KIMIA DASAR
TERMODINAMIKA KIMIA
NAMA ANGGOTA
HENRI KARTONO (G31112253)
NAMIRA SAYFUL (G31112254)
SAGITA INGGRIANI (G31112255)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Pengertian Termodinamika
Jika sebuah sistem menyerap energi dan tidak melakukan usaha, maka
energi/kalor yang diserap sama dengan Energi dalam, dalam hal ini
q = ΔE. Jika energi yang diserap dipergunakan untuk melakukan usaha dan juga
untuk perubahan kimia, maka total energi yang dipergunakan sebesar W
yang setara dengan pV. Juga digunakan untuk reaksi kimia sebesar E, kuantitas
energi ini dikenal dengan Entalphi (H), sehingga H = E + pV (Gambar 10.21).
Kalor atau energi yang diserap pada tekanan tetap setara
dengan; q = ΔH.
C. Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini merupakan pernyataan ulang dari hukum kekekalan energi,
yang menyatakan bahwa : “ energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
lain namun energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan”. Hukum
pertama termodinamika menyatakan hubungan antara kalor (q), kerja (w) dan
perubahan energi dalam (∆U), yang menerangkan bahwa energi sistem tersekat
adalah tetap. Hukum pertama termodinamika dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:
q = ∆U – W
q, ∆U, dan W dalam satuan joule atau kalori. Hukum pertama
termodinamika menunjukkan bahwa energi dalam tidak dapat diukur tapi dapat
diukur dari nilai kalor dan kerja. Kalor dapat diukur dengan percobaan dan kerja.
Kerja dihitung melalui volume dan tekanan yang melawan perubahan itu.
Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi
dalam. Energi dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan
merupakan sifat mikroskopik gas tersebut. Meskipun gas tidak melakukan
atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi yang tidak
tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau
secara mikroskopik.
Fungsi keadaan
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang
ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk
keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan.
Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk
keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya
dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi
keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk
menjelaskan keadaan dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase
Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang lebih
besar, dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara
properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan
adalah contoh dari hubungan tersebut.
Perubahan entalpi
Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami
perubahan. Perubahan entalpi (H), jika suatu reaksi berlangsung pada
tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus
dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agarsuhu sistem
kembali ke keadaan semula.
H = qp (qp = kalor reaksi pada tekanan tetap)
Besarnya perubahan entalpi adalah selisih besarnya entalpi sistem
setelah mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum
perubahan pada tekanan tetap.
H = Hakhir – Hawal
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh,
yaitu Jumlah zat, Keadaan fisis zat, Suhu (T), dan Tekanan (P).
Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau
menghasilkan energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki
entalpi yang lebih rendah dari zat semula).
Contoh:
Reaksi antara kalsium oksida (kapur tohor) dengan air Kapur tohor
dimasukkan ke dalam air dalam tabung reaksi. Reaksi ini
berlangsung ditandai dengan kenaikan suhu campuran (sistem).
Karena suhu sistem lebih tinggi dari lingkungan, maka kalor akan
keluar dari sistem ke lingkungan sampai suhu keduanya menjadi
sama. CaO(s) + H2O(l) Ca(OH)2(aq)
Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau
memerlukan energi.Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki
entalpi yang lebih tinggi dari zat semula).
Contoh:
Reaksi antara kristal barium hidroksida oktahidrat dengan kristal
amonium klorida. Ketika kristal barium hidroksida oktahidrat,
Ba(OH)2. 8H2O dicampur dengan kristal amonium klorida (NH4Cl),
reaksi segera berlangsung yang ditandai dengan penurunan suhu
campuran dan pembentukan gas amonia. Oleh karena suhu
campuran (sistem) menjadi lebih rendah daripada lingkungan, maka
kalor akan mengalir dari lingkungan ke dalam sistem sampai suhu
keduanya menjadi sama.
Ba(OH)2.8H2O(s) + 2NH4Cl BaCl2.2H2O(s) + 2NH3(g) + 8H2O(l)
Persamaan termokimia
Persamaan yang menggambarkan suatu reaksi yang disertai informasi
tentang perubahan entalpi (kalor). Oleh karena entalpi merupakan sifat
ekstensif (nilainya bergantung pada besar dan ukuran sistem) maka pada
persamaan termokimia juga tercantum jumlah mol zat yang dinyatakan
dengan koefisien reaksi, dan keadaan fasa zat yang terlibat.
Contoh:
a. Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen
pada 25oC (298 K), 1 atm, dilepaskan kalor sebesar 286 kJ.
Persamaan termokimia dari pernyataan di atas adalah kata
“dilepaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh
karena itu, H = –286 kJ untuk setiap mol air yang terbentuk.
2
Q Q Q1 2 ......................................(2.8)
1
dan bukan
2
Q Q Q2 Q1
1
Untuk lebih jelasnya, perhatikan suatu batang tembaga panas sebagai
suatu sistem dan air dingin di dalam gelas sebagai sistem yang lain. Pada
awalnya tiap sistem tidak memiliki panas. Sekarang bila batang tembaga
dimasukkan ke dalam air, kedua sistem mengadakan komonikasi termik,
dan panas dipindahkan dari batang tembaga panas ke air dingin. Tetapi,
bila Temperatur kesetimbangan telah tercapai, tidak lagi terdapat
perpindahan panas, dan tiap sistem tidak memiliki panas pada akhir proses.
Sebagai konvensi, bila dalam suatu interaksi panas suatu sistem menerima
panas, maka Q posistif, dan sebaliknya, bila suatu sistem melepaskan
panas, Q negative. Bila selama suatu proses, suatu sistem dipindahkan dari
lingkungannya atau dari sistem lain oleh suatu isolator sehingga
perpindahan panas tak mungkin terjadi, maka proses yang berlangsung
disebut proses adiabatic. Bila suatu sistem sederhana mengalami proses
adiabatic, interaksi yang mungkin hanyalah interaksi kerja. Dalam proses
adiabatic Q = 0.
Dari uraian mulai dari awal bab sampai akhir bab ini dapat
dikemukakan beberapa komentar bahwa termodinamika adalah ilmu
pengetahuan yang bersangkutan dengan hubungan antara sifat sistem
dengan besaran panas dan kerja. Kedua besaran Kerja dan panas
mempunyai beberapa persamaan yaitu bahwa keduanya bukan sifat sistem,
melainkan merupakan besaran transient yang timbul pada batas sistem
selama terjadinya perubahan keadaan sistem. Perbedaan dasar terletak pada
defenisinya.
∆S2 = + Q2/T2
∆S = ∆S2 + ∆S1
=Q2/T2 - Q1/T1
= 0, karena Q2/T2 = Q1/T1
∆SJagat Raya = 0
Proses ireversibel
Proses reversible tidak mengubah entropi jagat raya (∆Sjagatraya = 0),
sebaliknya pada proses ireversibel ( atau dapat digunakan pada
semua jenis proses) sehingga kelakuan e n t r o p i j a g a t r a y a
merupakan pernyataan umum lengkap dari
h u k u m k e d u a termodinamika, yaitu: “total entropi jagat raya tidak
berubah ketika proses reversible terjadi (∆Sjagat raya = 0) dan bertambah
ketika proses ireversibel terjadi (∆Sjagat raya > 0)”.
E. Hukum Kedua Termodinamika