Anda di halaman 1dari 14

Matematika Terapan 1 4

II. CHEMICAL ENGIEERING TOOLS

Konsep-konsep dasar yang selalu dipakai dalam penyusunan persamaan


matematis dan penyelasaian masalah di bidang teknik kimia termasuk teknokimia nuklir
tercakup dalam chemical engineering tools, yang meliputi:
1. Neraca massa (material balance);
2. Neraca Energi (energy balance)
3. Kesetimbangan (equilibrium)
4. Proses-proses kecepatan (rate processes)
5. Ekonomi ; dan
6. Humanitas.
Dalam praktek penyusunan persamaan-persamaan matematis, tools nomor 1 sampai
dengan nomor 4 adalah yang sering digunakan.

1. Neraca massa (material balance);


Penyusunan neraca massa didasarkan pada hukum kekekalan massa yang berbunyi:
Massa tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan atau massa itu kekal.
Bentuk yang lebih operasional dalam bidang teknik adalah:

Input – Output = Accumulation (2-1)

Bentuk tersebut juga dapat dinyatakan dalam tiap satuan waktu (rate), yaitu:

Rate of Input – Rate of Output = Rate of Accumulation (2-2)

Persamaan (2.1) dan (2.2) berlaku untuk massa total.


Jika massa terdiri atas banyak komponen, kimia, fasa, ukuran, dan sebagainya,
dan tidak ada perubahan dari komponen satu menjadi komponen lain (misalnya ada
reaksi kimia), maka massa masing-masing komponen juga tetap, sehinga neraca massa

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 5

komponen dapat disusun dalam bentuk seperti Persamaan (2.1) dan (2.2). Untuk sistem
dengan n komponen massa, dapat disusun n persamaan neraca massa (1 neraca massa
total dan n-1 neraca massa komponen atau n neraca komponen). Misalnya ada 4
komponen massa yaitu A, B, C, dan D, maka dapat disusun misalnya neraca massa total,
neraca massa A, neraca massa B, dan neraca massa C. Neraca massa D tidak perlu
disusun karena tidak bermanfaat.
Jika massa terdiri atas banyak komponen dan ada perubahan suatu komponen
menjadi komponen lain, maka bentuk persamaan neraca massa total tetap seperti
Persamaan (2.1) atau (2.2), tetapi persamaan neraca massa komponen perlu dikoreksi
menjadi sebagai berikut (misalnya neraca massa untuk komponen A):

Rate of A Input – Rate of A Output +Rate of A Formation - Rate of A disappearance =


Rate of Accumulation (2-3)

Pada keadaan steady (tunak), atau keadaan sudah tidak berubah terhadap waktu lagi,
akumulasi = 0.

2. Neraca energi (energy balance);


Hukum dasar penysusunan neraca energi adalah hukum kekekalan energi yaitu energi itu
kekal, tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, hanya dapat berubah bentuk. Salah
satu bentuk operasional adalah seperti pada neraca massa serupa dengan Persamaan
(2.1) dan (2.2).
Rate of energy into system – rate of energy out of system = Rate of energy accumulation
(2-4)
Untuk sistem terbuka:
(Flow of internal, kinetics and potensial energy into system) – (Flow of internal, kinetics
and potensial energy out of system + heat added to system by conduction, convection,
radiation, and rection) – (work done by system on suroundin (shaft work + PV work) =
(rate of change internal, kinetic, and potensial energy inside system) (2-5)

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 6

Bentuk-bentuk lain juga banyak, seperti Persamaan Bernoulli dalam Mekanika Fluida.

