Anda di halaman 1dari 11

JURNAL 

PRAKTIKUM KIMIA DASAR


HUKUM PERBANDINGAN TETAP 
 

 
 
 
Oleh :
 
Nama : Stefano Akbar
NIM : 211810201005
Kelas/Kelompok : D/3
Asisten : Erni Hening Nastiti
 
 
 
 
 
 
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Judul : Hukum Perbandingann Tetap
II. Tujuan

- Menyiapkan senyawa tembaga (II) oksida dari logam tembaga

- Mempelajari hukum perbandingan tetap

III. Pendahuluan 
III.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
III.1.1 Akuades (H2O)

Akuades memiliki rumus kimia yaitu H2O. Akuades biasa


disebut sebagai air murni. Akuades memiliki sifat fisik berupa cairan
dengan memiliki pH 7 dan berat molekul 18 g/mol (Labchem, 2020).
Akuades telah disterilisasikan sehingga mineral yang terkandung
hilang sehingga hanya tersisa senyawa penyusunnya

III.1.2 HNO3 Pekat

HNO3 adalah cairan tak berwarna, berat jenis 1.41 gr/ml pada
suhu 250C, membeku pada suhu -42 0C,membentuk kristal putih dan
mendidih pada 121 0C(Marianne & Fiil dalam Septiani 2018). Asam
nitrat termasuk salah satu asam kuat dan merupakan pengoksidasi
kuat, serta memiliki kemampuan nitrat organik. Sebagian besar asam
nitrit digunakan dalam produksi ammonium nitrrt untuk industry
pupuk. Asam. Bahan ini bersifat toksik apabila terhirup dan
menyebabkan kulit terbakar yang parah serta kerusakan pada mata bila
termakan akan menimbulkan luka bakar hebat pada mulut dan
kerongkongan. (LabChem,2021).
III.1.3 Logam Tembaga (Cu)

Tembaga merupakan logam yang ditemukan sebagai unsur atau


berasosiasi dengan tembaga dan perak. Tembaga terdapat dalam
jumlah yang relatif besar dan biasa ditemukan pemisahan dari bijihnya
(coal) pada elektrolisis dan pemurnian tembaga (Hartati dalam
Nuriadi, 2013). Tembaga memiliki lambang unsur yaitu Cu. Tembaga
merupakan suatu unsur yang memiliki warna coklat dan berbentuk
padat. Tembaga memiliki titik lebur 1.083 °C, titik didih 2.595 °C, dan
berat molekul 63.54 g/mol. Tembaga akan mudah menyala jika
bercampur menjadi tembaga oksida, untuk memadamkannya maka
digunakan serbuk khusus untuk memadamkan kebakaran logam. .
Pertolongan pertama yang dilakukan jika terjadi kontak kulit yaitu
tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi dan bilaslah
kulit dengan air/ pancuran air (Merek, 2021)

III.1.4 Natrium Karbonat (Na2CO3)

Natrium karbonat merupakan salah satu garam natrium dari


asam karbonat yang mudah larut dalam air . Natrium karbonat murni
pada umumnya berwarna putih, berupa bubuk tanpa warna yang dapat
menyerap embun dari udara, memiliki rasa yang pahit, dan dapat
membentuk larutan alkali yang kuat. Pada karbonat terdapat ikatan
kovalen antara karbon dan oksigen. Natrium karbonat terbentuk secara
alami di daerah kering terutama endapan material (batuan evaporit)
yang akan terbentuk ketika danau musiman mengalami penguapan.
Natrium karbonat adalah garam natrium netral dari asam karbonat
yang bersifat higroskopis. (Jumalia, 2018). Senyawa ini bersifat
korosif apabila terkena pada kulit akan menimbulkan gangguan pada
kulit dan iritasi saat mengenai mata juga dapat menyebabkan
gangguan mata berat titik gejala atau efeknya jika tertelan
menyebabkan mual ataupun muntah (LabChem,2021).

III.1.5 Natrium Hidroksida (NaOH, 2M)

Natrium hidroksida merupakan salah satu senyawa kimia yang


bersifat alkali/basa dan berfungsi untuk menghilangkan atau
membersihkan zat-zat dan kotoran-kotoran yang melekat pada serat
sisal. Disamping itu, alkali natrium hidroksida dapat memodifikasi
bentuk kristal dari penguat sehingga dapat mereduksi sifat hidrofilik
dan meningkatkan kristalisasi fiber sehingga dapat mengoptimalkan
adhesi serat dengan matriks (Alshammari dkk., 2019; Nam dkk.,
2011). Sifat kimia NaOH yaitu: NaOH merupakan llartan yang sangat
basa dan biasanya direaksikan dengan asam lemah, NaOH tidak bisa
terbakar meskipun direaksikan dengan metal atmosfer seperti
aluminium, timah, seng menghasilkan gas nitrogen yang bisa
menimbulkaan ledakan. Bahan ini berbahaya apabila tertelan, ataupun
ketika terkena mata dan kulit karena akan menimbulkan iritasi.

IV. Tinjauan Pustaka

IV.1.1 Stoikiometri

Stoikiometri berasal dari bahasa yunani stoikheion ( elemen


dan metri (ukuran). Ilmu kimia stokiometri adalah ilmu yang
memepelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan
produk dalam reaksi kimia (atau bisa dikatakan persamaan kimia).
Stoikiometri reaksi merupakan penentuan perbandingan massa unsur-
unsur pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara
stoikiometri, biasanya diperlukan nukum-hukum ilmu kimia.

IV.1.2 Hukum Kimia

Hukum kimia merupakan hukum alam yang relevan dengan


bidang kimia (Alvian, 2009). Konsep paling fundamental dalam kimia
adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi
perubahan kuantitas materi semasa reaksi kimia biasa. Fisika modern
menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah konservasi energi,
Energi dan massa saling berhubungan, salah satu konsep yang menjadi
penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntun ke suatu
konsep- konsep penting mengenai kesetimbangan, termodinamika, dan
kinetika. Perbandingan tetap merupakan salah satu yang akan kita
bahas.

Hukum perbandingan tetap ternasuk salah satu hukum dari


sekian banyak hukum kimia dasar. Hukum dasar kimia lainnya terdiri
dari hukum kekekalan massa, hukum kelipatan perbandingan, hukum
perbandingan volume Gay Lussac, dan hukum Avogardo
(Wasonowati, Redjeki, dan Ariani, 2014). Hukum proust ini pertama
kali dikemukakan oleh seorang kimiawan asal Prancis yang hidup
ditahun 1754-1826 bernama Joshep Louis Proust. Pada tahun 1799,
Proust melakukan sejumlah percobaan dalam penelitiannya mengenai
dengan perbandingan jumlah zat yang bereaksi. Hukum perbandingan
tetap berbunyi “Suatu senyawa kimia selalu disusun oleh unsur-unsur
dengan perbandingan massa yang tetap”.. Hukum proust merupakan
hukum yang menjelaskan tentang kekekalan susunan dalam suatu
senyawa (Aprilyanti, 2015).
V. Metodelogi percobaan

V.1.1 Alat dan Bahan


V.1.1.1Alat
 timbangan
 cawan
 gelas kimia 150 ml
 pemanas (bunsen)
 corong
 gelas ukur 50 ml
V.1.1.2Bahan
 logam Cu (lembaran atau kawat)
 NaOH 2 M
 Na2CO3 kristal
 HNO3 pekat
 aquadest
 kertas saring.

V.1.2 Diagram Alir

Tembaga (Cu)

- Ditimbang dua sampel sekitar 0,01 g tembaga dan 1,1


g (lembaran atau kawat).
- Dicatat massa sesungguhnya dengan teliti.
- Dimasukkan setiap sampel tembaga ke dalam gelas
kimia 150 ml.
- Ditambahkan 9 ml HNO3 pekat kedalam masing-
masing gelas kimia.
- Dibiarkan sampai semua tembaga bereaksi.
- Dicatat perubahan yang terjadi.
- Dibiarkan campuran dingin, setelah semua bereaksi.
- Didinginkan dan ditentukan massanya.
- Dicatat massa tembaga(II) oksida yang terbentuk.
- Ditambahkan 40 ml air.
- Ditambahkan 50 ml NaOH 2M kedalam
sampel yang satu
- Dipanaskan campuran beberapa saat.
- Diamati perubahan yang terjadi.
- Didinginkan dan disaring endapannya.
- Dikeringkan dan dipanaskan cawan (sekitar 30
menit).
- Didinginkan dan ditentukan massanya.
- Ditambahkan 7 g Na2CO3 Ke dalam sampel
yang lain.
- Dipanaskan campuran beberapa saat dan amati
perubahan yang terjadi.
- Didinginkan dan disaring endapannya.
- Dikeringkan dan dipanaskan dengan cawan.
- Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil

V.1.3 Prosedur kerja

Ditimbang dua sampel sekitar 0,01 g tembaga dan 1,1 g


(lembaran atau kawat).Dicatat massa dengan teliti. Dimasukkan

setiap sampel tembaga kedalam gelas kimia 150 ml. Ditambahkan


9 ml HNO3 pekat kedalam masing- masing gelas kimia.
Dibiarkan sampai semua tembaga bereaksi. Dicatat perubahan
yang terjadi. Dibiarkan campuran dingin, setelah semua bereaksi.
Ditambahkan 40 ml air. Ditambahkan 50 ml NaOH 2M kedalam
sampel yang satu. Dipanaskan campuran beberapa saat. Diamati
perubahan yang terjadi. Didinginkan dan disaring endapannya.
Dikeringkan dan dipanaskan cawan (sekitar 30 menit).
Didinginkan dan ditentukan massanya. Ditambahkan 7 g Na2CO3
Ke dalam sampel yang lain. Dipanaskan campuran beberapa saat
dan amati perubahan yang terjadi. Didinginkan dan disaring
endapannya. Dikeringkan dan dipanaskan dengan cawan. Diamati
perubahan yang terjadi. Didinginkan dan ditentukan massanya.
Dicatat massa tembaga(II) oksida yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA

Alvian, Z. 2009. Kimia Dasar. Medan:USU Press.


Aprilyanti, S. 2020. Kimia Terapan (Aplikasi untuk Teknik Mesin). Jawa Tengah:
CV. Sernu Untung.
Awaliah, W. R., dan H. L. Pili. 2021. Modek Ekonometrik Konsumsi
Tembaga (cu) ASEAN untuk Kendukung Kebijakan Nilai Tambahan
Industri Tembaga Nasional. Jurnal GEOMining. 2(1): 1-10.
Jumalia R ., R. Zainul. 2018. Natrium Karbonat : Termodinamika dan Transport
Ion. Jurnal chemistry education. 1(1) : 1-32
Khotimah, H., E.W. Anggraeni, dan A. Setianingsih. 2017. Karakterisasi Hasil
Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi . Jurnal Chemurgy. 1(2): 34-
38.
Labchem. 2019. Material Safety Data Sheet of Nitric Acid. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC17700.pdf.(diakses pada
tanggal 9 Oktober 2021).
Labchem. 2019. Material Safety Data Sheet of Sodium Karbonat. [Serial Online]
http://www.labchem.com/tools/msds/msds/LC122965.pdf. (diakses
pada
tanggal 9
Oktober 2021).
Nuriadi, M. Napitupulu, dan N.Rahman. 2013. Analisis Tembaga (Cu) Pada
Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya. J. Akad.
Kim. 2(2): 90-96
Riama, G., A. Veranika, dan Presetyowati. 2012. Pengaruh H2O2
Konsentrasi NaOH dan Waktu terhadap Derajat Putih Pulp dari
Mahkota Nanas. Jurnal Teknik Kimia (JTK). (3): 25-34.
Septiani, M., K. Santoso, dan R.A. Majid. 2018. Efektifitas Asam Nitrat (HNO3)
Sebagai Pelarut Alternatif Pada Proses Acid Wash Terhadap Plate
Electrolyzer Di PT Kaltim Nitrate Indonesia. Journal Of Chemical
Process Engineering. 3(2) : 17-21
Sulastri, dan R. F. Rahmadani. 2017. Buku Ajar Kimia Dasar 1. Banda Aceh:
Syiah Kuala University Press.
Surest, A. H., dan D. Satriawan. 2010. Pembuatan Pulb dari Batang Rosella
dengan Proses Soda (Konsentrasi NaOH, Temperature Pemasakan dan
Lama Pemasakan). Jurnal Teknik Kimia (JTK). 17(3): 1-7
Susana, T. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana. XXVIII(3): 17-25.
Wahyudi, N. T. dkk. 2017. Rancangan Alat Distilasi untuk Menghasilkan
Kondensat dengan Metode Distilasi Satu Tingkat. Jurnal chemurgy. 1 (2):
30-33.
Wasonowati, R . R. T., T. Redjeki, dan S. R. D. Ariani. 2014. Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Hukum-Hukum Dasar
Kimia Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Ipa Sma
Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Penddidikan
Kimia (JPK). 3(3): 66-75.
Wijayanto, F. A. 2019. Pra Prancangan Pabrik Asam Nitrat dari Ammonia dan
Oksigen dengan Proses Ostward Asam Kuat Kapasitas 50000 Ton/
Tahun. Skripsi. Malang: Teknik Kimia Institute Teknologi Malang.

Anda mungkin juga menyukai