Anda di halaman 1dari 57

1

HIDROKARBON
A. Kimia Karbon
1. Mengenal Senyawa Karbon

Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri atas hidrogen dan karbon. Pembakaran sempurna senyawa
hidrokarbon akan menghasilkan uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), sedangkan pembakan tidak sempurna
senyawa hidrokarbon akan menghasilkan uap air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Sumber
utama senyawa karbon adalah minyak bumi dan batu bara.
Senyawa hidrokarbon banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti, jika dalam menggoreng ikan,
membakar roti, atau menanak nasi dibiarkan hingga gosong, akan terbentuk berwarna hitam. Kerak yang berwarna
hitam ini berasal dari unsur karbon. Dan senyawa karbon pula banyak terdapatdalam tubuh mkhluk hidup yaitu
berupa protein dan karbohidrat. Contoh senyawa karbon organik yaitu:
1. Karbohidrat (mengandung unsur C, H dan O)
2. Protein ( mengandung C, H, O, N, dan ada juga yang mengandung unsur S)
3. Lemak (mengandung unsur C, H dan O)
4. Minyak bumi (mengandung Unsur C dan H )
5. Urea (mengandung unsur C, H, dan N)
6. Plastik (pada umumnya mengandung unsur C dan H)

Contoh senyawa karbon anorganik yaitu oksida karbon, batu kapur ( CaCO3), batu Karbit (CaC2) dan Soda Kue
(NaHCO3).

Persamaan senyawa karbon organik dan senyawa karbon anorganik, yaitu:

a. Kedua jenis senyawa mengandung atom karbon.


b. Kedua jenis senyawa tersebut dapat diperoleh dari makhluk hidup dan dapat juga diperoleh dari hasil reaksi
senyawa-senyawa yang bukan berasal dari makhluk hidup.

2. Pengujian Senyawa Karbon


Uji Senyawa Karbon

A. Tujuan Percobaan
Pengujian adanya unsure C, H, dan O dalam senyawa karbon
B. Alat dan Bahan
1. Gula
2. Kapur
3. Roti
4. Korek api
c. Prosedur Kerja
1. Bakar gula, kapur dan roti
2. Amati warna setelah pembakaran
d. Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatan kalian
2

3. Kekhasan Atom Karbon.

a. Jenis Atom karbon


1. Atom C Primer adalah atom C yang hanya mengikat satu atom C lainnya.
2. Atom C Sekunder adalah atom C yang hanya mengikat dua atom C lainnya
3. Atom C tersier adalah atom C yang hanya mengikat tiga atom C lainnya
4. Atom C kuarterner adalah atom C yang mengikat empat atom C lainnya.

b. Struktur Lewis atom dan Senyawa Karbon


Rantai Karbon mempunyai 4 elektron valensi yang dapat membentuk 4 ikatan kovalen.
Kemampuan untuk bergabung dengan banyak unsur disebut katenasi. Atom Karbon relatif kecil, sehingga
ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membetuk ikatan kovalen tunggal, kovalen rangkap dua,
dan kovalen rangkap tiga.
 Untuk memenuhi kaidah oktet, atom karbon dapat memenuhi ikatan berikut.
1. CH4 memiliki empat ikatan kovalen tunggal
2. C2H4 memiliki satu ikatan kovalen rangkap dua dan empat ikatan kovalen tunggal
3. C2H2 memiliki satu ikatan kovalen rangkap tiga dan dua ikatan kovalen tunggal
4. CO2 memiliki dua ikatan kovalen rangkap dua

c. Pembentukan Ikatan Karbon


1) Ikatan antaratom karbon dalam kristal karbon
 Bentuk grafit, atom karbon membentuk struktur heksagonal yang simetris dan berlapis-lapis.
Grafit, digunakan dalam pensil, elektrode dan generator. Karbon hitam, digunakan dalam ban, cat,
tinta dan baterai.
 Bentuk intan, atom karbon membentuk struktur tetrahedral yang simetris.
Intan, digunakan sebagai perhiasan dan alat pemotong kaca. Intan merupakan bentuk karbon yang
paling kuat dan keras.
 Bentuk amorf, bersifat rapuh.
2) Ikatan antaratom karbon pada senyawa karbon
Antaratom karbon dapat saling berikatan membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, ikatan rangkap
tiga.
a. Ikatan tunggal

H H H
H C C C H CH3- CH2 - CH3
H H H

b. Ikatan rangkap dua.

H H H
C C C H CH2 CH - CH3
H H
c. Ikatan rangkap tiga

H
C C C H CH C- CH3
H H
3

 Pembentukan rantai karbon


Senyawa karbon dapat membentuk rantai yang sangat panjang. Hal ini terjadi karena atom C memiliki
kemampuan untuk mengikat satu, dua, tiga atau bahkan empat atom C lainnya. Seperti:
C5H12
H H H H H
H C C C C C H
H H H H H

Disingkat CH3-CH2-CH2-CH2-CH3 atau CH3-(CH2)3-CH3

 Jenis senyawa karbon


1. Senyawa karbon jenuh
Senyawa karbon jenuh adalah senyawa karbon yang hanya memiliki ikatan tunggal antaratom C atau
tidak memiliki ikatan rangkap antaratom C
2. Senyawa karbon tak jenuh
Senyawa karbon tak jenuh adalah senyawa karbon yang memiliki ikitan rangkap antaratom C. Ikatan
rangkap ini dapat berupa ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.
 Penggolongan hidrokarbon berdasarkan Struktur Molekul.
1. Senyawa Hidrokarbon Alifatik adalah senyawa hidrokarbon dengan struktur rantai karbon terbuka.
Senyawa yang termasuk hidrokarbon alifatik yaitu alkana, alkena dan alkuna.
2. Senyawa hidrokarbon Alisiklik adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki struktur rantai tertutup.
Contohnya siklopropana dan siklobutana
3. Senyawa hidrokarbon Aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai karbon
tertutup dan mengandung dua atau lebih ikatan rangkap yang letaknya berselang-seling.

4. Pembentukan Senyawa Karbon Dioksida

Konfigurasi elektron C Konfigurasi electron O

6 C=2 4 8O=2 6

C + O2 CO2

Latihan 1.1
1. Gambarkan struktur lewis dan rumus struktur senyawa beserta jenis ikatannya berikut
ini:
a. C3H8 b. C3H6 c. C3H4 d. C7H16 e. C7H12
2. Tentukan atom C primer, sekunder, tersier dan kurterner berikut:
CH3

a. CH3-CH2-CH2-CH-C-CH3

CH3CH3
CH3

b. CH3-CH-CH2-CH-C-CH3

CH2 CH3 CH3

CH3
4

CH3

c. CH3-CH-CH2-CH-C-CH2-CH-CH3

CH2 CH3 CH3 CH3

CH3

B. Penggolongan Hidrokarbon

1. Penggolongan Berdasarkan Struktur Molekul


Alifatik
• Struktur rantai terbuka

Alisiklik
• Struktur rantai tertutup

Aromatik
• Struktur rantai tertutup
• Mengandung ikatan rangkap yang letaknya berselang-seling

2. Penggolongan Berdasarkan Kejenuhan Ikatan

 Jenuh
• Antaratom C berikatan tunggal

 Tak Jenuh
• Antaratom C ada yang berikatan rangkap

C. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon


1. Alkana (CnH2n+ 2)
Alkana kerupakan senyawa hidrokarbon jenuh (ikatan antaratom C hanya berupa ikatan
tunggal). Senyawa alkana bersifat kurang reaktif dibandingkan alkena dan alkuna.
Beberapa senyawa alkana berikut:
5

 Tata nama Alkana

a. Tata nama alkana menurut aturan IUPAC


1. Tentukan rantai karbon terpanjang (rantai utama)
2. Tentukan cabang-cabang alkil. Rumus alkil yaitu
CnH2n+1
Gugus alkil terikat pada rantai utama. Nama suatu gugus alkil disesuaikan
dengan nama alkana asalnya, tetapi akhirannya –ana diganti –il ( alkana
menjadi alkil).
3. Penomoran dimulai dari atom C yang terletak paling dekat ke atom C yang
mengikat gugus cabang.

4. Jika terdapat lebih dari satu rantai cabang yang sama, rantai cabang tersebut
diberi awalan sebagai berikut:
2 = di 5 = penta 8 = okta
3 = tri 6 = heksa 9 = nona
4 = tetra 7 = hepta 10= deka
5. Penulisan urutan gugus alkil berdasarkan abjad.
b. Tata nama alkana bersifat umum ( nama trivial)
1. Untuk rantai karbon yang lurus dan tidak memiliki cabang, diberi awalan
normal atau disingkat n.
2. Jika pada ujung rantai karbon, terdapat cabang metil sehingga membentuk
posisi siku, diberi awalan iso-
CH3 – CH – CH3

CH3 isobutana

CH3 – CH – CH2 – CH3

CH3 isopentana
6

3. Pada struktur molekul berikut, pemberian awalan neo


CH3
CH3 – CH – CH3

CH3
Neopentana

4. Gugus alkil diberi nama umum sebagai berikut.

CH3 – CH –

CH3
Isopropil

CH3 – CH – CH3 –

CH3
Isobutil

2. Alkena (CnH2n)
Alkena adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua. Senyawa alkena
mempunyai rumus umum : CnH2n
Beberapa nama dan rumus struktur alkena

 Tata Nama Alkena


1. Rantai karbon terpanjang (rantai utama) harus melalui ikatan rangkap dua.
Senyawa alkena diberi nama sesuai dengan jumlah atom C terpanjang dan
diberi akhiran –ena.
2. Penomoran untuk atom C nomor satu dilakukan dengan cara menempatkan
ikatan rangkap pada nomor terkecil.
3. Aturan penomoran lainnya seperti pada senyawa alkena.
Contoh
3. Alkuna (CnH2n-2)
Alkuna adalah hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga. Alkuna mempunyai rumus umum :
CnH2n-2
Beberapa senyawa alkuna
7

 Tata Nama Alkuna


1. Rantai karbon terpanjang (rantai utama) harus melalui ikatan rangkap dua.
Senyawa alkuna diberi nama sesuai dengan jumlah atom C terpanjang dan
diberi akhiran –una.
2. Penomoran untuk atom C nomor satu dilakukan dengan cara menempatkan
ikatan rangkap pada nomor terkecil.
3. Aturan penomoran lainnya seperti pada senyawa alkuna.

Latihan 1.2
1. Berilah nama struktur senyawa berikut!
a. CH3 C2H5

CH3 – C – CH2 – CH – C2H5

CH3

b. CH3 – CH2 – CH – CH – CH3

C3H7 C2H5
c. CH3 – C = C – CH3
CH3 CH3
d. CH3 – CH – C = C – CH3
C2H5 C2H5 C2H5
e. CH3 – CH – C ≡ C – CH2 – CH3
CH3
f. CH3 – CH – C ≡ C – CH – CH3
8

C2H5 C2H5

2. Gambarkan struktur molekul senyawa-senyawa berikut:


a. 2,3-dimetilbutana
b. 2,2,3-trimetilpentana
c. 2-metil-4-isopropiloktana
d. 2-metil-2-pentena
e. 3,3,4,5-tetrametil-1-heksena
f. 2 -metil-3-heksuna
g. 3,3-dimetil-4-propil-1-Oktuna
3. Gambarkan struktur molekul dan nama struktur senyawa berikut:
a. (CH3 )CH(CH3)CH2C(CH3)2CH3 f. CH3CHCHCH(CH3)CH2CH3
b. CH3C(CH3)2CH2CH(CH3)CH2CH3 g. CHCC(CH3)2CH2CH(CH3)CH2CH3
c. CH3CH(CH3)CH2CH(C2H5)CH2CH3 h. CH3CCCH(CH3)CH2CH(C2H5)CH2CH3
d. CH2CHC(CH3)2CH2CH(CH3)CH2CH3 i. CH3CCCH(CH3)CH2C(CH3)2(CH2)2CH3
e. CH2C(CH3)CH2C(CH3)2CH2CH3

4. Isomer

Senyawa hidrokarbon dapat membentuk isomer (berasal dari bahasa Yunani: iso yang
berarti sama, dan meros yang berarti bagian) artinya senyawa yang memiliki rumus molekul
yang sama (jumlah atom yang sama), tetapi rumus strukturnya berbeda.
Terdapat 4 jenis isomer senyawa hidrokarbon, yaitu:
1. Isomer rangka adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun rangka (bentuk)
atom karbon berbeda.
2. Isomer posisi adalah senyawa dengan rumus molekul dan rumus gugus fungsional sama.
Isomer rangka dan isomer posisi sering juga disebut isomer struktur.
3. Isomer fungsional adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun jenis gugus
fungsionalnya berbeda.
4. Isomer geometri adalah senyawa dengan rumus molekul, gugus fungsional, dan posisi
gugus fungsional sama, namun bentuk geometri (struktur ruang) bereda. Isomer
geometri terdiri atas isomer cis-trans dan isomer optik.
Senyawa alkana hanya memiliki isomer rangka karena golongan alkana tidak memiliki
gugus fungsional. Golongan alkena memiliki semua jenis isomer. Adapun golongan alkuna
memiliki isomer rangka, fungsional, dan posisi. Setiap senyawa yang berisomer memiliki
sifat-sifat fisik dan kimia yang berbeda.
 Isomer pada alkana
Isomer pada alkana dimulai dari senyawa butana dan jenis isomernya adalah rangka.
 Isomer pada Alkena.
Isomer pada alkena dimulai dari butena, dan jenis isomernya dapat berupa isomer
rangka, posisi, fungsional dan geometri.
 Isomer pada Alkuna
Isomer pada alkuna memiliki isomer rangka, posisi dan fungsional.

Latihan. 1.3

1. Tentukan jumlah isomer dari senyawa alkana berikut:


a. C4H10
b. C5H12
c. C6H14
9

2. Tentukan jumlah isomer rangka, posisi, fungsional dan geometri dari senyawa alkena
berikut
a. C4H8
b. C5H10
c. C6H12
3. Tentukan jumlah isomer rangka, posisi dan fungsional dari senyawa alkuna berikut:
a. C4H6
b. C5H8
c. C6H10

5. Sifat- sifat fisik alkana, alkena dan alkuna

Alkana
 Sifat fisik alkana
1. Alkana tidak larut dalam air karena merupakan senyawa nonpolar
2. Semakin besar massa molekul relatif alkana, titik leleh dan titik didihnya semakin
tinggi.
3. Dalam satu molekul rantai alkana dengan massa molekul relatif sama, semakin
banyak cabang semakin rendah titik didinya
4. Pada suhu kamar 250C dan tekanan 1 atm, alkana dengan jumlah atom C 1 – C4
berwujud gas, C5 – C7 berwujud cair, dan jumlah atom C18 atau lebih berwujud
padat.

 Sifat kimia alkana


1. Senyawa – senyawa alkana sukar bereaksi dengan pereaksi kimia seperti zat
pengoksidasi atau zat pereduksi. Hal ini disebabkan ikatan antara C – C atau C –
H sangant kuat dan tidak mudah putus meskipun dipanaskan pada suhu tinggi.
Sehingga senyawa alkana disebut parafin
2. Alkana dapat bereaksi dengan oksigen melalui pembakaran

Alkena
 Sifat fisik alkena
1. Pada suhu kamar tiga suku pertama alkena berwujud gas. Alkena dengan jumlah
atom C5 – C17 berwujud cair yang tidak bercampur dengan air, dan suku-suku
tinggi alkena (C>17) berwujud padat
2. Mengandung karbon lebih tinggi dibandingkan dengan alkana meskipun jumlah
atom C-nya sama. Oleh karenanya, saat dibakar alkena menghasilkan nyala
berjelaga.
3. Semakin besar massa molekul relatif alkena titik didih dan titik lelehnya semakin
tinggi
 Sifat kimia alkena
1. Alkena saat dibakar sempurna menghasilkan gas CO 2 dan H2O.
2. Alkena lebih reaktif dari alkana
3. Mengalami reaksi polimerisasi, yaitu pemecahan rantai ikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal.
4. Dapat dioksidasi oleh KmnO4 menghasilkan senyawa glikol.
Alkuna
 Sifat fisik alkuna
1. Alkuna rantai pendek berwujud gas, alkuna rantai panjang berwujud cair dan
padat.
2. Kerapatannya kecil

3. Tidak larut dalam air.


4. Titik didih alkuna lebih tinggi daripada alkena dengan jumlah atom karbon sama.
 Sifat kimia Alkuna
Alkuna mudah mengalami reaksi pemutusan ikatan rangkap tiga menjadi ikatan
rangkap dua kemudian menjadi ikatan tunggal. Reaksi ini di sebut reaksi adisi.
10

Reaksi adisi alkuna lebih lambat dibandingkan reaksi adisi alkena.

6. Reaksi senyawa hidrokarbon.

Senyawa hidrokarbon dapat mengalami berbagai jenis reaksi kimia, seperti reaksi oksidasi,
reaksi substitusi, reaksi adisi, reaksi eliminasi, dan reaksi redoks.
1. Reaksi Oksidasi
Resaksi oksidasi yang terjadi pada golongan hidrokarbon merupakan reaksi
pembakaran. Persamaan reaksi sebagai berikut.
CxHy + O2 → CO2(g) + H2O(g)

Reaksi oksidasi lain dapat terjadi pada senyawa golongan alkena, yaitu reaksi dengan
Ozon (O3) pada kondisi juga dengan nama reaksi ozonolisis.

O O
R – CH = CH – R’ + O3 + H2 → R–C + R’ – C + H2O
H H

2. Reaksi substitusi
Substitusi artinya penggantian. Jadi reaksi substitusi adalah reaksi penggantian
atom dengan gugus atom suatu molekul ( senyawa karbon) oleh atom atau gugus atom
yang lain. Misalnya reaksi substitusi dalam pembentukan senyawa haloalkana (alkil
halida). Dalam reaksi substitusi ini, disebut juga reaksi halogenasi. Reaksi halogenasi
senyawa alkna ini menghasilkan haloalkana.
Senyawa haloalkana adalah senyawa yang terbentuk dari hasil substitusi atom hidrogen
pada alkana oleh atom halogen. Secara umum, reaksi pembentukan haloalkana dapat
digambarkan sebagai berikut.
R–H + X–X → R–X + H–X
Alkana Halogen Haloalkana asam Halida

Halogen (X2) yang digunakan harus bersifat reaktif, misalnya F2, Cl2 dan Br2. Iodin
(I2) tidak digunakan dalam reaksi ini karena bersifat kurang reaktif.
Reaksi berikut merupakan contoh reaksi halogenasi dengan klorin (klorinasi) yang
hasilnya merupakan mono, di, tri, dan tetrasubstitusi
.
3. Reaksi Adisi
Adisi artinya penambahan. Pada suatu reaksi adisi, terjadi penambahan jumlah atom
yang diikat oleh atom yang semula berikatan rangkap. Reaksi adisi ini terjadi pada
senyawa yang memiliki ikatan rangkap (dua atau tiga) sehingga senyawa tersebut
berubah menjadi senyawa yang tidak memiliki ikatan rangkap.
a. Reaksi adisi alkena oleh hidrogen
Reaksi adisi oleh hidrogen disebut juga reaksi hidrogenasi.
R – CH = CH – R’ + H2 pt R – CH2 – CH2 – R’
Alkena alkana
b. Reaksi adisi alkuna oleh hidrogen
Reaksinya dapat digambarkan secara umum
R – CH CH – R’ + H2 pt R – CH2 – CH2 – R’
Alkuna alkana

c. Reaksi adisi alkena oleh halogen


R – CH = CH – R’ + X2 R – CH – CH – R’

X X
alkena halogen vio-dihalida
d. Reaksi adisi alkena oleh asam halida (HX)
Reaksi adisi oleh asam halida disebut reaksi hidrohalogenasi.
11

Reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut.


R – CH = CH – R’ + H – X R – CH – CH – R’

H X
Alkena asam halida alkil halida

e. Reaksi adisi alkena dengan air


Reaksi adisi oleh air disebut juga reaksi hidrasi. Reaksi ini mengikuti aturan
markovnikov. Selain alkena dan air, dalam reaksi ini juga diperlukan adanya asam
(H2SO4 atau H3PO4) dan katalis
R – CH = CH2 + H – OH CH3 – CH – CH2

OH H
4. Reaksi Eliminasi
Reaksi ekiminasi terjadi pada suatu senyawa jenuh (tidak memiliki ikatan rangkap)
sehingga senyawa tersebut berubah menjadi senyawa tak jenuh
( memiliki ikatan rangkap).

–C–C– – C = C – + XY

X Y
 Latihan 1.4
1. Tentukan jenis reaksi:
a. C2H6(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g)
b. CH3 – CH = CH2 + H2 → CH3 – CH2 – CH3
c. CH3 – C CH + H2 → CH3 = CH – CH3
d. CH3 – CH3 + Cl2 → CH3 – CH2 – Cl + HCl
2. Tentukan hasil reaksi:
a. CH2 = CH2 + H2 → .....
b. CH3 – CH2 – C C – CH3 + H2 → ....
c. C3H8 + O2 → ....
d. CH3 – CH2 – CH3 + Cl2 → ....
3. Tuliskan reaksi :
a. Adisi senyawa -1- pentena dengan gas hidrogen
b. Adisi senyawa 2-butena dengan gas klorin
c. Adisi senyawa 2-heksena dengan asam klorin

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

A. Pembuatan Minyak Bumi


Minyak bumi terbentuk dari sisa-sisa fosil hewan kecil (planton) yang hidup di laut jutaan tahun
yang silam. Ketika hewan tersebut mati, bangkainya akan jatuh ke dasar laut dan terperangkap
12

di dalam lumpur dan pasir. Selama jutaan tahun, bangkai hewan tersebut akan melapuk
membentuk fosil dab tertibun di dasar laut. Fosil tersebut mengandung senyawa karbon.

B. Komponen Minyak Bumi


1. Hidrokarbon alifatik rantai lurus
 Biasa disebut alkana atau normal parafin.
 Contoh: etana (CH3 – CH3) dan propana (CH3 – CH2 – CH3)
2. Hidrokarbon bentuk siklik
 Senyawa hidrokarbon golongan sikloalkana atau sikloparafin.
 Contoh: siklobutana, siklopentana, dan sikloheksana.
3. Hidrokarbon alifatik bercabang
 Senyawa golongan isoalkana atau isoparafin.
 Contoh: isobutana dan isooktana.
4. Hidrokarbon aromatik
senyawa hidrokarbon yang berbentuk siklik segienam, berikatan rangkap dua selang-seling,
dan merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh.

Komposisi Senyawa Hidrokarbon dalam Beberapa Komponen Minyak Bumi

% Volume

Komponen
Minyak Bumi
n – alkana Sikloalkana Isoalkana Aromatik residu

Gas 100 - - - -

Bensin 38 43 20 9 -

Kerosin 23 43 15 19 -

Solar 22 48 9 21 -

Minyak pelumas 16 52 6 24 -

Residu 13 51 1 27 8

C. Pengolahan Minyak Bumi


• Distilasi : Cara pemisahan campuran senyawa berdasarkan pada perbedaan titik
didih komponen-komponen penyusun campuran tersebut.
• Cracking : Penguraian (pemecahan) molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
besar menjadi molekul-molekul senyawa yang lebih kecil.
• Reforming : Pengubahan bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai
karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).
• Polimerisasi : Proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.
• Treating : Proses pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-
pengotornya.
13

• Proses pencampuran yang dilakukan untuk mendapatkan kualitas yanag baik.

D. Bensin dan Bilangan Oktan


 Komponen utama bensin adalah n-heptana (C 7H16) dan isooktana (C8H18).
 Kualitas bensin ditentukan oleh kandungan isooktana yang dikenal dengan istilah bilangan
oktan.
 Bilangan oktan n-heptana = 0 dan bilangan oktan isooktana = 100.
 Jika bensin mengandung 75% isooktana dan 25% n-heptana, berarti bilangan oktan bensin
tersebut adalah 75.
Kandungan isooktana pada bensin memiliki fungsi sebagai berikut.
 Mengurangi ketukan (knocking) pada mesin kendaraan. Kendaraan bermesin besar, seperti
sedan mewah, memerlukan bensin yang berbilangan oktan tinggi.
 Meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga menghasilkan energi yang lebih besar.

E. Kegunaan Minyak Bumi dan Residunya


 Bahan bakar gas.
 Pelarut dalam industri.
 Bahan bakar kendaraan bermotor.
 Bahan bakar rumah tangga.
 Bahan bakar untuk mesin diesel.
 Minyak pelumas.
 Bahan pembuatan sabun dan detergen.
 Residu minyak bumi.
 parafin: digunakan dalam pembuatan obat-obatan, kosmetik, dan lilin, dan
 aspal: digunakan sebagai pengeras jalan raya.

F. Dampak Pembakaran Bahan Bakar


14

 Partikulat : Gangguan organ pernapasan


 Pb : Menurunkan tingkat kecerdasan anak, menghambat pertumbuhan, dan dapat
menimbulkan kelumpuhan
 NO₂ : Gangguan saluran pernapasan dan mata terasa perih.
Hujan asam
 CO₂ : Efek rumah kaca
 CO : Sakit kepala, lelah, sesak
napas, pingsan, hingga dapat menimbulkan kematian.
 SO₂ dan SO₃ : Batuk-batuk dan sesak napas, hingga dapat menimbulkan kematian
Hujan asam

F. Membuat Makalah

Pada akhir pembelajaran diharapkan peserta didik mampu :


1. Menjelaskan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam.
2. Menjelaskan senyawa penyusun minyak bumi dan gas alam.
3. Menjelaskan proses pengolahan minyak bumi
4. Menjelaskan tabel fraksi-fraksi minyak bumi beserta kegunaannya
5. Menjelaskan bilangan oktan
PROSEDUR KERJA
1. Kerjakan tugas kelompok di LAS ini (poin C) secara berkelompok
2. Tuliskan hasil diskusi tentang jawaban soal latihan dalam bentuk laporan hasil diskusi untuk
dipresentasikan dan dikumpulkan kepada guru
3. Bacalah referensi lainnya yang berkaitan dengan materi/soal
4. Masing-masing anggota kelompok diharapkan terlibat aktif untuk menyelesaikan tugas/latihan
soal dan berkontribusi pada saat presentasi hasil diskusi
5. Bagilah tugas secara merata untuk semua anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas/soal
dan kegiatan presentasi
6. Mintalah kesediaan guru atau teman kelompok lain untuk membantu jika mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas/soal.
15

Latiahan 2.1
1. Jelaskan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam
2. Minyak bumi dan gas alam tersususn dari beberapa senyawa,jelaskan senyawa-senyawa yang
dimaksud
3. Jelaskan proses pengolahan minyak bumi
4. Jelaskan fraksi-fraksi yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi beserta kegunaanya
5. Bensin yan mempunyai bilangan oktan tinggi dapat diperoleh dengan reaksi kimia. Jelaskan
dengan contoh reaksi kimia apa saja yang dapat digunakan untuk menghasilkan bensin bermutu
baik
6. Bensin pertamax dibuat dari campuran 13% n-heptan dan 87 % isooktana. Akan tetapi,bensin
pertamax mempunyai bilangan oktan 94.
a. Apakah yang dimaksud dengan bilangan oktan
b. Apakah perbandingan n-heptan dan isooktan mempengaruhi bilangan oktan bensin
c. Jelaskan yang dimaksud dengan bilangan oktan 94 dari bensin pertamax tersebut
7. Bagaimanakah dampak pembakaran minyak maupun gas alam sebagai bahan bakar.

TERMOKIMIA

A. Reaksi eksoterm dan Reaksi Endoterm


Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan kalor. Reaksi yang membebaskan
kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Contoh
reaksi ekosterm yaitu pembakaran gas alam dalam kompor , sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu
beras yang dimasak menjadi nasi.

Reaksi eksoterm : kalor mengalir dari sistem ke lingkungan


Reaksi endoterm: kalor mengalir dari lingkungan ke sistem
16

Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
berubah, artinya entalpi prosuk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (HR). Akibatnya, perubahan
entalpi (∆H), yaitu selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp – HR) bertanda positif.

Reaksi endoterm : ∆H= HP – HR > 0 (bertanda positif)

Sebaliknya, pada reaksi eksoterm, sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem
akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu,
perubahan entalpinya bertanda negatif.

Reaksi eksoterm : ∆H= HP – HR < 0 (bertanda negatif)

Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram
tingkat energi, seperti pada gambar berikut.

Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan panas. Reaksi eksoterm terjadi jika
entalpi standar zat-zat yang bereaksi lebih besar dari entalpi standar zat-zat hasil reaksi. Sehingga
pada perubahan kimia sebagai energy dibebaskan ke lingkungan.

Reaksi endoterm ialah reaksi yang memerlukan panas. Reaksi endoterm terjadi jika entalpi
standar zat-zat yang bereaksi lebih kecil dari entalpi standar zat-zat hasil reaksi. Jadi untuk perubahan
tersebut zat-zat yang bereaksi memerlukan sejumlah energy agar berubah menjadi zat-zat hasil.
Reaksi endoterm dapat diamati dengan turunya suhu system, atau diperlukannya energy selama
reaksi berlangsung.
Bila system menerima kalor, maka q bertanda positif, dan bila system melepaskan kalor,
maka q bertanda negative. Jika suatu proses kalor berpindah dari lingkungan ke system, maka proses
endoterm. Jika pada suatu proses kalor berpindah dari system ke lingkungan , maka prose situ disebut
proses eksoterm.

 Sistem dan lingkungan

Dalam termokimia, kita senantiasa berhadapan dengan reaksi kimia, khususnya tentang energi yang
menyertai reaksi tersebut.

Reaksi atau proses yang sedang Segala sesuatu yang berada di sekitar sistem,
menjadi pusat perhatian kita yaitu dengan apa sistem itu berinteraksi, disebut
disebut sistem. lingkungan.

Contoh:
17

Jika sepotong pita magnesium kita masukkan ke dalam larutan asam klorida. Maka pita magnesium
akan segera larut (bereaksi dengan asam klorida) disertai pembebasan kalor yang menyebabkan gelas
kimia tempat reaksi berlangsung beserta isinya menjadi panas. Campurkan pita magnesium dan larutan HCl
itu kita sebut sistem, sedangkan gelas kimia tempat reaksi itu berlangsung serta udara di sekitarnya kita
sebut lingkungan.

Interaksi antar sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi dan/atau pertukaran energi.
Berkaitan dengan itu sistem dapat dibedakan atas:

 Sistem terbuka: sistem yang dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan lingkungan
 Sistem tertutup: sistem yang dapat mengalami pertukaran energi tetapi tidak mengalami
pertukaran materi dengan lingkungannya
 Sistem terisolasi: tidak dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan lingkungan.
 Tanda untuk kalor dan kerja
Selanjutnya, pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat berupa kalor (q) atau
bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut kerja (w). “Kerja adalah suatu bentuk
pertukaran energi antara sistem dan lingkungan di luar kalor”.
Tanda untuk kalor dan kerja ditetapkan sebagai berikut. Jika energi (kalor atau kerja)
meninggalkan sistem, diberi tanda negatif (-), sebaliknya, jika energi memasuki sistem, diberi tanda
positif (+).

- sistem menerima kalor, q bertanda positif (+)


- sistem membebaskan kalor, q bertanda negatif (-)
- sistem melakukan kerja, w bertanda negatif (-)
- sistem menerima kerja, w bertanda positif (+)

1. Energi Dalam
Energy adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja yang dimiliki oleh suatu zat dan
dapat menyebabkan suatu proses. Energy yang dimiliki suatu benda apabila benda tersebut bergerak
disebut energy kinetik . sedangkan energy yang tersimpan dalam benda yang tertarik atau yang ditolak
oleh benda lain disebut energy potensial karena partikel – partikelnya yang bermuatan listrik. Dengan
demikian, energy total yang terdapat pada suatu benda merupakan jumlah energy kinetic dan energy
potensial.
Dari percobaan yang dilakukan James Prescott Joule dari inggris, disimpulkan bahwa energy tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan , tetapi energy hanya dapat diubah dari sutu bentuk ke bentuk yang
lain pernyataan itu dikenal sebagai Asas Kekekalan Energi.

Setiap zat atau sistem mempunyai energi. Energi yang dimiliki suatu zat atau sistem dapat
digolongkan ke dalam enegi kinetik dan energi potensial.

 Energi kinetik: energi yang berkaitan dengan gerakan molekul-molekul sistem


 Energi potensial: energi yang tidak berhubungan dengan gerak
 Energi dalam: jumlah energi yang dimiliki suatu zat atau sistem

Nilai energi dalam (E) dari suatu zat tidak dapat diukur. Namun, hal itu tidak menjadi masalah
karena dalam termokimia, kita hanya akan berkepentingan dengan perubahan energi dalam (∆E), yaitu
selisih antara energi-energi dalam produk (EP) dengan energi pereaksi (ER).
18

∆ E = EP - ER
EP = Energi dalam produk/hasil reaksi
ER= energi dalam reaktan/pereaksi

2. Kalor Reaksi : ∆E dan ∆H

Perubahan energi dalam yang menyertai reaksi adalah ∆E = E1 – E2 . perubahan energi dalam
tersebut akan muncul sebagai kalor dan/atau kerja.

∆E = q (kalor) + w (kerja)

Dalam hal ini, q kita sebut kalor reaksi (qreaksi).

Jika reaksi berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap, ∆V = 0, berarti sistem tidak
melakukan kerja (w=0). Hal itu berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai reaksi
akan muncul sebagai kalor. Jika kalor reaksi pada volume tetap dinyatakan dengan qv.

∆E = qv

Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi dalam yang menyertai reaksi akan muncul sebagai
kalor.
Jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan atmosfer), maka sistem
mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan-volume. Oleh karena itu, kalor reaksi dapat berbeda
dari ∆E. Jika kalor reaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp, maka:

∆E = qp + w atau qp = ∆E - w

Kalor rekai yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat lain dari sistem, yaitu entalpi
yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi (H) juga menyatakan sejumlah energi yang dimiliki
sistem. Sama halnya dengan energi dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi
perubahan entalpi yang menyertai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada
tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi (∆H) sistem.

∆H = qreaksi

Reaksi pada tekanan tetap : qreaksi = ∆H


Reaksi pada volume tetap : qreaksi = ∆E

Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfir, maka kalor
reaksi biasanya dinyatakan sebagai perubahan entalpi (∆H).

Bagaimana jika reaksi berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap? Dalam hal seperti itu,
maka sistem mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan-volume. Oleh karena itu, kalor reaksi
dapat berbeda dari ∆E , jika kalor pereaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp maka:

∆E = qp + w atau qp = ∆E – w
19

Contoh:
Suatu reaksi mempunyai ∆E = - 100 kJ. Sistem melakukan kerja = -5 kJ, maka jumlah kalor yang
dibebaskan adalah:
qp = ∆E – w
= - 100 kJ – (-5 kJ)
= - 95 kJ

Kalor yang berlangsung pada tekanan tetap dikaitkan dengan sifat lain deri sistem, yaitu entalpi
yang dinyatakan dengan lambang H. Entalpi juga menyatakan sejumlah energi yang dimiliki sistem.
Sama halnya dengan energi dalam, nilai absolut dari entalpi tidak dapat diukur, tetapi perubahan
entalpi yang menyartai suatu proses dapat ditentukan. Kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan
tetap sama dengan perubahan entalpi (∆H) sistem.

Percobaan :
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Tujuan percobaan :
1. Menjelaskan perbedaan sistem terbuka,sistem
tertutup dan sistem terisolasi
2. Menjelaskan perbedaan reski eksoterm dan reaksi
endoterm
A. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Alat Jumlah
Gelas Kimia 2 Korek api 1
Termos air panas 1 Wadah plastik 1
Penutup gelas 1 Bunsen 1
Bahan :
Air panas
Minyak tanah
Es batu
B. Cara Kerja
Percobaan 1 :
1. Siapkan alat dan bahan
20

2. Masukkan air panas kedalam 2 buah gelas


dan termos ( gelas 1 dibiarkan tetap terbuka,gelas 2 ditutup dengan menggunakan
penutup gelas serta termos yang tertutup rapat)
3. Diamkan selama 30 menit, amati dan catat
perubahan yang terjadi
Percobaan 2 :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan es batu kedalam wadah
plastik,letakkan diluar ruangan dan biarkan selama 10 menit
3. Bkar bunsen, dan rasakan udara
disekitar bunsen
4. Amati dan catan perubahan yang
terjadi
C. Hasil Pengamatan
Percobaan 1 :
Perlakukan Hasil Pengamatan
Suhu air = .............
Suhu air = .............
Suhu air = .............
Percobaan 2 :
Perlakukan Hasil Pengamatan
Wujud = .............
Suhu = .............
D. Pertanyaan :
1. Jelaskan perbedaan yang terjadi pada percobaan 1
( air dalam gelas terbuka, air dalam gelas tertutup dan air dalam termos)
2. Berdasarkan pengamatan yang anda lakukan
golongkan yang termasuk :
a. Sistem
b. Lingkungan
3. Berdasarkan percobaan 2, gejala apa yang
menunjukkan telah terjadi reaksi kimia?kemudian golongkan yang termasuk reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm
4. Buatlah kesimpulan/jawaban terhadap
permasalahan yang anda buat berdasarkan percobaan yang telah anda lakukan
5. Buatlah laporan praktikum secara berkelompok
dengan sistemnatika sebagai berikut :
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II Kajian Pustaka
BAB III Metode Percobaan
A. Alat da Bahan
B. Prosedur Kerja
BAB IV Hasil dan Pembahasan
A. Data Hasil Percobaan
21

B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

B. Konsep Perubahan Entalpi (∆Ho)

Kandungan entalpi standar yang terdapat dalam tiap zat dapat berubah-ubah jika suhunya mengalami
perubahan. Contohnya, jika suatu zat dipanaskan, zat tersebut akan menyerap energy panas lalu suhunya
naik. Untuk memudahkan perhitungan-perhitungan termokimia ditetapkan entalpi standar. Yang dimaksud
dengan entalpi standar adalah perubahan entalpi standar yang diukur pada kondisi standar, yaitu pada
suhu 25oC tekanan 1 atmosfer.

Berdasarkan macam reaksi atau perubahan kimia yang terjadi, maka perubahan entalpi standar reaksi
dibedakan sebagai berikut:

1. Entalpi Pembentukan Standar (∆H0f = Standard enthalpy of Formation)


22

Perubahan entalpi pembentukan adalah perubahan entalpi reaksi pada pembentukan 1 mol senyawa
dari Jika pengukuran dilakukan dalam keadaan standar (298 K, 1 atm) dan semua unsur-unsurnya dalam
bentuk standar, maka perubahan entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (∆H 0f) dinyatakan dalam
kJ. mol-1. Yang dimaksud dengan keadaan standar dari suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari
unsur itu pada keadaan standar (298 K, 1 atm).

Contoh:
Tentukan persamaan termokimia untuk reaksi pembentukan NH4Cl bila diketahui
∆H0f NH4Cl = -120kJ/mol.
Jawab:
 Reaksi pembentukan, maka NH4Cl disebelah kanan anak panah
 Zat-zat disebelah kiri anak panah berupa unsur
 Unsur N, H dan Cl adalah unsur diatomik
 ½ N2(g) + 2H2(g) + ½ Cl2(g) NH4Cl(s)

Koefisien 1 untuk 1 mol NH4Cl

Contoh:
Jika dikatahui ∆H0f CO2 = -394 kJ/mol, maka persamaan termokimia untuk
pembentukan CO2 adalah ....
Ada beberapa kemungkinan pilihan jawaban, yaitu:
1. CO(g) + ½ O2(g) CO2(g) ∆H= -394 kJ
(penulisan di atas salah, karena CO bukan unsur, tetapi senyawa)
2. C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H= -394 kJ
(penulisan di atas benar, karena C dan O2 adalah unsur)
3. 2C(s) + 2O2(g) 2CO2(g) ∆H= -394 kJ
Penulisan di atas kurang tepat, karena ada 2CO2. Seharusnya harga ∆H adalah kali
2 dari -394 kJ menjadi -788 kJ.

Pada umumnya entalpi pembentukan senyawa bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
senyawa yang bersangkutan lebih stabil dari pada unsur-unsurnya. Entalpi pembentukan unsur dalam
bentuk standarnya, misalnya entalpi pembentukan grafit, ditetapkan sama dengan nol.

Contoh:

Pada pembentukan 22 gram C3H8 (Ar C= 12, H=1) dibebaskan kalor sebesar 75 kJ.
Tuliskan persamaan termokimia pembentukan C3H8!
Jawab:
 Banyaknya mol dari 22 gram C3H8 = massa/Mr = 22/44 = 0,5
 ∆H0f berlaku untuk pembentukan 1 mol zat. Maka:
koef C 3 H 8. 1
∆H0f = x ¿kJ)
mol C 3 H 8 0,5 mol
= -150 kJ/mol
Persamaan termokimianya:
23

3C(s) + 4H2(g) C3H8(s) ∆H = -150 kJ/mol

2. Entalpi Penguraian Standar (∆H0d = Standard Enthalpy of Dissosiation)


Perubahan entalpi penguraian (∆H0d) adalah perubahan entalpi reaksi pada penguraian 1 mol
senyawa menjadi unsur-unsurnya dalam keadaan standar (289 K, 1 atm).

Contoh 1:
Tentukan persamaan termokimia peruraian H 2O apabila diketahui ∆H0f H2O= -285,85 kJ/mol
Jawab:
 Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat yang terurai disebelah kiri
anak panah.
H2O(l) H2(g) + ½ O2(g) ∆H0d = +285,85

Koefisien 1 untuk 1 Tanda ∆H0d berlawanan


mol yg diuraikan dgn ∆H0f

Contoh 2:
Bila diketahui ∆H0d NH3 = -46 kJ/mol. Berapa kJ yang diperlukan untuk menguraikan 1 gram NH 3 (Mr =
17)
Jawab:
 Persamaan termokimia untuk penguraian NH3 adalah:
NH3(g) ½ N2(g) + 3/2 H2(g) ∆H0d= +46 kJ/mol
 Besarnya kalor untuk menguraikan 1 gram NH3 adalah:
q= mol x ∆H
massa 1
= x∆H = x 46
Mr 17
= 2,7 kJ
3. Perubahan entalpi pembakaran (∆H0c = Standard Enthalpy of Combustion)
Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur
karbon, hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna
jika:
- Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2
- Hidrogen (H) terbakar sempurna menjadi H2O
- Belerang (S) terbakar semppurna menjadi SO2.
- Senyawa hidrokarbon (CxHy) terbakar sempurna menurut reaksi:
CxHy + O2 CO2 + H2O (belum setara)

Contoh:
Pada pembakaran 570 gr isooktana (C3H18) salah satu komponen yang ada dalam bensin, pada
keadaan standar (STP), dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ. hitunglah besarnya ∆H0c dan
tulislah persamaan termokimia pembakaran isooktana tersebut!
Jawab:
massa C 3 H 18 570
 Mol isooktana: = = 5 mol
Mr C 3 H 18 114
 Untuk 1 mol C3H18 maka ∆H0c = 1/5 x (-27.500) = -5.500 kJ/mol
 Persamaan termokimianya:
24

25
C3H18(l) + O2(g) 8CO2(g) + 9H2O(g) ∆H0c = -5.500 kJ/mol
2

4. Perubahan entalpi netralisasi (∆Hn)


Perubahan entalpi netralisasi (∆H n) adalah perubahan entalpi reaksi pada penetralan 1 mol asam oleh
basa atau 1 mol basa oleh asam membentuk 1 mol air.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H= -890,4 kJ/mol

5. Entalpi Pelarutan
Entalpi Pelarutan adalah perubahan entalpi (∆H) pada pelarutan 1 mol zat. Satuan ∆H pelarutan
adalah kJ/mol
Contoh : NaOH(s) → Na+ (aq) + OH-(aq) ∆H = -240 kJ/mol

6. Entalpi peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (∆H) pada perubahan 1 mol zat dari bentuk padat
menjadi bentuk cair pada titik leburanya. Satuan ∆H pelarutan adalah kJ/mol
Contoh : NaCl (s) → NaCl(l) ∆H = - 112 kJ/mol

 LATIHAN. 2.1

1. Termasuk reaksi eksoterm atau endotermkah pernyatan di bawah ini?


a. Kalor mengalir dari system ke lingkungan
b. Proses fotosintesis
c. Suhu lingkungan naik
d. Perubahan entalpi reaksi bertanda negative
2. Suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap disertai pelepasan kalor sebanyak 100 kJ dan system
melakukan kerja sebesar 10 kJ. Tentukan nilai E, q, ∆H, dan W reaksi tersebut
3. Tuliskan persamaan termokimia untuk proses berikut!
a. Penguraian CH3COOH menjadi unsure-unsurnya jika diketahui ∆Hf o CH3COOH(l) =
-487 kJ/mol.
b. Pembentukan NH4NO3 dari unsure-unsurnya jika diketahui ∆Hf o NH4NO3(s) = - 367,6 kJ/mol
c. Pembakaran sempurna C3H8(g) jika diketahui kalor pembakaran C3H8(g) = -134,3 kJ/mol
4. Pada reaksi antara gas hydrogen dengan gas klorin dibebaskan panas sebanyak 27,7kJ. Jika∆Hf 0 HCl
= -92,5 kJ/mol, maka berapa gram HCl yang terbentuk pada reaksi tersebut?
5. Pada pembentukan 96 gram Al2(NO3)3 (Ar Al = 27, N = 14, O = 16) dibebaskan kalor sebesar 120 KJ.
Tentukan besarnya ∆Hfo Al2 (NO3)3 dan persamaan termokimia.
6. Pada pembentukan 10 gram CaCO3 (Ar Ca = 40, C = 12, O =16) diperlukan kalor sebesar 86 KJ.
Tuliskan persamaan termokimia pembentukan CaCO 3.
7. Diketahui ∆Hfo K3PO4 = 315 kJ/mol, berapakah kalor yang dibutuhkan untuk membentuk 159 gram
K3PO4 ( Ar K= 39, P=31, O=16)

C. Penentuan ∆H Reaksi

Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor juga dapat
menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik sampai tingkat
tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau menguap (jika zat cair). Sebaliknya jika kalor
dilepaskan dari suatu zat, maka suhu zat itu akan turun sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan
mengembun (jika zat gas) atau membeku (jika zat cair). Kita dapat menentukan perubahan jumlah kalor dari
suatu zat, dari perubahan suhu atau perubahan wujud yang dialaminya.
25

Jumlah kalor yang diperlukan untuk menikkan suhu 1 gram zat sebesar 1 0C atau 1 K disebut kalor
jenis. Kalor jenis dinyatakan dalam jaoule per gram per derajat celcius (J.g -1.0C-1) atau joule per gram mer kelvin
(J.g-1.K-1). Sebagai contoh, kalor jenis air adalah 4,18 J.g -1.K-1). Jadi menaikkan suhu 1 gram air sebesar 10C
diperlukan 4,18 J; untuk menaikkan suhu 5 gram air sebesar 2 0C diperlukan 5 x 4,18 x 2 J. Secara umum berlaku
rumus,

q = m . c. ∆t
dengan q = jumlah kalor (dalam joule)
m = massa zat (dalam gram)
∆t = perubahan suhu (takhir – tawal)
c = kalor jenis

Contoh soal:
Berapa joule diperlukan untuk memanaskan 100 gram air dari 25 0C menjadi 1000C? Kalor jenis air = 4,18 J g-
1 -1
K .
Jawab:
q = m . c. ∆t
= 100 g . 4,18 J g-1 K-1 . (100 -25)K
= 31,350 J
= 31,35 kJ

Jumlah kalor yang diperlukan oleh suatu zat atau sistem untuk menaikkan suhu 1 0C atau 1 K
disebut kapasitas kalor (C). Kapasitas kalor dinyatakan dalam joule per derajat celcius (J. 0C-1) atau dalam
Joule per kelvin (J.K-1). Apabila kapasitas kalor diketahui, maka rumus menjadi sebagai berikut:

q = C. ∆t
dengan q = jumlah kalor (dalam joule)
∆t = perubahan suhu (takhir – tawal)

C = kapasitas kalor

Contoh soal:
Sepotong besi mempunyai kapasitas kalor 5,5 J K -1. Brapa jaoule diperlukan untuk memanaskan
besi itu dari 250C hingga 550C?
Jawab:
q = C. ∆t
= 5,5 J K-1 . (55 -25) K
= 165 J

1. KALORIMETRI
Kalor reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan alat kalorimeter. Proses pengukuran
kalor reaksi disebut kalorimetri. Kalorimetri sederhana ialah mengukur perubahan suhu dari sejumlah tertentu
air atau larutan sebagai akibat dari suatu reaksi kimia dalam suatu wadah terisolasi.

Jika suatu reaksi berlangsung secara eksoterm maka kalor sepenuhnya akan diserap oleh larutan di
dalam gelas. Sebaliknya, jika reaksi yang berlangsung tergolong endoterm, maka kalor itu diserap dari larutan
di dalam gelas. Jadi kalor reaksi sama dengam jumlah kalor yang dilepas atau diserap atau yang dilepaskan
larutan di dalam gelas atau dikenal dengan asaz Black (q lepas = qserap) Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan
26

larutan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan suhunya. Karena energi tidak dapat dimusnahkan atau
diciptakan, maka:

qreaksi + qlarutan = 0

atau

qreaksi = - qlarutan

Contoh Soal:

Sebanyak 50 mL (=50 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 27 0C dicampur dengan 50 mL (=50 gram) larutan NaOH 1
M juga bersuhu 270C dalam suatu kalorimeter gelas plastik. Ternyata, suhu campuran naik sampai 33,5 0C. Jika
kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air, yaitu 4,18 J g -1 K-1 tentukanlah perubahan entalpi
reaksi.

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Jawab:

Kenaikan suhu menunjukkan bahwa reaksi antara larutan HCl dengan larutan NaOH tergolong reaksi eksoterm.
Jumlah kalor yang diserap larutan dihitung dengan rumus
q = m . c. ∆t
Massa larutan (m) = 50 g + 50 g = 100 g
Kalor jenis larutan (c) = 4,18 J g-1 K-1
Kenaikan suhu (∆t) = (33,5 – 27)0C = 6,50C = 6,5 K
qlarutan = m . c. ∆t
= 100 g . 4,18 J g-1 K-1 . 6,5 K
= 2717 J
qreaksi = - qlarutan = -2717 J
kalor di atas menyertai reaksi antara 50 mL HCl 1 M dengan 50 mL larutan NaOH 1 M 50 mL HCl 1 M
mengandung 50 mmol NaOH = 0,05 mol HCl 50 mL NaOH 1 M menganding 50 mmol NaOH = 0,05 mol NaOH
Karena jumlah mol prediksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka campuran adalah ekivalen. ∆H reaksi
harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksi. Jadi, kita harus menghitung jumlah kalor yang akan dibebaskan
jika jumlah HCl dan NaOH yang bereaksi masing-masing 1 mol, sesuai dengan koefisien reaksinya.
1
q(1 mol HCl + 1 mol NaOH) = x -2717 J
0,05
= - 54,340 J
= -54,34 kJ
Jadi ∆H reaksi = qreaksi = -54,34 kJ.
Persamaan termokimianya adalah sebagai berikut;
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -54,34 Kj

Kalorimetri yang lebih teliti adalah yang lebih terisolasi serta memperhitungkan kalor yang diserap
oleh perangkat kalorimeter (wadah, pengaduk, termometer) dalam hal ini kalorimeter bom. Jumlah kalor yang
diserap dibebaskan kalorimeter dapat ditentukan jika kapsitas kalor dari kalorimeter diketahui. Dalam hal ini
jumlah kalor yang dibebaskan/diserap oleh reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap dibebaskan oleh
kalorimeter ditambah dengan jumlah kalor yang diserap/dibebaskan oleh larutan di dalam kalorimeter. Oleh
karena energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan, maka:
qreaksi + qkalorimeter + qlarutan = 0
27

atau
qreaksi = - ( qkalorimeter + qlarutan)
Contoh 1:
Sebanyak 7,5 gram kristal LiOH ditambahkan ke dalam kalorimeter yang berisi 120 gram air. Setelah kristal
LiOH itu larut, ternyata suhu kalorimeter beserta sisanya naik dari 23,25 0C menjadi 34,9 0C. Tentukanlah
entalpi pelarutan LiOH dalam air!

LiOH(s) Li+(aq) + OH-(aq) ∆H= ?

Diketahui kalor jenis larutan = 4,2 J g-1 0C-1, dan kapasitas kalor kalorimeter = 11,7 J 0C-1 (Mr, LiOH=24.)

Jawab:
qreaksi = - ( qkalorimeter + qlarutan)
qlarutan = m . c. ∆t
= (120 + 7,5)g . 4,2 J g-1 0C-1 . (34,9 – 23,25) 0C
= 6238,6 J
qkalorimeter = C . ∆t
= 11,7 J 0C-1 . (34,9 – 23,25)0C
= 136,3 J
Jadi, qreaksi = - (6238,6 + 136,3) J
= - 6374,9 J
Kalor tersebut dibebaskan pada perlarutan pada pelarutan 7,5 gram LiOH.
Pada pelarutan 1 mol LiOH (24 g) akan dibebaskan kalor sebanyak
24 g
x -6374 J = -20399,7 J mol-1
7,5 g
= -20,4 kJ mol-1
Jadi, ∆H pelarutan LiOH = -20,4 kJ mol-1
Contoh 2:
Pada suatu percobaan, 3 L air dipanaskan sehingga suhu air naik dari 25 0C menjadi 720C. Jika diketahui massa
jenis air = 1 g.mL-1, dan kalor jenis air = 4,2 Jg-1 0C-1, tentukan ∆H reaksi pemanasan tersebut.
Jawab:
m
p  = 
v
m = 1 gr/mL x 3000 mL
= 3000 gr

q= m x c x ∆T
    = 3000 x 4,2 x (72 – 25)
    = 3000 x 4,2 x 47
    = 592200 J
    = 592,2 kJ

Contoh 3:
Sebanyak 50 mL (=50 gram) larutan HCl 1 M bersuhu 27 0C dicampur dengan 50 mL (=50 gram) larutan
NaOH 1 M bersuhu 270C dalam suatu kalorimeter gelas plastik. Ternyata suhu campuran naik sampai
33,50C. Jika kalor jenis larutan dianggap sama dengan kalor jenis air, yaitu 4,18 J.g -1.K-1, tentukanlah
perubahan entalpi reaksi.
28

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)


Jawab:
Langkah-langkah penyelesaiannya adalah:
 Menentukan kalor larutan dengan rumus qlarutan = m x c x ∆T
 Menentukan kalor reaksi yaitu = - qlarutan
 Menentukan entalpi reaksi, yaitu jika jumlah mol NaOH dan HCl yang bereraksi masing-masing 1 mol
(sesuai dengan koefisien reaksinya)

qlarutan = m x c x ∆T
= 100 g x 4,18 J.g-1.K-1 x 6,5 K
= 2.717 J
qreaksi = - qlarutan = -2.717 J
kalor di atas menyertai reaksi antara 50 mL HCl 1 M dengan 50 mL larutan NaOH 1 M
jumlah mol HCl, n = V x M = 0,05 L x 1 mol.L-1 = 0,05 mol
jumlah mol NaOH, n = V x M = 0,05 L x 1 mol.L -1 = 0,05 mol
karena jumlah mol pereaksi sesuai dengan perbandingan koefisien, maka campuran adalah ekivalen. ∆H
reaksi harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksi. Jadi kita harus menghitung jumlah kalor yang akan
dibebaskan jika jumlah HCl dan NaOH yang bereaksi masing-masing 1 mol, sesuai dengan koefisien
reaksinya.
koef 1
q(1mol HCl + 1 Mol NaOH) = x−qlarutan x -2,717 J
mol 0,05
= - 54,340 J
= -54.34 kJ
Jadi, ∆Hreaksi = qreaksi = -54,34 kJ
Persamaan termokimianya adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -54,34 Kj

Latihan 2.2
1. Bila 50 ml larutan NaOH 1 M direaksikan dengan 50 ml larutan HCl 1 M ke dalam alat calorimeter
menyebabkan kenaikan suhu pada calorimeter dari 29 oC menjadi 35,5 oC. bila kalor jenis larutan
29

dianggap sama dengan air yaitu 4,2 joule/g oC, maka tentukan harga perubahan entalpi standar
reaksi berikut!
2. Pembakaran 32 gram metana (Mr=16) dalam kalorimeter menyebabkan suhu kalorimeter naik dari
25,5oC. Jika kalorimeter berisis 4 liter air dan massa jenis air = 4,2 J/g oC serta kapasitas kalor
kalorimetr dianggap nol, maka entalpi pembakaran gas metana tersebut adalah...
3. Data hasil percobaan reaksi 25 ml larutan HCl 1 M dengan 25 ml larutan NaOH 1 M, menunjukkan
kenaikan suhu dari 30oC menjadi 36,5oC. jika larutan dianggap sama dengan air, kalor jenis air = 4,2
J/g K dan massa jenis air = 1 gram /cm.
Untuk reaksi : NaOH (aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H 2O(l)
Perubahan entalpi adalah ….
4. Pembakaran 1,01 gram sukrosa (C12H22O11) dalam kalorimeter bom menyebabkan suhu air
meningkat dari 28,33 oC menjadi 49,92 oC. Jika diketahui kalorimeter berisi 980,0 g air, kapasitas
kalor kalorimeter 785 J/oC, dan Mr sukrosa 342, kalor pembakaran sukrosa adalah...
5. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 735 gram air dari 30 oC menjadi 76 oC adalah....
(kalor jenis air – 4,18 J/g K)
6. Dari suatu reaksi kimia dibebaskan kalor 8,4 kJ. Jika kalor ini digunakan untuk memanaskan 100 mL
air, suhu air naik sebesar .... (kalor jenis air = 4,2 J/g oC)
7. Dalam calorimeter terjadi reaksi antara 150 mL NaOH 0,1 M dengan 250 mL HCl 0,4 M. suhu kedua
larutan sebelum reaksi adalah 17oC dan sesudah reaksi menjadi 38oC. jika kapasitas panas
kalorimetri 130 kal/goC dan kalor jenis air dalam calorimeter 1 kal/g oC, tentukan kalor reaksi total
yang di butuhkan untuk reaksi kedua larutan tersebut dalam Kj

AYO BERHITUNG.......
30

Jika 50 mL larutan NaOH 1 M,direaksikan dengan 50 mL larutan HCl 1 M. Jika larutan dianggap sama
dengan air,kalor jenis 4,2 J/g.K dan ρ air = 1 gr/cm3. Hitunglah :
a. Perubahan entalphi (ΔH) per mol H2O yang terbentuk dalam reaksi
b. Tuliskan persamaan termokimianya
Masalah Hipotesis
Bagaimana menentukan perubahan
entalphi jika nilai ΔT tidak diketahui

Berdasarkan permasalahan yang telah anda buat dan hipotesis yang anda berikan.mari
kita lakukan percobaan berikut :

Penentuan Perubahan Entalphi


A. Tujuan
Menentukan perubahan entalphi pada reaksi antara natrium hidroksida dengan larutan
asam klorida yang menghasilkan 1 mol air
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
B. Alat dan bahan
Alat dan bahan Ukuran /satuan Jumlah

Bejana plastic 200 mL 1


Gelas kimia 100 mL 2
Termometer 100°C 1
NaOH 1M 50 mL
HCl 1M 50 mL
C. Cara Kerja
1. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1 M ke
dalam gelas kimia dan masukkan 50 mL larutan HCl 1 M kedalam gelas kimia lainnya
2. Ukurlah suhu kedua larutan tersebut.
Termometer harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum dipindahkan dari satu larutan ke
larutan lain.
3. Campurkan kedua larutan tersebut dalam
kalorimeter,kemudian aduk.
4. Ukur suhu campuran dengan termometer
setiap 30 detik sampai suhu kontan.
5. Catatlah suhu tertinggi yang terbaca pada
termomneter sebagai suhu akhir.
D. Data Hasil Pengamatan
Suhu awal Suhu Akhir Perubahan suhu
HCl 1 M = ....°C Suhu larutan setelah ΔT = T akhir – T awal = °C
NaOH 1 M = ....°C dicampur = °C
Rata-rata = ....°C
31

2. Hukum Hess
Hukum Hess berkaitan dengan reaksi-reaksi yang dapat dilangsungkan menurut dua atau lebih cara
(lintasan). Contohnya yaitu reaksi antara karbon (grafit) dengan oksigen membetuk karbon diokasida.
Misalkan kita mempunyai 1 mol karbon dan 1 mol oksigen. Kedua zat ini dapat bereaksi membentuk 1
mol karbon diokasida. Reaksinya dapat dilangsungkan menurut dua cara sebagai berikut.
Cara 1: Reaksi 1 tahap
Satu mol karbon direaksikan dengan 1 mol oksigen, sehingga membentuk 1 mol karbon dioksida.
C(s) + O2(g) CO2(g)
Cara 2: Reaksi dua tahap
Tahap 1: Satu mol karbon direaksikan dengan ½ mol oksigen (setengah mol oksigen masih tersisa)
sehingga membentuk 1 mol karbon monoksida.
C(s) + ½ O2(g) CO(g)
Tahap 2: gas karbon monoksida yang terbentuk pada tahap-1 direaksikan dengan ½ mol oksigen yang
tersisa, sehingga membentuk 1 mol karbon dioksida.
CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
Jika tahap-1 dan tahap-2 menurut cara yang kedua ini dijumlahkan, ternyata hasilnya sama dengan
Cara-1, yaitu reaksi 1 mol karbon dengan 1 mol oksigen membentuk 1 mol karbon dioksida.
Tahap-1:C(s) + ½O2(g) CO(g)
Tahap-2:CO(g) + ½ O2(g) CO2(g)
C(s) + O2(g) CO2(g) +
Pada tahun 1940, Hendri Hess menemukan bahwa kalor reaksi dari kedua cara di atas adalah sama.
Cara 1:
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394 kJ ....................(1)
Cara-2:
Tahap-1: C(s) + ½O2(g) CO(g) ∆H = -111 kJ .........(2)
Tahap-2: CO(g) + ½ O2(g) CO2(g) ∆H = -283 kJ .........(3)
C(s) + O2(g) CO2(g) ∆H = -394 kJ +

3. ∆H = - 788 kJ
2C(grafit) + 2O2(g) 2CO2(g)
4.
5. Lintasan-1
Keadaan Keadaan akhir
6. awal
7.
8. ∆H = -222 kJ
9. Gambar diagram siklus pembakaran karbon2CO (g) + Odua
menurut
∆H = - 566 kJ
2(g) lintasan. Lintasan-1 langsung membentuk

10. CO2. Lintasan-2 membentuk CO, kemudian CO2. ∆H reaksi tak bergantung pada lintasan.
11. Lintasan-2

12.
∆H1 = ∆H2 + ∆H3
13.
32

Gambar diagram siklus pembakaran karbon menurut dua lintasan. Lintasan-1 langsung
membentuk CO2. Lintasan-2 membentuk CO, kemudian CO2. ∆H reaksi tak bergantung pada lintasan.

∆H1 = ∆H2 + ∆H3

H Keadaan awal
2C(grafit) + 2O2(g)
0

∆H1= -788 kJ ∆H2= -222 kJ

-222
2CO(g) + O2(g)

∆H3= -566
kJ
-788 2CO2(g) Keadaan akhir

Gambar Diagram tingkat energi reaksi pembakaran karbon membentuk CO2 menurut dua
lintasan. Lintasan-1 (tanda ): langsung membentuk CO 2. Lintasan-2 (tanda ): mula-mula
membentuk CO, kemudian CO2.
∆H1 = ∆H2 + ∆H3

Hess menyimpulkan penemuannya dalam suatu hukum yang kita kenal sebagai hukum Hess:
“kalor reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, tidak pada lintasan”. Dengan kata
lain kalor reaksi total sama dengan jumlah kalor tahap-tahap reaksinya. Hukum Hess disebut juga dengan
hukum penjumlahan kalor. Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus dan diagram tingkat
energi. Berdasarkan hukum Hess, kalor reaksi dapat ditentukan secara tidak langsung, atrinya tidak melalui
suatu percobaan, tetapi dari kalor reaksi-reaksi lain yang berhubungan. Caranya dengan menyusun reaksi-
reaksi yang telah diketahui perubahan entalpinya, sehingga penjumlahannya sama dengan reaksi yang akan
ditentukan perubahan entalpinya. Dalam hal ini, “menyusun” dapat berarti mengalihkan koefisien atau
membelik arah reaksinya.

Contoh Soal:
Diketahui:
1. H2(g) + F2(g) 2HF(g) ∆H = -537 kJ
2. C(s) + 2F2(g) CF4(g) ∆H = -680 kJ
3. 2C(s) + 2H2(g) C2H4(g) ∆H = +52,3 kJ
Tentukan entalpi reaksi:
4. C2H4(g) + 6F2(g) 2CF4(g) + 4HF(g) ∆H = ?
Jawab:
33

Perubahan entalpi reaksi (4) dapat ditentukan dengan menyusun reaksi (1), (2), dan (3), sehingga
penjumlahannya sama dengan reaksi (4) tersebut.
Reaksi (1) : acuannya adalah HF. Oleh karena koefisien CF4 pada reaksi 4 adalah 4, maka koefisien reaksi (1)
harus dikali dua.
Reaksi (1) disusun menjadi: 2H2(g) + 2F2(g) 4HF(g) ∆H = -1074 kJ
Reaksi (2): acuannya adalah CF4. Oleh karena koefisien CF4 pada reaksi (4) adalah 2, maka koefisien reaksi
(2) harus dikali dua.
Reaksi (2) disusun menjadi: 2C(s) + 4F2(g) 2CF4(g) ∆H = -1360 kJ
Reaksi (3): Acuannya adalah C2H4. Koefisien C2H4 pada reaksi (3) dan reaksi (4) sudah sama, tetapi reaksi
(3) perlu dibalik, sehingga C2H4 berada di ruas kiri.
Reaksi (3) disusun menjadi: C2H4(g) 2C(s) + 2H2(g) ∆H = - 52,3 kJ

Selanjutnya, ketiga reaksi tersebut dijumlahkan.


2H2(g) + 2F2(g) 4HF(g) ∆H = -1074 kJ
2C(s) + 4F2(g) 2CF4(g) ∆H = -1360 kJ
C2H4(g) 2C(s) + 2H2(g) ∆H = - 52,3 kJ
C2H4(g) + 6F2(g) 2CF4(g) + 4HF(g) ∆H = - 2486,3 kJ +

 LATIHAN 2.3
1. Diketahui reaksi :
S(s) + O2(g) SO2(g) ∆H = -300 kJ (reaksi 1)
2SO2 (g) + O2(g) 2SO3(g) ∆H = -190 kJ (reaksi 2)
Hitunglah ∆H pada reaksi 2S(s) + 3 O2(g) 2SO3(g)
2. Berdasarkan data :
2Fe(s) + 3/2O2(g) Fe2O3(g) ∆H = -840 kJ
2Al(s) + 3/2O2(g) Al2O3 (s) ∆H = - 1.680 kJ
Perubahan entalpi untuk reaksi: 2Al(s) + Fe 2O3(s) 2Fe(s) + Al2O3 (s)
3. H2O(l) H2 (g) + ½ O 2 (g) ∆H = +68,3 kJ
H2(g) + ½ O2 (g) H2O(g) ∆H = -57,8 kJ
H2O(l) H2O(s) ∆H = -1,4 kJ
Perubahan entalpi dari es menjadi uap adalah ……
4. Bila kalor pembakaran asetilen pada reaksi:
C2H2(g) + 2½O2(g) 2CO2(g) + H2O(g) ialah ∆H = a kkal/mol
Sedangkan kalor pembentukan : CO2(g) = b kkal/mol dan H2O(l) = c kkal/mol. Menurut hukum Hess,
jadi kalor pembentukan asetilen ialah….
5. Jika diketahui :
MO2 + CO MO + CO2 ∆H = -20 kJ
M3O4 + CO 3 MO + CO2 ∆H = +6 kJ
3M2O3 + CO 2M3O4 + CO2 ∆H = -12 kJ
Maka nilai ∆H, dalam kJ bagi reaksi:
2MO2 + CO M2O3 + CO2 adalah….
6. Siklus suatu reaksi ditujukan dengan diagram berikut
∆H1 = ...
A B

∆H2=120kJ ∆H4=60 kJ

∆H3=45 kJ
34

C D
Berdasarkan siklus di atas, harga ∆H1 adalah...

7. Perhatikan diagram siklus berikut!


∆H1 = - 790 kJ
2S + 3O2 2SO3
∆H2 = -593 kJ ∆H3 = X kJ
2SO2 + O2
Berapakah harga x?
8. Diketahui:
∆H = -x kJ
A D
∆H1=-a ∆H3=-c

B C

∆H2=-b

Menurut hokum Hess, ∆H untuk reaksi A D adalah…


9. ∆H(kJ)
0
H2(g) + 1/2O2(g)

-242
H2O (g)

-285
H2O (l)
Berdasarkan diagram tingkat energi di atas, pada penguapan 2 mol air dari tubuh dibebaskan
energi sebesar...
10. Perhatikan digram tingkat energi berikut!
∆H (kJ)

0
Zn + S

-206 ZnS + 2O2

-983
ZnSO4
35

3. Penentuan Kalor Reaksi Berdasarkan Tabel


Entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan berdasarkan data entalpi pembentukan zat pereaksi dan
produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya., kemudian
unsur-unsur itu bereaksi membentuk zat produk.
Secara umum, untuk reaksi:

mAB + nCD pAD + qCB ∆H = ?


∆H = [ p x ∆H f AD + q x ∆H f CB] – [m x ∆H0f AB + n x ∆H0f CD]
0 0 0

∆H0 = ∑∆H0f(produk) - ∑∆H0f (Pereaksi)

Contoh soal:
Diketahui entalpi pembentukan metanol, CH4O(l) = -238,6 kJ.mol-1; CO2(g) = -393,5 kJ mol-1; dan H2O(l) = -286
kJ mol-1.
a. Tentukan entalpi pembakaran metanol membentuk gas CO 2(g) dan air.
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembekaran 8 gram metanol. (Ar H = 1; C = 12; O=16)
Jawab:
Reaksi pembakaran metanol adalah sebagai berikut.
1
CH4O(l) + 1 O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) ∆H = ?
2
1
a. ∆H0 = [∆H0f CO2(g) + 2 x ∆H0f H2O(l)] – [∆H0f CH4O(l) + 1 x ∆H0f O2(g)]
2
1
= [-393,5 kJ + 2 x (-286 kJ)] – [-238,6 kJ + 1 x o kJ
2
= -726,9 kJ
Jadi, entalpi pembakaran metanol, CH 4O(l) = -726,9 kJ mol-1
8
b. 8 gram CH4O = mol = 0,25 mol.
32
Jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 8 gram CH 4O:
= 0,25 mol x 726,9 kJ mol-1 = 181,725 Kj

 Latihan 2.3
1. Jika diketahui ∆Hfo C H4(g) = -75 kJ/mol, ∆Hfo CO2(g)= -394 kJ/mol, dan ∆Hfo H2O(l) = -286 kJ/mol,
hitunglah ∆H reaksi pembakaran CH4(g)!
2. Diketahui reaksi:
C2H5OH(l) + 3O2(g) 2CO2(g) + 3H2O(l)
Jika ∆Hf CO2 = -399 kJ/mol, ∆Hfo H2O = -285,6 kJ/mol dan ∆Hfo C2H5OH = -277kJ/mol, maka ∆H reaksi
o

pembakaran etanol tersebut adalah …..


3. Diketahui entalpi pembentukan C2H5OH(l) = -278 kJ/mol, CO 2 = - 393,5 kJ/mol dan H 2O(l) = -286 kJ/mol.
Pembakaran 100 gram etanol menghasilkan kalor....
4. Diketahu reaksi
2C2H2 + 5O2 4CO2(g) + 2H2O ∆H = -2.600kJ
a. Berapa kalor yang di lepaskan saat membakar 52 gram gas C 2H2? (Ar C = 12, H=1)
b. Berapakah ∆HfoC2H2 bila diketahui ∆Hfo CO2(g)= -395 kJ/mol, dan ∆Hfo H2O(l) = -285 kJ/mol
36

5. Entalpi pembentukan PbO2 dan Pb3O4 masing-masing -66 kkal dan -174 kkal. Pada perubahan 478 gram
PbO2 (Ar Pb = 207, O=16) menjadi Pb3O4 menurut reaksi
3PbO2 Pb3O4 + O2 yang terjadi adalah…..

4. Berdasarkan energy ikatan


Pengertian Energi Ikatan
Atom dalam molekul dipersatukan oleh suatu gaya yang kita sebut ikatan kovalen. Untuk
memutuskan ikatan antar atom itu diperlukan energi. Makin kuat ikatan antar molekul maka energi
yang diperlukan untuk memutus ikatan makin besar pula. Energi ikatan didefinisaikan sebagai energi
yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan
dinyatakan dalam satuan kilojoule per mol (kJ mol -1).
Energi Ikatan Rata-Rata
Molekul biner yang terdiri dari tiga atau lebih atom mempunyai dua atau lebih ikatan. Untuk
molekul seperti itu, digunakan pengertian energi ikatan-rata-rata. Metana (CH 4), sebagai contoh,
mengandung 4 ikatan C-H. Pamutusan ikatan C-H satu per satu dari molekul CH 4 memerlukan energi
yang berbeda.
CH4(g) CH3(g)+ H(g) ∆H = p kJ
CH3(g) CH2(g)+ H(g) ∆H = q kJ
CH2(g) CH(g) + H(g) ∆H = r kJ
CH(g) C(g) + H(g) ∆H = s kJ
p≠q≠r≠s
Energi ikatan C-H dalam CH4, merupakan rata-rata dari 4 ikatan C-H tersebut, yaitu sama
dengan (p + q + r + s)/4. Untuk memutuskan keempat ikatan dalam CH4 diperlukan 1.664 kJ, maka
energi ikatan rata-rata C-H dalam CH4 adalah 1664 kJ/4 mol = 416 kJ mol-1.
H

H C H(g) C(g) + 4H(g) ∆H0= 1.664 kJ

H
Selain itu, ikatan C-H juga terdapat dalam berbagai molekul, misalnya dalam C 2H6, CH3OH, dan
CH3COOH. Kekuatan ikatan C-H dalam berbagai macam senyawa tersebut tentu berbeda satu dengan yang
lainnya.
37

Tabel 3.2 Beberapa harga energi ikatan

Ikatan Energi Ikatan Ikatan Energi Ikatan


(kJ mol–1) (kJ mol–1)

H – H 436 C – O 350
H – C 415 C = O 741
H – N 390 C – Cl 330
H – F 569 N ≡ N 946
H – Cl 432 O = O 498
H – Br 370 F – F 160
C – C 345 Cl – Cl 243
C = C 611 I – I 150
C – Br 275 Br – Br 190
C ≡ C 837 C ≡ N 891
O – H 464 C – N 292

Sumber: Holtzclaw, General Chemistry with Qualitative Analysis

Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam dua tahap, yaitu:
I. Pemutusan ikatan pada pereaksi
II. Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, reaksi gas klorin dengan gas hidrogen membentuk gas hidrogen klorida dapat digambarkan
sebagai berikut.

H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g)


∆H = 7

I
II

2H(g) + 2Cl(g)
38

Sesuai dengan hukum Hess, oerubahan entalpi reaksi (∆H) gas hidrogen dan gas klorin sama
dengan ∆H tahap-1 + ∆H tahap-II. Adapun ∆H tahap-1 = ∑ energi ikatan pada pereaksi (yang terputus),
sedangkan ∆H tahap-II = ∑ energi ikatan pada produk (yang terbentuk). Oleh karena itu, ∆H reaksi = ∑
energi ikatan pada pereaksi (ikatan yang putus) dikurangi dengan ∑ energi ikatan pada produk (ikatan yang
terbentuk).
∆H0 = ∑ Eikatan yg putus - ∑ Eikatan yg terbentuk

Untuk contoh di atas, perubahan entalpinya dihitung sebagai berikut:

Ikatan yang putus:

1 mol H-H = 436 kJ


1 mol Cl-Cl = 242 kJ
Jumlah energi ikatan yang putus = 678 kJ\ikatan yang terbentuk:
2 mol H-Cl = 2 x 431 kJ
= 862 kJ
∆H = ∑ Eikatan yg putus - ∑ Eikatan yg terbentuk
= 678 kJ – 862 kJ
= - 148 Kj
Contoh: menentukan ∆H reaksi berdasarkan energi ikatan
Dengan menggunakan tabel energi ikatan, tentukan (ramalkan) enerfi yang dibebaskan pada pembekaran
gas metana.
Jawab:
Reaksi pembekaran gas metana:
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g) ∆H= ?
Atau:
H H
H C H + 2O=O O=C=O + 2O ∆H= ?
H H

Pemutusan ikatan: Pembentukan Ikatan:


4 mol C-H = 4 x 413 kJ/mol = 1652 kJ 2 mol C=O = 2 x 799 kJ/mol = 1598 kJ
2 mol O=O = 2 x 492 kJ/mol = 984 kJ 4 mol O-H = 4 x 463 kJ/mol = 1852 kJ
x = 2636 kJ y = 3450 kJ
∆H = ∑ Eikatan yg putus - ∑ Eikatan yg terbentuk
∆H = x – y
= 2636 kJ – 3450 kJ
= -814 kJ

Entalpi reaksi yang dihitung berdasarkan data energi ikatan rata-rata sering berbeda dari entalpi
reaksi yang dihitung berdasarkan data entalpi pembentukan standar. Dalam hal ini harga yang lebih besar
adalah entalpi yang dihitung berdasarkan data entalpi pembentukan. Perbedaan tersebut terjadi karena
energi ikatan yang terdapat dalam data adalah energi ikatan rata-rata.

 Latihan. 2.4

Untuk soal no. 1 s.d. 8 gunakan data energi ikatan pada Tabel 3.2!
1. Tentukan ∆H reaksi gas C2H4 dengan H2 menjadi gas C2H6!
2. Tentukan ∆H untuk reaksi
39

C2H4 + HCl → C2H5Cl


3. Tentukan ∆H reaksi pembuatan alkohol dari gas etena dengan uap air
menggunakan katalis asam untuk mempercepat reaksi.
C2H4(g) + H2O(g) → C2H5OH(l)
4. Tentukan ∆H reaksi: HCN(g) + 2 H2(g) → CH3NH2(g)
5. Diketahui: 2 H2(g) + O2(g) →2 H2O(g) ∆H = –484 kJ
H – H(g) → 2 H(g) ∆H = +436 kJ
O = O(g) → 2 O(g) ∆H = +498 kJ
Tentukan energi ikatan rata-rata H – O!
6. Kalor yang diperlukan untuk menguraikan 146 gram HCl menjadi unsur-unsurnya adalah...
7. Tentukan ∆H reaksi C2H2 (g) + 2H2(g) → C2H6 adalah...
8. CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O ∆H = -109 kJ. Tentukan energi ikatan rata-rata C – H adalah...

TUGAS RUMAH

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar.


1. Jika kapur tohor dilarutkan dalam air, akan menghasilkan panas. Pernyataan
yang tepat untuk hal ini adalah . . . .
A. reaksi tersebut endoterm
B. entalpi sistem bertambah
C. entalpi sistem berkurang
D. ∆H reaksi positif
E. reaksi memerlukan kalor
2. Reaksi berikut terjadi pada suhu dan tekanan tertentu:
H2(g) + 1/2 O2(g) →H2O(l) ∆H = -286 kJ
H2(g) + O2(g) →2 H2O(l) ∆H = -572 kJ
H2(g) + 1/2 O2(g) →H2O(g) ∆H = -242 kJ
berdasarkan reaksi-reaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan entalpi tergantung pada . . .
A. suhu dan volum
B. tekanan dan suhu
C. jumlah dan wujud zat
D. jumlah zat dan kalor yang dibebaskan
E. kalor yang dibebaskan
3. Reaksi yang mempunyai harga ∆HR = ∆HofCO adalah . . . .
A. C(s) + 1/2 O2(g) → CO(g)
B. C(s) + O(g)) → CO(g)
C. C(s) + CO2(g) → 2 CO(g)
D. C(g) + 1/2 O2(g) → CO(g)
E. C(g) + CO2(g) → 2 CO(g)
4. Diketahui reaksi: CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = -350 kJ. Jumlah kalor yang dilepaskan pada reaksi di
atas dinyatakan dalam kJ/gram
CaO adalah . . . (Ar Ca = 40 O = 16).
A. 700 D. 12,5
B. 350 E. 6,25
C. 17,5
5. Sejumlah magnesium dibakar menghasilkan 1 gram MgO (Ar Mg = 24, O = 16) dan dilepaskan kalor 14,4
kJ. Perubahan entalpi pembentukan MgO adalah . . . .
40

A. 14,4 kJ D. -288 kJ
B. -14,4 kJ E. -576 kJ
C. 288 kJ
6. Diketahui ∆H pembakaran dari berbagai bahan bakar
Etana (C2H6) = -1821,50 kJ mol-1
Propana (C3H8) = -2217,30 kJ mol-1
Hidrogen (H2) = -242,00 kJ mol-1
Karbon disulfida (CS2) = -1075,40 kJ mol-1
Etanol (C2H4OH) = -1364,00 kJ mol-1
Untuk setiap 2 gram bahan bakar di atas, yang menghasilkan kalor paling
besar adalah . . . .
A. etana
B. propana
C. hidrogen
D. karbon disulfida
E. etanol
7. Jika energi ikatan rata-rata sebagai berikut.
C = C = 146 kkal
C – C = 83 kkal
C – H = 99 kkal
C – Cl = 79 kkal
H – Cl = 103 kkal

Maka perubahan entalpi pada adisi 117,6 gram etena dengan asam klorida
menurut persamaan reaksi: H2C = CH2 + HCl →H3C – CH2 – Cl sebesar . . . .
A. -2142 kJ mol–1 D. +50,4 kJ mol–1
–1
B. -305,76 kJ mol E. +21,42 kJ mol–1
–1
C. -50,4 kJ mol
8. Diagram entalpi tahap-tahap reaksi pembakaran belerang adalah sebagai
berikut.
2S(s) + 3O2(g)

-790,4 kJ mol–1

2SO2(s) + O2(g)

-196,6 kJ mol–1
2SO3(g)
Dari diagram perubahan entalpi disamping, maka ∆Hf untuk reaksi:
S(s) + O2(g) →SO2(g) adalah . . . .
A. 296,9 kJ mol-1
B. -296,9 kJ mol-1
C. 593,8 kJ mol-1
D. -593,8 kJ mol-1
E. 987,0 kJ mol-1
9. Untuk menaikkan suhu 100 gram air sebanyak XoC diperlukan energi 21 kJ, maka X sama dengan . .
(kalor jenis air = 4,2 J g–1 oC–1).
A. 50 oC D. 10 oC
o
B. 25 C E. 5 oC
o
C. 15 C
10. Pembakaran sempurna gas metana ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut:
CH4 + 2O2 →CO2 + 2H2O ∆H = -840 kJ
Jika seluruh kalor yang dihasilkan digunakan untuk mendidihkan air yang mula-mula bersuhu 25 o C maka
volum air yang bisa dididihkan menggunakan 24 gram metana adalah . . . . (ArC = 12 H = 1; c = 4,2 J/g oC).
A. 2,7 L C. 5,0 L D. 12,0 L
B. 4,0 L D. 8,0 L
41

10. Diketahui reaksi:


NaOH(aq) + HCl(aq) →NaCl(aq) + H2O(l) ∆H = -56 kJ mol-1
Bila 100 mL larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 200 mL larutan NaOH 0,15 M, maka perubahan
entalpi yang terjadi dalam reaksi ini adalah . . . .
A. -0,56 kJ
B. -3,08 kJ
C. -1,68 kJ
D. -1,40 kJ
E. -2,80 kJ
11. Diketahui energi ikatan sebagai berikut:
C – H = 414 kJ mol-1
C = O = 803 kJ mol-1
O – H = 464 kJ mol-1
O = O = 498 kJ mol-1
Jika ∆H pembakaran C2H2 = -1,26 x 103 kJ mol-1, maka energi ikatan C ≡ C adalah . . . .
A. 841 kJ D. 260 kJ
B. 807 kJ E. 540 kJ
C. 309 kJ
12. Hasil pembakaran bahan bakar bensin yang tidak sempurna dapat mengakibatkan pencemaran udara
oleh gas . . . .
A. CO D. NO
B. CO2 E. SO3
C. SO3
B. Selesaikan soal-soal berikut dengan jelas dan singkat.
1. Tulisan persamaan termokimia untuk pernyataan berikut:
a. Perubahan entalpi pembentukan H2SO4(l) adalah -194 kJ.
b. Pembakaran 1 mol etanol (C2H5OH) secara sempurna dibebaskan kalor sebanyak 1364 kJ.
2. 100 mL asam klorida 1 mol/L pada suhu 25oC bereaksi dengan 100 mL
natrium hidroksida 1 mol/L pada suhu 25oC. Suhu tertinggi campuran adalah 34oC. (kalor jenis larutan
= 4,2 J/oC).
a. Berapa ∆H reaksi tersebut?
b. Berapa ∆Hfo 1 mol air menurut percobaan reaksi ini?
3. Hitung ∆H pembakaran 116 gram gas butana jika diketahui:
∆Hfo C4H10(g) = –126,5 kJ mol–1
∆Hfo CO2(g) = –393,5 kJ mol–1
∆HfoH2O(l) = –285,8 kJ mol–1
4. Diketahui reaksi:
C(s) + 2 S(s) →CS2(g) ∆H = +27,6 kJ
C(s) + O2(g) →CO2(g) ∆H = -94,0 kJ
S(s) + O2(g) →SO2(g) ∆H = -70,9 kJ
Hitung perubahan entalpi jika 1 gram CS2 dibakar menurut reaksi:
CS2(s) + 3 O2(s) →CO2(s) + 2 SO2(g)
5. Diketahui :
H2(g) → 2H(g) ∆H = 104 kkal
N2(g) → 2N(g) ∆H = 225 kkal
½N2(g) + 3/2H2(g) → NH3(g) ∆H = -11 kkal
Hitunglah energi ikatan rata-rata N – H dalam NH3
42

PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI REAKSI


(Kalorimetri))

Tujuan : Menentukan perubahan entalpi pada reaksi antara larutan natrium hidroksida dengan
larutan asam klorida yang menghasilkan 1 mol air.

Alat dan Bahan :

1. Bejana plastik. 4. Penutup bejana plastik dari gabus.


2. Gelas ukur. 5. Larutan NaOH 1 M.
3. Termometer. 6. Larutan HCl 1 M.

Cara Kerja :

1. Masukkan 50 mL larutan NaOH 1 M ke dalam bejana plastik dan 50 mL larutan HC l 1 M


ke dalam gelas ukur.
2. Ukur suhu kedua larutan itu. Termometer harus dibersihkan dan dikeringkan sebelum
dipindahkan dari satu larutan ke larutan yang lain. Jika suhu kedua larutan berbeda,
tentukan suhu rata-rata (suhu awal).
3. Tuangkan HCl ke dalam bejana plastik yang berisi larutan NaOH kemudian tutup. Aduk
dengan thermometer dan perhatikan suhu yang ditunjukkan oleh thermometer. Suhu
akan naik kemudian menjadi tetap dan selanjutnya turun. Catatlah suhu yang tetap itu
(suhu akhir).

Hasil Pengamatan :

1. Suhu larutan NaOH 1 M =


2. Suhu larutan HCl 1 M =
3. Suhu rata-rata (suhu awal)=
4. Suhu akhir =
5. Kenaikan suhu =
43

Analisis Data :

1. Hitunglah energi yang harus pindah ke lingkungan.


2. Hitunglah jumlah mol NaOH dan jumlah mol HCl.
3. Hitunglah perubahan entalpi per mol air yang terbentuk dalam reaksi.
4. Tulislah persamaan termokimia untuk reaksi ini.

Catatan :

Pada perhitungan perubahan entalpi pada reaksi ini dianggap bahwa:

a. Massa jenis larutan sama dengan air).


b. Selama reaksi berlangsung, energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan dapat
diabaikan.
c. Kalor jenis air 4,21 J/K.g, massa jenis air 1 g/mL.

LAJU REAKSI
A. Konsentrasi Larutan

Dalam melakukan percobaan di laboratorium, seringkali reaksi yang dilakukan dalam bentuk larutan.
Satuan konsentrasi larutan yang umum digunakan adalah molaritas (M). Larutan dengan konsentrasi 1 M
artinya di dalam 1 L larutan tersebut terdapat 1 mol zat terlarut. Secara matematis, hubungan antara molaritas
dengan mol dan volum larutan ditulis sebagai berikut.

mol zat terlarut Massa zat terlarut 1000 mL


M= Atau M= x
Liter larutan Mr Volume larutan

Pengenceran larutan
Di laboratorium larutan yang berasal dari pabriknya, biasanya dalam konsentrasi tinggi, misalnya
asam klorida 12 M, dan asam asetat 17 M. Reaksi-reaksi kimia biasanya dilakukan pada konsentrasi larutan
yang rendah misalnya 1 M atau 0,1 M. Untuk keperluan tersebut, larutan yang pekat harus
diencerkan dahulu dengan menambahkan air. Di dalam pengenceran larutan, jumlah mol zat pada larutan
pekat sama dengan larutan encer, hanya volum larutannya yang berubah.
Jumlah mol zat terlarut dapat dihitung dengan mengalikan volum (V) dengan molaritas larutan.

V1M1 = V2 M2

KET: V1 = volum sebelum pengenceran


M1 = konsentrasi molar sebelum pengenceran
V2 = volum sesudah pengenceran
M2 = konsentrasi molar sesudah pengenceran

 LATIHAN
1. 0,02 mol HCl dimasukkan ke dalam air hingga volumnya menjadi 250 mL. Tentukan konsentrasi HCl
dalam larutan tersebut!
2. Untuk mendapatkan larutan Na2S2O3 2 M sebanyak 250 mL, berapa gram
Na2S2O3 yang dibutuhkan (Ar Na = 23, S = 32, O = 16)!
44

3. Tentukan molaritas larutan, jika 2 gram NaOH dilarutkan dalam air sampai
volum 500 mL!
4. Tentukan konsentrasi larutan yang terjadi jika kedalam 10 mL Na 2S2O3 0,5 M ditambah 10 mL air!
5. Berapa volum air yang harus kita tambahkan pada 50 mL larutan 0,5 M KOH, agar kita memperoleh
larutan KOH dengan konsentrasi 0,1M?
6. Tentukan konsentrasi larutan jika ke dalam 10 mL larutan HCl 2 M ditambahkan air 30 mL!

B. Konsep Laju Reaksi

Masih ingatkah kalian dengan persamaan reaksi? Persamaan reaksi terdiri atas reaktan dan produk. Reaksi
berjalan mulai dari reaktan menuju produk. Reaktan terletak di sebelah kiri anak panah, sedangkan produk
terletak di sebelah kanan. Dalam hal ini jika diandaikan reaksi berjalan terus, maka secara logika terlihat
jumlah molaritas reaktan akan semakin berkurang, sedangkan jumlah molaritas produk akan semakin
bertambah. Karena dalam reaksi tidak ada jarak yang harus ditempuh, maka jumlah molaritas reaktan
berkurang setiap saat atau jumlah molaritas produk bertambah setiap saat. Hal ini dapat dianalogikan sebagai
jarak yang ditempuh. Dengan analogi tersebut, maka kecepatan reaksi dapat didefinisikan sebagai
“kecepatan berkurangnya molaritas reaktan tiap satuan waktu”. Atau
jika ditinjau dari produk kecepatan reaksi dapat didefinisikan
sebagai “kecepatan bertambahnya molaritas produk tiap satuan
waktu”.

Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut.


aA→bB

−berkurangnyamolaritas reaktan −∆[reaktan] −1 ∆[ A ]


r= = ataurA= x
waktu yang ditempuh ∆t a ∆t

bertambahnya molaritas reaktan ∆ [ produk ] 1 ∆[ B]


r= = atau rB= x
waktu yang ditempuh ∆t b ∆t

dengan r = kecepatan reaksi ................... (Molar/ detik)


[reaktan] = molaritas reaktan .............. .. (Molar)
[produk] = molaritas produk................... (Molar)
t = waktu yang dibutuhkan ...... (detik)

Satuan waktu yang digunakan adalah detik dan dapat disingkat det. Tanda minus pada persamaan pertama
perlu diberikan, karena setiap saat molaritas reaktan berkurang. Jika molaritas reaktan berkurang, maka selisih
(∆) menjadi negatif, sedangkan kecepatan reaksi tidak mungkin berharga negatif. Simbol [ ] merupakan symbol
molaritas zat dengan satuan molar dan disimbolkan M. Laju reaksi disimbolkan dengan r yang artinya rate
reaction.

latihan :

1. Diketahui persamaan reaksi


A + 3B → 2C + 2D
Molaritas B mula-mula 0,9986 M dan dalam waktu 13,2 menit molaritas B berubah menjadi 0,9746 M.
Berapa kecepatan reaksi rata-rata selama waktu tersebut dalam M per detik?
2. Tuliskan persamaan laju reaksi dari reaksi berikut.
1. N2O4(g) → N2O4(g)
2. H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)
3. 2NO(g) + Br2(g)→ 2NOBr(g)
4. 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
5. N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
45

Persamaan laju reaksi


Secara eksperimen terbukti bahwa pada suhu tetap laju reaksi keseluruhan sebanding dengan perkalian
molaritas reaktan-reaktan yang bereaksi dengan pangkat tertentu.
Misal, reaksi :
aA + bB → cC
Persamaan laju reaksi (r) dapat dituliskan sebagai berikut.
r [A]x [B]y
r = k [A]x [B]y
dengan k = tetapan laju reaksi
x = orde atau tingkat reaksi terhadap zat A
y = orde atau tingkat reaksi terhadap zat B
[A] = konsentrasi awal A (mol/ Liter)
[B] = konsentrasi awal B (mol/ Liter)

Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan
melalui percobaan. Tingkat reaksi total adalah jumlah tingkat reaksi
untuk setiap pereaksi.

Orde reaksi total = x + y

Orde reaksi menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan perubahan laju reaksi.
Hubungan antara kedua besaran ini dapat dinyatakan dengan
grafik orde reaksi.
• Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi.

r r=k

[Pereaksi]

• Pada reaksi orde satu, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi.
Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih
cepat dari semula, dst.

r = k[pereaksi] 1

[pereaksi]

• Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaski akan sebanding dengan kenaikan
konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali,
maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari semula.

r = k [pereaksi]2
46

[pereaksi]

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

1. Konsentrasi

Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul
dalam setiap satuan luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi
berlangsung semakin cepat.
Semakin besar konsentrasi pereaksi, laju reaksinya semakin cepat

2. Luas permukaan sentuh

Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang
terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk
serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan berbentuk
lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan akan
semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Semakin luas permukaan bidang sentuh, laju reaksi semakin cepat

3. Temperatur

Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya suhu, energi gerak (kinetik) partikel
ikut meningkat sehingga makin banyak partikel yang memiliki energi kinetik di atas harga energi aktivasi
(Ea). Kenaikan suhu akan memperbesar laju reaksi Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah jika suhunya
berubah. Berdasarkan hasil percobaan, laju reaksi akan menjadi 2 kali lebih besar untuk setiap kenaikan
suhu 10oC.
Semakin tinggi suhu reaksi, laju reaksi semakin cepat.

r2 = A∆T/b x r1 t 2 = 1/r2 x t1

r2 = laju reaksi pada suhu tertentu


r1 = laju reaksi awal
T1 = suhu awal
T2 = suhu pada v2
A = kelipatan laju reaksi
A = kelipatan laju reaksi
t = rata-rata kenaikan suhu
b= kenaikan suhu

4. Pengaruh Katalis

Reaksi-reaksi kimia di dalam proses pembuatan suatu produk misalnya gas amonia harus dilakukan
dengan laju reaksi yang tinggi untuk mendapatkan produk yang banyak dalam waktu singkat. Dengan
cara meningkatkan suhu ternyata memerlukan biaya tinggi dan kadang-kadang produk tidak tahan
suhu tinggi. Alternatif lain yaitu dengan memberikan katalis.
Penambahan katalis reaksi akan semakin cepat

Berdasarkan fasenya katalis terdiri dari katalis homogen dan katalis heterogen
47

a. Katalis Homogen
Katalis homogen yaitu katalis yang mempunyai fase sama dengan fase zat pereaksi.
Contoh:
1) Ion Fe3+ sebagai katalis pada reaksi oksidasi ion I– dan S2O82–.
2) Gas NO sebagai katalis pada reaksi di udara.

b. Katalis Heterogen
Katalis heterogen yaitu katalis yang mempunyai fase berbeda dengan fase zat pereaksi.
Contoh:
1) Pt atau Ni yang berwujud padat dapat mengkatalisis reaksi adisi etena dengan gas H2.
C2H4(g) + H2(g) Ni C2H6(g)
2) Pt sebagai katalis pada penguraian gas HI.
2 HI(g) Pt H2(g) + I2(g)

c. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang dapat berperan sebagai katalis. Contohnya reaksi kalium
permanganat dan asam oksalat dalam suasana asam akan menghasilkan ion Mn 2+. Ion Mn2+ yang
dihasilkan akan mempercepat reaksi tersebut maka ion Mn 2+ disebut autokatalis. Untuk mempelajari
bagaimana cara kerja katalis dalam suatu reaksi dapat dijelaskan dengan teori tumbukan.
Disamping itu, ada beberapa zat yang dapat memperlambat suatu reaksi. Zat tersebut dinamakan
antikatalis, karena sifatnya berlawanan dengan katalis.
• Inhibitor
Inhibitor adalah zat yang memperlambat atau menghentikan jalannya reaksi.
Contoh:
SnCl2 bersifat inhibitor pada reaksi :
H2SO3 + udara H2SO4
• Racun katalis
Racun katalis adalah zat yang dalam jumlah sedikit dapat menghambat kerja katalis.
Contoh:
CO2,CS2, atau H2S merupakan racun katalis pada reaksi :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)

E. PERANAN KATALIS DALAM MAHLUK HIDUP DAN INDUSTRI

1) Peranan katalis dalam mahluk hidup

Telah diketahui bahwa laju reaksi akan meningkat secara tajam dengan naiknya suhu. Jika reaksi
tertentu tidak cukup cepat pada suhu normal, kita dapat mempercepat lajunya dengan meningkatkan suhu
reaksi. Namun demikian, terkadang upaya ini tidak layak dilakukan. Misalnya, sel mahluk hidup dirancang
untuk beroperasi pada suhu sekitar 37oC. Akan tetapi, banyak reaksi biokimia dalam tubuh yang akan
berlangsung terlalu lambat pada suhu ini bila tidak ada campur tangan zat lain. Dalam tubuh kita, berbagai
proses biokimia dipercepat oleh katalis yang disebut enzim (biokatalis). Enzim-enzim ini selalu bekerja secara
spesifik; suatu reaksi hanya dapat dipercepat oleh enzim tertentu, ibarat lubang kunci dengan anak kuncinya.
Enzim membentuk kompleks dengan substrat (zat yang akan dipercepat reaksinya), lalu kompleks itu terurai
menghasilkan zat yang diinginkan, sedangkan enzim dikembalikan lagi ke bentuknya semula.
Contoh:
• Enzim oksidase mempercepat reaksi oksidasi
• Enzim hidrolase mempercepat pemecahan bahan makanan melalui reaksi hidrolisis.

2) Peranan katalis dalam industry

Dalam proses industri, penggunaan suhu yang lebih tinggi untuk mempercepat reaksi seperti proses
Haber untuk sintesis ammonia bisa saja dilakukan, akan tetapi biaya operasionalnya akan menjadi sangat
mahal. Di dalam indutsri kimia, meningkatkan suhu berarti menambah biaya untuk pasokan energi. Oleh
karena itu, diperlukan suatu zat yang mampu mempercepat reaksi tanpa harus meningkatkan suhu atau
tekanan sehingga biaya produksi menjadi lebih murah. Zat tersebut adalah katalis.
48

Latihan

1. Dari suatu eksperimen reaksi:


2 H2 + 2 NO → 2 H2O + N2 pada 273oC diperoleh data sebagai berikut:
Perc. [H2] mol/L [NO] mol/l Laju reaksi (mol/Ldet)
1 0,1 0,1 30
2 0,5 0,1 150
3 0,1 0,3 270

Tentukan:
1) orde reaksi,
2) persamaan laju reaksi,
3) tetapan laju reaksi.
2. Dari suatu eksperimen reaksi:
H2 + NO → H2O +1/2N2 pada 300 oC diperoleh data sebagai berikut:

Perc. [H2] mol/L [NO] mol/l Laju reaksi (mol/Ldet)


1 0,1 0,1 20
2 0,4 0,1 80
3 0,1 0,2 160

Tentukan:
1) orde reaksi,
2) orde total
3) persamaan laju reaksi,
4) tetapan laju reaksi (k)
5) tentukan laju reaksi, jika [H2] dan [NO] adalah 0,1 M
3. Pada temperatur 273°C, gas brom dapat bereaksi dengan nitrogen monoksida menurut persamaan reaksi:
2 NO(g) + Br2(g) → 2 NOBr(g)
Data hasil eksperimen dari reaksi itu adalah sebagai berikut:
Perc. [NO] mol/L [Br2] mol/l Laju reaksi (mol/Ldet)
1 0,1 0,05 6
2 0,1 0,10 12
3 0,1 0,20 24
4 0,2 0,05 24
5 0,3 0,05 54

Tentukan: a. Orde reaksi terhadap NO


b. Orde reaksi terhadap Br2
c. Orde reaksi total
d. Persamaan laju reaksinya
e. Tetapan laju reaksi (k)

4. Dari suatu eksperimen reaksi:


H2 + NO → H2O +1/2N2 pada 400 oC diperoleh data sebagai berikut:
Perc. [H2] mol/L [NO] mol/l Waktu (det)
1 0,02 0,01 32
2 0,02 0,08 32
3 0,08 0,04 2

Tentukan:
1) orde reaksi
2) orde total
3) persamaan laju reaksi
4) tetapan laju reaksi (k)
49

5) tentukan laju reaksi, jika [H2] dan [NO] adalah 0,2 M


5. suatu reaksi mempunyai persamaan laju r = k[P] 2[Q]. Jika konsentrasi masing-masing pereaksi diperbesar 3
kali, laju reaksinya meningkat....
6. Persamaan laju suatu reaksi dirumuskan dengan r = k[NO 2]2[Br2] jika [NO2] dinaikkan 2 kali dan [Br2]
dinaikkan 4 kali, laju reaksi menjadi... semula
7. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 10 oC.Jika laju suatu reaksi pada suhu 15
o
C adalah a M detik–1, berapa laju reaksi pada suhu 45oC adalah...
8. Suatu reaksi berlangsung tiga kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 20 oC.Jika laju suatu reaksi pada suhu 25
o
C adalah 10 M detik–1, berapa laju reaksi pada suhu 65oC adalah...
9. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi meningkat dua kali semula. Jika pada suhu 23 oC laju reaksinya 0,25 M/s,
pada suhu 53oC laju reaksinya menjadi...
10. Dalam suatu percobaan, disimpulkan bahwa setiap kenaikan 25 laju reaksi meningkat 3 kali semula. Jika
pada suhu 20oC laju reaksinya b M/s, pada suhu 70 oC laju reaksinya menjadi...
11. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kenaikan suhu 10 oC. Jika, pada suhu 15oC lamanya
reaksi 2 menit maka lamanya reaksi pada suhu setelah suhu dinaikkan menjadi 45oC adalah...
12. Suatu reaksi berlangsung tiga kali lebih cepat jika suhu dinaikkan sebesar 20 oC. Jika pada suhu 30oC reaksi
berlangsung 3 menit berapakah waktu yang di butuhkan pada suhu 90oC!

KESETIMBANGAN KIMIA
Reaksi-reaksi yang dilakukan di laboratorium pada umumnya berlangsung satu arah. Tetapi ada juga reaksi
yang dapat berlangsung dua arah atau dapat balik. Reaksi searah disebut juga reaksi irreversibel. Reaksi dapat
balik atau dapat berubah lagi menjadi zat-zat semula disebut juga reaksi reversibel. Reaksi dapat balik yang
terjadi dalam satu sistem dan laju reaksi ke arah hasil atau sebaliknya sama disebut reaksi dalam keadaan
setimbang atau reaksi kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan banyak terjadi pada reaksi-reaksi dalam wujud
gas. Sistem yang termasuk reaksi kesetimbangan disebut system kesetimbangan.

A. Reaksi Kesetimbangan

Sebelum mempelajari reaksi kesetimbangan, kita perhatikan dulu contoh reaksi searah dan reaksi dapat balik.
Contoh reaksi searah yaitu reaksi antara batu pualam dengan asam klorida dengan reaksi: CaCO 3(s) + 2 HCl(aq)
→ CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l). Kalau kita reaksikan lagi hasil reaksi tersebut tidak akan kembali lagi. Reaksi ini
disebut juga reaksi berkesudahan. Contoh reaksi dapat balik yaitu pemanasan kristal tembaga(II) sulfat hidrat.
Kristal tembaga(II) sulfat hidrat berwarna biru jika dipanaskan akan berubah menjadi tembaga(II) sulfat
berwarna putih. Jika pada tembaga (II) sulfat diteteskan air maka akan berubah lagi menjadi tembaga(II) sulfat
hidrat. Reaksinya ditulis sebagai berikut.
CuSO4.5 H2O(s) → CuSO4(s) + 5 H2O(g)
biru putih
CuSO4(s) + 5 H2O(l) →CuSO4.5 H2O(s)
putih biru
Reaksi yang dapat balik, dapat ditulis dengan tanda panah yang berlawanan,( ). Persamaan reaksi di atas
dapat ditulis:
CuSO4.5 H2O(s) CuSO4(s) + 5 H2O(l)
Setelah mempelajari reaksi searah dan reaksi dapat balik, sekarang kita pelajari reaksi kesetimbangan.
Ciri-ciri keadaan setimbang dinamis adalah sebagai berikut.
1. Reaksi berlangsung terus-menerus dengan arah yang berlawanan.
2. Terjadi pada ruangan tertutup, suhu, dan tekanan tetap.
3. Laju reaksi ke arah hasil reaksi dan ke arah pereaksi sama.
4. Tidak terjadi perubahan makroskopis, yaitu perubahan yang dapat diukur atau dilihat, tetapi peruahan
mikroskopis (perubahan tingkat partikel) tetapberlangsung.
5. Setiap komponen tetap ada.
Reaksi kesetimbangan dinamis yaitu reaksi yang berlangsung terus-menerus
50

dengan arah yang berlawanan dan kecepatan yang sama. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh reaksi
kesetimbangan dinamis dapat dilihat pada permainan sirkus. Pada permainan sirkus, ada seekor burung yang
mencoba berjalan pada roda yang berputar. Burung berjalan ke kiri, sedangkan roda berputar ke kanan. Jika
kecepatan roda ke kanan sama dengan kecepatan burung berjalan, maka posisi burung itu akan tetap dan
kelihatan diam. Kejadian itu disebut keadaan setimbang dinamis sebab burung kelihatan diam padahal kakinya
berjalan terus dengan arah yang berlawanan dengan
roda berputar.

B. Reaksi Kesetimbangan Homogen dan Reaksi Kesetimbangan Heterogen

Berdasarkan wujud zatnya reaksi kesetimbangan dikelompokkan menjadi kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen.

1. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennya mempunyai wujud yang sama.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas gas-gas
2 SO2(g) + O2(g) 2 SO3(g)
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g)
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas ion-ion
Fe3+(aq) + SCN–(aq) Fe(SCN)2+(aq)
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat berwujud cair
CH3COOH(l) + CH3CH2OH(l) CH3COOCH2CH3(l) + H2O(l)
2. Kesetimbangan Heterogen

Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang komponennyaterdiri atas zat-zat dengan wujud
yang berbeda.
Contoh:
a. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat cair, gas, dan larutan
Reaksi: CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
b. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat dan gas
C(s) + 2 N2O(g) CO2(g) + 2 N2(g)
c. Reaksi kesetimbangan yang terdiri atas zat padat, cair, dan gas
ICI(l) + Cl2(g) ICl3(g)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Kesetimbangan

Kalau ada pengaruh dari luar, sistem kesetimbangan akan terganggu. Untuk mengurangi pengaruh
perubahan, sistem kesetimbangan akan mengadakan aksi misalnya terjadi lagi reaksi-reaksi di antara
komponennya atau terjadi penguraian dari satu komponen, sehingga pengaruh tersebut akan berkurang.
Henry Louis Le Chatelier, ahli kimia Prancis (1852 – 1911) mengemukakan suatu pernyataan mengenai
perubahan yang terjadi pada sistem kesetimbangan jika ada pengaruh dari luar.
Pernyataan ini dikenal sebagai Azas Le Chatelier yang berbunyi:

Jika suatu sistem kesetimbangan menerima suatu aksi maka sistem tersebut akan mengadakan reaksi,
sehingga pengaruh aksi menjadi sekecil-kecilnya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem kesetimbangan adalah perubahan suhu, perubahan
konsentrasi, perubahan tekanan, dan perubahan volum.

1. Pengaruh Perubahan Suhu pada Kesetimbangan


Reaksi kesetimbangan dapat merupakan reaksi eksoterm maupun endoterm. Pada reaksi-reaksi ini
perubahan suhu sangat berpengaruh. Contohnya pada reaksi kesetimbangan antara gas nitrogen dioksida dan
dinitrogen tetraoksida dengan reaksi:
2 NO2(g) N2O4(g) ∆H = –59,22 kJ
Coklat tak berwarna
• Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan bergeser ke arah reaksi endoterm.
51

• Jika suhu diturunkan, kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm

2. Pengaruh Perubahan Konsentrasi pada kesetimbangan


Untuk mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada kesetimbangan, perhatikan percobaan
penambahan ion-ion dan zat lain pada sistem kesetimbangan berikut.
Fe3+(aq) + SCN–(aq) Fe(SCN)2+(aq)
Coklat tak berwarna merah

• Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponen ditambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah
yang berlawanan.
• Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponennya dikurangi , kesetimbangan akan bergeser ke
arah komponen tersebut.

3. Pengaruh Perubahan Tekanan pada Kesetimbangan


Tekanan akan mempengaruhi zat-zat yang berwujud gas.

• Jika tekanan diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen yang jumlah molnya lebih kecil.
• Jika tekanan diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah komponen yang jumlah molnya lebih besar

4. Pengaruh Perubahan Volum pada Kesetimbangan


Perubahan volum pada kesetimbangan bergantung pada komponennya, baik komponen gas atau
komponen ion-ion.

a. Perubahan Volum pada Kesetimbangan yang Komponennya Gas


Pada kesetimbangan yang komponennya gas, perubahan volum akan berpengaruh jika pada
kesetimbangan jumlah mol pereaksi berbeda dengan jumlah mol hasil reaksi. Pengaruh perubahan volum akan
merupakan kebalikan dari pengaruh perubahan tekanan sebab jika pada suatu sistem kesetimbangan, volum
diperkecil maka tekanan menjadi besar, jika volum diperbesar tekanan
menjadi kecil. Jadi, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Untuk komponen gas,


• jika volum diperbesar maka kesetimbangan bergeser ke arah komponen
yang jumlah molnya besar.
• jika volum diperkecil maka kesetimbangan bergeser ke arah komponen
yang jumlah molnya kecil.
b. Perubahan Volum pada Kesetimbangan yang Komponen- Komponennya Berupa Ion-Ion
Untuk mempelajari pengaruh perubahan volum pada kesetimbangan ini, salah satu contohnya
pengenceran pada kesetimbangan:
Fe2+(aq) + SCN–(aq) Fe(SCN)2+(aq)
tidak berwarna merah

Pengenceran pada kesetimbangan ini mengakibatkan warna merah berkurang atau kesetimbangan
bergeser ke arah ion Fe2+ dan SCN–. Pengenceran pada larutan menyebabkan volum menjadi besar, maka
untuk kesetimbangan yang jumlah mol atau jumlah partikel pereaksi dan hasil reaksinya
berbeda,kesetimbangan akanbergeser ke arah partikel yang jumlahnya lebih besar

 Latihan!
1. Kearah mana reaksi akan bergeser jika volume dan tekanan di perbesar ?
a. SO3 (g) → SO2 (g) + 1/2O2 (g) ∆H= -123 Kj/mol
b. NH4OH → NH3 + H2O ∆H = + 254 Kj/mol
2. Jika reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O kearah mana reaksi akan bergeser jika:
a. Konsentrasi HCl di tambahkan 0,5 M
b. Konsentrasi NaOH dikurangi 0,2 M
3. Apa yang akan terjadi pada kesetimbangan berikut jika tekanan diperbesar?
a. H2(g) + Cl2(g) ↔ HCl(g) c. PCl3(g) + Cl2(g) ↔ PCl5(g)
b. SO2(g) + O2(g) ↔ SO3(g) d. C(s) + CO2(g) ↔ CO(g)
52

4. Zat apa yang akan bertambah pada kesetimbangan berikut jika volum diperbesar?
a. CH4(g) + H2S(g) ↔ CS2(g) + H2(g)
b. N2(g) + H2(g) ↔ NH3(g)
c. CO(g) + H2(g) ↔ CH3OH(g)
d. NO2(g) ↔N2O4(g)

5. NH3 dibuat dari gas N2 dan H2 menurut reaksi kesetimbangan:


N2(g) + 3 H2(g) ↔ 2 NH3(g) ∆H = –196,6 kJ. Tentukan arah pergeseran reaksi kesetimbanan jika:
a. ke dalam sistem ditambah gas N2
b. ke dalam sistem gas NH3 dikurangi
c. volum diperkecil
d. tekanan diperbesar
e. suhu dinaikkan.

D. Tetapan Kesetimbangan (Kc)

Menurut Cato Guldberg dan Waage, pada suhu tetap, harga tetapan kesetimbangan akan tetap. Hukum
Cato Guldberg Waage berbunyi : “Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali konsentrasi
zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali konsentrasi pereaksi yang sisa di mana masing-masing konsentrasi
itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.”

1. Tetapan Kesetimbangan Konsentrasi


Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai hokum kesetimbangan.
Untuk reaksi kesetimbangan :
aA + b B ↔ c C + d D

[ C ]c[D]d
maka : Kc =
[ A ]a[B]b
Contoh: [CO] 2
a. C(s) + CO2(g) ↔ 2 CO(g) Kc =
[CO2] [Zn2+]
2+ 2+
b. Zn(s) + Cu (aq) ↔ Zn (aq) + Cu(s) Kc=
[Cu2+]
Kc adalah konsentrasi atau tetapan kesetimbangan konsentrasi yang harganya tetap selama
suhu tetap. [A], [B], [C], dan [D] adalah konsentrasi zat A, B, C dan D ( satuan M (molaritas) atau
mol/liter).
Zat-zat yang terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat (s), larutan (aq), gas (g) dan cair
(l). Tetapi yang dimasukkan dalam tetapan kesetimbangan konsentrasi hanya zat-zat yang
berbentuk gas (g) dan larutan (aq) saja. Hal ini desebabkan konsentrasi zat padat adalah tetap
dan nilainya telah terhitung dalam harga Kc.
2. Reaksi kesetimbangan gabungan
Jika Reaksi dibalik, Kc menjadi 1/Kc
Jika Raksi dijumlah, harga - harga Kc dikalikan
Jika Reaksi dikali dengan X,Kc menjadi Kcx
Jika reaksi dibagi dengan x, Kc menjadi Kc 1/x
3. Derajat Disosiasi
Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana. Derajat
disosiasi adalah perbandungan antara jumlah mol yang trurai dengan jumlah mol mula-mula.

Mol zat yang terurai


α=
mol zat mula-mula
53

atau
Mol zat yang terurai = α x mol zat mula-mula
Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:
- α= 0, berarti tidak terjadi penguraian
- α=1, berarti terjadi penguraian sempurna
- 0 < α < 1, berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian)
-
 Latihan!
1) Tuliskan konstanta kesetimbangan Kc untuk reaksi berikut ini.
a. PCl3(g) + Cl2(g )↔ PCl5(g)
b. 3 O2(g) ↔ 2O3(g)
c. 4 NH3(g) + 3 O2(g) ↔ 2 N2(g) + 6 H2O(g)
d. C(s) + N2O(g) ↔ CO2(g) + N2(g)
e. AgCl(s) ↔ Ag+(aq) + Cl–(aq)
f. Ag+(aq) + Fe2+(aq) ↔ Fe3+(aq) + Ag(s)
2) Suatu reaksi kesetimbangan :
2SO2(g) + O2 (g) 2SO3 (g) Kc= 64
Pada suhu yang sama, nilai tetapan kesetimbangan reaksi:
SO2(g) + 1/2O2 (g) SO3(g) adalah...
3) Pada reaksi kesetimbangan
N2(g) + O2 (g) 2NO (g) Kc = 25
Pada suhu yang sama, nilai Kc untuk reaksi :
2NO(g) 2N2(g) + 2O2(g) adalah...

4) Diketahui pada reaksi kesetimbangan HI ½H2(g) + ½ I2(g) Kc = 8


Pada suhu yang sama, nilai Kc untuk reaksi 2HI H 2(g) + I2(g) adalah...
5) Tetapan kesetimbangan untuk reaksi :
2NO(g) + O2 (g) 2NO2(g) adalah 4. Pada suhu yang sama, nilai tetapan kesetimbangan
untuk reaksi: NO(g) NO (g) +1/2O2 (g) adalah...
6) Pada suatu tempat dengan volum 5 liter terdapat 0,125 mol gas PCl3, 0,01 mol PCl5, dan 0,05
mol Cl2. Kesetimbangan terjadi pada suhu 230oC dengan reaksi PCl3(g) + Cl2(g) ↔ PCl5(g).
Tentukan derajat disosiasi dan harga Kc!
7) Di dalam ruang 4 liter terdapat reaksi kesetimbangan :
NO2(g) + CO(g) NO(g) + CO2(g) jika pada saat setimbang terdapat gas
NO2 dan gas CO masing-masing 0,2 mol, sedangkan gas NO dan CO 2 masing-masing
0,4 mol, tentukan derajat disosiasi dan harga Kc adalah...
8) Sebanyak 0,1 mol HI dimasikkan ke dalam labu 1 liter dan dibiarkan terurai menurut reaksi : 2
HI(g) H2 (g) + I2 (g) setelah tercapai kesetimbangan, I2 yang terbentuk adalah 0,02 mol.
Nilai tetapan kesetimbangan reaksi tersebut adalah...
9) Untuk reaksi H2(g) + I2(g) → 2 HI(g) diketahui mol mula-mula H2 = 0,2 mol dan I2 = 0,4 mol .
Jika pada saat kesetimbangan masih tersisa I2 = 0,25 mol /L dengan volume 1 liter berapa harga
konstanta kesetimbangan?
10) Reaksi CO2(g) + NO(g) → NO2(g) + CO(g) dilakukan dalam wadah 5 liter. Pada keadaan awal
terdapat 5 mol CO2 dan 4 mol NO. Sesudah kesetimbangan NO yang masih tersisa 2 mol berapa
harga konstanta kesetimbangan?
11) Diketahui reaksi kesetimbangan:
2CO(g) + O2(g) 2CO2(g) dalam ruang 2 liter direaksikan 5 mol CO dan 5 mol O 2. Jika pada
saat setimbang terdapat 4 mol gas CO2, nilai tetapan kesetimbangannya adalah...
12) Pada suhu ToC, nilai K dari reaksi:
2NO2(g) + O2(g) N2O4(g) adalah 12,5 dalam ruang 1 liter, 0,4 mol NO 2direaksikan
dengan O2. Jika saat setimbang terbentuk N2O4 sebesar 0,1 mol, gas O2 mula-mula sebesar ...
mol
13) Dalam tabung yang bervolume 5 liter, pada saat kesetimbangan tercapai terdapat 0,4 mol gas
SO2, x mol gas O2 dan 0,8 mol gas SO3. Jika harga tetapan kesetimbangan (Kc) = 12,5 jumlah
mol gas O2 pada saat kesetimbangan tercapai adalah …… mol

E. Tetapan kesetimbangan Parsial Gas


54

Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan gas dinyatakan dengan notasi Kp, yaitu hasil kali
tekanan parsial gas-gas hasil reaksi dibagi dengan hasil kali tekanan parsial gas-gas peeaksi, masing-
masing tekanan parsial gas dipangkatkan koefisiennya menurut persamaan reaksi.

mA(g) + nB(g) ↔ pC(g) + qD(g)

(PC)p(PD)q
Maka : Kp =
(PA)m(PB)n
Dengan:
Kp = tetapan kesetimbangan tekanan gas
PA = tekanan parsial gas A (atm)
Mol A
PA = x P tot
Mol total

PB = tekanan parsial gas B (atm)


Mol B
PB = x P total
Mol total

PC = tekanan parsial gas C (atm)


Mol C
PC = x Ptotal
Mol total
PD = tekanan parsial gas D (atm)
Mol D
PD = x Ptotal
Mol total

F. Hubungan Kc dengan Kp

Dengan mengasumsikan bahwa gas merupakan gas ideal dapat diperoleh hubungan antara Kp dan Kc.
Misal persamaan reaksi kesetimbangan aA(g) ↔ bB(g)
Persamaan gas ideal PV = nRT

nRT
P=
V
n
M=
V
(PB)b
Kp=
(PA)a

([B]RT)b
Kp =
([A]RT)a
[B]b [B]b
Kp = RT(b – a) dimana Kc =
a
[A] [A]a

Jadi Kp = Kc RT(b-a)
55

∆n = b – a maka : Kp = Kc RT∆n

Ket: Kp = Tetapan kesetimbangan gas


Kc = Tetapan kesetimbangan cair
R = Tetapan suhu (0,082 L atm mol -1 K-1)
T = Suhu (K)

G. Kesetimbanagan dalam Industri

Penerapan system kesetimbanagnan reaksi antara lain dilakukan dalam industry kimia. Agar industry
tersebut menguntungkan secara ekonomi, maka diterapkan prinsip tertentu yaitu menghasilkan produk
sebanyak-sebanyaknya dengan waktu sesingkat mungkin oleh karena itu, harus dihindari terjadinya reaksi
bolak – balik, karena akan menyebabkan produk kembali lagi menjadi bahan baku, sehingga pabrik kimia
mengalami kerugian besar . dengan demikian, factor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan harus diperhatikan, agar pergeseran kesetimbangan selalu menuju kea rah terbentuknya
produk. Bagamana contoh penerapan system kesetimbangan dalam industry ? perhatikan penjelasan
berikut ini!
1. Pembuatan ammonia (NH3) menurut Proses Haber – Bosch
Proses pembuatan ammonia ditemukan oleh Karl Bosch dan Fritz Haber dibuat melalui reaksi
berikut.
N2(g) + 3H2 2NH3(g) = -92 kJ
Gas N2 pada reaksi diatas diperoleh dari udara, sedangkan gas H 2 diperoleh dari hasil reaksi gas
alam dan air. Untuk menghindari reaksi bolak-balik, kesetimbangan reaksi harus diusahakan
bergeser kea rah terbentuk nya NH3. Sesuai Asas Le Chatelier, maka harus dilakukan usaha-usaha
berikut.
a. Memperbesar tekanan
Koefisien produk (NH3) lebih kecil dari pada koefisien pereaksi (N 2 dan H2). Agar
kesetimbanga selalu bergeser kea rah terbentuknya produk NH 3, maka tekanan harus
diperbesar. Tekanan yang biasa digunakan adalah 150 – 300 atm.
b. Menurunkan suhu
Reaksi ke kanan (kea rah terbentuknya produk) merupakan reaksi eksoterm. Supaya reaksi
selalu bergeser ke kanan, suhu harus diturunkan. Karena suhu rendah menyebabkan reaksi
berlangsung lambat, maka dipilihlah suhu optimum, yaitu suhu 400 – 500 oC. pemilihan suhu
optimum bertujuan memaksimalkan laju reaksi dan mencegah dan mencegah reaksi bergeser
ke kiri.
c. Mendambahkan katalis
Katalis yang digunakan yaitu Fe3O4 yang mengandung K2O, CaO, MgO Al2O3 dan SiO2.
Penggunaan katalis dimasukkan agar reaksi kekanan berlangsung cepat. Walaupun sudah
diatur dengan maksimal , ternyata hanya 15% ammonia yang bias diambil. Sementara itu,
85% sisa ammonia kembali lagi kearah N 2 dan H2 yang akan bereksi lagi membentuk NH3
2. Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya , sebagai bahan campuran dalam deterjen, cat, zat warna, fiber, plastic, industry logam
dan sebagainya. Dalam industry, pembuatan asam sulfat dikenal dengan proses kontak . proses
ini melalui beberapa tahap sebagai berikut.
a. Belerang dibakar dengan oksigen menghasilkan belerang dioksida.
Reaksi yang terjadi yaitu:
S(s) + O2(g) → SO2(g)
b. Belerang dioksidasi (SO2) direaksikan dengan oksigen membentuk gas belerang trioksida.
Reaksi y yang terjadi yaitu:
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
Reaksi di atas berlangsung sangat lambat, sehingga harus diberi katalis. Katalis yang
digunakan adalah vanadium pentaoksida (V5O5). Selain itu, reaksi harus terjadi pada suhu
optimum (450oC)
c. Gas SO3 direaksikan dengan asam sulfat pekat menghasilkan asam disulfat atau asam
pirosulfat (oleum). Reaksinya adalah
H2SO4 (l) + SO3(g) ↔ H2S2O7(l)
56

d. Asam pirosulfat (H2S2O7) dilarutkan dalam air menghasilkan H2SO4 reaksi yang terjadi yaitu:
H2S2O7(l) + H2O (l) → 2 H2SO4(l)

3. Pembuatan asam nitrat (HNO3) dengan proses Ostwald


Dalam kehidupan sehari-hari, asam nitrat sering digunakan sebagai dasar pembuatan pupuk
sebagaimana dengan ammonia. Asam ini juga merupakan bahan dalam pembuatan bahan
peledak. Pembuatan asam nitrat dikenal dengan proses Otswald. Proses ini berlangsung dalam 3
tahap, yaitu:

a. Pembuatan NO
Gas NO diperoleh dari mereksikan ammonia dengan oksigen pada suhu 900 oC tekanan
4 – 10 atm dengan adanya katalis Pt- Rh. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
4NH3(g) + 5O2(g) ↔ 4 NO(g) + H2O(l) ∆H = -907 kJ

b. Pembuatan NO2
Setelah gas NO terbentuk, gas NO didinginkan dahulu sampai suhu mencapai 25 – 40 oC
kemudian direaksikan dengan gas oksigen pada tekanan 7 – 12 atm. Reaksi yang terjadi
adalah 2NO(g) + O2(g) ↔ 2NO2(g) ∆H = -114 Kj

c. Pembentukan HNO3
Pada tahap ini, gas direaksikan dengan air membentuk HNO 3 dan NO. reaksi yang terjadi
3NO(g) + H2O(l) ↔ 2HNO3(g) + NO(g) ∆H= -114 kJ
 LATIHAN
1. Tentukan konstanta kesetimbangan Kp untuk reaksi-reaksi berikut ini!
a. PCl3(g) + Cl2(g) → PCl5(g)
b. H2(g) + Br2(g) →HBr(g)
c. NO(g) + Br2(g) →NOBr(g)
d. SO2(g) + O2(g) →SO3(g)
e. C(s) + CO2(g) ↔ CO(g)
f. NH4Cl(s) ↔ NH3(g) + HCl(g)
g. FeO(s) + CO(g) ↔ Fe(s) + CO2(g)
2. Suatu reaksi kesetimbangan : A(g) + B(g) 2C(g)
Juka tekanan total ruangan = 2 atm, pA = 0,8 atm, pB = 0,4 atm, nilai Kp adalah...
3. Pada suhu 25oC terdapat kesetimbangan N2 + 3 H2 ↔ 2 NH3. Pada keadaan setimbang terdapat
tekanan parsial gas H2 = 0,15 atm, NH3 = 0,15 atm. Berapa tekanan parsial gas N 2, jika Kp = 54?
4. Pada suhu 425oC dalam ruang 10 liter, 3 mol gas HI terdisosiasi 50% menghasilkan gas H 2 dan I2. Jika
tekanan total campuran gas adalah 6 atm, berapa harga Kp?
5. Campuran 1 mol gas karbon dioksida dan 1 mol gas hidrogen mencapai kesetimbangan pada suhu 25
o
C dan tekanan total 0,1 atm. Persamaan reaksi kesetimbangan :
CO2(g) + H2(g) CO(g) + H2O(g)
Pada analis akhir terdapat 16% karbon monoksida. Tetapan kesetimbangan Kp adalah...
6. Harga Kc untuk reaksi berikut ini pada suhu 900 oC adalah 0,28.
CS2(g) + 4 H2(g) ↔ CH4(g) + 2 H2S(g) Tentukan harga Kp pada temperatur itu, jika R = 0,082?
7. Dalam ruang 2 liter dicampurkan 0,4 mol zat A dan 0,6 mol zat B yang reaksnya:
A + B C + D
Jika saat setimbang terdapat gas C dan gas D masing-masing 0,3 mol pada tekanan 1 atm, nilai Kp
adalah...
8. Tentukan harga Kp pada reaksi kesetimbangan PCl5(g) ↔ PCl3(g) + Cl2(g). Jika harga Kc pada suhu
190oC adalah 3,2, (R = 0,082).
9. Dalam tabung yang bervolume 5 liter, pada saat kesetimbangan tercapai terdapat 0,4 mol gas SO 2, x
mol gas O2 dan 0,8 mol gas SO3. Jika harga tetapan kesetimbangan (Kc) = 12,5 jumlah mol gas O 2 pada
saat kesetimbangan tercapai adalah …… mol
10. Pada suhu 298 K terapat reaksi kesetimbnagan :
N2O4(g) 2NO2(g)
Dalam ruang 1 liter 0,3 mol N2O4 terurai menjadi NO2. Saat gas NO2 terbentuk 0,2 mol, terjadi
kesetimbangan. Jika R= 0,082. Nilai Kp adalah...
57

Anda mungkin juga menyukai