Anda di halaman 1dari 13

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”.

Sesuai
dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum
ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan
ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume
dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih
dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai
dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum
ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan
ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume
dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih
dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai
dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum
ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan
ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume
dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih
dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai
dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum
ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan
ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume
dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih
dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)
Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai
dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah kalor, dan
sebaliknya.
Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau
dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum
ini, energi yang
diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan
ditambah dengan
perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah
(sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari
sistem, volume
dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih
dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor
yang diberikan
kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi
dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika
atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)
Nama: Aulia Turohmah
NPM: 202042500019
Kelas: R4A
Matkul: Termodinamika
Dosen Pengajajar: Ibu Dandan Luhur Saraswati, M.Pd.Si

Hukum Termodinamika 1
Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa :
Jumlah kalor pada suatu sistem ialah sama dengan perubahan energi di
dalam sistem tersebut ditambah dengan usaha yang dilakukan oleh sistem.
Energi dalam sistem merupakan jumlah total semua energi molekul yang ada di
dalam sistem. Apabila sistem melakukan usaha atau sistem mendapatkan kalor
dari lingkungan, maka energi dalam sistem akan naik. Sebaliknya jika energi
dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan usaha terhadap lingkungan
atau sistem memberi kalor pada lingkungan.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa perubahan energi dalam
pada sistem tertutup ialah selisih kalor yang diterima dengan usaha yang
dilakukan sistem.
Dari bunyi hukum I Termodinamika, maka rumus hukum I Termodinamika dapat
dituliskan sebagai berikut ini :
Q=∆ U +W  ataupun ∆ U =Q – W
Di mana :
∆ U = Perubahan energi dalam sistem (J)
Q = Kalor yang diterima ataupun dilepas sistem (J)
W = Usaha (J)

 Proses Isobarik (Tekanan selalu Konstan)


 
Proses isobarik merupakan proses perubahan sistem pada tekanan tetap.
Jika sejumlah kalor diberikan kepada sistem dengan tekanan tetap,
volumenya akan bertambah seiring pertambaham kalor yang masuk. Ini
berarti sistem melakukan usaha. Berdasarkan uraian tersebut, pada proses
isobarik berlaku persamaan:
V2 V1
=
T 2 T1

Sedangkan besarnya usaha yang dilakukan = luasan yang diarsir grafik p-V di
bawah, rumus usahanya:

W =p ∆ V = p(V 2 −V 1)

Perubahan energi dalam sistem dinyatakan dengan persamaan berikut

∆ U =Q−W

 Proses Isotermik (Suhu selalu Konstan)

Proses perubahan keadaan sistem pada suhu tetap. Menurut Hukum


Boyle, pada proses ini berlaku persamaan berikut.
P V =konstan
P 1V 1=P 2 V 2
 
Berdasarkan persamaan perubahan energi dalam (ΔU =Q−W ), didapatkan
bahwa usaha yang dilakukan sama dengan jumlah kalor yang diberikan.
Karena suhunya tetap maka pada proses isotermis ini tidak terjadi
perubahan energi dalam
   ΔU =0
Jadi, pada proses isotermik berlaku persamaan berikut.
   ΔU =Q−W   adalah   ΔU =0  (energi dalam sistem tidak berubah)
   0=Q−W
    Q=W   merupakan Persamaan proses isotermal
 
Sedang usahanya dapat dihitung dari luas daerah di bawah kurva, besarnya
seperti berikut.

V2
Q=W =nRT ¿
V1

 Proses Adiabatik
 
Proses adiabatik adalah proses perubahan sistem tanpa ada kalor yang
masuk atau keluar dari sistem. Walaupun tidak ada kalor yang masuk atau
keluar, tetapi suhunya tidak tetap. Proses adiabatik dapat dilakukan dengan
cara menutup sistem serapat-rapatnya, sehingga tidak ada pertukaran kalor
dengan lingkungan.
pada proses adiabatik berlaku persamaan berikut:
 
  ΔU= Q - W adalah  Q = 0 (Tidak ada kalor yang masuk atau keluar sistem)
  ΔU= 0 - W
  ΔU= -W merupakan Persamaan proses adiabatik

Hukum Termodinamika 2

 Proses-Proses Spontan:
 Tidak semua proses yang konsisten dengan prinsip kelestarian energi
dapat terjadi. Kesetimbangan energi saja tidak memungkinkan arah
proses dapat diprediksi dan tidak memungkinkan untuk memisahkan
suatu proses yang dapat terjadi dari proses yang tidak dapat terjadi
 Pengalaman dapat digunakan untuk menarik kesimpulan apa suatu
proses dapat terjadi secara spontan
 Untuk kasus-kasus lebih kompleks, suatu kaidah petunjuk diperlukan
disediakan oleh hukum kedua
 Jika dibiarkan sistem akan cenderung mengalami perubahan spontan
sampai suatu kesetimbangan tercapai, baik di dalam sistem sendiri
atau dengan lingkungannya.

 Peluang Untuk Menghasilkan Kerja


 Secara prinsip,mungkin kerja dapat menghasilkan saat proses menuju
kesetimbangan
Untuk pendinginan spontan, energinya mungkin dapat dipindahkan
ke sistem yang menjalani siklus tenaga untuk menghasilkan kerja net
 Ketika terjadi ketidaksetimbagan diantar dua sistem, ada peluang
untuk menghasilkan kerja
 Hukum kedua termodinamika menyediakan cara untuk
menentukannya

 Aspek-Aspek Hukum Kedua


 Memperbaiki arah proses termodinamika
 Menetapkan syarat-syarat untuk kesetimbangan
 Menentukan unjuk kerja terbaik teoritis dari siklus termodinamika,
engine dan peralatan lainnya
 Evaluasi secara kuantitatif faktor-faktor yang menghalangi
pencapaian level unjuk kerja terbaik secara teoritis
 Mendefinisikan skala temperature yang independent dari sifat-sifat
zat termometrik
 Mengembangkan cara untuk evaluasi sifat-sifat seperti u dan h dalam
bentuk sifat-sifat yang dapat diperoleh dari eksperimen dengan lebih
mudah

 Pernyataan-Pernyataan Hukum Kedua


Tidak ada pernyataan sederhana yang dapat menangkap semua aspek
dari hukum kedua. Beberapa formula-formula alternatif hukum kedua
dapat ditemukan dibeberapa literature teknnik. Tiga pernyataan yang
menonjol:
 Pernyataan clausius
 Pernyataan kelvin-planck
 Pernyataan entropy
 Pernyataan Clausius Dari Hukum Kedua
Tidak mungkin sembarangan sistem beroperasi sedemikian rupa sehingga
satu-satunya hasil atau akibat adalh transfer energi dari benda lebih
dingein ke yang lebih panas.
Pernyataan clausius tidak mengesampingkan kemungkinan transfer
energi dari benda lebih dingin ke yang lebih panas.

 Konsep Reservoar Termal


 Reservoal termal adalah suatu system dengan temperatur selalu
konstan meskipun energinya ditambah atau dikurangi lewat
perpindahan panas.
 System seperti reservoir dapat didekati oleh atsmosfer bumi, danau,
lautan, dan bongkahan besar zat padat, seperti tembaga

 Pernyataan Kelvin-Planck Dari Hukum Kedua


Tidak mungkin sembarang system beroperasi dalam suatu siklus
termodinamika dan melepaskan sejumlah energy dalam bentuk kerja
lingkungan sementara menerima energy dalam benutk panas dari
reservoir termal tunggal.

Analisa dari pernyataan kelvin-planck


 Batasan dari hukum termodinamika pertama memberikan hubungan
kerja net dan perepindahan panas antara system dan lngkungannya
W cycle =Qcycle
 Suatu system yang melakukan suatu siklus sementara berintraksi
secara termal dengan reservoir tunggal tidak dapat mentransfer
energy dalam bentuk kerja ke lingkungan
W cycle ≤ 0 (single reservoir)

 Pernyataan Entropi Hukum Kedua


 Massa dan energy merupakan contoh sifat ekstentif yang sudah lazim
dikenal dalam termodinamika
 Entropi adalah sifat ekstensif lain yang penting .
 Entropi dapat ditransfer melewati batas system
 Tidak seperti massa dan energy yang lestari, entropi diproduksi
dalam system-sistem termodinamika ketika kondisi tidak ideal,
seperti friksi.
 Tidak semua sembarang system beroperasi sedemikian rupa sehingga
entropinnya berkurang

 Proses Ireversibel Dan Reversible


Salah satu penggunaan hukum kedua termodinamika dalam
bidang rekayasa adalah untuk menetukan unjuk kerja teoritis terbaik dari
system-sistem. Dengan membandingkan unjuk kerja actual dengan unjuk
kerja teoritis terbaik, pengetahuan-pengetahuan mendalam tentang
potensi untuk meningkatkan unjuk kerja system dapat diperoleh. Unjuk
kerja teoritis terbaik dievaluasi dalam bentuk proses-proses yang
diidealkan. Proses-proses aktual dibedakan dari proses-proses ideal
dengan kehadiran ketidak idealan, yang disebut ireversibilitas.

Suatu proses disebut ireversibel jika system dansemua bagian dari


lingkungannya tidak dapat dikembalikan ke tingkat keadaan awal masing-
masing setelah proses terjadi.
Suatu proses disebut reversible jika system dan lingkungannya dapat
dikembalikan ketingkat keadaan awal masing-masing (tipe ini adalah tipe
proses yang benar-benar diidealkan)

 Tentang Ireversibilitas
 Suatu system yang menjalaniproses ireversibel tidak mesti tidak
dapat dikembalikan ketingkat keadaan awalnya
 Hukum kedua dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu
proses reversible atau ireversibel
 Sembarang proses yang melibatkan perpindahan panas secara
spontan dari bendalebih panas ke benda lebih dingin adaalh
ireversibel.
 Semua proses aktual adalah ireversibel.

 Reversibel Internal
Suatu proses disebut reversiebel internal jika tidak ada
ireversibilitas terjadi di dalam system. Ireversibilitas mungkin terjadi di
dalam lingkungan. Suatu proses reversibel internal merupakan proses
kesetimbangan semu.

 Ireversibilitas
 Enginers harus bisa mengidentifikasi ireversibilitas, mengevaluasi
pengaruhnya dan menyusun cara praktis untuk menguranginya
 Ireversibilitas dapat ditoleransi dalam batas tertentu karena
perubahan disian atau faktor biaya.
 Contoh: perpindahan panas antara dua benda

 Carnot Corollaries (Efek Carnot)


 Efisiensi termal siklus tenaga ireversibel selalu lebih kecil dari efisiensi
termal siklus tenaga reversible ketika keduanya beroperasi diantara
dua reservoir termal yang sama
 Semua siklus tenaga reversible yang beroperasi diantar dua reservoir
yang sama mempunyai efisiensi termal yang sama. Suatu siklus
dinyatakan reversibel jika tidak ada ireversibilitas di dalam sistem
ssaat proses termodinamika terjadi dan perpindahan panas anara
system dan reservoar terjadi secara reversibel.

1. Hubungan Antara Hukum Termodinamika 1 Dan Hukum Termodinamika 2

Hukum 1 Termodinamika

dU =dQ −dW

dU =¿ perubahan energi dalam

dQ=¿ perubahan kalor

dW =¿ usaha

Hukum ke 2 Termodinamika pada proses reversibel

dW = pdV dan dQ=Tds

dW =¿ perubahan usaha

p=¿ tekanan

dV =¿ perubahan volume

dQ = perubahan kalor

T =¿ suhu
dS=¿ perubahan entropi

Sehinga hubungan hukum ke 1 dan ke 2 termodinamika yaitu:

dU =Tds−PdV

Kenyataan bahwa persamaan fundamental berlaku untuk perubahan


reversibel dan tak reversibel, dalam perubahan reversibel, T dS dapat
disamakan dengan dq dan –p dV dengan dw. Jika perubahannya bersifat tak
reversibel, TdS > dq (ketaksamaan clausius) dan pdV > dw. Jumlah dw dan dQ
tetap sama dengan jumlah TdS dan –pdV, asalkan komposisinya tetap.

2. Hubungan Hukum 1 dan 2 Termodinamika Dalam Bentuk Entalpi

Entalpi (H) adalah jumlah energi yang dimiliki sistem dalam tekanan tetap

Secara matematis entalpi dapat dituliskan: H=U + PV

H= Entalpi

U= Energi dalam

P= Tekanan

V= volume

Bentuk diferentialnya: dH =dU + PdV +VdP ,

dU berasal dari hubungan hukum 1 dan 2 termodinamika dU =Tds−PdV lalu


disubtitusikan kembali menjadi dH =TdD – PdV +VdP dan tersisa
dH =TdS+VdP .

Jadi bentuk hubungan hukum 1 dan 2 termodinamika dalam bentuk entalpi


yaitu dH =TdS+VdP

3. Hubungan Hukum 1 dan 2 Termodinamika dalam Bentuk Energi Bebas


Helmholtz

Energi Bebas Helmholtz (A) adalah energi dari sistem pada suhu dan volume
tetap.

Secara matematis : A=U – TS

A= Energi bebas Helmholtz


U= Energi dalam

T= Suhu

S= Entropi

Bentuk Diferentialnya : dA=dU – TdS – SdT

dU dijabarkan dengan hubungan hukum ke 1 dan 2 termodinamika


dU =TdS−PdV sehingga dapat di tuliskan menjadi
dA=TdS – PdV – TdS – SdT .

Maka dA=−PdV – SdT merupakan hubungan hukum 1 dan 2 termodinamika


dalam bentuk energi bebas Helmholtz

4. Hubungan Hukum Termodinamika 1 dan 2 dalam Bentuk Energi Bebas Gibbs

Energi bebas gibbs (G) adalah energi dari sistem pada tekanan dan suhu tetap.

Secara matematisnya : G=H – TS

G= Energi bebas gibbs

H=Entalpi

T= Suhu

S= Entropi

Bentuk diferetialnya: dG =dH – TdS – SdT

dH berasal dari diferensial entalpi yaitu dH =TdS+VdP sehingga dapat


dituliskan menjadi dG =VdP – SdT .

Jadi dG =VdP – SdT merupakan hubungan hukum ke 1 dan 2 termodinamika


dalam bentuk energi bebas gibbs.

5. Relasi Maxwell
Terkait realsi Maxwell dapat dimisalkan ada suatu fungsi F = F(x,y), maka
diferensial total dari F tersebut adalah :
dF= ( ) ( )
∂F
∂x y
dx +
∂F
∂y x
dy

Misalkan ( ∂∂ Fx ) =M dan ( ∂∂ Fy ) =N
y x
Dapat kita tulis kembali dF= ( ∂∂ Fx ) dx +( ∂∂ Fy ) dy menjadi dF=Mdx+ Ndy
y x

( ∂∂ Fx ) diturunkan terhadap y menjadi ∂∂x ∂Fy =( ∂∂My )


2

y x

( ) ( )
2
∂F ∂ F ∂N
diturunkan terhadap x menjadi =
∂y x ∂x ∂ y ∂x y

( ∂∂My ) =( ∂∂Nx )
x y

Jika dikaitkan dengan termodinamikanya maka :


Dari persamaan yang sudah diperoleh

 dU =TdS−PdV Maka relasi maxwellnya


∂T
∂V S ( ) ( )
=−
∂P
∂S V

 dH =TdS+VdP maka relasi maxwellnya ( ∂∂ TP ) =( ∂∂VS )


S P

 dA=−PdV −SdT maka relasi maxwellnya ( ∂∂ TP ) =( ∂∂VS )


V T

 dG=VdP−SdT maka relasi maxwellnya ( ∂∂TV ) =( ∂∂VS )


P T

Anda mungkin juga menyukai