Anda di halaman 1dari 22

TERMOKIMIA

A. Pengertian Termokimia
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi, umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami
perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan
energy termal antara dua benda yang suhunya berbeda. Kita sering
mengatakan “aliran kalor” dari benda panas ke benda dingin. Walaupun
“kalor” itu sendiri mengandung arti perpindahan energy, kita biasanya
menyebut “kalor diserap” atau “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu yang mempelajari
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia
(thermochemistry) (Chang, 2005: 161).
Dalam kimia, sumber perubahan energi tambahan yang penting berasal
dari kalor yang diberikan atau diambil dari lintasannya suatu reaksi kimia.
Penelitian tentang pengaruh kalor ini disebut termokimia. Karena reaksi kimia
biasanya dipelajari pada tekanan tetap, kalor reaksi diukur pada tekanan tetap.
Nilai tersebut ditabelkan dalam bentuk entalpi reaksi (Oxtoby, 2001: 204).
Reaksi kimia berlangsung dengan menyerap atau membebaskan kalor.
Reaksi yang membebaskan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi
yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Jumlah kalor yang menyertai
(dibebaskan atau diserap) suatu reaksi kita sebut kalor reaksi. Termokimia
adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi. Fokus
bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yangdapat dihasilkan
oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi tersebut
(Purba, 2002: 56).
Termokimia adalah bagian dari pembahasan yang lebih luas yang disebut
termodinamika (thermodynamics), yaitu ilmu yang mempelajari perubahan
antar kalor dan bentuk-bentuk energi yang lain. Hukum-hukum termodinamika
menyediakan panduan yang berguna untuk pemahaman energetika dan arah
proses. Dalam termodinamika, kita mempelajari perubahan-perubahan dalam
keadaan sistem (state a system), yang didefinisikan sebagai nilai-nilai semua
sifat makroskopis yang relevan, seperti susunan, energi, suhu, tekanan, dan
volume. Energi, tekanan, volume, dan suhu dikatakan sebagai fungsi keadaan
(state function)- sifat-sifat yang ditentukan oleh keadaan sistem, terlepas
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Dengan kata lain, ketika keadaan suatu
sistem berubah, besar perubahan dalam setiap fungsi keadaan hanya
bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan tidak bergantung
pada bagaimana perubahan itu dilakukan (Chang, 2005: 162-163).
Setiap materi mengandung energi dalam bentuk energi potensial dan
energi kinetik. Kedua energi ini dinamakan energi internal. Jika energi yang
terkandung dalam materi berubah maka perubahan energi dinamakan kalor.
Perubahan energi (kalor) pada tekanan tetap dinamakan perubahan entalpi
(ΔH) (Sunarya, 2009: 53).
Jadi, termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari
tentang perubahan kalor reaksi yang menyertai reaksi kimia.

B. Hukum Termodinamika
Termodinamika adalah suatu cabang dari ilmu fisika yang mempelajari hubungan
antara usaha (energi) dan panas (kalor). Sedangkan menurut bahasa,
termodinamika adalah perubahan panas, berasal dari bahasa yunani, thermos =
panas dan dynamic = perubahan. Termodinamika ditemukan seiring
ditemukannya mesin uap praktis pada dekade 1800-an oleh James Watt.
Hukum Pertama
Jika suatu gas dengan volume tetap dipanaskan, maka suhu
gasbertambah. Akibat kenaikan suhu ini, molekul-molekul gas
bergerak lebih cepat yang mengakibatkan tumbukan antara
molekul dengan dinding lebih banyak. Tumbukan ini
menyebabkan tekanan gas bertambah. Selain tekanan yang
bertambah besar, energi kinetik gas juga meningkat. Dengan
pertambahan energi kinetik berarti energi dalam gas juga
bertambah. Untuk menaikkan suhu gas, sehingga mempunyai
suhu tertentu, diperlukan sejumlah kalor (Q). Jika sejumlah kalor
ditambahkan pada sistem, maka energi kalor akan digunakan
untuk melakukan usaha. Namun, tidak semua energi kalor
digunakan untuk usaha. Jadi, jumlah kalor yang diterima sistem
digunakan untuk menambah energi dalam sistem dan untuk
melakukan usaha. Pemberian kalor pada suatu sistem, akan
menambah energi dalam sistem (U). Banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan energi dalam sebesar ΔU dan
melakukan usaha sebesar W dapat dicaridengan persamaan :
Q = ΔU + W
Keterangan:
ΔU = perubahan energi dalam sistem (J)
Q = jumlah kalor yang ditambahkan (J)
W = usaha yang dilakukan sistem (J)
Persamaan tersebut merupakan rumusan Hukum I
Termodinamika yang digunakan apabila sistem menerima kalor
dari lingkungan (Q bernilai positif) dan sistem melakukan usaha
(W bernilai positif) (Surawan, 2016 : 3).
Bunyi Hukum I Termodinamika : "Energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan”. Keabhsahan
hukum I Termodinamika dapat diuji dengan mengukur perubahan energi dalam
suatu sistem antara keadaan awal dan keadaan akhir dalam suatu proses (Chang,
2005: 165).
Contohsoal:
Kalorsebanyak 1000 J
ditambahkankesistemsementarakerjadilakukanpada(terhadap)
sistemsebesar 500 J. Berapaperubahanenergidalamsistem?
Jawab = ΔU = Q U – W = ( + 1000 K ) – (-500 J) = 1500 J.
Perhatikan Bahwa Hukum Termodinamika 1 Dalam Bentuk
ΔU = Q U – W
Q positif : kalor ditambahkan ke sistem
Q negatif : kalor dilepaskan oleh sistem
Wpositif : kerja dilakukan oleh sistem
W negatif : kerja dilakukan pada sistem
(Khuriati, 2007: 6).
Menurut (Chang, 2005: 165) Hukum 1 Termodinamika dibagi menjadi empat
proses, yaitu
a. Proses Isobarik (tekanan tetap)
Proses isobarik adalah proses perubahan gas dengan tahanan tetap. Pada garis P –
V proses isobarik dapat digambarkan seperti pada berikut.

Usaha proses isobarik dapat ditentukan dari luas kurva di bawah gra fik P – V.

b. Proses Isotermis (suhu tetap)


Proses isotermis adalah proses perubahan gas dengan suhu tetap. Perhatikan gra
fikk pada Gambar berikut.

Pada proses ini berlaku hukum Boyle.


Karena suhunya tetap maka pada proses isotermis ini tidak terjadi perubahan
energi dalam ∆U=O . Sedang usahanya dapat dihitung dari luas daerah di bawah
kurva, besarnya seperti berikut.

c. Proses Isokhoris (volume tetap)


Proses isokhoris adalah proses perubahan gas dengan volume tetap. Pada grafik
P.V dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut.

Karena volumenya tetap berarti


usaha pada gas ini nol,

d. Proses Adiabatis (kalor tetap)


Pada proses isotermis sudah kita
ketahui, U = 0 dan pada proses
isokoris, W = 0. Bagaiaman jika terjadi proses termodinamika tetapi Q = 0 ?

Proses yang inilah yang dinamakan proses adiabatis. Berdasarkan hukum I


Termodinamika maka proses adiabatis memiliki sifat dibawah.
e. Proses Gabungan
Proses-proses selain 4 proses ideal diatas dapat terjadi. Untuk memudahkan
penyelesaian dapat digambarkan grafik  P – V prosesnya. Dari grafik tersebut
dapat ditentukan usaha proses sama dengan luas kurva dan perubahan energi
dalamnya

Sedangkan gabungan proses adalah gabungan dua proses adiabatis yang


berkelanjutan. Pada gabungan proses ini berlaku hukum I termodinamika secara
menyeluruh.

Hukum Kedua
Bunyi Hukum Termodinamika 2 : "Kalor mengalir secara spontan dari
benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara
spontan dalam arah kebalikannya."(Khuriati, 2007: 11).
Statemen hukum termodinamika II:
ΔS ≥ 0.
Pada suatu sistem tertutup nilai entropi akan tetap atau
bertambah, dengan catatan berbeda dengan hukum
termodinamika I yang menunjukkan konservasi energi: “Energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”, Hukum
termodinamika II menyatakan bahwa “entropi dapat diciptakan
tetapi tidak dapat dimusnahkan” (Hikam, 2016: 50).
Menurut (Chang, 2005: 165) Hukum II Termodinamika
menjelaskan tiga rumusan mengenaiperpindahan kalor sebagai
berikut :
a. Kalor tidak mungkin berpindah dari sistem bersuhu rendah ke
sistem bersuhu tinggi secara spontan.
Menurut Asas Black, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggike
benda bersuhu lebih rendah. Hal ini sesuai dengan
rumusanClausius bahwa tidaklah mungkin memindahkan kalor
dari tandonyang bersuhu rendah ke tandon yang bersuhu lebih
tinggi tanpa dilakukan usaha.
b. Tidak ada mesin yang mengubah seluruh kalor yang
masukmenjadi usaha.
Menurut Kelvin Planck, tidak ada mesin yang bekerja dalam
satusiklus dapat mengubah kalor menjadi usaha seluruhnya.
c. Jika suatu sistem mengalami perubahan secara spontan,
makaperubahan akan berarah sedemikian rupa sehingga
entropisistem akan bertambah, atau akan tetap nilainya
(Surawan, 2016 : 16).
Hukum Ketiga
Bunyi Hukum III Termodinamika :
"Suatu sistem yang mencapai temperatur nol absolut, semua prosesnya
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum."
"Entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut
bernilai nol."(Chang, 2005: 165).

C. Sistem dan Lingkungan


Secara prinsip, perubahan entalpi disebabkan adanya aliran panas dari
sistem ke lingkungan, atau sebaliknya. Apakah yang disebut sistem dan
lingkungan? Secara umum, sistem didefinisiskan sebagai bagian dari semesta
yang merupakan fokus kajian dan lingkungan adalah segala sesuatu di luar sistem
yang bukan kajian. Dalam reaksi kimia, Anda dapat mendefinisikan sistem.
Misalnya pereaksi maka selain pereaksi disebut lingkungan, seperti pelarut, hasil
reaksi, tabung reaksi, udara di sekitarnya, dan segala sesuatu selain
pereaksi(Petrucci, 1992).
Termokimia mengenal sistem dan lingkungan, sistem
adalah bagian tertentu dari alam yang menjadi pusat perhatian
dan lingkungan adalah bagian diluar sistem atau yang berada di
sekitar sistem.Sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah
airdalam wadah terbuka. Jika kita tutup botol tersebut
sedemikian rupa sehngga tidak ada uap air yang dapat lepas dari
atau mengembun ke wadah maka kita menciptakan sistem
tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan
energi (kalor) tetapi bukan massanya. Dengan menempatkan air
dalam wadah yang disekat seluruhnya, maka kita membuat
sistem terisolasi (isolated system) yang tidak memungkinkan
perpindahan massa maupun energi.Pembakaran gas asetilena
(C2H2) dalam oksigen adalah salah satu dari banyak reaksi kimia
yang sudah dikenal yang melepaskan energi yang cukup besar.
2C2H2(g) + 5O2 (g) 4CO2 (g) + 2H2O(l) + energi

Pada kasus ini kita menyebut campuran reaksi (asetilena,


oksigen, karbon dioksida, dan air) sebagai sistem dan alam
sisanya sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan ( hukum termodinamika), setiap
energi yang hilang dari sistem harus diterima oleh
lingkungannya. Jadi kalor yang dihasilkan oleh proses
pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungannya. Setiap
proses yang melepaskan kalor ( yaitu perpindahan energi termal
ke lingkungan ) disebut proses eksotermik (exothermic process) (
ekso adalah awalan yang berarti keluar) (Chang, 2004).
Sekarang perhatikan reaksi lain, penguraian merkuri (II) oksida
(HgO) pada suhu tinggi:

Energi + 2HgO(s) 2Hg(l) + O2(g)

Ini merupakan contoh proses endotermik (endothermic process)


(endo adalah awalanyang berarti kedalam), dimana kalor harus
disalurkan ke sistem.

Kita dapat menyimpulkan bahwa dalam reaksi eksotermik energi


total produk lebih kecil dari pada energi total reaktan. Perbedaan
dalam energi tersebut adalah kalor yang disalurkan oleh sistem
kelingkungan. Yang sebaliknya terjadi pada reaksi endotermik.
Disini, perbedaan antara energi produk dan reaktan sama
dengan kalor yang disalurkan ke sistem oleh lingkungan (Chang,
2004).

Reaksi Eksoterm dan Endoterm


Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm dan
reaksi endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang
melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan. Sedangkan reaksi
endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan ke
sistem (Petrucci, 1992).

Reaksi endotermadalah reaksi yang disertai dengan


perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem ( kalor diserap oleh
sistem dari lingkungannya ); ditandai dengan adanya penurunan
suhu lingkungan di sekitar sistem.

Reaksi eksotermadalah reaksi yang disertai dengan


perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan ( kalor dibebaskan
oleh sistem ke lingkungannya ); ditandai dengan adanya
kenaikan suhu lingkungan di sekitar sistem.

Reaksi eksoterm pada umumnya berlangsung spontan,


sedangkan reaksi endoterm tidak.

Pada reaksi endoterm:ΔH= Hproduk – Hpereaksi > 0 ( bertanda


positif )

Pada reaksi eksoterm:∆H= Hproduk – Hpereaksi < 0 ( bertanda


negatif)

(Alberty dan Daniel, 1992).

Proses pelepasan energi sebagai kalor disebut eksoterm.


Semua reaksi pembakaran adalah eksoterm. Proses yang
menyerap energi sebagai kalor disebut endoterm, contohnya
adalah penguapan air. Proses endoterm dalam sebuah wadah
adiabatik menghasilkan penurunan temperatur sistem, proses
eksoterm menghasilkan kenaikan temperatur. Proses endoterm
yang berlangsung dalam wadah diatermik, pada kondisi
eksoterm dalam wadah diatermik menghasilkan aliran energi ke
dalam sistem sebagai kalor. Proses eksoterm dalam wadah
diatermik menghasilkan pembebasan energi sebagai kalor dalam
lingkungan. Aliran kalor yang terjadi dalam reaksi kimia dapat
dijelaskan melalui konsep sistem-lingkungan. Sistem adalah
bagian spesifik (khusus) yang sedang dipelajari oleh kimiawan.
Reaksi kimia yang sedang diujicobakan (reagen-reagen yang
sedang dicampurkan) dalam tabung reaksi merupakan sistem.
Sementara, lingkunganadalah area di luar sistem, area yang
mengelilingi sistem. Dalam hal ini, tabung reaksi, tempat
berlangsungnya reaksi kimia, merupakan lingkungan.
(Dogra, 1990).
Jika dalam reaksi kimia terjadi perpindahan panas dari sistem ke
lingkungan maka suhu lingkungan meningkat. Jika suhu sistem turun maka
dikatakan bahwa reaksi tersebut eksoterm. Reaksi endoterm adalah kebalikan dari
reaksi eksoterm.
Contoh: Jika NaOH dan HCl direaksikan dalam pelarut air, kemudian suhu
larutan diukur maka ketinggian raksa pada termometer akan naik yang
menunjukkan suhu larutan meningkat.
Apakah reaksi tersebut eksoterm atau endoterm? Semua literatur
menyatakan reaksi NaOH dan HCl melepaskan kalor (eksoterm). Jika melepaskan
kalor suhunya harus turun, tetapi faktanya naik. Bagaimana menjelaskan fakta
tersebut dihubungkan dengan hasil studi literatur?
NaOH dan HCl adalah sistem yang akan dipelajari (fokus kajian). Selain
kedua zat tersebut dikukuhkan sebagai lingkungan, seperti pelarut, gelas kimia,
batang termometer, dan udara sekitar. Ketika NaOH dan HCl bereaksi, terbentuk
NaCl dan H2O disertai pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan ini diserap oleh
lingkungan, akibatnya suhu lingkungan naik. Kenaikan suhu lingkungan
ditunjukkan oleh naiknya suhu larutan. Jadi, yang Anda ukur bukan suhu sistem
(NaOH dan HCl) melainkan suhu lingkungan (larutan NaCl sebagai hasil reaksi).
Zat NaOH dan HCl dalam larutan sudah habis bereaksi. Oleh karena reaksi NaOH
dan HCl melepaskan sejumlah kalor maka dikatakan reaksi tersebut eksoterm.
Dengan demikian, antara fakta dan studi literatur cocok.
Bagaimana hubungan antara reaksi eksoterm/endoterm dan perubahan
entalpi? Dalam reaksi kimia yang melepaskan kalor (eksoterm), energi yang
terkandung dalam zat-zat hasil reaksi lebih kecil dari zat -zat pereaksi. Oleh
karena itu, perubahan entalpi reaksi berharga negatif.
ΔH = Hproduk - Hpereaksi< 0

Pada reaksi endoterm, perubahan entalpi reaksi akan berharga positif.


ΔH = Hproduk - Hpereaksi> 0

Secara umum, perubahan entalpi dalam reaksi kimia dapat diungkapkan dalam
bentuk diagram reaksi berikut.
A + B → C + kalor(reaksi eksoterm)

C + kalor → A + B (reaksi endoterm)


Pada Gambar di atas, tanda panah menunjukkan arah reaksi. Pada reaksi
eksoterm, selisih entalpi berharga negatif sebab entalpi hasil reaksi (C) lebih
rendah daripada entalpi pereaksi (A+B). Adapun pada reaksi endoterm, perubahan
entalpi berharga positif sebab entalpi produk (A+B)lebih besar daripada entalpi
pereaksi (C).
Reaksi Eksoterm
Kapur tohor (CaO) digunakan untuk melabur rumah agar tampak putih bersih.
Sebelum kapur dipakai, terlebih dahulu dicampur dengan air dan terjadi reaksi
yang disertai panas. Apakah reaksi ini eksoterm atau endoterm? Bagaimana
perubahan entalpinya?
Jawab:
Reaksi yang terjadi: CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s)
Oleh karena timbul panas, artinya reaksi tersebut melepaskan kalor atau reaksinya
eksoterm, ini berarti kalor hasil reaksi lebih rendah dari pereaksi. Jika reaksi itu
dilakukan pada tekanan tetap (terbuka) maka kalor yang dilepaskan menyatakan
perubahan entalpi (ΔH) yang harganya negatif.

Reaksi Endoterm
Sepotong es dimasukkan ke dalam botol plastik dan ditutup. Dalam jangka waktu
tertentu es mencair, tetapi di dinding botol sebelah luar ada tetesan air. Dari mana
tetesan air itu?
Jawab: Perubahan es menjadi cair memerlukan energi dalam bentuk kalor.
Persamaan kimianya: H2O(s) + kalor → H2O(l)
Kalor yang diperlukan untuk mencairkan es diserap dari lingkungan sekitar, yaitu
botol dan udara. Ketika es mencair, es menyerap panas dari botol sehingga suhu
botol akan turun sampai mendekati suhu es. Oleh karena suhu botol bagian dalam
dan luar mendekati suhu es maka botol akan menyerap panas dari udara sekitar.
Akibatnya, uap air yang ada di udara sekitar suhunya juga turun sehingga
mendekati titik leleh dan menjadi cair yang kemudian menempel pada dinding
botol.

D. Perubahan Entalpi
Definisi Entalpi ( ΔH )
Perubahan energi internal dalam bentuk panas dinamakan kalor. Kalor
adalah energi panas yang ditransfer (mengalir) dari satu materi ke materi lain. Jika
tidak ada energi yang ditransfer, tidak dapat dikatakan bahwa materi mengandung
kalor. Jadi, Anda dapat mengukur kalor jika ada aliran energi dari satu materi ke
materi lain. Besarnya kalor ini, ditentukan oleh selisih keadaan akhir dan keadaan
awal ()
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses
penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan
entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan
atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah
kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air,
yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif,
karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi
es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi
hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi(Chang, 2004).
Perubahan entalpi adalah perubahan panas dari reaksi
pada suhu dan tekanan yang tetap, yaitu selisih antara entalpi
zat-zat hasil dikurangi entalpi zat-zat reaktan.
Rumus :
ΔH = Hh - Hr
ΔH : perubahan entalpi
Hh : entalpi hasil reaksi
Hr : entalpi zat reaktan ()
Entalpi merupakan besaran fisis yang nilainya dipengaruhi
oleh jumlah dan wujud zat, serta dipengaruhi oleh lingkungan
(suhu dan tekanan). Pengukuran entalpi pada suhu dan tekanan
yang berbeda akan menghasilkan nilai entalpi yang berbeda.
Oleh karena itu, disepakati suatu keadaan standar, yaitu pada
suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Jadi, perubahan entalpi standar
adalah perubahan entalpi yang diukur pada 298 K dan tekanan 1
atm. Perubahan entalpi standar dibedakan berdasarkan jenis
reaksi atau prosesnya (Hasanuddin, 2015: 1).
Contoh: Tinjau air panas dalam termos. Anda tidak dapat mengatakan bahwa air
dalam termos mengandung banyak kalor sebab panas yang terkandung dalam air
termos bukan kalor, tetapi energi internal. Jika terjadi perpindahan panas dari air
dalam termos ke lingkungan sekitarnya atau dicampur dengan air dingin maka
akan terbentuk kalor. Besarnya kalor ini diukur berdasarkan perbedaan suhu dan
dihitung menggunakan persamaan berikut.
Q=mc ΔT
Keterangan:
Q = kalor
m = massa zat
c = kalor jenis zat
Δ T = selisih suhu
Jika perubahan energi terjadi pada tekanan tetap, misalnya dalam wadah
terbuka (tekanan atmosfer) maka kalor yang terbentuk dinamakan perubahan
entalpi (ΔH). Entalpi dilambangkan dengan H (berasal dari kata ‘Heat of
Content’). Dengan demikian, perubahan entalpi adalah kalor yang terjadi pada
tekanan tetap, atau Δ H = Qp (Qp menyatakan kalor yang diukur pada tekanan
tetap).
Berdasarkan kesepakatan internasional, entalpi pembentukan standar
unsur-unsur dalam bentuk yang paling stabil bernilai 0 (nol). Contohnya, O 2
adalah bentuk alotrop oksigen yang lebih stabil daripada ozon (O 3). Dengan
demikian, ΔHof O2 = 0, tetapi ΔHof O3 dan O2-> 0 (Sutresna, 2008: 70).

1. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hfo)

Perubahan entalpi pembentukan standar (Standard Enthalpy of Formation) adalah


perubahan entalpi yang terjadi pada pembentukan 1 mol suatu senyawa dari
unsur-unsurnya yang palingn stabil pada keadaan standar. Satuan perubahan
entalpi pembentukan standar menurut Sistem Internasional (SI) adalah kilojoule
per mol (kJ mol-1) (Alberty, 1992).
Contoh:
Perubahan entalpi pembentukan standar dari kristal amonium klorida adalah
-314,4 kJ mol-1. Persamaan termokimia dari pernyataan tersebut adalah:

½ N2(g) + 2H2(g) + ½ Cl2(g) → NH4Cl(s)    ∆Hfo = -314,4 kJ mol-1

Catatan: Nilai perubahan entalpi pembentukan standar (∆H fo) unsur adalah nol,
seperti N2, H2, dan Cl2.

2. Perubahan entalpi peruraian standar (∆Hdo)

Perubahan entalpi peruraian standar (Standard Enthalpy of Decomposition) adalah


perubahan entalpi yang terjadi pada peruraian 1 mol suatu senyawa menjadi
unsur-unsurnya yang paling stabil pada keadaan standar. Pada dasarnya,
perubahan entalpi perubahan entalpi standar merupakan kebalikan dari perubahan
entalpi pembentukan standar, makan nilainya akan berlawanan tandanya.

Contoh:

Jika ∆Hfo H2O(g) = -240kJ mol-1, maka ∆Hd H2O = +240 kJ mol -1 dan persamaan
termokimianya adalah:

H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g)  ∆H = +240 kJ

3. Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hco)

Perubahan entalpi pembakaran standar (Standard Enthalpy ogf Combustion)


adalah perubahan entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol suatu zat secara
sempurna.Pembakaran merupakan reaksi suatu zat dengan oksigen, contohnya:
1. C(s) + O2(g) → CO2(g)
2. H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g)
3. S(s) + O2(g) → SO2(g)
4. N2(g) + O2(g) → 2NO(g)

Contoh soal

1. Nilai perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hco) metanol (CH3OH) adalah


-638,5 kJ/mol. Tuliskan persamaan termokimianya.

Jawab:

CH3OH(l) + 3/2 O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)   ∆H = -638,5 kJ

2. Jika diketahui ∆Hco C = -393,5 kJ mol-1, berapa kalor yang terjadipada


pembakaran 1 kg arang,jika dianggap bahwa arang mengandung 48% karbon dan
Ar C =12.

Jawab:

Diketahui:

∆Hco C   = -393,5 kJ mol-1

Massa C = (48/100) x 1.000 gram

                = 480 gram

Ditanya: q

Penyelesaian:

Pada pembakaran 1 mol karbon dibebaskan kalor 393,5 kJ maka pada pembakaran
(480 g / 12 g/mol) karbon dihasilkan kalor sebanyak:

∆H = (480 g / 12 g/mol ) x 393,5 kJ/mol = 15.740 kJ (Sudarmo, 2013: 15).

4. Entalpi Netralisasi Standar


Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh
basa atau 1 mol basaoleh asam pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol (Purba, 2002).
Cara-cara Menentukan Perubahan Entalpi

1. Kalormetri atau eksperimen


Penentuan perubahan entalpi selalu dilakukan pada tekanan dan
temperatur yang tetap. Untuk reaksi tertentu dapat ditentukan
dengan kalorimeter Sutresna, 2008).

Reaksi tertentu tersebut, antara lain :


1.Reaksi dalam larutan

2.Reaksi gas yang tidak mengalami perubahan koefisien antara


sebelum dan sesudah reaksi.
Contoh :
Pada perubahan dari 12,425 gram karbon menjadi CO2 pada,
suhu reaksi yang semula 30o C, terjadi kenaikan suhu sebesar
0,484o C. Apabila panas jenis kalorimeter 200 Kkal / gr derajat.
Berapa ΔH tiap mol karbon yang dibakar ?
Jawab :
C + O2CO2

Kalor reaksi pada reaksi di atas = Panas jenis kalorimeter x Δt


= 200 x 0,484 12,435/12
= 93,414 Kkal
Pada pembakaran 1 mol C dibebaskan panas 93,414 Kkal. Jadi
ΔH = - 93,414 Kkal

q kalorimetri ; azaz black (q lepas= q terima)


Q = w c Dt
= C DT
Suhu naik : Ekso DH(-); Suhu turun: Endo, DH (+)

2. Hukum Hess

Bunyi Hukum Hess : “Kalor reaksi dari suatu reaksi tidak


bergantung apakah reaksi tersebut berlangsung satu tahap atau
beberapa tahap”.

Hukum Hess sangat penting dalam perhitungan kalor reaksi yang


tidak dapat ditentukan secara eksperimen (Dogra, 1990).
Contoh reaksi :
1. Reaksi langsung
A B ΔH1 = x Kkal
2. Secara tidak langsung
a. Lewat C
AC ΔH2 = b Kkal
C B ΔH3 = c Kkal
b. Lewat D dan E
A D ΔH4 = a Kkal
D E ΔH5 = d Kkal
E B ΔH6 = e Kkal
Maka berlaku hubungan :
x=b+c=a+d+e
ΔH1 = ΔH2 + ΔH3 = ΔH4 + ΔH5 + ΔH6

C
b c
A B
a
DE e
d

Contoh soal :
Diketahui :
2H2(g) + O2(g)2H2O(cair) ΔH = -136 Kkal
H2(g) + O2(g) H2O2(cair) ΔH = -44,8 Kkal
Hitung ΔH untuk reaksi :
2H2O2(cair) 2H2O + O2
Jawab :
2H2 + O2 2H2O ΔH = -136 Kkal
2H2O2 2H2 + 2O2 ΔH = +89,6 Kkal
2H2O22H2O + O2ΔH = -46,4 Kkal

3. Data ΔH Pembentukan

Pembentukan Standar ( ∆Hof )


Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi
pembentukan standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi
tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Hof reaktan
Tabel Entalpi Pembentukan Beberapa Zat
Zat DHof ( kJ/mol ) Zat DHof ( kJ/mol )
H2(g) 0 C2H4(g) + 52,5
O2(g) 0 CCl4(g) - 96,0
C(s) 0 NH3(g) - 45,9
H2O(g) - 241,8 NO2(g) + 33,2
H2O(l) - 285,8 SO2(g) - 296,8
CO2(g) - 393,5 HCl(g) - 92,3
CO(g) -110,5 NO(g) + 90,3

Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. ∆H reaksi pembakaran C2H4
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56
g gas C2H4

Jawab :
a. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)
∆H reaksi = ∆Hof hasil reaksi - ∆Hof pereaksi
= ( 2. ∆Hof CO2 + 2. .∆Hof H2O ) – ( 1. ∆HofC2H4 + 3. ∆Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol

b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28


Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
∆H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor
sebesar
2612,2 Kj
4. Data ΔH Ikatan
Energi ikatan adalah jumlah energi yang diperlukan atau yang
timbul untuk memutuskan atau menggabungkan suatu ikatan
kimia tertentu. Pada reaksi eksoterm, besarnya energi yang
timbul dari Penggabungan ikatan lebih besar daripada energi
yang diperlukan untuk memutuskan ikatan. Besarnya energi
ikatan ditentukan secara eksperimen :

(Sudarmo, 2013)

Contoh Soal

1. Diketahui : H2H + H ΔH = +104 Kkal

Cl2Cl + Cl ΔH = + 58 Kkal

2HCl2H + 2Cl ΔH = +206 Kkal

Ditanyakan : ΔH pada reaksi berikut :


H2 + Cl2 2 HCl

Jawab :

H2 H + H ΔH = + 104 Kkal

Cl2 Cl + Cl ΔH = + 58 Kkal

2H + 2 Cl 2HCl ΔH = - 206 Kkal +


H2 + Cl2 2HCl ΔH = - 44 Kkal

Jadi ΔH = - 44 Kkal

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R.A dan Daniel, F . 1992 . “ Kimia Fisika “ . Jilid I . Edisi


5 . Penerjemah : Sudja . Erlangga . Jakarta.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 1. Jakarta:


Penerbit Erlangga.
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. UI Press: Jakarta

Hikam, M. 2016. Termodinamika: Entropi dan Hukum Termodinamika II.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Khuriati, Ainie. 2007. Termodinamika. Semarang: Universitas Diponegoro.
Oxtoby, David W., Gillis, H. P., Nachtrieb, Norman H. 2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Petrucci, R.H, 1992. Kimia Dasar. Edisi 4. Jilid 1. Alih bahasa :


Suminar. Erlangga. Jakarta.

Purba, Michael. 2002. Kimia Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Sunarya, Yayan. Setiabudi, Agus. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Kimia 2.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Surawan, Tri. 2016. Panas dan Hukum Termodinamika I. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sutresna, Nana. 2008. Kimia. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.
Sudarmo, U. 2013. Kimia. Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai