Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikatan kimia menjelaskan tentang bagaimana atom-atom membentuk

ikatan, baik dengan atom yang sama maupun dengan atom yang berbeda. Ikatan

kimia terjadi karena sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih

stabil karena memiliki tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-

atom penyusunnya dalam keadaan terpisah. Konsep-konsep dalam ikatan kimia

bersifat abstrak sehingga sulit diterapkan secara kontekstual. Ikatan kimia

biasanya dikelompokkan menjadi empat sub tema antara lain ikatan ionik, ikatan

kovalen, ikatan logam dan gaya antar molekul (Safitri, dkk., 2018: 41-42).

Ikatan ionik termasuk ikatan yang terjadi karena gaya elektrostatik yaitu

gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena

adanya unsur logam yang melepaskan elektronnya, sedangkan ion negatif

terbentuk karena unsur non logam menerima elektron. Ikatan ion ini disebabkan

karena terjadinya proses serah terima elektron. Gaya tarik menarik ini disebut juga

dengan gaya elektrostatik. Senyawa ionik dalam suhu kamar terdapat dalam

bentuk kristal disebut dengan kristal ion. Kristal ion terdiri dari ion positif dan ion

negatif, dengan struktur yang teratur dan dapat ditentukan oleh muatan dan jari-

jari ion pembentuknya. Ikatan ion dapat terjadi karena perpindahan elektron dari

kation ke anion. Ikatan ion terjadi pada atom logam dengan non logam

sementara ikatan kovalen terjadi antar atom non logam (Yasthophi dan Ritonga,

2017: 197)

Ikatan kovalen terbentuk yang disebabkan pemakaian bersama sepasang

elektron valensi oleh dua atom, contohnya pada atom hidrogen (H) yang memiliki

satu elektron valensi, jika dua atom H saling mendekati maka orbital-orbital 1s

1
2

kedua tumpeng tindih karena kedua atom saling berbagi elektron. Setiap atom H

sekarang memiliki dua elektron yang terikat dengannya, yang mana jumlah

tersebut akan membuat kulit valensinya terisi penuh. Dua atom atau lebih yang

terikat menjadi satu oleh ikatan kovalen akan menghasilkan satu molekul. Ikatan

kovalen dilambangkan dengan garis (H-H) sebagai gambaran sepasang elektron

yang digunakan bersama (Campbell, dkk., 2002: 31). Hal ini sesuai dengan Q.S

Yasin/ 36: 36 yang berbunyi:


         
   
Terjemahnya:
“Maha suci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-
pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Menurut tafsir As-Sa'di “Maha suci Allah yang telah menciptakan

pasangan-pasangan semuanya,” yakni, semua jenis makhluk. “baik dari apa yang

ditumbuhkan oleh bumi,” dimana Dia aneka-ragamkan berbagai jenis tumbuhan,

yang sangat sulit untuk bisa dihitung. “Dan dari diri mereka,” Dia

meragamkannya juga menjadi laki-laki dan perempuan, Dia beda-bedakan bentuk

tubuh, perangai, dan sifat-sifat lahiriyah dan batiniyah mereka, “maupun dari apa

yang tidak mereka ketahui,” dari berbagai mahkluk yang telah diciptakan dan alpa

dari pengetahuan kita, dan juga yang belum diciptakan. Maka Maha suci Allah

dari sekutu, tandingan, penolong, pendukung atau istri, anak atau yang sama

denganNya, serupa atau semisal denganNYa dalam sifat-sifat kesempurnaanNya

dan sifat-sifat keagunganNYa, atau tidak mampu melakukan sesuatu yang

dikehendakiNya. (maha suci Allah dari semua kekurangan itu).

Hubungan ayat diatas dengan percobaan ini yaitu istilah berpasangan

umumnya merujuk ke jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun pada

kalimat “apa yang tidak mereka ketahui” memiliki cakupan yang sangat luas,

yang mana pada ayat ini merujuk ke benda-benda selain dari manusia, binatang,
3

buah-buahan dan tumbuhan. Sebagaimana diketahui bahwa manusia di bumi ini

diciptakan dengan berpasang-pasangan, baik dari apa yang dibutuhkan maupun

yang tidak mereka ketahui. Manusia diciptakan untuk saling melengkapi satu

sama lain. Seperti ketika seseorang mempunyai kekurangan makan dia akan

dipertemukan dengan orang yang memiliki kelebihan sehingga kekurangan

seseorang tersebut tertutupi oleh kelebihan pasangannya. Sama halnya dengan

ikatan kovalen CH4 atom C kekurangan 4 elektron dan atom H kelebihan 1

elektron, ketika mereka dipersatukan maka akan saling menyempurnakan. Selain

itu, ikatan ionik juga sama saling menglengkapi untuk mencapai kestabilan seperti

konsepnya sedekah.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan pembentukan ikatan

ionik dan ikatan kovalen yang bertujuan untuk mengetahui pembentukan ikatan

ion dan ikatan kovalen.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara mengetahui

pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui

pembentukan ikatan ion dan ikatan kovalen.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah proses terbentuknya senyawa kimia yang disebabkan

oleh bergabungannya dua atau lebih atom. Kekuatan daya tarik-menarik ini

menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat. Ikatan kimia suatu ikatan yang terjadi

karena adanya gaya tarik menarik antara partikel-partikel yang berikatan. Adanya

ikatan tersebut maka baik sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa. Sifat-sifat

tersebut seperti dapat menghantarkan listrik, kepolaran dan dapat menjelaskan

kereaktifannya (Rusianti, 2019: 187).

Menurut Widiastuti, (2019: 3-4), ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua

kategori besar yaitu ikatan antar atom dan ikatan antar molekul yaitu sebagai

berikut:

1. Ikatan Antar Atom

Ikatan antar atom terdiri dari ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.

a. Ikatan ion terbentuk akibat gaya tarik menarik antara ion positif (kation)

dengan ion negatif (anion) disebut sebagai ikatan ion.

b. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian bersama pasangan

elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari

unsur-unsur non logam yang sejenis seperti gas hidrogen (H2), gas nitrogen

(N2), oksigen (O2), klorida (Cl2), fluorida (F2), bromida (Br2), iodida (I2) dan

tidak sejenis seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan lain-lain.

2. Ikatan Antar Molekul

Ikatan antar molekul terdiri dari ikatan hidrogen dan ikatan van der walls.

a. Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain

yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa

4
5

yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan

dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah

dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan hidrogen ini

terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki

pasangan elektron bebas.

b. Ikatan gaya Van Der Walls dalam ilmu kimia menunjukan semua jenis gaya

tarik menarik antar molekul. Merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari

polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan

antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia

terutama gas. Molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika

salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Keadaan dipol ini, molekul

dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi

dipol.

Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau

pengalihan elektron diantara atom. Proses ini membawa pada dua konsep ideal

mengenai model ikatan kimia. Elektron yang digunakan bersama diantara atom,

ikatan diantara keduanya disebut ikatan kovalen. Elektron yang berpindah dari

satu atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Kebanyakan

ikatan nyata tidak ada yang benar-benar ionik atau sepenuhnya kovalen. Molekul

nyata menunjukkan adanya suatu kontinum dari ikatan ionik murni sampai ikatan

kovalen murni (Oxtoby, dkk., 2001: 55).

B. Ikatan Ionik
Ikatan ionik adalah ikatan yang terbentuk akibat dua atom atau lebih yang

memiliki elektron valensi yang berbeda sehingga salah satu atom yang lebih

elektronegatif akan membuat satu elektron dari pasangannya. Hal ini terjadi pada

Natrium (11Na) apabila bertemu dengan klorin (17Cl), atom Na memiliki 11 eletron
6

dengan elektron valensi tunggalnya terletak pada kulit elektron ketiga. Atom Cl

memiliki 17 elektron dengan 7 elektron pada kulit valensinya. Kedua atom ini

apabila bertemu, elektron valensi Na yang sendirian ini dipindahkan ke atom Cl

dan kedua atom ini pada akhirnya akan memiliki kulit valensi yang terisi penuh.

Na tidak lagi memiliki elektron pada kulit ketiga, kulit kedua sekarang menjadi

kulit paling terluar (Campbell, dkk., 2002: 32).

Senyawa yang memiliki ikatan ion disebut dengan senyawa ionik.

Senyawa ionik biasanya terbentuk di antara atom-atom unsur logam dengan unsur

non logam. Atom unsur logam cenderung melepas elektronnya kemudian

membentuk ion positif, sedangkan unsur non logam cenderung menangkap

elektron dan membentuk ion negatif. Contoh dari ikatan ion yaitu magnesium

oksida (MgO), kalsium flourida (CaF2), natrium klorida (NaCl), litium oksida

(Li2O), alimium flourida (AlF3) serta lain-lain (Vela, 2021: 129).

Sifat-sifat senyawa ionik berdasarkan struktur atau susunan kristal pada

suhu kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion.

Kristal ion terdiri dari ion positif dan ion negatif dengan susunan yan teratur dan

ditentukan oleh muatan serta jari-jari ion pembentuknya. Sifat yang lain yaitu

isomorf atau mempunyai bentuk kristal yang sama. Senyawa-senyawa ion

mempunyai susunan kristal yang mirip seperti natrium flourida (NaF) dengan

magnesium oksida (MgO), kalsium klorida (CaCl 2) dan kalium sulfida (K2S) serta

natrium klorida (NaCl) dan kalium nitrat (KNO3) (Hasan, dkk., 2017: 69).

C. Ikatan Kovalen
Senyawa kovalen (covalent compound) adalah senyawa yang hanya

mengandung ikatan kovalen. Secara sederhana, pasangan elektron yang digunakan

bersama sering dinyatakan dengan satu garis. Ikatan kovalen dalam molekul

hidrogen dapat ditulis sebagai H-H. Ikatan kovalen pada setiap elektron dalam
7

pasangan elektron ikatan yang digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua

atom yang berikatan. Gaya tarikan elektron ke inti inilah yang mengikat kedua

atom hidrogen dalam molekul gas hidrogen (H2) dan yang berperan dalam

pembentukan ikatan kovalen dalam molekul yang lainnya (Chang, 2005: 265).

Menurut Chang (2005: 265), ikatan kovalen dalam atom-atom berelektron

banyak hanya melibatkan elektron valensi, contohnya seperti molekul fluorin (F2).

Konfigurasi elektron flourin adalah 1s2 2s2 2p5. Elektron pada orbital 1s tidak

terlibat dalam pembentukan ikatan karena tingkat energinya rendah dan lebih

banyak berada di dekat inti. dapat dilihat bahwa dari ketujuh elektron valensi yang

dimiliki F (elektron pada orbital 2s dan 2p), hanya satu elektron yang tidak

berpasangan, sehingga pembentukan molekul F2 dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Molekul Flourin


(Sumber: Chang, 2005: 265)
Menurut Sumardjo, (2006: 37-38), ada beberapa jenis ikatan kovalen

antara lain ikatan kovalen nonpolar, ikatan kovalen nonpolar dan ikatan kovalen

koordinat yaitu sebagai berikut:

1. Ikatan Kovalen Nonpolar

Ikatan ini terjadi karena persekutuan elektron yang dibentuk oleh atom-

atom yang memiliki elektronegativitas sama atau hampir sama sehingga kedua

atom menerapkan tarikan-tarikan yang sama atau hampir sama terhadap elektron

ikatan. Perbedaan elektronegativitas tiap atom adalah nol atau sangat kecil, ikatan

kovalen jenis ini sering disebut ikatan kovalen nonpolar.

2. Ikatan Kovalen Polar

Ikatan kovalen polar merupakan pasangan elektron yang berasal dari

masing-masing atom ditarik lebih kuat oleh salah satu atom yang berikatan. Ikatan
8

dengan distribusi elektron yang tidak merata ini dimiliki oleh suatu senyawa

dengan atom-atom penyusun yang memiliki elektronegativitas kecil.

3. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi yang kadang-kadang disebut ikatan koordinat

(tanpa sisipan kovalen) merupakan ikatan kovalen khusus. Ikatan ini, elektron

yang dimiliki bersama berasal dari satu atom saja, jadi bukan berasal dari dua

atom seperti oada ikatan kovalen murni.

Menurut Meiza, (2016: 19-20), ikatan kovalen dibagi menjadi 3

berdasarkan jumlah ikatannya yaitu sebagai berikut:

1. Ikatan Kovalen Tunggal (-)

Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan

elektron oleh dua atom yang berikatan, contohnya pada pembentukan ikatan

kovalen pada senyawa H2O (H−O−H), H= 1 (memerlukan 1 elektron agar stabil)

dan O= 2, 6 (memerlukan 2 elektron agar stabil). Ikatan kovalen tunggal

ditunjukkan dengan garis tunggal (-) yang artinya ada 1 pasangan elekron ikatan.

2. Ikatan Kovalen Rangkap 2 (=)

Ikatan kovalen rangkap 2 terbentuk jika terjadi pengunaan bersama 2

pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan, dengan kata lain terdapat 2

pasang elektron yang berikatan, contohnya pembentukan ikatan kovalen pada

senyawa O2 (O=O), O= 2, 6 (memerlukan 2 elektron agar stabil) dan O= 2, 6

(memerlukan 2 elektron agar stabil).

3. Ikatan kovalen rangkap 3 (≡)

Ikatan kovalen rangkap 3 terbentuk jika terjadi penggunaan bersama 3

pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Terdapat 3 pasang elektron yang

berikatan, contohnya pembentukan ikatan kovalen pada senyawa N2 (N≡N), N= 2,


9

5 (memerlukan 3 elektron agar stabil) dan N= 2, 5 (memerlukan 3 elektron agar

stabil).

D. Garam Nitrat
Garam nitrat merupakan salah satu senyawa nitrogen yang penting dalam

industri kimia. Garam nitrat banyak dimanfaatkan untuk pupuk tanaman karena

sifatnya yang mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Garam nitrat

yang banyak diproduksi untuk pupuk adalah garam nitrat dari ammonium nitrat

(NH4NO3), natrium nitrat (NaNO3), kalium nitrat (KNO3) dan kalsium nitrat

(Ca(NO3)2). Manfaat yan lain, untuk oksidator dan bahan peledak. Natrium nitrat

digunakan untuk glasir pada industri keramik dan sebagian kecil digunakan untuk

pengawet daging (curing). Manfaat garam nitrat diantaranya untuk pupuk

tanaman, oksidator, bahan peledak, glasir dan pengawet daging (Roswiem, 2015:

30).

Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang stabil dan unsur

penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat
pada konsentrasi yang tinggi dapat 6 mengakumulasi pertumbuhan ganggang

yang tidak terbatas, sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan

kematian ikan. Kadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar

nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi

pupuk dan mengandung nitrat. Kandungan nitrat di perairan terbuka semakin

besar dengan semakin bertambahnya kedalaman. Hal ini disebabkan karena

tenggelamnya partikel-partikel yang mengandung nitrat, serta berubahnya partikel

tersebut menjadi nitrogen organik, sehingga distribusi nitrat di laut terbuka lampir

seragam baik vertikal maupun horizontal (Yunus, 2022: 5-6).


10

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amran, (2008: 70-71), bahwa

hubungan antara konsentrasi saponin yang ditambahkan garam-garam nitrat

NaNO3, KNO3, Mg(NO3)2 dan Sr(NO3)2 terlihat bahwa pada konsentrasi garam

0,00 M sampai dengan 0,40 M, penurunan cmc garam logam Na, K, Mg, dan Sr

cukup signifikan, yang mana semakin elekroposif ion logam garam nitrat,

semakin rendah penurunan cmc. Hal ini dapat dijelaskan bahwa rangkaian

tetrahedral terstruktur lebih tinggi dari molekul air dalam keadaan cair akan

menjadi lebih kacau dengan penambahan suatu zat terlarut, apabila ke dalam air

ditambahkan kation dan atau anion, beberapa ikatan hidrogen akan terputus.

Adanya ion nitrat yang memiliki tiga atom oksigen akan membentuk

ikatan hidrogen baru dengan molekul air. Tetapi dengan adanya kation (ion Na +,

K+, Mg2+ dan Sr2+), maka pembentukan ikatan hidrogen antara ion nitrat dan

molekul air kelihatannya tidak begitu nyata. Penurunan cmc dari saponin dengan

penambahan kation (ion Na+, K+, Mg2+ dan Sr2+) disebabkan adanya aksi langsung

kation pada struktur air yang selanjutnya menimbulkan efek sekunder seperti

kelarutannya di dalam misel yang merupakan mikroemulsi air di dalam

minyak, serta berkurangnya efek hidrofobik (Amran, 2008: 71).

E. Methyl orange (C14H14N3NaO3S)


Methyl orange (MO) adalah zat warna azo yang digunakan dalam

pewarnaan kain. Gugus azo yang dimilikinya merupakan zat warna sintetis dan

paling reaktif dalam proses pencelupan bahan tekstil. MO sebagai molekul zat

warna dengan rumus molekul C14H14N3NaO3S dan mempunyai berat molekul

327,33 g/mol dan panjang gelombang maksimum larutan methyl orange adalah

sekitar 465 nm. Methyl orange sebagai zat warna anionik yang berbentuk serbuk

jingga tua yang memiliki ukuran molekul 1,58×0,65×0,26 nm. MO merupakan zat

warna dispersi yang memiliki kelarutan rendah dalam air dan dapat dihilangkan
11

seperti partikel koloid. Zat warna azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo

(-N=N) yang berikatan dengan gugus aromatik (Mahi, 2021: 12).

Methyl orange biasa dipilih sebagai zat warna azo yang mudah ditemui di

labaratorium. Zat warna ini digunakan sebagai cuplikan zat warna tekstil. Methyl

orange yang bersifat toksik serta murah dan mudah didapat sebagai zat warna

yang akan diuji aktivitas fotodegradasinya. Methyl orange dalam dunia industri

digunakan sebagai zat pewarna tekstil, sementara itu di laboratorium methyl

orange digunakan sebagai indikator pada titrasi basa lemah dengan asam kuat,

yang mana trayek pH metil oranye berada di antara pH 3,1 (berwarna merah)

sampai dengan pH 4,4 (berwarna orange-kuning) (Darsono, dkk., 2017: 89).

Gambar 2.2 Methyl Orange


(Sumber: Darsono, dkk., 2017: 89)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Husna, dkk., (2018: 7),

bahwa penambahan titanium oksida (TiO2) pada larutan metil jingga yang
dilakukan selama 180 menit terjadi penurunan absorbs. Degradasi metil jingga

juga dipengaruhi oleh lamanya penyinaran yang dilakukan. Pengaruh lama

penyinaran akan semakin meningkatkan proses degradasi. Hal ini disebabkan

karena semakin lama penyinaran maka sinar foton yang meradiasi TiO 2 semakin

banyak reaksi:

TiO2 + hv → TiO2 (e- + h+)……………………………..(2.1)

sehingga hole yang bereaksi dengan H2O untuk membentuk ·OH juga semakin

banyak seperti reaksi berikut:

h+ + H2O → H+ + ·OH…………..……………………..(2.2)
12

·OH yang dihasilkan digunakan untuk mendegradasi zat warna menjadi

mineralnya seperti reaksi berikut:

2O2.- + 2H2O → 2·OH + 2OH- + O2...............................(2.3)

lama penyinaran akan meningkatkan degradasi zat warna.

F. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk antara suatu kation

atau logam dengan beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation atau

logam tersebut berfungsi sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion

donor elektron berfungsi sebagai gugus pengeliling sering disebut ligan. Ikatan

kovalen koordinasi dalam senyawa kompleks ini terjadi karena donasi pasangan

elektron dari ligan ke dalam orbital kosong ion pusat. Ion pusat memiliki orbital-

orbital d yang masih belum terisi penuh elektron sehingga dapat berfungsi sebagai

akseptor pasangan elektron tersebut (Hermawati, dkk., 2016: 94-95).

Sifat khas logam-logam transisi d adalah kemampuannya membentuk

kompleks dengan ligan baik anion maupun molekul netral yang dapat bertindak

sebagai donor elektron bebas. Faktor yang mempengaruhi stabilitas ion kompleks
adalah pengaruh ion pusat berupa besar dan muatan dari ion, faktor CFSE, faktor

distribusi muatan dan pengaruh ligan berupa besar dan muatan dari ion, sifat basa,

faktor pembentukkan khelat, faktor besarnya lingkaran dan faktor ruang. Ciri ini

menyebabkan beberapa sifat khas, meliputi warna yang unik, pembentukan

senyawa paramagnetik, aktivitas katalitik dan terutama memiliki kecenderungan

besar untuk untuk membentuk senyawa kompleks (Hermawati, dkk., 2016: 95).

Unsur-unsur senyawa kompleks umumnya mempunyai dua jenis valensi.

Valensi primer atau bilangan oksidasi dan valensi sekunder atau bilangan

koordinasi. Senyawa koordinasi dari tiap-tiap unsur cenderung untuk

menjenuhkan baik valensi primernya maupun valensi sekundernya. Valensi


13

sekunder umumnya diarahkan pada kedudukan tertentu di dalam ruang. Sifat-sifat

senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teori medan

kristal dan teori orbital molekul (Sembiring, 2017: 5).

Aplikasi senyawa kompleks logam transisi dari karbazone yang memiliki

gugus azo dan hidrazo sangat menarik untuk dipelajari terkait sifat kimianya yang

dapat gunakan sebagai katalis atau zat perantara pada berbagai keperluan.

Pemanfaatannya dalam bidang pertanian, kimia farmasi dan kimia industri. Ada

dua hal yang dapat mempengaruhi reaktifitas senyawa kompleks sebagai katalis.

Pengaruh sifat-sifat logam pusat dan ligan senyawa kompleks serta yang kedua

pengaruh sifat-sifat ion penetral senyawa kompleks (Sembiring, 2017: 9).


BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini telah dilaksanakan pada Senin, 29 Mei 2023 pukul

07.00-09.40 WITA di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, pipet

tetes, sikat tabung dan rak tabung.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam asetat

(CH3COOH), asam klorida (HCl), besi (III) klorida (FeCl 3), etanol (C2H5OH),

indikator methyl orange (MO) (C14H14N3NaO3S), kalium ferisianida (K3Fe(CN)6),

karbon tetraklorida (CCl4), kalium tiosianat (KCNS), kloroform (CHCl3), dan

natrium klorida (NaCl) dan perak nitrat (AgNO3).

C. Prosedur Kerja
1. Pengendapan Garam Nitrat

Menyiapkan 3 buah tabung reaksi. Kemudian mengisi masing-masing

tabung dengan larutan perak nitrat (AgNO3) sebanyak 1 mL. Setelah itu, mengisi

tabung 1 dengan larutan NaCl sebanyak 5 tetes. Tabung 2 dengan larutan karbon

tetraklorida (CCl4) sebanyak 5 tetes. Tabung 3 dengan larutan kloroform (CHCl 3)

sebanyak 5 tetes. Kemudian Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

2. Reaksi dengan Indikator Methyl Orange

Menyiapkan 3 buah tabung reaksi. Kemudian mengisi tabung 1 dengan

larutan asam klorida (HCl), tabung 2 dengan larutan asam asetat (CH 3COOH)

14
15

sebanyak dan tabung 3 diisi dengan larutan alkohol (C 2H5OH) masing-masing

sebanyak 1 mL. Kemudian menambahkan indikator methyl orange dalam setiap

tabung sebanyak 5 tetes. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.

3. Pengendapan Garam Hidroksida

Menyiapkan 2 buah tabung reaksi. Kemudian mengisi tabung reaksi 1

dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) dan tabung reaksi 2 dengan larutan

kalium ferisianida (K3Fe(CN)6), masing-masing sebanyak 5 tetes. Kemudian

menambahkan masing-masing tabung dengan larutan kalium tiosianat (KCNS)

sebanyak 3 tetes. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

a. Pengendapan Garam Nitrat


Tabel 4.1 Hasil Pengendapan Garam Nitrat
Larutan AgNO3 Keterangan Gambar

Terbentuk endapan
NaCl Ikatan ionik
putih

Terbentuk 2 fasa dan


CCl4 tidak terdapat Ikatan kovalen
perubahan warna

Tidak terdapat
CHCl3 Ikatan kovalen
perubahan

b. Reaksi dengan Indokator Methyl Orange (MO)


Tabel 4.2 Hasil Reaksi dengan Methyl orange (MO)
Larutan Methyl orange (MO) Keterangan Gambar

HCl Merah muda Asam kuat

CH3COOH Merah muda Asam lemah

16
17

C2H5OH Kuning Basa

c. Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida


Tabel 4.3 Hasil Reaksi dengan Senyawa Kompleks
Larutan KCNS Keterangan Gambar

Terbentuk senyawa
FeCl3 Merah darah
kompleks

Tidak terjadi perubahan Tidak terbentuk


K3Fe(CN)6
warna senyawa kompleks

2. Reaksi

a. Pembentukan Garam Nitrat

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(aq)

CCl4(aq) + AgNO3(aq) → Tidak bereaksi (2 fasa)

CHCl3 + 3AgNO3 → Tidak terdapat perubahan

b. Reaksi Pengendapan Garam Hidroksida

FeCl3 + 3KCNS → Fe(CNS)3 + 3KCl

K3Fe(CN)6 + KCNS → Tidak Bereaksi

B. Pembahasan
Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau

pengalihan elektron diantara atom. Proses ini membawa pada dua konsep ideal

mengenai model ikatan kimia. Elektron yang digunakan bersama diantara atom,

ikatan diantara keduanya disebut ikatan kovalen. Elektron yang berpindah dari

satu atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Kebanyakan

ikatan nyata tidak ada yang benar-benar ionik atau sepenuhnya kovalen. Molekul
18

nyata menunjukkan adanya suatu kontinum dari ikatan ionik murni sampai ikatan

kovalen murni (Oxtoby, dkk., 2001: 55).

Pada percobaan ini dilakukan pengendapan garam nitrat dengan

menggunakan larutan natrium klorida (NaCl), karbon tetraklorida (CCl4), larutan

kloroform (CHCl3) kemudian ditambahkan masing-masig larutan perak nitrat

(AgNO3) sebagai pereaksi kemudian didapatkan hasil pada larutan natrium klorida

(NaCl), yang ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO 3) terbentuknya endapan

yang menandakan bahwa terjadinya ikatan ionik pada kedua larutan tersebut.

Kemudian hasil pada larutan karbon tetraklorida (CCl4) dan larutan kloroform

(CHCl3) yang ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO3) mengalami ikatan

kovalen nonpolar pada klorida tetraklorida (CCl4) karena terbentuk dua fasa,

sedangkan larutan kloroform (CHCl3) terbentuk ikatan kovalen polar karena

campuranya larut sempurna. Hal ini sesuai dengan teori Feladita, (2018: 212)

yang mengatakan bahwa prinsip dari metode Mohr yaitu AgNO 3 akan bereaksi

dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih atau keruh.

Sedangkan CCl4 dan CHCl3 tidak terjadi reaksi. NaCl termasuk ikatan ion,

sedangkan CCl4 dan CHCl3 termasuk ikatan kovalen.

Reaksi dengan indikator methyl orange digunakan 3 jenis larutan yaitu

larutan asam klorida (HCl), asam asetat (CH 3COOH) dan larutan alkohol

(C2H5OH) yang ditambahkan indikator methyl orange pada masing-masing

larutan tersebut. Hasil yang didapatkan pada larutan HCl yang ditambahkan

dengan indikator methyl orange berwarna merah muda yang menandakan bahwa

larutan tersebut bersifat asam kuat. Kemudian pada larutan asam asetat

(CH3COOH) yang ditambahkan dengan indikator methyl orange berwarna merah

muda yang menandakan bahwa larutan tersebut merupakan asam lemah. Larutan
19

alkohol (C2H5OH) yang ditambahkan indikator methyl orange menghasilkan

warna kuning yang menandakan bahwa larutan bersifat basa.

Hal ini sesuai dengan teori Darsono, (dkk., 2017: 89), bahwa methyl

orange digunakan sebagai indikator pada titrasi basa lemah dengan asam kuat,

yang mana trayek pH methyl orange berada di antara pH 3,1 (berwarna merah)

sampai dengan pH 4,4 (berwarna orange-kuning). Hal ini membuktikan HCl

bersifat asam kuat, CH3COOH bersifat asam lemah dan C2H5OH bersifat basa.

Pengendapan garam hidroksida larutan besi (III) klorida (FeCl 3) dan

larutan kalium ferisianida (K3Fe(CN)6) yang masing-masing ditambahkan larutan

kalium tiosianat (KCNS). Dari percobaan tersebut didapatkan hasil pada larutan

besi (III) klorida (FeCl3) yang ditambahkan larutan kalium tiosianat (KCNS)

menghasilkan warna merah darah yang menandakan bahwa terbentuk senyawa

kompleks feri tiosianat (Fe(CNS)3) karena FeCl3 senyawa non kompleks

sedangkan KCNS senyawa kompleks. Kemudian pada larutan kalium ferisianida

(K3Fe(CN)6) yang ditambahkan larutan kalium tiosianat (KCNS) tidak terjadi

perubahan yang menandakan bahwa keduanya senyawa kompleks sehingga tidak

terjadi reaksi.

Hal ini dengan teori Hermawati, dkk., (2016: 94), bahwa senyawa

kompleks terbentuk antara suatu kation atau logam dengan beberapa molekul

netral atau ion donor elektron. Kation atau logam tersebut berfungsi sebagai ion

pusat sedangkan molekul netral atau ion donor elektron berfungsi sebagai gugus

pengeliling sering disebut ligan. Fe3+ sebagai atom pusat sedangkan CNS- sebagai

ligan sehingga apabila keduanya senyawa kompleks dicampurkan tidak terjadi

reaksi karena senyawa tersebut sama-sama sudah jenuh.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu pada percobaan pengendapan garam

nitrat dengan larutan natrium klorida (NaCl) termasuk ikatan ionik karena

terbentuk endapan putih dan klorida tetraklotida (CCl 4) termasuk ikatan kovalen

non polar karena terbentuk dua fasa, sedangkan larutan kloroform (CHCl 3)

terbentuk ikatan kovalen polar karena campuranya larut sempurna. Percobaan

reaksi dengan methyl orange (MO) dengan larutan asam klorida (HCl) bereaksi

menghasilkan merah muda yang berarti asam kuat, dan asam asetat (CH3COOH)

bereaksi menghasilkan merah muda yang berarti asam lemah, sedangkan alkohol

(C2H5OH) bereaksi menghasilkan warna kuning yang berarti basa. Percobaan

pengendapan garam hidroksida dengan larutan besi (III) klorida (FeCl 3) termasuk

senyawa kompleks karena terdapat perubahan warna merah bata. Larutan kalium

ferisianida (K3Fe(CN)6) tidak terbentuk senyawa kompleks karena tidak terdapat

perubahan warna.

B. Saran
Saran pada percobaan selanjutnya yaitu digunakan metanol (CH3OH)

dalam pengendapan garam nitrat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.
Amran, A. “Pengaruh Garam-Garam Nitrat Terhadap Konsentrasi Miselisasi
Kritis (CMC, Critical Micellization Concentration) Saponin." Sainstek 11,
no. 1 (2008): h. 69-73.
Campbell, N. A., Jane A. R., dan Lawrence G. M. Biologi: Edisi Kelima Jilid 1.
Terjemah: Rahayu L., dkk. Jakarta: Erlangga, 2002.
Chang, R. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2005.
Darsono, N., Agustina, T. E., Aristian, N. E., dan Pratama, Y. “Pengaruh Jumlah
Triton X-100, Suhu dan Waktu Tahan Kalsinasi terhadap Sintesis Powder
Zirkonia dan Aplikasinya dalam Mendegradasi Methyl orange. Jurnal
Teknik Kimia, 23, no. 2 (2017): h. 87-94.
Feladita, N., Annisa P., dan Ninuk T. M. “Penetapan Kadar NaCl Pada
Pembuatan Telur Asin Rebus dan Telur Asin Oven dengan Variasi Waktu
Penyimpanan Secara Argentometri”. Analis Farmasi 3 no. 3 (2018): h.
209-214.
Hasan, M., Zarlaida F., dan Ratu F. I. R. Buku Ajar Ikatan Kimia. Banda Aceh:
Syah Kuala University Press, 2017.
Hermawati, E. S., Suhartan, dan Taslimah. “Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Zn (II)-8-Hidroksikuinolin.” Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi 19, no. 3 (2016): h. 94-98.
Husna, I., Umar, A. A., dan Ramli, M. A. “Aplikasi Sintesis TiO 2 Nanopartikel
dalam Degradasi Fotokatalitik Metil Jingga.” Sainstek: Jurnal Sains dan
Teknologi, 10, no. 1 (2019): h. 5-9.
Mahi, D. H. A. “Karakterisasi dan Adsorpsi Zat Warna Methyl Orange
Menggunakan Zeolit Alam dengan Variasi Konsentrasi HCl”. Skripsi.
Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2021.
Meiza, A. “Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Ikatan Kimia Siswa
Kelas Xb SMANegeri 1 Siantan Kabupaten Mempawah.” Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
2016.
Oxtoby, G., Nachtrieb, dan Suminar. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Roswiem, A. P. Buku Saku Produk Halal Makanan dan Minuman. Jakarta:
Republika, 2015.
Rusianti‚ S.‚ Abdul H. F., dan Mulawi. “Analisis Kesesuaian Konsep Ikatan
Kimia Pada Buku Kimia Kelas X SMA/MA Terhadap Silabus Kurikulum
2013 Dan Penyusunan Makro Wacana”. Ilmiah Kanderang Tingang 10 no.
2 (2019): h. 184-200.
Safitri, A. F., Hayuni R. W., dan Dedek S. “Identifikasi Pemahaman Konsep
Ikatan Kimia.” J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia) 3, no. 1 (2018): h. 41-
50.
Sembiring, Z. “Sintesis dan Karakterisasi Struktur Senyawa Kompleks Cu (II) dan
Mn (II) dengan Basa Schiff Turunan Aldehida sebagai Indikator.” Thesis.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung,
2017.
Sumardjo, D. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2006.
Vela‚ M. L., Riky S., Metha N. K., Tiyas A., Anggita A. R., Anisa N. I., Annisa
D. S., Kustomo, dan Novtavia S. P. “Chemical Bonds: An Integration with
Islamic Brotherhood Values”. Studi Islam 16 no. 2 (2021): h. 121-133.
Widiastuti‚ Ni Luh Gede Karang. “Pendidikan Sains Terintegrasi Keterkaitan
Konsep Ikatan Kimia dengan Berbagai Bidang Ilmu”. Kajian Pendidikan
Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra 22 no. 2 (2019): h. 1-16.
Yasthophi‚ A., dan Pangoloan S. R. “Miskonsepsi Mahasiswa Mengenai Ikatan
Ion dalam Senyawa NaCl”. Konfigurasi 1 no. 2 (2017): h. 195-202.
Yunus, M. “Hubungan Antara Unsur Hara Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan
Fitoplankton Di Perairan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.” Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, 2022.
LAMPIRAN I

ANALISIS DATA

1. Pembentukan Garam Nitrat


a. Perak Nitrat (AgNO3)

Diketahui : V = 100 mL

[AgNO3] = 0,1 M

Mr AgNO3 =169.87 gr/mol

Ditanyakan : W AgNO3 =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 169,87 gr/mol

W = 1,69 gr

b. Natrium Klorida (NaCl)

Diketahui : V = 100 mL

[NaCl] = 0,1 M

Mr NaCl = 58,44 gr/mol

Ditanyakan : M1 NaCl =…..?

Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
2,16 g/mL×10×0,9
M1 =
58,5 g/mol
M1 = 0,332 mol/mL

M1.V1 = M2.V2

0,332 mol/mL × V1 =0,1 mol × 100 mL

10 mol/mL
V1 =
0,332 mol /mL
= 30,093 mL

c. Tetraklorida (CCl4)

Diketahui : V = 100 mL

[CCl4] = 0,1 M

Mr CCl4 =153,82 gr/mol

Ditanyakan : W CCl4 =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 153,82 gr/mol

W = 1,538 gr

2. Reaksi dengan Indikator Methyl Orange

a. Asam Klorida (HCl)

Diketahui : V2 = 100 mL

M2 [HCl] = 0,1 M

Mr HCl = 36,5 gr/mol

Ditanyakan : M1 HCl=…..?

V1 HCl=…..?

Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
1,18 g/mL×10×37
M1 =
36,5 g/mol
M1 = 11,961 mol/mL

M1.V1 = M2.V2

11,961 mol/mL × V1 =0,1 mol × 100 mL

10 mol/mL
V1 =
11,916 mol /mL
= 0,839 mL
b. Asam Asetat (CH3COOH)

Diketahui : V2 = 100 mL

M2 [CH3COOH] = 0,1 M

Mr CH3COOH= 60,052 gr/mol

Ditanyakan : M1 CH3COOH =…..?

V1 CH3COOH =…..?

Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
1,05 g/mL×10×9
M1 =
60,052 g/mol
M1 = 1,573 mol/mL

M1.V1 = M2.V2

1,573 mol/mL × V1 =0,1 mol × 100 mL

10 mol/mL
V1 =
1,573 mol /mL
= 6,357 mL

c. Etanol (C2H5OH)

Diketahui : V2 = 100 mL

M2 [C2H5OH)] = 0,1 M

Mr C2H5OH = 46 gr/mol

Ditanyakan : M1 C2H5OH =…..?

V1 C2H5OH =…..?

Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
0,8 g/mL×10×9 0
M1 =
60,052 g/mol
M1 = 15,652 mol/mL

M1.V1 = M2.V2

15,652 mol/mL × V1 =0,1 mol × 100 mL

10 mol/mL
V1 =
15,652 mol /mL
= 0,638 mL

d. Methyl Orange (C14H14N3NaO3S)

Diketahui : V = 100 mL

[C14H14N3NaO3S] = 0,1 M

Mr C14H14N3NaO3S =327,33 gr/mol

Ditanyakan : W C14H14N3NaO3S =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 327,33 gr/mol

W = 3,273 gr

3. Pembentukan Garam Hidroksida


a. Kalium Ferisianida (K3Fe(CN)6)

Diketahui : V = 100 mL

[K3Fe(CN)6] = 0,1 M

BM K3Fe(CN)6 =324,24 gr/mol

Ditanyakan : W K3Fe(CN)6 =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 324,24 gr/mol

W = 3,624 gr

b. Besi (III) Klorida (FeCl3)


Diketahui : V = 100 mL

[FeCl3] = 0,1 M

BM FeCl3 =162,2 gr/mol

Ditanyakan : W FeCl3 =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 162,2 gr/mol

W = 1,622 gr

c. Kalium Tiosianat (KCNS)

Diketahui : V = 100 mL

[KCNS] = 0,1 M

BM KCNS =97,181 gr/mol

Ditanyakan : W KCNS =…..?

Penyelesaian :

W =V × M × Mr

W =0,1 L × 0,1 M × 97,181 gr/mol

W = 0,971 gr
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA

1. Pengendapan Garam Nitrat

AgNO3

- Disiapkan 3 buah tabung reaksi.

- Diisi masing-masing perak nitrat (AgNO3) sebanyak 5 tetes.

- Ditambahkan dengan natrium klorida (NaCl) pada tabung 1.

- Ditambahkan dengan karbon tetraklorida (CCl4) pada tabung 2.

- Ditambahkan dengan kloroform (CHCl3) pada tabung 3.

- Masing-masing larutan ditetes sebanyak 5 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil

2. Reaksi dengan indikator metil orange (MO)

Metil Orange (MO)

- Disiapkan 3 buah tabung reaksi.

- Di isi asam klorida (HCl) pada tabung 1.

- Di isi asam asetat (CH3COOH) pada tabung 2.

- Di isi etanol (C2H5OH) pada tabung 3.

- Masing-masing larutan ditetes sebanyak 10 tetes.

- Ditetesi indikator metil orange (MO) pada masing-masing tabung

sebanyak 2 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.

Hasil
3. Pengendapan Garam Hidroksida

KCNS

- Disiapkan 2 buah tabung reaksi.

- Diisi besi (III) klorida (FeCl3) pada tabung 1 sebanyak 5 tetes.

- Diisi kalium ferisianida (K3Fe(CN)6) pada tabung 2 sebanyak 5

tetes.

- Masing-masing tabung ditambahkan KCNS sebanyak 3 tetes.

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

-
Hasil
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PERCOBAAN

1. Pengendapan Garam Nitrat

Disi Ke Sete
apkan 3 buah tabung mudian lah itu, tabung 1 diisi
reaksi. masing-masing tabung 1 dengan larutan NaCl
diisi dengan larutan sebanyak 5 tetes.
perak nitrat (AgNO3)
sebanyak 1 mL

Diam
Tabu Tabu
ati dan dicatat
ng 2 diisi dengan larutan ng 3 diisi dengan larutan
perubahan yang terjadi.
karbon tetra klorida kloroform (CHCl3)
(CCl4) sebanyak 5 tetes. sebanyak 5 tetes.

2. Reaksi dengan Indikator Metil Orange (MO)

Di Kem Tabu
siapkan 3 buah tabung udian tabung 1 diisi ng 2 diisi dengan
reaksi. dengan larutan asam larutan asam asetat
klorida (HCl) sebanyak (CH3COOH) sebanyak
1 mL. 1 mL.
Tab Kem Dia
ung 3 diisi dengan udian ditambahkan mati dan diacatat
larutan alkohol indikator metil orange perubahan yang terjadi.
(C2H5OH) sebanyak pada masing-masing
1 mL. tabung sebanyak 5 tetes.

3. Pengendapan Garam Hidroksida

Disia Kemu Tab


pkan 2 buah tabung dian tabung 1 diisi ung 2 diisi dengan
reaksi. dengan larutan besi (III) larutan kalium
klorida (FeCl3). ferisianida
(K3Fe(CN)6).

Ke Dia
mudian mati dan dicatat
masing-masing tabung perubahan yang terjadi.
ditambahkan larutan
kalium tiosianat (KCNS).
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai