Anda di halaman 1dari 19

Laporan Hasil Praktikum

HIDROKARBON

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

LABORATORIUM KIMIA DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

HIDROKARBON

Disusun dan diajukan oleh:

ANDI BESSE KHAERUNNISA


H031 17 1001

Diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 01 Maret 2018


ASISTEN

MUH. AFDHAL
H311 13 510
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada permulaan abad ke-19 ilmu kimia terbagi atas kimia anorganik dan kimia

organik. Pembagian tersebut didasarkan asalnya. Kimia organik hanya mempelajari

zat-zat yang berasal dari jasad-jasad hidup seperti tumbuhan dan binatang. Kimia

anorganik mempelajari zat-zat yang ada di alam sebagai benda mati, seperti

batu-batuan.

Pada tahun 1827 Friedrich Wohler berhasil membuat ureu (senyawa organik) dan

ammonium sianat (senyawa anorganik). Urea yang dihasilkan dari pemanasan

ammonium sianat sama dengan urea pada air kencing pada binatang. Sehingga

hilanglah perbedaan yang spesifik antara senyawa organik dan senyawa anorgnik.

Sekarang sudah banyak senyaa organik yang tidak berasal dari makhluk hidup,

seperti plastik, obat-obatan, serat sintetik dan lain-lain.

Dari beberapa analisis diketahui bahwa seluruh senyawa organik mengandung

unsur karbon (C), sehingga istilah kimia organik identik dengan kimia karbon.

Senyawa karbon umumnya tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.

Senyawa yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yaitu senyawa karbon yang

hanya tersusun dari hidrogen dan karbon (Sukarmin dan Sugiarto, 2004).

Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan

hidrokarbon jenuh, hidrokarbon tidak jenuh dan senyawa aromatik.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui kelarutan hidrokarbon dan reaksi

yang terjadi pada hidrokarbon.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah membedakan antara hidrokarbon jenuh, tidak

jenuh dan senyawa aromatik.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Kelarutan Hidrokarbon

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kepolaran suatu senyawa

berdasarkan kelarutannya pada air dan dietil eter.

1.3.2 Reaksi Hidrokarbon

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan reaksi yang terjadi berdasarkan

perubahan yang terjadi pada KMnO4 0,1 M dan Br2/CCl4 5%.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia organik berkembang seiring dengan perkembangan teori struktur molekul

(senyawa) organik. Teori struktur adalah penjelasan bagaimana unsur-unsur

penyusun senyawa organik bergabung melalui suatu ikatan. Rumus molekul sudah

dapat ditentukan jauh sebelum teori struktur molekul ditemukan oleh para ahli.

Untuk persenyawaan organik bila rumus molekulnya diketahui tidak serta merta

strukturnya diketahui atau tidak seperti persenyawaan anorganik yang mengenal

kaedah identitas yaitu satu rumus molekul untuk satu struktur karena adanya isomer

pada molekul organik. Pengetahuan tentang teori struktur akan dapat menjelaskan

berbagai fenomena isomeri tersebut (Sitorus, 2010).

Atom unsur penyusun senyawa organik yang paling dominan adalah karbon dan

hidrogen. Senyawa organik yang hanya terdiri dari dua unsur ini yang dikenal

sebagai homoatom disebut senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon dipandang

sebagai induk senyawa organik yang bila suatu atom hidrogennya diganti oleh suatu

atom atau kumpulan atom akan membentuk turunan (derivat) hidrokarbon dan gugus

ganti inilah yang dikenal sebagai gugus fungsional yang merupakan dasar

penggolongan (klasifikasi) senyawa organik. Gugus fungsional adalah yang

bertanggung jawab terhadap sifat fisika dan kimia suatu senyawa organik. Ciri gugus

fungsional adalah atom diluar C dan H seperti Oksigen, Nitrogen, Halogen, Fosfor,

Belerang dan beberapa logam yang akan membentuk senyawa organo logam

(organo metalik) yang dikenal sebagai heteroatom(Sitorus,2010).


Secara umum hidrokarbon dinotasikan sebagai R – H, maka derivatnya adalah

bila H diganti fungsional seperti R – OH untuk alkohol R – O – R untuk eter dan

seterusnya. Golongan senyawa amina dipandang sebagai turunan amoniak (NH3)

dengan pergantian 1 – 3 H dengan gugus samping R. pengertian (– R) secara umum

adalah suatu spesi senyawa organik yang kehilangan satu atom hidrogen, seperti

alkil, bezenil, benzil, vinil, alil dan lain-lain (Sitorus, 2010).

Berdasarkan jumlah atom penyusunnya yang tidak terlalu banyak, maka

senyawa organik dapat dikatakan adalah suatu molekul sederhana. Namun

kenyataanya mempelajari senyawa organik tidaklah sesederhana itu karena pada

senyawa organik ditemukan fenomena isomer yaitu berumus molekul sama tetapi

mempunyai struktur yang berbeda. Di samping itu isomer juga masih beragam yaitu

(Sitorus, 2010) :

 Isomer struktur

 Isomer fungsional

 Isomer geometri

 Isomer optik

Atom karbon mempunyai keistimewaan dapat membentuk persenyawaan yang

stabil yang begitu besar jumlahnya, sebab atom karbon mempunyai beberapa

kekhasan, yaitu(Sukarmin dan Sugiarto, 2004) :

1. Atom karbon dapat membentuk empat ikatan kovalen

Atom karbon mempunyai nomor atom 6. Di dalam sistem periodik atom karbon

terletak pada golongan IVA periode 2. Konfigurasi atom karbon adalah sebagai

berikut :

6C = 2,4 (2.1)
Berdasarkan konfigurasi tersebut, atom karbon mempunyai 4 elektron terluar

(elektron valensi). Agar susunan elektronnya stabil sesuai dengan kaidah oktet

(mempunyai 8 elektron terluar), atom karbon memerlukan 4 elektron. Sehingga atom

dapat membentuk empat buah ikatan kovalen.

2. Atom karbon dapat membentuk senyawa yang stabil

Dalam persenyawaannya, atom karbon membentuk empat pasang elektron ikatan

dengan atom-atom lain, sehingga lengkaplah pembentukan oktetnya tanpa adanya

pasangan elektron bebas. Akibatnya persenyawaan atom karbon sangat stabil.

3. Atom karbon dapat membentuk ikatan tunggal dan rangkap

Keempat elektron valensi yang dimiliki atom karbon dapat membentuk ikatan

tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga.

4. Atom karbon dapat membentuk rantai lurus dan bercabang

Kekhasan atom karbon yang tidak dimiliki atom lain adalah kemampuan

membentuk rantai yang sangat panjang antar sesama atom karbon. Rantai karbon

tersebut dapat lurus dan bercabang.

Dalam ikatan antar karbon, setiap atom karbon dapat mengikat 1,2,3 atau 4 atom

karbon yang lain. Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikat, posisi atom karbon

dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Sukarmin dan Sugiarto, 2004):

 Atom C primer : atom C yang berikatan dengan 1 atom C lainnya

 Atom C sekunder : atom C yang berikatan dengan 2 atom C lainnya

 Atom C tersier : atom C yang berikatan dengan 3 atom C lainnya

 Atom C kuarterner : atom C yang berikatan dengan 4 atom C lainnya


Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari

namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari

atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui

senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.

Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 2 juta senyawa hidrokarbon. Untuk

mempermudah mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu banyak, para ahli

menggolongkn hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam

molekulnya (Sukarmin dan Sugiarto, 2004).

Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi

dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik

(Sukarmin dan Sugiarto, 2004).

Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka

dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa

hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh, yaitu

(Sukarmin dan Sugiarto, 2004) :

 Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi

ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.

 Senyawa alifatik tidak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya

terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua

dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.

Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya

melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini

terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik, yaitu

(Sukarmin dan Sugiarto, 2004) :


 Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai

tertutup

 Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang

membentuk rantai benzene

Alkana dan sikloalkana, kedua golongan senyawa ini adalah golongan

senyawa hidrokarbon jenuh di mana semua ikatannya tunggal. Alkana disebut juga

senyawa alifatik atau alisiklik yang artinya adalah senyawa rantai terbuka. Istilah lain

untuk sikloalkan adalah paraffin yang artinya sukar beraksi. Golongan alkana adalah

salah satu komponen utama dalam minyak bumi (crude oil = petroleum), yang

melalui proses fraksinasi (penyulingan) akan menghasilkan premium dengan titik

didih antara 30-200ᵒC (Sitorus, 2010).

Alkana dikenal juga sebagai parafin artinya sukar bereaksi sedangkan fraksi

minyak tanah dikenal dengan nama kerosin. Dengan demikian reaksi terhadap alkane

dan juga sikloalkana tidak terlalu banyak dilakukan oleh para ahli. Beberapa jenis

reaksi yang dapat dilakukan terhadap alkane adalah sebagai berikut (Sitorus, 2010):

a. Reaksi pembakaran, alkana akan terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan

membentuk karbon dioksida dan air. Pada hakekatnya reaksi ini adalah reaksi

oksidasi dan akan melepaskan kalor yang sangat tinggi

b. Halogenasi alkana, reaksi ini adalah reaksi radikal bebas (reaksi rantai) atau

reaksi kompleks, sehingga untuk mendapatkan hasil tertentu harus dilakukan

perlakuan tertentu (tahap penghentian).

Alkena dan alkuna adalah golongan hidrokarbon tidak jenuh dengan alkena

mempunyai ikatan rangkap (C=C) dengan rumus umum C nH2n dan ikatan tripel

(C≡C) dengan rumus umum CnH2n-2. Golongan alkena dan alkuna dapat mempunyai

lebih dari satu ikatan rangkap dan tripel seperti diena, diuna, triena, triuna dan

seterusnya sebagai poliena dan poliuna yang posisinya dapat terkonjugasi,

terakumulasi dan terisolasi (Sitorus, 2010).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Perobaan

Alat yang digunakan pada percobaan hidrokarbon ini adalah tabung reaksi,

rak tabung, pipet tetes, gelas piala, kaki tiga, kasa dan spiritus.

3.2. Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah n-heksana, sikloheksana,

etil asetoasetat, KMnO4 0,1 M, dietil eter, parafin, toluen, benzena, Br 2/CCl4 5%,

tissue roll dan kertas label.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon

1. Siapkan 2 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

2. Tabung reaksi (1) diisi 0,5 mL air, dan tabung reaksi (2) diisi 0,5 mL dietil eter.

3. Pada tabung reaksi (1) dan (2), tambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana

(±10 tetes), kocok dan perhatikan kelarutannya (catat).

4. Ulangi langkah 1 sampai langkah 3 dengan menggunakan sikloheksana, benzena,

toluen dan parafin.

3.3.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon

1. Siapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

2. Masing-masing tabung reaksi diisi sebanyak 1,0 mL n-heksana, sikloheksana,

benzena, toluen, parafin dan etilasetoasetat.

3. Tambahkan 1 tetes larutan KMnO4 0,1 M, kocok dan bila perlu panaskan.

4. Amati dan catat perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelarutan Senyawa Hidrokarbon

Tabel 1 Hasil Pengamatan Kalarutan Senyawa Hidrokarbon

Hirokarbon Kelarutan dalam air Kelarutan dalam dietil eter

n-heksana 2 fasa 1 fasa


Sikloheksana 2 fasa 1 fasa
Benzena 2 fasa 1 fasa
Toluena 2 fasa 1 fasa
Parafin 2 fasa 1 fasa

4.2 Reaksi Senyawa Hidrokarbon

Tabel 2 Hasil Pengamatan Reaksi Senyawa Hidrokarbon

Perubahan yang terjadi


Hidrokarbon Keterangan
+ KMnO4 0,1 M +Br2/CCl4 5 %
Tidak terjadi Berubah warna Bereaksi dengan
n-heksana
perubahan warna (kuning  bening) Br2/CCl4
Tidak terjadi Berubah warna Bereaksi dengan
Sikloheksana
perubahan warna (kuning  bening) Br2/CCl4
Tidak terjadi Tidak terjadi
Benzena Tidak berekasi
perubahan warna perubahan warna
Tidak terjadi Berubah warna Bereaksi dengan
Toluena
perubahan warna (kuning  bening) Br2/CCl4
Tidak terjadi Berubah warna Bereaksi dengan
Parafin
perubahan warna (kuning  bening) Br2/CCl4
Terjadi
Bereaksi dengan
perubahan warna Berubah warna
Etilasetoasetat KMnO4 dan
dari ungu (kuning  bening)
Br2/CCl4
menjadi bening
4.3 Hasil dan Reaksi

H2 H2 H2 H2
H3 C C C C C CH3 + KMnO4

+ KMnO4

+ KMnO4

CH3

+ KMnO4

O O O O
H2 H2
H3C C C C OC2H5 + KMnO4 H 3C C C C OH + MnO2 + C2H5OH + K-

Gambar 1. Kelarutan Senyawa Hidrokarbon

H2 H2 H2 H2 H2 H2 H2 H2
H3C C C C C CH3 + Br2 H3C C C C C CH3 + HBr
Br
+ Br2

Br

O O O O
H2 H2
H3C C C C OC2H5 + Br2 H3C C C C OBr + C2H5Br

Gambar 2. Reaksi Senyawa Hidrokarbon dengan Br2/CCl4

4.3 Pembahasan

4.3.1 Kelarutan Hidrokarbon

Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan yang ditunjukkan

pada tabel 1, dapat diketahui bahwa n-heksana tidak dapat larut dalam air dan juga

dietil eter, sikloheksana tidak dapat larut dalam air dan dietil eter, benzena tidak

dapat larut dalam air dan dalam dietil eter, begitu pula dengan toluena dan parafin

yang tidak dapat larut dalam kedua pelarut itu. Senyawa hidrokarbon yang diujikan

bersifat non polar karena pada saat direaksikan dengan air yang bersifat polar,

terbentuk 2 fase. Sedangkan pada saat direaksikan dengan dietil eter yang bersifat

non polar, terbentuk 1 fase. Senyawa non polar akan membentuk 1 fase jika

direaksikan dengan senyawa non polar, dalam percobaan ini dietil eter dan

membentuk 2 fase jika direaksikan dengan senyawa polar, dalam percobaan ini air.

4.3.2 Reaksi Hidrokarbon

Berdasarkan data dan pengamatan yang telah dilakukan yang ditunjukkan

pada tabel 2, reaksi yang ditunjukkan diamati melalui perubahan warna larutan.

Senyawa hidrokarbon akan direaksikan dengan KMnO 4 dan Br2 5%. Fungsi KMnO4

adalah untuk mengetahui adanya reaksi oksidasi terjadi pada senyawa hidrokarbon

atau tidak . Hasil yang diperoleh saat n-heksana, sikloheksana, benzena, toluena dan

parafin dimana larutannya bening ditambahkan KMnO4 yang berwarna ungu adalah
tidak terjadi perubahan warna (endapan ungu). Hal ini menandakan tidak terjadi

reaksi antara senyawa hidrokarbon tersebut dengan pereaksi KMnO 4 karena

senyawa-senyawa tersebut tergolong ke dalam kelompok senyawa alkana dan

aromatik yang jika ditinjau dari ikatan antarelektronnya sangat sulit untuk diputus.

Namun berbeda dengan hasil yang diperoleh ketika larutan etil asetoasetat bening

ditambahkan ditambahkan KMnO4 yang berwarna ungu, terjadi perubahan warna

yaitu berubah warna menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi,

karena KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi etilasetoasetat

sehingga terjadi reaksi oksidasi. Fungsi Br2 5 % untuk mengetahui adanya reaksi

halogenasi yang terjadi pada senyawa hidrokarbon. Hasil yang diperoleh saat

n-heksana dan toluena dimana larutannya bening ditambahkan Br2 5 % yang

warnanya berubah dari jingga menjadi bening setelah dilakukan pemanasan. Fungsi

pemanasan untuk mempercepat reaksi dengan memutus ikatan dalam senyawanya.

Berdasarkan teori kedua hidrokarbon ini adalah hidrokarbon tidak jenuh akan sulit

untuk mengalami reaksi adisi karena senyawa hirokarbon tersebut tidak reaktif dan

tidak jenuh serta ikatan-ikatan yang berada pada senyawa hidrokarbon tersebut

sangat sulit terputus. Namun dalam praktikum ini, bisa saja terjadi hal yang tidak

sesuai dengan teori dikarenakan alat yang kurang bersih, pereaksi yang mungkin

sudah rusak, sampel yang telah terkontamidasi ataupun jumlah larutan yang

dimasukkan terlalu sedikit atau berlebih.

Hasil yang diperoleh ketika larutan etilasetoasetat bening ditambahkan

ditambahkan Br2 5 % yang berwarna jingga adalah terjadi perubahan warna yaitu

berubah warna menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi karena

etilasetoastetat dapat diadisi oleh Br2 5 %. Namun lain halnya dengan benzena yang

tidak mengalami perubahan warna dari jingga ke bening walaupun dilakukan proses
pemanasan. Hal ini disebabkan karena elektron pada cincin karbon benzena terus

mengalami delokasi elektron yang menyebabkan ikatan rangkapnya sehingga ikatan

rangkapnya berpindah-pindah, sehingga sulit diputuskan dan sulit diadisi.

Parafin ketika direaksikan dengan Br2, tidak terjadi reaksi. Hal ini

disebabkan karena parafin merupakan suatu senyawa yang afinitasnya kecil sehingga

sukar sekali bereaksi dan merupakan senyawa yang stabil. Sikloheksana sendiri

adalah hidrokarbon non reaktif, non-polar, hidrofobik sehingga sesuai dengan hasi

praktikum dimana sikloheksana tidak bereaksi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan percobaan hidrokarbon dapat disimpulkan bahwa:

1. Senyawa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti: dietil eter, sikloheksana,

benzena, toluen, parafin, dan etil asetoasetat tidak larut dalam pelarut polar seperti air

dan larut dalam pelarut non polar seperti n-heksana.

2. Hidrokarbon yang telah jenuh tidak dapat mengalami reaksi adisi tetapi dapat

mengalami reaksi subtitusi, seperti n-heksana dan etil asetoasetat. Sikloheksana,

benzena, dan parafin merupakan senyawa yang stabil sehingga sulit untuk bereaksi.
5.2 Saran

Saran saya untuk laboratorium agar alat dan praktikum dapat diperbarui sehingga

dapat menunjang jalannya praktikum.

Lampiran 1 Bagan Kerja


A. KelarutanHidrokarbon

Air Dietil Eter


 Disiapkan tabung reaksi

 Diisi dengan air dan dietil eter

 Dipipet masing-masing 0,5 mL.

 Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda.

 Ditambahkan 10 tetes n-heksana

 Dikocok, perhatikan kelarutannya

 Dicatat perubahan yang terjadi.

 Diulangi percobaan diatas dengan menggunakan

senyawa hidrokarbon lain (sikloheksana, benzena,

toluena, parafin).

HASIL
B. Reaksi Hidrokarbon

1,0 mL (n-heksana, benzena, toluen, parafin,


dan etilasetoasetat)
 Ditambahkan satu tetes larutan KMnO4 0,1 M

 Dikocok bila perlu dipanaskan lalu amati perubahan

yang terjadi

 Diulangi percobaan dengan mengganti KMnO4 0,1 M

dengan 1-2 tetes larutan Br2/CCl4.

 Dicatat hasil pengamatan.

HASIL

Lampiran 2 Gambar Percobaan


1.Reaksi kelarutan senyawa hidrokarbon

Gambar 2.1 Kelarutan parafin Gambar 2.3 Kelarutan toluena


dalam air dan dietil eter dalam air dan dietil eter
Gambar 2.3 Kelarutan sikloheksana Gambar 2.4 Kelarutan benzena
dalam air dan dietil eter dalam air dan dietil eter

Gambar 2.5 Kelarutan n-heksana


dalam air dan dietil eter

2. Reaksi oksidasi antara hidrokarbon dengan Br2/CCl4 5% dan KMnO4

Gambar 2.6 Pengoksidasian Gambar 2.7 Pengoksidasian


hidrokarbon + Br2/CCl4 5% Hidrokarbon + KMnO4
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Sukarmin, M.pd dan Drs. Bambang S, M.Pd , 2004 , Hidrokarbon dan Minyak

Bumi , Jakarta.

Marham S. , 2010 , Kimia Organik Umum , Graha Ilmu , Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai