Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

Kalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat
adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kalor
merupakan energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari
lingkungan ke sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari suhu
lingkungan, maka kalor akan mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, jika suhu
lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju
sistem.

Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu,
maka Kerja (W) berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara mekanis
(mekanis tuh berkaitan dengan gerak) Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap
lingkungan, maka energi dengan sendirinya akan berpindah dari sistem menuju lingkungan.
Sebaliknya jika lingkungan melakukan kerja terhadap sistem, maka energi akan berpindah dari
lingkungan menuju sistem.

Salah satu contoh sederhana berkaitan dengan perpindahan energi antara sistem dan
lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja adalah proses pembuatan popcorn. Dirimu ngerti
popcorn tidak ? biji jagung yang ada bunganya Gurumuda kurang ngerti proses pembuatan
popcorn secara mendetail. Btw, garis besarnya seperti ini Biasanya popcorn dimasukkan ke
dalam wadah tertutup (panci atau alat masak lainnya). Selanjutnya, wadah tertutup tersebut
dipanasi dengan nyala api kompor. Adanya tambahan kalor dari nyala api membuat biji popcorn
dalam panci kepanasan dan meletup. Ketika meletup, biasanya biji popcorn berjingkrak-jingkrak
dalam panci dan mendorong penutup panci. Gaya dorong biji popcorn cukup besar sehingga
kadang tutup panci bisa berguling ria Untuk kasus ini, kita bisa menganggap popcorn sebagai
sistem, panci sebagai pembatas dan udara luar, nyala api dkk sebagai lingkungan. Karena
terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari lingkungan (nyala api) menuju sistem (biji
popcorn). Adanya tambahan kalor menyebabkan sistem (biji popcorn) memuai dan meletup
sehingga mendorong penutup panci (si biji popcorn tadi melakukan kerja terhadap lingkungan).
Dalam proses ini, keadaan popcorn berubah. Keadaan popcorn berubah karena suhu, tekanan
dan volume popcorn berubah saat memuai dan meletup meletupnya popcorn hanya
merupakan salah satu contoh perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi
antara sistem dan lingkungan. Masih sangat banyak contoh lain, sebagiannya sudah gurumuda
ulas pada bagian pengantar Perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi
antara sistem dan lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja, disebut sebagai proses
termodinamika.

1
BAB II PEMBAHASAN

1.RINGKASAN BUKU
BAB 1 Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika

Pada penjelasan sebelumnya yg singkat mengenai energi dalam (U). Energi dalam sistem
merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul sistem, ditambah jumlah seluruh energi
potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara molekul sistem. Kita berharap bahwa jika
kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem (sistem menerima energi), energi dalam sistem
akan bertambah Sebaliknya, jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (sistem
melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang

Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan energi
dalam sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem menerima energi) Kerja yang
dilakukan oleh sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa ditulis seperti ini :

Keterangan :

delta U = Perubahan energi dalam

Q = Kalor

W = Kerja

Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang
hanya memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem
tertutup yang terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya,
perubahan energi dalam = 0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita
memperhitungkan perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan dan
pengurangan jumlah zat (Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan lingkungan).

2
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan
ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi Joule).
Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor
dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu. Energi dalam
merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran yang menyatakan
keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung. Yang kita
analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi dalam saja.
Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan pada sistem
dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja. Jika besaran yang menyatakan
keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung, maka besaran
yang menyatakan keadaan makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran yang
menyatakan keadaan makroskopis adalah suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m) atau
jumlah mol (n). Ingat ya, Kalor dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi antara
sistem dan lingkungan. Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan keadaan
sistem.

A.Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)

Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama
Termodinamika. Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan pada
sistem (Q positif), sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja yang
dilakukan oleh sistem (W positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai
negatif. Sebaliknya, jika kerja dilakukan pada sistem, maka W bernilai negatif. Pahami perlahan-
lahan

Contoh soal 1 :

Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan kerja
1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?

Panduan jawaban :

3
B.Kerja yang dilakukan sistem selama perubahan volume

Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita tinjau kerja yang dilakukan sistem
terhadap lingkungan. Untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem, kita tinjau
gas ideal yang berada dalam sebuah wadah yang ditutup dengan sebuah penghisap/piston.
Penghisap bisa digerakkan naik dan turun. Gambar ini disederhanakan menjad dua dimensi.
Anggap saja gambar ini tiga dimensi. Volume = panjang x lebar x tinggi

Gas ideal diwakili oleh titik-titik yang terletak di dalam wadah. Alas wadah bersentuhan
dengan sebuah benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (mirip seperti air dalam panci yang
dipanaskan di atas nyala api). Benda bersuhu tinggi tidak disertakan dalam gambar , bayangkan
saja dalam pikiran ya Gas ideal dalam wadah merupakan sistem, sedangkan benda-benda
lainnya yang berada di luar wadah, termasuk benda bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan
alas wadah, merupakan lingkungan. Karena suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka
kalor dengan sendirinya mengalir dari lingkungan menuju sistem. Adanya sumbangan energi
dari lingkungan menyebabkan energi dalam sistem (gas ideal) bertambah. Energi dalam gas
ideal berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya ketika energi dalam gas ideal
bertambah, suhu gas ideal juga meningkat. Peningkatan suhu gas ideal menyebabkan gas ideal
memuai dan mendorong piston sejauh s. Ketika mendorong piston sejauh s, sistem (gas ideal)
melakukan kerja terhadap lingkungan (udara luar).

Pada mulanya tekanan sistem besar (P1) dan volume sistem kecil (V1). Tekanan
berbanding terbalik dengan volume (ingat lagi materi teori kinetik gas). Setelah kalor mengalir
dari lingkungan menuju sistem dan sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem
bertambah (V2) dan tekanan sistem berkurang (P2

4
Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses di atas adalah :

Kerja (W) = Gaya dorong (F) x perpindahan (s). Karena gaya dorong (F) = tekanan (P) x
luas permukaan (A) piston, maka persamaan Kerja bisa ditulis menjadi :

Perlu diketahui bahwa kerja yang dilakukan sistem terjadi selama perubahan volume.
Karenanya, kerja total yang dilakukan sistem bisa diperoleh dengan mengalikan perubahan
tekanan dan perubahan volume. Secara matematis ditulis seperti ini :

W = (tekanan akhir tekanan awal)(volume akhir volume awal)

W = (P2-P1)(V2-V1)

D.Penerapan Hukum Pertama Termodinamika pada beberapa proses Termodinamika

Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan menganalisis


usaha yang dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba meninjau beberapa penerapan Hukum
Pertama Termodinamika dalam empat proses termodinamika. Keempat proses termodinamika
yang dimaksud adalah proses isotermal, isokorik, isobarik dan adiabatik. Istilah aneh ini berasal
dari bahasa yunani. Isotermal = suhu yang sama atau suhu selalu konstan, isokorik = volume
yang sama atau volume selalu konstan, isobarik = tekanan yang sama atau tekanan selalu
konstan

Bab 2 (suhu selalu konstan)

Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada proses
isotermal. Dalam proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan Sistem yang kita
analisis secara teoritis adalah gas ideal. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam
gas ideal (U = 3/2 nRT). Karena T tidak berubah maka U juga tidak berubah. Dengan demikian,
jika diterapkan pada proses isotermal, persamaan Hukum pertama termodinamika akan
berubah bentuk seperti ini :

5
BAB 3 Proses Adiabatik

Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau
meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi
dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang
dengan seenaknya mengalir ke dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga
bisa terjadi pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan
dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan
sistem

Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika


akan berubah bentuk seperti ini :

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja
bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem bertambah).
Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka
W bernilai positif. Karena W positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).

Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT),
karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika
energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem berkurang.

BAB 4 Proses Isokorik (volume selalu konstan)

Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume
sistem selalu konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga
sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.

Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

6
Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan),
kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.

BAB 5 Proses Isobarik (tekanan selalu konstan)

Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang
konstan adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor (Q) dan kerja (W) pada
proses isobarik tidak ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama
termodinamika tetap utuh seperti semula :

BAB 6 Bentuk-bentuk energi

Dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak bentuk energi. Pada pokok
bahasan usaha dan energi, kita sudah berkenalan dengan dua bentuk energi mekanik, yakni
energi potensial (potensial = tersimpan) dan energi kinetik (kinetik = gerak). Energi potensial
terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah EP gravitasi, EP elastis dan EP magnet. Energi
kinetik terdiri dari dua jenis, yakni energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi.

CONTOH BENTUK GRAVITASI DALAM LINGKUNGAN KITA:Buah mangga yang lezat dan ranum
memiliki energi potensial gravitasi ketika sedang menggelayut pada tangkainya. Demikian juga
ketika dirimu berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah, misalnya di atap rumah .
Energi potensial gravitasi dimiliki benda karena posisi relatifnya terhadap bumi. Karet ketapel
yang kita regangkan memiliki energi potensial elastis. Karet ketapel dapat melontarkan batu
karena adanya energi potensial elastis pada karet yang diregangkan. Demikian juga busur yang
ditarik oleh pemanah dapat menggerakan anak panah, karena terdapat energi potensial elastis
pada busur yang diregangkan. Benda yang berada di dekat magnet memiliki energi potensial
magnet. Ketika kita melepaskan benda yang kita pegang (paku, misalnya), dalam waktu singkat
paku akan bergerak menuju magnet.

7
A.Perubahan bentuk energi

Perlu diketahui bahwa energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain. Pada
tingkat makroskopis, kita bisa menemukan begitu banyak contoh perubahan bentuk energi.
Buah mangga yang menggelayut di tangkainya memiliki energi potensial gravitasi. Pada saat
buah mangga jatuh ke tanah, energi potensialnya berkurang sepanjang lintasan geraknya
menuju tanah. Ketika mulai jatuh, energi potensial berkurang karena jarak vertikal buah
mangga dari tanah makin kecil. EP tersebut berubah bentuk menjadi energi kinetik translasi
karena kecepatan buah mangga bertambah akibat percepatan gravitasi yang bernilai konstan.
Energi potensial elastis yang tersimpan pada ketapel yang diregangkan dapat berubah menjadi
energi kinetik translasi batu apabila ketapel kita lepas busur yang melengkung juga memiliki
energi potensial elastis. Energi potensial elastis pada busur yang melengkung dapat berubah
menjadi energi kinetik translasi anak panah. Pada tingkat mikroskopis, kita juga bisa
menemukan contoh perubahan bentuk energi. Ketika dirimu menyalakan lampu neon, pada
saat yang sama terjadi perubahan energi listrik menjadi energi cahaya. Contoh lain adalah
perubahan energi listrik menjadi energi gerak (kipas angin) dll. Proses perubahan bentuk energi
listrik ini sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan antara energi potensial dan energi
kinetik pada tingkat atom atau molekul.

B.Perubahan bentuk energi biasanya melibatkan perpindahan energi dari satu benda ke
benda lain

Perubahan bentuk energi biasanya melibatkan perpindahan energi dari satu benda
ke benda lainnya. Busur yang melengkung memiliki energi potensial elastis. Ketika busur
dilepaskan, energi potensial elastis busur berubah bentuk menjadi energi kinetik translasi anak
panah. Pada saat yang sama, energi berpindah dari busur menuju anak panah. Ketika dirimu
mendorong sepeda motor yang lagi mogok, energi potensial kimia dalam tubuhmu berubah
bentuk menjadi energi kinetik translasi sepeda motor. Pada saat yang sama, energi berpindah
dari dirimu menuju sepeda motor. Air di bagian atas bendungan memiliki energi potensial
gravitasi. Ketika si air jatuh, energi potensial gravitasi air berubah menjadi energi kinetik
translasi air. Selanjutnya air yang jatuh tadi menggerakan turbin. Ketika si air menggerakan
turbin, energi kinetik translasi air berubah menjadi energi kinetik rotasi turbin. Pada saat yang
sama, energi berpindah dari air menuju turbin

8
HUKUM KEDUA THERMO DINAMIKA

BAB 7 Energi potensial

kimia dalam minyak bumi merupakan salah satu bentuk energi yang berguna. Energi
potensial kimia dalam minyak bumi (bensi, solar, minyak tanah, etc) bisa kita gunakan untuk
menggerakkan kendaraan, memasak makanan atau bisa juga digunakan untuk membangkitkan
listrik. Energi potensial gravitasi air di waduk bisa kita gunakan untuk membangkitkan listrik.
Energi panas bumi juga bisa kita gunakan untuk membangkitkan listrik. Energi kinetik angin,
energi panas matahari, energi nuklir.Ketika energi yang berguna tersebut kita manfaatkan, akan
terjadi perubahan bentuk energi. Jika digunakan untuk menggerakkan kendaraan, energi
potensial kimia dalam minyak bumi akan berubah bentuk menjadi energi kinetik kendaraan +
kalor alias panas (panas timbul akibat adanya gesekan). Jika digunakan untuk membangkitkan
listrik, energi potensial gravitasi pada air di waduk akan berubah bentuk menjadi energi kinetik
rotasi turbin. Energi kinetik rotasi turbin akan berubah bentuk menjadi energi listrik. Energi
listrik akan berubah bentuk menjadi energi kinetik rotasi (kipas angin), energi cahaya (lampu),
kalor alias panas (setrika listrik) dkk Energi kinetik rotasi kipas akan berubah bentuk menjadi
energi dalam udara + kalor alias panas (panas timbul akibat adanya gesekan pada kipas).

Untuk menjelaskan proses termodinamika yang hanya terjadi pada satu arah (proses
ireversibel), para ilmuwan merumuskan hukum kedua termodinamika. Hukum kedua
termodinamika menjelaskan proses apa saja yang bisa terjadi di alam semesta dan proses apa
saja yang tidak bisa terjadi. Salah seorang ilmuwan yang bernama R. J. E. Clausius (1822-1888)
membuat sebuah pernyataan berikut :

Kalor berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah; kalor
tidak akan berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi
(Hukum kedua termodinamika pernyataan Clausius).

Pernyataan eyang butut Clausius merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua
termodinamika. Disebut pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk satu proses saja
(berkaitan dengan perpindahan kalor). Karena pernyataan ini tidak berkaitan dengan proses
lainnya, maka kita membutuhkan pernyataan yang lebih umum. Perkembangan pernyataan
umum hukum kedua termodinamika sebagiannya didasarkan pada studi tentang mesin kalor.
Karenanya terlebih dahulu kita bahas mesin kalor

9
BAB 8 MESIN KALOR (heat engine)

Mesin uap termasuk mesin kalor (mesin kalor = alat yang mengubah kalor menjadi
energi mekanik). Sekarang mesin uap digunakan untuk membangkitkan energi listrik Mesin
kalor modern adalah mesin pembakaran dalam (mesin mobil, mesin sepeda motor dkk).

Gagasan dasar dibalik penggunaan mesin kalor adalah bahwa kalor bisa diubah menjadi energi
mekanik hanya jika kalor dibiarkan mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat
bersuhu rendah. Selama proses ini, sebagian kalor diubah menjadi energi mekanik (sebagian
kalor digunakan untuk melakukan kerja), sebagian kalor dibuang pada tempat yang bersuhu
rendah. Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin kalor tampak
seperti diagram di bawah

Amati diagram di atas Suhu tinggi (TH) dan suhu rendah (TL) dikenal juga dengan julukan suhu
operasi mesin (suhu = temperatur). Kalor yang mengalir dari tempat bersuhu tinggi diberi
simbol QH, sedangkan kalor yang dibuang ke tempat bersuhu rendah diberi simbol QL. Ketika
mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah, sebagian QH diubah
menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan kerja/W), sebagian lagi dibuang sebagai
QL. Sebenarnya kita sangat mengharapkan bahwa semua QH bisa diubah menjadi W, tapi
pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Selalu saja ada
kalor yang terbuang. Dengan demikian, berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa
QH = W + QL.

10
BAB 9 Mesin Uap

Mesin uap menggunakan uap air sebagai media penghantar kalor. Uap biasa disebut
sebagai zat kerja mesin uap. Terdapat dua jenis mesin uap, yakni mesin uap tipe bolak balik dan
mesin uap turbin (turbin uap). Rancangan alatnya sedikit berbeda tetapi kedua jenis mesin uap
ini mempunyai kesamaan, yakni menggunakan uap yang dipanaskan oleh pembakaran minyak,
gas, batu bara atau menggunakan energi nuklir.

Mesin uap tipe bolak balik

Air dalam wadah biasanya dipanaskan pada tekanan yang tinggi. Karena dipanaskan pada
tekanan yang tinggi maka proses pendidihan air terjadi pada suhu yang tinggi (ingat
pembahasan mengenai pendidihan Teori kinetik gas). Biasanya air mendidih (air mendidih =
air berubah menjadi uap) sekitar suhu 500 oC. Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Semakin
tinggi suhu uap, semakin besar tekanan uap. Uap bersuhu tinggi atau uap bertekanan tinggi
tersebut bergerak melewati katup masukan dan memuai terhadap piston. Ketika memuai, uap
mendorong piston sehingga piston meluncur ke kanan. Dalam hal ini, sebagian kalor alias panas
pada uap berubah menjadi energi kinetik (uap melakukan kerja terhadap piston W = Fs).
Pada saat piston bergerak ke kanan, roda yang dihubungkan dengan piston berputar (1).
Setelah melakukan setengah putaran, roda menekan piston kembali ke posisinya semula (2).
Ketika piston bergerak ke kiri, katup

masukan dengan sendirinya tertutup, sebaliknya katup pembuangan dengan sendirinya


terbuka. Uap tersebut dikondensasi oleh kondensor sehingga berubah menjadi embun (embun
= air yang berasal dari uap). Selanjutnya, air yang ada di dalam kondensor dipompa kembali ke
wadah untuk dididihkan lagi. Demikian seterusnya.

11
BAB 10 Mesin Pembakaran Dalam

Mesin sepeda motor dan mesin mobil merupakan contoh mesin pembakaran
dalam. Disebut mesin pembakaran dalam karena proses pembakaran terjadi di dalam silinder
tertutup. Adanya mesin pembakaran dalam merupakan hasil rekayasa konsep penekanan dan
pemuaian adiabatik yang sudah gurumuda jelaskan pada pokok bahasan hukum pertama
termodinamika.

Ini adalah gambar mesin pembakaran dalam empat langkah alias empat tak Mula-
mula campuran udara dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat
piston bergerak ke bawah (langkah masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin
dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika piston bergerak ke atas (langkah kompresi alias
penekanan). Karena ditekan secara adiabatik maka suhu dan tekanan campuran meningkat.
Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran udara dan uap bensin
terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu tinggi dan
bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah (langkai
pemuaian). Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan
menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan). Katup masukan terbuka lagi dan keempat
langkah diulangi

Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias penekanan adiabatik
adalah menaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses pembakaran pada
tekanan yang tinggi akan menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yang sangat besar.
Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar

12
Proses pemuaian dan penekanan secara adiabatik pada siklus otto bisa digambarkan
melalui diagram di bawah (Diagram ini menunjukkan model ideal dari proses termodinamika
yang terjadi pada mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin).

Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya campuran
udara dan uap bensin ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa volume silinder
berkurang Campuran udara dan uap bensin dipanaskan pada volume konstan campuran
dibakar (b-c). Gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (c-d). Pendinginan pada
volume konstan gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan campuran udara + uap
bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).

BAB 11 Efisiensi mesin kalor

Efisiensi (e) mesin kalor merupakan perbandingan antara Usaha alias Keja (W) yang
dilakukan mesin dengan masukan Kalor pada suhu tinggi (QH). Secara matematis bisa ditulis
seperti ini :

W merupakan keuntungan yang kita terima, sedangkan QH merupakan biaya yang kita
keluarkan untuk membeli dan membakar bahan bakar. Sebagai manusia yang selalu ingin
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya , kita
sangat berharap bahwa keuntungan yang kita peroleh (W) sebanding dengan biaya yang kita
keluarkan (QH). Mungkinkah itu terjadi ? Nantikan hasil pengoprekannya

Berdasarkan kekekalan energi, Kalor masukan (QH) harus sama dengan Kerja (W) yang
dilakukan + Kalor yang dibuang (QL). Secara matematis bisa diobok-obok seperti ini :

13
Berdasarkan persamaan efisiensi di atas, tampak bahwa semakin banyak kalor yang
dibuang (QL) oleh suatu mesin kalor, semakin tidak efisien mesin kalor tersebut (merugikan
kita). Kita sangat menginginkan agar jumlah kalor yang dibuang (QL) sesedikit mungkin.
Bagaimanapun kalor masukan (QH) biasanya diperoleh dengan membakar minyak, batu bara,
gas dkk (bahan bakar yang kita bayar). Karenanya setiap mesin kalor pada dasarnya dirancang
untuk memiliki efisiensi sebesar mungkin. Btw, walaupun kita sangat menginginkan keuntungan
yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya (prinsip ekonomi-kah ?),
kenyataan menunjukkan bahwa efisiensi mesin uap biasanya sekitar 40 %, sedangkan efisiensi
mesin pembakaran dalam sekitar 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa setengah bagian kalor yang
diperoleh dengan membakar bahan bakar terbuang percuma. Hanya setengah bagian saja yang
berubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan usaha alias kerja).

Contoh soal 1 :

Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (QH), melakukan usaha alias
kerja (W) dan membuang kalor sebanyak 2000 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor
tersebut ?

Panduan jawaban :

A.Siklus Carnot

Untuk mengetahui bagaimana menaikkan efisiensi mesin kalor, seorang ilmuwan muda
belia dari negeri Perancis yang bernama om Sadi Carnot (1796-1832 = 36 tahun saja. Mati
muda) meneliti suatu mesin kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824. Pada waktu itu hukum
pertama termodinamika belum dirumuskan (apalagi hukum kedua). Hukum pertama belum
dirumuskan karena para ilmuwan belum mengetahui secara pasti kalor alias panas tuh
sebenarnya apa.

14
Setelah om Jimi Joule dan teman-temannya melakukan percobaan pada tahun 1830-an,
para ilmuwan baru mengetahui secara pasti bahwa kalor merupakan energi yang berpindah
akibat adanya perbedaan suhu. Jadi hukum pertama baru dirumuskan setelah tahun 1830. Om
Sadi Carnot sudah meneliti mesin kalor ideal secara teoritis pada tahun 1824. Penelitian yang
beliau lakukan sebenarnya untuk menaikkan efisiensi mesin uap yang pada waktu itu sudah
digunakan. Kebanyakan mesin uap waktu itu kurang efisien (Ingat lagi penjelasan gurumuda
sebelumnya)

Siklus Carnot sebenarnya terdiri dari dua proses isotermal reversibel dan dua proses
adiabatik reversibel. Biar paham, tataplah gambar kusam di bawah dengan penuh kelembutan

Gambar di atas merupakan siklus Carnot untuk gas ideal. Mula-mula kalor diserap
selama pemuaian isotermal (a-b). Selama pemuaian isotermal, suhu gas dalam silinder dijaga
agar selalu konstan. Selanjutnya gas memuai secara adiabatik sehingga suhunya turun dari TH
menjadi TL (b-c). TH = suhu tinggi (High temperatur), TL = suhu rendah (Low temperatur).
Selama pemuaian adiabatik, tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari silinder. Setelah itu gas
ditekan secara isotermal (c-d). Selama penekanan isotermal, suhu gas dijaga agar selalu
konstan. Seluruh proses pada siklus Carnot bersifat reversible

15
Hasil yang sangat penting dari mesin Carnot adalah bahwa untuk mesin kalor yang
sempurna (semua proses reversibel), Kalor yang diserap (QH) sebanding dengan suhu TH dan
Kalor yang dibuang (QL) sebanding dengan suhu TL. Dengan demikian, efisiensi mesin kalor
sempurna adalah

Contoh soal 1 :

Sebuah mesin uap bekerja antara suhu 500 oC dan 300 oC. Tentukan efisiensi ideal (efisiensi
Carnot) dari mesin uap tersebut.

Panduan jawaban :

Suhu harus diubah ke dalam skala kelvin

TH (suhu tinggi) = 500 oC = 500 + 273 = 773 K

TL (suhu rendah) = 300 oC = 300 + 273 = 573 K

16
Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 500 oC dan
300 oC adalah 26 %. Apabila mesin yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari bekerja
antara suhu 500 oC dan 300 oC, efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya
sekitar 0,7 kali efisiensi ideal (18,2 %). Hal ini dipengaruhi oleh adanya gesekan dan proses
ireversibel lainnya

BAB 12 MESIN PENDINGIN (Refrigerator)

Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik. Jadi si
mesin kalor mengambil kalor alias panas dari tempat yang bersuhu rendah dan membuang
kalor tersebut ke tempat yang bersuhu tinggi Agar proses ini bisa terjadi maka mesin harus
melakukan kerja. Bagaimanapun kalor secara alami hanya mau mengalir dari tempat bersuhu
tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Kalor tidak mungkin mengalir dengan sendirinya dari
tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi. Hal ini sesuai dengan penyataan om
Clausius yang telah diulas sebelumnya Untuk proses yang terjadi pada mesin pendingin,
pernyataan om Clausius sebelumnya bisa ditulis dalam bahasa yang lebih gaul seperti ini :

Tidak mungkin ada mesin pendingin (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat
memindahkan kalor alias panas dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi,
tanpa disertai dengan usaha alias kerja (Hukum kedua termodinamika pernyataan om
Clausius

Tulisan yang dicetak miring ini merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua
termodinamika. Pernyataan ini hanya berlaku untuk mesin pendingin

Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pendingin tampak
seperti diagram di bawah

17
Amati diagram di atas Mesin melakukan kerja (W) untuk mengambil kalor alias panas
dari tempat bersuhu rendah (QL) dan membuang kalor tersebut ke tempat bersuhu tinggi (QH).
Berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa QL + W = QH.

Kalau dalam mesin kalor digunakan istilah efisiensi, maka dalam mesin pendingin
digunakan istilah koefisien kinerja (KK). Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin merupakan
perbandingan antara Kalor yang dipindahkan dari tempat bersuhu rendah (QL) dengan kerja
(W) yang dilakukan untuk memindahkan kalor tersebut. Secara matematis bisa ditulis seperti ini

CONTOH :Terdapat beberapa mesin pendingin yang biasa kita gunakan, antara lain
kulkas, AC (pendingin ruangan) dan pompa kalor. Alangkah baiknya jika diobok-obok satu
persatu

Kulkas

Tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan. Kondensor = pengubah uap


menjadi cair, kompresor = penekan. Gulungan pendingin biasanya berada di dalam kulkas,
sedangkan gulungan kondensor berada di luar kulkas (di belakang kulkas)

18
Di dalam gulungan terdapat fluida yang berada dalam keseimbangan fase (berada dalam
wujud cair dan uap). Fluida tersebut dikenal dengan julukan refrigeran. Refrigeran yang biasa
digunakan pada masa lalu adalah freon. Saat ini freon tidak digunakan lagi karena pelepasan zat
ini dapat merusak lapisan ozon. Motor kompresor (digerakkan oleh listrik) menyedot refrigeran
(dalam wujud uap) dan menekannya secara adiabatik. Karena ditekan secara adiabatik maka
suhu uap meningkat.

CONTOH KE 2 AC (pendingin ruangan)

Walaupun rancangan alatnya berbeda, pada dasarnya prinsip kerja pendingin ruangan
mirip seperti kulkas. Untuk kasus ini, isi kulkas-nya adalah sebuah ruangan. Biasanya gulungan
pendingin berada di dalam ruangan sedangkan gulungan kondensor berada di luar ruangan
Pada bagian belakang gulungan kondensor biasanya terdapat kipas. Tugas kipas hanya
mengatur sirkulasi udara dan meniup gulungan kondensor sehingga perpindahan kalor dari
gulungan kondensor dan udara sekitar bisa terjadi lebih cepat Sebaliknya, di bagian belakang
gulungan pendingin terdapat blower alias peniup. Tugasnya mirip seperti kipas.. Kalau si kipas
niup gulungan kondensor yang ada di luar ruangan sehingga kalor alias panas cepat kabur
menuju udara sekitar, maka si blower niup gulungan pendingin yang ada dalam ruangan
sehingga udara dingin bisa menyebar dalam ruangan

19
KEUNGGULAN BUKU

A.keterkaitan antara bab

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai