Anda di halaman 1dari 44

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ......................................................................................... 3


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 6
2.1 Pengertian Hukum 1 Termodinamika ............................................................. 6
2.2.1 Proses Isotermal ......................................................................................... 8
2.2.2 Proses Isokhorik ....................................................................................... 10
2.2.3 Proses Isobarik ......................................................................................... 10
2.2.4 Proses Adiabatik ...................................................................................... 11
2.3 Kapasitas Kalor pada Gas Ideal .................................................................... 12
2.3.1 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap ....................................................... 12
2.3.2 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap ....................................................... 13
2.3.3. Proses pada Termodinamika ................................................................... 13
2.4 Entalpi (H)..................................................................................................... 15
2.4.1 Entalpi dan Kalor ..................................................................................... 16
2.5 Hukum ke-2 Termodinamika ........................................................................ 17
2.5.1 Entropi ...................................................................................................... 17
2.5.2 Mesin Pendingin ...................................................................................... 18
2.6 Perubahan Siklus dan Perhitungan ................................................................ 19
2.7 Untuk Mesin Kalor ........................................................................................ 22
2.8 Untuk Mesin Pendingin ................................................................................ 23
2.9 Efisiensi Mesin Kalor .................................................................................... 25
2.10 Efisiensi Mesin Carnot ................................................................................ 26
2.11 Siklus Mesin Carnot .................................................................................... 26
2.12 Mesin Gerak Abadi ..................................................................................... 28
2.13 Beberapa Proses Siklus ............................................................................... 28
2.13.1 Siklus Mesin Otto................................................................................... 28
2.13.2 Mesin Diesel .......................................................................................... 31
2.14 Contoh Soal dan Pembahasan ..................................................................... 33

1
2.15 Latihan Soal dan Pembahasan ..................................................................... 40
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “HUKUM 1 TERMODINAMIKA DAN HUKUM 2
TERMODINAMIKA”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Fisika Mekanika dan Panas di Jurusan D3 Teknik Elektro. Tugas ini di
mulai dengan membahas apa itu termodinamika, menjelaskan hukum 1
termodinamika dan hukum 2 termodinamika, proses yang proses yang terjadi
dalam termodinamika yang berkaitan dengan hukum 1 dan hukum 2
termodinamika, kapasitas panas kalor, entalpi, dan kalor dari proses yang
berhubungan dengan hukum 1 dan hukum 2 termodinamika.
Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas perkuliahan mata
kuliah Fisika Mekanika dan Panas. Judul makalah ini adalah “HUKUM 1
TERMODINAMIKA DAN HUKUM 2 TERMODINAMIKA” yang telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini dan tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajikan kritik dan saran terhadap makalah ini agar ke
depannya bisa diperbaiki. Kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari
makalah “HUKUM 1 TERMODINAMIKA DAN HUKUM 2
TERMODINAMIKA” ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
manfaat kepada pembaca.

Jakarta, 28 Mei 2019

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hukum termodinamika menggambarkan hubungan antara energi


kalor, atau panas, dan bentuk lain dari energi, dan bagaimana energi
mempengaruhi materi. Hukum Pertama Termodinamika menyatakan bahwa
energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan; jumlah total energi di alam
semesta tetap sama.Hukum Kedua Termodinamika adalah tentang kualitas
energi. Ini menyatakan bahwa saat energi ditransfer atau diubah, banyak dan
lebih dari itu adalah sia-sia. Hukum Kedua juga menyatakan bahwa ada
kecenderungan alami dari setiap sistem terisolasi untuk berubah menjadi
keadaan yang lebih tidak teratur.
Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan
(equilibrium), yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya energi
yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem keseimbangan, tetapi tidak
dapat dipakai untuk mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu terjadi
karena selama proses sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu
sistem tersebut dapat berubah akibat dari lingkungan yang berada di
sekitarnya. Sementara untuk aplikasi dalam materialnya, termodinamika
membahas material yang menerima energi panas atau energi dalam bentuk
yang berbeda-beda.
Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat
termodinamika. Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus
yang berbeda pula, sesuai dengan permasalahan yang ada. Ada Hukum 0
Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum awal Termodinamika,
lalu ada Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan Hukum 3
Termodinamika.

4
Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang
energi yang ada dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum 1
Termodinamika mengenalkan hukum Kekekalan Energi. Hukum Kekekalan
Energi yaitu energi yang tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya
dapat berubah bentuk energi dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Oleh karena
itu, Hukum 1 Termodinamika sering disebut Hukum Kekekalan Energi.
Ini berhubungan dengan beberapa proses termodinamika yaitu proses
isotermik, isokhorik, isobarik, dan adiabatik. Dari energi yang ada pada
proses tersebut, dapat pula dihitung berapa kapasitas panas kalornya,
entalpi, dan kalor yang dihasilkan dari proses tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bunyi hukum termodinamika ke 1 dan ke 2.


2. Hukum 1 termodinamika dalam proses dinamika.
3. Siklus yang terjadi dalam termodinamika.
4. Efisiensi kalor dalam termodinamika.
5. Siklus carnot dan entropi.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bunyi hukum 1 termodinamika dan hukum 2 termodinamika.


2. Mengetahui hukum 1 termodinamika dalam proses termodinamika.
3. Mengetahui kapasitas kalor pada gas ideal.
4. Mengetahui apa itu entalpi.
5. Mengetahui siklus yang terjadi dalam termodinamika.
6. Mengetahui potensial termodinamik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum 1 Termodinamika

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling
tukar”. Sesuai dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan
untuk menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya.

Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat
atau dimusnahkan, namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”.
Sesuai dengan hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama
dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah dengan perolehan energi
dalam karena kenaikan temperatur.

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan
bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas).
Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan
berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini
merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan


sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi
dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem
melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip ini
dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebut
Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan
keadaan awal (1)

6
∆U = U2 – U1

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan


energi dalam. Tapi rumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari
lingkungannya dan melakukan kerja W pada lingkungannya.

Gambar 1 Sistem Pada Termodinamika

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam


(U), perpindahan panas (Q), dan kerja (W)

Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil,


maka

7
2.2 Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika

2.2.1 Proses Isotermal

Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana


terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses
yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan
proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak
terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan berdasarkan hukum I
termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang
dilakukan sistem (Q = W).

Dari persamaan umum gas :

PV = nRT

Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas


adalah :

dW = P.dV
𝑛.𝑅.𝑇
dW = dV
𝑉

𝑉 1
W= nRT∫𝑉 𝑓 𝑑𝑉
𝑖 𝑉

8
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p – V di
bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan
sebagai

Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Gambar 2 Grafik Proses Isotermal

Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :

9
2.2.2 Proses Isokhorik

Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang


konstan, gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas
berada dalam volume konstan (∆V = 0), gas tidak melakukan usaha
(W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi
dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
volume konstan QV.

W = P dV = P.0 = 0

Gambar 3 Grafik Proses Isokhorik

2.2.3 Proses Isobarik

Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga


tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik.
Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha
(W = p∆V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada
proses isobarik berlaku

Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

W = P dV = nR dT

10
Gambar 4 Grafik Proses Isobarik

2.2.4 Proses Adiabatik

Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja


yang dilakukan oleh gas adalah murni berasal dari perubahan energi
internalnya. Tidak ada energi yang masuk maupun yang keluar (Q)
selama proses itu berjalan. (Hukum Termodinamika I menyatakan :
Perubahan energi internal gas (dU) adalah banyaknya energi kalor
yang disuplai (Q) dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas (P.dV).

Kondisi proses adiabatik adalah :

dU = Q - P.dV = - P dV

P Vƴ = K (konstan)

11
Gambar 5 Grafik Proses Adiabatik

2.3 Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan
suhu suatu sistem sebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa,
panas yang diberikan kepada sistem akan mengakibatkan kenaikan
temperatur. Ada 2 jenis kapasitas kalor, yaitu ada kapasitas kalor saat
volume tetap (CV) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap (CP). Sedangkan
rumus kapasitas kalor itu sendiri adalah :
ΔQ = C . ΔT  C = dQ/dT

Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif


didefinisikan sebagai besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu zat sebesar 1oC. Dengan demikian kapasitas panas C
memiliki satuan J/kal atau J/K. Sedangkan ΔT tidak lain adalah menyatakan
selisih suhu pada keadaan sebelum dan sesudah diberi energi panas Q.

2.3.1 Kapasitas Kalor pada Volume Tetap

12
dQv = Cv dT

dQv = n Cv dT

Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan


rumus, tergantung pada gas idealnya itu sendiri. Apakah monoatomik,
diatomik, atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R

Saat diatomik Cv = 5/2R

Saat polyatomic Cv = 5/2R

2.3.2 Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQp = CP dT

dQp = n CP dT

Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah

2.3.3 Poses Pada Termodinamika


2.3.3.1 Proses Isotermal
Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :

13
𝑉𝑓
𝛥𝑈 = 𝑄 − 𝑊 → 𝑄 = 𝛥𝑈 + 𝑊 = 𝑛𝐶𝑉 𝛥𝑇 + 𝑛𝑅𝑇 𝑙𝑛
𝑉𝑖

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

𝛥𝑈 = 𝑛𝐶𝑉 𝛥𝑇

2.3.3.2 Proses Isokhorik

Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :

𝑄 = 𝑛𝐶𝑉 𝛥𝑇 = 𝑛𝐶𝑉 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑖 )

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

𝛥𝑈 = 𝑄 − 𝑊 → 𝛥𝑈 = 𝑛𝐶𝑉 𝛥𝑇

2.3.3.3 Proses Isobarik

Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :

𝑄 = 𝑛𝐶𝑃 𝛥𝑇 = 𝑛𝐶𝑃 (𝑇𝑓 − 𝑇𝑖 )

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

𝛥𝑈 = 𝑄 − 𝑊 → 𝛥𝑈 = 𝑛𝐶𝑃 𝛥𝑇 − 𝑝𝛥𝑉
𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 → 𝑝𝛥𝑉 = 𝑛𝑅𝛥𝑇
𝐶𝑃 = 𝐶𝑉 + 𝑅 → 𝛥𝑈 = 𝑛𝐶𝑃 𝛥𝑇 − 𝑛𝑅𝛥𝑇 = 𝑛𝐶𝑉 𝛥𝑇

2.3.3.4 Proses Adiabatik

Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang


terjadi karena kalor yang diterima dan dikeluarkan sama
besarnya, sehingga Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan proses
adiabatik pada gas ideal yaitu :

𝛾 𝛾
𝑝𝑉 𝛾 = 𝐶 → 𝑝𝑖 𝑉𝑖 = 𝑝𝑓 𝑉𝑓
𝑊=𝐶

𝐶 −𝛾+1 −𝛾+1
𝑊= (𝑉 − 𝑉𝑖 )
1−𝛾 𝑓

14
𝛾 𝛾
𝑝𝑉 𝛾 = 𝐶 → 𝑝𝑖 𝑉𝑖 = 𝑝𝑓 𝑉𝑓
1 𝛾 −𝛾+1 𝛾 −𝛾+1 1
𝑊= (𝑝𝑓 𝑉𝑓 𝑉𝑓 − 𝑝𝑖 𝑉𝑖 𝑉𝑖 )= (𝑝 𝑉 − 𝑝𝑖 𝑉𝑖 )
1−𝛾 1−𝛾 𝑓 𝑓

𝐴𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑡𝑖𝑘:   𝑝𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛


𝐶
𝑝= = 𝐶𝑉 𝛾
𝑉𝛾
𝑉𝑓 𝑉𝑓
𝑊 = ∫ 𝑝𝑑𝑉 = ∫ 𝐶𝑉 −𝛾 𝑑𝑉
𝑉𝑖 𝑉𝑖

1 𝑉
𝑊=𝐶 𝑉 −𝛾+1 |𝑉𝑓𝑖
−𝛾 + 1
𝐶 −𝛾+1 −𝛾+1
𝑊= (𝑉 − 𝑉𝑖 )
1−𝛾 𝑓

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

1
𝑄=0 𝛥𝑈 = 𝑄 − 𝑊 → 𝛥𝑈 = −𝑊 = (𝑝 𝑉 − 𝑝𝑖 𝑉𝑖 )
𝛾−1 𝑓 𝑓

2.4 Entalpi (H)

Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah


energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang
digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer panas
antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan konstan
(isobarik). Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:

H = U + PV

di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi internal (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)

15
V = volume sistem (m2)

PV hanya targantung kedaan awal dan akhir sistem. Besarnya


perubahan entalpi dari sistem :

H = H2 –H1
H = (U2+P2V2) – (U1+P1V1)
H = (U2-U1) + (P2V2-P1V1)

pada tekanan (P) tetap :

 H =  U + P(V2-V1)
H=U+PV
Q = U + P V , maka
H = Q
dH = dQ

2.4.1 Entalpi dan Kalor

Entalpi sebagai fungsi T dan p; H= f(T,P)

𝜕𝐻 𝜕𝐻
𝑑𝐻 = ( ) 𝑑𝑇 + ( ) 𝑑𝑃
𝜕𝑇 𝑃 𝜕𝑃 𝑇
𝜕𝐻
𝑑𝑈 = 𝐶𝑃 𝑑𝑇 + ( ) 𝑑𝑃
𝜕𝑃 𝑇

Pada tekanan tetap :

𝑑𝐻  =   𝐶𝑃 𝑑𝑇
𝑑𝐻 = 𝐶𝑃 𝑑𝑇
𝑜𝑟
𝛥𝐻 = 𝐶𝑃 𝛥𝑇
Pada volume tetap :

16
𝑑𝑈  =   𝐶𝑉 𝑑𝑇
𝑑𝑈 = 𝐶𝑉 𝑑𝑇
𝑜𝑟
𝛥𝑈 = 𝐶𝑉 𝛥𝑇

2.5 Hukum ke-2 Thermodinamika


Hukum II Termodinamika berbunyi “ panas mengalir secara spontan
dari benda bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu lebih rendah, dan
panas tidak dapat mengalir secara spontan dari benda bersuhu rendah
menuju benda yang bersuhu lebih tinggi”.

hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi: “Total entropi


semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan bertambah ketika
proses ireversibel terjadi”.

2.5.1 Entropi

Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak


dapat diubah menjadi usaha. Besarnya entropi suatu sistem yang
mengalami proses reversibel sama dengan kalor yang diserap sistem
dan lingkungannya ( ΔQ) dibagi suhu mutlak sistem tersebut (T).
Perubahan entropi diberi tanda ΔS dan dinyatakan sebagai berikut.

ΔS = ΔQ/T

Ciri proses reversibel adalah perubahan total entropi (ΔS = 0)


baik bagi sistem maupun lingkungannya. Pada proses irreversibel
perubahan entropi semesta ΔS =. Proses irreversibel selalu menaikkan
entropi semesta.

ΔSsistem + ΔSlingkungan = ΔSseluruhnya ≥ )

17
hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor:
“Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suat
siklus yang semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha luar”

2.5.2 Mesin Pendingin

Mesin yang menyerap kalor dari suhu rendah dan


mengalirkannya pada suhu tinggi dinamakan mesin pendingin
(refrigerator). Misalnya pendingin rungan (AC) dan almari es
(kulkas).

Perhatikan Gambar berikut!

Gambar 6 Grafik Daya Terhadap Volume

Kalor diserap dari suhu rendah T2 dan kemudian diberikan pada


suhu tinggi T1. Berdasarkan hukum II termodinamika, kalor yang
dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah kalor
yang diserap (Q1 = Q2 + W)

Hasil bagi antara kalor yang masuk (Q1) dengan usaha yang
diperlukan (W) dinamakan koefisien daya guna (performansi) yang
diberi simbol Kp. Secara umum, kulkas dan pendingin ruangan
memiliki koefisien daya guna dalam jangkauan 2 sampai 6. Makin
tinggi nilai Kp, makin baik kerja mesin tersebut.

Kp = Q2/W

18
Untuk gas ideal berlaku:

Kp = Q2/(Q1 – Q2) = T2/(T1 – T2)

Keterangan

Kp : koefisien daya guna

Q1 : kalor yang diberikan pada reservoir suhu tinggi (J)

Q2 : kalor yang diserap pada reservoir suhu rendah (J)

W : usaha yang diperlukan (J)

T1 : suhu reservoir suhu tinggi (K)

T2 : suhu reservoir suhu rendah (K)

2.6 Perubahan Siklus dan Perhitungan

Usaha Siklus adalah rangkaian beberapa proses termodinamika yang


membuat keadaan akhir system kembali ke keadaan awalnya.

Gambar 7 Grafik Daya Terhadap Volume

19
Pada gambar di atas siklus terdiri dari 3 proses :

Proses A ke B Proses Proses B ke C

Usaha adalah luas trapesium Usaha adalah luas persegi panjang

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐵 = (𝑉𝐵 − 𝑉𝐴) 𝑊𝐵𝐶 = 𝑃₁(𝑉𝐶 − 𝑉𝐵)
2

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐵 = (𝑉₂ − 𝑉₁) 𝑊𝐵𝐶 = 𝑃₁(𝑉₁ − 𝑉₂)
2

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐵 = ∆𝑉 𝑊𝐵𝐶 = - 𝑃₁(𝑉₂ − 𝑉₁)
2

𝑊𝐵𝐶 = - 𝑃₁∆𝑉

Usaha positif pemuaian Usaha negative pemampatan

Gambar 9 Usaha Positif Pemuaian Gambar 8 Usaha Negatif Pemampatan

Proses C ke D

𝑊𝐶𝐷 = 𝑃(𝑉𝐷 − 𝑉𝐶)

20
𝑊𝐶𝐷 = - 𝑃(𝑉₁ − 𝑉₁)

𝑊𝐶𝐷 = 𝑃(0)

𝑊𝐶𝐷 = 0

Usaha satu siklus 𝐴𝐵𝐶𝐴

𝑊𝐴𝐴 = 𝑊𝐴𝐵 + 𝑊𝐵𝐶 + 𝑊𝐶𝐷

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐴 = ∆𝑉 + ( - 𝑃₁∆𝑉 ) + 0
2

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐴 = ∆𝑉 + ( - 𝑃₁∆𝑉 )
2

𝑃₁+ 𝑃₂
𝑊𝐴𝐴 = ( − 𝑃₁ ) ∆𝑉 Gambar 11 Proses Siklus ABCA
2

𝑃₁ 𝑃₂ 2𝑃₁
𝑊𝐴𝐴 = ( 2 + − ) ∆𝑉
2 2

𝑃₂ 𝑃₁
𝑊𝐴𝐴 = ( 2 − 2 ) ∆𝑉

1
𝑊𝐴𝐴 = 2 (𝑃2 − 𝑃₁)∆𝑉

Usaha satu siklus Sama dengan luas segitiga atau area yang ada
didalam kurva siklus. Karena keadaan system kembali ke keadaan semula
berarti Δ𝑈 = 0 Usaha 𝑊 yang dilakukan oleh sistem dalam satu siklus
sama dengan luas area yang ada didalam kurva siklus dan besarnya sama
dengan kalor 𝑄 yang diserap.

𝑊=𝑄

21
2.7 Untuk mesin kalor
”tidak mungkin mengubah semua kalor yang terdapat pada resevoir
kalor temperatur tinggi menjadi kerja dalam sebuah siklus kerja tanpa
membuang sebagian kalor ke reservoir kalor temperatur rendah”.
Pernyataan ini dapat digambarkan sebagai berikut .

Gambar 12 Proses Perubahan Kalor


Menjadi Kerja

Gambar 12 proses perubahan kalor menjadi kerja menurut hukum


kedua termodinamika

Semua mesin kalor yang bekerja menghasilkan kerja dengan


mengkonversikan kalor dari sumber kalor yang lebih tinggi (Qh) pasti akan
membuang sebagian kalor ke resevoir kalor yang lebih rendah
temperaturnya (Ql). Artinya tidak semua kalor dapat diubah menjadi kerja,
pasti ada kebocoran dan kerugian yang disebut efisiensi (η).Contoh; sebuah
motor bakar bensin membakar campuran udara dan bahan bakar dan
menghasilkan kalor. Energi kalor ini tidak semuanya dapat diubah oleh
mesin menjadi kerja (putaran poros), tetapi pasti ada sebagian yang dibuang
ke lingkungan sekitar melalui pendingin mesin dan sisa gas buang. Proses
konversi energi pada motor bakar menurut hukum kedua termodinamika
dapat digambarkan sebagai berikut .

22
Gambar 13 Proses Konversi Energi Pada Motor

Gambar 13 proses konversi energi pada motor bakar menurut hukum


kedua termodinamika Efisiensi sistem dapat dihitung dengan
membandingkan kerja yang dihasilkan dengan kalor yang diberikan atau
dapat ditulis secara matematis .

2.8 Untuk mesin pendingin

” Tidak mungkin memindahkan kalor dari reservoir temperatur


rendah ke reservoir temperatur tinggi dalam sebuah siklus kerja tanpa

23
membutuhkan kerja dari luar sistem “. Hukum kedua termodinamika untuk
mesin pendingin dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 14 Proses Pemindahan Kalor

Gambar 3 proses pemindahan kalor dari reservoir temperatur rendah


ke reservoir temperatur tinggi menurut hukum kedua termodinamika. semua
mesin pendingin memindahkan panas dari ruangan atau sumber panas yang
lebih rendah ke sumber panas yang lebih tinggi membutuhkan kerja dari
luar sistem. Pada dasarnya kalor berpindah dari temperatur tinggi ke
temperatur rendah, jadi untuk membalik arah kalor atau memindahkan kalor
dari sumber yang bertemperatur rendah ke daerah yang bertemperatur lebih
tinggi dibutuhkan kerja tambahan. Contoh; Lemari es mendinginkan
ruangan di dalam lemari es dengan cara membuang kalor dari dalam lemari
es ke luar ruangan (lingkungan). Temperatur di dalam lemari es lebih rendah
dari pada temperatur di luar lemari es. Supaya lemari es dapat bekerja, maka
lemari es membutuhkan kerja dari luar. Kerja ini diambil dari energi listrik
yang digunakan untuk menggerakan kompressor pada mesin pendingin
lemari es.

24
2.9 EFFISIENSI MESIN KALOR
Menurut kurva hubungan p–V dari siklus Carnot, usaha yang
dilakukan oleh gas adalah luas daerah di dalam kurva p–V siklus tersebut.
Oleh karena siklus selalu kembali ke keadaannya semula, ΔUsiklus = 0
sehingga persamaan usaha siklus (Wsiklus) dapat dituliskan menjadi

Wsiklus = ΔQsiklus = (Q1 – Q2)

dengan:

Q1 = kalor yang diserap sistem, dan

Q2 = kalor yang dilepaskan sistem.

Gambar 15 Mengubah Kalor Menjadi Energi Mekanik

Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha).


Perbandingan antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi
kalor yang diserapnya (Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan
matematis efisiensi mesin ini dituliskan dengan persamaan :

η = (W/Q1) x 100 %

dengan η = efisiensi mesin.

Oleh karena usaha dalam suatu siklus termodinamika dinyatakan


dengan

W = Q1 – Q2

maka Persamaan dapat dituliskan menjadi :

η = (Q1 - Q2 / Q1) x 100 % atau η = (1 - Q2 / Q1) x 100 %

25
2.10 Effisiensi Mesin Carnot
Pada mesin Carnot, besarnya kalor yang diserap oleh sistem (Q1) sama
dengan temperatur reservoir suhu tingginya (T1). Demikian juga, besarnya
kalor yang dilepaskan sistem (Q2) sama dengan temperatur reservoir suhu
rendah mesin Carnot tersebut. Oleh karena itu, Persamaan di atas dapat
dituliskan menjadi :

η = (1 - T2 / T1) x 100 %

Gambar 16 Grafik Daya Terhadap Volume

Dari Persamaan tersebut, Kita dapat menyimpulkan bahwa efisiensi


mesin Carnot dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur
reservoir suhu tinggi atau menurunkan temperatur reservoir suhu rendah.

2.11 Siklus Mesin Carnot

Gambar 17 Proses Terjadinya Mesin Carnot

26
Berikut urutan keempat langkah proses yang terjadi dalam siklus Carnot :

2.13.1 Pada langkah pertama


Gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston
dikurangi. Selama proses ini berlangsung, temperatur sistem tidak
berubah, namun volume sistem bertambah. Dari keadaan A ke
keadaan B, sejumlah kalor (Q1) dipindahkan dari reservoir suhu
tinggi ke dalam gas.
2.13.2 Pada langkah kedua
Gas berubah dari keadaan B ke keadaan C dan mengalami
proses ekspansi adiabatik. Selama proses ini berlangsung, tidak ada
kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem. Tekanan gas
diturunkan dengan cara mengurangi beban yang ada di atas piston.
Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya
bertambah.
2.13.3 Pada langkah ketiga
Keadaan gas berubah dari keadaan C ke keadaan D melalui
proses kompresi isotermal. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah
(200 K) menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston
bertambah. Akibatnya tekanan sistem meningkat, temperaturnya
konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan
4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu
rendah untuk menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
2.13.4 Pada langkah keempat
Gas mengalami proses kompresi adiabatik dan keadaannya
berubah dari keadaan D ke keadaan A. Jumlah beban di atas piston
bertambah. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang
keluar atau masuk ke dalam sistem, tekanan sistem meningkat, dan
volumenya berkurang.

27
Jadi siklus Carnot terdiri atas pemuaian isotermal, pemuaian adiabatik,
penyusutan isotermal dan penyusutan adiabatik. Kalor Q1 diberikan ke
sistem pada proses pemuaian isotermal dan kalor Q2 dilepaskan oleh sistem
pada pemampatan isotermal. selisish Q1 dan Q2 merupakan usaha W yang
dilakukan mesin Carnot.

2.12 Mesin Gerak –Abadi (Perpetual-Motion Machines)


Kita mempunyai pernyataan yang berulang-ulang, bahwa sebuah
proses tidak akan dapat berlangsung jika tidak memenuhi hukum
termodinamika pertama dan kedua. Semua alat yang melanggar baik hukum
pertama dan kedua termodinamika disebut dengan mesin gerak abadi
(Perpetual-Motion Machines).

Sebuah alat yang melanggar hukum termodinamika yang pertama


disebut mesin gerak abadi tipe pertama (Perpetual-Motion Machines of the
first kind) atau PMMI, sedangkan alat yang melanggar hukum
termodinamika kedua disebut mesin gerak abadi tipe kedua

2.13 Beberapa Proses Siklus

2.13.1 Siklus Mesin Otto


Siklus Otto adalah siklus termodinamika yang paling banyak
digunakandalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor
berbahan bakar bensin (PetrolFuel) adalah contoh penerapan dari
sebuah siklus Otto. Mesin bensin dibagimenjadi dua, yaitu mesin
dua tak dan mesin empat tak.Mesin dua tak adalah mesin yang
memerlukan dua kali gerakan piston naik turun untuk sekali
pembakaran (agar diperoleh tenaga).

28
Gambar 18 Mesin 2 Tak

Mesin tersebut banyak digunakan pada motor-motor kecil.


Mesin dua tak menghasilkan asap sebagai sisa pembakaran dari oli
pelumas.Mesin empat tak memerlukan empat kali gerakan piston
untuk sekali pembakaran. Pada motor-motor besar biasa
menggunakan mesin empat tak. Akantetapi, sekarang banyak
motor-motor kecil bermesin empat tak. Mesin jenis inisedikit
menghasilkan sisa pembakaran karena bahan bakarnya hanya
bensin murni.

Gambar 19 Mesin 4 Tak

29
Gambar di atas merupakan mesin pembakaran dalam empat
langkah (empattak). Mula-mula campuran udara dan uap bensin
mengalir dari karburator menujusilinder pada saat piston bergerak
ke bawah (langkah masukan). Selanjutnyacampuran udara dan uap
bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika piston
bergerak ke atas (langkah kompresi atau penekanan). Karena
ditekan secaraadiabatik maka suhu dan tekanan campuran
meningkat. Pada saat yang sama, busimemercikkan bunga api
sehingga campuran udara dan uap bensin terbakar. Ketikaterbakar,
suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas bersuhu tinggi
dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan
mendorong piston ke bawah (langkai pemuaian). Selanjutnya gas
yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan
menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan).Katup masukan
terbuka lagi dan keempat langkah tersebut diulangi kembali.Tujuan
dari adanya langkah kompresi atau penekanan adiabatik
adalahmenaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap
bensin. Proses pembakaran pada tekanan yang tinggi akan
menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yangsangat besar.
Akibatnya gaya dorong (F = PA) yang dihasilkan selama
proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil
menjadi lebih bertenaga.Walaupun tidak ditekan, campuran udara
dan uap bensin bisa terbakar ketika busi memercikkan bunga api.
Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalutinggi
sehingga gaya dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin
menjadikurang bertenaga.Proses perubahan bentuk energi dan
perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah
di atas bisa dijelaskan seperti ini : Ketika terjadi proses
pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin + energi dalam
udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah
menjadi energi mekanik batang piston dan poros engkol, sebagian
kalor dibuang melalui pipa pembuangan(knalpot). Sebagian besar

30
energi mekanik batang piston dan poros engkol berubahmenjadi
energi mekanik kendaraan (kendaraan bergerak), sebagian kecil
berubahmenjadi kalor alias panas sedangkan panas timbul akibat
adanya gesekan.Secara termodinamika, siklus Otto memiliki 4
buah proses termodinamikayang terdiri dari 2 buah proses
isokhorik (volume tetap) dan 2 buah prosesadiabatis (kalor tetap).

2.13.2 Mesin Diesel


Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah
panas menjadikerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran
tertutup, yang biasanyamenggunakan air sebagai fluida yang
bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dariseluruh energi listrik
yang dihasilkan di seluruh dunia. Siklus ini dinamai
untuk mengenang ilmuan Skotlandia, William John Maqcuorn
Rankine.Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas
yang secara umumditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas
yang utama untuk siklus Rankineadalah batu bara, gas alam,
minyak bumi, nuklir, dan panas matahari.Efisiensi siklus Rankine
biasanya dibatasi oleh fluidanya. Tanpa tekananyang mengarah
pada keadaan super kritis, range temperatur akan cukup kecil.
Uapmemasuki turbin pada temperatur 565 °C (batas ketahanan
stainless steel) dankondenser bertemperatur sekitar 30°C. Hal ini
memberikan efisiensi Carnot secarateoritis sebesar 63%, namun
kenyataannya efisiensi pada pembangkit listrik sebesar 42%.

31
Gambar 20 Mesin Diesel

Gambar Mesin Diesel (Siklus Rankine)Gambar ini


menunjukkan siklus diesel ideal (sempurna). Mula-mula
udaraditekan secara adiabatik (a-b), lalu dipanaskan pada tekanan
konstan

penyuntik (injector) menyemprotkan solar dan terjadilah


pembakaran (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian
adiabatik (c-d), pendinginan pada volume konstan

gas yangterbakar dibuang ke pipa pembuangan dan udara


yang baru, masuk ke silinder (d-a).Asumsi yang digunakan pada
siklus diesel ini sama dengan pada siklusOtto, kecuali langkah
penambahan panas. Pada siklus diesel langkah 2-3merupakan
penambahan panas pada tekanan konstan.

32
2.14 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Suatu gas memiliki volume awal 2,0 m3 dipanaskan dengan kondisi


isobaris hingga volume akhirnya menjadi 4,5 m3. Jika tekanan gas adalah 2
atm, tentukan usaha luar gas tersebut!
(1 atm = 1,01 x 105 Pa)

Pembahasan
Data :
V2 = 4,5 m3
V1 = 2,0 m3
P = 2 atm = 2,02 x 105 Pa
Isobaris → Tekanan Tetap

W = P (ΔV)
W = P(V2 − V1)
W = 2,02 x 105 (4,5 − 2,0) = 5,05 x 105 joule

2. 1,5 m3 gas helium yang bersuhu 27oC dipanaskan secara isobarik sampai
87oC. Jika tekanan gas helium 2 x 105 N/m2 , gas helium melakukan usaha
luar sebesar....

Pembahasan
Data :
V1 = 1,5 m3
T1 = 27oC = 300 K
T2 = 87oC = 360 K
P = 2 x 105 N/m2

W = PΔV
Mencari V2 :
V
2/T2 = V1/T1

33
V2 = ( V1/T1 ) x T2 = ( 1,5/300 ) x 360 = 1,8 m3
W = PΔV = 2 x 105(1,8 − 1,5) = 0,6 x 105 = 60 x 103 = 60 kJ
3. Mesin Carnot bekerja pada suhu tinggi 600 K, untuk menghasilkan kerja
mekanik. Jika mesin menyerap kalor 600 J dengan suhu rendah 400 K,
maka usaha yang dihasilkan adalah....

Pembahasan
η = ( 1 − Tr / Tt ) x 100 %
Hilangkan saja 100% untuk memudahkan perhitungan :
η = ( 1 − 400/600) = 1/3
η = ( W / Q1 )
1
/3 = W/600
W = 200 J

4. Sebuah mesin pendingin memiliki reservoir suhu rendah sebesar −15°C.


Jika selisih suhu antara reservoir suhu tinggi dan suhu rendahnya sebesar
40°C, tentukan koefisien performansi mesin tersebut!

Pembahasan
Data mesin
Tr = − 15°C = (− 15 + 273) K = 258 K
Tt − Tr = 40°C
Cp =....?

5. Sebuah kulkas memiliki suhu rendah − 13°C dan suhu tinggi 27°C. Jika
kalor yang dipindahkan dari reservoir suhu rendah adalah 1300 joule,
tentukan usaha yang diperlukan kulkas!

34
Pembahasan
Data mesin pendingin
Tr = − 13°C = (− 13 + 273) K = 260 K
Tt = 27°C = 300 K
Qr = 1300 j
W = ....

Rumus koefisien performansi jika diketahui usaha dan kalor

Dimana
W = usaha yang diperlukan untuk memindahkan kalor dari suhu rendah
Qr = kalor yang dipindahkan dari suhu rendah

Sehingga jika digabung dengan rumus dari no sebelumnya diperoleh:

6. Mesin Carnot bekerja pada reservoir bersuhu 300K dan 600K dan
menyerap kalor 500kJ. Berapa kalor yang terbuang oleh mesin Carnot
tersebut?
Penyelesaian :

Diketahui :

35
T1 = 600 K

T2 = 300 K

Q1 = 500 kJ

Ditanyakan : Q2 …?

Jawab :

0 = (1- (T2/T1)) x 100% = 1- (300/600) x 100% = ½ x 100%= 50%

Menghitung Q2 dengan menggunakan persamaan efisiensi :

0 = (1- (Q2/Q1)) x 100%

50%= 1- (Q1/500) x 100%

½ = 1- (Q1/500)

Q1/500 = ½

Q1 = 250 kJ

Jadi kalor yang terbuang oleh mesin adalah sebesar 250 kJ

7. Kulkas memiliki koefisien performansi 6. Jika suhu ruang di lingkungan


28°C, maka suhu paling rendah kulkas tersebut berapa?
Penyelesaian :

Diketahui:

Kp = 6

T1 = (28 + 273) K = 301 K

Ditanyakan : T2 = …?

Jawab :

Koefisien performansi maksimum diperoleh sebagai berikut:

36
Kp = T2 : (T1 – T2) dengan T1 adalah suhu tinggi dan T2 adalah suhu rendah.

Dari persamaan tersebut diperoleh :

Kp T1 – Kp T2 = T2

Kp T1 = T2 (1+Kp)

T2 = (Kp: (1+Kp)) x T1

= (6 : (1+6)) (301)

= 258 K

= 258 K -273 = -150C

Suhu paling rendah di dalam lemari es adalah -150C.

8. Sebuah mesin Carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi bersuhu 800
K mempunyai efisiensi sebesar 40%. Agar efisiensinya naik menjadi 50%,
maka suhu reservoir suhu tinggi dinaikkan menjadi....

Pembahasan
Rumus efisiensi (tanpa %)

Data dari Efisiensi pertama,


Tt = 800 K
η = 40% = 0,4 → (1 − η) = 0,6

Dari sini diperoleh suhu rendah Tr

37
Dari data efisiensi kedua,
η = 50% = 0,5 → (1 − η) = 0,5
Tr = 480 K

Suhu tingginya:

9. Perhatikan gambar berikut ini!

Jika kalor yang diserap reservoir suhu tinggi adalah 1200 joule, tentukan :
a) Efisiensi mesin Carnot
b) Usaha mesin Carnot
c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang
dilakukan mesin Carnot
d) Jenis proses ab, bc, cd dan da

Pembahasan
a) Efisiensi mesin Carnot
Data :
Tt = 227oC = 500 K
Tr = 27oC = 300 K

38
η = ( 1 − Tr/Tt) x 100%
η = ( 1 − 300/500) x 100% = 40%

b) Usaha mesin Carnot


η = W/Q1
4/10 = W/1200
W = 480 joule

c) Perbandingan kalor yang dibuang di suhu rendah dengan usaha yang


dilakukan mesin Carnot
Q2 = Q1 − W = 1200 − 480 = 720 joule
Q2 : W = 720 : 480 = 9 : 6 = 3 : 2

d) Jenis proses ab, bc, cd dan da


ab → pemuaian isotermis (volume gas bertambah, suhu gas tetap)
bc → pemuaian adiabatis (volume gas bertambah, suhu gas turun)
cd → pemampatan isotermal (volume gas berkurang, suhu gas tetap)
da → pemampatan adiabatis (volume gas berkurang, suhu gas naik)

10. Sebuah mesin memiliki rasio pemampatan 12 : 1 yang berarti bahwa


setelah pemampatan, volume gas menjadi 1/12 volume awalnya. Anggap
bahan bakar bercampur udara pada suhu 35 °C, tekanan 1 atm, dan γ = 1,4.
Jika proses pemampatan terjadi secara adiabatik, hitunglah tekanan pada
keadaan akhir dan suhu campuran.
Penyelesaian:

 Menghitung tekanan pada keadaan akhir


Persamaan keadaan adiabatik:

PA × VAg = PB × VBg

1 atm × VA1,4 = PB × (1/12×VA)1,4

39
 Menghitung suhu campuran

2.15 LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Sepuluh mol gas helium memuai secara isotermal pada suhu 67 °C


sehingga volumenya menjadi dua kali volume mula-mula. Tentukanlah
usaha yang dilakukan oleh gas helium.
Penyelesaian:

2. Suatu gas yang volumenya 1,2 liter perlahan-lahan dipanaskan pada


tekanan tetap 1,5×105 N/m2 hingga volumenya menjadi 2 liter. Berapakah
usaha yang dilakukan gas?
Penyelesaian:

W = P×DV

W = 1,5×105 N/m2 × (VB - VA)

40
W = 1,5×105 N/m2 × (2×10-3 m3 - 1,2×10-3 m3)

W = 1,5×105 N/m2 × 0,8×10-3 m3

W = 1,2×102 J

3. Sebuah mesin Carnot mengambil 2500 J panas dari reservoir pada 500 K,
melakukan kerja, dan membuang sejumlah panas ke reservoir pada 325 K.
Berapa banyak kerja yang dilakukan?
Penyelesaian:

 Mencari panas yang terbuang

 Menentukan banyak kerja yang dilakukan


Þ W = QH + QC

Þ W = 2500 J + (-1625 J)

Þ W = 875 J

4. Sebuah mesin pesawat mengambil 9200 J panas dan membuang 6000 J


setiap siklus. a) Berapa kerja mekanik keluaran dari mesin setiap siklus? b)
Berapa efisiensi termal dari mesin?
Penyelesaian:

a) Menghitung kerja mekanik keluaran dari mesin setiap siklus

Þ W = QH + QC

Þ W = 9200 J + (-6000 J)

Þ W = 3200 J

b) Menghitung efisiensi termal dari mesin

41
2000
5. /693 mol gas helium pada suhu tetap 27oC mengalami perubahan
volume dari 2,5 liter menjadi 5 liter. Jika R = 8,314 J/mol K dan ln 2 =
0,693 tentukan usaha yang dilakukan gas helium!
Pembahasan
Data :
n = 2000/693 mol
V2 = 5 L
V1 = 2,5 L
T = 27oC = 300 K

Usaha yang dilakukan gas :


W = nRT ln (V2 / V1)
W = (2000/693 mol) ( 8,314 J/mol K)(300 K) ln ( 5 L / 2,5 L )
W = (2000/693) (8,314) (300) (0,693) = 4988,4 joule

42
BAB III
KESIMPULAN

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam system


termodinamika, yaitu:

Hukum Awal

1. (Zeroth Law) Termodinamika


Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang
dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan
lainnya.

2. Hukum Pertama Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika
tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam
sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

3. Hukum kedua Termodinamika


Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini
menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati
nilai maksimumnya.

4. Hukum ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut.
Hukum inimenyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur
nol absolut,semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati
nilai minimum.Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

43
DAFTAR PUSTAKA

2.14.1.1 Artawan, Putu. 2014. Fisika Dasar. Jakarta : Penerbit Graha Ilmu

2. Giancoli, Douglas C.. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Penerbit


Erlangga

3. Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I. Terjemahan. Jakarta : Penerbit


Erlangga

4. Tipler, P.A..1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan).


Jakarta : Penebit Erlangga

5. Young, Hugh D. & Freedman, Roger A.. 2002. Fisika Universitas


(terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga

6. E-book Termodinamika, Belajar Praktis Fisika untuk Kelas XI

44

Anda mungkin juga menyukai