PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikatan kimia menjelaskan tentang bagaimana atom-atom membentuk
ikatan, baik dengan atom yang sama maupun dengan atom yang berbeda. Ikatan
kimia terjadi karena sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih
stabil karena memiliki tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-
biasanya dikelompokkan menjadi empat sub tema antara lain ikatan ionik, ikatan
kovalen, ikatan logam dan gaya antar molekul (Safitri, dkk., 2018: 41-42).
Ikatan ionik termasuk ikatan yang terjadi karena gaya elektrostatik yaitu
gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena
terbentuk karena unsur non logam menerima elektron. Ikatan ion ini disebabkan
karena terjadinya proses serah terima elektron. Gaya tarik menarik ini disebut juga
dengan gaya elektrostatik. Senyawa ionik dalam suhu kamar terdapat dalam
bentuk kristal disebut dengan kristal ion. Kristal ion terdiri dari ion positif dan ion
negatif, dengan struktur yang teratur dan dapat ditentukan oleh muatan dan jari-
jari ion pembentuknya. Ikatan ion dapat terjadi karena perpindahan elektron dari
kation ke anion. Ikatan ion terjadi pada atom logam dengan non logam
sementara ikatan kovalen terjadi antar atom non logam (Yasthophi dan Ritonga,
2017: 197)
elektron valensi oleh dua atom, contohnya pada atom hidrogen (H) yang memiliki
satu elektron valensi, jika dua atom H saling mendekati maka orbital-orbital 1s
1
2
kedua tumpeng tindih karena kedua atom saling berbagi elektron. Setiap atom H
sekarang memiliki dua elektron yang terikat dengannya, yang mana jumlah
tersebut akan membuat kulit valensinya terisi penuh. Dua atom atau lebih yang
terikat menjadi satu oleh ikatan kovalen akan menghasilkan satu molekul. Ikatan
yang digunakan bersama (Campbell, dkk., 2002: 31). Hal ini sesuai dengan Q.S
pasangan-pasangan semuanya,” yakni, semua jenis makhluk. “baik dari apa yang
yang sangat sulit untuk bisa dihitung. “Dan dari diri mereka,” Dia
tubuh, perangai, dan sifat-sifat lahiriyah dan batiniyah mereka, “maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui,” dari berbagai mahkluk yang telah diciptakan dan alpa
dari pengetahuan kita, dan juga yang belum diciptakan. Maka Maha suci Allah
dari sekutu, tandingan, penolong, pendukung atau istri, anak atau yang sama
kalimat “apa yang tidak mereka ketahui” memiliki cakupan yang sangat luas,
yang mana pada ayat ini merujuk ke benda-benda selain dari manusia, binatang,
3
yang tidak mereka ketahui. Manusia diciptakan untuk saling melengkapi satu
sama lain. Seperti ketika seseorang mempunyai kekurangan makan dia akan
itu, ikatan ionik juga sama saling menglengkapi untuk mencapai kestabilan seperti
konsepnya sedekah.
ionik dan ikatan kovalen yang bertujuan untuk mengetahui pembentukan ikatan
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara mengetahui
C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada percobaan ini adalah untuk mengetahui
A. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah proses terbentuknya senyawa kimia yang disebabkan
oleh bergabungannya dua atau lebih atom. Kekuatan daya tarik-menarik ini
menentukan sifat-sifat kimia dari suatu zat. Ikatan kimia suatu ikatan yang terjadi
karena adanya gaya tarik menarik antara partikel-partikel yang berikatan. Adanya
ikatan tersebut maka baik sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa. Sifat-sifat
Menurut Widiastuti, (2019: 3-4), ikatan kimia dapat dibagi menjadi dua
kategori besar yaitu ikatan antar atom dan ikatan antar molekul yaitu sebagai
berikut:
Ikatan antar atom terdiri dari ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.
a. Ikatan ion terbentuk akibat gaya tarik menarik antara ion positif (kation)
b. Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian bersama pasangan
elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari
unsur-unsur non logam yang sejenis seperti gas hidrogen (H2), gas nitrogen
(N2), oksigen (O2), klorida (Cl2), fluorida (F2), bromida (Br2), iodida (I2) dan
tidak sejenis seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2) dan lain-lain.
Ikatan antar molekul terdiri dari ikatan hidrogen dan ikatan van der walls.
a. Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain
4
5
yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang paling kuat dibandingkan
dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih lebih lemah
dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion. Ikatan hidrogen ini
terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki
b. Ikatan gaya Van Der Walls dalam ilmu kimia menunjukan semua jenis gaya
tarik menarik antar molekul. Merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari
polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan
antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai diantara semua zat kimia
terutama gas. Molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika
salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Keadaan dipol ini, molekul
dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi
dipol.
pengalihan elektron diantara atom. Proses ini membawa pada dua konsep ideal
mengenai model ikatan kimia. Elektron yang digunakan bersama diantara atom,
ikatan diantara keduanya disebut ikatan kovalen. Elektron yang berpindah dari
satu atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Kebanyakan
ikatan nyata tidak ada yang benar-benar ionik atau sepenuhnya kovalen. Molekul
nyata menunjukkan adanya suatu kontinum dari ikatan ionik murni sampai ikatan
B. Ikatan Ionik
Ikatan ionik adalah ikatan yang terbentuk akibat dua atom atau lebih yang
memiliki elektron valensi yang berbeda sehingga salah satu atom yang lebih
elektronegatif akan membuat satu elektron dari pasangannya. Hal ini terjadi pada
Natrium (11Na) apabila bertemu dengan klorin (17Cl), atom Na memiliki 11 eletron
6
dengan elektron valensi tunggalnya terletak pada kulit elektron ketiga. Atom Cl
memiliki 17 elektron dengan 7 elektron pada kulit valensinya. Kedua atom ini
dan kedua atom ini pada akhirnya akan memiliki kulit valensi yang terisi penuh.
Na tidak lagi memiliki elektron pada kulit ketiga, kulit kedua sekarang menjadi
Senyawa ionik biasanya terbentuk di antara atom-atom unsur logam dengan unsur
elektron dan membentuk ion negatif. Contoh dari ikatan ion yaitu magnesium
oksida (MgO), kalsium flourida (CaF2), natrium klorida (NaCl), litium oksida
suhu kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion.
Kristal ion terdiri dari ion positif dan ion negatif dengan susunan yan teratur dan
ditentukan oleh muatan serta jari-jari ion pembentuknya. Sifat yang lain yaitu
mempunyai susunan kristal yang mirip seperti natrium flourida (NaF) dengan
magnesium oksida (MgO), kalsium klorida (CaCl 2) dan kalium sulfida (K2S) serta
natrium klorida (NaCl) dan kalium nitrat (KNO3) (Hasan, dkk., 2017: 69).
C. Ikatan Kovalen
Senyawa kovalen (covalent compound) adalah senyawa yang hanya
bersama sering dinyatakan dengan satu garis. Ikatan kovalen dalam molekul
hidrogen dapat ditulis sebagai H-H. Ikatan kovalen pada setiap elektron dalam
7
pasangan elektron ikatan yang digunakan bersama ditarik oleh inti dari kedua
atom yang berikatan. Gaya tarikan elektron ke inti inilah yang mengikat kedua
atom hidrogen dalam molekul gas hidrogen (H2) dan yang berperan dalam
pembentukan ikatan kovalen dalam molekul yang lainnya (Chang, 2005: 265).
banyak hanya melibatkan elektron valensi, contohnya seperti molekul fluorin (F2).
Konfigurasi elektron flourin adalah 1s2 2s2 2p5. Elektron pada orbital 1s tidak
terlibat dalam pembentukan ikatan karena tingkat energinya rendah dan lebih
banyak berada di dekat inti. dapat dilihat bahwa dari ketujuh elektron valensi yang
dimiliki F (elektron pada orbital 2s dan 2p), hanya satu elektron yang tidak
antara lain ikatan kovalen nonpolar, ikatan kovalen nonpolar dan ikatan kovalen
Ikatan ini terjadi karena persekutuan elektron yang dibentuk oleh atom-
atom yang memiliki elektronegativitas sama atau hampir sama sehingga kedua
atom menerapkan tarikan-tarikan yang sama atau hampir sama terhadap elektron
ikatan. Perbedaan elektronegativitas tiap atom adalah nol atau sangat kecil, ikatan
masing-masing atom ditarik lebih kuat oleh salah satu atom yang berikatan. Ikatan
8
dengan distribusi elektron yang tidak merata ini dimiliki oleh suatu senyawa
(tanpa sisipan kovalen) merupakan ikatan kovalen khusus. Ikatan ini, elektron
yang dimiliki bersama berasal dari satu atom saja, jadi bukan berasal dari dua
elektron oleh dua atom yang berikatan, contohnya pada pembentukan ikatan
ditunjukkan dengan garis tunggal (-) yang artinya ada 1 pasangan elekron ikatan.
pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan, dengan kata lain terdapat 2
pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Terdapat 3 pasang elektron yang
stabil).
D. Garam Nitrat
Garam nitrat merupakan salah satu senyawa nitrogen yang penting dalam
industri kimia. Garam nitrat banyak dimanfaatkan untuk pupuk tanaman karena
sifatnya yang mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Garam nitrat
yang banyak diproduksi untuk pupuk adalah garam nitrat dari ammonium nitrat
(NH4NO3), natrium nitrat (NaNO3), kalium nitrat (KNO3) dan kalsium nitrat
(Ca(NO3)2). Manfaat yan lain, untuk oksidator dan bahan peledak. Natrium nitrat
digunakan untuk glasir pada industri keramik dan sebagian kecil digunakan untuk
tanaman, oksidator, bahan peledak, glasir dan pengawet daging (Roswiem, 2015:
30).
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang stabil dan unsur
penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat
pada konsentrasi yang tinggi dapat 6 mengakumulasi pertumbuhan ganggang
yang tidak terbatas, sehingga air kekurangan oksigen terlarut dan menyebabkan
kematian ikan. Kadar nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar
nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi
tersebut menjadi nitrogen organik, sehingga distribusi nitrat di laut terbuka lampir
NaNO3, KNO3, Mg(NO3)2 dan Sr(NO3)2 terlihat bahwa pada konsentrasi garam
0,00 M sampai dengan 0,40 M, penurunan cmc garam logam Na, K, Mg, dan Sr
cukup signifikan, yang mana semakin elekroposif ion logam garam nitrat,
semakin rendah penurunan cmc. Hal ini dapat dijelaskan bahwa rangkaian
tetrahedral terstruktur lebih tinggi dari molekul air dalam keadaan cair akan
menjadi lebih kacau dengan penambahan suatu zat terlarut, apabila ke dalam air
ditambahkan kation dan atau anion, beberapa ikatan hidrogen akan terputus.
Adanya ion nitrat yang memiliki tiga atom oksigen akan membentuk
ikatan hidrogen baru dengan molekul air. Tetapi dengan adanya kation (ion Na +,
K+, Mg2+ dan Sr2+), maka pembentukan ikatan hidrogen antara ion nitrat dan
molekul air kelihatannya tidak begitu nyata. Penurunan cmc dari saponin dengan
penambahan kation (ion Na+, K+, Mg2+ dan Sr2+) disebabkan adanya aksi langsung
kation pada struktur air yang selanjutnya menimbulkan efek sekunder seperti
pewarnaan kain. Gugus azo yang dimilikinya merupakan zat warna sintetis dan
paling reaktif dalam proses pencelupan bahan tekstil. MO sebagai molekul zat
327,33 g/mol dan panjang gelombang maksimum larutan methyl orange adalah
sekitar 465 nm. Methyl orange sebagai zat warna anionik yang berbentuk serbuk
jingga tua yang memiliki ukuran molekul 1,58×0,65×0,26 nm. MO merupakan zat
warna dispersi yang memiliki kelarutan rendah dalam air dan dapat dihilangkan
11
seperti partikel koloid. Zat warna azo mempunyai sistem kromofor dari gugus azo
Methyl orange biasa dipilih sebagai zat warna azo yang mudah ditemui di
labaratorium. Zat warna ini digunakan sebagai cuplikan zat warna tekstil. Methyl
orange yang bersifat toksik serta murah dan mudah didapat sebagai zat warna
yang akan diuji aktivitas fotodegradasinya. Methyl orange dalam dunia industri
orange digunakan sebagai indikator pada titrasi basa lemah dengan asam kuat,
yang mana trayek pH metil oranye berada di antara pH 3,1 (berwarna merah)
bahwa penambahan titanium oksida (TiO2) pada larutan metil jingga yang
dilakukan selama 180 menit terjadi penurunan absorbs. Degradasi metil jingga
karena semakin lama penyinaran maka sinar foton yang meradiasi TiO 2 semakin
banyak reaksi:
sehingga hole yang bereaksi dengan H2O untuk membentuk ·OH juga semakin
h+ + H2O → H+ + ·OH…………..……………………..(2.2)
12
F. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk antara suatu kation
atau logam dengan beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation atau
logam tersebut berfungsi sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion
donor elektron berfungsi sebagai gugus pengeliling sering disebut ligan. Ikatan
kovalen koordinasi dalam senyawa kompleks ini terjadi karena donasi pasangan
elektron dari ligan ke dalam orbital kosong ion pusat. Ion pusat memiliki orbital-
orbital d yang masih belum terisi penuh elektron sehingga dapat berfungsi sebagai
kompleks dengan ligan baik anion maupun molekul netral yang dapat bertindak
sebagai donor elektron bebas. Faktor yang mempengaruhi stabilitas ion kompleks
adalah pengaruh ion pusat berupa besar dan muatan dari ion, faktor CFSE, faktor
distribusi muatan dan pengaruh ligan berupa besar dan muatan dari ion, sifat basa,
faktor pembentukkan khelat, faktor besarnya lingkaran dan faktor ruang. Ciri ini
besar untuk untuk membentuk senyawa kompleks (Hermawati, dkk., 2016: 95).
Valensi primer atau bilangan oksidasi dan valensi sekunder atau bilangan
senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teori medan
gugus azo dan hidrazo sangat menarik untuk dipelajari terkait sifat kimianya yang
dapat gunakan sebagai katalis atau zat perantara pada berbagai keperluan.
Pemanfaatannya dalam bidang pertanian, kimia farmasi dan kimia industri. Ada
dua hal yang dapat mempengaruhi reaktifitas senyawa kompleks sebagai katalis.
Pengaruh sifat-sifat logam pusat dan ligan senyawa kompleks serta yang kedua
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, pipet
2. Bahan
(CH3COOH), asam klorida (HCl), besi (III) klorida (FeCl 3), etanol (C2H5OH),
C. Prosedur Kerja
1. Pengendapan Garam Nitrat
tabung dengan larutan perak nitrat (AgNO3) sebanyak 1 mL. Setelah itu, mengisi
tabung 1 dengan larutan NaCl sebanyak 5 tetes. Tabung 2 dengan larutan karbon
larutan asam klorida (HCl), tabung 2 dengan larutan asam asetat (CH 3COOH)
14
15
dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) dan tabung reaksi 2 dengan larutan
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Terbentuk endapan
NaCl Ikatan ionik
putih
Tidak terdapat
CHCl3 Ikatan kovalen
perubahan
16
17
Terbentuk senyawa
FeCl3 Merah darah
kompleks
2. Reaksi
B. Pembahasan
Ikatan kimia terbentuk melalui penggunaan elektron bersama atau
pengalihan elektron diantara atom. Proses ini membawa pada dua konsep ideal
mengenai model ikatan kimia. Elektron yang digunakan bersama diantara atom,
ikatan diantara keduanya disebut ikatan kovalen. Elektron yang berpindah dari
satu atom ke atom lain, ikatan yang dihasilkan disebut ikatan ionik. Kebanyakan
ikatan nyata tidak ada yang benar-benar ionik atau sepenuhnya kovalen. Molekul
18
nyata menunjukkan adanya suatu kontinum dari ikatan ionik murni sampai ikatan
(AgNO3) sebagai pereaksi kemudian didapatkan hasil pada larutan natrium klorida
yang menandakan bahwa terjadinya ikatan ionik pada kedua larutan tersebut.
Kemudian hasil pada larutan karbon tetraklorida (CCl4) dan larutan kloroform
kovalen nonpolar pada klorida tetraklorida (CCl4) karena terbentuk dua fasa,
campuranya larut sempurna. Hal ini sesuai dengan teori Feladita, (2018: 212)
yang mengatakan bahwa prinsip dari metode Mohr yaitu AgNO 3 akan bereaksi
dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih atau keruh.
Sedangkan CCl4 dan CHCl3 tidak terjadi reaksi. NaCl termasuk ikatan ion,
larutan asam klorida (HCl), asam asetat (CH 3COOH) dan larutan alkohol
larutan tersebut. Hasil yang didapatkan pada larutan HCl yang ditambahkan
dengan indikator methyl orange berwarna merah muda yang menandakan bahwa
larutan tersebut bersifat asam kuat. Kemudian pada larutan asam asetat
muda yang menandakan bahwa larutan tersebut merupakan asam lemah. Larutan
19
Hal ini sesuai dengan teori Darsono, (dkk., 2017: 89), bahwa methyl
orange digunakan sebagai indikator pada titrasi basa lemah dengan asam kuat,
yang mana trayek pH methyl orange berada di antara pH 3,1 (berwarna merah)
bersifat asam kuat, CH3COOH bersifat asam lemah dan C2H5OH bersifat basa.
kalium tiosianat (KCNS). Dari percobaan tersebut didapatkan hasil pada larutan
besi (III) klorida (FeCl3) yang ditambahkan larutan kalium tiosianat (KCNS)
terjadi reaksi.
Hal ini dengan teori Hermawati, dkk., (2016: 94), bahwa senyawa
kompleks terbentuk antara suatu kation atau logam dengan beberapa molekul
netral atau ion donor elektron. Kation atau logam tersebut berfungsi sebagai ion
pusat sedangkan molekul netral atau ion donor elektron berfungsi sebagai gugus
pengeliling sering disebut ligan. Fe3+ sebagai atom pusat sedangkan CNS- sebagai
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu pada percobaan pengendapan garam
nitrat dengan larutan natrium klorida (NaCl) termasuk ikatan ionik karena
terbentuk endapan putih dan klorida tetraklotida (CCl 4) termasuk ikatan kovalen
non polar karena terbentuk dua fasa, sedangkan larutan kloroform (CHCl 3)
reaksi dengan methyl orange (MO) dengan larutan asam klorida (HCl) bereaksi
menghasilkan merah muda yang berarti asam kuat, dan asam asetat (CH3COOH)
bereaksi menghasilkan merah muda yang berarti asam lemah, sedangkan alkohol
pengendapan garam hidroksida dengan larutan besi (III) klorida (FeCl 3) termasuk
senyawa kompleks karena terdapat perubahan warna merah bata. Larutan kalium
perubahan warna.
B. Saran
Saran pada percobaan selanjutnya yaitu digunakan metanol (CH3OH)
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim.
Amran, A. “Pengaruh Garam-Garam Nitrat Terhadap Konsentrasi Miselisasi
Kritis (CMC, Critical Micellization Concentration) Saponin." Sainstek 11,
no. 1 (2008): h. 69-73.
Campbell, N. A., Jane A. R., dan Lawrence G. M. Biologi: Edisi Kelima Jilid 1.
Terjemah: Rahayu L., dkk. Jakarta: Erlangga, 2002.
Chang, R. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga, 2005.
Darsono, N., Agustina, T. E., Aristian, N. E., dan Pratama, Y. “Pengaruh Jumlah
Triton X-100, Suhu dan Waktu Tahan Kalsinasi terhadap Sintesis Powder
Zirkonia dan Aplikasinya dalam Mendegradasi Methyl orange. Jurnal
Teknik Kimia, 23, no. 2 (2017): h. 87-94.
Feladita, N., Annisa P., dan Ninuk T. M. “Penetapan Kadar NaCl Pada
Pembuatan Telur Asin Rebus dan Telur Asin Oven dengan Variasi Waktu
Penyimpanan Secara Argentometri”. Analis Farmasi 3 no. 3 (2018): h.
209-214.
Hasan, M., Zarlaida F., dan Ratu F. I. R. Buku Ajar Ikatan Kimia. Banda Aceh:
Syah Kuala University Press, 2017.
Hermawati, E. S., Suhartan, dan Taslimah. “Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Zn (II)-8-Hidroksikuinolin.” Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi 19, no. 3 (2016): h. 94-98.
Husna, I., Umar, A. A., dan Ramli, M. A. “Aplikasi Sintesis TiO 2 Nanopartikel
dalam Degradasi Fotokatalitik Metil Jingga.” Sainstek: Jurnal Sains dan
Teknologi, 10, no. 1 (2019): h. 5-9.
Mahi, D. H. A. “Karakterisasi dan Adsorpsi Zat Warna Methyl Orange
Menggunakan Zeolit Alam dengan Variasi Konsentrasi HCl”. Skripsi.
Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim, 2021.
Meiza, A. “Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Ikatan Kimia Siswa
Kelas Xb SMANegeri 1 Siantan Kabupaten Mempawah.” Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak,
2016.
Oxtoby, G., Nachtrieb, dan Suminar. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi
Keempat Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Roswiem, A. P. Buku Saku Produk Halal Makanan dan Minuman. Jakarta:
Republika, 2015.
Rusianti‚ S.‚ Abdul H. F., dan Mulawi. “Analisis Kesesuaian Konsep Ikatan
Kimia Pada Buku Kimia Kelas X SMA/MA Terhadap Silabus Kurikulum
2013 Dan Penyusunan Makro Wacana”. Ilmiah Kanderang Tingang 10 no.
2 (2019): h. 184-200.
Safitri, A. F., Hayuni R. W., dan Dedek S. “Identifikasi Pemahaman Konsep
Ikatan Kimia.” J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia) 3, no. 1 (2018): h. 41-
50.
Sembiring, Z. “Sintesis dan Karakterisasi Struktur Senyawa Kompleks Cu (II) dan
Mn (II) dengan Basa Schiff Turunan Aldehida sebagai Indikator.” Thesis.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung,
2017.
Sumardjo, D. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2006.
Vela‚ M. L., Riky S., Metha N. K., Tiyas A., Anggita A. R., Anisa N. I., Annisa
D. S., Kustomo, dan Novtavia S. P. “Chemical Bonds: An Integration with
Islamic Brotherhood Values”. Studi Islam 16 no. 2 (2021): h. 121-133.
Widiastuti‚ Ni Luh Gede Karang. “Pendidikan Sains Terintegrasi Keterkaitan
Konsep Ikatan Kimia dengan Berbagai Bidang Ilmu”. Kajian Pendidikan
Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra 22 no. 2 (2019): h. 1-16.
Yasthophi‚ A., dan Pangoloan S. R. “Miskonsepsi Mahasiswa Mengenai Ikatan
Ion dalam Senyawa NaCl”. Konfigurasi 1 no. 2 (2017): h. 195-202.
Yunus, M. “Hubungan Antara Unsur Hara Nitrat dan Fosfat dengan Kelimpahan
Fitoplankton Di Perairan Arungkeke Kabupaten Jeneponto.” Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, 2022.
LAMPIRAN I
ANALISIS DATA
Diketahui : V = 100 mL
[AgNO3] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 1,69 gr
Diketahui : V = 100 mL
[NaCl] = 0,1 M
Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
2,16 g/mL×10×0,9
M1 =
58,5 g/mol
M1 = 0,332 mol/mL
M1.V1 = M2.V2
10 mol/mL
V1 =
0,332 mol /mL
= 30,093 mL
c. Tetraklorida (CCl4)
Diketahui : V = 100 mL
[CCl4] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 1,538 gr
Diketahui : V2 = 100 mL
M2 [HCl] = 0,1 M
Ditanyakan : M1 HCl=…..?
V1 HCl=…..?
Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
1,18 g/mL×10×37
M1 =
36,5 g/mol
M1 = 11,961 mol/mL
M1.V1 = M2.V2
10 mol/mL
V1 =
11,916 mol /mL
= 0,839 mL
b. Asam Asetat (CH3COOH)
Diketahui : V2 = 100 mL
M2 [CH3COOH] = 0,1 M
V1 CH3COOH =…..?
Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
1,05 g/mL×10×9
M1 =
60,052 g/mol
M1 = 1,573 mol/mL
M1.V1 = M2.V2
10 mol/mL
V1 =
1,573 mol /mL
= 6,357 mL
c. Etanol (C2H5OH)
Diketahui : V2 = 100 mL
M2 [C2H5OH)] = 0,1 M
Mr C2H5OH = 46 gr/mol
V1 C2H5OH =…..?
Penyelesaian :
ρ×10×%
M1 =
Mr
0,8 g/mL×10×9 0
M1 =
60,052 g/mol
M1 = 15,652 mol/mL
M1.V1 = M2.V2
10 mol/mL
V1 =
15,652 mol /mL
= 0,638 mL
Diketahui : V = 100 mL
[C14H14N3NaO3S] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 3,273 gr
Diketahui : V = 100 mL
[K3Fe(CN)6] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 3,624 gr
[FeCl3] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 1,622 gr
Diketahui : V = 100 mL
[KCNS] = 0,1 M
Penyelesaian :
W =V × M × Mr
W = 0,971 gr
LAMPIRAN II
SKEMA KERJA
AgNO3
Hasil
sebanyak 2 tetes.
Hasil
3. Pengendapan Garam Hidroksida
KCNS
tetes.
-
Hasil
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PERCOBAAN
Disi Ke Sete
apkan 3 buah tabung mudian lah itu, tabung 1 diisi
reaksi. masing-masing tabung 1 dengan larutan NaCl
diisi dengan larutan sebanyak 5 tetes.
perak nitrat (AgNO3)
sebanyak 1 mL
Diam
Tabu Tabu
ati dan dicatat
ng 2 diisi dengan larutan ng 3 diisi dengan larutan
perubahan yang terjadi.
karbon tetra klorida kloroform (CHCl3)
(CCl4) sebanyak 5 tetes. sebanyak 5 tetes.
Di Kem Tabu
siapkan 3 buah tabung udian tabung 1 diisi ng 2 diisi dengan
reaksi. dengan larutan asam larutan asam asetat
klorida (HCl) sebanyak (CH3COOH) sebanyak
1 mL. 1 mL.
Tab Kem Dia
ung 3 diisi dengan udian ditambahkan mati dan diacatat
larutan alkohol indikator metil orange perubahan yang terjadi.
(C2H5OH) sebanyak pada masing-masing
1 mL. tabung sebanyak 5 tetes.
Ke Dia
mudian mati dan dicatat
masing-masing tabung perubahan yang terjadi.
ditambahkan larutan
kalium tiosianat (KCNS).
REFERENSI