Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat


limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Porifera .
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Avertebrata Air
makalah ini disusun dengan beberapa bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Malang, 25 September 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN PORIFERA ........................................................................ 5
2.2 KARAKTERISTIK UMUM PORIFERA ................................................... 5
2.3 KLASIFIKASI PORIFERA ...................................................................... 6
a. Calcarea (Calcispongiae) .......................................................................... 6
b. Hexactinellida (Hyalospongiae)................................................................. 6
c. Demospongiae .......................................................................................... 7
2.4 ANATOMI PORIFERA ................................................................................ 9
2.5 MORFOLOGI PORIFERA ....................................................................... 10
2.6 REPRODUKSI PORIFERA ..................................................................... 12
a. Reproduksi Aseksual .............................................................................. 12
b. Reproduksi Seksual ................................................................................ 12
2.7 SISTEM SALURAN AIR PORIFERA ........................................................ 13
2.8 SISTEM PERNAFASAN ........................................................................... 14
2.9 SISTEM EKSKRESI ................................................................................. 15
2.10 CARA HIDUP DAN HABITAT ................................................................. 16
2.11 MANFAAT PORIFERA ........................................................................... 16
2.12 BUDIDAYA PORIFERA DAN ADAPTASI PORIFERA ............................ 18
BAB III ............................................................................................................... 20
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 20
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 20
3.2 SARAN ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori
yang berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau mengandung.
Contoh dari porifera adalah sponsa. Sponsa merupakan hawan yang hidup
menempel pada suatu substrat di laut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies,
ada beberapa yang hidup di air tawar, tetapi sebagian besar hidup di laut. Nama
filum ini dari kenyataan bahwa tubuh porifera mempunyai pori-pori. Air beserta
makanan masuk melalui pori kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan
akhirnya keluar melalui oskulum. Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui
oskulum. Tubuh sponsa terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan
tersebut terdapat bagian yang tersusun dari bahan yang lunak disebut mesoglea.
Sel-sel yang membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang mengatur aliran
sel-sel ini dapat menangkap partikel makanan.

Bentuk sponsa ditentukan oleh kerangka tubuh. Kerangka tersusun dari


spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam mesoglea. Spikula
tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat). Beberapa sponsa tidak
memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang disebut spongin. Sponsa
terdapat di perairan yang dangkal di daerah tropis. Bila sponsa diolah dapat
digunakan untuk bahan atau alat pembersih. Seperti yang kita ketahui suatu
organisme yang melekat pada suatu subsurat, harus mempunyai cara untuk
menyebar keturunannya ke tempat lain. Untuk tujuan itu sponsa menghasilkan
larva kecil yang dapat berenang dengan bebas. Larva tersebut memisahkan diri
dari induknya dan setelah menemukan tempat hidup yang sesuai larva akan
melekat disitu dan berkembang menjadi hewan dewasa. Berdasar fosil porifera
yang ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah satu hewan yang
pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada hewan yang
berkembang dari sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu tempat yang
agak unik dalam dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa ahli taksonomi,
porifera dimasukkan dalam suatu kelompok yang disebut parasoa.

3
1.2 Rumusan Masalah

2. Apakah Yang Dimaksud Dengan Porifera ?


3. Bagaimana Karakteristik Umum Porifera ?
4. Apakah Klasifikasi Porifera ?
5. Bagaimana Anatomi Porifera ?
6. Bagaimana Morfologi Porifera ?
7. Bagaimana System Reproduksi Porifera ?
8. Bagaimana System Saluran Air Porifera ?
9. Bagaimana System Pernafasan Porifera ?
10. Bagaimana System Ekskresi Porifera ?
11. Bagaimana Cara Hidup Dan Habitat Porifera ?
12. Apa Manfaat Porifera ?
13. Bagaimana Cara Budidaya Porifera Dan Cara Adaptasimya ?

1.3 Tujuan

2. Untuk Mengetahui Pengertian Porifera


3. Untuk Mengetahui Karakteristik Umum Porifera
4. Untuk Mengetahui Klasifikasi Porifera
5. Untuk Mengetahui Anatomi Porifera
6. Untuk Mengetahui Morfologi Porifera
7. Untuk Mengetahui System Reproduksi Porifera
8. Untuk Mengetahui System Saluran Air Porifera
9. Untuk Mengetahui System Pernafasan Porifera
10. Untuk Mengetahui System Eksresi Poriera
11. Untuk Mengetahui Cara Hidup Dan Habitat Porifera
12. Untuk Mengetahui Manfaat Porifera
13. Untuk Mengetahui Cara Budidaya Porifera Dan Cara Adaptasi Porifera
Dengan Lingkungan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PORIFERA

Porifera dalam bahasa latin, kata Porus berarti Pori dan Fer berarti
membawa. Porifera adalah hewan multiseluler (metazoa) yang paling sederhana.
Hewan ini memiliki ciri umum, yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons
sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons. Porifera hidup secara
heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke
tubuhnya dalam bentuk cairan sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan
cairan. Habitat porifera umumnya di laut.

Porifera
Sumber : Wikipedia.org

2.2 KARAKTERISTIK UMUM PORIFERA

Porifera adalah hewan invertebrata yang tidak memiliki jaringan sejati


(parazoa), tanpa organ dan jaringan yang tidak terspesialisasi dan tubuhya
memiliki banyak pori. Porifera merupakan anggota dari Animalia yang paling
sederhana atau primitif. Filum Porifera memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Hidup di air tawar, dan umum di laut.


2. Bentuk tubuh seperti jambangan bunga.
3. Tubuh simetri radial dan asimetri.
4. Memiliki type sessil (menetap di dasar perairan).
5. Hidup dalam tingkatan sel (belum membentuk jaringan).

5
6. Memiliki warna tubuh cerah, berfungsi:
- melindungi tubuh dari cahaya matahari.
- menarik perhatian mangsa atau lawannya.
7. Diploblastik.
8. Memiliki saluran air melalui ostium - Spongocoel oskulum.

2.3 KLASIFIKASI PORIFERA

Terdapat sekitar 10.000 spesies Porifera yang sudah diidentifikasi.


Porifera dikelompokkan menjadi tiga kelas berdasarkan penyusun kerangka
tubuhnya, yaitu sebagai berikut.

a. Calcarea (Calcispongiae)

Calcarea atau Calcispongiae (Latin, calcare = kapur, calsi = kapur,


spongia = spons) memiliki rangka dari zat kapur atau kalsium karbonat. Calcarea
berwarna pucat dan memiliki tinggi kurang dan 15 cm serta permukaan tubuh
berbulu. Calcarea memiliki tipe saluran air askonoid, sikonoid, dan leukonoid.
Contohnya Leucosolenia, Clathrina, dan Sycon ciliatum.

Menurut Bowerbank (1861), klasifikasi Leucosolenia adalah sebagai


berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum: Porifera

Class: Calcarea

Subclass: Calcaronea

Order: Leucosolenida

Family: Leucosoleniidae

Leucosolenia aboralis
Genus: Leucosolenia
Sumber : http://google.com/

Species : Leucosolenia aboralis

Ciri khusus dari spesies ini adalah dindingnya tipis, kerangkanya tidak
memiliki spikula dan mempunyai kanal askonoid.

6
b. Hexactinellida (Hyalospongiae)

Hexactinellida atau Hyalospongiae (Yunani, hexa = enam, hyalo


transparan atau kaca, spongia = spons). Kerangka tubuh Hexactinellida tersusun
atas silika (kaca) dengan bentuk tubuh silindris, datar atau bertangkai. Tinggi
tubuh mencapai 90 cm. Tipe saluran air sikonoid. Hexactinellida hidup di laut
dengan kedalaman 90 cm 5.000 m. Hexactinellida biasa disebut sebagai glass
sponge spikulanya terkadang bersatu dengan struktur jaringan, sehingga
membentuk jalinan yang rumit seperti ring basket. Selain itu, ada juga yang
berbentuk mangkuk atau vas bunga. Contohnya Euplectella aspergillum dan
Hyalonema.

Menurut Owen (1841), klasifikasi salah satu spesies dari Hexactinellida


adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum: Porifera

Class: Hexactinellida

Order: Lyssacinosidea

Family: Euplectellidae

Genus: Euplectella Euplectella aspergillum


Sumber : http://google.com/
Species: Euplectella aspergillum

Ciri khusus dari spesies ini adalah struktur tubuh yang terdiri ataas
lapisan epidermis dan endodermis. Di antara kedua lapisan itu terdapat bahan
gelatin yang disebut mesoglea. Mesoglea terdiri atas beberapa macam sel
diantaranya sel amebosit, skleroblas, porosit, arkeosit dan spikula. Euplectella
aspergillum merupakan metazoan (bersel banyak) yang sederhana.Tubuh
Euplectella aspergillum tampak dari luar seperti radial simetris, mereka biasanya
silinder, tetapi bisa juga berbentuk cangkir, guci atau keranjang, bercabang,
melengkung dan berdiri tegak dengan topangan spikula. Terdapat pori-pori
dalam tubuh Euplectella aspergillum sebagai jalan masuknya air yang membawa
makanan. Oksigen diambil langsung dari air oleh sel-sel koanosit secara
absorbs.

7
c. Demospongiae

Demospongiae (Yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki


kerangka tubuh yang tersusun dari serabut spongin. Tinggi dan diameter tubuh
ada yang mencapai lebih dari 1 m dengan tipe saluran air leukonoid. Pada
umumnya Demospongiae berwarna cerah, tetapi ada yang gelap (hitam). Warna
tubuh yang cerah diduga untuk melindungi tubuh dari sinar matahari.
Demospongiae merupakan kelompok dengan jumlah spesies terbesar, sekitar
90% dari seluruh jenis Porifera. Mereka biasanya hidup di tepi pantai hingga
kedalaman 45 m, namun ada pula yang hidup di air tawar.Contohnya Oscarella,
Acarnus erithacus Microciona, Halichondria dan Cizona celata.

Menurut Laubenfels (1927), klasifikasi salah satu spesies dari


Demospongiae adalah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum: Porifera

Class: Demospongiae

Order: Poecilosclerida

Family: Acarnidae

Genus: Acarnus
Acarnus erithacus
Species: Acarnus erithacus
Sumber : http://google.com/

Ciri khusus dari spesies ini adalah Mempunyai kerangka tubuh yang
tersusun atas berbagai bentuk spicula dan kadang-kadang juga spongen.
Spikula berukuran besar dan diikat oleh sponge seperti jala.

8
2.4 ANATOMI PORIFERA

Secara umum struktur tubuh porifera terdiri dari bagian berikut ini:

1. Tubuh disusun oleh dua lapisan sel: ektodermis dan endodermis


(diploblastik). Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan
mesenkim
2. Lapisan ektodermis dan endodermis di susun oleh satu jenis sel
(endodermis disusun oleh koanosit).
3. Memiliki archeocyte sebagai sel embrionik atau reproduktif yang
berfungsi untuk:
a. membentuk tunas luar dan gemmule
b. membentuk bagian-bagian yang rusak
c. regenerasi
d. membentuk gamet
4. Pada mesenchym terdapat 2 jenis sel, yaitu archeocyte dan
amoebocyte yang terdiri atas collencyte, tecocyte, sel schleroblast, dan
Chromatocyte.

Spons adalah hewan sederhana yang terdiri dari beberapa jenis sel. Sel-
sel ini sebagian besar independen satu sama lain dan hanya disatukan secara
longgar. Sel-sel ini tidak membentuk jaringan atau organ, sehingga spons tidak
memiliki mulut, sistem pencernaan atau sistem peredaran darah.

9
Struktur Porifera
Sumber : http://budisma.net/

1. Epidermis: bagian luar tubuh tersusun oleh sel-sel pinakosit, pada bagian
tertentu membentuk pori (porosit), pori-pori tersebut membentuk saluran
yang disebut poriostu.
2. Mesoglea/mesenkim : bagian tengah tubuh tersusun oleh:
a. sel koanosit: sel bersilia berfungsi untuk menangkap dan mencerna
partikel makanan.
b. sel amoebosit: berfungsi untuk mengedarkan zat makanan yang sudah
dicerna oleh sel koanosit.
c. sel skleroblas: sel yang membentuk matrik berupa spikula dan spongin
yakni bagian yang menyokong tubuh porifera. Spikula tersusun oleh
senyawa kalsium karbonat atau silikat, sedangkan spongin tersusun dari
serabut-serabut spongin yang lunak, berongga seperti spon.
d. sel arkeosit: berasal dari sel embrionik amoebosit yang berperan dalam
proses reproduksi/regenerasi
3. Rongga: membentuk Spongocoel yang merupakan muara dari poriostum.
Berfungsi menyalurkan air dari poriostum ke saluran
pengeluaran yaitu oskulum Saluran yang terbentuk pada tubuh porifera
memiliki berbagai tipe yaitu askon, sycon dan rhagon(leucon)

2.5 MORFOLOGI PORIFERA


Ukuran tubuh porifera sangat bervariasi, dari sebesar kacang polong
sampai setinggi 90 cm dan lebar 1 m. Bentuk tubuh spons juga bermacam-
macam, beberapa simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan
dengan pola bervariasi. Genus Leucosolenia adalah salah satu jenis spons yang
bentuknya sangat sederhana, seperti kumpulan jambangan kecil yang
berhubungan satu sama lain pada bagian pangkalnya, hidup di laut menempel
pada satu karang di bawah batas air surut terendah. Di dalam setiap individu
yang berbentuk seperti jambangan tersebut terdapat rongga yang disebut
Spongocoel atau atrium. Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau
pori-pori yang merupakan lubang air masuk ke Spongocoel, untuk akhirnya
keluar melalui Osculum.

Pada dasarnya dinding tubuh porifera terdiri atas tiga lapisan, yaitu :

10
1. Pinacocyte atau Pinacoderm, seperti epidermis berfungsi untuk
melindungi tubuh bagian dalam. Bagian sel Pinacocyte dapat
berkontraksi atau berkerut, sehingga seluruh tubuh hewan dapat sedikit
membesar atau mengecil.
2. Mesohyl atau Mesoglea, terdiri dari zat semacam agar (gelatinous
protein matrix), mengandung bahan tulang dan sel Amebocyte.
3. Choanocyte, yang melapisi rongga atrium atau Spongocoel. Bentuk
Choanocyte agak lonjong, ujung yang satu melekat pada mesohyl dan
ujung yang lain berada di Spongocoel serta dilengkapi sebuah flagelum
yang dikelilingi kelepak dari fibril. Getaran flagela pada lapisan
Choanocyte menghasilkan arus air di dalam Spongocoel ke arah
Osculum, sedangkan fibril berfungsi sebagai alat penangkap makanan.
Sel Amebocyte di dalam mesohyl (mesenkim) mempunyai banya fungsi,
antara lain untuk pengangkut dan cadangan makanan, membuang partikel sisa
metabolism, membuat spikul, serat spons dan membuat sel reproduktif. Untuk
kepentingan berbagai kepentingan tersebut, terdapat beberapa tipe
Amebocyte. Amebocyte dengan pseudopodia tumpul dan nukleus besar disebut
archeocyte, mampu membentuk sel-sel tipe lainnya yang diperlukan.
Amebocyte untuk pengangkutan makanan dan berkeliaran di dalam
mesohyl disebut Amebocyte pemangsa. Amebocyte yang menetap dan
mempunyai pseudopodia sepeti benang, berfungsi sebagai jaringan
pengikat disebut collencyte. Amebocyte yang menghasilkan spikul dan serat
spons diebut sclerocyte (scleroblast).

Perbedaan Calcarea Hexactinellida Demospongia


Spikula seperti Spikula yang
Penyusun Serabut spongin atau
duri-duri kecil mengandung silikat atau
kerangka campuran spongin dan
dari Kalsium kersik (SiO2). Ujung
tubuh zat kersik.
Karbonat. spikula berjumlah 6.

Tinggi kurang Tinggi rata-rata 10-30 Tinggi dan diameter


Ukuran
dari 10 cm. cm. mencapai lebih dari 1 m.
tubuh

11
Cerah, mengandung
pigmen pada amoebosit
Pucat Pucat yang berfungsi untuk
Warna
melindungi tubuh dari
sinar matahari.
Seperti vas
bunga, kendi, Seperti vas bunga atau Tidak beraturan dan
Bentuk
dompet, atau mangkuk. bercabang.
tubuh
silinder.
Tipe
Askon Tipe sikonoid Tipe leukonoid
saluran air
Laut dalam maupun
Laut dangkal Kedalaman laut 200 - dangkal, meskipun ada
Habitat
1.000 m. yang di air tawar.

2.6 REPRODUKSI PORIFERA

Porifera berkembang biak secara aseksual dan seksual. Berikut penjelasan


reproduksi porifera secara seksual dan aseksual.

a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi secara aseksual dengan cara pembentukan tunas (budding)
dan gemula (gemmule, tunas internal). Tunas merupakan salah satu jenis sel-sel
amebosit yang mudah dilepaskan. Sekelompok sel yang dilepaskan akan
tumbuh menjadi individu baru. Gemula merupakan sekumpulan arkeosit
(archeocyte) yang mengandung cadangan makanan dan dikelilingi oleh amebosit
yang membentuk lapisan luar yang keras atau terkadang mengandung spikula.
Arkeosit merupakan amebosit dengan pseudopodia yang tumpul dan
bernukleus besar. Namun beberapa jenis Porifera membentuk gemula tanpa
cangkang atau kadang-kadang berbentuk larva yang berenang bebas. Di daerah
tropis, gemula terbentuk sepanjang tahun terutama menjelang musim kemarau,
sedangkan di daerah empat musim, pembentukan gemula terutama terjadi pada
musim gugur sebagai upaya pertahanan diri menghadapi musim dingin.

b. Reproduksi Seksual
Pada umumnya Porifera bersifat hermafrodit, tetapi sel telur dan sperma
diproduksi pada waktu yang berbeda. Beberapa jenis ada yang diesis

12
(dioecious). Sperma dikeluarkan bersama aliran air melalui oskulum dan masuk
ke individu lain melalui ostium. Fertilisasi sel telur oleh sperma terjadi di mesohil
dan menghasilkan embrio. Embrio akan tumbuh menjadi larva berflagela yang
disebut larva amfiblastula. Larva amfiblastula keluar dari mesohil, kemudian
bersama aliran air keluar melalui oskulum. Larva amfiblastula berenang bebas
dan menempel di suatu substrat hingga tumbuh menjadi Porifera dewasa.

Daur Reproduksi Porifera


Sumber : http://sridianti.com/

2.7 SISTEM SALURAN AIR PORIFERA

Berdasakan tempat proses terjadinya pengambila zat-zat makanan atau


system saluran air, porifea dibedakan menjadi 3 buah tipe, yaitu:

No. Tipe Spesies

13
1 Acson, merupakan tipe yang paling sederhana, proses Leucocolenia
pengambilan zat-zat makanan terjadi didalan Spongocoel
2 Sycon, proses pengambilan makanan terjadi didalam Scypha
rongga berflagel
3 Rhagon, proses pengambilan zat-zat makanan terjadi Spongia
dikamar(ruang) kecil yang beflagel yang terdapat dibagian
tengah saluran. Flagel tersebut berasal dari koanosit-
koanosit yang melapisi dinding kamar/ ruang tersebut.

Sistem saluran air porifera


Sumber : http://google.com/

2.8 SISTEM PERNAFASAN

Alat pernafasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar) dan koanosit
(bagian dalam). Oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut
diedarkan keseluruh tubuh oleh sel-selamubosit. Porifera bernapas dengan cara
memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh
permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga Spongocoel. Proses pernapasan
selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan
langsung dengan rongga Spongocoel. Perhatikan Gambar 1. Aliran air yang
masuk melalui ostium menuju rongga Spongocoel membawa oksigen sekaligus
zat-zat makanan. Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel
leher (koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus
melakukan proses pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar
melalui oskulum.

14
2.9 SISTEM EKSKRESI
Untuk pembuangan sisa- sisa metabolisme atau sampah tubuh, hewan
spons juga belum mempunyai alat khusus. Dalam penelitian, ternyata zat- zat
sampah yang berupa butir- butir itu dikeluarkan dari lingkungan internal tubuhnya
oleh amoebosit. Kemudian, ke luar bersama aliran air melewati oskulum.
Seperti halnya Protozoa, maka proses pengaturan kadar air di dalam tubuh
spons ini pun diatur oleh vakuola denyut. Mekanisme pengaturan kadar air dalam
tubuh Porifera yang hidup di air laut tidak sehebat bila dibandingkan dengan
Porifera yang hidup di air tawar. Oleh sebab itu, kadar kandungan vakuola
denyut yang ada pada tubuh Porifera air tawar akan lebih banyak bila
dibandingkan dengan Porifera Laut (Kastawi dkk., 2003).
Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast (bagian
dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau
karbonat (zat kapur) ini memiliki bentuk yang bermacam-macam. Ada yang
berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-benang
spongin. Spikula merupakan struktur tubuh yang berperan penting untuk
membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini digunakan
sebagai dasar klasifikasi Porifera.

15
2.10 CARA HIDUP DAN HABITAT

Terdapat sekitar 5.500 spesies Porifera yang hidup yang telah


digambarkan, hampir semuanya tidak berada pada zona bentik. Porifera berada
pada kedalaman, tetapi pada daerah yang tidak berpolusi tinggi dan daerah
tropis. Kebanyakan porifera litoral tumbuh sebagai lapisan tipis pada permukaan
kasar. Sponges (Porifera) Bentik tumbuh pada permukaan substrat lembut
biasanya berdiri tinggi dan lurus, itu untuk menghindari penimbunan oleh
sediment pada lingkungan sekitar. Banyak porifera yang mencapai ukuran yang
besar (hingga 2 meter pada terumbu karang karabian bahkan lebih besar lagi di
Antartik) dan dapat mencapai ukuran biomassa yang signifikan. DI antartika
porifera (sponges) dapat mencapai 75 % total biomassa bentik pada kedalaman
100-200 m. Daerah Subtidal dan lebih dalam lagi yang tidak terkena arus kuat
biasanya tumbuh besar dan stabil, bahkan simetris pada bentuk luar. Pada air
yang dalam, spons hexactinellida, sering memiliki bentuk tidak biasa,
kebanyakan berbentuk seperti kaca, ada yang berbentuk bulat dan masif, dan
ada yang seperti tali. Terdapat beberapa spesies dalam jumlah kecil pada kelas
Demospongia yang ada pada air tawar. Porifera menampakkan hampir semua
warna termasuk lavender cerah, biru, kuning, krimson, dan putih. Banyak bakteri
simbiotik atau uniseluler yang memberikan warna terhadap tubuh spons.
Mereka telah tinggal di perairan dunia selama lebih dari 600 juta tahun, dan
sekarang dapat ditemukan di semua laut dan banyak habitat air tawar. Porifera
terdapat di sungai dan selokan, dari kolam batu sampai kedalaman laut yang
dalam, dari laut Arktik yang beku sampai laut tropis yang hangat. Mereka
mungkin yang paling indah di laut laut tropis. Ada sekitar 10.000 spesies yang
diketahui dan meskipun organisasi dasar mereka cukup sederhana dan tetap
cukup konstan sepanjang semua spesies mereka berhasil menunjukkan
berbagai macam bentuk.

2.11 MANFAAT PORIFERA


Spons memiliki peran penting karena mereka menyediakan habitat bagi
banyak makhluk kecil seperti udang pistol, bintang laut, cacing, dan krustasea
kecil lain.
Secara ekonomis, Porifera tidak terlalu mempunyai arti penting. Anggota
Demospongia yang hidup di laut dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya spons untuk mandi dan pembersih kaca. Filum Porifera tidak jauh beda
dengan filum invertebrata yang lain. Porifera memilki peranan yang

16
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Peranan Porifera bagi kehidupan
manusia sebagai spons mandi dan alat gosok, zat kimia yang dikeluarkannya
memiliki potensi obat penyakit kanker.
Beberapa jenis spons laut seperti spons jari berwarna oranye, Axinella
canabina, diperdagangkan untuk menghias akuarium air laut. Jenis spons dari
famili Clionidae mampu mengebor dan menenmbus batu karang dan cangkang
moluska sehingga membantu pelapukan pecahan batu karang dan cangkang
moluska yang berserakan di tepi pantai. Ada pula spons yang tumbuh pada
kerang-kerangan tertentu dan mengganggu peternakan tiram.
Tidak banyak hewan yang memakan spons karena banyak spikulnya dan
baunya tidak sedap. Musuh utama spons laut ialah siput jenis Nudibranchia.
Musuh spons air tawar ialah larva serangga dari ordo Neuroptera. Spons air
tawar acapkali mengotori jaring apung, mengganggu aliran air ke dalam jaring
apung.
Peran porifera bagi sumber daya manusia :
1. Spongia & Hippospongia sebagai spons mandi. Demosponga selain
sebagai spons mandi juga pembersih kaca. Contoh : Euspongia
officinalis.
2. Pengisi jok kendaraan & kuas dinding. Contoh : Euspongia oficinalis.
3. Menghasilkan senyawa Bioaktif yang berpotensi menyembuhkan
penyakit seperti kanker. Contoh : Luffariella variabillis.
4. Jenis Venus flower Basket (E. aspergillum) telah dinyatakan
kegunaannya pada bidang fiber optick.
5. Bahan industri (kosmetik, dll), hiasan Aquarium air laut.
6. Sponge yang mati & mengeras bisa jadi batu gosok (ampelas) kayu.
7. Kandungan kimia dari spon laut Acanthodendrilla sp adalah
Acanthosterol, terdapat 10 derivat Acanthosterol yang merupakan
steroid sulfat dan berkhasiat sebagai anti mikroba.
8. Pada spons Aaptos sp juga telah ditemukan berbagai senyawa yang
dapat digunakan sebagai campuran obat seperti senyawa antitumor,
antivirus, antibakteri, antijamur, antifouling, antimalaria dan lain-lain.

Peran porifera bagi sumber daya perairan :


1. Makanan organisme lain seperti lumba-lumba.
2. Tempat perlindungan organisme lain.

17
3. Jenis sponge famili Clionidae mampu mengebor dan menembus batu
karang, membantu palapukan pecahan batu karang & cangkang
molussca yang berserakan di tepi pantai.
4. Sebagai deteksi lingkungan, sebagian besar spons kini dikembangkan
sebagai biomonitor pencemaran logam berat melalui sponge watch
program yaitu sebagai bioindikator dan biomonitor kualitas perairan.

2.12 BUDIDAYA PORIFERA DAN ADAPTASI PORIFERA

Porifera yang dibudidayakan pada umumnya adalah spons.


Fragmentasi spons merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
mengantisipasi eksploitasi sumber daya spons alam yang berlebihan untuk
keperluan perikanan, farmasi, maupun benih untuk pengembangan.
Dalam usaha pengembangan budidaya, fragmentasi spons diarahkan
untuk memproduksi ekstrak kasar dan fraksinya serta untuk penyediaan
bibit/anakan untuk restocking dimana sampel/induk diberi beberapa perlakuan
sehingga pertumbuhan dapat terjadi lebih cepat.
Fragmentasi spons dilakukan karena saat ini dibutuhkan suatu teknik
budidaya yang dapat menghasilkan individu baru yang lebih banyak,
pertumbuhan yang cepat, tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan masa
pemulihan siklus reproduksi yang cepat.
Fragmentasi dilakukan dengan jalan melakukan pemotongan pada
induk spons menggunakan pisau stainless steel, dilanjutkan dengan menanam
atau menaruh fragmen tersebut pada substrat buatan di kedalaman dan lokasi
tertentu yang telah ditentukan sebelumnya. Fragmentasi dapat dilakukan bila
lokasi yang akan digunakan jauh dari sumber air tawar, kedalaman minimal 2-3
meter, hal ini bertujuan agar spons tidak terkena cahaya matahari berlebih yang
akan meningkatkan suhu air disekitarnya juga menghindari baling-baling dari
kapal yang melintas diatasnya, selain menghindarkan spons dari arus deras juga
untuk memudahkan dalam bekerja. Penentuan metode yang akan diterapkan
pada proses fragmentasi berdasar kepada kemampuan adaptasi spons itu
sendiri terhadap perubahan kondisi terumbu dan dapat mempercepat
pertumbuhan spons. Persiapan spons untuk fragmentasi sangat menentukan
bagi kelangsungan hidup dan berhasil tidaknya fragmentasi ini dilaksanakan.
Proses persiapan yang tidak tepat dapat mengakibatkan rendahnya tingkat
keberhasilan fragmentasi. Bila terkena udara selama 30 menit, tingkat

18
keberhasilan fragmentasi spons akan menurun hingga hanya berkisar antara 70-
90% dan spons akan mengalami stres hingga kematian. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk mengurangi stres atau tingkat kematian yang tinggi ialah
dengan cara memotong spons tetap didalam rendaman air, tidak menggenggam
dengan terlalu kuat hingga seperti memeras, gunakan selalu alat potong yang
benar-benar tajam dan tahan karat (MacMillan, 1996).

Cara adaptasi porifera :


Spons dapat memproduksi racun dan senyawa lain yang digunakan
untuk mengusir predator, kompetisi dengan hewan sesil lain dan untuk
berkomunikasi dan melidungi diri dari infeksi. Lebih dari 10 % spons memiliki
aktifitas citotoksik yang dapat yang berpotensial untuk bahan obat-obatan (Dewi,
2010).

19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN

1. Porifera (Latin: Porus = Pori, fer = membawa), tubuhnya berpori, diploblastik,


simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri Fase
dewasa bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang
di air tawar. Memiliki berbagai macam bentuk dan Warna. Mempunyai rongga
sentral (spongoscoel). Jika disentuh terasa kenyal seperti sepon. Porifera
merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana. Porifera sudah
terdapat pembagian tugas kehidupan (diferensiasi). Porifera hidup
secara heterotrof. Makanannya adalah bakteri dan plankton, porifera disebut
juga sebagai pemakan cairan.
2. Lapisan luar terdiri atas pinakosit. Lapisan dalam, terdiri atas koanosit. Di
antara lapisan luar dan lapisan dalam terdapat mesophyl (mesoglea). Di
dalam mesoglea terdapat organel-organel: Gelatin protein
matrik, Amubosit, Arkeosit, Porosit, Skleroblast dan Spikula.
3. Porifera bersifat holozoik, dan saprozoik. Partikel-partikel makanan
menempel pada kolar. Pada saat itu mikrovili-mikrovili koanosit bertindak
sebagai filter. Makanan yang telah di saring oleh filter tadi diolah di dalam
vakuola makanan dengan bantuan enzim-enzim pencernaan (karbohidrase,
protease, dan lipase).
4. Alat pernafasan terdiri atas sel-sel pinakosit (bagian luar) dan koanosit
(bagian dalam).
5. Untuk pembuangan sisa- sisa metabolisme atau sampah tubuh, hewan spons
juga belum mempunyai alat khusus. Dalam penelitian, ternyata zat- zat
sampah yang berupa butir- butir itu dikeluarkan dari lingkungan internal
tubuhnya oleh amoebosit. Kemudian, ke luar bersama aliran air melewati
oskulum.
6. Porifera berkembang biak melalui dua cara,pertama secara seksual, dan
yang kedua secara non seksual.
7. Berdasarkan sistem saluran kita dapat membedakan Porifera menjadi tiga
tipe, yaitu ascon, sycon, dan leucon.

20
8. Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula, porifera
terdiri atas 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea atau Calcispongia, Kelas
Hexactinellida atau Hyalospongiae dan Kelas Demospongiae
9. Peranan Porifera, antara lain: Spons mandi dan alat penggosok, Potensi obat
penyakit kanker, Sebagai makanan hewan laut lainnya, Sebagai sarana
kamuflase bagi beberapa hewan laut., Sebagai hiasan akuarium, Dijadikan
obat kontrasepsi (KB), Sebagai campuran bahan industri (kosmetik), Pengisi
jok kendaraan bermotor,dan lain-lain.

3.2 SARAN

1. Sebagai makhluk hidup yang mempunyai manfaat bagi keseimbangan


ekosistem di lautan sudah seharusnya porifera dijaga kelangsungan
hidupnya.
2. Dengan manfaat yang dimiliki porifera tidak menjadikan hal tersebut untuk
mendorong kegiatan eksploitasi porifera.
3. Sebagai manusia yang bijak, sudah seharusnya menjaga kebersihan lautan
sebagai habitat porifera.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aryulina Diah, Ph.D. 2004. BIOLOGI SMA KELAS 1. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama
Asrori, Muhammad. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media
Demospongiae. 2014. file:///E:/Demospongiae.htm Diakses tanggal 1 Maret 2014
Dewi, Aryanti Suhita.2010. Respon Stress Pada Spons dan Potensi Aplikasinya
Sebagai Biomonitor Polutan Pada Ekosistem Terumbu Karang. Jurnal
Swualen. 5(3) : 92 - 100
Hibberd, Ty. Moore, Kirriliy. 2009. HIMI Benthic Invertebrate Field Guide.
Australian Antartic Division. Kingston
GOOGLE IMAGE 2016
Kastawi, Yusuf dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang :JICA Experts CPIU
Kimball, John W. 2007. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Neil, campbel & Reece, Jane B. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. Penerbit ALFABETA. Bandung
Soemadji. 2001. Zoologi. Pusat Penelitian Universitas Terbuka . Jakarta
Sunarto dan B. Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta
Suwignyo, sugiarti. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.

22

Anda mungkin juga menyukai