Erna Pradika
1157020021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
II.
Tinjauan Pustaka
Arthropda (dalam bahasa latin, arthro= ruas, buku, segmen dan
podos= kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku
merupakan
simetri
bilateral
dan
tergolong
triploblastik
kegiatan. Ganglia
bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak (Muli, 2015).
Sistem pencernaan arthropeda terdiri dari mulut esofagus, lambung,
usus dan anus. Mulutnya dilengkapi dengan berbagai alat tambahan yang
beragam, misalnya
cairan
dikeluarkan
oleh
organ
ekskresi
yang
disebut
ada
juga
Partenogenesis
ssecara
adalah
aseksual,
pembentukan
yaitu
dengan
individu
partenogenesis.
baru
tanpa
melalui
bersifat
tahun
1990
banyak
ahlizoology
membagi
kelompok
arthropeda
terbagi
menjadi
empat
subfilum
yaitu
trilobita,
14-43
homocoel.
pasang
Memiliki
kaki
kelenjar
(lobopodia)
lumpur
rongga
yang
hasil
tubuhnya
sekresinya
berupa
akan
III.
METODE PENGAMATAN
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
1.
1 buah
Udang galah
1 ekor
2.
Baki
1 buah
Kepiting
1 ekor
sawah
3.
Pinset
4.
Sarung Tangan
1 buah
1 pasang
(udang galah)
1. Udang galah (Makrobachium rosenbergi)
N
o
1.
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Deskripsi
Gambar
tidak
bergerak.
Udang
termasuk
hewan
haterotop
(tidak
membuat
makanan
sendiri).
Udang
terhadap
kerena
pada
bisa
peka
rangsangan
memiliki
bagian
antena
caputnya
(multiseluler).
2.
Filum :
Arthropoda
Tubuh
udang
terbagi
(caput),
(toraks),
dan
dada
abdomen
memiliki
segmen
Rangka
luar
kutikula
sebagai
dan
ukuran
tubuh
dan
simetri
3.
Kelas : Crustacea
dan
dua
buah
membentuk
chepalothorax.
4.
Ordo : Decapoda
pasang
pelengkap
thorax
memiliki
eksoskleton, segmentasi,
tubuh berkaki sepuluh.
5.
Family :
Palaemoidae
pertama
lebih
periofod
dengan
korpus
kedua
muncul
Genus :
Macrobachium
yang
ditutupi
7.
Spesies :
Macrobachium
rosenbergi
jelas,
memiliki
dan
10-12
gigi.
Klasifikasi dan Morfologi Udang Galah Udang merupakan salah satu jenis udang dari
suku Palaemonidae, serta masuk kelompok udang Palaemoid yang umum hidup di air tawar.
Menurut (Murtidjo 2008), udang galah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Crustacea
Ordo
: Decapoda
Family
: Palaemonidae
Genus
: Macrobrachium
Species
: Macrobrachium rosenbergii
yang berlangsung selama 40 hari hingga terbentuk organ yang secara morfologis sudah mirip
dengan udang dewasa, di habitat alaminya senang berjalan di dasar sungai mencari makanan
dan menjauhi lingkungan air payau menuju air tawar (Murtidjo 2008).
Pada pengamatan kedua dilakukan identifikasi pada Parathelphusa convexa (Kepiting
sawah atau yuyu)
2. Kepiting sawah atau yuyu
N
Klasifikasi
Deskripsi
Gambar
o
1.
Kingdom :
Animalia
kepiting
termasuk
kingdom
animalia
tidak
hewan
haterotop
(tidak
membuat
sendiri).
makanan
kepiting
terhadap
kerena
pada
bisa
peka
rangsangan
memiliki
bagian
antena
caputnya
(multiseluler).
2.
Filum :
Arthropoda
yaitu
(caput),
dan
dada
(toraks),
abdomen
Hewan
kepala
(perut).
berbuku-buku
keras
dan
ekor
dibungkus
oleh
luar
yang
proteun
terbuat
dan
dari
kutin.
dan
bentuk
ukuran
tubuh
dan
simetri
Kelas : Crustacea
dan
dua
buah
membentuk
chepalothorax.
4.
Ordo : Decapoda
pasang
pelengkap
thorax
memiliki
eksoskleton, segmentasi,
tubuh berkaki sepuluh.
5.
Family :
Parathelphusidae
pertama
lebih
periofod
dengan
korpus
kedua
muncul
6.
Genus :
Parathelphusa
Bagian
dari
antenanya
burung.
Jumlah
dan
biasanya
terang
pada
anterolateralnya dipenuhi
gigi,
cuping
punggung.
maksila
Bagian
yang
dan
dari
ketiga
memiliki
bersegmen
berbentuk
silinder
distal
dan
dan
Spesies :
Parathelphusa
convexa
Karapaks
atau
cangkang
(tanda sentring).
: Animalia
Phyllum
: Arthropoda
Class
: Crustacea
Ordo
: Decapoda
Familia
: Parathelphusidae
Genus
: Parathelphusa
Spesies
: Parathelphusa convexa
Kepiting dari Kingdom
ambulatori. Parathelphusa convexa dicirikan dengan karapas berbentuk mirip trapesium, sisisisi cembung, permukaan cembung, mata relatif kecil, di samping terdapat tiga duri; abdomen
menyerupai huruf T, tersusun atas 5 segmen ; pleopod pertama bagian proksimal tidak
memiliki celah, terdapat banyak rambut pada sisi-sisinya ; pleopod kedua memiliki flagellum
memanjang ; maksileped ketiga rata, tanpa celah ditengahnya dan memiliki flagellum yang
panjang ; palpus mandibular dua lobus, di pinggirnya banyak rambut ; meriambulatori antara
segmen meruas dan karpus terdapat celah.
Parathelphusa convexa memiliki karakteristik mata relatif kecil dibandingkan dengan
ukuran tubuhnya dan tidak sampai pada bagian tepi samping karapas. Karapas Parathelphusa
convexa berbentuk trapesium berwarna merah kecoklatan dan terdapat tiga gigi antero-lateral
pada bagian tepinya. Maksiliped ketiganya tertutup rapat tanpa ada celah. Abdomen (perut)
pada individu jantan berbentuk seperti huruf T . Mandibular palp berbentuk bilobus dan pada
bagian ambulatory meri terdapat duri. Pleopod jantan berbentuk meruncing dengan tekstur
kenyal.
Yuyu sawah memiliki tanda yang sangat khas dan mudah dikenali. Tanda ini dapat
dipakai untuk membedakannya dengan yuyu-yuyu lainnya. Yuyu sawah berukuran 57 cm
panjang karapaksnya. Karapaks yuyu atau cangkang yuyu memiliki tanda garis berubang
yang cukup jelas yang terdapat di tengah-tengah karapaknya di antara mata yuyu (tanda
sentring). Karapak yuyu bagian bawah terdapat cetakan berupa trapezium (tanda trapesium).
Kedua tanda ini adalah khas miliki yuyu sawah. Karapaks yuyu sawah berwarna cokelat tua
atau cokelat-kekuningan atau abu-abu muda terkadang di air yang agak keruh warna
kerapaknya ada yang berwarna abu-abu pucat atau di tempat yang berair kotor karapaksnya
berwarna kehitaman. Seperti umumnya kepiting air tawar, yuyu sawah tidak memiliki kali
renang pada kaki terakhirnya. Kepiting air asin atau air laut memiliki kaki renang pada kaki
terakhirnya. Yuyu jantan memiliki satu capit yang lebih besar daripada capit lainnya.
Sedangkan pada yuyu betina ukuran capitnya relatif hampir sama besar. Penutup dubur pada
yuyu jantan bentuknya kecil dan runcing, sedangkan pada yuyu betina penutup duburnya
ukurannya besar dan melebar. Penutup dubur yang besar pada betina digunakan untuk
menyimpang telur-telurnya (Chia dan Peter, 2006).
P. convexa lebih banyak ditemukan di sungai yang beraliran lambat dan dipinggir
sungai. P. convexa dapat ditemukan di daerah sungai berarus lambat, daerah genangan air,
selokan dan persawahan. Persebaran spesies ini lebih luas, yaitu dari sungai bagian hulu
sampai bagian hilir. Ditemukan di daerah Jawa dan Sumatra bagian selatan (Wowor et al.
2010).
P.convexa memiliki ciri tubuh berwarna coklat, memiliki mata faset, memiliki capit
dan tungkai 4 pasang. P.convexa
umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap, kerap memiliki lekukan
seperti bekas terinjak tapak kaki kuda (Nirmala 2012).
V.
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa avertebrata air tawar adalah hewan
yang tidak memiliki tulang belakang yang hidupnya berada pada air tawar. Identifikasi hewan
avertebrata kali ini yaitu udang galah dan kepiting sawah (yuyu). Pada udang galah badan
terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kepala dan dada yang bersatu membentuk kepala dada
(cephalothorax), bagian badan (abdomen), dan bagian ekor (uropoda). Pada kepiting sawah
memiliki warna merah kecoklatan dan badan terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian kepala dan
dada yang bersatu membentuk kepala dada (cephalothorax), bagian badan (abdomen), dan
bagian ekor (uropoda).
DAFTAR PUSTAKA
Bomber. 2010. Insect Diversity of Two Medicinal Labratae in South Western Nigeria.
Journal of Entomology. Vol 3:298-304.
Chia O K S, Ng Peter K L. 2006. The Freshwater Crabs of Sulawesi, with Description of two
new
Genera
and
Four
New
Species
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Macrobrachium
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Spesies Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem
Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum. Banyuasin.
Soedijo, Samharinto. 2015. keanekaragaman arthropeda Laba-laba pada persawahan tadah
Hujan di Kalimantan. Jurnal Biodiversitas. Vol 1 (6): 1307-1311.
Tambunan, daniel T. 2013. Keanekaragaman Arthropeda pada Tanaman Jagung Transgenik.
Jurnal Online Agroteknologi. Vol 1 (3):2337-6597.
Taufik. 2011. Keanekaragaman Udang Air Tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi. [Tesis].
Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Tika, Ene E. 2013.Arthropeds Community of Mangrove Swamp of Great Kwa River,
Southern Nigeria. Journal of Fisheries and Aquatise Studies. Vol 1 (2): 15-20.
Wowor D, Cai Y, Ng PKL. 2009. Evolution of life history traits of Asian freshwater prawns
of genus Macrobrachium (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) based on
multilocus molecular phylogenetic analysis. Mol. Phylogenetic and Evol. 52:340350.