Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN TANAH

“Perbandingan Populasi Cacing Tanah Pada Lokasi Berbeda Di Lingkungan


Fmipa Universitas Riau”

DISUSUN OLEH :

Siti Sopiah (2003110990)

Tira Mei Darnis (2003112664)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Yulminarti, M.Si

LABORATORIUM EKOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

2023
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE

3.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah, sebagai berikut :

1. Penggaris
2. Tali rapia
3. Cangkul
4. Plastik laundry

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktiku ini adalah, sebagai berikut :

1. Cacing tanah

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah, sebagai
berikut :

1. Tanah disetiap empat lokasi yang berbeda (tanah bakaran sampah, tanah
di bawah pohon pisang, tanah padang rumput dan tanah dengan serasah
tebal) diukur dengan luas 50x50 cm, dan dibuat sebanyak 2 plot di setiap
lokasi, lalu diberi tanda.
2. Tiap plot digali sedalam 30 cm dan tanahnya dimasukkan ke dalam
plastik laundry.
3. Cacing tanah yang terlihat diambil, kemudian dihitung jumlahnya.
4. Perlakuan tersebut diulangi hingga semua plot habis.
5. Sisihkan hasil tiap plot di setiap lokasi.
6. Bandingkan hasil yang diperoleh di setiap lokasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah, sebagai berikut :

Tabel 1. Populasi cacing tanah pada lokasi yang berbeda

Cacing Yang Ditemukan


No Lokasi Jumlah
Plot 1 Plot 2
38 35
1. Tanah
Bakaran
Sampah 73

17 22
2. Tanah Bawah
Pohon Pisang
39

42 37
3. Tanah
Padang
Rumput 79

6 18
4. Tanah
Serasah Tebal
24

TOTAL 215
4.2 Pembahasan

Universitas Riau merupakan salah satu kawasan yang memiliki hutan yang
ditumbuhi beragai jenis vegetasi, diantaranya pohon, semak dan rumput.
Pepohonan juga menyebar di sekitaran jalan Universitas Riau dan salah satunya di
sekitaran Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Menurut
Nilawati & Nurdin, (2014). Pada kondisi lingkungan tersebut, lingkungan baik di
atas maupun di bawah permukaan tanah mempengaruhi keberadaan organisme di
dalam tanah, termasuk cacing tanah. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah
naungan yang diterima tanah, yang dapat mempengaruhi suhu tanah, yang
mencerminkan seberapa banyak radiasi matahari yang diserap tanah.

Dalam hal ini, tingkat naungan yang dihasilkan oleh vegetasi pohon sangat
kontras dengan vegetasi rumput, karena adanya kanopi seperti payung yang
melindungi tanah. Hal ini menghasilkan suhu tanah yang lebih rendah (27-30°C)
di bawah vegetasi pohon dan relatif lebih stabil daripada di bawah vegetasi
rumput (30-32°C). Suhu tanah merupakan salah satu faktor lingkungan yang
sangat penting yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah, umumnya cacing
tanah lebih menyukai lingkungan dengan suhu berkisar antara 22-25°C dan
menghindari lingkungan dengan suhu melebihi 30°C (Darmawati et al, 2022).

Pada praktikum ini diperoleh jumlah total cacing tanah yang ditemukan di
lingkungan FMIPA adalah sebanyak 215. Tanah padang rumput merupakan hasil
cacing terbanyak dibandingkan dengan yang lain yaitu 42 pada plot 1 dan 37 di
plot 2. Selanjutnya pada tanah bakaran sampah yaitu 38 plot 1 dan 35 plot 2. Pada
tanah bawah pohon pisang yaitu 17 di plot 1 dan 22 di plot 2, dan yang paling
sedikit adalah di tanah serasah tebal yaitu 6 di plot 1 dan 18 di plot 2.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa populasi


cacing tanah lebih banyak terdapat pada tanah Padang rumput dibandingkan
populasi cacing tanah pada tanah bawah pohon pisang dan tanah dengan serasah
tebal. Hal ini terjadi akibat perbedaan faktor biotik dan faktor abiotik pada area
tersebut. Wawan et al, (2021) menyatakan bahwa kondisi di bawah permukaan
tanah dipengaruhi oleh kadar air tanah, berat isi tanah, biomassa akar, dan pH
tanah. Kandungan air tanah tertinggi terdapat pada lahan bervegetasi pepohonan,
lahan bervegetasi semak dan lahan bervegetasi rumput.

Namun hasil pengamatan ini tidak sesuai dengan yang di lakukan oleh
Wawan et al, (2021) yang menyatakan bahwa pada vegetasi berdaun lebar suhu
udara relatif lebih kecil dibandingkan pada vegetasi rumput sehingga cacing lebih
nyaman pada kondisi suhu di vegetasi berdaun lebar. Kelembaban udara pada
vegetasi berdaun lebar lebih tinggi dibandingkan kelembaban udara pada vegetasi
rumput. Pada vegetasi rumput terjadi pengalihan fungsi lahan menjadi lapangan
terbuka sehingga mengakibatkan tekstur tanah menjadi liat dan padat.

Hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan teori disebabkan oleh kondisi
kekeringan yang terjadi di area serasah tebal yang ditumbuhi pohon besar dan area
tanah dibawah pohon pisang yang menyerap air disekitarnya, yang menyebabkan
sedikitnya kandungan air di area tersebut, sehingga populasi cacing di tanah
serasah tebal dan tanah di bawah pohon pisang merupakan populasi paling sedikit.
Hajiz et al, (2018) menyatakan bahwa cacing tanah lebih suka lingkungan yang
lembab dengan bahan organik yang melimpah, sehingga cacing tanah lebih
banyak dijumpai pada tanah bertekstur halus dengan kandungan bahan organik
yang tinggi.

Tanah bakaran sampah juga berpotensi sebagai habitat cacing tanah.


Karena tanah di bekas pembakaran sampah biasanya memiliki tanah yang gembur
dan kaya akan bahan organik yang dibutuhkan oleh cacing. Seperti halnya pada
pengamatan ini diperoleh sebanyak 73 cacing di tanah bekas bakaran sampah.
Cacing yang didapatkan juga sangan berbeda dengan yang didapatkan di tempat
lain. Yaitu cacing yang hidup di bekas bakaran sampah berwarna lebih gelap dan
ukurannya lebih besar dibandingkan lokasi yang lain. Hal ini sesuai dengan
penelitian Zulfikar, (2013) bahwa cacing tanah lebih suka lingkungan yang
lembab dengan bahan organik yang melimpah, sehingga cacing tanah lebih
banyak dijumpai pada tanah bertekstur halus dengan kandungan bahan organik
yang tinggi. Umumnya cacing tanah hidup pada pH 4,5-6,6, tetapi dengan bahan
organik tanah pada pH 3. Cacing tanah memerlukan kelembaban yang cukup,
dan tidak mampu hidup pada kondisi kering atau daerah padang pasir.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah


populasi tertinggi cacing tanah terdapat di tanah padang rumput lalu diikuti tanah
bakaran sampah. Ukuran cacing di kedua lokasi tersebut juga berbeda dimana
ukuran cacing di tanah bakaran sampah lebih besar-besar dan warnanya lebih
gelap. Sedangkan pada tanah bawah pohon pisang dan tanah serasah tebal
didapatkan populasi cacing tanah yang sedikit. Hal ini disebabkan oleh kondisi
kekringan pada tanah dimana air di dalam tanah tersebut diserap oleh pohon yang
berada di sekitarnya sehingga membuat tanahnya kering yang menyebabkan
cacing tanah mencari habitat baru yang dapat mendukung kelangsungan hidupnya.

Keberadaan populasi cacing tanah sebagai indikator kesuburan tanah di


pengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik. faktor abiotik yang mempengaruhi
populasi cacing tanah yaitu suhu, Ph tanah dan kelembaban. Sedangkan
faktor biotik yang menyebabkan penurunan populasi cacing tanah salah satunya
adalah aktivitas manusia seperti kegiatan peralihan fungsi lahan yaitu padang
rumput. Populasi cacing tanah pada vegetasi ternaungi lebih kecil dibandingkan
pada vegetasi rumput

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum ini adalah untuk plot yang digunakan tidak
perlu banyak, cukup satu plot saja di setiap lokasi karena satu plot saja sudah
dapat mewakili populasi cacing tanah di suatu lokasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, D., Mulyadi, A., Suwondo, S., & Saam, Z. 2022. Kondisi Eksisting
Ruang Terbuka Hijau Di Kampus Bina Widya Universitas Riau Pekanbaru.
Jurnal Ilmu Lingkungan 16(2) :.109-119.

Hajiz S, Wardati, Yulia AN. 2018. Pengaruh pemberian amelioran dan jumlah
cacing terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Vigna radiata
L.). JOM FAPERTA 5(7) : 1–14.

Nilawati S, Nurdin J. 2014. Jenis-jenis cacing tanah (Oligochaeta) yang terdapat


di kawasan cagar alam lembah anai sumatera barat. Jurnal Biologi UNAND
3(2) : 1–9.

Wawan, & Harahap, fajar siddik. 2021. Identifikasi Jenis dan Kepadatan Populasi
Cacing Tanah di Bawah Tegakan Kelapa Sawit Pada Berbagai Jenis Tanah
Mineral. Jurnal Agroteknologi Tropika 10(1) : 36–47.

Zulfikar. 2013. Keberadaan dan jenis cacing tanah di tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah cot buket Kabupaten Bireuen. JESBIO 2(3) : 25–28.
LAMPIRAN

Gambar 1. Mengukur Gambar 2. Plot yang Gambar 3. Mencangkul


plot (50x50 telah diukur tanah di lokasi
cm) serasah tebal

Gambar 4. Mengukur Gambar 5. Memasukkan Gambar 6. Menghitung


kedalaman tanah populasi
tanah (30 cm) kedalam cacing
plastik

Gambar 7. Mencangkul Gambar 8. Memasukkan Gambar 9. Menghitung


tanah di tanah populasi
lokasi padang kedalam cacing
rumput plastik
Gambar 10. Mencangkul Gambar 11. Mengukur Gambar 12. Memasukkan
tanah di kedalaman tanah
lokasi tanah tanah (30 kedalam
bakaran cm) plastik
sampah sekaligus
menghitung
populasi
cacing tanah

Gambar 13. Mencangkul


tanah di
lokasi tanah
bawah
pohon
pisang

Anda mungkin juga menyukai