Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

PERCOBAAN III
KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG (MOLD)

OLEH :
NAMA : MAKMUR HAMZAH
STAMBUK : F1D1 20 067
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : FITRIA DIAN LESTARI

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fungi secara umum dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu cendawan

(Mushroom), khamir (Yeast) dan kapang (Mold). Kapang berbeda dengan khamir,

jika khamir tidak berfilamen maka kapang adalah jenis fungi yang memiliki

filamen (miselium) namun tidak membentuk tubuh buah. Kapang terdiri dari

suatu thalus yang tersusun dari filament yang bercabang yang disebut dengan hifa.

Hifa tumbuh dari spora yang melakukan germinasi membentuk suatu tuba germ,

dimana tuba ini akan tumbuh terus membentuk filamen yang panjang dan

bercabang yang disebut hifa.

Kapang dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan struktur hifanya,

yaitu hifa bersekat (septat) dan hifa tidak bersekat (non septat). Hifa septat

memiliki dinding septa atau silang yang membagi hifa menjadi sel-sel yang

berbeda sementara hifa nonsepeptat kekurangan septa atau tidak terdapat dinding

pemisah, sehingga sel dapat memiliki dua inti sel. Kumpulan dari hifa akan

membentuk struktur tubuh kapang yang disebut dengan miselium. Misellium

merupakan badan vegetatif dari jamur, mampu mengubah bentuknya,

menyesuaikan diri dengan keadaan pertumbuhan tertentu. Miselium membentuk

organ khas yang memungkinkannya memperoleh pijakan di media nutrien seperti

tanah, akar, kayu dan substrat lain.

Bentuk atau struktur setiap miselium pada kapang yang khas menunjukkan

penampakkan yang berbeda-beda untuk spesies. Hal tersebut dipengaruhi oleh

jenis kapang dan substrat yang diberikan. Pertumbuhan kapang mula-mula akan
berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna

tergantung dari jenis kapang. Spora yang terbentuk dapat menjadi ciri khas untuk

setiap jenis kapang, sehingga memudahkan dalam identifikasi maupun

karakterisasi masing-masing kapang. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan

praktikum yang berjudul Karakterisasi dan Identifikasi Kapang (Mold).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana metode isolasi dan purifikasi kapang?

2. Bagaimana cara mengkarakterisasi morfologi koloni kapang?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui metode isolasi dan purifikasi kapang.

2. Untuk mengetahui cara mengkarakterisasi morfologi koloni kapang.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Dapat mengetahui metode isolasi dan purifikasi kapang.

2. Dapat mengetahui cara mengkarakterisasi morfologi koloni kapang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungi

Fungi adalah kerajaan dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul

nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan

aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara, yaitu dua hifa dari jamur berbeda

melebur lalu membentuk zigot, lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan

perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi

hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Sporangium ini

sebagai tempat terdapatnya spora (Wawan & Wijaya, 2020).

B. Kapang (Mold)

Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan

ciri khas memilikifilamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting

dalam mikrobiologi pangan karena selainberperan penting dalam industri

makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan.Kapang

adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada

makanan mudahdilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.

Pertumbuhannya mula-mula akanberwarna putih, tetapi jika spora telah timbul

akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Alfanda, 2020).
C. Habitat Kapang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dengan

biodiversitas yang tinggi. Biodiversitas ini meliputi berbagai keanekaragaman

makhluk hidup mulai dari hewan, tumbuhan, dan bahkan jamur. Jamur sendiri

dapat ditemukan secara luas di berbagai negara tropis. Menurut morfologinya,

fungi dibedakan menjadi jamur, kapang, dan khamir. Masing-masing dari

cendawan tersebut mempunyai manfaat menguntungkan maupun merugikan

tergantung dari jenisnya. Kapang merupakan cendawan berfilamen yang hidup

pada berbagai subsrat dan memiliki habitat yang beragam, antara lain hidup pada

tanah, air, serealia, endofit dalam tanaman dan buah. Habitat kapang yang

beragam juga memperbanyak diversitas kapang pada berbagai substrat, salah

satunya pada buah pepaya (Sih Prabandari & Darwati, 2022).

D. Jamur Pembusuk Roti

Pembusukan roti disebabkan oleh rusaknya protein dan pati, secara

langsung pembusukan roti disebabkan oleh mikroorganisme pembusuk.

Kerusakan roti meliputi kerusakan fisik roti misalnya mengerasnya tekstur,

tumbuhnya kapang dan ketengikan. Kapang yang paling ering ditemukan dalam

roti adalah Rhizopus stolonifer, Penicillium expansum, P. Stoloniferum,

Aspergillus niger, Neurosporasitophila, Mucor sp dan Geothricum sp.

Pertumbuhan kapang ini berasal dari udara selama pendinginan roti, penanganan,

pembungkusan atau dari alat pemotong (Tristiyanti & Febriyossa, 2022).


E. Karakterisasi Kapang

Kapang berfilamen diidentifikasi berdasarkan karakteristik makroskopis

(kolonial) dan mikroskopisnya. Deskripsi kolonial termasuk karakteristik koloni

seperti warna , tekstur, margin, ketinggian dan karakteristik hifa udara. Teknik

slide culture digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis isolat kapang yang

mencakup morfologi spora, warna, bentuk, ornamen atau tekstur dinding, ukuran,

pembentukan konidia dan karakteristik terkait lainnya seperti pola phialide dan

konidiasi (Larasati et al., 2021).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 3 November

2022, pukul 13.00-15.30 WITA, dilanjutkan pada hari hari kamis, tanggal 10

November 2022, pukul 13.00-15.30 WITA, bertempat di Laboratorium

Biologi Unit Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Bahan dan kegunaan


No Nama bahan Kegunaan
1. Pepaya Sebagai sampel
2. Media steril potato Dextrose Sebagai media pertumbuhan
Agar (PDA)
3. Agar Untuk memadatkan medium
4. Alkohol 70% Sebagai larutan desinfektan
5. Methylen blue Untuk mewarnai spora fungi
7. Wrapping plastic Untuk menyegel cawan petri
8. Kertas label Untuk memberi label pada isolat
9. Kapas Untuk menutup tabung reaksi
10 Tissue Untuk membersihkan alat
.
11 Alumunium foil Sebagai wadah untuk menimbang bahan
. Aquadest Sebagai pelarut media uji
12
.
C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Alat dan Kegunaannya


No Nama Alat Kegunaan
1. Ose lurus Untuk mengambil dan mengkuturkan
isolat fungi
2. Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan
3. Erlenmeyer Sebagai wadah untuk menghomogenkan
dan memanaskan medium
4. Bunsen Untuk memijarkan ose
5. Autoclave Untuk sterilisasi alat dan bahan
6. Timbangan analitik Untuk menimbang berat bahan padatan
7. Spatula Untuk mengambil bahan padatan
8. Cawan petri Sebagai wadah membiakan isolat fungi
9. Magnetic stirrer Untuk menghomogenkan larutan
10 Hot plate Sebagai tempat untuk menghomogenkan
. dan memanaskan media uji
11 Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
. pengamatan

12 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan


.

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Media PDA

Media PDA dibuat sebanyak 120 ml dengan mencampurkan 2,88

gram PDB dan 2,4 gram agar yang dilarutkan dalam 120 ml, akuades

dalam Erlenmeyer, lalu dihomogenkan di atas hot plate menggunakan

magnetic stirrer. Media yang telah homogen kemudian ditutup

menggunakan kapas dan dibungkus dengan kertas untuk disterilisasi

menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 oC dan tekanan I

atm.
2. Isolasi Kapang

Isolasi kapang pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Pepaya

1. Mengambil sebanyak 10 g sampel padatan lalu dihomogenkan

menggunakan 90 mL NaCl 0,85 % steril kemudian divorteks.

2. Sebanyak 1 mL suspensi sampel, kemudian dimasukan kedalam

botol vial berisi 9 mL akuades steril untuk memperoleh

pengenceran 10-2 dan seterusnya hingga memperoleh pengenceran

10-5.

3. Hasil dari tiga pengenceran terakhir yaitu 10-3,10-4 dan 10-5 diambil

sebanyak 1 mL kemudian diinokulasikan kedalam cawan petri

bersama dengan 15 mL media Potato Dextrose Agar (PDA)

menggunakan metode Pour plate.

4. Menghomogenkan media dalam cawan petri yang telah berisi

sampel dihomogen dengan membentuk angka delapan (8) dan

menunggu hingga media memadat.

5. Menyegel (Sealing) cawan petri menggunakan Wrapping plastic

kemudian diinkubasikan pada suhu ruang (± 32 °C) selama 48-

72 jam

b. Roti

1. Mengambil spora dari roti dengan menggunakan ose lurus.


2. Meletakkan spora pada media steril PDA dengan teknik stab (titik),

satu stab dilakukan pada pusat medium sehingga dihasilkan satu

koloni kapang.

3. Menyegel cawan petri dengan menggunakan wrapping plastic.

4. Menginkubasi pada suhu ruang selama 3 hari.

3. Purifikasi Kapang

Tehnik purifikasi kapang dilakukan dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut:

1. Koloni fungi yang telah tumbuh pada cawan petri dari hasil isolasi

dipilih dan diambil menggunakan ose lurus

2. Menginokulasikan isolat fungi ke dalam media PDA steril dengan

menggunakan metode stab (titik).

3. Menyegel cawan petri dengan menggunakan wrapping plastic.

4. Menginkubasi pada suhu ruang selama kurang lebih 3 hari.

4. Karakterisasi Kapang

Karakterisasi kapang pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengamati sampel secara makroskopik meliputi warna dan

permukaan, tekstur, zonasi, daerah tumbuh, garis-garis radial dan

konsentris, warna balik koloni dan tetes eksudat.

2. Mengidentifikasi jenis fungi.

3. Mendokumentasikan hasil pengamatan,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Makroskopik Koloni Kapang


No Sumber Karakteristik Morfologi Gambar
Isolat Koloni Pengamatan Literatur
1 Py. 10-3
Form : Circular
Warna : Orange
Struktur : Padat
Tekstur : Halus
Zonasi : Tengah

(Fatril, et al. 2020)


2 Py. 10-4
Form : Circular
Warna : Putih Orange
Struktur : Seperti Kapas
Tekstur : Halus
Zonasi : Pinggir
(K
wanchaichaiudom,
2015)
3 Py. 10-5
Form : Irregular
Warna : Putih
Struktur : Seperti Kapas
Tekstur : Halus
Zonasi : Merata
(Septiana, et al.,
2018)
4 Roti
Form : Irregular
Warna : Putih
Struktur : Halus
Tekstur : Seperti Kapas
Zonasi : Merata

(Natalia, et al., 2014)

B. Pembahasan

Kapang adalah mikroorganisme kelompok fungi yang memiliki filamen

dan termasuk dalam kelompok multiseluler yang menjadi salah satu ciri khas

pembeda dengan khamir. Kapang berkembangbiak dengan cara melakukan

pembentukan spora, baik secara seksual maupun aseksual. Identifikasi setiap jenis

kapang dapat dilakukan dengan melihat spora seksual. Spora seksual menjadi

dasar pengelompokkan fungi berdasarakan kelasnya, yang terdiri atas

Ascomycota, Basidiomycota, Deutorimycota dan Zigomycota. Bentuk koloni

kapang pada awal pertumbuan memiliki struktur yang berwarna putih, namun

lebih lanjut memberikan perbedaan baik dari segi warna maupun penampakan

lain.

Pengamatan identifikasi dan karakterisasi kapang dilakukan menggunakan

isolat yang diperoleh dari sampel berupa buah pepaya dan roti. Sampel terlebih

dahulu dilakukan isolasi dengan metode yang berbeda untuk masing-masing

sampel. Sampel buah papaya dmulai dengan melakukan seri pengenceran,

kemudian dinokulasikan pada cawan petri dengan metode pour plate. Sampel roti

yang memiliki kapang dilakukan pengambilan kapang menggunakan ose lurus

dan diinokulasikan menggunakan metode stab (titik). Kedua sampel selanjutnya


ditumbuhkan pada media PDA dan diinkubasi selama 3 hari pada suhu 37C.

Berdasarkan data pengamatan, diperoleh empat koloni yang berhasil diisolasi dan

masing-masing sampel memiliki morfologi koloni kapang yang berbeda-beda,

dimana pada buah pepaya diperoleh empat jenis koloni sedangkan pada buah

tomat diperoleh satu jenis koloni yang berbeda. Perbedaan tersebut dilihat dari

morfologi pada masing-masing koloni yang menunjukkan adanya karakteristik

pembeda.

Karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi form, struktur, tekstur,

zonasi dan warna pada setiap koloni kapang. Berdasarkan hasil pengamatan,

koloni roti memiliki morfologi koloni yaitu form irregular, warna putih, seperti

kapas, tekstur halus dan merata. Menurut Natawijaya et al. (2015) kapang yang

umumnya ditemukan pada roti yaitu kapang jenis Rhizopus sp. dan Aspergillus

sp., dimana penampakan koloninya yaitu teksturnya seperti kapas dan memiliki

warna mulai dari putih, hitam, kehijauan dan kuning.

Pengamatan selanjutnya yaitu koloni kapang pada buah pepaya yang

diperoleh 3 koloni yang berbeda, yakni pada isolat Py 10-3, Py 10-4 dan Py 10-5.

Isolat Py 10-3 memiliki morfologi koloni yaitu form circular, warna orange,

struktur padat, tekstur halus dan zonasi tengah. Isolat Py 10 -4 memiliki morfologi

koloni yaitu form circular, warna putih orange, struktur seperti kapas, tekstur

halus dan zonasi pinggir, sedangkan Py 10-5 memiliki morfologi koloni yaitu form

irregular, warna putih, struktur seperti kapas, tekstur halus dan zonasi merata.

Pengamatan morfologi kapang buah pepaya menunjukkan dominasi koloni

yang memiliki tekstur seperti kapas, sehingga kemungkinan dapat diidentifikasi


koloni yang berhasil diisolasi yaitu koloni kapang jenis Rhizopus. Hal tersebut

sesuai dengan Carica & Diana (2018) yang menyatakan bahwa kapang yang

paling banyak dijumpai pada buah papaya yaitu Rhizopus sp., dimana jamur ini

hampir ditemukan pada setiap buah dan sayur yang busuk. Karakteristik kapang

ini yaitu tubuhnya multiseluler, habitat di darat sebagai saprofit tak bersekat,

miselliumnya tampak seperti sekumpulan kapas dan koloni mulanya berwarna

putih keabuan, lama kelamaan akan berubah menjadi warna hitam karena

banyaknya spora. Rhizopus merupakan jamur golongan zigomycota menyerupai

mucor yang miselliumnya terdiri atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa

akar (Rhizoid) dan sporangiofor.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Metode isolasi dan purifikasi kapang untuk sampel pepaya dilakukan dengan

pengenceran bertingkat, sedangkan sampel roti dilakukan dengan metode

stab (titik), kemudian diinokulasikan ke dalam media PDA.

2. Karakterisasi dilakukan dengan mengidentifikasi form, struktur, tekstur,

zonasi dan warna pada setiap koloni kapang.

B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk asisten diarapkan lebih baik dan lebih kreatif dalam menjelaskan

sehingga praktikan dapat memahami dengan mudah terkait materi maupun

praktikum yang dilakukan.

2. Untuk praktikan diharapkan mampu memahami setiap materi dan dapat

membuat laporan dengan baik.


3. Untuk laboratorium diharapkan selalu dijaga kesterilannya terutama

menciptakan keadaan nyaman agar praktikum dapat dilaksanakan lebih baik

dan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alfanda, M. Y. (2020). Identifikasi Dan Hitung Angka Kapang Pada Kulit Apel
Pasca Panen Di Daerah Batu, Malang. Jurnal SainHealth, 4(1), 25.

Carica, J., & Diana, N. U. R. (2018). Identifikasi jamur Rhizopus sp pada buah
pepaya. Jurnal Karya Tulis Ilmiah.

Larasati, S. J. H., Sabdono, A., & Sibero, M. T. (2021). Identifikasi Molekuler


Kapang Asosiasi Spons menggunakan Metode DNA Barcoding. Journal of
Marine Research, 10(1), 48–54.

Natawijaya, D., Saepudin, A., & Pangesti, D. (2015). Uji Kecepatan Pertumbuhan
Jamur Rhizopus Stolonifer dan Aspergilus Niger yang Diinokulasikan pada
Beberapa Jenis Buah Lokal. Jurnal Siliwangi, 1(1), 32–40.

Sih Prabandari, A., & Darwati, M. S. (2022). IDENTIFIKASI CEMARAN


KAPANG PATOGEN PADA JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG
BEREDAR DI KOTA SURAKARTA Identification of pathogenic yeast at
traditional medicine pain Sold at Surakarta. Avicenna : Journal of Health
Research, 5(1), 10–18.

Tristiyanti, Erna & Febriyossa, A. (2022). Jurnal medical leboratory. 1, 1(1), 1–5.

Wawan, I. K., & Wijaya, A. (2020). Potensi Lidah Buaya ( Aloe vera ) sebagai
Antimikroba dalam Menghambat Pertumbuhan Beberapa Fungi : Literature
Review. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 18(2), 202–211.
Lampiran I : Diagram Alir

Isolasi dan Karakterisasi Kapang (Mold)

Pembuatan Media PDA (Potato


Dextrose Agar)

Isolasi Kapang (Pepaya dan Roti)

Purifikasi Kapang

Karakterisasi Kapang
Lampiran II : Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai