HIDROKARBON
A. Kimia Karbon
1. Mengenal Senyawa Karbon
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri atas hidrogen dan karbon. Pembakaran sempurna senyawa
hidrokarbon akan menghasilkan uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), sedangkan pembakan tidak sempurna
senyawa hidrokarbon akan menghasilkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Sumber
utama senyawa karbon adalah minyak bumi dan batu bara.
Senyawa hidrokarbon banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti, jika dalam menggoreng ikan,
membakar roti, atau menanak nasi dibiarkan hingga gosong, akan terbentuk berwarna hitam. Kerak yang berwarna
hitam ini berasal dari unsur karbon. Dan senyawa karbon pula banyak terdapatdalam tubuh mkhluk hidup yaitu
berupa protein dan karbohidrat. Contoh senyawa karbon organik yaitu:
1. Karbohidrat (mengandung unsur C, H dan O)
2. Protein ( mengandung C, H, O, N, dan ada juga yang mengandung unsur S)
3. Lemak (mengandung unsur C, H dan O)
4. Minyak bumi (mengandung Unsur C dan H )
5. Urea (mengandung unsur C, H, dan N)
6. Plastik (pada umumnya mengandung unsur C dan H)
Contoh senyawa karbon anorganik yaitu oksida karbon, batu kapur ( CaCO3), batu Karbit (CaC2) dan Soda Kue
(NaHCO3).
A. Tujuan Percobaan
Pengujian adanya unsure C, H, dan O dalam senyawa karbon
B. Alat dan Bahan
1. Gula
2. Kapur
3. Roti
4. Korek api
c. Prosedur Kerja
1. Bakar gula, kapur dan roti
2. Amati warna setelah pembakaran
d. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan kalian
2
H H H
H C C C H CH3- CH2 - CH3
H H H
H H H
C C C H CH2 CH - CH3
H H
c. Ikatan rangkap tiga
H
C C C H CH C- CH3
H H
3
6 C=2 4 8O=2 6
C + O2 CO2
Latihan 1.1
1. Gambarkan struktur lewis dan rumus struktur senyawa beserta jenis ikatannya berikut
ini:
a. C3H8 b. C3H6 c. C3H4 d. C7H16 e. C7H12
2. Tentukan atom C primer, sekunder, tersier dan kurterner berikut:
CH3
a. CH3-CH2-CH2-CH-C-CH3
CH3CH3
CH3
b. CH3-CH-CH2-CH-C-CH3
CH3
4
CH3
c. CH3-CH-CH2-CH-C-CH2-CH-CH3
CH3
B. Penggolongan Hidrokarbon
Alisiklik
• Struktur rantai tertutup
Aromatik
• Struktur rantai tertutup
• Mengandung ikatan rangkap yang letaknya berselang-seling
Jenuh
• Antaratom C berikatan tunggal
Tak Jenuh
• Antaratom C ada yang berikatan rangkap
4. Jika terdapat lebih dari satu rantai cabang yang sama, rantai cabang tersebut
diberi awalan sebagai berikut:
2 = di 5 = penta 8 = okta
3 = tri 6 = heksa 9 = nona
4 = tetra 7 = hepta 10= deka
5. Penulisan urutan gugus alkil berdasarkan abjad.
b. Tata nama alkana bersifat umum ( nama trivial)
1. Untuk rantai karbon yang lurus dan tidak memiliki cabang, diberi awalan
normal atau disingkat n.
2. Jika pada ujung rantai karbon, terdapat cabang metil sehingga membentuk
posisi siku, diberi awalan iso-
CH3 – CH – CH3
CH3 isobutana
CH3 isopentana
6
CH3
Neopentana
CH3 – CH –
CH3
Isopropil
CH3 – CH – CH3 –
CH3
Isobutil
2. Alkena (CnH2n)
Alkena adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua. Senyawa alkena
mempunyai rumus umum : CnH2n
Beberapa nama dan rumus struktur alkena
Latihan 1.2
1. Berilah nama struktur senyawa berikut!
a. CH3 C2H5
CH3
C3H7 C2H5
c. CH3 – C = C – CH3
CH3 CH3
d. CH3 – CH – C = C – CH3
C2H5 C2H5 C2H5
e. CH3 – CH – C ≡ C – CH2 – CH3
CH3
f. CH3 – CH – C ≡ C – CH – CH3
8
C2H5 C2H5
4. Isomer
Senyawa hidrokarbon dapat membentuk isomer (berasal dari bahasa Yunani: iso yang
berarti sama, dan meros yang berarti bagian) artinya senyawa yang memiliki rumus molekul
yang sama (jumlah atom yang sama), tetapi rumus strukturnya berbeda.
Terdapat 4 jenis isomer senyawa hidrokarbon, yaitu:
1. Isomer rangka adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun rangka (bentuk)
atom karbon berbeda.
2. Isomer posisi adalah senyawa dengan rumus molekul dan rumus gugus fungsional sama.
Isomer rangka dan isomer posisi sering juga disebut isomer struktur.
3. Isomer fungsional adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun jenis gugus
fungsionalnya berbeda.
4. Isomer geometri adalah senyawa dengan rumus molekul, gugus fungsional, dan posisi
gugus fungsional sama, namun bentuk geometri (struktur ruang) bereda. Isomer
geometri terdiri atas isomer cis-trans dan isomer optik.
Senyawa alkana hanya memiliki isomer rangka karena golongan alkana tidak memiliki
gugus fungsional. Golongan alkena memiliki semua jenis isomer. Adapun golongan alkuna
memiliki isomer rangka, fungsional, dan posisi. Setiap senyawa yang berisomer memiliki
sifat-sifat fisik dan kimia yang berbeda.
Isomer pada alkana
Isomer pada alkana dimulai dari senyawa butana dan jenis isomernya adalah rangka.
Isomer pada Alkena.
Isomer pada alkena dimulai dari butena, dan jenis isomernya dapat berupa isomer
rangka, posisi, fungsional dan geometri.
Isomer pada Alkuna
Isomer pada alkuna memiliki isomer rangka, posisi dan fungsional.
Latihan. 1.3
2. Tentukan jumlah isomer rangka, posisi, fungsional dan geometri dari senyawa alkena
berikut
a. C4H8
b. C5H10
c. C6H12
3. Tentukan jumlah isomer rangka, posisi dan fungsional dari senyawa alkuna berikut:
a. C4H6
b. C5H8
c. C6H10
Alkana
Sifat fisik alkana
1. Alkana tidak larut dalam air karena merupakan senyawa nonpolar
2. Semakin besar massa molekul relatif alkana, titik leleh dan titik didihnya semakin
tinggi.
3. Dalam satu molekul rantai alkana dengan massa molekul relatif sama, semakin
banyak cabang semakin rendah titik didinya
4. Pada suhu kamar 250C dan tekanan 1 atm, alkana dengan jumlah atom C 1 – C4
berwujud gas, C5 – C7 berwujud cair, dan jumlah atom C18 atau lebih berwujud
padat.
Alkena
Sifat fisik alkena
1. Pada suhu kamar tiga suku pertama alkena berwujud gas. Alkena dengan jumlah
atom C5 – C17 berwujud cair yang tidak bercampur dengan air, dan suku-suku
tinggi alkena (C>17) berwujud padat
2. Mengandung karbon lebih tinggi dibandingkan dengan alkana meskipun jumlah
atom C-nya sama. Oleh karenanya, saat dibakar alkena menghasilkan nyala
berjelaga.
3. Semakin besar massa molekul relatif alkena titik didih dan titik lelehnya semakin
tinggi
Sifat kimia alkena
1. Alkena saat dibakar sempurna menghasilkan gas CO 2 dan H2O.
2. Alkena lebih reaktif dari alkana
3. Mengalami reaksi polimerisasi, yaitu pemecahan rantai ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal.
4. Dapat dioksidasi oleh KmnO4 menghasilkan senyawa glikol.
Alkuna
Sifat fisik alkuna
1. Alkuna rantai pendek berwujud gas, alkuna rantai panjang berwujud cair dan
padat.
2. Kerapatannya kecil
Senyawa hidrokarbon dapat mengalami berbagai jenis reaksi kimia, seperti reaksi oksidasi,
reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, dan reaksi redoks.
1. Reaksi Oksidasi
Resaksi oksidasi yang terjadi pada golongan hidrokarbon merupakan reaksi
pembakaran. Persamaan reaksi sebagai berikut.
CxHy + O2 → CO2(g) + H2O(g)
Reaksi oksidasi lain dapat terjadi pada senyawa golongan alkena, yaitu reaksi dengan
Ozon (O3) pada kondisi juga dengan nama reaksi ozonolisis.
O O
R – CH = CH – R’ + O3 + H2 → R–C + R’ – C + H2O
H H
2. Reaksi substitusi
Substitusi artinya penggantian. Jadi reaksi substitusi adalah reaksi penggantian
atom dengan gugus atom suatu molekul ( senyawa karbon) oleh atom atau gugus atom
yang lain. Misalnya reaksi substitusi dalam pembentukan senyawa haloalkana (alkil
halida). Dalam reaksi substitusi ini, disebut juga reaksi halogenasi. Reaksi halogenasi
senyawa alkna ini menghasilkan haloalkana.
Senyawa haloalkana adalah senyawa yang terbentuk dari hasil substitusi atom hidrogen
pada alkana oleh atom halogen. Secara umum, reaksi pembentukan haloalkana dapat
digambarkan sebagai berikut.
R–H + X–X → R–X + H–X
Alkana Halogen Haloalkana asam Halida
Halogen (X2) yang digunakan harus bersifat reaktif, misalnya F2, Cl2 dan Br2. Iodin
(I2) tidak digunakan dalam reaksi ini karena bersifat kurang reaktif.
Reaksi berikut merupakan contoh reaksi halogenasi dengan klorin (klorinasi) yang
hasilnya merupakan mono, di, tri, dan tetrasubstitusi
.
3. Reaksi Adisi
Adisi artinya penambahan. Pada suatu reaksi adisi, terjadi penambahan jumlah atom
yang diikat oleh atom yang semula berikatan rangkap. Reaksi adisi ini terjadi pada
senyawa yang memiliki ikatan rangkap (dua atau tiga) sehingga senyawa tersebut
berubah menjadi senyawa yang tidak memiliki ikatan rangkap.
a. Reaksi adisi alkena oleh hidrogen
Reaksi adisi oleh hidrogen disebut juga reaksi hidrogenasi.
R – CH = CH – R’ + H2 pt R – CH2 – CH2 – R’
Alkena alkana
b. Reaksi adisi alkuna oleh hidrogen
Reaksinya dapat digambarkan secara umum
R – CH CH – R’ + H2 pt R – CH2 – CH2 – R’
Alkuna alkana
X X
alkena halogen vio-dihalida
d. Reaksi adisi alkena oleh asam halida (HX)
Reaksi adisi oleh asam halida disebut reaksi hidrohalogenasi.
11
H X
Alkena asam halida alkil halida
OH H
4. Reaksi Eliminasi
Reaksi ekiminasi terjadi pada suatu senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap)
sehingga senyawa tersebut berubah menjadi senyawa tak jenuh
( memiliki ikatan rangkap).
–C–C– – C = C – + XY
X Y
Latihan 1.4
1. Tentukan jenis reaksi:
a. C2H6(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g)
b. CH3 – CH = CH2 + H2 → CH3 – CH2 – CH3
c. CH3 – C CH + H2 → CH3 = CH – CH3
d. CH3 – CH3 + Cl2 → CH3 – CH2 – Cl + HCl
2. Tentukan hasil reaksi:
a. CH2 = CH2 + H2 → .....
b. CH3 – CH2 – C C – CH3 + H2 → ....
c. C3H8 + O2 → ....
d. CH3 – CH2 – CH3 + Cl2 → ....
3. Tuliskan reaksi :
a. Adisi senyawa -1- pentena dengan gas hidrogen
b. Adisi senyawa 2-butena dengan gas klorin
c. Adisi senyawa 2-heksena dengan asam klorin
di dalam lumpur dan pasir. Selama jutaan tahun, bangkai hewan tersebut akan melapuk
membentuk fosil dab tertibun di dasar laut. Fosil tersebut mengandung senyawa karbon.
% Volume
Komponen
Minyak Bumi
n – alkana Sikloalkana Isoalkana Aromatik residu
Gas 100 - - - -
Bensin 38 43 20 9 -
Kerosin 23 43 15 19 -
Solar 22 48 9 21 -
Minyak pelumas 16 52 6 24 -
Residu 13 51 1 27 8
F. Membuat Makalah
Latiahan 2.1
1. Jelaskan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam
2. Minyak bumi dan gas alam tersususn dari beberapa senyawa,jelaskan senyawa-senyawa yang
dimaksud
3. Jelaskan proses pengolahan minyak bumi
4. Jelaskan fraksi-fraksi yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi beserta kegunaanya
5. Bensin yan mempunyai bilangan oktan tinggi dapat diperoleh dengan reaksi kimia. Jelaskan
dengan contoh reaksi kimia apa saja yang dapat digunakan untuk menghasilkan bensin bermutu
baik
6. Bensin pertamax dibuat dari campuran 13% n-heptan dan 87 % isooktana. Akan tetapi,bensin
pertamax mempunyai bilangan oktan 94.
a. Apakah yang dimaksud dengan bilangan oktan
b. Apakah perbandingan n-heptan dan isooktan mempengaruhi bilangan oktan bensin
c. Jelaskan yang dimaksud dengan bilangan oktan 94 dari bensin pertamax tersebut
7. Bagaimanakah dampak pembakaran minyak maupun gas alam sebagai bahan bakar.
TERMOKIMIA
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
berubah, artinya entalpi prosuk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (HR). Akibatnya, perubahan
entalpi (∆H), yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp – HR) bertanda positif.
Sebaliknya, pada reaksi eksoterm, sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem
akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu,
perubahan entalpinya bertanda negatif.
Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram
tingkat energi, seperti pada gambar berikut.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan panas. Reaksi eksoterm terjadi jika
entalpi standar zat-zat yang bereaksi lebih besar dari entalpi standar zat-zat hasil reaksi. Sehingga
pada perubahan kimia sebagai energy dibebaskan ke lingkungan.
Reaksi endoterm ialah reaksi yang memerlukan panas. Reaksi endoterm terjadi jika entalpi
standar zat-zat yang bereaksi lebih kecil dari entalpi standar zat-zat hasil reaksi. Jadi untuk perubahan
tersebut zat-zat yang bereaksi memerlukan sejumlah energy agar berubah menjadi zat-zat hasil.
Reaksi endoterm dapat diamati dengan turunya suhu system, atau diperlukannya energy selama
reaksi berlangsung.
Bila system menerima kalor, maka q bertanda positif, dan bila system melepaskan kalor,
maka q bertanda negative. Jika suatu proses kalor berpindah dari lingkungan ke system, maka proses
endoterm. Jika pada suatu proses kalor berpindah dari system ke lingkungan , maka prose situ disebut
proses eksoterm.
Dalam termokimia, kita senantiasa berhadapan dengan reaksi kimia, khususnya tentang energi yang
menyertai reaksi tersebut.
Reaksi atau proses yang sedang Segala sesuatu yang berada di sekitar sistem,
menjadi pusat perhatian kita yaitu dengan apa sistem itu berinteraksi, disebut
disebut sistem. lingkungan.
Contoh:
17
Jika sepotong pita magnesium kita masukkan ke dalam larutan asam klorida. Maka pita magnesium
akan segera larut (bereaksi dengan asam klorida) disertai pembebasan kalor yang menyebabkan gelas
kimia tempat reaksi berlangsung beserta isinya menjadi panas. Campurkan pita magnesium dan larutan HCl
itu kita sebut sistem, sedangkan gelas kimia tempat reaksi itu berlangsung serta udara di sekitarnya kita
sebut lingkungan.
Interaksi antar sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi dan/atau pertukaran energi.
Berkaitan dengan itu sistem dapat dibedakan atas:
Sistem terbuka: sistem yang dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan lingkungan
Sistem tertutup: sistem yang dapat mengalami pertukaran energi tetapi tidak mengalami
pertukaran materi dengan lingkungannya
Sistem terisolasi: tidak dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan lingkungan.
Tanda untuk kalor dan kerja
Selanjutnya, pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor (q) atau
bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w). “Kerja adalah suatu bentuk
pertukaran energi antara sistem dan lingkungan di luar kalor”.
Tanda untuk kalor dan kerja ditetapkan sebagai berikut. Jika energi (kalor atau kerja)
meninggalkan sistem, diberi tanda negatif (-), sebaliknya, jika energi memasuki sistem, diberi tanda
positif (+).
1. Energi Dalam
Energy adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja yang dimiliki oleh suatu zat dan
dapat menyebabkan suatu proses. Energy yang dimiliki suatu benda apabila benda tersebut bergerak
disebut energy kinetik . sedangkan energy yang tersimpan dalam benda yang tertarik atau yang ditolak
oleh benda lain disebut energy potensial karena partikel – partikelnya yang bermuatan listrik. Dengan
demikian, energy total yang terdapat pada suatu benda merupakan jumlah energy kinetic dan energy
potensial.
Dari percobaan yang dilakukan James Prescott Joule dari inggris, disimpulkan bahwa energy tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan , tetapi energy hanya dapat diubah dari sutu bentuk ke bentuk yang
lain pernyataan itu dikenal sebagai Asas Kekekalan Energi.
Setiap zat atau sistem mempunyai energi. Energi yang dimiliki suatu zat atau sistem dapat
digolongkan ke dalam enegi kinetik dan energi potensial.
Nilai energi dalam (E) dari suatu zat tidak dapat diukur. Namun, hal itu tidak menjadi masalah
karena dalam termokimia, kita hanya akan berkepentingan dengan perubahan energi dalam (∆E), yaitu
selisih antara energi-energi dalam produk (EP) dengan energi pereaksi (ER).
18
∆ E = EP - ER
EP = Energi dalam produk/hasil reaksi
ER= energi dalam reaktan/pereaksi
Perubahan energi dalam yang menyertai reaksi adalah ∆E = E1 – E2 . perubahan energi dalam
tersebut akan muncul sebagai kalor dan/atau kerja.
∆E = q (kalor) + w (kerja)
Jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap, ∆V = 0, berarti sistem tidak
melakukan kerja (w=0). Hal itu berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai reaksi
akan muncul sebagai kalor. Jika kalor reaksi pada volume tetap dinyatakan dengan qv.
∆E = qv
Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai reaksi akan muncul sebagai
kalor.
Jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan atmosfer), maka sistem
mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan-volume. Oleh karena itu, kalor reaksi dapat berbeda
dari ∆E. Jika kalor reaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp, maka:
∆E = qp + w atau qp = ∆E - w
Kalor rekai yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat lain dari sistem, yaitu entalpi
yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi (H) juga menyatakan sejumlah energi yang dimiliki
sistem. Sama halnya dengan energi dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi
perubahan entalpi yang menyertai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada
tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi (∆H) sistem.
∆H = qreaksi
Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfir, maka kalor
reaksi biasanya dinyatakan sebagai perubahan entalpi (∆H).
Bagaimana jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap? Dalam hal seperti itu,
maka sistem mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan-volume. Oleh karena itu, kalor reaksi
dapat berbeda dari ∆E , jika kalor pereaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp maka:
∆E = qp + w atau qp = ∆E – w
19
Contoh:
Suatu reaksi mempunyai ∆E = - 100 kJ. Sistem melakukan kerja = -5 kJ, maka jumlah kalor yang
dibebaskan adalah:
qp = ∆E – w
= - 100 kJ – (-5 kJ)
= - 95 kJ
Kalor yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat lain deri sistem, yaitu entalpi
yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi juga menyatakan sejumlah energi yang dimiliki sistem.
Sama halnya dengan energi dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi perubahan
entalpi yang menyartai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan
tetap sama dengan perubahan entalpi (∆H) sistem.
Percobaan :
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Tujuan percobaan :
1. Menjelaskan perbedaan sistem terbuka,sistem
tertutup dan sistem terisolasi
2. Menjelaskan perbedaan reski eksoterm dan reaksi
endoterm
A. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Alat Jumlah
Gelas Kimia 2 Korek api 1
Termos air panas 1 Wadah plastik 1
Penutup gelas 1 Bunsen 1
Bahan :
Air panas
Minyak tanah
Es batu
B. Cara Kerja
Percobaan 1 :
1. Siapkan alat dan bahan
20
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kandungan entalpi standar yang terdapat dalam tiap zat dapat berubah-ubah jika suhunya mengalami
perubahan. Contohnya, jika suatu zat dipanaskan, zat tersebut akan menyerap energy panas lalu suhunya
naik. Untuk memudahkan perhitungan-perhitungan termokimia ditetapkan entalpi standar. Yang dimaksud
dengan entalpi standar adalah perubahan entalpi standar yang diukur pada kondisi standar, yaitu pada
suhu 25oC tekanan 1 atmosfer.
Berdasarkan macam reaksi atau perubahan kimia yang terjadi, maka perubahan entalpi standar reaksi
dibedakan sebagai berikut:
Perubahan entalpi pembentukan adalah perubahan entalpi reaksi pada pembentukan 1 mol senyawa
dari Jika pengukuran dilakukan dalam keadaan standar (298 K, 1 atm) dan semua unsur-unsurnya dalam
bentuk standar, maka perubahan entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (∆H 0f) dinyatakan dalam
kJ. mol-1. Yang dimaksud dengan keadaan standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari
unsur itu pada keadaan standar (298 K, 1 atm).
Contoh:
Tentukan persamaan termokimia untuk reaksi pembentukan NH4Cl bila diketahui
∆H0f NH4Cl = -120kJ/mol.
Jawab:
Reaksi pembentukan, maka NH4Cl disebelah kanan anak panah
Zat-zat disebelah kiri anak panah berupa unsur
Unsur N, H dan Cl adalah unsur diatomik
½ N2(g) + 2H2(g) + ½ Cl2(g) NH4Cl(s)
Contoh:
Jika dikatahui ∆H0f CO2 = -394 kJ/mol, maka persamaan termokimia untuk
pembentukan CO2 adalah ....
Ada beberapa kemungkinan pilihan jawaban, yaitu:
1. CO(g) + ½ O2(g) CO2(g) ∆H= -394 kJ
(penulisan di atas salah, karena CO bukan unsur, tetapi senyawa)
2. C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H= -394 kJ
(penulisan di atas benar, karena C dan O2 adalah unsur)
3. 2C(s) + 2O2(g) 2CO2(g) ∆H= -394 kJ
Penulisan di atas kurang tepat, karena ada 2CO2. Seharusnya harga ∆H adalah kali
2 dari -394 kJ menjadi -788 kJ.
Pada umumnya entalpi pembentukan senyawa bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
senyawa yang bersangkutan lebih stabil dari pada unsur-unsurnya. Entalpi pembentukan unsur dalam
bentuk standarnya, misalnya entalpi pembentukan grafit, ditetapkan sama dengan nol.
Contoh:
Pada pembentukan 22 gram C3H8 (Ar C= 12, H=1) dibebaskan kalor sebesar 75 kJ.
Tuliskan persamaan termokimia pembentukan C3H8!
Jawab:
Banyaknya mol dari 22 gram C3H8 = massa/Mr = 22/44 = 0,5
∆H0f berlaku untuk pembentukan 1 mol zat. Maka:
koef C 3 H 8. 1
∆H0f = x ¿kJ)
mol C 3 H 8 0,5 mol
= -150 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
23
Contoh 1:
Tentukan persamaan termokimia peruraian H 2O apabila diketahui ∆H0f H2O= -285,85 kJ/mol
Jawab:
Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat yang terurai disebelah kiri
anak panah.
H2O(l) H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = +285,85
Contoh 2:
Bila diketahui ∆H0d NH3 = -46 kJ/mol. Berapa kJ yang diperlukan untuk menguraikan 1 gram NH 3 (Mr =
17)
Jawab:
Persamaan termokimia untuk penguraian NH3 adalah:
NH3(g) ½ N2(g) + 3/2 H2(g) ∆H0d= +46 kJ/mol
Besarnya kalor untuk menguraikan 1 gram NH3 adalah:
q= mol x ∆H
massa 1
= x∆H = x 46
Mr 17
= 2,7 kJ
3. Perubahan entalpi pembakaran (∆H0c = Standard Enthalpy of Combustion)
Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur
karbon, hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna
jika:
- Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2
- Hidrogen (H) terbakar sempurna menjadi H2O
- Belerang (S) terbakar semppurna menjadi SO2.
- Senyawa hidrokarbon (CxHy) terbakar sempurna menurut reaksi:
CxHy + O2 CO2 + H2O (belum setara)
Contoh:
Pada pembakaran 570 gr isooktana (C3H18) salah satu komponen yang ada dalam bensin, pada
keadaan standar (STP), dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. hitunglah besarnya ∆H0c dan
tulislah persamaan termokimia pembakaran isooktana tersebut!
Jawab:
massa C 3 H 18 570
Mol isooktana: = = 5 mol
Mr C 3 H 18 114
Untuk 1 mol C3H18 maka ∆H0c = 1/5 x (-27.500) = -5.500 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
24
25
C3H18(l) + O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) ∆H0c = -5.500 kJ/mol
2
5. Entalpi Pelarutan
Entalpi Pelarutan adalah perubahan entalpi (∆H) pada pelarutan 1 mol zat. Satuan ∆H pelarutan
adalah kJ/mol
Contoh : NaOH(s) → Na+ (aq) + OH-(aq) ∆H = -240 kJ/mol
6. Entalpi peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (∆H) pada perubahan 1 mol zat dari bentuk padat
menjadi bentuk cair pada titik leburanya. Satuan ∆H pelarutan adalah kJ/mol
Contoh : NaCl (s) → NaCl(l) ∆H = - 112 kJ/mol
LATIHAN. 2.1
C. Penentuan ∆H Reaksi
Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor juga dapat
menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik sampai tingkat
tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau menguap (jika zat cair). Sebaliknya jika kalor
dilepaskan dari suatu zat, maka suhu zat itu akan turun sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan
mengembun (jika zat gas) atau membeku (jika zat cair). Kita dapat menentukan perubahan jumlah kalor dari
suatu zat, dari perubahan suhu atau perubahan wujud yang dialaminya.
25
Jumlah kalor yang diperlukan untuk menikkan suhu 1 gram zat sebesar 1 0C atau 1 K disebut kalor
jenis. Kalor jenis dinyatakan dalam jaoule per gram per derajat celcius (J.g -1.0C-1) atau joule per gram mer kelvin
(J.g-1.K-1). Sebagai contoh, kalor jenis air adalah 4,18 J.g -1.K-1). Jadi menaikkan suhu 1 gram air sebesar 10C
diperlukan 4,18 J; untuk menaikkan suhu 5 gram air sebesar 2 0C diperlukan 5 x 4,18 x 2 J. Secara umum berlaku
rumus,
q = m . c. ∆t
dengan q = jumlah kalor (dalam joule)
m = massa zat (dalam gram)
∆t = perubahan suhu (takhir – tawal)
c = kalor jenis
Contoh soal:
Berapa joule diperlukan untuk memanaskan 100 gram air dari 25 0C menjadi 1000C? Kalor jenis air = 4,18 J g-
1 -1
K .
Jawab:
q = m . c. ∆t
= 100 g . 4,18 J g-1 K-1 . (100 -25)K
= 31,350 J
= 31,35 kJ
Jumlah kalor yang diperlukan oleh suatu zat atau sistem untuk menaikkan suhu 1 0C atau 1 K
disebut kapasitas kalor (C). Kapasitas kalor dinyatakan dalam joule per derajat celcius (J. 0C-1) atau dalam
Joule per kelvin (J.K-1). Apabila kapasitas kalor diketahui, maka rumus menjadi sebagai berikut:
q = C. ∆t
dengan q = jumlah kalor (dalam joule)
∆t = perubahan suhu (takhir – tawal)
C = kapasitas kalor
Contoh soal:
Sepotong besi mempunyai kapasitas kalor 5,5 J K -1. Brapa jaoule diperlukan untuk memanaskan
besi itu dari 250C hingga 550C?
Jawab:
q = C. ∆t
= 5,5 J K-1 . (55 -25) K
= 165 J
1. KALORIMETRI
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan alat kalorimeter. Proses pengukuran
kalor reaksi disebut kalorimetri. Kalorimetri sederhana ialah mengukur perubahan suhu dari sejumlah tertentu
air atau larutan sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah terisolasi.
Jika suatu reaksi berlangsung secara eksoterm maka kalor sepenuhnya akan diserap oleh larutan di
dalam gelas. Sebaliknya, jika reaksi yang berlangsung tergolong endoterm, maka kalor itu diserap dari larutan
di dalam gelas. Jadi kalor reaksi sama dengam jumlah kalor yang dilepas atau diserap atau yang dilepaskan
larutan di dalam gelas atau dikenal dengan asaz Black (q lepas = qserap) Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan
26
larutan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan suhunya. Karena energi tidak dapat dimusnahkan atau
diciptakan, maka:
qreaksi + qlarutan = 0
atau
qreaksi = - qlarutan
Contoh Soal:
Sebanyak 50 mL (=50 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 27 0C dicampur dengan 50 mL (=50 gram) larutan NaOH 1
M juga bersuhu 270C dalam suatu kalorimeter gelas plastik. Ternyata, suhu campuran naik sampai 33,5 0C. Jika
kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air, yaitu 4,18 J g -1 K-1 tentukanlah perubahan entalpi
reaksi.
Jawab:
Kenaikan suhu menunjukkan bahwa reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH tergolong reaksi eksoterm.
Jumlah kalor yang diserap larutan dihitung dengan rumus
q = m . c. ∆t
Massa larutan (m) = 50 g + 50 g = 100 g
Kalor jenis larutan (c) = 4,18 J g-1 K-1
Kenaikan suhu (∆t) = (33,5 – 27)0C = 6,50C = 6,5 K
qlarutan = m . c. ∆t
= 100 g . 4,18 J g-1 K-1 . 6,5 K
= 2717 J
qreaksi = - qlarutan = -2717 J
kalor di atas menyertai reaksi antara 50 mL HCl 1 M dengan 50 mL larutan NaOH 1 M 50 mL HCl 1 M
mengandung 50 mmol NaOH = 0,05 mol HCl 50 mL NaOH 1 M menganding 50 mmol NaOH = 0,05 mol NaOH
Karena jumlah mol prediksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka campuran adalah ekivalen. ∆H reaksi
harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksi. Jadi, kita harus menghitung jumlah kalor yang akan dibebaskan
jika jumlah HCl dan NaOH yang bereaksi masing-masing 1 mol, sesuai dengan koefisien reaksinya.
1
q(1 mol HCl + 1 mol NaOH) = x -2717 J
0,05
= - 54,340 J
= -54,34 kJ
Jadi ∆H reaksi = qreaksi = -54,34 kJ.
Persamaan termokimianya adalah sebagai berikut;
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -54,34 Kj
Kalorimetri yang lebih teliti adalah yang lebih terisolasi serta memperhitungkan kalor yang diserap
oleh perangkat kalorimeter (wadah, pengaduk, termometer) dalam hal ini kalorimeter bom. Jumlah kalor yang
diserap dibebaskan kalorimeter dapat ditentukan jika kapsitas kalor dari kalorimeter diketahui. Dalam hal ini
jumlah kalor yang dibebaskan/diserap oleh reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap dibebaskan oleh
kalorimeter ditambah dengan jumlah kalor yang diserap/dibebaskan oleh larutan di dalam kalorimeter. Oleh
karena energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan, maka:
qreaksi + qkalorimeter + qlarutan = 0
27
atau
qreaksi = - ( qkalorimeter + qlarutan)
Contoh 1:
Sebanyak 7,5 gram kristal LiOH ditambahkan ke dalam kalorimeter yang berisi 120 gram air. Setelah kristal
LiOH itu larut, ternyata suhu kalorimeter beserta sisanya naik dari 23,25 0C menjadi 34,9 0C. Tentukanlah
entalpi pelarutan LiOH dalam air!
Diketahui kalor jenis larutan = 4,2 J g-1 0C-1, dan kapasitas kalor kalorimeter = 11,7 J 0C-1 (Mr, LiOH=24.)
Jawab:
qreaksi = - ( qkalorimeter + qlarutan)
qlarutan = m . c. ∆t
= (120 + 7,5)g . 4,2 J g-1 0C-1 . (34,9 – 23,25) 0C
= 6238,6 J
qkalorimeter = C . ∆t
= 11,7 J 0C-1 . (34,9 – 23,25)0C
= 136,3 J
Jadi, qreaksi = - (6238,6 + 136,3) J
= - 6374,9 J
Kalor tersebut dibebaskan pada perlarutan pada pelarutan 7,5 gram LiOH.
Pada pelarutan 1 mol LiOH (24 g) akan dibebaskan kalor sebanyak
24 g
x -6374 J = -20399,7 J mol-1
7,5 g
= -20,4 kJ mol-1
Jadi, ∆H pelarutan LiOH = -20,4 kJ mol-1
Contoh 2:
Pada suatu percobaan, 3 L air dipanaskan sehingga suhu air naik dari 25 0C menjadi 720C. Jika diketahui massa
jenis air = 1 g.mL-1, dan kalor jenis air = 4,2 Jg-1 0C-1, tentukan ∆H reaksi pemanasan tersebut.
Jawab:
m
p =
v
m = 1 gr/mL x 3000 mL
= 3000 gr
q= m x c x ∆T
= 3000 x 4,2 x (72 – 25)
= 3000 x 4,2 x 47
= 592200 J
= 592,2 kJ
Contoh 3:
Sebanyak 50 mL (=50 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 27 0C dicampur dengan 50 mL (=50 gram) larutan
NaOH 1 M bersuhu 270C dalam suatu kalorimeter gelas plastik. Ternyata suhu campuran naik sampai
33,50C. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air, yaitu 4,18 J.g -1.K-1, tentukanlah
perubahan entalpi reaksi.
28
qlarutan = m x c x ∆T
= 100 g x 4,18 J.g-1.K-1 x 6,5 K
= 2.717 J
qreaksi = - qlarutan = -2.717 J
kalor di atas menyertai reaksi antara 50 mL HCl 1 M dengan 50 mL larutan NaOH 1 M
jumlah mol HCl, n = V x M = 0,05 L x 1 mol.L-1 = 0,05 mol
jumlah mol NaOH, n = V x M = 0,05 L x 1 mol.L -1 = 0,05 mol
karena jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka campuran adalah ekivalen. ∆H
reaksi harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksi. Jadi kita harus menghitung jumlah kalor yang akan
dibebaskan jika jumlah HCl dan NaOH yang bereaksi masing-masing 1 mol, sesuai dengan koefisien
reaksinya.
koef 1
q(1mol HCl + 1 Mol NaOH) = x−qlarutan x -2,717 J
mol 0,05
= - 54,340 J
= -54.34 kJ
Jadi, ∆Hreaksi = qreaksi = -54,34 kJ
Persamaan termokimianya adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -54,34 Kj
Latihan 2.2
1. Bila 50 ml larutan NaOH 1 M direaksikan dengan 50 ml larutan HCl 1 M ke dalam alat calorimeter
menyebabkan kenaikan suhu pada calorimeter dari 29 oC menjadi 35,5 oC. bila kalor jenis larutan
29
dianggap sama dengan air yaitu 4,2 joule/g oC, maka tentukan harga perubahan entalpi standar
reaksi berikut!
2. Pembakaran 32 gram metana (Mr=16) dalam kalorimeter menyebabkan suhu kalorimeter naik dari
25,5oC. Jika kalorimeter berisis 4 liter air dan massa jenis air = 4,2 J/g oC serta kapasitas kalor
kalorimetr dianggap nol, maka entalpi pembakaran gas metana tersebut adalah...
3. Data hasil percobaan reaksi 25 ml larutan HCl 1 M dengan 25 ml larutan NaOH 1 M, menunjukkan
kenaikan suhu dari 30oC menjadi 36,5oC. jika larutan dianggap sama dengan air, kalor jenis air = 4,2
J/g K dan massa jenis air = 1 gram /cm.
Untuk reaksi : NaOH (aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H 2O(l)
Perubahan entalpi adalah ….
4. Pembakaran 1,01 gram sukrosa (C12H22O11) dalam kalorimeter bom menyebabkan suhu air
meningkat dari 28,33 oC menjadi 49,92 oC. Jika diketahui kalorimeter berisi 980,0 g air, kapasitas
kalor kalorimeter 785 J/oC, dan Mr sukrosa 342, kalor pembakaran sukrosa adalah...
5. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 735 gram air dari 30 oC menjadi 76 oC adalah....
(kalor jenis air – 4,18 J/g K)
6. Dari suatu reaksi kimia dibebaskan kalor 8,4 kJ. Jika kalor ini digunakan untuk memanaskan 100 mL
air, suhu air naik sebesar .... (kalor jenis air = 4,2 J/g oC)
7. Dalam calorimeter terjadi reaksi antara 150 mL NaOH 0,1 M dengan 250 mL HCl 0,4 M. suhu kedua
larutan sebelum reaksi adalah 17oC dan sesudah reaksi menjadi 38oC. jika kapasitas panas
kalorimetri 130 kal/goC dan kalor jenis air dalam calorimeter 1 kal/g oC, tentukan kalor reaksi total
yang di butuhkan untuk reaksi kedua larutan tersebut dalam Kj
AYO BERHITUNG.......
30
Jika 50 mL larutan NaOH 1 M,direaksikan dengan 50 mL larutan HCl 1 M. Jika larutan dianggap sama
dengan air,kalor jenis 4,2 J/g.K dan ρ air = 1 gr/cm3. Hitunglah :
a. Perubahan entalphi (ΔH) per mol H2O yang terbentuk dalam reaksi
b. Tuliskan persamaan termokimianya
Masalah Hipotesis
Bagaimana menentukan perubahan
entalphi jika nilai ΔT tidak diketahui
Berdasarkan permasalahan yang telah anda buat dan hipotesis yang anda berikan.mari
kita lakukan percobaan berikut :
2. Hukum Hess
Hukum Hess berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dilangsungkan menurut dua atau lebih cara
(lintasan). Contohnya yaitu reaksi antara karbon (grafit) dengan oksigen membetuk karbon diokasida.
Misalkan kita mempunyai 1 mol karbon dan 1 mol oksigen. Kedua zat ini dapat bereaksi membentuk 1
mol karbon diokasida. Reaksinya dapat dilangsungkan menurut dua cara sebagai berikut.
Cara 1: Reaksi 1 tahap
Satu mol karbon direaksikan dengan 1 mol oksigen, sehingga membentuk 1 mol karbon dioksida.
C(s) + O2(g) CO2(g)
Cara 2: Reaksi dua tahap
Tahap 1: Satu mol karbon direaksikan dengan ½ mol oksigen (setengah mol oksigen masih tersisa)
sehingga membentuk 1 mol karbon monoksida.
C(s) + ½ O2(g) CO(g)
Tahap 2: gas karbon monoksida yang terbentuk pada tahap-1 direaksikan dengan ½ mol oksigen yang
tersisa, sehingga membentuk 1 mol karbon dioksida.
CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
Jika tahap-1 dan tahap-2 menurut cara yang kedua ini dijumlahkan, ternyata hasilnya sama dengan
Cara-1, yaitu reaksi 1 mol karbon dengan 1 mol oksigen membentuk 1 mol karbon dioksida.
Tahap-1:C(s) + ½O2(g) CO(g)
Tahap-2:CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
C(s) + O2(g) CO2(g) +
Pada tahun 1940, Hendri Hess menemukan bahwa kalor reaksi dari kedua cara di atas adalah sama.
Cara 1:
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394 kJ ....................(1)
Cara-2:
Tahap-1: C(s) + ½O2(g) CO(g) ∆H = -111 kJ .........(2)
Tahap-2: CO(g) + ½ O2(g) CO2(g) ∆H = -283 kJ .........(3)
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394 kJ +
3. ∆H = - 788 kJ
2C(grafit) + 2O2(g) 2CO2(g)
4.
5. Lintasan-1
Keadaan Keadaan akhir
6. awal
7.
8. ∆H = -222 kJ
9. Gambar diagram siklus pembakaran karbon2CO (g) + Odua
menurut
∆H = - 566 kJ
2(g) lintasan. Lintasan-1 langsung membentuk
10. CO2. Lintasan-2 membentuk CO, kemudian CO2. ∆H reaksi tak bergantung pada lintasan.
11. Lintasan-2
12.
∆H1 = ∆H2 + ∆H3
13.
32
Gambar diagram siklus pembakaran karbon menurut dua lintasan. Lintasan-1 langsung
membentuk CO2. Lintasan-2 membentuk CO, kemudian CO2. ∆H reaksi tak bergantung pada lintasan.
H Keadaan awal
2C(grafit) + 2O2(g)
0
-222
2CO(g) + O2(g)
∆H3= -566
kJ
-788 2CO2(g) Keadaan akhir
Gambar Diagram tingkat energi reaksi pembakaran karbon membentuk CO2 menurut dua
lintasan. Lintasan-1 (tanda ): langsung membentuk CO 2. Lintasan-2 (tanda ): mula-mula
membentuk CO, kemudian CO2.
∆H1 = ∆H2 + ∆H3
Hess menyimpulkan penemuannya dalam suatu hukum yang kita kenal sebagai hukum Hess:
“kalor reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, tidak pada lintasan”. Dengan kata
lain kalor reaksi total sama dengan jumlah kalor tahap-tahap reaksinya. Hukum Hess disebut juga dengan
hukum penjumlahan kalor. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus dan diagram tingkat
energi. Berdasarkan hukum Hess, kalor reaksi dapat ditentukan secara tidak langsung, atrinya tidak melalui
suatu percobaan, tetapi dari kalor reaksi-reaksi lain yang berhubungan. Caranya dengan menyusun reaksi-
reaksi yang telah diketahui perubahan entalpinya, sehingga penjumlahannya sama dengan reaksi yang akan
ditentukan perubahan entalpinya. Dalam hal ini, “menyusun” dapat berarti mengalihkan koefisien atau
membelik arah reaksinya.
Contoh Soal:
Diketahui:
1. H2(g) + F2(g) 2HF(g) ∆H = -537 kJ
2. C(s) + 2F2(g) CF4(g) ∆H = -680 kJ
3. 2C(s) + 2H2(g) C2H4(g) ∆H = +52,3 kJ
Tentukan entalpi reaksi:
4. C2H4(g) + 6F2(g) 2CF4(g) + 4HF(g) ∆H = ?
Jawab:
33
Perubahan entalpi reaksi (4) dapat ditentukan dengan menyusun reaksi (1), (2), dan (3), sehingga
penjumlahannya sama dengan reaksi (4) tersebut.
Reaksi (1) : acuannya adalah HF. Oleh karena koefisien CF4 pada reaksi 4 adalah 4, maka koefisien reaksi (1)
harus dikali dua.
Reaksi (1) disusun menjadi: 2H2(g) + 2F2(g) 4HF(g) ∆H = -1074 kJ
Reaksi (2): acuannya adalah CF4. Oleh karena koefisien CF4 pada reaksi (4) adalah 2, maka koefisien reaksi
(2) harus dikali dua.
Reaksi (2) disusun menjadi: 2C(s) + 4F2(g) 2CF4(g) ∆H = -1360 kJ
Reaksi (3): Acuannya adalah C2H4. Koefisien C2H4 pada reaksi (3) dan reaksi (4) sudah sama, tetapi reaksi
(3) perlu dibalik, sehingga C2H4 berada di ruas kiri.
Reaksi (3) disusun menjadi: C2H4(g) 2C(s) + 2H2(g) ∆H = - 52,3 kJ
LATIHAN 2.3
1. Diketahui reaksi :
S(s) + O2(g) SO2(g) ∆H = -300 kJ (reaksi 1)
2SO2 (g) + O2(g) 2SO3(g) ∆H = -190 kJ (reaksi 2)
Hitunglah ∆H pada reaksi 2S(s) + 3 O2(g) 2SO3(g)
2. Berdasarkan data :
2Fe(s) + 3/2O2(g) Fe2O3(g) ∆H = -840 kJ
2Al(s) + 3/2O2(g) Al2O3 (s) ∆H = - 1.680 kJ
Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe 2O3(s) 2Fe(s) + Al2O3 (s)
3. H2O(l) H2 (g) + ½ O 2 (g) ∆H = +68,3 kJ
H2(g) + ½ O2 (g) H2O(g) ∆H = -57,8 kJ
H2O(l) H2O(s) ∆H = -1,4 kJ
Perubahan entalpi dari es menjadi uap adalah ……
4. Bila kalor pembakaran asetilen pada reaksi:
C2H2(g) + 2½O2(g) 2CO2(g) + H2O(g) ialah ∆H = a kkal/mol
Sedangkan kalor pembentukan : CO2(g) = b kkal/mol dan H2O(l) = c kkal/mol. Menurut hukum Hess,
jadi kalor pembentukan asetilen ialah….
5. Jika diketahui :
MO2 + CO MO + CO2 ∆H = -20 kJ
M3O4 + CO 3 MO + CO2 ∆H = +6 kJ
3M2O3 + CO 2M3O4 + CO2 ∆H = -12 kJ
Maka nilai ∆H, dalam kJ bagi reaksi:
2MO2 + CO M2O3 + CO2 adalah….
6. Siklus suatu reaksi ditujukan dengan diagram berikut
∆H1 = ...
A B
∆H2=120kJ ∆H4=60 kJ
∆H3=45 kJ
34
C D
Berdasarkan siklus di atas, harga ∆H1 adalah...
B C
∆H2=-b
-242
H2O (g)
-285
H2O (l)
Berdasarkan diagram tingkat energi di atas, pada penguapan 2 mol air dari tubuh dibebaskan
energi sebesar...
10. Perhatikan digram tingkat energi berikut!
∆H (kJ)
0
Zn + S
-983
ZnSO4
35
Contoh soal:
Diketahui entalpi pembentukan metanol, CH4O(l) = -238,6 kJ.mol-1; CO2(g) = -393,5 kJ mol-1; dan H2O(l) = -286
kJ mol-1.
a. Tentukan entalpi pembakaran metanol membentuk gas CO 2(g) dan air.
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembekaran 8 gram metanol. (Ar H = 1; C = 12; O=16)
Jawab:
Reaksi pembakaran metanol adalah sebagai berikut.
1
CH4O(l) + 1 O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) ∆H = ?
2
1
a. ∆H0 = [∆H0f CO2(g) + 2 x ∆H0f H2O(l)] – [∆H0f CH4O(l) + 1 x ∆H0f O2(g)]
2
1
= [-393,5 kJ + 2 x (-286 kJ)] – [-238,6 kJ + 1 x o kJ
2
= -726,9 kJ
Jadi, entalpi pembakaran metanol, CH 4O(l) = -726,9 kJ mol-1
8
b. 8 gram CH4O = mol = 0,25 mol.
32
Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram CH 4O:
= 0,25 mol x 726,9 kJ mol-1 = 181,725 Kj
Latihan 2.3
1. Jika diketahui ∆Hfo C H4(g) = -75 kJ/mol, ∆Hfo CO2(g)= -394 kJ/mol, dan ∆Hfo H2O(l) = -286 kJ/mol,
hitunglah ∆H reaksi pembakaran CH4(g)!
2. Diketahui reaksi:
C2H5OH(l) + 3O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
Jika ∆Hf CO2 = -399 kJ/mol, ∆Hfo H2O = -285,6 kJ/mol dan ∆Hfo C2H5OH = -277kJ/mol, maka ∆H reaksi
o
5. Entalpi pembentukan PbO2 dan Pb3O4 masing-masing -66 kkal dan -174 kkal. Pada perubahan 478 gram
PbO2 (Ar Pb = 207, O=16) menjadi Pb3O4 menurut reaksi
3PbO2 Pb3O4 + O2 yang terjadi adalah…..
H
Selain itu, ikatan C-H juga terdapat dalam berbagai molekul, misalnya dalam C 2H6, CH3OH, dan
CH3COOH. Kekuatan ikatan C-H dalam berbagai macam senyawa tersebut tentu berbeda satu dengan yang
lainnya.
37
H – H 436 C – O 350
H – C 415 C = O 741
H – N 390 C – Cl 330
H – F 569 N ≡ N 946
H – Cl 432 O = O 498
H – Br 370 F – F 160
C – C 345 Cl – Cl 243
C = C 611 I – I 150
C – Br 275 Br – Br 190
C ≡ C 837 C ≡ N 891
O – H 464 C – N 292
Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam dua tahap, yaitu:
I. Pemutusan ikatan pada pereaksi
II. Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, reaksi gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida dapat digambarkan
sebagai berikut.
I
II
2H(g) + 2Cl(g)
38
Sesuai dengan hukum Hess, oerubahan entalpi reaksi (∆H) gas hidrogen dan gas klorin sama
dengan ∆H tahap-1 + ∆H tahap-II. Adapun ∆H tahap-1 = ∑ energi ikatan pada pereaksi (yang terputus),
sedangkan ∆H tahap-II = ∑ energi ikatan pada produk (yang terbentuk). Oleh karena itu, ∆H reaksi = ∑
energi ikatan pada pereaksi (ikatan yang putus) dikurangi dengan ∑ energi ikatan pada produk (ikatan yang
terbentuk).
∆H0 = ∑ Eikatan yg putus - ∑ Eikatan yg terbentuk
Entalpi reaksi yang dihitung berdasarkan data energi ikatan rata-rata sering berbeda dari entalpi
reaksi yang dihitung berdasarkan data entalpi pembentukan standar. Dalam hal ini harga yang lebih besar
adalah entalpi yang dihitung berdasarkan data entalpi pembentukan. Perbedaan tersebut terjadi karena
energi ikatan yang terdapat dalam data adalah energi ikatan rata-rata.
Latihan. 2.4
Untuk soal no. 1 s.d. 8 gunakan data energi ikatan pada Tabel 3.2!
1. Tentukan ∆H reaksi gas C2H4 dengan H2 menjadi gas C2H6!
2. Tentukan ∆H untuk reaksi
39
TUGAS RUMAH
A. 14,4 kJ D. -288 kJ
B. -14,4 kJ E. -576 kJ
C. 288 kJ
6. Diketahui ∆H pembakaran dari berbagai bahan bakar
Etana (C2H6) = -1821,50 kJ mol-1
Propana (C3H8) = -2217,30 kJ mol-1
Hidrogen (H2) = -242,00 kJ mol-1
Karbon disulfida (CS2) = -1075,40 kJ mol-1
Etanol (C2H4OH) = -1364,00 kJ mol-1
Untuk setiap 2 gram bahan bakar di atas, yang menghasilkan kalor paling
besar adalah . . . .
A. etana
B. propana
C. hidrogen
D. karbon disulfida
E. etanol
7. Jika energi ikatan rata-rata sebagai berikut.
C = C = 146 kkal
C – C = 83 kkal
C – H = 99 kkal
C – Cl = 79 kkal
H – Cl = 103 kkal
Maka perubahan entalpi pada adisi 117,6 gram etena dengan asam klorida
menurut persamaan reaksi: H2C = CH2 + HCl →H3C – CH2 – Cl sebesar . . . .
A. -2142 kJ mol–1 D. +50,4 kJ mol–1
–1
B. -305,76 kJ mol E. +21,42 kJ mol–1
–1
C. -50,4 kJ mol
8. Diagram entalpi tahap-tahap reaksi pembakaran belerang adalah sebagai
berikut.
2S(s) + 3O2(g)
-790,4 kJ mol–1
2SO2(s) + O2(g)
-196,6 kJ mol–1
2SO3(g)
Dari diagram perubahan entalpi disamping, maka ∆Hf untuk reaksi:
S(s) + O2(g) →SO2(g) adalah . . . .
A. 296,9 kJ mol-1
B. -296,9 kJ mol-1
C. 593,8 kJ mol-1
D. -593,8 kJ mol-1
E. 987,0 kJ mol-1
9. Untuk menaikkan suhu 100 gram air sebanyak XoC diperlukan energi 21 kJ, maka X sama dengan . .
(kalor jenis air = 4,2 J g–1 oC–1).
A. 50 oC D. 10 oC
o
B. 25 C E. 5 oC
o
C. 15 C
10. Pembakaran sempurna gas metana ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut:
CH4 + 2O2 →CO2 + 2H2O ∆H = -840 kJ
Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 25 o C maka
volum air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah . . . . (ArC = 12 H = 1; c = 4,2 J/g oC).
A. 2,7 L C. 5,0 L D. 12,0 L
B. 4,0 L D. 8,0 L
41
Tujuan : Menentukan perubahan entalpi pada reaksi antara larutan natrium hidroksida dengan
larutan asam klorida yang menghasilkan 1 mol air.
Cara Kerja :
Hasil Pengamatan :
Analisis Data :
Catatan :
LAJU REAKSI
A. Konsentrasi Larutan
Dalam melakukan percobaan di laboratorium, seringkali reaksi yang dilakukan dalam bentuk larutan.
Satuan konsentrasi larutan yang umum digunakan adalah molaritas (M). Larutan dengan konsentrasi 1 M
artinya di dalam 1 L larutan tersebut terdapat 1 mol zat terlarut. Secara matematis, hubungan antara molaritas
dengan mol dan volum larutan ditulis sebagai berikut.
Pengenceran larutan
Di laboratorium larutan yang berasal dari pabriknya, biasanya dalam konsentrasi tinggi, misalnya
asam klorida 12 M, dan asam asetat 17 M. Reaksi-reaksi kimia biasanya dilakukan pada konsentrasi larutan
yang rendah misalnya 1 M atau 0,1 M. Untuk keperluan tersebut, larutan yang pekat harus
diencerkan dahulu dengan menambahkan air. Di dalam pengenceran larutan, jumlah mol zat pada larutan
pekat sama dengan larutan encer, hanya volum larutannya yang berubah.
Jumlah mol zat terlarut dapat dihitung dengan mengalikan volum (V) dengan molaritas larutan.
V1M1 = V2 M2
LATIHAN
1. 0,02 mol HCl dimasukkan ke dalam air hingga volumnya menjadi 250 mL. Tentukan konsentrasi HCl
dalam larutan tersebut!
2. Untuk mendapatkan larutan Na2S2O3 2 M sebanyak 250 mL, berapa gram
Na2S2O3 yang dibutuhkan (Ar Na = 23, S = 32, O = 16)!
44
3. Tentukan molaritas larutan, jika 2 gram NaOH dilarutkan dalam air sampai
volum 500 mL!
4. Tentukan konsentrasi larutan yang terjadi jika kedalam 10 mL Na 2S2O3 0,5 M ditambah 10 mL air!
5. Berapa volum air yang harus kita tambahkan pada 50 mL larutan 0,5 M KOH, agar kita memperoleh
larutan KOH dengan konsentrasi 0,1M?
6. Tentukan konsentrasi larutan jika ke dalam 10 mL larutan HCl 2 M ditambahkan air 30 mL!
Masih ingatkah kalian dengan persamaan reaksi? Persamaan reaksi terdiri atas reaktan dan produk. Reaksi
berjalan mulai dari reaktan menuju produk. Reaktan terletak di sebelah kiri anak panah, sedangkan produk
terletak di sebelah kanan. Dalam hal ini jika diandaikan reaksi berjalan terus, maka secara logika terlihat
jumlah molaritas reaktan akan semakin berkurang, sedangkan jumlah molaritas produk akan semakin
bertambah. Karena dalam reaksi tidak ada jarak yang harus ditempuh, maka jumlah molaritas reaktan
berkurang setiap saat atau jumlah molaritas produk bertambah setiap saat. Hal ini dapat dianalogikan sebagai
jarak yang ditempuh. Dengan analogi tersebut, maka kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai
“kecepatan berkurangnya molaritas reaktan tiap satuan waktu”. Atau
jika ditinjau dari produk kecepatan reaksi dapat didefinisikan
sebagai “kecepatan bertambahnya molaritas produk tiap satuan
waktu”.
Satuan waktu yang digunakan adalah detik dan dapat disingkat det. Tanda minus pada persamaan pertama
perlu diberikan, karena setiap saat molaritas reaktan berkurang. Jika molaritas reaktan berkurang, maka selisih
(∆) menjadi negatif, sedangkan kecepatan reaksi tidak mungkin berharga negatif. Simbol [ ] merupakan symbol
molaritas zat dengan satuan molar dan disimbolkan M. Laju reaksi disimbolkan dengan r yang artinya rate
reaction.
latihan :
Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan
melalui percobaan. Tingkat reaksi total adalah jumlah tingkat reaksi
untuk setiap pereaksi.
Orde reaksi menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan perubahan laju reaksi.
Hubungan antara kedua besaran ini dapat dinyatakan dengan
grafik orde reaksi.
• Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi.
r r=k
[Pereaksi]
• Pada reaksi orde satu, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi.
Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih
cepat dari semula, dst.
r = k[pereaksi] 1
[pereaksi]
• Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaski akan sebanding dengan kenaikan
konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali,
maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari semula.
r = k [pereaksi]2
46
[pereaksi]
1. Konsentrasi
Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul
dalam setiap satuan luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi
berlangsung semakin cepat.
Semakin besar konsentrasi pereaksi, laju reaksinya semakin cepat
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang
terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk
serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan berbentuk
lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan akan
semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Semakin luas permukaan bidang sentuh, laju reaksi semakin cepat
3. Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi gerak (kinetik) partikel
ikut meningkat sehingga makin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi
(Ea). Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah jika suhunya
berubah. Berdasarkan hasil percobaan, laju reaksi akan menjadi 2 kali lebih besar untuk setiap kenaikan
suhu 10oC.
Semakin tinggi suhu reaksi, laju reaksi semakin cepat.
r2 = A∆T/b x r1 t 2 = 1/r2 x t1
4. Pengaruh Katalis
Reaksi-reaksi kimia di dalam proses pembuatan suatu produk misalnya gas amonia harus dilakukan
dengan laju reaksi yang tinggi untuk mendapatkan produk yang banyak dalam waktu singkat. Dengan
cara meningkatkan suhu ternyata memerlukan biaya tinggi dan kadang-kadang produk tidak tahan
suhu tinggi. Alternatif lain yaitu dengan memberikan katalis.
Penambahan katalis reaksi akan semakin cepat
Berdasarkan fasenya katalis terdiri dari katalis homogen dan katalis heterogen
47
a. Katalis Homogen
Katalis homogen yaitu katalis yang mempunyai fase sama dengan fase zat pereaksi.
Contoh:
1) Ion Fe3+ sebagai katalis pada reaksi oksidasi ion I– dan S2O82–.
2) Gas NO sebagai katalis pada reaksi di udara.
b. Katalis Heterogen
Katalis heterogen yaitu katalis yang mempunyai fase berbeda dengan fase zat pereaksi.
Contoh:
1) Pt atau Ni yang berwujud padat dapat mengkatalisis reaksi adisi etena dengan gas H2.
C2H4(g) + H2(g) Ni C2H6(g)
2) Pt sebagai katalis pada penguraian gas HI.
2 HI(g) Pt H2(g) + I2(g)
c. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis. Contohnya reaksi kalium
permanganat dan asam oksalat dalam suasana asam akan menghasilkan ion Mn 2+. Ion Mn2+ yang
dihasilkan akan mempercepat reaksi tersebut maka ion Mn 2+ disebut autokatalis. Untuk mempelajari
bagaimana cara kerja katalis dalam suatu reaksi dapat dijelaskan dengan teori tumbukan.
Disamping itu, ada beberapa zat yang dapat memperlambat suatu reaksi. Zat tersebut dinamakan
antikatalis, karena sifatnya berlawanan dengan katalis.
• Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang memperlambat atau menghentikan jalannya reaksi.
Contoh:
SnCl2 bersifat inhibitor pada reaksi :
H2SO3 + udara H2SO4
• Racun katalis
Racun katalis adalah zat yang dalam jumlah sedikit dapat menghambat kerja katalis.
Contoh:
CO2,CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
Telah diketahui bahwa laju reaksi akan meningkat secara tajam dengan naiknya suhu. Jika reaksi
tertentu tidak cukup cepat pada suhu normal, kita dapat mempercepat lajunya dengan meningkatkan suhu
reaksi. Namun demikian, terkadang upaya ini tidak layak dilakukan. Misalnya, sel mahluk hidup dirancang
untuk beroperasi pada suhu sekitar 37oC. Akan tetapi, banyak reaksi biokimia dalam tubuh yang akan
berlangsung terlalu lambat pada suhu ini bila tidak ada campur tangan zat lain. Dalam tubuh kita, berbagai
proses biokimia dipercepat oleh katalis yang disebut enzim (biokatalis). Enzim-enzim ini selalu bekerja secara
spesifik; suatu reaksi hanya dapat dipercepat oleh enzim tertentu, ibarat lubang kunci dengan anak kuncinya.
Enzim membentuk kompleks dengan substrat (zat yang akan dipercepat reaksinya), lalu kompleks itu terurai
menghasilkan zat yang diinginkan, sedangkan enzim dikembalikan lagi ke bentuknya semula.
Contoh:
• Enzim oksidase mempercepat reaksi oksidasi
• Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui reaksi hidrolisis.
Dalam proses industri, penggunaan suhu yang lebih tinggi untuk mempercepat reaksi seperti proses
Haber untuk sintesis ammonia bisa saja dilakukan, akan tetapi biaya operasionalnya akan menjadi sangat
mahal. Di dalam indutsri kimia, meningkatkan suhu berarti menambah biaya untuk pasokan energi. Oleh
karena itu, diperlukan suatu zat yang mampu mempercepat reaksi tanpa harus meningkatkan suhu atau
tekanan sehingga biaya produksi menjadi lebih murah. Zat tersebut adalah katalis.
48
Latihan
Tentukan:
1) orde reaksi,
2) persamaan laju reaksi,
3) tetapan laju reaksi.
2. Dari suatu eksperimen reaksi:
H2 + NO → H2O +1/2N2 pada 300 oC diperoleh data sebagai berikut:
Tentukan:
1) orde reaksi,
2) orde total
3) persamaan laju reaksi,
4) tetapan laju reaksi (k)
5) tentukan laju reaksi, jika [H2] dan [NO] adalah 0,1 M
3. Pada temperatur 273°C, gas brom dapat bereaksi dengan nitrogen monoksida menurut persamaan reaksi:
2 NO(g) + Br2(g) → 2 NOBr(g)
Data hasil eksperimen dari reaksi itu adalah sebagai berikut:
Perc. [NO] mol/L [Br2] mol/l Laju reaksi (mol/Ldet)
1 0,1 0,05 6
2 0,1 0,10 12
3 0,1 0,20 24
4 0,2 0,05 24
5 0,3 0,05 54
Tentukan:
1) orde reaksi
2) orde total
3) persamaan laju reaksi
4) tetapan laju reaksi (k)
49
KESETIMBANGAN KIMIA
Reaksi-reaksi yang dilakukan di laboratorium pada umumnya berlangsung satu arah. Tetapi ada juga reaksi
yang dapat berlangsung dua arah atau dapat balik. Reaksi searah disebut juga reaksi irreversibel. Reaksi dapat
balik atau dapat berubah lagi menjadi zat-zat semula disebut juga reaksi reversibel. Reaksi dapat balik yang
terjadi dalam satu sistem dan laju reaksi ke arah hasil atau sebaliknya sama disebut reaksi dalam keadaan
setimbang atau reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan banyak terjadi pada reaksi-reaksi dalam wujud
gas. Sistem yang termasuk reaksi kesetimbangan disebut system kesetimbangan.
A. Reaksi Kesetimbangan
Sebelum mempelajari reaksi kesetimbangan, kita perhatikan dulu contoh reaksi searah dan reaksi dapat balik.
Contoh reaksi searah yaitu reaksi antara batu pualam dengan asam klorida dengan reaksi: CaCO 3(s) + 2 HCl(aq)
→ CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l). Kalau kita reaksikan lagi hasil reaksi tersebut tidak akan kembali lagi. Reaksi ini
disebut juga reaksi berkesudahan. Contoh reaksi dapat balik yaitu pemanasan kristal tembaga(II) sulfat hidrat.
Kristal tembaga(II) sulfat hidrat berwarna biru jika dipanaskan akan berubah menjadi tembaga(II) sulfat
berwarna putih. Jika pada tembaga (II) sulfat diteteskan air maka akan berubah lagi menjadi tembaga(II) sulfat
hidrat. Reaksinya ditulis sebagai berikut.
CuSO4.5 H2O(s) → CuSO4(s) + 5 H2O(g)
biru putih
CuSO4(s) + 5 H2O(l) →CuSO4.5 H2O(s)
putih biru
Reaksi yang dapat balik, dapat ditulis dengan tanda panah yang berlawanan,( ). Persamaan reaksi di atas
dapat ditulis:
CuSO4.5 H2O(s) CuSO4(s) + 5 H2O(l)
Setelah mempelajari reaksi searah dan reaksi dapat balik, sekarang kita pelajari reaksi kesetimbangan.
Ciri-ciri keadaan setimbang dinamis adalah sebagai berikut.
1. Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan.
2. Terjadi pada ruangan tertutup, suhu, dan tekanan tetap.
3. Laju reaksi ke arah hasil reaksi dan ke arah pereaksi sama.
4. Tidak terjadi perubahan makroskopis, yaitu perubahan yang dapat diukur atau dilihat, tetapi peruahan
mikroskopis (perubahan tingkat partikel) tetapberlangsung.
5. Setiap komponen tetap ada.
Reaksi kesetimbangan dinamis yaitu reaksi yang berlangsung terus-menerus
50
dengan arah yang berlawanan dan kecepatan yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh reaksi
kesetimbangan dinamis dapat dilihat pada permainan sirkus. Pada permainan sirkus, ada seekor burung yang
mencoba berjalan pada roda yang berputar. Burung berjalan ke kiri, sedangkan roda berputar ke kanan. Jika
kecepatan roda ke kanan sama dengan kecepatan burung berjalan, maka posisi burung itu akan tetap dan
kelihatan diam. Kejadian itu disebut keadaan setimbang dinamis sebab burung kelihatan diam padahal kakinya
berjalan terus dengan arah yang berlawanan dengan
roda berputar.
Berdasarkan wujud zatnya reaksi kesetimbangan dikelompokkan menjadi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen.
1. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennya mempunyai wujud yang sama.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas gas-gas
2 SO2(g) + O2(g) 2 SO3(g)
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas ion-ion
Fe3+(aq) + SCN–(aq) Fe(SCN)2+(aq)
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat berwujud cair
CH3COOH(l) + CH3CH2OH(l) CH3COOCH2CH3(l) + H2O(l)
2. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennyaterdiri atas zat-zat dengan wujud
yang berbeda.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat cair, gas, dan larutan
Reaksi: CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat dan gas
C(s) + 2 N2O(g) CO2(g) + 2 N2(g)
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat, cair, dan gas
ICI(l) + Cl2(g) ICl3(g)
Kalau ada pengaruh dari luar, sistem kesetimbangan akan terganggu. Untuk mengurangi pengaruh
perubahan, sistem kesetimbangan akan mengadakan aksi misalnya terjadi lagi reaksi-reaksi di antara
komponennya atau terjadi penguraian dari satu komponen, sehingga pengaruh tersebut akan berkurang.
Henry Louis Le Chatelier, ahli kimia Prancis (1852 – 1911) mengemukakan suatu pernyataan mengenai
perubahan yang terjadi pada sistem kesetimbangan jika ada pengaruh dari luar.
Pernyataan ini dikenal sebagai Azas Le Chatelier yang berbunyi:
Jika suatu sistem kesetimbangan menerima suatu aksi maka sistem tersebut akan mengadakan reaksi,
sehingga pengaruh aksi menjadi sekecil-kecilnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem kesetimbangan adalah perubahan suhu, perubahan
konsentrasi, perubahan tekanan, dan perubahan volum.
• Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponen ditambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang berlawanan.
• Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponennya dikurangi , kesetimbangan akan bergeser ke
arah komponen tersebut.
• Jika tekanan diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen yang jumlah molnya lebih kecil.
• Jika tekanan diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen yang jumlah molnya lebih besar
Pengenceran pada kesetimbangan ini mengakibatkan warna merah berkurang atau kesetimbangan
bergeser ke arah ion Fe2+ dan SCN–. Pengenceran pada larutan menyebabkan volum menjadi besar, maka
untuk kesetimbangan yang jumlah mol atau jumlah partikel pereaksi dan hasil reaksinya
berbeda,kesetimbangan akanbergeser ke arah partikel yang jumlahnya lebih besar
Latihan!
1. Kearah mana reaksi akan bergeser jika volume dan tekanan di perbesar ?
a. SO3 (g) → SO2 (g) + 1/2O2 (g) ∆H= -123 Kj/mol
b. NH4OH → NH3 + H2O ∆H = + 254 Kj/mol
2. Jika reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O kearah mana reaksi akan bergeser jika:
a. Konsentrasi HCl di tambahkan 0,5 M
b. Konsentrasi NaOH dikurangi 0,2 M
3. Apa yang akan terjadi pada kesetimbangan berikut jika tekanan diperbesar?
a. H2(g) + Cl2(g) ↔ HCl(g) c. PCl3(g) + Cl2(g) ↔ PCl5(g)
b. SO2(g) + O2(g) ↔ SO3(g) d. C(s) + CO2(g) ↔ CO(g)
52
4. Zat apa yang akan bertambah pada kesetimbangan berikut jika volum diperbesar?
a. CH4(g) + H2S(g) ↔ CS2(g) + H2(g)
b. N2(g) + H2(g) ↔ NH3(g)
c. CO(g) + H2(g) ↔ CH3OH(g)
d. NO2(g) ↔N2O4(g)
Menurut Cato Guldberg dan Waage, pada suhu tetap, harga tetapan kesetimbangan akan tetap. Hukum
Cato Guldberg Waage berbunyi : “Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi
zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa di mana masing-masing konsentrasi
itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.”
[ C ]c[D]d
maka : Kc =
[ A ]a[B]b
Contoh: [CO] 2
a. C(s) + CO2(g) ↔ 2 CO(g) Kc =
[CO2] [Zn2+]
2+ 2+
b. Zn(s) + Cu (aq) ↔ Zn (aq) + Cu(s) Kc=
[Cu2+]
Kc adalah konsentrasi atau tetapan kesetimbangan konsentrasi yang harganya tetap selama
suhu tetap. [A], [B], [C], dan [D] adalah konsentrasi zat A, B, C dan D ( satuan M (molaritas) atau
mol/liter).
Zat-zat yang terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat (s), larutan (aq), gas (g) dan cair
(l). Tetapi yang dimasukkan dalam tetapan kesetimbangan konsentrasi hanya zat-zat yang
berbentuk gas (g) dan larutan (aq) saja. Hal ini desebabkan konsentrasi zat padat adalah tetap
dan nilainya telah terhitung dalam harga Kc.
2. Reaksi kesetimbangan gabungan
Jika Reaksi dibalik, Kc menjadi 1/Kc
Jika Raksi dijumlah, harga - harga Kc dikalikan
Jika Reaksi dikali dengan X,Kc menjadi Kcx
Jika reaksi dibagi dengan x, Kc menjadi Kc 1/x
3. Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana. Derajat
disosiasi adalah perbandungan antara jumlah mol yang trurai dengan jumlah mol mula-mula.
atau
Mol zat yang terurai = α x mol zat mula-mula
Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:
- α= 0, berarti tidak terjadi penguraian
- α=1, berarti terjadi penguraian sempurna
- 0 < α < 1, berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian)
-
Latihan!
1) Tuliskan konstanta kesetimbangan Kc untuk reaksi berikut ini.
a. PCl3(g) + Cl2(g )↔ PCl5(g)
b. 3 O2(g) ↔ 2O3(g)
c. 4 NH3(g) + 3 O2(g) ↔ 2 N2(g) + 6 H2O(g)
d. C(s) + N2O(g) ↔ CO2(g) + N2(g)
e. AgCl(s) ↔ Ag+(aq) + Cl–(aq)
f. Ag+(aq) + Fe2+(aq) ↔ Fe3+(aq) + Ag(s)
2) Suatu reaksi kesetimbangan :
2SO2(g) + O2 (g) 2SO3 (g) Kc= 64
Pada suhu yang sama, nilai tetapan kesetimbangan reaksi:
SO2(g) + 1/2O2 (g) SO3(g) adalah...
3) Pada reaksi kesetimbangan
N2(g) + O2 (g) 2NO (g) Kc = 25
Pada suhu yang sama, nilai Kc untuk reaksi :
2NO(g) 2N2(g) + 2O2(g) adalah...
Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan gas dinyatakan dengan notasi Kp, yaitu hasil kali
tekanan parsial gas-gas hasil reaksi dibagi dengan hasil kali tekanan parsial gas-gas peeaksi, masing-
masing tekanan parsial gas dipangkatkan koefisiennya menurut persamaan reaksi.
(PC)p(PD)q
Maka : Kp =
(PA)m(PB)n
Dengan:
Kp = tetapan kesetimbangan tekanan gas
PA = tekanan parsial gas A (atm)
Mol A
PA = x P tot
Mol total
F. Hubungan Kc dengan Kp
Dengan mengasumsikan bahwa gas merupakan gas ideal dapat diperoleh hubungan antara Kp dan Kc.
Misal persamaan reaksi kesetimbangan aA(g) ↔ bB(g)
Persamaan gas ideal PV = nRT
nRT
P=
V
n
M=
V
(PB)b
Kp=
(PA)a
([B]RT)b
Kp =
([A]RT)a
[B]b [B]b
Kp = RT(b – a) dimana Kc =
a
[A] [A]a
Jadi Kp = Kc RT(b-a)
55
∆n = b – a maka : Kp = Kc RT∆n
Penerapan system kesetimbanagnan reaksi antara lain dilakukan dalam industry kimia. Agar industry
tersebut menguntungkan secara ekonomi, maka diterapkan prinsip tertentu yaitu menghasilkan produk
sebanyak-sebanyaknya dengan waktu sesingkat mungkin oleh karena itu, harus dihindari terjadinya reaksi
bolak – balik, karena akan menyebabkan produk kembali lagi menjadi bahan baku, sehingga pabrik kimia
mengalami kerugian besar . dengan demikian, factor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan harus diperhatikan, agar pergeseran kesetimbangan selalu menuju kea rah terbentuknya
produk. Bagamana contoh penerapan system kesetimbangan dalam industry ? perhatikan penjelasan
berikut ini!
1. Pembuatan ammonia (NH3) menurut Proses Haber – Bosch
Proses pembuatan ammonia ditemukan oleh Karl Bosch dan Fritz Haber dibuat melalui reaksi
berikut.
N2(g) + 3H2 2NH3(g) = -92 kJ
Gas N2 pada reaksi diatas diperoleh dari udara, sedangkan gas H 2 diperoleh dari hasil reaksi gas
alam dan air. Untuk menghindari reaksi bolak-balik, kesetimbangan reaksi harus diusahakan
bergeser kea rah terbentuk nya NH3. Sesuai Asas Le Chatelier, maka harus dilakukan usaha-usaha
berikut.
a. Memperbesar tekanan
Koefisien produk (NH3) lebih kecil dari pada koefisien pereaksi (N 2 dan H2). Agar
kesetimbanga selalu bergeser kea rah terbentuknya produk NH 3, maka tekanan harus
diperbesar. Tekanan yang biasa digunakan adalah 150 – 300 atm.
b. Menurunkan suhu
Reaksi ke kanan (kea rah terbentuknya produk) merupakan reaksi eksoterm. Supaya reaksi
selalu bergeser ke kanan, suhu harus diturunkan. Karena suhu rendah menyebabkan reaksi
berlangsung lambat, maka dipilihlah suhu optimum, yaitu suhu 400 – 500 oC. pemilihan suhu
optimum bertujuan memaksimalkan laju reaksi dan mencegah dan mencegah reaksi bergeser
ke kiri.
c. Mendambahkan katalis
Katalis yang digunakan yaitu Fe3O4 yang mengandung K2O, CaO, MgO Al2O3 dan SiO2.
Penggunaan katalis dimasukkan agar reaksi kekanan berlangsung cepat. Walaupun sudah
diatur dengan maksimal , ternyata hanya 15% ammonia yang bias diambil. Sementara itu,
85% sisa ammonia kembali lagi kearah N 2 dan H2 yang akan bereksi lagi membentuk NH3
2. Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya , sebagai bahan campuran dalam deterjen, cat, zat warna, fiber, plastic, industry logam
dan sebagainya. Dalam industry, pembuatan asam sulfat dikenal dengan proses kontak . proses
ini melalui beberapa tahap sebagai berikut.
a. Belerang dibakar dengan oksigen menghasilkan belerang dioksida.
Reaksi yang terjadi yaitu:
S(s) + O2(g) → SO2(g)
b. Belerang dioksidasi (SO2) direaksikan dengan oksigen membentuk gas belerang trioksida.
Reaksi y yang terjadi yaitu:
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
Reaksi di atas berlangsung sangat lambat, sehingga harus diberi katalis. Katalis yang
digunakan adalah vanadium pentaoksida (V5O5). Selain itu, reaksi harus terjadi pada suhu
optimum (450oC)
c. Gas SO3 direaksikan dengan asam sulfat pekat menghasilkan asam disulfat atau asam
pirosulfat (oleum). Reaksinya adalah
H2SO4 (l) + SO3(g) ↔ H2S2O7(l)
56
d. Asam pirosulfat (H2S2O7) dilarutkan dalam air menghasilkan H2SO4 reaksi yang terjadi yaitu:
H2S2O7(l) + H2O (l) → 2 H2SO4(l)
a. Pembuatan NO
Gas NO diperoleh dari mereksikan ammonia dengan oksigen pada suhu 900 oC tekanan
4 – 10 atm dengan adanya katalis Pt- Rh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
4NH3(g) + 5O2(g) ↔ 4 NO(g) + H2O(l) ∆H = -907 kJ
b. Pembuatan NO2
Setelah gas NO terbentuk, gas NO didinginkan dahulu sampai suhu mencapai 25 – 40 oC
kemudian direaksikan dengan gas oksigen pada tekanan 7 – 12 atm. Reaksi yang terjadi
adalah 2NO(g) + O2(g) ↔ 2NO2(g) ∆H = -114 Kj
c. Pembentukan HNO3
Pada tahap ini, gas direaksikan dengan air membentuk HNO 3 dan NO. reaksi yang terjadi
3NO(g) + H2O(l) ↔ 2HNO3(g) + NO(g) ∆H= -114 kJ
LATIHAN
1. Tentukan konstanta kesetimbangan Kp untuk reaksi-reaksi berikut ini!
a. PCl3(g) + Cl2(g) → PCl5(g)
b. H2(g) + Br2(g) →HBr(g)
c. NO(g) + Br2(g) →NOBr(g)
d. SO2(g) + O2(g) →SO3(g)
e. C(s) + CO2(g) ↔ CO(g)
f. NH4Cl(s) ↔ NH3(g) + HCl(g)
g. FeO(s) + CO(g) ↔ Fe(s) + CO2(g)
2. Suatu reaksi kesetimbangan : A(g) + B(g) 2C(g)
Juka tekanan total ruangan = 2 atm, pA = 0,8 atm, pB = 0,4 atm, nilai Kp adalah...
3. Pada suhu 25oC terdapat kesetimbangan N2 + 3 H2 ↔ 2 NH3. Pada keadaan setimbang terdapat
tekanan parsial gas H2 = 0,15 atm, NH3 = 0,15 atm. Berapa tekanan parsial gas N 2, jika Kp = 54?
4. Pada suhu 425oC dalam ruang 10 liter, 3 mol gas HI terdisosiasi 50% menghasilkan gas H 2 dan I2. Jika
tekanan total campuran gas adalah 6 atm, berapa harga Kp?
5. Campuran 1 mol gas karbon dioksida dan 1 mol gas hidrogen mencapai kesetimbangan pada suhu 25
o
C dan tekanan total 0,1 atm. Persamaan reaksi kesetimbangan :
CO2(g) + H2(g) CO(g) + H2O(g)
Pada analis akhir terdapat 16% karbon monoksida. Tetapan kesetimbangan Kp adalah...
6. Harga Kc untuk reaksi berikut ini pada suhu 900 oC adalah 0,28.
CS2(g) + 4 H2(g) ↔ CH4(g) + 2 H2S(g) Tentukan harga Kp pada temperatur itu, jika R = 0,082?
7. Dalam ruang 2 liter dicampurkan 0,4 mol zat A dan 0,6 mol zat B yang reaksnya:
A + B C + D
Jika saat setimbang terdapat gas C dan gas D masing-masing 0,3 mol pada tekanan 1 atm, nilai Kp
adalah...
8. Tentukan harga Kp pada reaksi kesetimbangan PCl5(g) ↔ PCl3(g) + Cl2(g). Jika harga Kc pada suhu
190oC adalah 3,2, (R = 0,082).
9. Dalam tabung yang bervolume 5 liter, pada saat kesetimbangan tercapai terdapat 0,4 mol gas SO 2, x
mol gas O2 dan 0,8 mol gas SO3. Jika harga tetapan kesetimbangan (Kc) = 12,5 jumlah mol gas O 2 pada
saat kesetimbangan tercapai adalah …… mol
10. Pada suhu 298 K terapat reaksi kesetimbnagan :
N2O4(g) 2NO2(g)
Dalam ruang 1 liter 0,3 mol N2O4 terurai menjadi NO2. Saat gas NO2 terbentuk 0,2 mol, terjadi
kesetimbangan. Jika R= 0,082. Nilai Kp adalah...
57