Anda di halaman 1dari 19

A.

Termometer

Untuk menyatakan suhu suatu benda secara kuantitatif diperlukan alat ukur yang
disebut termometer. Ada beberapa jenis termometer dengan meng-gunakan konsep
perubahan-perubahan sifat karena pemanasan. Pada termo-meter raksa dan termometer
alkohol menggunakan sifat perubahan volum karena pemanasan. Ada beberapa termometer
yang menggunakan sifat perubahan volum karena pemanasan, antara lain: Celcius, Reamur,
Fahrenheit dan Kelvin. Masing-masing termometer tersebut mempunyai ketentuan-ketentuan
tertentu dalam menetapkan nilai titik didih air dan titik beku air pada tekanan 1 atm, seperti
terlihat pada gambar 4.1 berikut.

100o 80o 212o 373o

titik didih air

0o 0o 32o 273o titik beku air

C R F K

Gambar 4.1 Beberapa macam termometer

Alat untuk mengukur suhu adalah termometer .di SMP telah anda ketahui bahwa
termometer memnfaatkan sifat termometrik zat untuk mengukur suhu. Sifat termometrik zat
adalah sifat fisis zat yang berubah jika di panaskan , misalkan volume zat cair, panjang
logam, hambatan listrik seutas kawat platina, tekanan gas pada volume tetap,dan warna pijar
kawat (filamen) lampu.

Suhu 2
Kegiatan
Membuat Rangkuman
Tujuan
Membuat rangkuman tentang jenis-jenis termometer.

Alat Dan Bahan

Buku Sains Fisika kelas VII SMP dan buku-buku referensi fisika tentng termometer.

Langkah Kejar

1. Bacalah buku-bukureferensifisika yang andamilikiataupinjamdancarilahini


internet yang membahastentangjenis-jenistermometer.
2. Rangkumlah hasil bacaanmu dan sajikan dalam bentuk seperti Tabel 6.1
berikut ini, sehingga mudah untuk anda pelajari ulang. Contoh di berikan
untuk anda pelajari ulang. Contoh di berikan untuk thermometer raksa, dan
anda di minta untuk melanjutkan untuk thermometer jenis lainnya.

Tabel 6.1 Rangkuman Tentang Jenis-jenis Termometer

JenisTermomete Prinsip JangkauanUkur Keuntungan (+)


r Kerugian (-)

Raksa dalam Ketikasuhunaik, 234 d + Dapatdipindah-


tabung kaca raksa memuai 700 pindah
dan bergerk naik - Tidak terlalu
dalam suatu pipa teliti
kapiler - Mudah pecah

1. Kalibrasi Termometer

Kalibrasi termometer adalah kegiatan metapkan skala sebuah termometer yang belum
memiliki skala. Suhu termasuk besaran pokok dalam fisika. Oleh krena itu seperti besaran
besaran pokok yang lain, suhu mempunyai standar. Standar untuk suhu disebut titik tetap.
Ada dua titik tetap, yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas.

Pada kenyataannya, suhu yang di ketahui tetap ialah suhu pada waktu benda
mengalami perubahan wujud. Untuk pengukuran suhu yang tidak begitu tinggi di gunakan
titik lebur es sebagai titik didi air sebagai titik tetap atas. Menurut termometer yng banyak di
gunakan pada saat ini, titik tetap bawah adalah titik lebur es murni dan ditandai dengan angka
0. Alasan menyebut es murni adalah karena ketidkmurnian es (misalnya bercampur dengan

Suhu 3
garam) akan menyebabkan titiklebures di bawahrendah (di bawahnol). Titik tetap atas adalah
suhu uap di atas air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atm adalah karena titik didih air
sangat di pengaruhi oleh tekanan udara diatas permukaan air. Mengapa suhu air mendidih
tidak digunakan sebagai titik tetap atas ? Hal ini karena ketidak murnian akan menyebabkan
titik didih air lebih tinggi (di atas 100), sedangkan suhu uap tidak terpengaruh.

Skala suhu yang di tetapkan berdasarkan berdasarkan titik lebur es dan titik didih air
disebut skala celcius, sesuai dengan nama orang yang pertama kali menganjurkan cara ini
,yaituseorangastronomSwediabernama Anders Celcius (1701-1744).

2. Hubungan Panjang Kolom Raksa Dan Bacaan suhu

Gambar 6. 1 Hubungan linear antara panjang kolom raksa X dan suhu dalam skala Celsius

Panjang kolom raksa dalam pipa kaca menentukan bacaan suhu yang di tunjukan
dalam thermometer. Grafik pada gambar 6.1 menunjukkanbagaimanapanjangkolomraksa X
berubahterhadapbacaansuhudalamskalacelcius.Perhatikan, hubunganantaraX dansuhuθadalah
linear.
Jika X θ menyatakan panjang kolom raksa pada panjang suhu sembarang θ yang tidak
diketahui, X 0 dan X 100 masing masing menyatakan panjang kolom raksa pada titik lebur es (
1000C) , maka suhu sembarang θ dapat di rumuska oleh :

θ
Hubungan Suhu Dan Panjang Kolam Raksa
=
100
X θ−X 0
X 100 −X 0

Suhu 4
Contoh Soal

Suatu thermometer raksa yang di kalibrasi di celupkan dalam es yang sedang


melebur, air mendidih, dan suatu cairan yang suhunya θ (tidak diketahui). Panjang
kolom raksa pada tiap suhu di atas ditunjukan pada gambar 6.2.berapakah suhu ?

Gambar 6. 2 skema masalah


Jawab :

Diberikan x 0 = cm ; x 100 = 25,0 cm dan

x θ = 7,8 cm

Dengan demikian suhu θ dapat dihitung dengan persamaan (6-1)

θ X θ−X 0 θ 7,8−5,0
100
= ; =
X 100 −X 0 100 25,0−5,0

θ 2,8 2,8(100)
=
100 20
; θ= = 14 0C
20

3. Skala Kelvin

Suhu 5
Gambar 6. 3 skala Celsius danskala Kelvin

Kelajuan gerak partikel secara bertahap berkurang dengan turunnya suhu. Saat suhu
mencapai kira-kira -273,160 C, gerak partikel berhenti, sehingga tidak ada lagi panas yang
dapat diukur. Jadi, pada suhu ini energy kinetic partikel sama dengan nol. Suhu inilah yang
merupakan suhu paling rendah yang mungkin dapat dimiliki oleh suatu benda. Suhu ini
disebut nol mutlak.

Ilmuanpertama yang mengusulkan pengukuran suhu berdasarkan suhu nol mutlak


adalah seorang ahli Fisika Inggris, Lord Kelvin (1824-1907). Skala suhu yang tetapkan di
sebut skala kelvin. Suhu-suhu dalam skala kelvin diukur dalam derajat yang disebut kelvin,
yang diberi lambing K (bukan0 K). suhu terendah pada skala ini diberi tanda 0 K yang sama
dengan -273,160 C. satu kelvin (1 K) padaskala kelvin samadengan 10C pada skala celcius.
Pada skala kelvin tidak dikenal angka-angka negatif. Kesetaraan antara angka-angka yang
ditunjukan oleh skala celcius dan skala kelvin ditunjukan pada Gambar 6.3.

Hubungan antara skala celcius dan skala kelvin dapat dinyatakan dengan persmaan
berikut :

T = t + 273 ( 6-2 )

Denagan T adalah angka pada skala kelvin dan t adalah angka pada skala celcius.
Misalnya t = 270 C maka T = 27 + 273 = 300 K
Kalangan ilmuan lebih menyayangi skala kelvin karena skala ini tidakd ikalibrasi berdasrkan
titik lebur dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan batasan energi yang dimiliki oleh
benda itu sendiri. Suhu nol mutlak berarti partikel didalam benda sama sekali tidak memiliki
energy kinetik. Jika benda A memiliki energi kinetik tiap partikel sebesar 2x energy kinetic
tiap partikel benda B, berarti suhu mutlak bendaakan 2x suhu mutlak benda B. Oleh karena
itu ilmuan menetapkan satuan SI untuk suhu adalah kelvin. Skala kelvin juga disebut skala
termodinamika atau skala mutlak.

4. Skala Fahrenheit

Suhu 6
Gambar 6. 4 skala Fahrenheit dan Celsius padasebuahtermometer

Dalam kehidupan sehari-hari, di Amerika Serikat masih digunakan thermometer


dengan skala Fahrenheit. Pada skala Fahrenheit, titik lebur di beriangka 32 dan titik didih air
diberi angka 212. Skala ini di berinama Fahrenheit sesui dengan nama ilmuan yang
membuatnya pertama kali, yaitu ahli fisika berkebangsaan Jerman , Gabriel Fahrenheit
(1686-1736).
Hubungan antara skala Fahrenheit dan skala celcius ditunjukan pada gambar 6.4.
hubungan ini dapat kitanyatakan dengan persamaan berikut :
∆ F : ∆ C=180 : 100
∆ F : ∆ C=9:5

(t F -32) :c = 9 :5

Ayo kerjakan soal seleksi

Duabuah thermometer A dan B menunjuk angka yang sama 1000 ketika digunakan
untuk mengukur suhu air saat mendidih. Dalam air yang agak hangat termometer
A menunjukan angka 750 sementara termometer B menunjukkan angka 500. Jika
termometer A menunjukkan 250 maka termometer B akan menunjukkan angka . . .

a. −1000 d. 250
b. −750 e. 00 (SPMB 2005)
c. −500

Jawab : Skala A skala B

Misalkan thermometer B menunjukkan angka x.


P - 1000 A - - - - - - - - P - 1000
Pada skala A, PQ = 100 - 75 = 250 A
A
Pada skala B, PQ = 100 – 50 = 500 B
Rumus perbandingan skala :
∆A :∆B = 25 : 50
∆A :∆B = 1 : 2
Pada skala A, QR =∆A = 75 – 25 = 500 A
Pada skala B, QR = ∆B = (50 - x ¿ ¿ 0B Q - 750 A - - - - - - - - Q - - - 500
Subtitusi ∆A dan ∆B kedalam (*) diperoleh B
50 : (50 – x ) = 1 : 2 ; 50 – x = 100 ; x = -50

Jawaban : C
R - 250 A - - - - - - - - R - - - x 0B ?

Suhu 7
Pertanyaan Diskusi

1. Sifat termometrik pemuaian zat cair dapatdigunakan untuk mengukur


suhu suatu benda. Benar atau salahkah pertanyaan ini ? jika pertanyaan
benar, jelaskan benar.
2. Bagaimana hubungan gerak partikel-partikel dalam zat dengan suhunya ?
3. Mengapa ilmuan lebih menyukai skala kelvin dari pada skala celcius atau
Fahrenheit ?
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang nol mutlak .

Kuis

Kemampuan Menerapkan Konsep


Sebuah botol berisi air pada suhu tertentu. Tanpa memanaskan, anda diminta untuk
meningkatkan suhu air dalam botol. Dapatkah anda mengabulkanp ermintaan teman
anda ini ? jika ya, jelaskan cara anda melakukan dan dukunglah cara anda ini dengan
teori fisika.

B. Pemuaian

Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena kenaikan suhu yang terjadi
pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi menyebabkan benda itu mendapat tambahan energi
berupa kalor yang menyebabkan molekul-molekul pada benda tersebut bergerak lebih cepat. Setiap
zat mem-punyai kemampuan memuai yang berbeda-beda. Gas, misalnya, memiliki kemampuan
memuai lebih besar daripada zat cair dan zat padat. Adapun kemampuan memuai zat cair lebih besar
daripada zat padat. Tabel 6.1 menunjukkan koefisien muai panjang pada berbagai zat.

Gambar 6.6 Rel kereta api dibuat renggang untuk


tempat pemuaian karena kenaikan suhu di siang hari.

1. Pemuaian Zat Padat


Karena bentuk zat padat yang tetap, maka pada pemuaian zat padat dapat kita bahas
pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volum.

Suhu 8
a. Pemuaian panjang

Pemuaian panjang disebut juga dengan pemuaian linier.


Pemuaian panjang zat padat berlaku jika zat padat itu hanya dipandang sebagai satu
dimensi (berbentuk garis). Di SMP materi ini sudah dibahas dan percobaan yang telah
membahas tentang pemuaian panjang zat padat adalah percobaan Musschenbroek, dimana
dari hasil percobaannya disimpulkan bahwa pertambahan panjang, zat padat yang dipanasi
sebanding dengan panjang mula-mula, sebanding dengan kenaikan suhu dan tergantung pada
jenis zat padat. Untuk membedakan sifat muai berbagai zat digunakan konsep koefisien
muai.

Untuk pemuaian panjang digunakan konsep koefisien muai panjang atau koefisien
muai linier yang dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang zat
dengan panjang mula-mula zat, untuk tiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Jika
koefisien muai panjang dilambangkan dengan α dan pertambahan panjang L, panjang mula-
mula Lo dan perubahan

suhu T maka koefisien muai panjang dapat dinyatakan dengan persamaan:

∆L
α = L0. ∆ T

sehingga satuan dari α adalah 1⁄K atau K-1


Dari persamaan di atas diperoleh pula persamaan:

∆LL==αα. .LLo o. . ∆T
T dimana ∆L = Lt-Lo

sehingga Lt-Lo = α . Lo . ∆T atau Lt = Lo + α . Lo . ∆T

Lt = Lo . (1 + α . ∆T)

Lt = panjang batang pada suhu t

Tabel 4.3. Koefisien muai panjang dari beberapa jenis zat padat
-1
Jenis bahan Koefisien muai panjang (dalam K )
Kaca 0,000009
Baja/besi 0,000011
Aluminium 0,000026
Pirek (pyrex) 0,000003
Platina 0,000009
Tembaga 0,000017

Suhu 9
Kegiatan
Dampak dari pemuaian panjang ada yang bermanfaat, tetapi ada pula yang
menimbulkan permasalahan. Dampak yang bermanfaat, antara lain: Untuk mengeling
pelat logam, untuk Bimetal (pada alat pemberitahu ada kebakaran, termostad), untuk
lampu arah kendaraan bermotor. Dampak pemuaian panjang yang menimbulkan
permasalahan antara lain: kaca jendela pecah di musim panas, kerusakan pada
jembatan, pemasangan rel kereta api.
Bentuklah kelompok, kemudian baca literatur yang terkait dengan per-
masalahan pemuaian kemudian presentasikan di depan kelas untuk menje-laskan
terhadap kelompok yang lain tentang hal-hal yang terkait dengan dampak pemuaian
panjang. Untuk lebih jelasnya gunakan bantuan gambar dalam memberi penjelasan
pada saat presentasi.

b. Pemuaian Luas
Jika zat padat tersebut mempunyai 2 dimensi (panjang dan lebar), kemu-dian dipanasi
tentu baik panjang maupun lebarnya mengalami pemuaian atau dengan kata lain luas zat
padat tersebut mengalami pemuaian. Koefisien muai pada pemuaian luas ini disebut dengan
koefisien muai luas yang diberi lambang β.
Analog dengan pemuaian panjang, maka jika luas mula-mula Ao, per-
tambahan luas A dan perubahan suhu T, maka koefisien muai luas dapat
dinyatakan dengan persamaan:

∆A
β = A 0 .∆ T atau ∆ A = β . Ao . ∆ T

∆A = At –Ao sehingga At – Ao = β . Ao . ∆T

At = Ao . (1 + β . ∆ T)

At = luas zat padat pada suhu t


Berdasarkan penurunan persamaan pemuaian luas, diperoleh nilai β = 2α.
c. Pemuaian Volum
Zat padat yang mempunyai bentuk ruang, jika dipanaskan mengalami pemuaian
volum. Koefisien pemuaian pada pemuaian volum ini disebut dengan koefisien muai volum
atau koefisien muai ruang yang diberi lambang γ.
Jika volum mula-mula Vo, pertambahan volum V dan perubahan suhu T, maka
koefisien muai volum dapat dinyatakan dengan persamaan:
Vt = volum zat padat pada suhu t

∆V ∆ V = γ . VSuhu
o . ∆T
β = 10
V 0 .∆ T
atau Vt - Vo = γ . Vo . ∆ T
∆ V = Vt-Vo sehingga

Vt = Vo . (1 + γ . ∆ T)

Vt = volum zat padat pada suhu t


γ = 3α

2. Pemuaian Zat Cair


Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pada umumnya setiap zat
memuai jika dipanaskan, kecuali air jika dipanaskan dari 0oC sampai 4oC, menyusut. Sifat
keanehan air seperti itu disebut anomali air. Grafik anomali air seperti terlihat pada gambar
4.7. berikut.
Keterangan:
V0

Vt Pada suhu 40C diperoleh:


o
suhu (C) volum air terkecil
4 b) massa jenis air terbesar.

Gambar 4.7 Grafik anomali air

Karena pada zat cair hanya mengalami pemuaian volum, maka pada pemuaian zat cair
hanya diperoleh persamaan
Vt = Vo . (1 + γ . ∆ T)
∆ V = Vo . γ . ∆ T
Tabel 4.4.Koefisien muai ruang zat cair untuk beberapa jenis zat dalam satuan K-1
No. Jenis zat cair Koefisien muai ruang

1. Alkohol 0,0012

2. Air 0,0004

3. Gliserin 0,0005

4. Minyak parafin 0,0009

5. Raksa 0,0002

Seperti halnya zat padat, zat cair akan memuai volumenya jika dipanaskan. Sebagai
contoh, ketika kita memanaskan panci yang berisi penuh dengan air, apa yang akan terjadi
pada air di dalam panci tersebut? Pada suhu yang sangat tinggi, sebagian dari air tersebut

Suhu 11
akan tumpah. Hal ini berarti volume air di dalam panci tersebut memuai atau volumenya
bertambah.

Gambar 6.9 Air yang dipanaskan akan mengalami pemuaian.

Sebagian besar zat akan memuai secara beraturan terhadap penambahan suhu. Akan tetapi, air
tidak mengikuti pola yang biasa. Bila sejumlah air pada suhu 0 oC dipanaskan, volumenya menurun
sampai mencapai suhu 4 oC. Kemudian, suhu di atas 4 oC air berperilaku normal dan volumenya
memuai terhadap bertambahnya suhu, seperti Gambar 6.10. Pada suhu di antara 0 oC dan 4 oC air
menyusut dan di atas suhu 4 oC air memuai jika dipanaskan. Sifat pemuaian air yang tidak teratur ini
disebut anomali air. Dengan demikian, air memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4 oC.
Perilaku air yang menyimpang ini sangat penting untuk bertahannya kehidupan air selama musim
dingin. Ketika suhu air di danau atau sungai di atas 4 oC dan mulai mendingin karena kontak dengan
udara yang dingin, air di permukaan terbenam karena massa jenisnya yang lebih besar dan digantikan
oleh air yang lebih hangat dari bawah. Campuran ini berlanjut sampai suhu mencapai 4 oC. Sementara
permukaan air menjadi lebih dingin lagi, air tersebut tetap di permukaan karena massa jenisnya lebih
kecil dari 4 oC air di sebelah bawahnya. Air di permukaan kemudian membeku, dan es tetap di
permukaan karena es mempunyai massa jenis lebih kecil dari air.

Gambar 6.11 Fenomena gunung es, terjadi karena anomali air

Perilaku yang tidak biasa dari air di bawah 4 oC, menyebabkan jarang terjadi sebuah
benda yang besar membeku seluruhnya, dan hal ini dibantu oleh lapisan es di permukaan,
yang berfungsi sebagai isolator untuk memperkecil aliran panas ke luar dari air ke udara
dingin di atasnya. Tanpa adanya sifat yang aneh tapi istimewa dari air ini, kehidupan di
planet kita mungkin tidak bisa berlangsung.

Air tidak hanya memuai pada waktu mendingin dari 4 oC sampai 0 oC, air juga
memuai lebih banyak lagi saat membeku menjadi es. Hal inilah yang menyebabkan es batu
terapung di air dan pipa pecah ketika air di dalamnya membeku.
3. Pemuaian Gas
a. Hukum Boyle
Untuk jumlah gas tertentu, ditemukan secara eksperimen bahwa sampai pendekatan yang
cukup baik, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan yang diberikan padanya ketika suhu
dijaga konstan, yaitu:

1
Vα (T Suhu 12
P
dengan P adalah tekanan absolut (bukan “tekanan ukur”). Jika tekanan gas digandakan menjadi dua kali
semula, volume diperkecil sampai setengah nilai awalnya. Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Boyle,
dari Robert Boyle (1627 - 1691), yang pertama kali menyatakan atas dasar percobaannya sendiri. Grafik
tekanan (P ) terhadap volume gas (V ) untuk suhu tetap tampak seperti pada Gambar 6.12. Hukum Boyle
juga dapat dituliskan:

PV = Konstan atau P1 V 1 = (6.13)

dengan:

P = tekanan gas pada suhu tetap (Pa)


V = volume gas pada suhu tetap (m3)
P1 = tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)
V 1 = volume gas pada keadaan I (m3)
V 2 = volume gas pada keadaan II (m3)

Persamaan (6.13) menunjukkan bahwa pada suhu tetap, jika tekanan gas dibiarkan berubah
maka volume gas juga berubah atau sebaliknya, sehingga hasil kali PV tetap konstan.
Bunyi hukum Boyle yaitu "Untuk jumlah tetap gas ideal tetap di suhu yang sama, P
(tekanan) dan V (volume) merupakan proporsional terbalik (dimana yang satu ganda, yang
satunya setengahnya)."
b. Hukum Charles

Hukum Charles  menyatakan bahwa pada tekanan tetap, volume gas ideal bermassa
tertentu berbanding lurus terhadap temperaturnya (dalam Kelvin).Suhu juga memengaruhi
volume gas, tetapi hubungan kuantitatif antara V dan T tidak ditemukan sampai satu abad
setelah penemuan Robert Boyle. Seorang ilmuwan dari Prancis, Jacques Charles (1746 -
1823) menemukan bahwa ketika tekanan gas tidak terlalu tinggi dan dijaga konstan, volume
gas bertambah terhadap suhu dengan kecepatan hampir konstan, yang diilustrasikan seperti
pada Gambar 6.13. Perlu kita ingat bahwa semua gas mencair pada suhu rendah, misalnya
oksigen mencair pada suhu -183 oC. Dengan demikian, grafik tersebut pada intinya merupakan
garis lurus dan jika digambarkan sampai suhu yang lebih rendah, akan memotong sumbu
pada sekitar -273 oC. Untuk semua gas, grafik hubungan antara volume V dan suhu T dapat
digambarkan seperti pada Gambar 6.13 tersebut, dan garis lurus selalu menuju kembali ke -273
o
C pada volume nol. Hal ini menunjukkan bahwa jika gas dapat didinginkan sampai -273 oC,
volumenya akan nol, lalu pada suhu yang lebih rendah lagi volumenya akan negatif. Hal ini
tentu saja tidak masuk akal. Bisa dibuktikan bahwa -273 oC adalah suhu terendah yang
mungkin, yang disebut suhu nol mutlak, nilainya ditentukan -273,15 oC.

Nol mutlak sebagai dasar untuk skala suhu yang dikenal dengan nama skala mutlak
atau Kelvin, yang digunakan secara luas pada bidang sains. Pada skala ini suhu dinyatakan
dalam derajat Kelvin, atau lebih mudahnya, hanya sebagai kelvin (K) tanpa simbol derajat.
Selang antarderajat pada skala Kelvin sama dengan pada skala Celsius, tetapi nol untuk skala
Kelvin (0 K) dipilih sebagai nol mutlak itu sendiri. Dengan demikian, titik beku air adalah
273,15 K (0 oC) dan titik didih air adalah 373,15 K (100 oC). Sehingga hubungan antara skala
Kelvin dan Celsius dapat dituliskan:

Suhu 13
TK = TC + (6.14)
273,15
Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Charles, dan dituliskan:
V
V ∝T atau = konstan, atau
T

V1 (6. 15)
=
T1

dengan:
V = volume gas pada tekanan tetap (m3)
T = suhu mutlak gas pada tekanan tetap (K) V1
V 1= volume gas pada keadaan I (m3)
V 2 = volume gas pada keadaan II (m3)
T 1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T 1 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)

c. Hukum Gay Lussac


Hukum Gay Lussac berasal dari Joseph Gay Lussac (1778 - 1850), menyatakan
bahwa pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak, dituliskan:
P P1 P2
P ∝ T atau = konstan, atau = (6.16)
T T1 T2

dengan:

P= tekanan gas pada volume tetap (Pa)


T= suhu mutlak gas pada volume tetap (K)
P1= tekanan gas pada keadaan I (Pa)
P2 = tekanan gas pada keadaan II (Pa)
T 1 = suhu mutlak gas pada keadaan I (K)
T 1 = suhu mutlak gas pada keadaan II (K)

Contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah botol yang tertutup atau kaleng aerosol, jika
dilemparkan ke api, maka akan meledak karena naiknya tekanan gas di dalamnya.

d. Persamaan Gas Ideal (Hukum Boyle-Gay Lussac)

Hukum-hukum gas dari Boyle, Charles, dan Gay Lussac didapatkan dengan bantuan
teknik yang sangat berguna di dalam sains, yaitu menjaga satu atau lebih variabel tetap
konstan untuk melihat akibat dari perubahan satu variabel saja. Hukum-hukum ini dapat
digabungkan menjadi satu hubungan yang lebih umum antara tekanan, volume, dan suhu dari
gas dengan jumlah tertentu: PV ∝T .

Hubungan ini menunjukkan bahwa besaran P, V, atau T akan berubah ketika yang
lainnya diubah. Percobaan yang teliti menunjukkan bahwa pada suhu dan tekanan konstan,
volume V dari sejumlah gas di tempat tertutup berbanding lurus dengan massa m dari gas
tersebut, yang dapat dituliskan: PV ∝ mT.

Suhu 14
Perbandingan ini dapat dibuat menjadi persamaan dengan memasukkan konstanta
perbandingan. Penelitian menunjukkan bahwa konstanta ini memiliki nilai yang berbeda
untuk gas yang berbeda. Konstanta pembanding tersebut ternyata sama untuk semua gas, jika
kita meng-gunakan angka mol. Pada umumnya, jumlah mol, n, pada suatu sampel zat murni
tertentu sama dengan massanya dalam gram dibagi dengan massa molekul yang dinyatakan
sebagai gram per mol.

n(mol) =

massa( gram)
Perbandingan massa
tersebutmolekul(
dapat dituliskan
g/mol) sebagai suatu persamaan sebagai berikut:
(6.17)
PV = n.R.T

Dengan, n menyatakan jumlah mol dan R adalah konstanta pembanding. R disebut konstanta
gas umum (universal) karena nilainya secara eksperimen ternyata sama untuk semua gas.
Nilai R, pada beberapa satuan adalah sebagai berikut:

= 8,315 J/(mol.K), ini merupakan satuan dalam SI


0,0821 (L.atm)/(mol.K)
1,99 kalori/(mol.K)

Persamaan (6.17) disebut Hukum Gas Ideal, atau persamaan keadaan gas ideal. Istilah
“ideal” digunakan karena gas riil tidak mengikuti persamaan (6.17) tersebut.

Contoh Soal

Gas dalam ruang tertutup dengan volume 5 liter bersuhu 37 oC pada tekanan
3 atm. Jika gas tersebut dipanaskan sampai 52 oC, volumenya menjadi 6,5
liter. Berapakah perubahan tekanannya?
Penyelesaian:
Diketahui: V1 = 5 liter V 2 = 6,5 liter
o o
T 1 = 37 C T 2 = 52 C
P1 = 3 atm
Ditanya: P = ... ?
Jawab :
P1V 1 P2V 2
=
T1 T2
3 x 5 P 2( 6,5)
=
310 325
325 x 15
P2 = = 2,4 atm
310 x 6,5
∆ P = 3 – 2,4 = 0,6 atm

Suhu 15
Kegiatan
Membuat Rangkuman
Tujuan
Mendemonstrasikan bahwa gas memuai
Alat Dan Bahan
Sebuah ember atau baskom; air panas; sebuah botol; dan sebuah balon
mainan.
Langkah Kerja
1. Masukkan mulut balon mainan yang belum di tiup ke dalam mulut
botol.
2. Isi ember atau baskom dengan air panas, celupkan bagian bahwa
botol ke dalam ember atau baskom berisi air panas tersebut (gambar
6.11 a). Apa yang terjadi ?
3. Jalankan keran air ledeng. Siram bagian bawah botol dengan air
keran (gambar 6.11 c). Apa yang terjadi ?
4. Dan hasil pengamatan pada langkah kerja 2 dan 3, nyatakan
kesimpulan anda.

Pertanyaan Diskusi

1. Zat mana (padat, cair, atau gas) yang pemuaiannya terbesar untuk
kenaikan suhu yang sama ? jelaskan dengan teori partikel.
2. Jika anda tidak dapat membuka tutup botol dari logam yang terlalu
rapat, bagaimana akal anda agar dapat membuka tutup botol dengan
mudah?
3. Berikan satu contoh dalam keseharian yang membuktikn bahwa zat
cair memuai lebih besar dari pada zat padat .
4. Apa yang terjadi jika tabung kaca termometer memuai lebih besar dari
pada zat cair di dalamnya ketika di panaskan.

Rangkuman

 Suhu adalah ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat atau
benda.
 Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena
kenaikan suhu yang terjadi pada benda tersebut.
 Hukum Charles berbunyi: “volume gas pada tekanan konstan
berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut”.
 Hukum Gay Lussac berbunyi: “volume gas dengan jumlah tertentu
berbanding lurus dengan suhu mutlak
Suhu 16 ketika tekanan dijaga konstan”.
Uji Kompetensi

A. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

1. Suhu suatu zat bila diukur dengan termometer Fahrenheit menunjukkan


angka 62 oF. Bila suhu benda tersebut diukur dengan termometer Celsius
menunjukkan angka … .
a. 16,7 oC d. 52,2 oC
b. 22,2 oC e. 54,0 oC

c. 34,2 oC
2 . Pada sebuah termometer
o
skala X, titik beku air adalah 10 oX dan titik
didih air adalah 70 oX. Bila suhu suatu zat diukur dengan termometer
skala X adalah 25 X, maka bila diukur dengan termometer Celsius
menunjukkan

