Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

KINETIKA KIMIA

OLEH :

NI LUH AYU SINTHYA AGUSTINI

1708511047

KELOMPOK 3B

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
I. TUJUAN
1.1. Mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum
kecepatan reaksi dari suatu reaksi kimia
1.2. Mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap
kecepatan suatu reaksi
1.3. Memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia
1.4. Mengenal dan mengetahui reaksi Iodine-Clock
1.5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan suatu
reaksi

II. DASAR TEORI


2.1. Kinetika Kimia

Kinetika kimia adalah pengkajian laju dan mekanisme reaksi kimia.


Besi lebih cepat berkarat dalam udara lembab daripada dalam udara
kering, makanan lebih cepat membusuk bila tidak didinginkan. Ini
merupakan contoh yang lazim dari perubahan kimia yang kompleks
dengan laju yang beraneka menurut kondisi reaksi (Sunarya, 2002).

Pengertian kecepatan reaksi digunakan untuk melukiskan kelajuan


perubahan kimia yang terjadi. Sedangkan pengertian mekanisme reaksi
digunakan untuk melukiskan serangkaian langkah-langkah reaksi yang
meliputi perubahan keseluruhan dari suatu reaksi yang terjadi. Perubahan
reaksi keseluruhan yang terjadi kenyataannya dapat terdiri atas beberapa
reaksi yang berurutan, masing-masing reaksi merupakan suatu langkah
reaksi pembentukan hasil-hasil akhir (Sastrohamidjojo, 2001).

2.2. Laju Reaksi

Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi


ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau
laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya
dinyatakan dalam mol per liter. Laju reaksi suatu reaksi kimia dapat
dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:

A + B → AB

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :

𝑟 = 𝑘[𝐴]𝑚 [𝐵]𝑛

k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing-


masing pereaksi. Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut:

1. Sifat dan ukuran pereaksi


2. Konsentrasi pereaksi
3. Suhu pereaksi
4. Katalis

(Sukamto, 1989)

Pada umumnya jika konsentrasi zat semakin besar maka laju


reaksinya semakin besar, dan sebaliknya jika konsentrasi suatu zat
semakin kecil maka laju reaksinya pun semakin kecil (Keenan, 1979).

2.3. Reaksi Iodine-Clock

Dalam percobaan ini kita akan mempelajari reaksi antara ion iodat
(IO3-), ion sulfit (SO32-) membentuk ion iodida (I-) dan ion sulfat (SO42-).

IO3- + 3SO32- I- + 3SO42-

Dalam reaksi ini, ion sulfit bertindak sebagai penentu reaksi karena
apabila dia habis bereaksi maka ion iodat yang berlebihan akan bereaksi
dengan ion iodida membentuk iodium (I2) sehingga menghasilkan warna
biru kehitaman. Timbulnya warna ini menandakan adanya ion I- dalam
larutan (Manurung, 2018).
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Batang pengaduk
3. Thermometer
4. Stop watch
5. Gelas beker
6. Gelas ukur
7. Pipet tetes
8. Penangas air
9. Penangas es
3.2. Bahan
1. Pb(NO3)2
2. K2CrO4
3. KIO3
4. Na2SO3
5. H2C2O4
6. KMnO4
7. H2SO4
8. Akuades
9. Larutan kanji
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Percobaan 1: Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
a. Reaksi pengendapan timbal kromat
1. Sebanyak 3 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dimasukkan
ke dalam tabung reaksi.
2. Sambil diaduk, ditambahkan pula 1 mL larutan
K2CrO4 0,1 M.
3. Waktu mulai pencampuran sampai timbulnya endapan
dicatat.
b. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat
1. Sebanyak 2 mL larutan H2C2O4 0,1 M dimasukkan ke
dalam tabung reaksi.
2. Sambil diaduk ditambahkan beberapa tetes larutan
H2SO4 1 M, kemudian ditambahkan pula 1 tetes
larutan KMnO4 0,1 M.
3. Waktu mulai pencampuran sampai warna larutan
berubah dari keunguan menjadi tak berwarna dicatat.
4. Setelah itu, ditambahkan lagi 1 tetes larutan KMnO4
0,1 M, waktu saat mulai penetesan sampai warna
menghilang dicatat.
5. Pecobaan ini diulangi sampai 10 kali tetesan.
3.3.2. Percobaan 2: Reaksi Iodine – clock
1. Larutan A (KIO3 0,02 M) dan larutan B (Na2SO3 0,01
M yang diberi asam dan kanji (1,3 g Na2SO3 ditambah
10 mL H2SO4 6 M dan 5 g larutan kanji)) disiapkan.
2. Selanjutnya larutan A dan larutan B disiapkan pada
masing-masing gelas kimia dengan variasi sebagai
berikut :
a. 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B
b. 10 mL larutan A dan 20 mL larutan B dalam 70
mL air
c. 10 mL larutan A dan 30 mL larutan B dalam 60
mL air
d. 20 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 70
mL air
e. 30 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 60
mL air
f. 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 80
mL air
g. Komposisinya sama dengan campuran a tapi
sebelum dicampurkan larutan terlebih dahulu
didinginkan sampai mencapai suhu 15oC
h. Komposisinya sama dengan campuran a tapi
sebelum dicampurkan larutan A dan larutan B
dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 45oC
3. Kemudian larutan dengan variasi diatas dicampurkan
dan waktu dari saat pencampuran hingga timbul
warna biru kehitaman pada larutan dicatat.

IV. HASIL
4.1. Percobaan 1: Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
a. Reaksi Pengendapan Timbal Kromat
No Pb(NO3)2 0,1 M K2CrO4 0,1 M Waktu (s)

1 3 mL 1 mL 26,7

2 3 mL 1 mL 24,1

b. Reaksi Ion Permanganat dengan Ion Oksalat


No H2C2O4 0,1 M KMnO4 0,1 M Waktu (s)

1 2 mL 1 tetes pertama 34,9

2 2 mL 1 tetes kedua 16,0

3 2 mL 1 tetes ketiga 11,4

4 2 mL 1 tetes keempat 10,7

5 2 mL 1 tetes kelima 10,0


6 2 mL 1 tetes keenam 9,8

7 2 mL 1 tetes ketujuh 8,9

8 2 mL 1 tetes kedelapan 8,7

9 2 mL 1 tetes kesembilan 7,4

10 2 mL 1 tetes kesepuluh 6,9

4.2. Percobaan 2: Reaksi Iodine – clock


Larutan A Larutan B Air Waktu (s)
No Suhu
KIO3 0,02 M (mL) Na2SO3 0,01 M (mL) (mL)

1 10 10 - Kamar 1,5

2 10 20 70 Kamar 5,8

3 10 30 60 Kamar 3,9

4 20 10 70 Kamar 6,8

5 30 10 60 Kamar 4,1

6 10 10 80 Kamar 10,8

7 10 10 - 15oC 1,2

8 10 10 - 45oC 1,1

V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kinetika kimia ini, terdiri dari dua macam percobaan.
Percobaan pertama yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat sedangkan
percobaan kedua yaitu reaksi iodine – clock. Pada reaksi cepat percobaan
pertama menggunakan larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 3 mL dan larutan
K2CrO4 0,1 M sebanyak 1 mL. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali
disertai melakukan perhitungan waktu dari larutan dicampurkan hingga
timbul adanya endapan PbCrO4 yang berwarna kuning dan terjadinya
perubahan warna pada larutan menjadi berwarna kuning. Reaksi
pengamatan pertama berlangsung selama 26,7 detik dan pengamatan kedua
yang berlangsung selama 24,1 detik.
Reaksi ion yang terjadi :
Pb2+ + CrO42- PbCrO4(s)
Reaksi ini tergolong cepat jika dibandingkan dengan reaksi ion
permanganat dengan ion oksalat sebelum ditambah beberapa tetes katalis.
Dalam percobaan ini sebanyak 2 mL larutan H2C2O4 0,1 M ditambahkan
beberapa tetes larutan H2SO4 1 M, kemudian ditambahkan pula 1 tetes
larutan KMnO4 0,1 M dimana waktu mulai pencampuran sampai warna
larutan berubah dari keunguan menjadi tak berwarna berlangsung selama
34,9 detik. Penetesan KMnO4 dilakukan sebanyak 10 kali sehingga setelah
penetesan pertama waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan
warna larutan dari keunguan hingga tidak berwarna dari penetesan kedua
sampai penetesan kesepuluh berturut-turut yaitu 16,0 detik ; 11,4 detik ;
10,7 detik ; 10,0 detik ; 9,8 detik ; 8,9 detik ; 8,7 detik ; 7,4 detik ; 6,9 detik.
Sehingga ini menunjukkan bahwa penambahan KMnO4 mempengaruhi
kecepatan waktu bereaksi larutan, ini dikarenakan KMnO4 merupakan
katalisator suatu larutan.
Pada percobaan dua yaitu reaksi iodine – clock, menggunakan larutan
A (KIO3 0,02 M) dan larutan B (Na2SO3 0,01 M yang diberi asam dan kanji
(1,3 g Na2SO3 ditambah 10 mL H2SO4 6 M dan 5 g larutan kanji)) yang
dicampurkan berdasarkan 8 variasi yang berbeda. Pada variasi pertama yaitu
sebanyak 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dicampurkan, waktu yang
dibutuhkan dari mulai pencampuran hingga timbul perubahan warna larutan
menjadi biru kehitaman (menandakan adanya ion I- dalam larutan)
berlangsung selama 1,5 detik. Pada variasi kedua yaitu sebanyak 10 mL
larutan A dicampurkan dengan 20 mL larutan B dan ditambahkan 70 mL air
memerlukan waktu selama 5,8 detik. Pada variasi ketiga yaitu sebanyak 10
mL larutan A dicampurkan dengan 30 mL larutan B dan ditambahkan 60
mL air memerlukan waktu selama 3,9 detik. Pada variasi keempat yaitu
sebanyak 20 mL larutan A dicampurkan dengan 10 mL larutan B dan
ditambahkan 70 mL air memerlukan waktu selama 6,8 detik. Pada variasi
kelima yaitu sebanyak 30 mL larutan A dicampurkan dengan 10 mL larutan
B dan ditambahkan 60 mL air memerlukan waktu selama 4,1 detik. Pada
variasi keenam yaitu sebanyak 10 mL larutan A dicampurkan dengan 10 mL
larutan B dan ditambahkan 80 mL air memerlukan waktu selama 10,8 detik.
Dari variasi pertama hingga keenam diperoleh bahwa pada variasi larutan
pertama kecepatan reaksinya lebih cepat, hal ini karena pada variasi yang
pertama konsentrasi yang dimiliki masing-masing larutannya belum
diencerkan dengan air. Sedangkan untuk variasi kedua sampai keenam,
waktu yang dibutuhkan bereaksi berbeda-beda dimana ada yang relatif cepat
dan ada yang relatif lambat. Dari kelima variasi tersebut total volume zat
yang bereaksi sama yaitu 100 mL. Namun, volume larutan A, larutan B dan
air yang digunakan berbeda-beda tiap variasi. Hal ini menyebabkan
konsentrasi zat yang bereaksi menjadi berbeda-beda dan mengakibatkan
waktu bereaksi pun berbeda-beda. Dengan ini dapat dikatakan bahwa
kecepatan reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi zat yang bereaksi. Semakin
pekat zat yang bereaksi maka semakin cepat reaksi berlangsung demikian
pula sebaliknya semakin encer zat yang bereaksi maka waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi semakin lama. Pada variasi ketujuh
komposisinya sama dengan campuran variasi pertama tapi sebelum
dicampurkan larutan terlebih dahulu didinginkan sampai mencapai suhu
15oC dan perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman berlangsung
selama 1,2 detik. Lalu terakhir pada variasi kedelapan komposisinya sama
dengan campuran variasi pertama tapi sebelum dicampurkan larutan A dan
larutan B dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 45oC dan waktu yang
diperlukan larutan untuk berubah warna menjadi biru kehitaman adalah 1,1
detik. Larutan yang terlebih dahulu dipanaskan berlangsung lebih cepat
dibandingan larutan yang didinginkan terlebih dahulu, hal ini karena suhu
mempengaruhi kecepatan suatu reaksi dimana semakin tinggi suhu reaksi
maka reaksi tersebut akan berlangsung semakin cepat dan berlaku juga
sebaliknya. Hal tersebut bisa terjadi karena pada suhu yang semakin tinggi
menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang
terjadi semakin sering dan laju reaksi pun semakin cepat.
Dari percobaan yang kita lakukan dapat diketahui bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya kecepatan suatu reaksi atau laju reaksi, yaitu
sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi pereaksi, suhu pereaksi, dan katalis.

VI. KESIMPULAN
6.1. Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi
ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Lalu hukum laju reaksi
menunjukkan korelasi antara laju reaksi terhadap konstanta laju
reaksi dan konsentrasi reaktan yang dipangkatkan dengan bilangan
tertentu (orde reaksi).
6.2. Pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap kecepatan reaksi adalah
berbanding lurus, dimana semakin tinggi kosentrasi dan suhu suatu
reaksi maka semakin cepat juga reaksi yang berlangsung demikian
juga sebaliknya.
6.3. Penambahan katalis menyebabkan laju suatu reaksi akan
berlangsung semakin cepat, semakin banyak penambahan katalis
maka kecepatan reaksi bertambah besar. Seperti yang terjadi pada
percobaan 1 yaitu pada reaksi ion permanganat dengan ion oksalat
dimana penambahan KMnO4 sebagai katalis semakin mempecepat
waktu berlangsungnya reaksi.
6.4. Reaksi Iodine – clock adalah reaksi antara ion iodat (IO3-) dengan
ion sulfit (SO32-) yang membentuk ion iodida (I-) dan ion sulfat
(SO42-).
6.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan suatu reaksi
atau laju reaksi, yaitu sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi
pereaksi, suhu pereaksi dan katalis.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Manurung, Manuntun., dkk. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bukit
Jimbaran: Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sukamto. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: PT Bhineka Cipta.

Sunarya, Yayan. 2002. Kimia Dasar II Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia


Terkini. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
LAMPIRAN

1. Apakah reaksi pengendapan timbal kromat berlangsung cepat ataukah lambat?


Tulis persamaan reaksi ionnya!
Jawab:
Reaksi pengendapan timbal kromat dapat dikatakan berlangsung cepat
karena memerlukan waktu kurang dari 30 detik untuk bereaksi dan mengalami
perubahan warna dari bening menjadi berwarna kuning dan menghasilkan
endapan PbCrO4. Persamaan reaksi ionnya yaitu:
Pb2+ + CrO42- → PbCrO4 ↓ kuning

Anda mungkin juga menyukai