Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM III

MORFOLOGI TUMBUHAN
(ABKC2203)

TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN, DAN DIAGRAM DAUN

Disusun Oleh :
Wulan Handayani
(1810119220026)
Kelompok X B

Asisten Dosen:
Karunia Soliha Septiani
Khairun Nisa

Dosen Pengampu:
Dra. Hj Sri Amintarti, M. Si.
Maulana Khalid Riefani, S.Si, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2019
PRAKTIKUM III

Topik : Tata letak daun, rumus daun, dan diagram daun


Tujuan : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan
rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun
Hari/Tanggal : Selasa/ 12 Maret 2019
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP ULM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat :
1. Baki
2. Alat tulis
B. Bahan-bahan :
1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
6. Tumbuhan Kelapa ( Cocus nucifera L.)
7. Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas)
8. Tanaman Rumput Israel (Asystasia gangetica L.)

II. CARA KERJA


1. Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal
tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan,
berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, dan trispirotik)
2. Menghitung rumus daun: ½, 1/3, 2/5, 3/8, dan seterusnya
3. Menggambar bagan dan diagram daun
III. TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau
cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang,
yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang
terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang
tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, juga dinamakan
rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun berturut-
turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun berturut-
turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang disebut sudut
divergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3,
2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun , dapat
dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak
daunnya.
A. Bagan Tata Letak Daun
Untuk keperluan ini batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan
padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula buku-
buku batangnya. Untuk menghindarkan kekeliruan seyogyanya garis-
garis menggambarkan masing-masing bagian tadi dibuat berbeda-beda.
Daundaunnya digambar sebagai penampang lintang helaian daun yang
diperkecil, jadi sebagai suatu segitiga dengan dasar lebar yang terlentang
(dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke atas).
B. Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus
dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-bukunya sebagai
lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar,
maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang
konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-
lingkaran tadi.
C. Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus
ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh
macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik adalah ortostik
menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan
yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun
pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral
tadi, yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunya
seakan-akan mengikuti garis spiral kekiri atau kekanan. Garis spiral
dengan arah putaran kekiri dan kanan menghubungkan daun-daun yang
menurut ke arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak
terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan
satunya lagi ke kanan. Dari sudut itu pula tampak ada spiral ke kiri dan ke
kanan. Garis-garis itu disebut parastik.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Hasil Pengamatan

Tata Letak Rumus Sudut


No. Bahan
Daun Daun Divergensi
2/5 × 3600
Ranting kembang
Tersebar (folia = 1440
1. sepatu (Hibiscus 2/5
sparsa)
rosa-sinensis)

Ranting Alamanda Berkarang


2. (Allamanda (folia - -
cathartica L.) verticillata).

Tumbuhan Pandan
3. Roset Akar - -
(Pandanus sp.)
2/5 × 3600
Tumbuhan Bayam
Tersebar (folia = 1440
4. (Amaranthus 2/5
sparsa)
spinosus L.)
2/5 × 3600
Tanaman Pepaya Tersebar (folia = 1440
5. 2/5
(Carica papaya L.) sparsa)

Tanaman Kelapa
6. Roset Batang - -
(Cocus nucifera L.)
3/8 × 3600
Tanaman Bintaro Tersebar (folia = 1350
7. 3/8
(Cerbera manghas) sparsa)

Tumbuhan Rumput Berhadapan - -


8.
Israel (Asystasia (folia opposita)
gangetica L.)
B. Bagan Dan Diagram Rumus Daun
No. Bahan Bagan Diagram
Ranting kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis)

Tumbuhan Bayam
(Amaranthus spinosus L.)

Tanaman Pepaya (Carica


papaya L.)

Tanaman Bintaro
(Cerbera manghas)
C. Gambar Hasil Pengamatan
1. Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Ranting/Batang
2) Ruas Batang
3) Buku Batang
4) Tangkai Daun
5) Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
1) Ranting/Batang
5
2) Ruas Batang
4 3) Buku Batang

3 4) Tangkai Daun
5) Daun
1 2

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1
1) Ranting/Batang

4 2 2) Ruas Batang
3) Buku Batang
3 4) Tangkai Daun
5) Daun

2 5 6) Bung

(Sumber : Rubi, 2017)


2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Buku Batang
2) Ruas Batang
3) Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
1) Buku Batang

1 2) Ruas Batang
2
3) Daun

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1 1) Buku Batang
2) Ruas Batang
2
3) Daun
3 4) Bunga

(Sumber : Arundhina, 2014)


3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Helaian Daun
2) Pelepah Daun
3) Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :

1 1) Helailan Daun
2) Pelepah Daun
3) Batang
1

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1) Helaian Daun
1 2) Pelepah Daun
3) Batang

(Sumber : Yuwono, 2015)


4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Buku Batang
2) Ruas Batang
3) Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
1) Buku Batang
4
2) Ruas Batang
1 3) Daun
3

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1) Buku Batang
2) Ruas Batang
3 3) Daun

2
1

(Sumber : Mas Ad, 2016)


5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Daun
2) Tangkai Daun
3) Buku Daun
4) Ruas Daun
5) Batang

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
1
1) Daun
2 2) Tangkai Daun
3) Buku Daun
3
4) Ruas Daun
5 4 5) Batang

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1
1) Daun
5 2 2) Tangkai Daun
4 3 3) Buku Daun
4) Ruas Daun

5 5) Batang
6) Buah

(Sumber : Bill Marken, 2016)


6. Tanaman Kelapa ( Cocus nucifera L.)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Batang
2) Pelepah Daun
3) Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
3 1) Batang
2) Pelepah Daun
3) Daun

2
1

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
2 1) Batang
2) Pelepah Daun
3) Daun
4
4) Buah

3
1

(Sumber : Kris, 2016)


7. Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Ranting/Batang
2) Tangkai Daun
3) Daun
4) Buah

b. Foto Pengamatan
Keterangan :

4 1) Ranting/Batang
2 2) Tangkai Daun
3) Daun
1
4) Buah

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1) Ranting/Batang
2 2) Tangkai Daun
3
3) Daun

4 4) Buah

(Sumber : Anwar, 2015)


8. Tumbuhan Rumput Israel (Vitex Pinnata)
a. Gambar Pengamatan
Keterangan :
1) Ibu Tangkai Daun
2) Tangkai Daun
3) Anak Daun

b. Foto Pengamatan
Keterangan :
3
1) Ibu Tangkai Daun
2) Tangkai Daun
2 3) Anak Daun

(Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2019)

c. Foto Literatur
Keterangan :
1) Ibu Tangkai Daun
1 2) Tangkai Daun
3) Anak Daun
3

(Sumber : Zaka, 2016)


V. ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil pengamatan letak duduk daun pada tumbuhan
berbeda-beda ada yang tersebar (folia sparsa) yaitu apabila pada setiap
buku-buku hanya terdapat satu daun, contohnya pada duduk daun
kembang sepatu, bayam, pepaya, dan bintaro. Berhadapan bersilang (folia
opposita atau folia decussata) yaitu apabila pada tiap buku-buku
batangterdapat dua daun, conyohnya rumput israel. Berkarang (folia
verticillata) yaitu jika pada tiapbuku-buku batang terdapat lebih dari dua
daun, contohnya pada kedudukan daun alamanda. Spirostik terjadi
biasanya karene pertumbuhan batang tidak lurus melainkan memutar,
akibatnya ortostiknya menjadi garis spiral yang tampak melingkar pada
batang, pandan. Tumbuhan jika daun yang rapat berjejal-jejal itu terdapat
pada ujung batang disebut roset batang, misalnya pada pohon kelapa.
Begitu pun dengan rumus daun, namun rata-rata rumus daun dari hasil
pengamatan yaitu 2/5 dan hanya terdapat satu rumus daun 3/8.

1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)


Klasifikasi Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L.
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis) memiliki susunan daun tunggal dengan tata
letak daun tersebar, sehingga dapat diketahui rumus daunnya. Rumus
daun kembang sepatu yaitu 2/5, untuk mencapai daun yang tegak
lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik)
mengelilingi batang sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati
oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Dengan adanya rumus
daun yakni 2/5, ranting kembang sepatu dapat dibuat diagram
daunnya. Rumus daun 2/5 menunjukkan bahwa harus meloncati satu
ortostik. Karena terdiri atas 5 garis ortostik, maka dibuat minimal 6
lingkaran untuk tempat duduk daunnya. Sebelum membuat diagram
daunnya, kita harus mengetahui sudut divergensinya. Besar sudut
antara dua daun tanaman kembang sepatu yaitu: 2/5 x 360o = 144o.
Berdasarkan literatur, pada tiap buku-buku batang hanya
terdapat satu daun. Jika demikian keadaanya, maka tata letak daun
dinamakan tersebar (folia sparsa). Jarak sudut antara dua daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b x besarnya lingkaran
= a/b x 360⁰, yang disebut sudut divergensi. Jika sebagai contoh
diambil lagi tata letak daun menurut rumus 2/5, maka
memperlihatkan daun yang duduk pada satu ortostik sekurang-
kurangnya harus dibuat 6 lingkaran yang konsentris (lebih banyak
lebih baik). (Tjitrosoepomo, 2016).

2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)


Klasifikasi Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica L.
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan ranting alamanda
(Allamanda cathartica L.) terdapat empat daun. Sehingga termasuk
ke dalam kategori berkarang (folia verticillata). Karena syarat
adanya rumus daun adalah tata letak daun yang tersebar. Walaupun
ortostik-ortostiknya tetap dapat diperlihatkan. Karena tidak memiliki
rumus daun, maka ranting alamanda tidak dapat dibuat diagram
daunnya. Sebab untuk membuat diagram daun perlu diketahui besar
sudut divergensinya. Sudut divergensi pun ditentukan pula oleh
rumus daunnya.
Berdasarkan literatur, pada tiap buku-buku batang terdapat
lebih dari dua daun. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan
berkarang (folia verticillata), dapat ditemukan antara lain pada
pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda
catharica L.), oleander (Nerium oleander L.). Pada tumbuhan
dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat
ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang
demikian dapat pula diperlihatkan adanya ortostik-ortostik yang
menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain tadi
(Tjitrosoepomo, 2016).

3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)


Klasifikasi Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus sp
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, semua daun terlihat seperti
berjejal di satu titik sehingga tidak dapat dilihat secara jelas tata letak
daunnya. Tanaman Pandanus sp. memiliki tata letak daun roset akar
dengan tiga spirotik (trispirotik), yaitu tata letak daunnya terdapat
pada pangkal batang. Rumus daunnya tidak dapat ditentukan, tanpa
rumus daun, diagram daun tidak dapat digambarkan.
Berdasarjan literatur, tumbuhan yang memperlihatkan sifat
spirostik misalnya: pandan (Pandanus tectorius Sol.) yang
memperlihatkan 3 spirostik (Tjitrosoepomo, 2016). Apabila letaknya
di pangkal batang maka disebut roset akar (Nugroho, dkk. 2012)

4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)


Klasifikasi Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus L.
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, daun bayam
(Amaranthus spinosus L.) daunnya tersusun secara berselang-seling.
Terdapat satu daun di setiap buku-buku batang, sehingga memiliki tata
letak daun yang tersebar (folio sparsa). Setelah dilakukan perhitungan
terhadap rumus daunnya, diketahui bahwa daun tanaman bayam
mempunyai rumus daun (divergensi) 2/5. Yaitu untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik)
mengelilingi batang sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati
oleh garis spiral tersebut sebanyak 5 daun. Sehingga dapat dihitung
sudut dirvergensinya 2/5 x 360o = 144o.
Menurut Erna Susilowati dalam skripsinya yang berjudul
Perkecambahan dan pertumbuhan Gulma Bayam Duri
(Amaranthus spinosus L.) pada Pemberian Ekstra Kirinyuh
(Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. E. Rob.) daun bayam
duri memiliki tata letak daun berselang-seling dengan bagian daun
yang tidak lengkap.

5. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)


Klasifikasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Sumber : (Cronquist, 1981)
Dari hasil pengamatan, diketahui pepaya (Carica papaya L.)
memiliki tata letak daun yang tersebar dikarenakan setiap tangkai
daunnya tidak menduduki buku batang yang sama. Sehingga rumus
daunnya dapat dihitung, yaitu mempunyai rumus daun 2/5, yaitu pada
perhitungan jumlah putaran untuk mencapai daun yang tegak lurus
dengan daun permulaan menghasilkan 2 putaran, dan jumlah daun
yang dilewati ada 5 daun.
Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang
tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah
daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan
daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di
atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi , setelah
dapat baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak
lurus tadi, pada tanaman pepaya terdapat 5 daun yang melingkari
batang sebanyak 2 kali sehingga ditemukan rumus daunnya 2/5.
Dengan menggunakan rumus daun dapat menggunakan jarak
sudut anatara dua daun yang berturut-turut yaitu dikali besarnya
lingkaran = a/b x 360˚. Sudut yang berdekatan antara dua daun ini
disebut dengan sudut divergensi . Pada tanaman pepaya sudut yang
dibentuk antara dua daun yang berdekatan yang besarnya selalu sama
yaitu 2/5 x 360˚ = 144˚.
Menurut Lela Nurbaiti (2014) dalam jurnalnya, daun pepaya
(Carica papaya L.) berkumpul di ujung batang dan terdapat tonjolan
bekas tangkai daun sudah rontok.

6. Tanaman Kelapa ( Cocus nucifera L.)


Klasifikasi Kelapa Tanaman Kelapa ( Cocus nucifera L.)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
(Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil dari pengamatan, pohon kelapa
mempunyai susunan daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung
batang disebut roset batang. Batang pohon beruas dan bila pohon
sudah tua, ruas-ruas tersebut akan berkurang. Batang kelapa
merupakan jenis kayu yang cukup kuat, tapi sayangnya kurang baik
untuk bangunan. Daun kelapa merupakan daun tunggal dengan
pertulangan menyirip.
Berdasarkan Literatur, pada tumbuhan yang memiliki batang
dengan ruas yang pendek dapat memiliki duduk daun yang berjejal
disebut roset. Apabila letaknya diujung batang maka disebut roset
batang, misalnya roset batang kelapa (Cocos nucifera L.) (Nugroho,
dkk.2012).

7. Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas)


Klasifikasi Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Contortae
Famili : Apocynacea
Genus : Cerbera
Spesies : Cerbera manghas
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan, daun bintaro merupakan jenis
daun yang tersebar yaitu pada tiap buku-buku batang hanya terdapat
satu daun. Sehingga dapat dihitung rumus daunnya. Untuk
mengetahui rumus daun bintaro diambil satu daun sebagai titik tolak,
bergerak mengikuti garis yang menuju ke titik duduk daun pada
buku-buku batang di atasnya dengan mengambil jarak terpendek,
demikian seterusnya, hingga sampai pada daun yang letaknya tepat
pada garis vertikal (sejajar) di atas daun pertama yang dipakai
sebagai titik tolak. Ada 8 daun yang dilewati dari titik tolak sampai
daun yang sejajar itu, tanpa menghitung daun titik tolak dan
menghitung daun yang sejajar. Jadi untuk mencapai daun yang tegak
lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3
kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka di
dapar rumus tanaman bintaro merupakan 3/8. Dari rumus tersebut
dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun
berturut-turut, yaitu dikali besarnya lingkaran = a/b x 360˚. Sudut
yang berdekatan antara dua daun ini disebut dengan sudut divergensi
. Pada tanaman pepaya sudut yang dibentuk antara dua daun yang
berdekatan yang besarnya selalu sama yaitu 3/8 x 360˚ = 135˚.

8. Tumbuhan Rumput Israel (Asystasia gangetica L.)


Klasifikasi Tumbuhan Rumput Israel (Asystasia gangetica L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Asystasia blume
Spesies : Asystasia gangetica L.
Sumber : (Cronquist, 1981)
Berdasarkan hasil pengamatan Tanaman Rumput Israel
(Asystasia gangetica L.) memiliki tata letak daun berhadapan
bersilang (folia opposita atau folia decussata), yaitu pada setiap
buku-buku batang letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar
180º). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya kedua daunnya
membentuk suatu silang dengan dua daun di bawahnya tadi. Rumus
daunnya tidak dapat ditentukan, karena tidak memiliki rumus daun,
maka rumput israel tidak dapat dibuat diagram daunnya.
Berdasarkan literatur, pada tumbuhan dengan tata letak daun
berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya,
tetapi juga pada duduk daun yang demikian dapat pula diperlihatkan
adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak
lurus satu sama lain tadi (Tjitrosoepomo, 2016).
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tata letak daun pada batang ada beberapa macam yaitu tunggal
tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan,
berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, dan trispirotik.
2. Rumus daun (a/b) ditentukan dengan cara menghitung jumlah putaran
pada batang hingga mencapai daun yang tegak lurus dengan daun
permulaan, didapat nilai a. Dan jumlah daun yang dilewatinya (nilai
b).
3. Bagan tata letak daun digambar berdasarkan rumus daun, berbentuk
silinder dan daunnya membujur ortostik-ortostiknya, begitu pula
buku-buku batangnya.
4. Diagram daun merupakan diagram tata letak daun, yang dipandang
sebagai kerucut memanjang, dengan buku-buku batang sebagai
lingkaran yang sempurna dan dibuat berdasarkan rumus daun dan
sudut disvergensinya.
5. Rumus daun hanya dapat ditentukan pada tanaman yang tata letak
daunnya adalah tersebar. Untuk tata letak daun berhadapan-bersilang
dan berkarang rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
6. Berdasarkan pengamatan tanaman yang dapat ditentukan rumus
daunnya adalah ranting kembang sepatu, tanaman bayam, dan
tanaman papaya, tanaman bintaro, sedangkan tanaman yang tidak
dapat ditentukan tata letak daunnya adalah ranting alamanda,
tumbuhan pandan, tanaman kelapa, tumbhan rumput israel.
7. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa :
8. Tata letak daun pada tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis L.) adalah tersebar dan mempunyai rumus daun (divergensi)
2/5 dengan sudut divergensinya : 2/5 x 360o = 144o .
9. Tata letak daun Allamanda cathartica L. termasuk ke dalam kategori
berkarang (folia verticillata), rumus daunnya tidak dapat ditentukan.
10. Tumbuhan pandan (Pandanus sp) memiliki tata letak daun roset akar
dengan tiga spirotik (trispirotik). Oleh sebab itu tanaman pandan
tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
11. Daun bayam (Amaranthus spinosus L.) daunnya memiliki tata letak
daun yang tersebar (folio sparsa) dengan rumus daun (divergensi)
2/5, serta sudut dirvergensinya 2/5 x 360o = 144o.
12. Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun yang
tersebar, dengan rumus daun 2/5, dan sudut divergensinya yaitu : 2/5
x 360o = 144o.
13. Tumbuhan Kelapa ( Cocus nucifera L.) memiliki tata letak daun roset
batang dan tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
14. Tanaman Bintaro ( Cerbera manghas) merupakan jenis daun yang
tersebar (folio sparsa) dengan rumus daun (divergensi) 2/5, serta
sudut dirvergensinya 2/5 x 360o = 144o.
15. Tanaman Rumput Israel (Vitex Pinnata) memiliki tata letak daun
berhadapan bersilang (folia opposita atau folia decussata). Sehingga
tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Amintarti, Sri., & Riefani. M.K. 2019. Penuntun Praktikum
Morfologi Tumbuhan. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM.
Anwar, 2015. Banyak Buahnya Bintaro. https://health.detik.com
Diakses pada tanggal 15 Maret 2019

Arundhina, 2014. Allamanda chthartica L. http://e-journal.uajy.ac.id


Diakses pada tanggal 12 Maret 2019

Bill Marken, 2016. Pic of Potted Dwarf Papaya with Fruit Zone.
https://www.houzz.com Diakses pada tanggal 12 Maret 2019

Cronquist, A., 1981. An Integrated System of Classification of Flowering


Plants. New York: Columbia University Press.

Kris, 2016. Manfaat Pohon Kelapa Dalam Kehidupan.


http://tanamkesehatan.blogspot.com Diakses pada tanggal 15
Maret 2019

Mas Ad, 2016. Cara Budidaya Bayam Organik yang Benar.


https://www.faunadanflora.com Diakses pada tanggal 12 Maret
2019

Nugroho, H., Purnomo, & Sumardi, I. 2012. Struktur & Perkembangan


Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rubi, 2017. Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Kembang Sepatu.


https://rubi77botani.wordpress.com Diakses pada tanggal 12 Maret
2019

Susilowati, Erna. 2012. Perkecambahan dan pertumbuhan Gulma


Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) pada Pemberian Ekstra
Kirinyuh (Chromolaena odorata (L.) R. M. King & H. E. Rob.).
Dari jurnal online file:///C:/Users/asus/Downloads/erna.pdf Diakses
pada tanggal 15 Maret 2019

Steenis, Van. 2008. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta

Tjitrosoepomo, Gembong. 2016. Morfologi Tumbuhan Yogyakarta:Gajah


Mada University Press.

Yuwono, 2015. Daun Pandan Wangi. https://www.houzz.com Diakses


pada tanggal 12 Maret 2019
Zaka. 2016. Rumput Israel Asystasia gangetica
https://meliponaborneo.wordpress.com Diakses pada tanggal 12
Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai