Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Kimia Dasar

IKATAN KIMIA

YURNI MILHAM

H031201024

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
Laporan praktikum Kimia Dasar

IKATAN KIMIA

Disusun dan Diajukan Oleh :

YURNI MILHAM

H031201024

Makassar, November 2020

Asisten Praktikan

LULU SRI RAHAYU YURNI MILHAM


NIM: H031171001 NIM: H031201024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia memiliki banyak bidang kajian yang mempelajari tentang fakta,

konsep, hukum, serta teori yang banyak berhubungan dengan kehidupan sehari-

hari. Ikatan kimia menjelaskan tentang bagaimana atom-atom membentuk ikatan,

baik dengan atom yang sama maupun dengan atom yang berbeda. Ikatan kimia

terjadi karena sekelompok atom menunjukkan satu kesatuan yang lebih stabil

karena memiliki tingkat energi lebih rendah daripada tingkat energi atom-atom

penyusunnya dalam keadaan terpisah (Safitri dkk, 2018).

Bila dua atom atau lebih saling berdekatan, elektron-elektronnya

berinteraksi dan membentuk susunan elektron baru di seputar inti yang memiliki

energi potensial total yang lebih rendah daripada atom terisolasi. Pengurangan

energi ini menstabilkan susunan itu relatig terhadap atom terisolasi tersebut

melaui pembentukan kimia. Ikatan kimia terbentuk melalui proses penggunaan

bersama atau pengalihan elektron di antara atom. Bila elektron digunakan bersama

di antara atom, ikatan tersebut disebut ikatan kovalen. Bila elektrn berpindah dari

satu atom ke atom yang lain maka ikatan tersebut dinamakan ikatan ionik (Oxtoby

dkk, 2001).

Berdasarkan uraian di atas maka percobaan ikatan kimia perlu dilakukan

untuk mengetahui perbedaan antara senyawa yang memiliki ikatan elektrokovalen

dan ikatan kovalen serta mengetahui reaksi pembentukan kompleks dan bukan

kompleks dari suatu larutan atau zat tertentu.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mempelajari senyawa yang

mempunyai ikatan elektrokovalen dan ikatan kovalen serta mengetahui reaksi

pembentukan senyawa kompleks dan bukan senyawa kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. Membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrokovalen dan

ikatankovalen.

2. Membedakan reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan senyawa

kompleks.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa ion dan kovalen

dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 setiap sampel dan kemudian

dibuktikan dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan reaksi senyawa

kompleks dan bukan kompleks dengam cara ditetesi larutan KCNS pada setiap

sampel, serta mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat keasaman

dengan cara ditetesi indikator metil orange.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Ikatan

Bila dua atom atau lebih saling berdekatan, elektron-elektronnya

berinteraksi dan membentuk susunan elektron baru di seputar inti yang memiliki

energi potensial total yang lebih rendah daripada atom terisolasi. Pengurangan

energi ini menstabilkan susunan itu relatif terhadap atom terisolasi tersebut melaui

pembentukan kimia. Ikatan kimia terbentuk melalui proses penggunaan bersama

atau pengalihan elektron di antara atom. Bila elektron digunakan bersama di

antara atom, ikatan tersebut disebut ikatan kovalen. Bila elektron berpindah dari

satu atom ke atom yang lain maka ikatan tersebut dinamakan ikatan ionik (Oxtoby

dkk, 2001). Ikatan kimia memiliki kekuatan yang menarik sesama atom serta

mempengaruhi karakterisitik dari senyawa yang terbentuk, seperti titik didih, titik

leleh, dan kelarutan dalam air (Prodjosantoso dkk, 2019).

Unsur-unsur di alam cenderung ingin mencapai kestabilan. Kestabilan

diperoleh dengan cara bergabung dengan unsur lain, lalu membentuk suatu

molekul atau senyawa yang stabil. Kemampuan bergabung tersebut terjadi karena

gaya tarik-menarik antar unsur. Ikatan kimia berkaitan dengan konsep-konsep

seperti pengisian elektron pada kuliat-kulit atom, penentuan elektron valensi,

konfigurasi elektron, kestabilan elektron, maupun penggambaran struktur Lewis

(Shelawaty dkk, 2016). Kulit valensi adalah kulit terluar yang ditempati elektron
dalam suatu atom yang biasanya terlibat dalam ikatan. Dalam ikatan kovalen,

sepasang elektron yang sering disebut pasangan elektron (Chang, 2007).

2.2 Ikatan Kimia

Jenis ikatan yang terbentuk di antara sepasang atom dientukan oleh

kemampuan setiap atom untuk menarik elektron dari atom lainnya. Untuk atom

terisolasi yang bebas, kemmapuan untuk melepas elektron diukur dari energi

ionisasinya, sedangkan kemampuan untuk menambah elektron diukur dari afinitas

elektronnya (Oxtoby dkk, 2001).

Sebuah ikatan kimia dapat didefinisikan sebagai gaya tarik yang mengikat

atom-atom penyusun dalam sebuah molekul. Molekul itu sendiri dapat

didefinisikan sebagai gugus kecil yang netral ataupun kumpulan atom yang saing

terikat (Sharma, 2007). Pada proses pembentukan ikatan, yang terlibat adalah

elektron valensi. Ada dua golongan utama ikatan kimia, yaitu golongan ikatan

ionik dan ikatan kovalen (Hasan dkk, 2017)

2.3 Ikatan Ionik (Elektrovalen)

Ikatan ionik merupakan aktivitas transfer elektron dari atom satu ke atom

lainnya tanpa adanya penggunaan bersama. Jika dua atom dari unsur yang berbeda

terlibat dalam ikatan dua elektron, pasti ada pembagian elektron yang tidak sama.

Pembagian yang tidak sama itu disebabkan oleh perbedaan energi ionisasi dan

afinitas elektron dari kedua atom (Gray, 1994). Ikatan ion terjadi ketika unsur

atom dengan energi ionisasi rendah melepaskan elektron valensinya (membentuk

kation) dan atom unsur lainnya yang memiliki afinitas elektron lebih besar
(tinggi) menerima elektron tersebut. Contohnya seperti ikatan antar atom Na dan

Cl yang menghasilkan NaCl (Christyowidiasmoro and Sumpeno, 2014).

Kimiawan Jerman Albrecht Kossel (1853-1927) menganggap kestabilan gas

mulia disebabkan konfigurasi elektronnya yang penuh (yakni, konfigurasi

elektron di kulit terluarnya, kulit valensi, terisi penuh). Ia berusaha memperluas

interpretasinya ke atom lain. Atom selain gas mulia cenderung mendapatkan

muatan listrik (elektron) dari luar atau memberikan muatan listrik ke luar,

bergantung apakah jumlah elektron di kulit terluarnya lebih sedikit atau

lebihbanyak dari atom gas mulia yang terdekat dengannya. Bila suatu atom

kehilangan elektron, atom tersebut akan menjadi kation yang memiliki jumlah

elektron yang sama dengan gas mulia terdekat, sementara bila atom mendapatkan

elektron, atom tersebut akan menjadi anion yang memiliki jumlah elektron yang

sama dengan atom gas mulia terdekatnya. Ia menyimpulkan bahwa gaya dorong

pembentukan ikatan kimia adalah gaya elektrostatik antara kation dan anion.

Ikatan kimia yang dibentuk disebut dengan ikatan ionik (Takeuchi, 2006).

2.4 Ikatan Kovalen

Sekitar tahun 1916, dua kimiawan Amerika, Gilbert Newton dan irving

Langmuir memperluas teori molekul non polar. Titik krusial teori mereka adalah

pengunaan bersama elektron oleh dua atom sebagai cara untuk mendapatkan kulit

terluar yang diisi penuh elektron. Pengunaan bersama dua pasang elektron oleh

dua atom atau ikatan kovalen adalah konsep baru pada waktu itu. (Takeuchi,

2006).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: NaCl, AgNO 3, CHCl3 ,

KCNS, CH3COOH, CCl4, C2H5OH, K3 Fe(CN)6, HCl, M.O, BaCl2, K4 Fe(CN)6,

CuSO4, NH4OH, dan FeCl3.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: tabung reaksi, rak

tabung,dan pipet tetes.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Klorida

Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi dengan 1 mL

AgNO3. Tabung reaksi (1) ditetesi dengan NaCl, tabung reaksi (2) diisi dengan

CHCl3, masing-masing 2-3 tetes. Di homogenkan lalu perhatikan dan dicatat

perubahan yang terjadi.

3.3.2Reaksi dengan Indikator Metil Orange

Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan HCl,

tabung reaksi (2) diisi dengan CH3COOH, dan tabung reaksi (3) diisi dengan

C2H5OH, masing-masing sebanyak 2 mL. Selanjutnya, setiap tabung reaksi


diteteskan dengan indikator metil orange (M.O) sebanyak 3 tetes. Di homogenkan

lalu perhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida

3.3.3.1 Dengan Sedikit NH4OH

Disiapkan 2tabung reaksi,setiap tabungdiisi dengan 1 mL CuSO4, masing-

masing tabung ditetesi dengan larutan amonium hidroksida beberapa tetes, lalu

ditambahkan berlebih sampai tidak terjadi endapan, tabung reaksi (1) ditambah

dengan larutan BaCl2 sebanyak 3 tetes, tabung reaksi (2) ditambah dengan

K4Fe(CN)6sebanyak 3 tetes. Di homogenkan lalu perhatikan dan dicatat

perubahan yang terjadi.

3.3.3.2 DenganNH4OH Berlebih

Disiapkan 2buah tabung reaksi,setiap tabungdiisi dengan 1 mL CuSO4,

tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2 sebanyak 3 tetes, tabung reaksi

(2) ditambah dengan K4 Fe(CN)6sebanyak 3 tetes. Di homogenkan lalu perhatikan

dan dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.3.3 Tanpa NH4OH

Disiapkan dua tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan

CuSO4sebanyak 1mL, lalu diisi BaCl2 sebanyak 3 tetesdan tabung reaksi ke (2)

diisi dengan CuSO4 sebanyak 1mL, lalu diisi K4Fe(CN)6sebanyak 3 tetes. Di

homogenkan lalu perhatikan dan dicatat perubahan warna yang terjadi.

3.3.4 Reaksi Dengan KCNS


Disiapkan 2 tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan FeCl3 Sebanyak

1Ml, dan tabung reaksi (2) diisi dengan K3Fe(CN)6.Ditambahkan KCNS 2-3 tetes

di setiap tabung. Di homogenkan lalu perhatikan dan dicatat perubahan warna

yang terjadi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Tabel Pengamatan

Tabel 1. Pengendapan Garam Klorida


Larutan + AgNO3 Keterangan

NaCl Mengendap Senyawa ion

CHCl3 Tidak mengendap Senyawa Kovalen

Tabel 2. Reaksi Dengan Indikator Metil Orange


Larutan + MO Keterangan

HCl Berubah warna menjadi merah Bersifat Asam Kuat

CH3COOH Berubah warna menjadi jingga Bersifat Asam Lemah

Berubah warna menjadi


C2H5OH Bersifat Asam Lemah
kuning

Tabel 3. Pengendapan Garam Hidroksida


Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
Endapan cokelat
Endapan biru dan Senyawa
CuSO4 + NH4OH (sedikit) dan larutan
larutan keruh kompleks
keruh

Endapan biru tua Endapan cokelat


Senyawa
CuSO4 + NH4OH (banyak) dan larutan biru tua dan larutan
Kompleks
keruh cokelat

Tidak ada

Endapan biru tua endapan dan


Senyawa
CuSO4(tanpa NH4OH) dan larutan biru larutan
nonkompleks
muda. berwarna

cokelat.

Tabel 4.Reaksi Dengan KCNS


Larutan + KCNS Keterangan

Terjadi perubahan warna


FeCl3 dari warna kuning menjadi Senyawa kompleks
merah darah

Tidak mengalami perubahan Senyawa bukan


K4Fe(CN)6
warna
kompleks

4.2 Reaksi

A. Pengendapan Garam Nitrat


NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl

CCl4 + AgNO3 tidak bereaksi

CHCl3 + AgNO3 tidak bereaksi

B. Pengendapan Garam Hidroksida

CuSO4 + 2 NH4OH (sedikit) Cu(OH)2 + (NH4)2SO4

CuSO4 + 4 NH4OH (berlebih) (a) Cu(NH3)4SO4 + 4 H2O


(a) Cu(NH3)4SO4 + BaCl2 Cu(NH3)4Cl2 + BaSO4
(a) Cu(NH3)4SO4 + K4Fe(CN)6 [Cu(NH3)4]2[Fe(CN)6 ] + 2 K2SO4

C. Pengendapan KCNS

FeCl3 + 3KCNS Fe(CNS)3 + 3KCl

K4Fe(CN)6 + KCNS tidak bereaksi

4.3 Pembahasan

Percobaan pertama, yakni pengendapan garam nitrat yang bertujuan untuk

menentukan ikatan ion atau ikatan kovalen. Ikatan ion dalam suatu pelarut akan

terurai menjadi ion sedangkan ikatan kovalen tidak demikian. Pada percobaan ini

ditambahkan AgNO3 yang berfungsi sebagai pengendap senyawa yang akan

membentuk garam nitrat. Saat ditambahkan AgNO3, NaCl membentuk endapan

berwarna putih. Tetapi, CHCl3 tidak terjadi reaksi apapun. Dari hasil pengamatan

tersebut, NaCl merupakan senyawa yang berikatan ion sedangkan CHCl3

merupakan senyawa yang berikatan kovalen.


Percobaankedua yakni percobaan reaksi dengan indikator Metil Orange

(M.O) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman suatu senyawa. Hasil

percobaan menunjukkan bahwa HCl merupakan asam kuat karena saat

ditambahkan indikator M.O, HCl berubah warna menjadi warna merah.

Sedangkan CH3COOH merupakan asam lemah karena saat ditambahkan indikator

M.O, warnanya berubah menjadi warna jingga. Kemudian untuk C2H5OH

merupakan asam lemah karena saat diteteskan indikator, warnanya berubah

menjadi warna kuning. Semakin kuat tinggi keasaman suatu larutan maka

ikatannya juga semakin kuat.

Percobaan ketiga yakni pengendapan garam hidroksida yang bertujuan

untuk membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks. Saat CuSO 4

ditambahkan NH4OH baik itu sedikit ataupun berlebih, kemudian BaCl2, terjadi

pengendapan dan termasuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat

dibuktikan dengan adanya endapan atau perubahan warna. Untuk melihat adanya

endapan dapat ditambahkan dengan BaCl2 sedangkan untuk melihat adanya

perubahan warna ditambahkan dengan K4Fe(CN)6

Percobaan keempat yakni pengendapan KCNS yang tujuannya untuk

membedakan senyawa kompleks dan bukan kompleks dari segi perubahan warna.

Saat FeCl3 ditambahkan KCNS terjadi perubahan warna menjadi warna merah

kecoklatan dan termasuk senyawa kompleks. Sedangkan saat K3 Fe(CN)6

ditambahkan KCNS tidak terjadi perubahan warna dan merupakan senyawa bukan

kompleks.
Semua percobaan yang dilakukan baik percobaan untuk membedakan

ikatan elektrovalen dengan ikatan kovalen maupun percobaan untuk membedakan

reaksi pembentukan senyawa kompleks dan bukan kompleks, diperoleh hasil yang

sesuai dengan teori ikatan kimia.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil percobaan ini yaitu ikatan ion dan ikatan kovalen

dapat dibedakan berdasarkan terjadinya endapan. Apabila dalam suatu senyawa

terdapat endapan maka senyawa tersebut merupakan ikatan ion dan apabila dalam

suatu senyawa tidak terbentuk endapan maka senyawa tersebut merupakan ikatan

kovalen.

Senyawa kompleks dan senyawa tidak kompleks dapat dibedakan dengan

dua cara yaitu terjadinya endapan dan perubahan warna. Senyawa kompleks akan

menghasilkan endapan atau warnanya berubah, sedangkan senyawa bukan

kompleks tidak akan menghasilkan endapan atau warnanya tidak berubah

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Praktikum

Sebaiknya pada saat praktikum ruangan yang digunakan oleh asisten bisa

lebih tenang agar praktikan juga dapat mendengar dengan jelas suara dari asisten.

5.2.2 Saran Untuk Asisten

Sebaiknya pada saat praktikum asisten tidak melakukan hal lain selain fokus

untuk memberikan materi. Hal lain yang dimaksudkan dalam hal ini adalah

membiarkan pihak lain di luar praktikum ikut bersuara yang pada akhirnya

membuat asisten tidak fokus dalam memberikan materi.


DAFTAR PUSTAKA

Safitri, Adistya Febriana, Hayuni Retno Widarti, dan Dedek Sukarianingsih, 2018,
Identifikasi Pemahaman Konsep katan Kimia, Jurnal Pembelajaran Kimia,
1(3) : 14-50.
Prodjosantoso, Artanti Mulia, dan Irwanto, 2019, The Misconception Diagnosis
on Ionic and Covalent Bonds Concepts With Three Tier Diagnostic Test,
International Journal Of Instruction, 1(12):1477-1488.
Oxtoby, David W., H.P. Gillis, Norman H. Nachtieb, 2001, Prinsip-Prinsip Kimia
Modern Edisi Keempat Jilid 1, Erlangga : Jakarta.
Hasan, M., Zarlaida Fitri, dan Rtu Fazlia Inda Rahmayani, 2017, Ikatan Kimia,
Syiah Kuala University Press : Aceh.
Chang, R., 2007, Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1, Erlangga: Jakarta.
Sharma, R.K., 2007, Chemistry Of Chemical Bonding, Discovery Publishing
House : Delhi.
Gray, Harry B., 1994, Chemical Bonds An Introdution To Atomic And Molecular
Structure, University Science Books : California.
Takeuchi S., 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Publishin Company, Tokyo.
Shelawaty, Ananda Reski, Dini Hadiarti, dan Raudhatul Fadhilah, 2016,
Pengembangan Media Flash Materi katan imia Siswa kelas X SMA Negeri 1
Pontianak, Jurnal Ilmiah, 2(4) : 11-22.
Christyowidiasmoro dan Surya Sumpeno, 2014, Chemcal Bonds Visualization
Using Particle Effect And Augmented Reality, IPTEK, Journal Of
Proceeding Series, 1(1) : 264-268.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Pengendapan dengan AgNO3

NaCl

 Diteteskan ke dalam tabung reaksi yang telah ditetesi 1


mL

CuSO4 dan larutan amonia 2-3 tetes

 Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil

Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti NaCl dengan CHCl3 dengan

jumlah yang sama.

B. Reaksi dengan indikator Metil Jingga (MO)

HCl

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2,5 mL

 Ditetesi indikator metil jingga

 Diamati dan di catat perubahan yang terjadi

Hasil
Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti HCl dengan CH 3COOH

dengan jumlah yang sama.

C. Pengendapan Garam Hidroksida

BaCl2

 Diteteskan ke dalam tabung reaksi yang telah ditetesi 1


mL

CuSO4 dan larutan amonia 2-3 tetes

 Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil

Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti BaCl2 dengan K4 Fe(CN)6

dengan jumlah yang sama.

D. Reaksi dengan indikator Metil Jingga (MO)

BaCl2

 Diteteskan ke dalam tabung reaksi yang telah ditetesi 1


mL

CuSO4 dan larutan amonia 2-3 tetes

 Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti BaCl2 dengan K4 Fe(CN)6

dengan jumlah yang sama.

E. Reaksi dengan indikator Metil Jingga (MO)

FeCl2

 Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL

 Ditetesi 2-3 tetes KCNS

 Diamati dan di catat perubahan yang terjadi

Hasil

Dilakukan percobaan yang sama dengan mengganti FeCl2 dengan K4Fe(CN)6

dengan jumlah yang sama.


Lampiran 2. Foto Percobaan

Anda mungkin juga menyukai