Disusun oleh:
Nama : LISTIANA
NPM :E1C020035
Prodi :PETERNAKAN
Kelompok :
2.Drs.Syafnil,M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia Organik adalah ilmu kimia tentang atom karbon dan senyawanya. Pada
awalnya, pembahasan bahan kimia organik hanya terbatas pada senyawa-senyawa
kimia yang ditemukan dalam makhluk hidup. Hal ini disebabkan oleh adanya
pemikiran bahwa senyawa karbon hanya terdapat dalam makhluk hidup atau
materi yang pernah hidup. Pada kenyataannya, makhluk hidup bukanlah satu-
satunya sumber senyawa karbon.
Senyawa organik yang hanya terdiri dari atom Karbon dan Hidrogen
disebut dengan senyawa hidro karbon. Selain hidrokarbon, terdapat senyawa
organik bergugus fungsi. Gugus fungsi adalah gugus yang memberikan
karakteristik senyawa. Oleh karena itu. Perubahan kimia terjadi pada gugus
fungsi, selebihnya cenderung tetap seperti struktur aslinya. Senyawa dengan
gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama.
Secara umum senyawa bergugus fungsi dibagi ke dalam tiga kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari alkohol, fenol dan eter. Kelompok kedua
meliputi aldehid dan keton, sedang kelompok ketiga merupakan senyawa
asam karboksilat dan turunannya.
1.2 TUJUAN
1.Mengenalkan sifat-sifat yang dimiliki oleh senyawa-senyawa karbon
melalui uji reaksi kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari
benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia
organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena sistem
kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang
yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada
prinsip kimia organik (Farsen, 2017).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik adalah
suatu senyawa yang unsure-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-
atom hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen atau fosfor. Pada awalnya
karbon ini secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan system
kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organic yang tidak
mempunyai hubungan dengan system kehidupan. Hal ini terbukti pada abad ke-
19, senyawa organic dapat dibuat dari sumber-sumber yang tidak ada kaitannya
dengan system kehidupan. Sebagai contoh Fredric-Wohler pada tahun 1828 telah
berhasil membuat urea (urea adalah senyawa organic dari makhluk hidup yang
berasal dari urin) dengan jalan menguapkan garam ammonium sulfat yang
merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organic (Riswiyanto:2010)
Salah satu langkah untuk analisis kualitatif dari senyawa organik adalah
melalui identitas gugus fungsi. Dengan mengetahui gugus fungsi maka dapat
diketahui golongan dari senyawa organik tersebut karena setiap golongan senyawa
organik mempunyai sifat tertentu bergantung pada gugus fungsionil yang
dimilikinya. Secara umum senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi yang
sama akan mempunyai sifat yang sama ( Anton,2014).
Senyawa organik menunjukan sifat kimia dan fisika yang sangat berbeda
karena strukturnya berbeda. Beberapa diantaranya berwujud padat, sebagian
berwujud cair, dan ada pula gas. Ada yang rasanya manis dan ada pula yang asam.
Ada yang beracun, ada yang sangat penting untuk kehidupan. Untuk memahami
berbagai sifat molekul organik perlu diketahui strukturnya. Tiga prinsip sederhana
yang dapat memberikan pengertian dasar tentang struktur dan kimiawi molekul
organik adalah:
1. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan ikatan hidrogen
2. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengn atom karbon lain
untuk membangun rantai karbon,
3. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan unsur lain, terutam
oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen. (Antony C. Wilbraham & Michael S.
Matta,2010).
BAB III
METODOLOGI
c.Tes Fehling
HASIL PENGAMATAN
BAB V
PEMBAHASAN
Pada uji ketidakjenuhan pada reaksi brom dan oksidasi KMnO4 dengan
sempel heksana dan minyak goreng bertujuan untuk menunjukan adanya
ikatan rangkap pada tersebut.dan pada saat uji ketidakjenuhan pada reaksi
brom, KMnO4 dengan heksana diperoleh hasil yang menunjukan bahwa
reaksi tersebut tersebut memiliki ikatan rangkap, namun terjadi perbedaan
pada saat perubahan warna dimana pada raksi brom terjadi perubahan
warna dengan cepat namun pada saat oksidasi KMnO4 tidak terjadi
perubahan warna, sedangkan pada saat uji ketidakjenuhan pada miyak
goreng kedua reaksi tersebut menunjukan bawa minyak goreng memilki
ikaytan rangkap.
Pada tes asam kromat dengan sempel pada metano dan etanol bertujuan
untuk menunjukan ada tidaknya karateristik alkohol pada suatu sempel.
Tes asam kromat yang dilakukan pada metanol dan etanol kedua
menunjukan bahwa terjadi perubahan warna dan merupakan akohol
primer.
Pada tes FeCl3 dengan sempel etanol dan fenol bertujuan untuk
menunjukan ada tidaknya karateristik fenol pada suatu sempel. Dari uji
coba pada sempel etanol hasil menunjukan bahwa tidak terjadi peubahan
warna pada sempel sehingga sempel tersebut bukan merupakan senyawa
fenol sedangkan pada sempel fenol menunjukan terjadinya perubahan
warna sehingga sempel tersebut merupakan senyawa fenol.
Pada uji karateristik aldehid dan kenton yang meliputi tes 2,4-dinitrofenil
hidrazin. test pereaksi tollens, Tes Fehling bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya karakteristik tersebut pada sempel yang diman sempel yang
digunakan adalah etenal dan aseton. Dimana pada saat uji tes 2,4-
dinitrofenil hidrazin pada etenal menunjukan hasil positif begitu pula pada
tes pereaksi tollens yang menunjukan hasil poitif sedangkan pada tes
fehling etenal menujukan perubahan warna dari biru pekat menjadi biru
bening, sedangkan pada saat uji 2,4-dinitrofenil hidrazin dan test pereaksi
tollens pada aseton juga menujukan hasil positif namun berbeda pada
hasil tes fehlingnya dimana terjadi perubahan warna dari biru pekat
menjadi biru kehijauan yang diikuti dengan timbulnya endapan berwarna
putih
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
6.2 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN