum
kedua termodinamika dirumuskan dengan ungkapan : “Tidak mungkin membuat pesawat yang
kerjanya hanya menyerap kalor dari reservoir bertemperatur rendah dan memindahkan kalor ini
ke reservoir yang bertemperatur tinggi, tanpa disertai perubahan lain”.

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat
azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika
seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak
mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan
isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas
mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan,
mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan
entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami
yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua


termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan menyatakan,
kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang


kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati setengah
ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi, sehingga
mencapai temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi
lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan
temperatur T adalah lebih lemah bila dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam
benda A bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur T2". Di
dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah :

S = k log w

dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter


kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan yang
mungkin ditempati.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana
banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar, maka
kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah
sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk
menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul
tunggal di dalam V adalah:

W1 = c V

dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di


dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang
terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah :

w = w1N = (cV)N
Jika persamaan (2.8) disubstitusikan ke (2.6), maka perbedaan entropi gas ideal dalam
proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah
bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah
besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (2.6), menghubungkan gambaran


termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan hukum
kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi menuju
entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan
yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi
maksimum secara termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapi
fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.

Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam
tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu,
keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba
membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara
tiba-tiba dalam suatu ruangan.
Reservoir Energi Panas (Thermal Energy Reservoir)

Thermal Energy Reservoir atau lebih umum disebut dengan reservoir energi panas
adalah suatu benda atau zat yang mempunyai kapasitas energi panas yang besar. Artinya
reservoir dapat menyerap atau menyuplai sejumlah energi panas yang tidak terbatas tanpa
mengalami perubahan temperatur. Contoh dari benda atau zay besar yang disebut reservoir
adalah samudera, danau, dan sungai untuk benda besar yang berwujud air dan atmosfer untuk
benda berwujud besar di udara. Sistem dua fasa juga dapat dimodelkan sebagau suatu reservoir,
karena sistem dua fasa dapat menyerap dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan
temperatur. Dalam prakteknya, ukuran sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya sebuah
ruangan dapat disebut sebagai sebuah reservoir dalam suatu analisa panas yang dilepaskan oleh
sebuah televisi. Reservoir yang menyuplai energi disebut dengan saurce dan reservoir yang
menyerap energi disebut dengan sink.
Mesin Kalor (Heat Engines)
Mesin kalor adalah sebutan untuk alat yang berfungsi mengubah energi panas menjadi
energi mekanik. Sebuah mesin kalor dapat di karakteristikkan sebagai berikut:
1. Mesin kalor menerima panas dari source bertemperatur tinggi (energi matahari, bahan
bakar, reaktor nuklir, dll)
2. Mesin kalor mengkonvensi sebagian panas menjadi kerja (umumnya dalam bentuk poros
yang berputar)
3. Mesin kalor membuang sisa panas ke sink bertemperatur rendah.
4. Mesin kalor beroperasi dalam sebuah siklus.

Sebuah alat produksi kerja yang paling tepat mewakili definisi dari mesin kalor adalah
pembangkit listrik tenaga air, yang merupakan mesin pembakaran luar dimana fluida kerja
mengalami siklus termodinamika yang lengkap.
Efisiensi termal (thermal efficiencies)

Efisiensi termal sebenarnya digunakan untuk mengukur unjuk kerja dari suatu mesin
kalor, yaitu berapa bagian dari input panas yang diubah menjadi output kerja bersih.

Unjuk kerja = Output yang diinginkan


Input yang diperlukan

Untuk mesin kalor, output yang diinginkan adalah output kerja bersih. Dan input yang
diperlukan adalah jumlah panas yang disuplai ke fluida kerja. Kemudian efisiensi termal dari
sebuah mesin kalor dapat diekspresikan sebagai:

Efisiensi termal = Output kerja bersih


Input yang diinginkan

Atau

nth= 1 – Q out

Atau

Q in Dimana W bersih out = Qout-Qin

Melihat karaktristik dari sebuah mesin kalor, maka tidak ada sebuah mesin kalor yang
dapat mengubah semua panas yang diterima kemudian mengubahnya semua menjadi kerja.
Pernyataan tersebut dimuat sebuah pernyataan oleh Kelvin-Plank yang berbunyi : “Adalah tidak
mungkin untuk sebuah alat atau mesin yang beroperasi dalam sebuah siklus yang menerima
panas dari sebuah reservoir tunggal dan memproduksi sejumlah kerja bersih.”

Pernyataan diatas hanya diperuntukkan pada mesin kalor, dapat diartikan sebagai tidak
ada sebuah mesin/alat yang bekerja dalam sebuah siklus menerima panas dari reservoir
bertemperatur tinggi dan mengubah panas tersebut seluruhnya menjadi kerja bersih. Atau
dengan kata lain tidak ada sebuah mesin kalor yang mempunyai efisiensi 100%.
Mesin Pendingin

Mesin pendingin, sama seperti mesin kalor, adalah sebuah alat siklus. Fluida kerjanya
disebut dengan refrigerant. Siklus refrigerasi yang paling banyak digunakan adalah daur
refrigerasi kompresi-uap yang melibatkan empat komponen : kompresor, kondensor, katup
ekspansi dan evaporator

Refrigerant memasuki kompresor sebagai sebuah uap dan di kompres ketekanan


kondensor. Refrugerant meninggalkan kompresor pada temperatur yang relatif tinggi dan
kemudian didinginkan dan mengalami kondensasi di kondensor yng membuang panasnya ke
lingkungan. Refrigent kemudian memasuki tabung kapilar dimana tekanan refrigerant turun
drastis karena efek throttling. Refrigerant bertemperatur rendah kemudian memasuki evaporator,
dimana disini refrigent menyerap panas dari ruang refrigerasi dan kemudian refriferant kembali
memasuki kompresor. Efisiensi refrigerator disebut dengan istilah coefficient of performance
(COP), dinotasikan dengan COPR.

Perlu dicatat bahwa harga dari COPR dapat berharga lebih dari satu, karena jumlah
panas yang diserap dari ruang refrigerasi dapat lebih besar dari jumlah input kerja. Hal tersebut
kontras dengan efisiensi termal yang selalu kurang dari satu. Salah satu alasan penggunaan
istilahcoefficient of performance-lebih disukai untuk menghindari kerancuan dengan istilah
efisiensi, karena COP dari mesin pendingin lebih besar dari satu.
Pompa Kalor

Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi (atau sumber) ke
lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Sebagian besar teknologi pompa kalor
memindahkan panas dari sumber panas yang bertemperatur rendah ke lokasi bertemperatur lebih
tinggi. Contoh yang paling umum adalah lemari es, freezer, pendingin ruangan, dan sebagainya.
Tujuan dari mesin pendingin adalah untuk menjaga ruang refrigerasi tetap dingin dengan
meyerap panas dari ruang tersebut. Tujuan pompa kalor adalah menjaga ruangan tetap
bertemperatur tinggi. Proses pemberian panas ruangan tersebut disertai dengan menyerap panas
dari sumber bertemperatur rendah.

Perbandingan antara COPR dan COPHP adalah sebagai berikut :

Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang lebih
dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya, pompa kalor
membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi yang lebih dingin ke lokasi
yang lebih panas.Air condtioner pada dasarnya adalah sebuah mesin pendingin tetapi yang
didinginkan disini bukan ruang refrigerasi melainkan sebuah ruangan/gedung atau yang lain.

Hukum Termodinamika II Pernyataan Clausius

Terdapat dua pernyataan dari hukum termodinamika kedua - - pernyataan kelvin-plank


yang diperuntukkan untuk mesin kalor, dan pernyataan clausius yang diperuntukkan untuk mesin
pendingin/pompa kalor. Pernyataan clausis dapat diungkapkan sebagai berikut: “Adalah tidak
mungkin membuat sebuah alat yang beroprasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar
untuk mentransfer panas dari media bertemperatur rendah kemedia bertemperatur tinggi.”