3. Kesetimbangan
Dalam bidang teknik kimia termasuk teknokimia nuklir, jenis kesetimbangan yang
penting adalah kesetimbangan fasa dan kesetimbangan kimia.

a. Kesetimbangan fasa

Fasa I
y Pada sistem kesetimbangan, ada
persamaan matematis yang
menghubungkan komposisi suatu
Fasa II fasa dengan fasa lain
x

Gambar 2.1. Kesetimbangan fasa

Sebagai contoh, pada kesetimbangan fasa uap-cair untuk sistem biner dapat
didekati dengan persamaan Raoult-Dalton:
x
y (2-6)
1  (  1) x

Pendekatan Henry yang serupa dengan koefisien distribusi pada ekstraksi, leaching,
kelarutan gas dalam cairan, dan sebagainya secara umum dapat ditulis dengan:
y = Hx (2-7)

b. Kesetimbangan Kimia
Jika ada suatu reaksi kimia yang setimbang, misalnya:
aA + bB +…. ⇄ rR + sS (2-8)
Tetapan kesetimbangan konsentrasi dapat ditulis dengan:

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 7

Kc 
k

 R  r S s ...
(2-9)
k'  A a  B b ...
Selain tetapan kesetimbangan konsentrasi masih ada bentuk lain, misalnya aktivitas dan
tekanan parsial.

4. Proses-proses Kecepatan
Proses-proses kecepatan meliputi kecepatan perpindahan panas, momentum, dan massa,
banyak dipelajari dalam operasi teknik kimia, perpindahan panas, proses transfer, dan
kinetika kimia.

a. Kecepatan perpindahan panas


Dalam kuliah ini hanya dibahas 2 cara perpindahan panas, yaitu konduksi dan antar
fasa. Daya dorong terjadinya perpindahan panas adalah adanya beda suhu.

Kecepatan perpindahan panas konduksi


Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas secara merambat dalam
bahan. Dengan kata lain, perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas
yang tidak disebabkan oleh gerak makroskopis medianya melainkan oleh gerak
mikroskopis atau molekuler atau atomis medianya. Hukum yang banyak dipakai
untuk perpindahan panas konduksi adalah hukum Fourier, yang dapat ditulis dengan
persamaan:
dT
Q=-kA (2-10)
dx
Atau
dT
q = -k (2-11)
dx
Dengan :
Q = perpindahan panas tiap satuan waktu; (Fluks panas)
q = perpindahan panas tiap satuan waktu tiap satuan luas;
A=luas permukaan transfer

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 8

T= suhu
x=jarak (posisi)
k=koefisien perpindahan panas konduksi
Nilai k tergantung pada jenis bahan, dapat tetap, dipengaruhi suhu, arah, dan lain-
lain.

Perpindahan panas antar fasa


Perpindahan panas antar fasa misalnya terjadi dari benda padat yang suhunya tinggi
berada di lingkungan fluida yang suhunya lebih rendah.
padatan

Fluida, T2
Q

Gambar 2.2. Perpindahan panas antar fasa

Hukum yang berlaku adalah hukum Newton:


Q = -hA(T2-T1) = hA(T1-T2) (2-12)
Dengan Q = perpindahan panas tiap satuan waktu, A = luas permukaan, h = koefisien
perpindahan panas.
Dalam kasus ini dibayangkan ada suatu lapisan film fluida pada permukaan padatan
yang mengontrol perpindahan panas dari permukaan ke fluida. Jika luas permukaan
sulit dievaluasi, persamaan (2-12) dapat diubah menjadi:
Q = -volume.h.a.(T2-T1) = hA(T1-T2) (2-13)
Dengan a adalah luas persatuan volume. Dengan demikian, h.a. dapat dianggap
sebagai satu kesatuan yang dapat disebut dengan koefisien perpindahan panas
volumetris.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 9

b. Perpindahan massa
Disini hanya dibahas perpindahan massa secara difusi dalam satu fasa, antar fasa
satu film, dan antar fasa dua film.
Persamaan kecepatan untuk perpindahan massa A dalam medium B (difusi) didekati
dengan hukum Fick:
NA = (NA+NB).xA – c.DAB. dxA/dz (2-14)
dengan
NA = perpindahan massa A tiap satuan waktu tiap satuan luas.
NB = perpindahan massa B tiap satuan waktu tiap satuan luas.
C = konsentrasi total (A+B)
XA = fraksi mol A
DAB = difusivitas A melalui B
Z = jarak (posisi)
Untuk difusi ekimolar arus berlawanan, NB = -NA sehingga persamaan (2-14)
menjadi:
NA = – c.DAB. dxA/dz (2-15)

Untuk difusi A melalui media B yang diam, NB = 0, persamaan (2-14) menjadi:


dx A
c.D AB.
NA =  dz (2-16)
1  x A 
Untuk konsentrasi A yang kecil, maka xA 0 dan c praktis tetap, sehingga persamaan
(2-16) menjadi:
dx A d (c.x A )
NA =  c.D AB .   D AB .
dz dz
(2-17)
dC A
NA =  D AB . (2-18)
dz
Perpindahan massa antar fasa satu film misalnya antara padatan dengan cairan
atau padatan dengan gas.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 10

CAs
CA
solven
Padatan A
(dapat larut)
NA

Gambar 2.3. Perpindahan massa antar fasa satu film

Persamaan pendekatan makroskopis untuk peristiwa ini adalah:


NA = kc(CAs – CA) (2-19)
dengan:
NA = perpindahan massa A tiap satuan waktu tiap satuan luas.
CAs = konsentrasi jenuh A di larutan
CA = konsentrasi A di larutan
kc = koefisien perpindahan massa.
Persamaan (2-19) kadang-kadang dinyatakan dalam bentuk:
NA = kx(xAs – xA) (2-20)
NA = ky(yAs – yA) (2-21)
NA = kG(pAs – pA) (2-22)
dengan:
yA = fraksi mol A
pA = tekanan parsial A

Bila luas permukan sulit dievaluasi, dapat digunakan persamaan:


 massa 
N Av    k c a (C As  C A ) (2-23)
 waktu  volum 

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 11

dengan
a = luas per satuan volum
kca =koefisien perpindahan massa volumetris

Perpindahan massa antar fasa dua film terjadi pada batas fasa cir-gas, atau cair-
cair, dengan gradien konsentrasi seperti Gambar 2-4.

Fasa 1 Fasa 2

CA1
(CA2)i
(CA1)i
CA2

Gambar 2.4. Perpindahan massa antar fasa dua film

Dengan menganggap bahwa tidak ada akumulasi A pada film-film, (CA1)i setimbang
dengan (CA2)i dan hubungan kesetimbangan mengikuti hukum Henry:
(CA1)i = H.(CA2)i (2-24)
Dengan demikian kecepatan perpindahan massa A dari fasa 1 ke fasa 2 dapat
didekati dengan persamaan:
NA = kc1(CA1 – (CA1)i) = kc2((CA2)i – CA2) (2-25)
Persamaan (2-24) sukar dipakai karena konsentrasi pada interface (CA1)i dan ((CA2)i
Sukar dievaluasi/diukur. Hal ini diatasi dengan membayangkan bahwa dua film itu
dapat diwakili oleh satu film yang merupakan gabungan 2 film. Film gabungan ini
dapat dianggap terjadi di fasa 1 atau fasa 2.
Jika film gabungan dianggap terjadi di fasa 1, gradien konsentrasi A dapat
didekati dengan Gambar 2.5.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 12

Fasa 1 Fasa 2

CA1 CA1*

CA2

Gambar 2.5. Film gabungan di fasa 1

Dalam hal ini CA1* setimbang dengan CA2 sehingga:

CA2 = H.CA1* (2-26)


Dengan pendekatan itu, persamaan (2-24) dapat ditulis dengan:
NA = Kc1(CA1 – CA1*) (2-27)
Dengan Kc1 adalah koefisien perpindahan massa gabungan di fasa 1.
Nilai Kc1 dapat dievaluasi dengan manipulasi matematis sebagai berikut:
CA1 – CA1* = (CA1 – (CA1)i) + ((CA1)i- CA1*) (2-28)
CA1 – CA1* = (CA1 – (CA1)i) + (1/H)((CA2)i- CA2) (2-29)
NA NA 1 NA
  (2-30)
K c1 k c1 H k c 2
1 1 1
  (2-31)
K c1 k c1 Hk c 2

Jika film gabungan dianggap terjadi di fasa 2, maka gradien konsentrasi A dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 13

Fasa 1 CA1 fasa 2

CA2*
CA2

Gambar 2.6. Film gabungan di fasa 2

Dengan cara yang sama, diperoleh:


NA = Kc2.( CA2* - CA2) (2-32)
CA2* = H. CA1 (2-33)
1 H 1
  (2-34)
Kc k 2 c1 Hk c 2

Jika luas perpindahan sulit dievaluasi, dapat digunakan kecepatan perpindahan


massa volumetris.
 massa 
  K c1 a (C A1  C A1 )
*
N Av 
 waktu  volum 
= Kc2.(CA2* - C2) (2-35)

c. Perpindahan momentum
Perpindahan momentum biasanya menggunakan hukum Newton
 =- µ dv/dx (2-36)

d. Kinetika Kimia/kecepatan reaksi


Untuk reaksi elementer
aA + bB  C (2-37)
Kecepatan berkurangnya A
-rA = kCAa.CBb (2-38)

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 14

Kecepatan reaksi juga dapat dilihat sebagai kecepatan pembentukan produk,


sehingga nilainya positif.

Dengan k adalah konstante kecepatan reaksi = f(T) = Ae-E/RT (2-39)

Disamping chemical engineering tools di atas, seringkali masih diperlukan


persamaan lain yang berkaitan dengan fenomena yang ditinjau, misalnya persamaan
keadaan.

Persamaan keadaan yang sering digunakan:


Entalpi cairan = h = Cp.T (2-40)
Entalpi gas/uap = H = Cp.T + .W (2-41)
 = f (T) (2-42)
Cp = f (T) = a + bT + cT2 (2-43)
PV = nRT; n/V = P/RT; = MP/RT (2-44)

Pengembangan model dari fenomena fisis dapat digambarkan dalam bagan Gambar 2.7
berikut.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 15

Problem Jawaban

Chemical Engineering Tools:


Neraca massa
Neraca Energi
Kesetimbangan
Proses Kecepatan
Persamaan Matematik
Ekonomi
Humanitas

Penyelesaian:
Analitis
Numeris

Jawaban kuantitatif

Gambar 2.7. Pengembangan model dari fenomena fisis

Contoh 2.1.
Tangki luas permukaan A cm2 mula-mula kosong, mulai suatu saat diisi cairan dengan
kecepatan Q cm3/detik di bagian bawah tangki terdapat lubang kecil dengan luas a cm 2
tentukan: (a) tinggi permukaan cairan setelah t detik (b) Tinggi maksimum permukaan
cairan.

Penyelesaian:
Agar secara cepat dapat difahami, masalah tersebut kita tuangkan dalam bentuk Gambar
2.8.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 16

Ingin dicari:
3
Q, cm /s hubungan x dengan t
x maksimum

A cm2
x

a. cm2

Gambar 2.8. Visualisasi contoh 2.1

Neraca massa air dalam tangki:


Pada interval waktu tertentu
Massa air masuk – massa air ke luar = bertambahnya massa air dalam tangki
Input – Output = Accumulation
Berdasarkan rate (peninjauan sesaat):
Kecepatan massa air masuk – kecepatan massa air keluar = kecepatan
bertambahnya massa air dalam tangki
Rate of input – rate of output = rate of accumulation.
a. Interval waktu  t
Input – Output = Accumulation
Q..  t - a.û. ..  t = A. x. 
x/ t = Q/A - a/A. û
t 0 û =U
x Q a
Lim   U
t A A
t 0

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN


Matematika Terapan 1 17

dx Q a
  U
dt A A
dx Q a
  2 gx
dt A A
Keadaan batas: t=0; x=0
dx a Q
 2g [  x]
dt A a 2g

x x t 
dx a
 Q

A
2g  dt
x0  x t 0
2 2g

x = …..

Latihan/PR:
Suatu tangki mula-mula berisi air murni sebanyak Mo kg air murni. Mulai suatu saat air
garam dengan kecepatan F kg/jam dengan kadar garam C o kg garam/kg larutan
dimasukkan ke dalam tangki dan L kg/jam dikeluarkan dari tangki. Carilah hubungan
kadar garam dalam tangki dengan waktu. Jika F=200, L=100, C o = 0,1, dan Mo= 1000,
hitunglah kadar garam dalam tangki tepat setelah 1 jam.

Noor Anis Kundari, STTN-BATAN

Anda mungkin juga menyukai