Perubahan keadaan seringkali dijumpai dalam reaksi kimia. Kadang –kadang suatu zat
yang mula-mula dihasilkan dalam keadaan gas dengan cepat mengembun menjadi bentuk cair.
Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi kimia bergantung pada keadaan perekasi dan
hasil reaksi. Meskipun reaksi dapat berlangsung dalam keadaan gas dan zat padat , namun
kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam keadaan cair. Baik reaksi-reaksi yang
direncanakan untuk dilakukan di laboratorium atau dalam industri, maupun reaksi secara
alamiah, biasanya berlangsung dalam fase cair. Mayoritas reaksi yang pentinguntuk tumbuhan
dan hewan berlangsung dalam cairan yang lazim , yakni air.
Molekul dalam cairan lebih banyak bergerak dari pada dalam zat padat, tetapi dalam
kedua media ini, gerakan itu jauh lebih terbatas dan lebih lambat dari pada gerakan molekul
dalam gas. Perubahan dalam tekanan dan temperatur memang mempunyai sedikit efek pada
volume suatu cairan atau zat padat, namun perubahan itu sangat kecildibandingkan dengan
volume gas. Memang pengaruh takanan itu begitu kecil, sehingga cairan dan padat dikatakan”
tak termampatkan” oleh tekanan sampai beberapa ratus atmosfer.
Karakteristik Umum dari Perubahan Keadaan
Untuk banyak zat, perubahan zat padat—cairan—gas tidak melibatkan perubahan sifat dasar
(dari) molekul- molekul yang ada. Misalnya, dalam brom padat,molekul Br2 saling bertarikan
dengan agak efektif, dalam keadaan cair, molekul Br2 dengan bebas bergerak melewati
molekul lain. Dan dalam keadaan gas, molekul Br2 berupa partikel yang terpisah jauh satu sama
lain, yang melenting kian kemari dengan kecepatan tinggi dan arah acak. Gambaran ini
umumnya dapat diterapkan pada zat-zat kovalen, meskipun terdapat banyak keruwetan.
Misalnya dalam hal Alumunium bromida, bentuk molekul yang mula-mula lepas sebagai gas
ialah Al2Br6. Pada temperatur yang lebih tinggi, molekul ini pecah menjadi dua molekul
AlBr3 .
Pada temperatur yang sangat tinggi, zat padat ion dan logam memang terurai untuk
membentuk molekul yang sederhana, tetapi ini merupakan keadaan yang sangat tidak lazim
untuk zat-zat semacam itu. Untuk senyawa ion dan logam, bentuk molekul yang ada dalam
keadaan gas tidak terspat dalam fase – fase mampat. Misalnya , bila cukup dipanasi agar
menjadi gas, Natrium klorida membentuk molekul sederhana seperti Na2Cl2 atau NaCl. Tetapi
dalam zat padat NaCl, sebuah ion tertarik sama kuat ke semua tetangga terdekatnya yang
muatannya berlawanan, dengan tak terbentuknya struktur- struktur molekul. Srupa pula dalam
bentuk gas, molekul logam dapat terdiri dari atom-atom tunggal, ataupun beberapa atom yang
saling terikat. Tetapi dalam logam padat, tak terdapat molekul ynag terpastikan.
Meskipun dapat terjadi perubahan dalmikatan dan perubahan dalam molekul, bila terjadi
perubahan keadaa , lazimnya suatu perubahan suatu keadaan dirujuk sebagai suatu perubahan
fisika, bukan perubahan kimia.
Terdapat dua konsep dasar yang harus diingat untuk memulai mempelajari banyaknya
energy yang dilibatkan dalam pelbagai perubahan itu. Pertanma , banyaknya enrgi yang
dibutuhkan untuk suatu perubahan endoterm sama dengan energy yang dibebaskan dalam
perubahan eksoterm kebalikannya. Azas fundamental ini sama dengan azas yang berlaku untuk
raksi kimia. Energy total untuk suatu perubahan dari kondisi satu ke kondisi dua, yang
keduanya tertentu, akan tetap sama, tak peduli jalan yang ditempuh untuknmencapai
perubahan ini. Sebagai contoh, perhatikan perubahan 1 gram es pada -20 C menjadi 1 gram
uap air pada 150 C. Energi total yang diperlukan akan tetap sama, apakah e situ di sublimasi
langsung menjadi uap air dan kemudian uap itiu dipanasi untuk mencapai temperature akhir,
ataukah ea situ dipanasi sehingga melumer menjadi air, kemudian air di panasi agar menguap
menjadi kukus, yang di panasi untuk mencapai temperature akhir.
Secara tak resmi titk leleh dikatakn sebagai tempratur pada mana suatu zat padat
berubah menjadi suatu cairan, dan titik didih ialah temperature pada mana suatu cairan
menggelegak secara taat azas ketika berubah menjadi gas. Pada tekanan yang berlainan,
temperatur pelelehan dan pendidihan suatu zat akan berlainan pula. Temperature utuk
perubahan suatu zat yang berdsentuhan dengan udara pada 1 atn dirujuk sebagai titik leleh
ataupun titik didih.
1.Kapasitas panas
Kapasias panas yaitu banyaknya kalor yang diperlukan zait itu , degan bobot tertentu,
untuk menaikkan tenperatur sebanyak 1 C . Makin tinggi bobot sutua zat maka makin besar
kapasitas panasnya. Jika zat itu tepat 1 gram , maka kuantitas energy panas itu disebut kapasitas
panas per gram. Misalnya, kalor jenis ( kapasitas panas per gram) es ialah 2,00 J/(g. C).
banyaknya kalot yang diperlukanuntuk mengubah temperature 1 mol sutu zat setinggi 1 C
disebut kapasitas panas molar. Kapasitas panas molar es adalah:
berbah. Memeng 6010 J atau 6,01 kJ, diperlukan untuk mengubah 1 mol es pada 0 C. energy
panas ini digunakan untuk melawan sebagian gaya terik antar moleul. Banyaknya kalor yang
diperlikan untuk mengubah 1 mol zat pada t pada titik lelehnya menjadi cairan pada
temperature yang sama disebut kalor pelelehan molar. Kalor pelelehan molar sejumlah zat
dipaparkan dalam table berikut:
Banyaknya energy panas yang dibebaskan bila satu mol suatu zat memadat, disebut
kalor pembekuan molar, yang besarnya sama denga banyaknya kalor yang dibubuhkan bila
satu mol zat padat meleleh. Misalnya, 6,01 kJ dibebaskan ke sekitarnya bia 1 mol air membeku.
3. Kalor Penguapan
Bila 1 mol air pada 100 C menguap, 40660 J, atau 40,66 kJ kalor harus di tambahkan
kepada air ini agar berubah menjadi 1 mol kukus. Tepat sama seperti kasus pembekuan (
pelelehan), temperature tidak naik selama penguapan. Energy panas sebanyak 4066 jJ
digunakan untuk melewan gaya- gaya tarik sehingga molekul- molekul air dapat melepaskan
diri satu dari yang lain sebagai molekul gas (kukus). Banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
mengubah 1mol zat cair menjadi gas pada temperature yang sama disebut kalor penguapan
molar. Kalor penguapa biasanya ditetapkan pada titik didih normal suatu zat, kecuali bila
dinyatakan lain.
Banyaknya energy panas yang dibebaskan bila satu mol suatu zat mengembun, yang
aisebut kalor pengembunan molar, sama dengan kalor yang diperlukan bila 1mol zat (cair)
menguap. Misalnya, dibebaskan 40,66 kJ ke sekitarnya, bila 1 mol kukus mengembun pada
100 C.
Contoh:
Hitunglah banyaknya kalor yang diperlikan untuk mengubah 0,0 g brom padat pada -7 C
Jika tekanan parsial uap air dalam udara ialah 12,8 mmHg dan temperatu 22,0 C, berapakh
kelembapan relatifnya??
Jawaban: tekanan uap air pada 22 C adalah 19,83 mmHg. Ini adalah tekana parsial uap air
dalam udara yang jenuh dengan air pada tempertur itu.
Kelembapan relative =
= x 100= 64,5 %
• Pendidihan
Titik didih suatu cairan ialah tempertur dimana ketika tekanan uap yang
meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (
tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung- gelembung uap dalam cairan. Karena
tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat
mendorong diri lea\wat permukaan dan bergerak ke fase gas di atas cairan. Cairan itu
mendidih.
Titik didih air beraneka ragam menurut tekanan udara. Titik didih normal suatu cairan
ialah temperature pada mana tekanan uapnya ialah 1 atm. Di pegunungan titik didih air
6. Sifat Padatan
• Ciri Khas Molekul Zat Padat
- gaya tarik menarik sangat kuat
- susunannya berdekatan satu sama lain
- letaknya berdekatan
8. Senyawa Ion
Kelompok paling dikenal dari zat-zat kristal adalah kelompok senyawa ion.
Kecenderungan ion untuk menarik ion lain yang muatannya berlawanan dan menolak ion yang
muatannya sama, mengakibatkan penataan ion tiga dimensi yang teratur. Pengaruh utama pada
pola khas yang dibentuk oleh senyawa ion adalah muatan ion, ukuran relatif kedua ion yang
terlibat, kemudahan ion itu terdistorsi atau terpolarisasi
Gaya tolakan dan tarikan elektrostatik antara ion-ion bekerja secara sama dalam semua
arah. Sesuai dengan hukum Coulomb, gaya ini bekerja dengan cara berbanding terbalik dan
kuadrat jarak antara muatan, oleh karena itu gaya ini paling kuat diantara gaya yang lainnya.
Titik didih dan titik leleh senyawa ion tinggi. Diperlukan cukup banyak energi untuk
melemahkan ikatan ion yang kuat dan memberikan ion itu sukup energi untuk bergerak sebagai
partikel cairan atau menguap sebagai molekul sederhana
Halangan sterik. Seringkali satu ion dapat menempati tempat ion lain dalam suatu kisi
ion, jika ion-ion itu sama muatannya dan besarnya kira-kira sama. Misalnya klorida dengan
suatu jari-jari 1,81 A mungkin menggantikan bromida yang berjari-jari 1,96A. Bila sebuah
partikel tak dapat menduduki suatu tempat karena keterbatasan ruang maka efek ini disebut
halangan sterik. Efek ini tidak terbatas pada zat-zai berion saja.
Menentukan ukuran ion. Ukuran sebuah ion dapat sedikit berbeda dari senyawa satu
dengan senyawa yang lain. Misalnya jari-jari yang ditentukan untuk ion bromida sedikit
berbeda dalam lithium bromida dan dalam kalium bromida. Ini dapat disebabkan oleh beda
dalam rapatan muatan kedua ion positif dan oleh berbagai efek kemasan (penyusunan rapat).
Polarisasi ion. Angka banding muatan satu ion dan volumenya disebut rapatan muatan.
Ion positif dengan muatan tinggi mempunyai jari-jari kecil, sehingga ion-ion ini mempunyai
rapatan muatan yang tinggi. Ion semacam itu menarik dengan kuat elektron-elektron dari ion
dan molekul di dekatnya.
Ion yang terdistorsi bersifat lebih negatif pada sisi yang menghadap ke ion positif dan
lebih positif pada sisi yang lain, maka dikatakan ion negatif itu terpolarisasi. Polarisasi ini tidak
berubah-ubah menurut waktu, tidak seperti gaya London, melainkan konstan selama kedua ion
itu masih berdampingan. Karena ukurannya lebih besar, ion-ion negatif cenderung lebih mudah
terpolarisasi daripada ion-ion positif. Salah satu efek polarisasi dapat berupa penurunan titik
leleh.