Komunitas panas dan kerja yang diperlukan untuk melaksanakan proses industri
dihitung dari pengetahuan sifat termodinamika seperti energi internal dan entalpi.
Untuk cairan, sifat ini sering dievaluasi dari pengukuran volume molar sebagai fungsi
temperatur dan tekanan yang menghasilkan suatu tekanan, volume, suhu (PVT), yang
dapat dinyatakan sebagai persamaan keadaan, yakni persamaan paling kompleks,
PV=RT.
Baris 1-2 fan 2-C, 3.1. Dapat mewakili zat murni dari tekanan dan suhu, dimana pase
padat dan cair yang ada dalam kesetimbangan dengan fase uap. Tenakan uap pada
suhu merupakan suatu hubungan kesetimbangan zat padat-uap dan cair-uap.
Hubungan kesetimbangan pada zat cair diwakili oleh garis 2-3. Baris tiga
menunjukan kondisi P dan T, dimana dua fase dapat berdampingan, dan membagi
diagram pada fase tunggal. Baris 1-2 merupakan kurva sublimasi, yakni memisahkan
daerah zat padat dan gas; baris 2-3 kurva sebagai penguapan, memisahkan daerah cair
dan gas. Titik "C" sebagai titik kritis: kordinat Tc dan Pc dalam tekanan dan suhu
tinggi merupakan keseimbangan cairan.
Suatu perubahan dapat diwakili oleh garis-gatis PT; perubahan isoterm ditandai
dengan garis vertikal, dan perubahan isobarik di tandai dengan garis horizontal.
Ketika garis melintas batas fase, maka perubahan sifat fluida terjadi dalam kondisi
konstan T dan P: misalnya penguapan transisi dari cair ke uap.
1
Air didalam termos yang terbukan dapat mengalami kontak dengan udara, jika labu di
tutupdan udara di pompa keluar, maka air akan menguap. Meskipun tekanan didalam
labu berkurang, tetapi cairan akan berada di bagian bawah dari labu karena dan
kepadatannyajauh lebih besar dari uap air (steam), dan dua fase dalam kesetimbangan
pada kondisi diwakili oleh titik pada kurva 2-C gambar 3.1. Sifat-sifat cair dan uap
yang sangat berbeda, namun jika suhu dinaikan sampai keadaan setimbang, maka
sifat dari dua fase akan berlebih atau hampir sama pada titik C, dan meniskus akan
menghilang. Salah satu konsekuensinya adalah transisi dari zat cair ke uap dapat
terjadi disepanjang jalan yg tidak melewati kurva penguapan 2-C, yakni dari A ke B.
Transisi dari cair ke uap ini akan berlangsung secara bertahap, dan tidak termasuk
penguapan.
Suatu wilayah yang berada pada suhu dan tekanan lebih besar dati Tc dan Pc ditandai
oleh garis putus-putus pada gambar 3.1. Hal ini tidak mewakili batas fase melainkan
yang ditetapkan oleh cairan dan gas. Suatu fase pada umumnya dianggap cairan, jika
hasil penguapan dari penurunan suatu tekanan pada suhu yang konstan. Dan fase
dikatakan gas, jika hasil suatu kondensasi dari pengurangan suhu pada tekanan yang
konstan. Hal ini disebabkan karna proses yang terjadi tidak dapat dimulai dari luar
garis putus-putus, hal tersebut dinamakan wilayah cairan.
Wilayah gas dibagi menjadi dua bagian, seperti yang ditunjukan oleh garis vertikal
putus-putus pada gambar 3.1. Sebuah gas disebelah kiri yang dapat terkondensasi
baik dengan kompresi pada suhu konstan dengan proses pendinginan, hal tersebut
disebut uap. Suatu yang ada pada suhu tinggi dari tc, dikatakan dengan superkritis.
Seperti contoh udara atmostfer
P-V DIAGRAM
Gambar 3.1. Pada diagram PV [gambar 3.1(a)] batas-batas tersebut menjadi daerah
dimana tiga fase padat/cair, padat/uap, dan cair/uap. Wilayah ini terikat oleh kurva
yang mewakili fase tunggal, jumlah relatif yang menentukan molar/volume pada titik
tengah.
2
Gambar 3.2 (b) menunjukan cairan, cairan/uap dan uap daerah diagram PV. Isoterm
pada gambar 3.1 garis vertikal, dan pada suhu lebih besar dari tc tidak melebihi batas
fase pada gambar 3.2(b) isoterm berlebel T>Tc.
Garis T1 dan T2 merupakan suhu subkritis yang terdiri dari tiga segmen. Segmen
horizontal masing-masing isoterm mewakili campuran yakni cair dan uap dalam
keseimbangan, mulai dari 100% zat cair dan 100% uap. Titik akhir ini merupakan
kuva berlebel BCD yang membentuk kubah (dari C ke D) mewakili fase cair pada
penguapan (mendidih) dan (dari C ke D) mewakili fase uap pada suhu kondensasi.
Cairan dan uap yang diwakili oleh BCD dikatakan jenuh berbubungab dengan
segmen horizontal dari tekanan saturated khusus untuk isoterm tersebut. Tekanan uap
itu sendiri dikaitkan oleh sebuah titik pada gambar 3.1, dimana isoterm (garis
vertikal) melintasi kurva penguapan.
Dua fase cairan/uap terletak pada BCD; pendinginan cairan berada di sebelah kiri
kurva CD, dan pemanasan uap berada disebelah kanan kurva BC. Untuk pendinginan
cairan pada suhu rendah sedangkan pemanasan uap pada suhu diatas titik
didihterhadap tekanan yang diberikan. Isoterm pada pendinginan cairan sangat tidak
stabil, karna volume cairan hanya berubah sedikit, sedangkan tekanan yg besar
mengalami perubahan yang besar.
Segmen horizontal isoterm didua fase akan semakin pendek pada suhu yg lebih
tinggi, yang nantinya akan berkurang ke titik C dibagian atasnya, dimana fase cair
dan uap tidak dapat dibedakan.
3
PRILAKU KRITIS
Sifat kritis ini terjadi saat zat murni dipanaskan dalam tabung dengan volume konstan
seperti garis putus-putus vertikal pada gambar 3.1 (b). Pada gambar 3.1 dimana garis
padat merupakan kurva penguapan, dan garis putus-putusnya berada didaerah fase
tunggal. Jika tabung diisi baik cairan atay uap, proses pemanasan akan menghasilkan
perubahan yang terletak di sepanjang garis putus-putus tersebut, misal perubahan dari
E ke F (pendingin cairan) dan perubahan dari G ke H (pemanasan uap) yang sesuai
pada garis vertikal pada gambar 3.2(b).
Jika tabung hanya diisi dengan cairan (sisanya menjadi uap) , pemanasan pada suatu
perubahan menyebabkan kurva uap bertekanan pada gambar 3.3. Untuk prosesnya di
tunjukkan oleh garis JQ pada gambar 3.2(b), meniskus pada awalnya berada diatas
tabung (titik J), dan cairan akan mengembang pada saat pemanasan (titil Q). Apabila
garis (JK) menuju ke Q, dengan pemanasan lebih lanjut akan menyebabkan volume
molar konstan V½.
4
Untuk mengisi unik tabung, dengan tingkat meniskus menengah tertentu, proses
pemanasan mengikuti garis vertikal pada Gambar 3.20(b) yang melewati titik kritis
C.menurut hokum alam. pemanasan tidak menghasilkan banyak perubahan di tingkat
meniskus. Sebagai titik kritis didekati, meniskus menjadi tidak jelas. kemudian kabur.
dan akhirnya menghilang. Pada Gambar. 3.3 jalur pertama berikut mengikuti kurva
uap bertekanan. melanjutkan dari titik (J. K ke titik kritis C, dimana ia memasuki fase
tunggal wilayah fluida, dan mengikuti VC, garis volume molar konstan sama dengan
volume kritis cairan.
Untuk daerah diagram dimana fase tunggal ada. Gambar. 3.2 (b) menyiratkan
hubungan yang menghubungkan P,V, dan T. Disajikan analitis, sebagai ƒ (P, V, T) =
0. hubungan seperti ini dikenal PVT sebagai persamaan keadaan. berhubungan
tekanan, molar atau volume tertentu, dan suhu untuk cairan homogen murni di
keadaan kesetimbangan.gas ideal persamaan keadaan, PV = RT, memiliki validitas
perkiraan untuk wilayah gas tekanan rendah dari Gambar. 3.2 (b). dan dibahas secara
rinci dalam Sec. 3.3 .
