HIDROKARBON
HIDROKARBON
MUH. AFDHAL
H311 13 510
BAB I
PENDAHULUAN
Pada permulaan abad ke-19 ilmu kimia terbagi atas kimia anorganik dan kimia
zat-zat yang berasal dari jasad-jasad hidup seperti tumbuhan dan binatang. Kimia
anorganik mempelajari zat-zat yang ada di alam sebagai benda mati, seperti
batu-batuan.
Pada tahun 1827 Friedrich Wohler berhasil membuat ureu (senyawa organik) dan
ammonium sianat sama dengan urea pada air kencing pada binatang. Sehingga
hilanglah perbedaan yang spesifik antara senyawa organik dan senyawa anorgnik.
Sekarang sudah banyak senyaa organik yang tidak berasal dari makhluk hidup,
unsur karbon (C), sehingga istilah kimia organik identik dengan kimia karbon.
Senyawa karbon umumnya tersusun dari karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.
Senyawa yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yaitu senyawa karbon yang
hanya tersusun dari hidrogen dan karbon (Sukarmin dan Sugiarto, 2004).
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui kelarutan hidrokarbon dan reaksi
Tujuan dari percobaan ini adalah membedakan antara hidrokarbon jenuh, tidak
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan reaksi yang terjadi berdasarkan
TINJAUAN PUSTAKA
penyusun senyawa organik bergabung melalui suatu ikatan. Rumus molekul sudah
dapat ditentukan jauh sebelum teori struktur molekul ditemukan oleh para ahli.
Untuk persenyawaan organik bila rumus molekulnya diketahui tidak serta merta
kaedah identitas yaitu satu rumus molekul untuk satu struktur karena adanya isomer
pada molekul organik. Pengetahuan tentang teori struktur akan dapat menjelaskan
Atom unsur penyusun senyawa organik yang paling dominan adalah karbon dan
hidrogen. Senyawa organik yang hanya terdiri dari dua unsur ini yang dikenal
sebagai induk senyawa organik yang bila suatu atom hidrogennya diganti oleh suatu
atom atau kumpulan atom akan membentuk turunan (derivat) hidrokarbon dan gugus
ganti inilah yang dikenal sebagai gugus fungsional yang merupakan dasar
bertanggung jawab terhadap sifat fisika dan kimia suatu senyawa organik. Ciri gugus
fungsional adalah atom diluar C dan H seperti Oksigen, Nitrogen, Halogen, Fosfor,
Belerang dan beberapa logam yang akan membentuk senyawa organo logam
adalah suatu spesi senyawa organik yang kehilangan satu atom hidrogen, seperti
senyawa organik ditemukan fenomena isomer yaitu berumus molekul sama tetapi
mempunyai struktur yang berbeda. Di samping itu isomer juga masih beragam yaitu
(Sitorus, 2010) :
Isomer struktur
Isomer fungsional
Isomer geometri
Isomer optik
stabil yang begitu besar jumlahnya, sebab atom karbon mempunyai beberapa
Atom karbon mempunyai nomor atom 6. Di dalam sistem periodik atom karbon
terletak pada golongan IVA periode 2. Konfigurasi atom karbon adalah sebagai
berikut :
6C = 2,4 (2.1)
Berdasarkan konfigurasi tersebut, atom karbon mempunyai 4 elektron terluar
(elektron valensi). Agar susunan elektronnya stabil sesuai dengan kaidah oktet
Keempat elektron valensi yang dimiliki atom karbon dapat membentuk ikatan
Kekhasan atom karbon yang tidak dimiliki atom lain adalah kemampuan
membentuk rantai yang sangat panjang antar sesama atom karbon. Rantai karbon
Dalam ikatan antar karbon, setiap atom karbon dapat mengikat 1,2,3 atau 4 atom
karbon yang lain. Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikat, posisi atom karbon
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (Sukarmin dan Sugiarto, 2004):
namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari
atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui
senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 2 juta senyawa hidrokarbon. Untuk
Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka
hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh, yaitu
Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi
Senyawa alifatik tidak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya
terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua
melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini
tertutup
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang
senyawa hidrokarbon jenuh di mana semua ikatannya tunggal. Alkana disebut juga
senyawa alifatik atau alisiklik yang artinya adalah senyawa rantai terbuka. Istilah lain
untuk sikloalkan adalah paraffin yang artinya sukar beraksi. Golongan alkana adalah
salah satu komponen utama dalam minyak bumi (crude oil = petroleum), yang
Alkana dikenal juga sebagai parafin artinya sukar bereaksi sedangkan fraksi
minyak tanah dikenal dengan nama kerosin. Dengan demikian reaksi terhadap alkane
dan juga sikloalkana tidak terlalu banyak dilakukan oleh para ahli. Beberapa jenis
reaksi yang dapat dilakukan terhadap alkane adalah sebagai berikut (Sitorus, 2010):
a. Reaksi pembakaran, alkana akan terbakar dalam keadaan oksigen berlebihan dan
membentuk karbon dioksida dan air. Pada hakekatnya reaksi ini adalah reaksi
b. Halogenasi alkana, reaksi ini adalah reaksi radikal bebas (reaksi rantai) atau
Alkena dan alkuna adalah golongan hidrokarbon tidak jenuh dengan alkena
mempunyai ikatan rangkap (C=C) dengan rumus umum C nH2n dan ikatan tripel
(C≡C) dengan rumus umum CnH2n-2. Golongan alkena dan alkuna dapat mempunyai
lebih dari satu ikatan rangkap dan tripel seperti diena, diuna, triena, triuna dan
METODE PERCOBAAN
Alat yang digunakan pada percobaan hidrokarbon ini adalah tabung reaksi,
rak tabung, pipet tetes, gelas piala, kaki tiga, kasa dan spiritus.
etil asetoasetat, KMnO4 0,1 M, dietil eter, parafin, toluen, benzena, Br 2/CCl4 5%,
2. Tabung reaksi (1) diisi 0,5 mL air, dan tabung reaksi (2) diisi 0,5 mL dietil eter.
3. Pada tabung reaksi (1) dan (2), tambahkan setetes demi setetes larutan n-heksana
3. Tambahkan 1 tetes larutan KMnO4 0,1 M, kocok dan bila perlu panaskan.
H2 H2 H2 H2
H3 C C C C C CH3 + KMnO4
+ KMnO4
+ KMnO4
CH3
+ KMnO4
O O O O
H2 H2
H3C C C C OC2H5 + KMnO4 H 3C C C C OH + MnO2 + C2H5OH + K-
H2 H2 H2 H2 H2 H2 H2 H2
H3C C C C C CH3 + Br2 H3C C C C C CH3 + HBr
Br
+ Br2
Br
O O O O
H2 H2
H3C C C C OC2H5 + Br2 H3C C C C OBr + C2H5Br
4.3 Pembahasan
pada tabel 1, dapat diketahui bahwa n-heksana tidak dapat larut dalam air dan juga
dietil eter, sikloheksana tidak dapat larut dalam air dan dietil eter, benzena tidak
dapat larut dalam air dan dalam dietil eter, begitu pula dengan toluena dan parafin
yang tidak dapat larut dalam kedua pelarut itu. Senyawa hidrokarbon yang diujikan
bersifat non polar karena pada saat direaksikan dengan air yang bersifat polar,
terbentuk 2 fase. Sedangkan pada saat direaksikan dengan dietil eter yang bersifat
non polar, terbentuk 1 fase. Senyawa non polar akan membentuk 1 fase jika
direaksikan dengan senyawa non polar, dalam percobaan ini dietil eter dan
membentuk 2 fase jika direaksikan dengan senyawa polar, dalam percobaan ini air.
pada tabel 2, reaksi yang ditunjukkan diamati melalui perubahan warna larutan.
Senyawa hidrokarbon akan direaksikan dengan KMnO 4 dan Br2 5%. Fungsi KMnO4
adalah untuk mengetahui adanya reaksi oksidasi terjadi pada senyawa hidrokarbon
atau tidak . Hasil yang diperoleh saat n-heksana, sikloheksana, benzena, toluena dan
parafin dimana larutannya bening ditambahkan KMnO4 yang berwarna ungu adalah
tidak terjadi perubahan warna (endapan ungu). Hal ini menandakan tidak terjadi
aromatik yang jika ditinjau dari ikatan antarelektronnya sangat sulit untuk diputus.
Namun berbeda dengan hasil yang diperoleh ketika larutan etil asetoasetat bening
yaitu berubah warna menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi,
sehingga terjadi reaksi oksidasi. Fungsi Br2 5 % untuk mengetahui adanya reaksi
halogenasi yang terjadi pada senyawa hidrokarbon. Hasil yang diperoleh saat
warnanya berubah dari jingga menjadi bening setelah dilakukan pemanasan. Fungsi
Berdasarkan teori kedua hidrokarbon ini adalah hidrokarbon tidak jenuh akan sulit
untuk mengalami reaksi adisi karena senyawa hirokarbon tersebut tidak reaktif dan
tidak jenuh serta ikatan-ikatan yang berada pada senyawa hidrokarbon tersebut
sangat sulit terputus. Namun dalam praktikum ini, bisa saja terjadi hal yang tidak
sesuai dengan teori dikarenakan alat yang kurang bersih, pereaksi yang mungkin
sudah rusak, sampel yang telah terkontamidasi ataupun jumlah larutan yang
ditambahkan Br2 5 % yang berwarna jingga adalah terjadi perubahan warna yaitu
berubah warna menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa terjadi reaksi karena
etilasetoastetat dapat diadisi oleh Br2 5 %. Namun lain halnya dengan benzena yang
tidak mengalami perubahan warna dari jingga ke bening walaupun dilakukan proses
pemanasan. Hal ini disebabkan karena elektron pada cincin karbon benzena terus
Parafin ketika direaksikan dengan Br2, tidak terjadi reaksi. Hal ini
disebabkan karena parafin merupakan suatu senyawa yang afinitasnya kecil sehingga
sukar sekali bereaksi dan merupakan senyawa yang stabil. Sikloheksana sendiri
adalah hidrokarbon non reaktif, non-polar, hidrofobik sehingga sesuai dengan hasi
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Senyawa hidrokarbon yang bersifat non polar seperti: dietil eter, sikloheksana,
benzena, toluen, parafin, dan etil asetoasetat tidak larut dalam pelarut polar seperti air
2. Hidrokarbon yang telah jenuh tidak dapat mengalami reaksi adisi tetapi dapat
benzena, dan parafin merupakan senyawa yang stabil sehingga sulit untuk bereaksi.
5.2 Saran
Saran saya untuk laboratorium agar alat dan praktikum dapat diperbarui sehingga
toluena, parafin).
HASIL
B. Reaksi Hidrokarbon
yang terjadi
HASIL
Drs. Sukarmin, M.pd dan Drs. Bambang S, M.Pd , 2004 , Hidrokarbon dan Minyak
Bumi , Jakarta.