Anda di halaman 1dari 8

Laporan Ekwan : Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode CMR

Dosen Pengampuh : Dra. Yustina, M.Si, Ph.D

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN


Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode Menangkap-Menandai-
Menangkap Kembali (MMM)

Oleh :
NAMA : DIAN KURNIA SARI
NIM : 0805113291
KELOMPOK : VIII

LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode Menangkap-Menandai-
Menangkap Kembali (MMM)

I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan metode Menangkap-Menandai-
Menangkap Kembali untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan.
II. Tinjauan Teoritis
2.1. Kelimpahan Populasi
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies
(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami
suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik
digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu
dalam kelompok itu (Odum, 1971).
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat
diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar suatu populasi. adalah ukuran
besar populasi, kerapatan dan kelimpahan populasi.
Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya
perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup
makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya. Perbadaan-perbedaan
dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator, dan
sebagainya. Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Suatu nilai
ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu
yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut.
Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa
sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh laju
kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta, 1993).
Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang
didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber
makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat
dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan
dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan.
Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim.
(Subahar, 2004)
Selain itu, menurut Boror (1954), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat
ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya
lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan
cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor
pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar
individu. Bila mana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan
akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjai antara anggota-anggota spesies yang berbeda
(persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik).
Persaingan dapat terjadi dalam mendapatkan makanan atau ruang. Spesies yang bersaing
untuk suatu sumber tertentu tidak perlu saling mengacuhkan. Organisme yang saling mirip
cenderung menempati habitat yang sama dan membuat kebutuhan yang sama atas lingkungan
serta memodifikasi lingkungan dengan cara yang sama. Persaingan diantara hewan sering kali
tidak langsung, karena daya geraknya. Tidaklah umum bagi hewan bersaing untuk sumber
yang sama dan melanjutkan permusuhan langsung yang menyebabkan pesaing cedera.
Persaingan intraspesifik pada hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan
rapatannya melebihi tingkat optimal (Michael. P, 1991).

2.2.Metode CMR (Capture-Mark-Recapture)/ MMM (Menangkap-Menandai-Menangkap


Kembali)
Metode MMM, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga
ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau
mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama
penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi
hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang
mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang
pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan
pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari
penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil
penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.
Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang
diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun,
dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak
selama periode pengamatan.
2. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang
hidup.
3. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain
didalam populasi.
4. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun
tidak. (Anonimus, 2008)
Rumus-rumus perhitungan metode MMM, apabila :
M : Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1
n : Jumlah total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2
m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2
N : Jumlah individu di alam/ dalam populasi
Maka harga taksiran kelimpahan populasi (N3 Indeks Peterson-Lincoln) dapat dihitung
sebagai berikut :

Apabila nilai M>30 N=

Dengan variasi estimasi var. N=


Apabila M<30 digunakan perhitungan berdasarkan rumus-rumus berikut:

N= dan var. N =
III. Alat dan Bahan
- Termo-higrometer
- Insectnet
- Plastik
- Alat tulis
- Tipe-X

IV. Cara Kerja


Metode MMM dapat dilakukan pada berbagai jenis hewan mobile, yang ukuran tubuhnya
relatif besar (3-5 cm), jumlahnya banyak dan mudah didapatkan di sekitar kampus.
Caranya:
- Sediakan alat penangkap hewan dan alat penanda yang berwarna putih (missal: Type X)
- Pada pagi hari (periode pencuplikan ke-1) dilakukan penangkapan sejumlah individu. Tandai
bagian dorsal dengan type x berupa bintik kecil, lalu lepaskan. Lakukan penangkapan-
penandaan dan pelepasan hewan-hewan itu dengan hati-hati, jangan sampai ada hewan yang
terjepit, luka dan mati. Catat jumlah individu yang ditangkap, ditandai dan dilepaskan itu.
Catat pula seandainya ada yang mati atau luka akibat perlakuan.
- Pada pencuplikan ke-2 (10 menit setelah pencuplikan ke-1) dilakukan lagi penangkapan
dengan cara yang serupa seperti pada pencuplikan ke-1. Hitung berapa jumlah individu total
yang tertangkap maupun yang bertanda, lalu lepaskan lagi semuanya.
- Isikan semua hasil pencuplikan pada lembar data.

V. Hasil dan Pembahasan


Deskripsi area : Di belakang UP2B, dekat waduk UR, di samping lahan parkir rektorat
UR. Area tersebut banyak ditumbuhi rerumputan, pohon akasia dan beberapa pohon nangka.
Suhu : 29,6%
Kelembapan: 66%
Tabel Data Kelas
Penangkapan
No Lokasi Ke-2 Keterangan
Ke-1
Total Bertanda
1 10 8 1 Capung (5), Belalang
(2), lalat (1)
2 18 16 4 Kupu-kupu (1),
Belalang (1), Capung
(14)
3 8 5 4 Capung (5)
4 8 11 1 Capung (2), Belalang
Di belakang UP2B (8), lalat (1)
5 14 14 5 Capung (7), Belalang
(6), lalat (1)
6 13 7 1 Capung (2), Kupu-kupu
(4), Belalang (1)
7 8 11 3 Belalang (5), Capung
(5), Jangkrik (1)
8 7 4 - Kupu-kupu (4)
Jumlah 86 76 19

5.1. Pembahasan
Analisis Data:

1. N = = = = 45

var. N = = = = =525

2. N = = = = 61,2
var. N = = = = =440,64

3. N = = = = 9,6

var. N = = = = =2,56

4. N = = = = 48

var. N = = = = =640

5. N = = = = 35

var. N = = = = =105

6. N = = = = 52

var. N = = = = =676

7. N = = = = 24

var. N = = = = =76,425

8. N = = = = 35

var. N = = = = =490

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa populasi yang
kelimpahannya paling sedikit adalah populasi serangga dilokasi pencuplikan oleh kelompok 3
dengan besar nilai N (jumlah individu di alam) hanya sebesar 9,6 dengan nilai variasi yang
hanya sebesar 2,56. Hasil analisis demikian diperoleh karena pada pencuplikan kedua yang
dilakukan oleh kelompok 3 berhasil menangkap 5 ekor serangga yang berasal dari jenis yang
sama dan 4 diantaranya merupakan serangga yang telah ditandai. Hal ini menandakan bahwa
serangga yang berada dilokasi pencuplikan kelompok 3 memiliki variasi yang rendah karena
jenis serangga yang dijumpai hanya dari jenis capung. Selain itu, banyaknya jumlah serangga
bertanda yang berhasil tertangkap kembali mengindikasikan rendahnya mobilitas dan
persebaran spesies-spesies yang berada di lokasi pencuplikan oleh kelompok 3. Sementara
untuk 7 kelompok lainnya, nilai N (jumlah individu di alam) dan nilai variasi yang diperoleh
menunjukkan hasil yang besar dan hampir merata hal ini menunjukkan bahwa jumlah
individu yang terdapat di lokasi tersebut cukup banyak, kelimpahannya besar dan
mobilitasnya tinggi sehingga serangga-serangga yang tadinya telah ditandai pada
penangkapan pertama sulit ditangkap lagi untuk penangkapan kedua.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pencuplikan / waktu
penangkapan serangga. Praktikum dilaksanakan pada pukul 11.00 WIB dengan kondisi suhu
cukup tinggi dan kelembapan yang rendah. Perlu diingat bahwa jenis-jenis serangga seperti
kupu-kupu dan capung merupakan hewan-hewan yang aktif pada siang hari. Maka
kemungkinan sedikitnya jumlah serangga bertanda yang tertangkap kembali pada
penangkapan kedua adalah dikarenakan serangga-serangga di lokasi pencuplikan /
penangkapan sedang dalam kondisi aktif mencari sumber-sumber makanan ke tempat lain
sehingga mobilitasnya sangat tinggi.
Disamping itu, berdasarkan teori yang ada, baik itu jumlah individu atau besarnya populasi
di alam maupun kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya
keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada
habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks.
Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi
keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim,
curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi
kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan
populasi serangga. (Maramis, 2005)
Tambahan lain oleh Subahar (2004), kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh
aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya
kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah
tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan
bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi
kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan
musim dan iklim. (Subahar, 2004)
VI. Kesimpulan
 Metode MMM merupakan metode yang ditemukan oleh Peterson dan Lincoln yang dapat
digunakan untuk menaksir besarnya kelimpahan populasi suatu hewan yang memiliki
mobilitas tinggi.
 Umumnya nilai kelimpahan populasi serangga dan mobilitas serangga di lokasi penangkapan
belakang UP2B memiliki nilai yang besar karena sedikit sekali serangga yang ditandai yang
dapat tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
 Sulitnya menangkap kembali serangga yang telah ditandai pada penangkapan kedua karena
serangga sedang berada pada kondisi aktifnya.
 Kelimpahan populasi serangga ditentukan oleh daya reproduksinya, kelimpahan sumber
pakan dan faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan suhu.

Anda mungkin juga menyukai