angka … .
a. 15 oC d. 24 oC
b. 18 oC e. 25 oC
1. 20 oC
3. Jika 75 gram air
o
yang suhunya 0 oC dicampur dengan 25 gram air yang
suhunya 100 C, maka suhu akhir campurannya adalah … .
a. 15 oC d. 30 oC
b. 20 oC e. 35 oC
2. 25 oC
4. Sebuah balok aluminium memiliki volume 1.000 cm3 pada suhu 20 oC,
dan volume 1.006 cm3 pada suhu 100 oC. Koefisien muai panjang
tembaga tersebut adalah …
a. 2,5 × 10-5 /oC d. 2,25 × 10-4 /oC
b. 6,0 × 10-5 /oC e. 3,00 × 10-4 /oC
c. 7,5 × 10-5 / oC
5. Dalam ruang tertutup berisi sejumlah gas yang dipanaskan pada proses
1
isotermis, ternyata volume gas diperkecil menjadi kali semula. Maka tekanan gas
4
menjadi …

a. tetap d. 4 kali semula

1
b. 8 kali semula e. 8 kali semula

1 Suhu 17
c. 4 kali semula
6. Sejumlah gas berada di dalam ruang tertutup dengan volume 5 liter, tekanan a
o
atm, dan suhu 87 C. Bila volume gas dijadikan setengahnya dan suhu
o
diturunkan menjadi 27 C, maka tekanan gas menjadi … .
3 3
a. 5 kali semula d. 2 kali semula
2 5
b. 3 kali semula e. 3 kali semula
3
c. 4 kali semula
7. Pada saat es melebur, suhu es tetap walaupun kalor terus diberikan. Hal
tersebut berarti ....

a. kalor terbuang selama es melebur


b. pada saat es melebur tidak memerlukan kalor
c. kalor yang diterima es hanya tersimpang
d. kalor yang diterima es sama dengan suhu es
e. kalor yang diterima es digu-nakan untuk mengubah wujud es.
3 o
8. Suatu jenis gas menempati volum 100 m pada temperatur 0 C dan tekanan 1
o
atm. Bila temperatur menjadi 50 C sedangkan tekanan menjadi 2 atm maka volum
gas akan men-jadi ...

3 3
a. 118,3 cm d. 45,5 cm
3 3
b. 84,5 cm e. 38,4 cm
3
c. 59,2 cm
o
9. Udara dalam tabung dengan suhu awal 20 C dipanaskan pada volum tetap
sampai tekanannya menjadi dua kali semula. Ini berarti suhunya menjadi ....

o
a. 40 C d. 313 K
o
b. 40 K e. 313 C

c. 293 K
3 1 o
10. Dalam bejana yang berisi 0,25 dm air dengan suhu 50 ⁄2 C dimasukkan 0,1
o 3 o
kg es dengan suhu 0 C. Jika ρa = 1gr/cm ; C es = 0,5 kal/gr C; Les = 80 kal/gr dan
o
Ca = 1 kal/gr C maka suhu akhir campurannya . . . .

o
a. 14,5 C
o
b. 18,2 C
o
c. 20 C

o
d. 25 C

Suhu 18
B. Jawablah dengan singkat dan benar!
o
1. Sebidang kaca jendela pada malam hari bersuhu 20 C memiliki luas 4.000 cm2.
Ternyata pada siang hari bidang kaca tersebut bertambah luas sebesar 64 mm 2.
Jika koefisien muai panjang kaca 8 × 10-6 /oC, berapa suhu kaca pada siang hari?
o
2. Gas dalam ruang tertutup memiliki suhu 42 C, tekanan 7 atm, dan volume 8
o
liter. Bila gas dipanasi sampai suhu 87 C dan tekanan 8 atm, berapa volume
gas sekarang?

3. Panjang sepotong rel baja kereta api 10 meter. Di tempat rel dipasang, suhu
o
dapat berubah sampai 10 C. Berapakah sekurang-kurangnya jarak celah di
antara ujung-ujung rel kereta api agar rel masih dapat memuai dengan bebas?
-1
Koefisien muai panjang baja = 0,000011 K

4. Sebuah “ban” besi hendak dipasang pada roda pedati yang terbuat dari kayu.
Jari-jari dalam ban besi 0,992 m. Jari-jari luar roda kayu 1 meter. Sampai
suhu berapakah ban besi itu harus dipanaskan agar roda kayu
-5 -1
dapat dimasukkan ke dalamnya? αbesi = 1,1 x 10 K

5. Suhu suatu benda adalah 680 F. Berapakah suhunya jika diukur dengan ?
a. Skala Celsius;
b. Skala Kelvin ?

Suhu 19
Suhu 20

Anda mungkin juga menyukai