Telah kita ketahui bahwa panas akan berpindah dari media bertemperatur tinggi kemedia
bertemperatur rendah. Pernyataan clausis tidak mengimplikasikan bahwa membuat sebuah alat
siklus yang dapat memindahkan panas dari terperatur rendah ke media bertemperatur tinggi
adalah tidak mungkin dibuat. Hal tersebut dapat terjadi asalkan ada efek luar yang dalam kasus
tersebut dilakukan kompresor yang mendapat energi dari energi listrik.

Mesin Gerak –Abadi (Perpetual-Motion Machines)

Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah proses tidak akan dapat
berlangsung jika tidak memenuhi hukum termodinamika pertama dan kedua. Semua alat yang
melanggar baik hukum pertama dan kedua termodinamika disebut dengan mesin gerak abadi
(Perpetual-Motion Machines).

Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika yang pertama disebut mesin gerak
abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of the first kind) atau PMMI, sedangkan alat
yang melanggar hukum termodinamika kedua disebut mesin gerak abadi tipe kedua (Perpetual-
Motion Machines of the second kind)atau KMM2.
2.4.3 Hukum Ketiga Termodinamika

Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa paramagnetic


hingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi dapat dicapai dengan
menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah penaikan medan magnetik semula
secara isoterm, penurunan medan magnetik secara adiabat dapat dipakai untuk menyiapkan
sejumlah besar bahan pada temperatur Tᶠ¹, yang dapat dipakai sebagai tandon kalor untuk
menaikan tandon kalor secara isoterm ynag berikutnya dari sejumlah bahan yang lebih sedikit
dari bahan semula. Penurunan medan magnetik secara adiabat yang kedua dapat menghasilkan
temperatur yang lebih rendah lagi, Tᶠ², dan seterusnya. Maka akan timbul pertanyaan apakah efek
magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan zat hingga mencapai nol mutlak.

Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang sama berlaku
juga untuk efek magnetokalorik.dengan persyaratan demikian, penurunan medan secara adiabat
yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol mutlak. Perampatan dari
pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut : Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai
dengan sederetan prosesyang banyaknya terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur
nol mutlak atau ketaktercapaian hukum ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga
termodinamika adalahhasil percobaan yang menuju ke perhitungan bahwa bagaimana ΔST
berlaku ketika T mendekati nol. ΔST ialah perubahan entropi sistem terkondensasi ketika
berlangsung proses isoterm terbuktikan. Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun,
ΔST berkurang jika sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip berikut dapat di terima:
Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-terkondensasi
mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol. Pernyataan tersebut merupakan hukum
ketiga termodinamika menurut Nernst-Simon. Nernst menyatakan bahwa perubahan entropi yang
menyertai tiap proses reversibel, isotermik dari suatu sistem terkondensasi mendekati nol.
Perubahan yang dinyatakan di atas dapat berupa reaksi kimia, perubahan status fisik, atau secara
umum tiap perubahan yang dalam prinsip dapat dilakukan secara reversibel.

Hal ini dikenal sebagai hukun Nernst, yang secara matematika dinyatakan sebagai :
Pada Kemudian, Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0, bukan hanya beda entropi
yg = 0, tetapi entropi setiap zatàsuhu T padat atau cair dalam keseimbangan dakhir pada suhu
nol. Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun.D0 K,
perubahan entropi transisi. Persamaan diatas dikenal sebagai hukum ketiga termodinamika.

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan
berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa
entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol. StD Hukum
ketiga termodinamika menyatakan bahwa perubahan entropi yang berkaitan dengan perubahan
kimia atau perubahan fisika bahan murni pada T = 0 K bernilai nol. Secara intuitif hukum ketiga
dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau molekular maupun atomik yang
menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian juga besarnya entropi, sama sekali
berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan ada perubahan derajat ketidakteraturan
dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu tidak akan ada perubahan entropi.

2.5 Siklus Termodinamika

Khusus untuk proses isotermal, hanya satu proses isotermal saja tidak mungkin dapat
terus-menerus melakukan usaha karena volume sistem ada batasnya. Pada suatu saat proses itu
harus berhenti, yaitu bila volume V2 sudah mencapai nilai maksimum. Agar dapat mengubah
kalor menjadi usaha lagi, sistem itu harus dikembalikan ke keadaan awalnya. Rangkaian proses
yang membuat keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya disebut siklus. Dalam Gambar
14.8 dilukiskan sebuah siklus termodinamika. Mulai dari keadaan A gas itu mengalami proses
isotermal sampai keadaan B. Kemudian proses isobarik mengubah sistem sampai ke keadaan C.

Akhirnya proses isokhorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya di A. Proses


dari keadaan A ke keadaan B lalu kembali ke keadaan A disebut siklus. Usaha yang dilakukan
oleh sistem untuk satu siklus sama dengan luas daerah yang diarsir pada diagram itu. Sedangkan
perubahan energi dalam untuk satu siklus sama dengan nol (∆U = 0) karena keadaan awal sama
dengan keadaan akhir. Dapatlah sekarang disimpulkan bahwa agar dapat melakukan usaha terus-
menerus, sistem itu harus bekerja dalam satu siklus.

2.5.1 Siklus Carnot


Siklus carnot merupakan suatu siklus termodinami-ka yang melibatkan proses
isotermal, isobarik, dan isokorik. Siklus adalah suatu rangkaian sedemikian rupa sehingga
akhirnya kembali kepada keadaan semula. Misalnya, terdapat suatu siklus termodinami-ka yang
melibatkan proses isotermal, isobarik, dan isokorik. Sistem menjalani proses isotermal dari
keadaan A sampai B, kemudian menjalani proses isobarik untuk mengubah sistem dari keadaan
B ke keadaan C. Akhirnya proses isokorik membuat sistem kembali ke keadaan awalnya (A).
Proses dari A ke keadaan B, kemudian ke keadaan C, dan akhirnya kembali ke keadaan A,
menyatakan suatu siklus.

Apabila siklus tersebut berlangsung terus menerus, kalor yang diberikan dapat diubah
menjadi usaha mekanik. Tetapi tidak semua kalor dapat diubah menjadi usaha. Kalor yang dapat
diubah menjadi usaha hanya pada bagian yang diarsir (diraster) saja. Berdasarkan diatas besar
usaha yang bermanfaat adalah luas daerah ABCA. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut.

Usaha bernilai positif jika arah proses dalam siklus searah putaran jam, dan bernilai
negatif jika berlawanan arah putaran jarum jam. Perubahan energi dalam ΔU untuk satu siklus
sama dengan nol ( ΔU = 0) karena keadaan awal sama dengan keadaan akhir.
Berdasarkan percobaan joule diketahui bahwa tenaga mekanik dapat seluruhnya diubah
menjadi energi kalor. Namun, apakah energi kalor dapat seluruhnya diubah menjadi energi
mekanik? Adakah mesin yang dapat mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha? Pada tahun
1824, seorang insinyur berkebangsaan Prancis, Nicolas Leonardi Sadi Carnot, memperkenalkan
metode baru untuk meningkatkan efisiensi suatu mesin berdasarkan siklus usaha. Metode
efisiensi Sadi Carnot ini selanjutnya dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot terdiri atas
empat proses, yaitu dua proses isotermal dan dua proses adiabatik.
Proses Pada Siklus Carnot
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan siklus Carnot sebagai berikut.
1. Proses AB adalah pemuaian isotermal pada suhu T1. Pada proses ini sistem menyerap kalor
Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melakukan usaha WAB.
2. Proses BC adalah pemuaian adiabatik. Selama proses ini berlangsung suhu sistem turun dari
T1 menjadi T2 sambil melakukan usaha WBC.
3. Proses CD adalah pemampatan isoternal pada suhu T2. Pada proses ini sistem menerima
usaha WCD dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2.
4. Proses DA adalah pemampatan adiabatik. Selama proses ini suhu sistem naik dari T2
menjadi T1 akibat menerima usaha WDA.

Gambar 1.2 Proses Pada Siklus Carnot


Siklus Carnot merupakan dasar dari mesin ideal yaitu mesin yang memiliki efisiensi
tertinggi yang selanjutnya disebut mesin Carnot. Usaha total yang dilakukan oleh sistem untuk
satu siklus sama dengan luas daerah di dalam siklus pada diagram p – V. Mengingat selama
proses siklus Carnot sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu tinggi T1 dan melepas
kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2, maka usaha yang dilakukan oleh sistem menurut hukum
I termodinamika adalah sebagai berikut.

Q= U+W
Q1 – Q2 = 0 + W
W = Q1 – Q2

Dalam menilai kinerja suatu mesin, efisiensi merupakan suatu faktor yang penting.
Untuk mesin kalor, efisiensi mesin (η) ditentukan dari perbandingan usaha yang dilakukan
terhadap kalor masukan yang diberikan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

= X100% = x 100% = 1 – x 100%

Untuk siklus Carnot berlaku hubungan, sehingga efisiensi mesin Carnot dapat
dinyatakan sebagai berikut.

=1– x 100%
Keterangan:
η : efisiensi mesin Carnot
T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)

Efisiensi mesin Carnot merupakan efisiensi yang paling besar karena merupakan mesin
ideal yang hanya ada di dalam teori. Artinya, tidak ada mesin yang mempunyai efisien melebihi
efisiensi mesin kalor Carnot. Berdasarkan persamaan di atas terlihat efisiensi mesin kalor Carnot
hanya tergantung pada suhu kedua tandon atau reservoir. Untuk mendapatkan efisiensi sebesar
100%, suhu tandon T2 harus = 0 K. Hal ini dalam praktik tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu,
mesin kalor Carnot adalah mesin yang sangat ideal. Hal ini disebabkan proses kalor Carnot
merupakan proses reversibel. Sedangkan kebanyakan mesin biasanya mengalami proses
irreversibel (tak terbalikkan) tidak seperti mesin carnot.
DAFTAR PUSTAKA

Ade. 2009. Hukum Ketiga Termodinamika.

http://adeputriprasetya.blogspot.com/2009/11/hukum-3-termodinamika.html

Anonim. 2007. Termodinamika. http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika

Anonim. 2007. Termodinamika 1. http://termodinamika1.wordpress.com/2007/12/08/materi-


perkuliahan/

Anonim. 2009. Hukum Pertama Termodinamika. http://www.cuacajateng.com/hukumpertama


thermodinamika.html

Anonim. 2009. Termodinamika. www.bebas.vlsm.org/v12/sponsor/.../0285%20Fis-1-5b.html

Anonim. 2011. Hukum Termodinamika. kk.mercubuana.ac.id/files/13015-3-860358017731.doc

Anonim. 2012. Hukum Termodinamika. www.infofisioterapi.com/info/termodinamika.html

Anonim. 2013. Bunyi Hukum ke-2 Termodinamika. http://www.forumsains.com/fisika-


smu/bunyi-hukum-ke-2-thermodynamics/

Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta: Erlangga

Khairunnisa. 2013. Konsep Dasar Termodinamika.


http://khairunnisa2.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-termodinamika.html

Odimira. 2011. Termodinamika.


http://odimirakoyukieto.blogspot.com/2011/06/termodinamika.html

Tahang. 2011. Penerapan Hukum-2 Termodinamika. www.slideshare.net/tahangpette/penerapan-


hukum-2-thermodinamika.

Anda mungkin juga menyukai