Sebuah persamaan keadaan dapat diselesaikan untuk salah satu dari tiga jumlah PV
atau T sebagai fungsi dari dua lainnya. misalnya, jika V dianggap sebagai fungsi T
dan P. kemudian V = V (T . P ). Dan
𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑑𝑉 = (𝜕𝑇 ) 𝑑𝑇 + (𝜕𝑃) 𝑑𝑃
𝑃 𝑇
(3.1)
Turunan parsial dalam persamaan ini memiliki arti fisik yang pasti, dan terkait
dengan dua sifat, umumnya Tabul ated untuk cairan, dan didefinisikan sebagai
berikut:
𝟏 𝜕𝑉
Volume muai : 𝜷= ( )
𝑽 𝜕𝑇 𝑃
(3.2)
𝟏 𝐶𝑉
isotermal kompresibilitas : 𝒌 = 𝑽 (𝜕𝑃)
𝑇
(3.3)
5
𝑑𝑉
= 𝛽𝑑𝑇 − 𝑘 𝑑𝑃
𝑉
(3.4)
Isoterm untuk fase cair di sisi kiri dari Gambar. 3.2 (b) sangat curam dan erat spasi.
Dengan demikian kedua (ժV/ժT)p dan (ժV/ժP)T dan karenanya β dan k yang kecil.
perilaku ini karakteristik cairan (di luar daerah kritis) menunjukkan sebuah , yang
kedua β dan k adalah nol.Tidak ada cairan yang nyata benar-benar mampat. tapi
idealisasi ini berguna. karena memberikan model cukup realistis perilaku cair untuk
berbagai tujuan praktis.
Tidak ada persamaan keadaan ada untuk cairan mampat, karena independent dari T
dan P Untuk cairan β hampir selalu positif (air cair antara 0 °C dan 4 °C adalah
sebuah pengecualian, dan K adalah selalu positif. Pada kondisi tidak dekat dengan
titik kritis B danfungsi lemah dari suhu dan tekanan. Jadi untuk perubahan kecil
dalam T dan P sedikit kesalahan diperkenalkan jika mereka diasumsikan konstan.
Integrasi Persamaan. (3.4) maka menghasilkan:
𝑉₂
𝑙𝑛 𝑉₁ = 𝛽(𝑇2 − 𝑇1 ) − 𝑘 (𝑃2 − 𝑃1 ) (3.5)
ini adalah pendekatan yang kurang ketat daripada asumsi dari fuid mampat.
Contoh 3.1
(b) Tekanan yang dihasilkan oleh pemanasan pada V konstan dari 20 °C dan 1 bar ke
30°C.
(c) perubahan volume untuk perubahan dari 20 °C dan 1 bar ke 0 °C dan 10 bar.
6
Solusi 3.1
(a) derivatif (ժP/ժT)V adalah ditentukan oleh aplikasi dari Persamaan. (3.4)
untuk kasus ini V konstan dan dV = 0
βdT – k dP = 0 ( V konstan)
𝜕𝑃 𝛽 1.487×10ˉ³
atau (𝜕𝑇 ) = = = 24 𝑏𝑎𝑟 ℃ˉ¹
𝑉 𝑘 62 ×10ˉ⁶
(b) Jika B dan diasumsikan konstan dalam interval suhu l0 °C, maka persamaan
diturunkan dalam (a) dapat ditulis V konstan:
𝛽
∆𝑃 = ∆𝑇 = (24)(10) = 240 𝑏𝑎𝑟
𝑘
Dan P₂=P₁+ΔP=1+240=241
𝑉₂
= 0.9702 dan V₂= (0.9702) (1.287) = 1.249cm³ gˉ¹
𝑉₁
lsotherm untuk gas dan uap, berbaring di atas dan ke kanan C D pada Gambar. 3.2(b),
kurva yang relatif sederhana dimanaV menurun sebagai P meningkat. Di sini, P V
produk untuk T diberikan harus lebih hampir konstan dari salah satu anggotanya, dan
karenanya lebih mudah diwakili analitis sebagai fungsi P. Hal ini menunjukkan
mengungkapkan PV untuk isoterm oleh serangkaian listrik di P:
PV = ɑ + bP + cP² + ….
PV = ɑ (1 + Bʹ P = CʹP² + Dʹ P³ + ….. )
(3.6)
7
Dimana ɑ, Bʹ, Cʹ, dll., adalah konstanta untuk suhu tertentu dan spesies kimia
tertentu.
Pada prinsipnya, sisi kanan persamaan. (3.6) adalah seri terbatas. Namun, dalam
praktiknya jumlah terbatas istilah yang digunakan. Bahkan, data PVT menunjukkan
bahwa pada tekanan pemotongan rendah setelah dua istilah yang sering memberikan
hasil yang memuaskan
Parameter Bʹ, Cʹ dan lain-lain. dalam Pers. (3.6) tergantung spesies dan fungsi dari
suhu, namun parameter ditemukan oleh percobaan untuk menjadi fungsi yang sama
suhu untuk semua spesies kimia. Hal ini ditunjukkan oleh pengukuran volume
sebagai fungsi P untuk berbagai gas al suhu konstan. Gambar 3.4, misalnya, adalah
plot dari PV vs P selama empat gas pada suhu 3 titik air. Nilai membatasi dari PV
sebagai P → 0 adalah sama untuk semua gas. . Dalam batas ini (dilambangkan
dengan tanda bintang) Persamaan (3.6) menjadi:
(PV)’ = ɑ =ƒ (T)
Gambar 3.4 (PV)ʹ .suatu nilai batas dari PV sebagai P → 0 independen dari gas.
8
Properti ini dari gascs adalah dasar forestablishing skala suhu mutlak. Semua yang
diperlukan adalah tugas sewenang-wenang hubungan fungsional ƒ(T) dan penugasan
nilai tertentu untuk satu titik pada skala. Prosedur sederhana. yang diadopsi
internasional untuk menentukan skala Kelvin (Sec 1.5)
(𝑃𝑉)ʹ 𝑇/𝐾
=
(𝑃𝑉)ʹ𝑡 273.16 𝐾
atau
9
(𝑃𝑉)ʹ𝑡
𝑅=
273.16 𝐾
Karena data PVT tidak dapat sebenarnya diambil pada tekanan nol, data yang
diambil pada tekanan yang terbatas diekstrapolasikan ke keadaan tekanan nol.
Ditentukan seperti yang di tujukan pada gambar 3.4 nilai yang diterima dari (PV)’t
adalah 22,711.8 cm³ bar molˉ¹. Yang mengarah ke nilai berikut R:¹
PV
Z ≡ RT
(3.10)
Rasio yang tidak berdimensi ini disebut faktor kompresibilitas. Dengan definisi ini
dan a= RT [Eq. (3.7)], Eq. (3.6) dapat menjadi :
Z = 1 + B’P + C’P2 + D’P3 + …
(3.11)
Z = 1+
𝐵
+
𝐶
+
𝐷 (3.12)
𝑉 𝑉 2 𝑉3
Kedua persamaan ini dikenal sebagai ekspansi virial, dan parameter B’, C’, D’,dan
lain-lain…. Dan B, C, D, dan lainnya disebut kofisien virial. Parameter B’ dan B
adalah virial koefisien kedua, C’ dan C adalah virial koefisien ketiga, dan lain
sebagainya… sedangkan untuk gas diberikan koefisien virial adalah hanya untuk
fungsi temperatur.
Dua set koefisien dalam Eqs. (3.11) dan (3.12) yang terkait sebagai berikut :
10
𝐵 𝐶−𝐵 2 𝐷−3𝐵𝐶=2𝐵 2
B’ = 𝑅𝑇 (3.13a) C’ = (3.13b) D’ = (3.13c)
(𝑅𝑇)2 (𝑅𝑇)3
Banyak persamaan lain dari banyak Negara telah diusulkan untuk gas,tapi persamaan
virial adalah satu-satunya yang digunakan berdasarkan mekanika statistik, yang
menyediakan makna fisik untuk koefisien virial. Sehingga untuk ekspansi di 1/V,
syarat B/V timbul karena interaksi antara pasangan molekul (Sec. 16.2), istilah C/V2 ,
karena adanya interaksi kedua bagian, dan lainnya.. karena kedua bagian berinteraksi
akan menambah waktu dari bagian ke tiga berinteraksi,dan tiga bagian interaksi
banyak waktu lebih dari empat bagian. Dan lainnya… kontribusi untuk Z adalah
syarat agar berturut-turut lebih tinggi agar menurun dengan cepat.
Karena istilah B/V, C/V2, dan lainnya dari ekspansi virial [Eq. (3.12)] akan timbul
interaksi molekul, koefisien virial B, C, dan lainnya. Akan menjadi nol yaitu tidak
ada interaksi ada, dan perluasan virial akan mengurangi untuk :
Z = 1 or PV = RT
Interaksi molekul pada kenyataannya ada, dan akan mempengaruhi perilaku yang
diamati dari gas nyata. Tekanan akan berkurang pada suhu konstan, V akan
meningkat dan kontribusi dari hal, B/V, C/V2, D/V3, di dalam Eq (3.12), akan
11
menurun. Untuk P => 0, Z pendekatan kesatuan, bukan karena perubahan koefisien
virial, tapi karena V menjadi tak terbatas.sehingga dalam batas sebagai P => 0,
persamaan keadaan mengurangi ke bentuk sederhana sama seperti untuk kasus
hipotetis B=C = …. =0; i.e.,
Z 1 or PV RT
Kita tahu dari aturan fase bahwa energy internal gas nyata adalah fungsi dari
tekanan serta temperature. Ketergantungan ini hasil dari kekuatan antara molekul.
Jika kekuatan kekuatan itu tidak ada, tidak ada energy akan diperlukan untuk
mengubah jarak rata rata molekul, dan k arena itu tidak ada energy yang akan
diperlukan untuk membawa volume dan tekanan perubahan dalam gas konstan. Kami
menyimpulkan bahwa dengan tidak adanya molekul, energy internal gas dimana tidak
ada gaya antarmolekul ada dan gas yang nyata dalam batas tekanan mendekati nol
mengarah pada definisi gas ideal sebagai salah satu yang perilakunya makroskopik
yang ditandai oleh :
Persamaan keadaan
PV = RT Gas ideal (3.14)
Yang mendefinisikan persamaan untuk enthalpy, Eq (2.11), diterapkan pada gas ideal,
mengarah pada kesimpulan bahwa H juga merupakan fungsi yang hanya dari
temperatur :
Kapasitas panas konstan pada Cp, didefinisikan oleh persamaan (2.20), seperti Cv,
merupakan fungsi hanyaal dari temperatur :
𝝏𝑯 𝒅𝑯(𝑻)
Cp ≡ (𝝏𝑻 ) 𝑝 = = Cp(T) (3.18)
𝒅𝑻
12
Hubungan yang bermanfaat antara Cp dan Cv untuk gas ideal berasal dari
𝑑𝐻 𝑑𝑈
diferensiasi persamaan : (3.17) : Cp = 𝑑𝑇 = 𝑑𝑇 + R = Cv + R
(3.19)
Persamaan ini tidak berarti Cp dan Cv itu sendiri konstan untuk
gas ideal, tapi hanya saja mereka berbeda dengan suhu
sedemikian rupa sehingga perbedaan mereka adalah sama
dengan R.
Untuk setiap perubahan keadaan suatu persamaan gas ideal. (3.16) dan (3.18)
menuju ke
: dU = Cv dT (3.20a) ∆U = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 (3.20b)
dH = Cp dT (3.21a) ∆H = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇 (3.21b)
Karena baik energy internal dan Cv gas ideal adalah fungsi dari temperature saja,
∆U untuk dan gas ideal selalu diberikan persamaan. (3.20b), terlepas dari jenis proses
yang menyebabkan perubahan. Ini ditunjukkan pada gambar 3.5 yang menunjukkan
grafik energy internal sebagai fungsi volume molar dengan suhu sebagai parameter.
Karena U adalah independen dari V, sebidang U vs. V pada suhu konstan adalah garis
horizontal. Untuk temperature yang berbeda, U memiliki nilai yang berbeda, dengan
garis terpisah untuk setiap suhu. Dua baris tersebut ditampilkan di :
U2
b c d T2
U
gambar 3.5, satu suhu T1 untuk T2. Suhu tinggi garis putus-putus yang
menghubungkan titik-titik a dan b merupakan proses constan volume yang meningkat
13
suhu dari T1 ke T2 dan perubahan energy internal oleh ∆U = U2 – U1. Perubahan
energi internal ini diberikan oleh Eq. (3.20b) sebagai ∆U = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇. Garis putus-
putus yang menghubungkan titik-titik a dan c dan huruf a dan d mewakili proses-
proses lain tidak terjadi pada volume konstan, tetapi yang juga menyebabkan dari
suhu awal T1 ke a suhu terakhir T2. Grafik tersebut menunjukkan bahwa perubahan di
U untuk proses ini adalah sama seperti untuk proses konstan volume, dan oleh karena
itu diberikan oleh persamaan yang sama, yaitu, ∆U = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇. Namun, ∆U tidak
sama dengan Q untuk proses ini, karena Q tidak hanya bergantung pada T 1 dan T2
tetapi juga di dalam proses. Pembahasan sepenuhnya diterapkan untuk entalpi H gas
ideal. (sec. sec. 2.11).
Gas ideal adalah model fluida yang dijelaskan oleh hubungan sederhana, yang
sering adalah perkiraan yang baik bila diterapkan pada gas yang sebenarnya. Dalam
perhitungan proses, gas pada tekanan hingga beberapa bar mungkin sering dianggap
ideal, dan persamaan sederhana kemudian diterapkan.
Perhitungan proses menyediakan kerja dan kuantitas panas. Kerja pada system
tertutup mekanis reversibel ditulis dalam Persamaan. (1.2), di sini ditulis untuk satuan
massa atau satu mol :
ldW = -PdV
Untuk gas ideal dalam setiap proses system tertutup, hukum pertama seperti yang
ditulis di persamaan. (2.6) ditulis untuk satuan massa atau satu mol, dapat
dikombinasikan dengan Persamaan. (3.20a) untuk mendapatkan :
dQ + dW = Cv dT
Substitusi untuk dW dan solusi untuk dQ menghasilkan persamaan yang berlaku
untuk gas ideal dalam setiap proses sistem tertutup mekanis reversibel :
14
dQ = Cv dT + P Dv
Persamaan ini berisi variabel P, V, dan T, hanya dua yang khusus. Menghasilkan
persamaan untuk dQ dan dW bergantung pada sepasang variabel-variabel ini dipilih
sebagai khusus, yaitu., Di mana variabel dihilangkan oleh Persamaan. (3.14). Dimana
P = RT / V,
𝑑𝑉 𝑑𝑉
dQ = Cv dT + RT (3.22) dW = -RT (3.23)
𝑉 𝑉
Persamaan ini dapat diterapkan untuk gas yang ideal untuk berbagai macam proses,
seperti yang dijelaskan dalam apa yang diketahuinya. Asumsi yang tersirat dalam
derivasi mereka bahwa sistem ini tertutup dan proses secara mekanik reversibel.
Proses isotermal
∆𝑈 = ∆𝐻 = 0
𝑉2 𝑃2
𝑄 = 𝑅𝑇 𝐿𝑛 = −𝑅𝑇 𝐿𝑛
𝑉1 𝑃1
𝑉2 𝑃2
𝑊 = −𝑅𝑇 𝐿𝑛 = 𝑅𝑇 𝐿𝑛
𝑉1 𝑃1
15
Catatan. 𝑄 = −𝑊 , hasil yang juga diikuti dari persamaan (2.3). Maka
𝑉2 𝑃2
𝑄 = −𝑊 = 𝑅𝑇 𝐿𝑛 = −𝑅𝑇 𝐿𝑛 (𝑇 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛) … … … … … . . (3.27)
𝑉1 𝑃1
Proses isobarik
∆𝑈 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑄 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑑𝑎𝑛 𝑊 = −𝑅(𝑇2 − 𝑇1 )
𝑄 = ∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 (𝑃 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛) … … … … … … . . (3.28)
∆𝑈 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
𝑄 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 𝑑𝑎𝑛 𝑊 = − ∫ 𝑃𝑑𝑉 = 0
𝑄 = ∆𝑈 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇 ( 𝑣 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛) … … … … … … … (3.29)
proses adiabatic adalah salah satu proses yang tidak ada perpindahan panas antara
system dengan lingkungan Q=0. Setiap persamaan (3.22) (3.24) dan (3.26) mungkin
oleh karena itu diatur dengan nol. Penggabungan Cv dan Cp konstan. Kemudian
16
mnghasilkan hubungan sederhana antara variable T, P dan V. baik untuk proses
reversible adiabatic kompresi atau ekspansi gas ideal. Untuk contoh persamaan (3.22)
menjadi
𝑑𝑇 𝑅 𝑑𝑉
=−
𝑇 𝐶𝑣 𝑉
𝑇2 𝑉2 𝑅/𝐶𝑣
=( )
𝑇1 𝑉1
𝑇2 𝑉2 𝑅/𝐶𝑝
𝑃2 𝑉2 𝐶𝑝 /𝐶𝑣
=( ) 𝑑𝑎𝑛 =( )
𝑇1 𝑉1 𝑃1 𝑉1
𝑇𝑉𝛾 −1 1−𝛾
𝑃𝑉 𝛾 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (3.30𝑐)
𝑇𝑉 𝛾
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (3.30𝑎)
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (3.30𝑏)
𝐶𝑝
Dimana menurut definisi 𝛾= … … … … … … … . (3.31)
𝐶𝑣
Persamaan (3.30) dibatasi dalam aplikasi untuk gas ideal dengan kapasitas panas
konstan mengalami mekanika revrsibel ekspansi adiabatic atau kompresi
Untuk gas ideal, kerja untuk setiap proses adiabatic system tetutup dibeikan oleh:
𝑑𝑊 = 𝑑𝑈 = 𝐶𝑣 𝑑𝑇
Untuk 𝐶𝑣 konstan
𝑊 = ∆𝑈 = 𝐶𝑣 ∆𝑇 … … … … … . . (3.32)
Bentuk altenatif dari pesamaan (3.32) jika hasil 𝐶𝑣 dieliminasi untuk mendukung
rasio kapasitas panas 𝛾:
17
𝐶𝑝 𝐶𝑣 + 𝑅 𝑅 𝑅
𝛾= = = 1+ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐶𝑣 =
𝐶𝑣 𝐶𝑣 𝐶𝑣 𝛾−1
𝑅∆𝑇
Dimana 𝑊 = 𝐶𝑣 ∆𝑇 = 𝛾−1
𝑅𝑇2 − 𝑅𝑇1 𝑃2 𝑉2 − 𝑃1 𝑉1
𝑊= = … … … … . (3.33)
𝛾−1 𝛾−1
Persamaan (3.32) dan (3.33) yan umum untuk kompresi adiabatic dan pross
ekspansialam system tertutup, apakah reversible atau tidak, karena P, V dan T adalah
fungsi keadaan sendiri, namun 𝑇2 dan 𝑉2 biasanya tidak diketahui. Eliminasi 𝑉2 dari
pesamaan (3.33) oleh (3.30c) hanya belaku untuk proses reversible mekanik,
mengarah pada penyataan
𝑃1 𝑉1 𝑃2 (𝛾−1/𝛾)
𝑅𝑇1 𝑃2 (𝛾−1/𝛾)
𝑊= [( ) − 1] = [( ) − 1] … … … … . (3.34)
𝛾 − 1 𝑃1 𝛾 − 1 𝑃1
Hasil yang sama diperoleh ketika hubungan antara P dan V diberikan oleh persamaan
(3.30c) digunakan untuk itegrasi, 𝑊 = ∫ 𝑃 𝑑𝑉. persamaan (3.34) hanya belaku untuk
gas dengan kapasitas panas konstan pada adiabatic, mekanika revesibel, proses
system tertutup.
Ketika diterapkan pada gas nyata, prsamaan (3.30) sampai (3.34) seing menghasilkan
pendukatan yan memuaskan, memberikan penyimpangan dari idealistis relative kecil.
Untuk gas monoatomik, 𝛾 = 1.67 nilai perkiraan dari 𝛾 adalah 1.4 dan untuk gas
diatomik 1.3 untuk gas poliatomik sederhana seperti 𝐶𝑂2 , 𝑆𝑂2 , 𝑁𝐻3 , 𝑑𝑎𝑛 𝐶𝐻4
Proses politropis
Karena politropis berarti “mengubah banyak cara” pross politropis menunjukan modl
fleksibilitas yang sama. dengan 𝛿 konstan , dedefinisikan sebagai poses diwakili oleh
persamaan empiris:
𝑃𝑉 𝛿 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 … … … … (3.35𝑎)
18
Untuk pesamaan gas ideal sejalan dengan persamaan (3.30a) dan (3.30b) yan dapat
diturunkan :
𝑅𝑇1 𝑃2 (𝛿−1/𝛿)
𝑊= [( ) − 1] … … … … . (3.36)
𝛿 − 1 𝑃1
Bahkan, untuk kapasitas panas konstan, hukum pertama diselesaikan untuk hasil Q
(𝛿 − 𝛾)𝑅𝑇1 𝑃2 (𝛿−1/𝛿)
𝑄= [( ) − 1] … … … … . (3.37)
(𝛿 − 1)(𝛾 − 1) 𝑃1
Proses yang dijelaskan dalam bagian ini sesuai dengan jalur yang ditampakkan pada
gambar 3.6 untuk nilai nilai tertentu 𝛿 :
19
Proses ireversibel
Semua persamaan dikembangkan dalam bagaian ini telah diturunkan untuk mekanika
reversible, proses system tertutup untuk gas ideal. Namun, persamaan tersebut yang
membeikan perubahan milik 𝑑𝑈, 𝑑𝐻, ∆𝑈, 𝑑𝑎𝑛 ∆𝐻 yang berlaku untuk gas ideal
terlepas dari proses. Mereka berlaku untuk proses reversible dan irreversible dalam
kedua system tertutup dan terbuka, karena perubahan sifat hanya terantung pada awal
dan akhir dari system. Disamping itu, sebuah persamaan untuk Q atau W kecuali itu
adalah sama dngan perubahan, adalah subjek pembatasan dari penurunan.
Aplikasi dari konsep dan persamaan dari bagian ini diilustrasikan dalam contoh
berikut. Khususnya, kerja proses irrversibel dilakukan di contoh 3.4
Contoh 3.2
Udara dikompres dari kondisi awal 1 bar dan 25°C sampai kondisi akhir 5 bar dan
25°C dengan tiga proses mekanik balik yang berbeda dalam sistem tertutup.
Diasumsikan udara adalah gas ideal dengan kapasitas panas yang konstan, CV=(5/2)R
dan CP=(7/2)R. hitung usaha yang dibutuhkan, perpindahan panas dan perubahan
energi dalam dan entalpi dari udara di tiap proses.
20
Penyelesaian 3.2
Kondisi awal dan kondisi akhir dari udara adalah identik dengan Contoh 2.9, dimana:
V1 = 0.02479 V2 = 0.004958 m3
𝑃1 1
𝑄 = −𝑊 = 𝑅𝑇𝑙𝑛 = (8,314)(298.15)𝑙𝑛 = −3,990 𝐽
𝑃2 5
c)Langkah awal untuk tekanan adiabatic mengambil udara pada volume akhirnya
0,004958 m3. Dengan persamaan (3.30a), suhu pada titik ini adalah:
Untuk tahap ini, Q=0 dan dengan persamaan (3.32), kerja pada tekanan ini adalah:
21
Untuk langkah volume konstan, tidak ada usaha yang dilakukan, perpindahan panas
adalah:
𝑄 = ∆𝑈 = 𝐶𝑣(𝑇2 − 𝑇 ′ ) = −5,600 𝐽
Meskipun perubahan sifat ΔU dan ΔH adalah nol untuk tiap proses, Q dan W adalah
penentu arah, tapi di sini Q=-W. Gambar 3.7 menunjukkan setiap proses dalam
sebuah diagram PV. Karena usaha untuk setiap proses mekanikal dapat balik ini
diperoleh dari 𝑊 = − ∫ 𝑃𝑑𝑉, usaha untuk tiap proses proposional terhadap total
daerah yang berada di bawah garis edar diagram PV dari 1 ke 2. Ukuran relatif dari
daerah tersebut tergantung dari nilai dari W.
Contoh 3.3
Gas ideal menjalani tahapan dari proses mekanikal dapat balik dalam sebuah sistem
tertutup:
a) Dari kondisi awal 70°C dan 1 bar, diberi tekanan secara adiabatik hingga
150°C
b) Kemudian didinginkan dari 150°C hingga 70°C pada tekanan tetap
c) Akhirnya, dikeluarkan secara isothermal ke kondisi semula
Hitung W, Q, ΔU, dan ΔH untuk setiap proses dari tiga proses tersebut dan untuk
seluruh siklus. CV=(3/2)R dan CP=(5/2)R
22
Penyelesaian 3.3
Siklus tersebut ditunjukkan pada diagram PV dalam Gambar 3.8. mengambil standar
1 mol gas.
∆𝑈 = 998 − 998 + 0 = 0
∆𝐻 = 1,663 − 1,663 + 0 = 0
23
Perubahan sifat ΔU dan ΔH keduanya adalah nol untuk keseluruhan siklus, karena
kondisi awal dan kondisi akhir adalah identik. Catatan juga bahwa Q=-W untuk
siklus. Ini mengikuti dari hukum awal dengan ΔU=0.
Contoh 3.4
Jika proses dari Contoh 3.3 dilakukan tidak dapat balik tapi dapat mencapai
perubahan kondisi yang sama – perubahan yang sama pada P, T, U, dan H –
kemudian hasil yang berbeda pada Q dan W. hitung Q dan W dari setiap tahap yang
dilakukan dengan efisiensi 80%.
Penyelesaian 3.4
Jika perubahan kondisi sama seperti pada contoh 3.3 dilakukan dengan proses tak
dapat balik. Perubahan sifat untuk tahap tersebut sama dengan contoh 3.3. meskipun
hasil dari Q dan W akan berubah.
a) Untuk mekanik dapat balik, tekanan adiabatik, W=998 J. jika proses ini 80%
efektif dibandingkan dengan ini, W=998/0,80=1,248 J. tahap ini tidak bisa
adiabatik. Berdasarkan hukum pertama,
b) Usaha untuk proses pendinginan mekanisme dapat balik adalah 665 J. untuk
mekanisme tidak dapat balik, W=665/0,80=831 J, dan
𝑄 = ∆𝑈 − 𝑊 = −998 − 831 = −1,829 𝐽
c) Usaha yang dilakukan oleh system pada tahap ini, usaha tidak dapat balik
dalam hasil absolut adalah lebih kecil dari usaha dapat balik -1,495 J:
𝑊 = (0,80)(−1,495) = −1,196 𝐽
𝑄 = ∆𝑈 − 𝑊 = 0 + 1,196 = 1,196 𝐽
Ringkasan dari hasil soal ini dan juga hasil untuk contoh 3.3 disajikan dalam table
berikut. Hasil dalam joule.
24
Mekanika reversible EX.33 Irreversible EX. 3.4
ΔU ΔH Q ΔU ΔH Q
W W
(a) 998 1.663 0 998 998 1.663 -250
(b) -998 -1.663 -1.633 665 1.248
(c) 0 0 1.495 - -998 -1.633 -1.829
1.495 831
0 0 1.196 -
1.196
Sum 0 0 -168 0 0 -863
168 863
Salah satu siklus ini mebutuhkan kerja dan menghasilkan panas dengan
jumlah yang sama. Fitur yang mencolok dari perbandingan yang diajarkan dalam
tabel adalah bahwa total kerja dibutuhkan ketika siklus terdiri dari tiga langkah ini
tidak lebih dari lima kali lipat dari total kerja yang dibutuhkan saat mencapai langkah
langkah mekanika reversible. Meskipun sulit diubah langkah ini di asumsikan 80%
lebih efisien.
CONTOH 3.5
Kuantitas gas nitrogen adalah sebuah batasan dalam tabung vertical untuk piston agar
bebas dari gesekan sedangkan bagian atas piston terbuka ke atas atmosfer. Berat dari
piston tersebut membuat tekanan nitogen 0.35 bar lebih tinggi dari pada tekanan
atmosfer. Dimana dalam 1 bar dan 27◦c ΔU. Dengan demikian nitrogen awalnya di
tekanan 1.35 bar , dan berada dalam mekanik dan kesetimbangan termal dengan
sekitarnya. Piston di paksa masuk ke tabung sehingga menekan nitrogen ke tekanan
2.7 bar. Pada titik ini piston terkunci di tempat oleh kait.
SOLUSI 3.5
Ketika kait menahan gesekan piston akan dihilangkan, Piston bergerak dengan cepat
ke atas, dan karena kelemahannya membawanya melewati possisi kesetimbanganya.
Pada awal ekspansi mendekati reversiblenya,proses adiabatic, karena hasil putaran
kecil tersebut berasal dari piston satu pukulan dan karena perpindahan panas terjadi
relative lambat. Bagaimanapun, lebih lanjutnya ayunan dari piston ini
memperkenalkan keterbalikan sebagai hasil dari pengadukan antara ke dua gas dan
atmosfer. Proses ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama selama perpindahan
25
panas terjadi cukup untuk kembali untuk mengembalikan nitrogen yang awal
temperature 27◦c pada tekanan 1.35 bar.
ini tidak mungkin untuk menentukan jalan proses yang tidak dapat diubah, Hal ini
membuat mustahil perhitungan baik Q atau W. Tidak seperti panas dan kerja, Properti
perubahan sistem ini dapat dihitung. Karena mereka bergantung hanya pada keadaan
awal dan terakhir,dan inilah yang di ketahui baik keduanya ΔU dan ΔH untuk proses
expansi dari nol. Karena inisial dan temperatur terakhir yaitu 27◦c . hukum pertama
digunakan untuk proses yang tidak dapat diubah serta dapat diubah dan ini menjadi :
ΔU = Q + W = 0 dimana Q = -W
Meskipun Q atau W bisa di hitung, itu sebagai nilai mutlak adalah sama. Hasil dari
proses kenaikan perbandingan dari piston dan atmosfer. Dan mengurangi kompensasi
di dalam energy di sekitar atmosfer.
CONTOH 3.6
Udara mengalir pada tingkat yang stabil pada sebuah pipa horizontal untuk sebagian
katup tertutup. Pipa dan katup cukup lebih besar dari pipa masuk itu sebuah energy
kinetic berubah menjadi udara dalam melalui katup di abaikan. Katup dan
penghubung pipa yang sudah terisolasi. Kondisi ini udara masuk melalui katup
masukan 20◦c dan 6 bar, dan keluaran bagian luar tekanannya 3 bar, jika udara
dianggap sperti gas ideal , berapa temperature udara pada jarak yang sama pada
keluaran katup?
SOLUSI 3.5
Hasil dari ΔH = 0 adalah umum untuk sebuah proses throttling , karena didapat
asumsi dari aliran panas yang di abaikan dan energy potensial-kinetik biasanya
berlaku untuk di ubah. Jika cairan merupakan gas ideal, tidak ada perubahan pada
26
temperature. Proses trottling adalah saling tidak dapat diubah , tetapi tidak untuk
kalkulasi material, karena Eq.(3.32b) berlaku gas ideal pada proses apa asaja.
CONTOH 3.7
Jika pada contoh 3.6 jumlah aliran dari 1 mol udara/ s-1 dan baik keduanya masukan
serta keluaran pipa dibuat diameternya 5 cm , energy kinetic apa yang berubah pada
pada udara dan perubahan -temperaturnya ? untuk udara , Cp -= (7/2)R dan M 29 g
mol-1,
SOLUSI 3.7
𝑛 𝑛𝑉
By Eq. (2.24b), u = 𝐴𝑝 = 𝐴
𝜋 𝜋
Dimana A = 4 𝐷2 = ( 4 )(5 x 10−2 )−2 = 1.964 x 10−3 𝑚2
(1)(4.062∗10−3 )
Kemudian u₁ = = 2.069 m 𝑠 −1
1.964∗ 10−3
(4.1382 )− 2.0692 )
= ( 1 x 29 x 10−3 ) = 0.186 j 𝑠 −1
2
Dengan tidak adanya aliran panas dan kerja , maka energy kestimbangannya Eq.
(2.31), kemudian:
1 1
Δ (H + 2 𝑢2 ) ṁ = ṁ ΔH + ṁ Δ( 2 𝑢2 )= 0
𝐶𝑟 1 1
ṁ 𝑀
ΔT + ṁ Δ ( 2 𝑢2 )= ṅ C p ΔT + ṁ Δ ( 2 𝑢2 )= 0
27
1
dimana (1)(7/2)(8.314) ΔT = -ṁ Δ( 2 𝑢2 )= - 0.186
dan ΔT = - 0.0064 K
Dua bentuk yang diberikan oleh virial ekspansi Eqs. (3.11) dan (3.12) dalam seri tak
terbatas.untuk proposal tehnik biasanya hanya menggunakan praktik ketika
konvergensi sangat cepat. Yang di mana dua atau tiga istilah cukup untuk menutup
pendekatan menuju jumlah dari seri tersebut. Ini berlaku untuk gas dan vapor di
penambahan tekanan rendah.
gambar 3.9
28
menunjukkan grafis apa yang virial expansi di P adalah dimaksud untuk mewakili
analisa. Semua nilai isotherm berasal dari Z = 1 untuk P = 0 , dan dari isotermis
hampir di garis lurus pada tekanan rendah. Dengan demikian bersinggungan dengan
isotermis pada P = 0 perkiraan sangat bagus untuk isotermis dari P → 0 untuk
beberapa tekanan yang terbatas. Perbandingan dari Eq (3.11) untuki pemberian
temperature yaitu:
𝜕Z
(𝜕P)T = 𝐵1 + 2𝐶 1 P + 3 𝐷1 𝑃2 + . . . . . .
𝜕Z
Dari mana (𝜕P)T : P = 0 = 𝐵 2
Yang umumnya terjadi bentuk persamaan ini hasil dari subtitusi dari 𝐵 2 dari
Eq. (3.13a) :
𝑃𝑉 𝐵𝑃
Z= =1+
𝑅𝑇 𝑅𝑇
Persamaan ini mengungkapkan langsung proporsional antara Z dan P , dan ini bisa di
terapkan ke vapor pada temperatur subtitusi naik hingga tekanan jenuhnya, sampai
temperatur tinggi.
𝑃𝑉 𝐵 𝐶
Z= =1+ +
𝑅𝑇 𝑉 V2
29
Persamaan dapat diselesaikan langsung untuk tekanan, tetapi kubik volume. Solusi
untuk v ini mudah dicapai dengan skema berulang, seperti yang digambarkan di
contoh 3.8
Nilai-nilai c / seperti thoese dari B, tergantung pada gas dan pada suhu. Namun,
kurang banyak diketahui abaout koefisien virial ketiga dari sekitar koefisien virial
kedua, thourgh data untuk sejumlah gas yang ditemukan dalam literatur. Karena
koefisien virial beyong ketiga jarang diketahui dan karena ekspansi virial dengan
lebih dari tiga istilah menjadi berat penggunaannya jarang.
Gambar 3.10 menggambarkan pengaruh suhu pada koefisien virial b dan c untuk
nitrogen; meskipun nilai-nilai Numerica yang berbeda untuk gas lainnya tren serupa.
yang Dari Corve gambar 3.10 menunjukkan theat b meningkat secara monoton
dengan t; Namun pada temperatur yang lebih tinggi daripada yang ditampilkan b
maksimum dan kemudian perlahan-lahan menurun. Ketergantungan suhu c lebih sulit
untuk membangun eksperimental, tetapi fitur utama adalah jelas; c negatif pada suhu
rendah, melewati maksimum pada suhu dekat kritis, dan setelah itu menurun secara
perlahan dengan meningkatnya t.
Sebuah kelas persamaan terinspirasi oleh contoh 3.12, yang dikenal sebagai
persamaan extendend virial, diilustrasikan oleh Benediktus / web / persamaan
Rubbin.
30
Di mana A0, B0, C0, a, b, c, a, dan y adalah konstan untuk cairan yang diberikan.
Persamaan ini dan modifikasinya, despire kompleksitas mereka, digunakan dalam
industri minyak bumi dan gas alam untuk hidrokarbon ringan dan beberapa oyher gas
biasa ditemui.
Di sini, a dan b adalah consants positif; ketika mereka adalah nol, persamaan gas
ideal pulih. Mengingat nilai-nilai a dan b untuk cairan tertentu, seseorang dapat
menghitung p sebagai fungsi v untuk berbagai nilai t. gambar 3.11 adalah diagram r v
skematik yang memperlihatkan tiga isoterm tersebut. Susperimposed adalah ‘kubah’
mewakili negara cairan jenuh dan uap jenuh. Untuk isoterm t1> t2, tekanan adalah
fungsi monoton menurun dengan meningkatnya volume molar. Isoterm kritis berisi
infleksi horizontal pada c karakteristik titik kritis. Untuk isoterm t2 <tc, tekanan
31
menurun dengan cepat di wilayah cairan subcooled dengan meningkatnya v; setelah
garis cair jenuh dan berlanjut ke bawah ke dalam superheated wilayah uap.
isoterm eksperimental tidak menunjukkan transisi ini halus dari cair jenuh uap jenuh;
bukan, mereka mengandung segmen horisontal dalam wilayah dua fase di mana jenuh
cair dan hidup berdampingan uap jenuh dalam berbagai propotions di saturasi atau
tekanan uap. perilaku yhis, ditunjukkan oleh lin putus-putus di ara 3.11, adalah
nonanalyic, dan kami menerima sebagai tak terelakkan persamaan perilaku od
realistis di wilayah dua fase.
Sejak diperkenalkan persamaan Van der Waals, beberapa ratus persamaan kubik
Negara telah diusulkan. Semua kasus khusus dari persamaan :
RT θ(V−𝓃)
𝑃 = V−b − (V−b)(𝑉2+𝑘𝑉+𝜆
Simbol b, θ, κ, λ, dan η adalah parameter yang pada umumnya bergantung pada suhu
dan (untuk campuran) komposisi. Meskipun persamaan ini tampaknya memiliki
fleksibilitas yang besar, memiliki keterbatasan karena itu bentuk kubik. Itu
mengurangi persamaan Van der waals ketika η = b, θ = a, dan κ =λ=0.
Kelas penting dari persamaan kubik dari hasil persamaan sebelumnya dengan tugas :
32
η=b , θ=a , κ = (€ + a)b , λ = €ab2
itu sehingga berubah menjadi ekspresi yang cukup umum untuk melayani sebagai
persamaan kubik generic.
9
Untuk mengulas, lihat J.O Valderrama, Ind. Eng. Chem. Res. , vol. 42, pp. 1603-
1618, 2003.
10
M. M. Abbott, AIChE J., vol. 19, pp.596=601, 1973; Adv. In Chem, Series 182,
K.C. Chaoand R. L., Robinson
Jr., eds., pp, 47-70, Am. Chem. Soc., Washington, D.C, 1979
State, yang mengurangi semua kepentingan hal lain disini pada tugas parameter yang
tepat :
RT a{T}
𝑃 = V−𝑏 − (V+€b)(V+𝜎b) (3.42)
Untuk diberikan persamaan, € dan 𝜎 adalah angka murni, sama untuk semua zat,
sedangkan parameter a(T) dan b bergantung pada substansi. Ketergantungan suhu
a(T) itu spesifik untuk masing-masing persamaan state. Untuk persamaan Van der
Waals, a(T) bergantung pada substansi konstan dan € = 𝜎 = 0.
Konstan didalam persamaan keadaan untuk sebuah zat mungkin di evaluasi melalui
data P V T yang tersedia. Namun untuk keadaan persamaan kubik, perkiraan yang
cocok biasanya ditemukan dari nilai-nilai untuk kritika konstanta Tc dan Pc , karena
isotherm kritis menunjukkan infleksi horizontal pada titik kritis, dan kita mungkin
menuliskan pada kondisi matematika :
∂P 𝜕2𝑃
( ) 𝑇: 𝑐𝑟 = 0 (3.43) ( ) 𝑇: 𝑐𝑟 = 0 (3.44)
∂V 𝜕𝑉2
Dimana tanda “cr” menandakan titik kritis. Berbeda dengan persamaan (3.42) ,
menghasilkan ekspresi pada kedua derivatitif, yang dapat disamakan dengan nol
untuk P=Pc, T = Tc , V = Vc. Persamaan keadaan mungkin itu sendiri ditulis untuk
kondisi kritis. Tiga persamaan ini mengandung 5 konstanta: Pc, Tc, Vc, a(Tc) dan b.
33
Dsri beberapa cara untuk memperlakukan persamaan ini, yang paling cocok adalah
menghilangkan (mengeliminasi) Vc untuk menghasilkan ekspresi yang berkaitan
a(Tc) dan b ke Pc dan Tc.. Alasan mengapa ke Pc dan Tc karena biasanya lebih akurate
dikenal dari V.
Yang setara tapi lebih mudah, prosedur illustrasi untuk persamaan Van der Waals.
Karena V = Vc untuk masing-masing diakarkan 3 pada titik kritis.
(V – Vc)3 = 0
𝑅𝑇𝑐 𝑎 𝑎𝑏
V3 – (b + )V2 + 𝑃𝑐 𝑉 − 𝑃𝑐 = 0
Pc
(B)
Dimana a dan b bergantung pada substansi tapi tidak bergantung pada suhu. Dari
istilah-istilah perbandingan, persamaan (A) dan (B) menyediakan tiga persamaan :
𝑅𝑇𝑐 𝑎 𝑎𝑏
3Vc = b + (C) 3Vc2 = 𝑃𝑐 (D) Vc3 = 𝑃𝑐 (E)
𝑃𝑐
Pemecahan persamaan (D) untuk a, menggabungkan hasil dengan persamaan (E) dan
pemecahan b memberikan :
1
α= 3 Pc Vc2 b= 3 Vc
34
Meskipun persamaan mungkin tidak menghasilkan hasil terbaik, mereka
menyediakan nilai-nilai yang selalu dapat ditentukan, karena suhu dan tekanan kritis
(dalam konstan luas data PVT) sering dikenali atau dapat di estimasi secara handal.
Nilai tunggal untuk Zc , berlaku sama untuk semua zat. Hasilnya setiap kali parameter
dari 2 parameter persamaan keadaan yang ditemukan oleh pengenaan kendala kritis.
Perbedaan nilai ditemukan untuk perbedaan keadaan persamaan, sebagai indikasi
dalam table 3.1, p. 98. Sayangnya, nilai yang didapat tidak pada persetujuan
umumnya dengan nilai-nilai dari hasil percobaan dari, Tc, Pc, dan Vc. setiap spesies
kimia dalam kenyataannya memiliki nilai-nilai tersendiri dari Zc. apalagi, nilai yang
diberikan pada tabel B.1 dari App.B untuk berbagai zat hampir lebih kecil daripada
nilai-nilai persamaan yang diberikan dalam tabel 3.1.
Hasil ini diperluas ke suhu selain kritis dengan pengenalan fungsi berdimensi a(Tc)
yang menjadi kesatuan pada suhu kritis. Demikian :
a(Tr)𝑅2𝑇𝑐2
a(T) = 𝜓 Pc
(3.45)
Fungsi a(Tr) adalah ekspresi empiris, khusus untuk keadaan persamaan tertentu
(Tabel 3.1) parameter b di berikan oleh :
𝑅𝑇𝑐
b = Ω 𝑃𝑐
(3.46)
didalam persamaan ini ψ dan Ω adalah angka murni, tidak bergantung pada substansi
dan ditentukan untuk keadaan persamaan tertentu dari nilai-nilai yang ditugaskan
untuk € dan σ.
35
Perkembangan modern dari keadaan persamaan kubik sudah digagas pada 1949 lewat
publikasi persamaan Redllich / Kwong (RK):11
RT a(T)
𝑃 = V−b − V(V+b)
(3.47)
Ini koordinat termodinamika berdimensi memberikan dasar untuk bentuk yang paling
sederhana dari teorema keadaan sesuai:
Faktor asentrik untuk spesies kimia murni didefinisikan dengan mengacu pada
tekanan uapnya, karena logaritma dari tekanan uap pada cairan murni adalah sekitar
garis suhu yang pasti.
ω = -1.0 – log(Prsat)Tr=0.7
36
Oleh karena itu ω dapat ditentukan untuk setiap cairan dari Tc, Pc, dan pengukuran
tekanan uap tunggal dibuat pada Tr=0.7. Nilai dari ω dan konstanta kritis Tc, Pc, dan
Vc. Untuk nomor cairan tercantum pada appendiks B.
Definisi dari W membuat nilai argon krypton dan xenon menjadi nol dan data dari
pecobaan factor kompresi untuk tiga cairan dapat dihubungkan dengan kurva yang
sama ketika Z dirpresentasikan sebagai fungsi dari Tr dan Pr. Ini adalah dasar
persamaan dari tiga teori parameter yang berhubungan dengan kesetimbangan
37
𝑅𝑇 𝑎(𝑇) 𝑉−𝑏
V= +b– (𝑉+€𝑏)(𝑉+σ𝑏)
𝑉 𝑃
Penyelesaian untuk mencari V dapat dilakukan dengan trial, iterasi atau dapat
diselesaikan dengan menggunakan software. V dietimasikan sebagai gas ideal . Untuk
iterasi nilai tersebut di substitusikan pada sisi sebalah kanan dari persamaan (3.49).
Hasil dari nilai V di sisi kiri dikembalikan lagi ke sisi kanan dan prosesnya dapat
dilanjutkan sampai dengan mendapatkan perubahan nilai V yg lebih kecil
Persamaan 3.50 dan 3.51 dikombinasikan dengan persamaan 3.45 dan 3.46, maka :
𝑃𝑟 𝛹 𝛼 (𝑇𝑟)
β = Ώ 𝑇𝑟 q= Ώ 𝑇𝑟
Iterasi dari persamaan 3.52 dapat dimulai dengan memasukkan nilai Z = 1 dan
disubstitusikan ke sisi kanan. Perhitungan untuk nilai Z dikembalikan ke sisi kanan
dan proses selanjutnya dilanjutkan untuk konvergensi. Pada akhirnya nilai Z
menghasilkan volume, melalui akar dari V = Z R T / P
Persamaan 3.49 mungkin dapat diselesaikan untuk V sebagai pembilang dari final
fraction untuk mendapatkan :
𝑅 𝑇+𝑏 𝑃−𝑉 𝑃
V = b+(V + €b) (V + σb) 𝑎(𝑇)
Persamaan tersebut dimulai dengan nilai V = b di sisi kanan kovergensi pada iterasi
untukbcairan atau yang mirip dengan cairan. Persamaan untuk mencari Z sama
38
dengan persamaan (3.55) dapat diperoleh ketika persamaan (3.52) Z dijadikan
pembilang dari final fraction :
1+𝛽−𝑍
Z = β+(Z + €b) (Z + σb) 𝑞(𝛽)
Eq of α (Tr) σ € Ώ Ψ Zc
state
vDW 1 0 0 1/8 27/64 3/8
RK 𝑇𝑟 1/2 1 0 0.0864 0.42748 1/3
SRK α SRK(Tr;ω) 1 0 0.08664 0.42748 1/3
PR α PR (Tr;ω) 1 + √2 1 - √2 0.07780 0.45724 0.3740
α SRK(Tr;ω) = [1 + (0.480) + 1.574 ω – 0.176 ω2 ) (1 - Tr1/2 )] 2
Example 3.9
Diketahui tekanan vapor dari n-butane pada 350 K adalah 9.4573 bar. Cari volume
molar dari (a) saturated-vapor dan (b) saturated liquid n-butane dari kondisi tersebut
dengan menggunakan persaman Redlich/Kwong.
39
Solusi/Jawaban
Parameter 𝑞 diketahui dari persamaan 3.54 dengan Ώ Ψ dan 𝛼(Tr) untuk persamaan
RK dari tabel 3.1 :
Ψ Tr ^b−1/2 Ψ 0.47248
q= = Ώ Tr -3/2 = (0.8233) -3/2 = 6.6048
Ώ Tr 0.08664
(a) Dari saturated vapor, tulis persamaan RK dan hasilnya disubstitusikan dengan
nilai € dan σ dari tabel 3.1 :
𝑍−β
Z= 1 + β - q β 𝑍 (𝑍+β)
𝑍𝑅𝑇 (0.8305)(83.14)(350)
Vv = = = 2,555 cm3 mol-1
𝑃 9.4573
(1.026214−𝑍)
atau Z = 0.026214 + Z (Z + 0.026214) (6.6048)(0.026214)
40
Untuk perbandingan, nilai dari Vv dan Vl dihitung pada contoh soal 3.9 dengan
menggunakan persamaan cubic kesetimbangan dan dapat dirangkum sebagai berikut :
Z=Z°+wZ1
Dimana Z° adalah fungsi dari Tr dan Pr. Jika w =0 dalam kasus fluida sederhana, Z°
identik atau sama dengn Z. Secara keseluruhan korelasi Z sbg fungsi Tr dan Pr dari
data diatas (grafik) uttk argon krypton dan xenon membuktikan hubungan Z° =
F°(Tr.Pr). Ini ini menjadikan 2 parameter corresponding state untuk Z. . Korelasi Z°
bisa digunakan tapi tidak begitu akurat untuk menentukan Z dar dibanding dari 3
parameter korelasi.
Pernyataan Co sebagai fungsi dari pengurangan suhu ditunjukan oleh Orbey dan Vera
:21
0.02432 0.00313
𝐶° = 0.01407 + −
𝑇𝑟 𝑇𝑟 10.5
Pernyataan C1 ditunjukan oleh Orbet dan Vera telah digantikan disini secara aljabar
sederhana, tapi dasarnya setara numerik :
0.05539 0.00242
𝐶 ′ = −0.02676 + −
𝑇𝑟 2.7 𝑇𝑟 10.5
Pers (3.68) tidak bisa dinyatakan dalam bentuk Pers. (3.57). Dengan Tr dan Pr
spesifik, penyelesaian dari Z adalah dengan iterasi. Dugaan awal Z = 1 adalah benar
dari Pers (3.68) biasanya menyebabkan kovergensi yang cepat.
41
Kondisi Perkiraan Validitas Persamaan Gas Ideal
Pertanyaan yang sering muncul untuk persamaan gas ideal dapat digunakan sebagai
pendekatan yang masuk akal sesuai realita
Figure. 3.15. Wilayah dimana Z0 terletak antara 0.98 dan 1.02, dan persamaan gas
ideal adalah pendekatan yang memungkinkan
Example 3.10
Menetukan volume molar dari n-butane pada 510 K dan 25 bar dengan :
Z0 = 0.865 Z1 = 0.038
c) Nilai B0 dan B1 yang diberikan oleh persamaan (3.65) dan (3. 66) :
Ḃ = B0 = - 0.232 + (0.200)(0.059) = - 0.220
42
0.659
Z = 1 + (− 0.220) 1.200 = 0.879
Dimana V = 1,489.1 cm3 mol-1, nilainya kurang dari 1% lebih tinggi dari
kompresibilitas umum-korelasi faktor
Dengan nilai Ĉ dan nilai Ḃ dari bagian (c), Persamaan (3.68) menjadi,
0.659 0.659 2
Z = 1 + (− 0.220) (1.200𝑍) + (0.0352) (1.200𝑍)
0.121 0.0106
Or Z = 1−( )+( )
𝑍 𝑍2
Nilai V berbeda dari bagian (c) sekitar 0.2 %. Nilai percobaan V adalah 1,480.7 cm3
mol-1. Secara signifikan, hasil bagian (b), (c), dan (d) merupakan kesepakatan yang
sangat baik. Kesepakatan bersama pada kondisi ini disarankan oleh Fig. 3.14
Example 3.11
Bagaimana tekanan yang dihasilkan saat 1 lb.mol gas metana disimpan pada volum 2
ft2 dan 122oF? Berdasarkan perhitungan berikut :
43
b) Dengan Persamaan Redlich/Kwong
𝑅.𝑇 𝑎(𝑇)
𝑃= − (3.47)
𝑉−𝑏 𝑉(𝑉+𝑏)
Nilai pada a(T) dan b dari Pers. (3.45) dan (3.46), dimana α(Tr) = Tr-1/2 pada
Pers. (3.45). Dengan nilai Tc dan Pc dari Tabel B.1 dikonversikan ke (R) dan
(atm),
𝑇 581.67
𝑇𝑟 = = 1.695
𝑇𝑐 343.1
(1.695)−1/2 (0.7302)2 (343.1)2
𝑎 = 0.4278 = 453.94(𝑎𝑡𝑚)(𝑓𝑡)6
45.4
(0.7302)(581.67) 453.94
𝑏 = 0.08664 − = 187.49 𝑎𝑡𝑚
2 − 0.4781 (2)(2 + 0.4781)
45.4 𝑃𝑟 𝑍
𝑍= = 0.2138 𝑃𝑟 or 𝑃𝑟 0.2138
212.4
𝑍𝑅𝑇 (0.890)(0.7302)(581.67)
𝑃= = = 189.0 𝑎𝑡𝑚
𝑉 2
Karena faktor acentricnya kecil, dua dan tiga parameter korelasi faktor
kompresibilitas sedikit berbeda. Antara Redlich/Kwong dan faktor korelasi
44
umum kompresibilitas memberikan jawaban mendekati nilai percobaan yaitu
185 atm. Persamaan gas ideal menghasilkan nilai tinggi sebesar 14.6 %
CONTOH 3.12
500 Gram gas Ammonia yang tersimpan dalam tangki bervolume 30.000 cm3 dengan
temperature konstan pada 65oC. Hitung tekanan gas tersebut dengan :
PENYELESAIAN 3.12
𝑉𝑡 𝑉𝑡 30.000
𝑉= = = = 1.021,2 𝑐𝑚3 𝑚𝑜𝑙 −1
𝑛 𝑚/𝑀 500/17,02
𝐵̂ 𝑅 𝑇𝐶 −(0,541)(83,14)(405,7)
𝐵= = = −161,8 𝑐𝑚3 𝑚𝑜𝑙 −1
𝑃𝐶 112,8
Sehingga nilai P :
𝑅𝑇 (83,14)(338,15)
𝑃= = = 23,76 bar
𝑉 − 𝐵 1.021,2 − 161,8
45
3.7 KORELASI UMUM UNTUK CAIRAN
Persamaan umum juga dapar digunakan untuk mengestimasi volume molar dari
cairan jenuh. Persamaan paling sederhana , diajukan oleh Rackett :
(1−𝑇𝑟 )2/7
𝑉 𝑠𝑎𝑡 = 𝑉𝑐 𝑍𝑐 (3.72)
Alternative bentuk dari persaman diatas biasaa digunakan persamaan dibawah ini:
𝑃𝑟 [1+(1−𝑇𝑟 )2/7 ]
𝑍 𝑠𝑎𝑡 = 𝑍
𝑇𝑟 𝑐
Hanya butuh data Critical Constant, tersedia di tabel B.1. hasil memiliki tingat
akurasi 99 sampai 98 %.
𝑝 𝑉𝑐
𝑝𝑟 ≡ =
𝑝𝑐 𝑉
Dimana 𝑝𝑐 adalah massa jenis pada titik kritis. Korelasi umum ditunjukan pad grafik
3.16 . grafik ini langsung dapat digunakan bersama dengan persamaan 3.74 untuk
mencari volume cairan jika nilai volume kritisnya diketahui. Prosedur yang lebih baik
dibuat menggunakan volume tunggal liquid berdasarkan persamaan :
𝑝𝑟1
𝑉2 = 𝑉1
𝑝𝑟2
Dimana:
46
V1: volume yang diketahui
𝑝𝑟1, 𝑝𝑟2 : penurunan massa jenis, dapat dilihat paha grafik 3.16
Metode ini memberikan hasil yang baik dan membutuhkan data experiment yang
biasanya sudah tersedia. Dalam garfik 3.16 menunjukan bahwa kenaikan suhu dan
tekanan berpengaruh pada massa jenis cairan sebagai titik kritis yang mendekati.
CONTOH 3.13
PENYELESAIAN 3.13
(a) Gunakan persamaan 3.72 untuk penurunan temperature, Tr = 310/405.7 =
0,7641. Dengan Vc = 72,47 dan Zc = 0,242 (dari tabel B.1)
(1−𝑇𝑟 )2/7
𝑉 𝑠𝑎𝑡 = 𝑉𝑐 𝑍𝑐 = (72,47)(0,242)(0,2359)2/7 = 28.33 𝑐𝑚3 𝑚𝑜𝑙 −1
47
(b) Kondisi yang menurun :
100
Tr = 0,7641 𝑝𝑟 = = 0,887
112,8
𝑉𝑐 72,47
𝑉= = = 30,45 𝑐𝑚3 𝑚𝑜𝑙 −1
𝑝𝑟 2,38
48