Anda di halaman 1dari 29

5

KIMIA DASAR

PERUBAHAN ENERGI DALAM REAKSI


KIMIA DAN CARA PENGUKURANNYA

Oleh: Ni’matul Azizah Raharjanti S.T., M.Eng.


Perubahan Energi pada Reaksi Kimia

 Energi  Kapasitas dalam melakukan usaha (work).


 Work  perubahan energi langsung yang dihasilkan dari suatu proses.
 Sering terjadi perubahan energi saat proses reaksi kimia berlangsung.
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan)
energi. Termokimia merupakan studi yang memplejari perubahaan
panas pada reaksi kimia.
 Untuk menganalisis perubahan energi yang berasosiasi dengan reaksi
kimia, kita dapat memahami apa yang disebut dengan sistem.
 Terdapat tiga tipe sistem, yaitu sitem terbuka, sistem tertutup, sistem
terisolasi
Perubahan Energi pada Reaksi Kimia
Ilustrasi ketiga sistem tersebut yaitu sebagai berikut
Perubahan Energi pada Reaksi Kimia
 Salah satu contoh reaksi yang membentuk energi yaitu pembakaran gas hidrogen oleh
oksigen, sebagai berikut.

 Pada kasus ini, kita melabeli subtansi yang beraksi (molekul hidrogen. Oksigen, dan
air) sebagai sistem dan sisanya sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat
dibentuk atau dihilangkan, setiap energi yang hilang oleh sistem akan dialihkan ke
lingkungan. Sehingga proses pembakaran ditransfer dari sistem ke lingkungannya.
 Reaksi tersebut dengan proses eksotermal yaitu semua proses yang melepaskan
panas – atau mentransfer energi termal pada lingkungannya.
 Contoh reaksi lain yaitu dekomposisi merkuri (II) oksida pada temperature yang tinggi

 Pada reaksi tersebut disebut dengan proses endotermik yaitu panas yang harus
diberikan ke sistem (dalam kasus ini yaitu untuk HgO) oleh lingkungan, yang
diilustrasikan pada diagram berikut
Perubahan Energi pada Reaksi Kimia
Pengenalan Termodinamika
 Termokimia bagian dari termodinamika,  membahas interkonversi dari panas dan jenis
energi lain. Hukum termodinamika memberikan panduan yang sangat berguna untuk memahani
energi dan arah dari suatu proses.

 Pada termodinamika, kita mempelajari perubahan keadaan suatu sistem, yang didefinisikan
sebagai nilai dari semua karakteristik makroskopik yang relevant, sebagai contoh yaitu
komposisi, energi, temperatur, tekanan, dan volume.

 Energi, temperatur, tekanan, dan volume merupakan fungsi keadaan yaitu karakteristik yang
ditentukan oleh keadaan dari suatu sistem, tanpa memerdulikan bagaimana kondisi tersebut
terbentuk.

 Contohnya yaitu gas pada tekanan 2 atm, 300K, dan 1 L (keadaan awal). Pada suatu proses
yang berlangsung dengan temperatur konstan namun tekanan menurun hingga 1 atm,.
Berdasarkan hukum boyle, volume gas tersebut harus dinaikkan menjadi 2L. Keadaan akhir)
yaitu pada 1 atm, 300 K, dan 2L perubahan volume (𝛥V) yaitu Vf (volume akhir) dan Vi (volume
awal)
Hukum Pertama Termodinamika
 Hukum Pertama Termodinamika berdasarkan hukum kekekalan massa,
yaitu, “Energi tidak dapat dihasilkan atau dihilangkan, namun dapat
dikonversikan dari satu bentuk ke yang lainnya”.
 Kita dapat menentukan validitas dari hukum termodinamika tersebut
dengan hanya mengukur perubahan pada energi internal/ energi dalam
pada suatu sistem antara keadaan awal dengan dengan akhir.
Perubahan energi internal/ energi dalam tersebut dituliskan dalam
rumus sebagai berikut, dengan Ef (energi akhir) dan Ei (energi awal)
Hukum Pertama Termodinamika

 Energi internal terdiri dari dua komponen, yaitu energi kinetic dan energi potensial.

 Contohnya yaitu reaksi antara satu mol sulfir dan 1 mol gas oksigen untuk menghasilkan sulfur
dioksida.

 Pada reaksi tersebut, sistem disusun oleh molekul molekul reaktan S dan O2 (keadaan awal)
dan molekul produk SO2 (keadaan akhir). Kita tidak tahu energi internal / energi dalam secara
pasti pada reaktan maupun produk, namun kita dapat mengukur secara akurat perubahan
kandungan energi (𝛥E), yang diketahui sebagai:
Hukum Pertama Termodinamika
 Diketahui bahwa pada reaksi ini, melepaskan panas, sehingga energi
dari produk lebih rendah dibandingkan dengan reaktan, sehingga 𝛥E
bernilai negatif.
 Pada reaksi kimia yang terjadi, transfer energi dari sistem ke lingkungan
tidak mengubah total energi pada semesta sehingga, jumlah perubahan
energi harus bernilai nol, yaitu dituliskan sebagai berikut: sys (berarti
sistem), surr (berarti surrounding atau lingkungan).
Hukum Pertama Termodinamika
 Pada kimia, kita lebih berfokus pada perubahan energi yang
berasosiasi dengan sistem, (yang dapat berupa suatu wadah yang
mengandung reaktan dan produk), bukan dengan lingkungannya,
Sehingga hukum pertama termodinamika dapat dinyatakan sebagai:

 Pada persamaan di atas, q yaitu panas / kalor yang bertukar diantara


sistem, dan w adalah usaha (work) yang dilakukan oleh atau pada
sistem. Nilai q positif untuk proses endotermik, dan negatif untuk proses
eksotermik. w bernilai positif untuk kerja yang dilakukan pada sistem
oleh lingkungan, dan negatif untuk kerja yang dilakukan oleh sistem
pada lingkungan
Usaha (Work) dan Panas (Kalor)
 Usaha (Work) didefinisikan sebagai F (gaya) dikalikan dengan jarak (d). Pada termodinamika,
usaha memiliki arti yang lebih luas, termasuk di dalamnya yaitu energi mekanik, energi listirk,
dan energi permukaan. Rumus dari usaha tersebut yaitu

 Salah satu cara untuk mengilustrasikan usaha/energi mekanik yaitu dengen mempelajari
ekspansi atau kompresi dari gas. Pada gambar ilustrasi (di bawah) menunjukkan gas pada
silinder yang dilengkapi dengan piston yang dapat dengan bergerak sangat ringan, serta tanpa
gesekan pada temperatur, tekanan, dan volume tertentu.
Usaha (Work) dan Panas (Kalor)
 Saat benda tersebut mengembang, gas mendorong priston ke atas
melawan posisi konstan, dan berlawanan dengan tekanan atmosfer
eksternal. Usaha/ energi yang dilakukan oleh gas pada lingkungan
yaitu:

 Dimana, 𝛥V merupakan perubahan volume yang diketahui dari Vf – Vi.


Untuk ekspansi gas (usaha) dilakukan oleh sistem, 𝛥V>0 sehingga -PV
memiliki nilai negatif. Untuk kompresi gas (usaha pada sistem) 𝛥V<0 ,
dan -P𝛥V memiliki nilai positif.
Usaha (Work) dan Panas (Kalor)
 Persamaan di atas diturunkan dari rumus tekanan × volume dapat dituliskan sebagai
(gaya/luas) × volume, yaitu sebagai berikut:

 Dengan F merupakan gaya yang berlawanan dan d merupakan panjang atau jarak, d2
merupakan luas area, dan d3 merupakan dimensi dari volume. Sehingga, produk dan
tekanan /sama dengan gaya dikalikan dengan jarak, atau usaha.
 Berdasarkan persamaan usaha (kotak pink), satuan dari usaha yang dilakukan oleh
atau pada gas yaitu liters atmosphere. Untuk menyatakan usaha yang dilakukan lebih
familiar dinyatakan dalam joules, sehingga digunakan faktor konversi yaitu 1 L ⦁ atm =
101.3 J.
Usaha (Work) dan Panas (Kalor)
 Contoh soal dari usaha (work) yaitu sebagai berikut:
Panas/Kalor (Heat)
 Komponen lain dalam energi internal yaitu kalor (q). Seperti usaha, kalor bukan
merupakan keadaan sebuah fungsi. Sebagai contoh: dibutuhkan energi 4184 J untuk
menaikkan temperatur 100 gr air, dari 20oC hingga 30oC . Energi ini dapat diperoleh
dengan (a) secara langsung sebagai energi panas dari pemanas, tanpa adanya usaha
pada air, (b) dengan melakukan usaha pada air tanpa menambahkan energi panas
(misalnya dengan mengaduk air dengan batang magnetik), atau (c) dengan kombinasi
dari cara (a) dan (b). Ilustrasi sederhana ini menunjukkan bahwa panas berasosiasi
dengan proses yang ada, seperti usaha, tergantung pada bagaimana proses tersebut
dilakukan.
 Perlu diketahui bahwa bahwa apapun metode yang dilakukan, perubahan energi
internal/ energi dalam pada sistem, 𝛥E, bergantung pada jumlah (q + w).
 Secara singkat, kalor dan usaha bukan merupakan fungsi dari keadaan karena
mereka bukan karakteristik dari sistem tersebut. Kedua komponen tersebut hanya
memanifestasikan diri mereka selama proses terjadi. Sehingga nilai tersebut bervariasi
tergantung pada proses yang terjadi.
Panas/Kalor (Heat)
 Contoh permasalahan dari kasus tersebut yaitu sebagai berikut:
Entalpi pada Reaksi Kimia
 Langkah selanjutnya yaitu memahami bagaimana hukum pertama termodinamika dapat
diapllikasikan pada proses yang dilakukan pada kondisi berbeda. Secara khusus, kita akan
mempertimbangkan dua situasi yang paling umum terjadi di laboratorium, yaitu volume
pada sistem yang dijaga tetap konstan dan yang lain yaitu tekanan yang pada sistem yang
dijaga dalam kondisi konstan.

 Namun, yang paling banyak terjadi jadi reaksi yang berlangsung pada tekanan konstan
(biasanya pada tekanan atmosfer). Jika reaksi tersebut menghasilkan kenaikan jumlah mol
gas yang tetap, maka sistem tersebut bekerja pada lingkungan (ekspansi). Hal ini
diketahui dari fakta bahwa gas terbentuk dan mengalir ke atmosfer, sehingga harus
mendorong gas pada lingkungan. Sebaliknya, jika lebih banyak molekul gas yang
dibutuhkan daripada yang dihasilkan, usaha dilakukan pada sistem oleh lingkungannya
(kompresi). Secara umum, proses pada tekanan konstan dituliskan sebagai berikut,

 Dengan subkrib “p” menunjukkan kondisi tekanan yang konstan


Entalpi pada Reaksi Kimia
 Terdapat fungsi termodinamika dari suatu sistem yang disebut dengan enthalpy (H) yang
dinyatakan dengan persaman:
 Dimana E merupakan energi internal dari suatu sistem dan P dan V merupakan tekanan
dan volume dari sistem. Karena E dan PV memiliki satuan sebagai energi, sehingga
entalpi juga dinyatakan dalam satuan energi (yaitu joule). Terlebih lagi, E, P, dan V
merupakan fungsi keadaan yaitu perubahan pada (E + PV) bergantung hanya pada
keadaan awal dan akhir, yang sleanjutnya perubahan pada H, atau 𝛥H juga hanya
berdasarkan keadaan awal dan akhir sehingga H merupakan fungsi keadaan.
 Untuk setiap proses, perubahan entalpi berdasarkan persamaan diatas, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
 Jika tekanan dalam keadaan konstan, maka

 Berdasrakan persamaan – persamaan tersebut, kita mengetahui bahwa untuk proses


pada tekanan konstan, qp= 𝛥H.
 Saat ini kita memiliki dua nilai, yaitu 𝛥E dan 𝛥H yang dapat diasosiasikan dengan reaksi kimia.
Jika reaksi terjadi pada kondisi volume konstan, maka perubahan panas/kalor, qv sama dengan
𝛥E. Di sisi lain, ketika reaksi dilakukan pada tekanan tetap, dengan panas/ kalor yang berubah
qp sama dengan 𝛥H.
Entalpi pada Reaksi Kimia
 Karena reaksi kimia umumnya terjadi pada tekanan yang konstan, kita dapat
menyamakan perubahan panas pada kasus ini sebagai perubahan entalpi. Untuk
reaksi dengan tipe:

 Kita menentukan perubahan entalpi, yang disebut dengan entalpi reaksi (𝛥H),
sebagai selisih antara entalpi produk dan entalpi dari reaktan:

 Enthalpy dari reaksi kimia dapat bernilai postif maupun negatif, tergantung pada
prosesnya. Untuk proses endotermik (panas diserap oleh sistem dari lingkungan) 𝛥H
bernilai positif atau lebih 𝛥H > 0. Untuk proses eksotermuk (panas dilepaskan oleh
sistem ke lingkungan) 𝛥H < 0.
 Pada reaksi kimia, mengetahui enthalpy dari masing – masing individu reaktan dan
produk tidak dapat dilakukan, secara praktiknya, hanya dapat dilakukan pengukuran
selisih dari nilai tersebut.
 Konsep perubahan entalpi tersebut kemudian diaplikasikan pada proses yang umum
terjadi, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia.
Entalpi pada Reaksi Kimia
 Contoh kasus yaitu pembakaran gas metana (CH4), yaitu dengan reaksi sebagai
berikut:

 Pembakaran tersbeut melepaskan panas ke lingkungan, sehingga termasuk pada


proses eksotermik, dan perubahan entalpi 𝛥H bernilai negatif. Perlu diketahui bahwa
setiap mol dari satuan reaksi untuk 𝛥H berarti ketika 1 mol dari metahana CH4
bereaksi dengan 2 mol oksigen O2 menghaslkan mol CO2 dan 2 mol liquid H2O, energi
panas sebesar 890,4 kJ dilepaskan ke lingkungan. Perlu dicatat bahwa nilai 𝛥H tidak
mewakili subtansi reaktan atau produk secara spesifik. Hal tersebut secara sederhana
berarti bahwa nilai 𝛥H mewakili semua jenis unsur atau senyawa yang bereaksi dalam
jumlah molnya. Sehingga, faktor konversi dapat dituliskan sebagai berikut. Satuan
standar untuk 𝛥H yatu kJ/mol.


Entalpi pada Reaksi Kimia
 Ilustrasi dari entalpi pada reaksi kimia yang terjadi pada reaksi endotermik dan eksotermik
ditunjukkan pada diagram berikut.
Entalpi pada Reaksi Kimia
 Reaksi pelelehan es dan pembakaran metana yang ditunjukkan pada slide sebelumnya,
merupakan contoh dari persamaan termokimia, yang menunjukkan perubahan entalpi serta
hubungan terhadap massanya.

 Penting untuk menuliskan persamaan kimia yang setara ketika menghitung perubahan entalpi
pada reaksi kimia. Terdapat beberapa tahapan dalam menuliskan dan menginterpretasi
persamaan termokimia, yaitu sebagai berikut:

a. Ketika menuliskan persamaan termokimia, fase (solid, gas, liquid, atau aqueous dari reaktan
dan produk harus dituliskan karena dapat membantu menentukan perubahan entalpi yang
sebenarnya. Sebagai contoh, pada persamaan pembakaran methane (contoh pada slide
sebelumnya), jika kita menuliskan produk yaitu uap air dan bukan air dalam bentuk cair,
maka yang perubahan entalpinya yaitu:

Perubahan entalpinya menjadi bernilai -80.2 kJ dan bukan -890.4 kJ, karena 88.0kJ
dibutuhkan untuk mengubah 2 mol air (liquid) menjadi uap air, yaitu:
Entalpi pada Reaksi Kimia
b. Jika kita mengalikan kedua sisi dari persamaan termokimia dengan faktor n, maka nilai 𝛥H
juga harus dikalikan dengan nilai tersebut. Sebagai contoh yaitu:

Jika kita mengalikan persamaan dengan angka faktor n = 2, maka

c. Ketika persamaan dibalik, kita mengubah peran reaktan dan produk. Konsekuensinya,
besaran dari 𝛥H namun, tandanya akan berubah. Sebagai contoh, jika reaksi tersebut
merupakan reaksi endotermik, ketika reaksi tersebut terbalik maka akan menjadi reaksi
eksotermik dan penulisan perubahan entalpi juga harus berkebalikan tandanya ( + menjadi
negatif atau sebaliknya). Sehingga, reaksi kebalikan pada pelehan es dan pembakaran
methane pada persamaan termokimia menjadi:
Entalpi pada Reaksi Kimia
Contoh dari kasus pada topik ini yaitu:
Perbandingan antara 𝛥H dan 𝛥E
 Apa hubungan antara 𝛥H dan 𝛥E pada suatu proses, untuk memahaminya diberikan contoh
reaksi berikut:
 Reaksi tersebut menunjukkan bahwa dua mol sodium bereaksi dengan air, dan menghasilkan
panas sebesar 367.5 kJ. Catatan bahwa salah satu produknya yaitu gas hidrogen yang
mendorong gas di lingkungannya dan dilepaskan ke atmosfer. Konsekuensinya, beberapa dari
energi yang dihasilkan oleh reaksi digunakan untuk melakukan usaha untuk menggerakkan
volume udara (𝛥V) melawan tekanan atmosfer (Gambar di slide selanjutnya). Untuk
menghitung perubahan energi internal, digunakan rumus sebagai berikut:

 Jika diasumsikan temperatur pada 25oC dan perubahan volume kecil pada larutan diabaikan,
maka dapat dilihat bahwa volume 1 mol H2 gas pada 1.0 atm dan 298 K yaitu 24.5 L, sehingga
2P𝛥V = - 24.5 L ⦁ atm atau – 2.5 kJ yang selanjutnya

 Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa 𝛥H dan 𝛥E secara umum bernilai sama. Alasan daro
𝛥H lebih kecil dari 𝛥E karena terdapat energi internal yang dilepaskan untuk melakukan
ekspansi gas, sehingga kalor kurang berkembang. Untuk reaksi yang tidak melibatkan gas, 𝛥H
dan 𝛥V umumnya bernilai sangat kecil dan juga 𝛥H dan 𝛥E bernilai sama.
Perbandingan antara 𝛥H dan 𝛥E
 Ilustrasi dari reaksi sodium dan air tersebut yaitu sebagai berikut:
Perbandingan antara 𝛥H dan 𝛥E
 Cara lain untuk menghitung perubahan energi internal pada reaksi gas
yaitu dengan mengansumsikan karakteristik ideal gas dan temperatur,
sehingga diperoleh rumus:

 Dengan, 𝛥n didefinisikan sebagai jumlah mol pada gas produk – jumlah


mol pada gas reaktan
Perbandingan antara 𝛥H dan 𝛥E
 Contoh kasus pada topik ini yaitu:
SAMPAI JUMPA DI PERTEMUAN 6

Anda mungkin juga menyukai