Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
setinggi-tingginya kepada yang terhormat kepada Bapak dan Ibu yang sebagai pengajar mata
kuliah Analisa Sosial Dan Lingukungan, Karena adanya pihak-pihak tersebut, penulis dapat
memacu untuk segera menyelenggarakan tugas belajar ini.
Semoga makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan guru pada khususnya. Setiap saran, kritik, dan komentar sangat penulis harapkan untuk
meningkatkan kualitas makalah semacam ini di masa mendatang.
Malang, 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------5
2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya?-8
BAB IV PENUTUP--------------------------------------------------------------------------11
4.1 Kesimpulan---------------------------------------------------------------------11
DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------14
BAB I
PENDAHULUAN
AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National Environmental Policy
Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Jika
Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat
jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan, Belanda pun mempunyai milieu effect apportage
disingkat m.e.r. Sebenarnya Indonesia dan Belanda bukanlah penemu sistem ini, tetapi ditiru
dari Amerika Serikat yang diberi nama Environmental Impact Assesment (EIA). AMDAL
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan proses
yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP nomor 27 tahun 1999
yang terdiri dari:
a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau kegiatan.
Agar mahasiswa lebih memahami tentang pengetian,kegunaan dan bagian – bagian amdal
serta mengetahui bagaimana proses dari amdal tersebut dan dampak yang diakibatkan oleh
buruknya pengaturan lingkungan bagi manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial- ekonomi,
sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang
AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana
para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
C. Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
E. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL
dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi
AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL,RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di
luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki
sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan
materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL,
pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota.
Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak
diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan
Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh
nilai-nilai atau norma yang dipercaya.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi
kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola
dengan teknologi yang tersedia.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :
A. Identitas pemrakarsa
2.7 Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?
I. AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL
dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib.
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di
bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL,
untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan yang Diwajibkan. Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen
lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis
menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan
kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan dan/atau usaha
yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak
membutuhkan AMDAL baru.
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit
lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat
internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit
Lingkungan.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang
begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang
sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai
kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup
berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah
hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia
juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah
bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan
sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
C. Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar
sempit.
E. Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
A. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
B. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir.
C. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
E. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
F. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi
aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
A. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan
gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
B. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering
berjangkit setelah kejadian banjir.
C. Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang
penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dewasa ini kesadaran terhadap lingkungan hidup di negara indonesia semakin membaik,
walaupun masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain,hal ini di
butkikan dengan gencarnya isu-isu lingkungan yang mulai banyak digembar gemborkan di
media massa,salah satunya adalah tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
suatu kawasan. namun ironisnya sampai saat sekarang masih banyak masyarakat yang masih
belum mengerti AMDAL, bahkan AMDAL yang notabene Tata cara penyusunannya telah
diatur di dalam (PermenLH no 08 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan AMDAL) secara
jelas, seringkali penyusunan AMDAL hanya dengan meng-copy paste dari AMDAL yang
lainnya.
Dalam pelaksanaan penyusunan amdal,terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,maka wajib menyusun UKL-UPL,
sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
G. Memperbaiki Amdal
Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia belum memiliki arah yang jelas,hal ini dapat
dilihat dari kurangnya komitmen pemimpin dan masyarakat bangsa ini untuk menjaga
kelestarian dan keberlangsungan lingkungan hidup. Sejak pencanangan program
pembangunan nasional, berbagai masalah lingkungan hidup mulai terjadi. Masalah
lingkungan hidup tersebut antara lain, adanya berbagai kerusakan lingkungan, pencemaran di
darat, laut dan udara, serta berkurangnya berbagai sumber daya alam. Hal tersebut dapat
terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan ketersediaan sumber daya
alam yang ada serta kurang kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup
untuk generasi sekarang maupun masa depan.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu sistem yang terdiri dari lingkungan sosial
(sociosystem), lingkungan buatan (technosystem) dan lingkungan alam (ecosystem) dimana
ketiga subsistem ini saling berinteraksi (saling mempengaruhi). Ketahanan masing-masing
subsistem ini dapat meningkatkan kondisi seimbang dan ketahanan lingkungan hidup, dimana
kondisi ini akan memberikan jaminan keberlangsungan lingkungan hidup demi peningkatan
kualitas hidup setiap makhluk hidup di dalamnya. Ketika salah satu subsistem di atas menjadi
superior dan berkeinginan untuk mengalahkan atau menguasai yang lain maka di sanalah
akan terjadi ketidakseimbangan. Contohnya adalah ketika manusia dengan teknologi
ciptaannya ingin memanfaatkan alam demi kelangsungan hidup dan menyebabkan kerusakan
pada lingkungan alam.
Eksploitasi alam tentu saja tidak dapat dicegah, karena sudah merupakan fitrah manusia
memanfaatkan alam untuk kesejahteraannya. Tetapi tingkat kerusakan akibat pemanfaatan
alam ataupun pengkondisian kembali (recovery) alam yang sudah dimanfaatkan merupakan
hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan. Adapun cara
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan telaah secara mendalam mengenai
kegiatan/usaha yang akan dilakukan di lingkungan hidup sehingga dapat diketahui dampak
yang timbul dan cara untuk mengelola dan memantau dampak yang akan terjadi tersebut.
Metode ini dikenal juga dengan analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) atau
environmental impact assessment.
Amdal merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada
tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. yang dikaji dalam proses
Amdal: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat
sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Analisis mengenai
dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan bagian studi kelayakan untuk melaksanakan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui secara lebih jelas dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik
dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha dan/atau kegiatan
sehingga dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan
mengembangkan dampak positif
Pemerintah berkewajiban memberikan keputusan apakah suatu rencana kegiatan layak atau
tidak layak lingkungan. Keputusan kelayakan lingkungan ini dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan rakyat dan kesesuaian dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Untukmengambil keputusan, pemerintah memerlukan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik yang berasal dari pemilik kegiatan/pemrakarsa maupun dari
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Informasi tersebut disusun secara sistematis dalam
dokumen AMDAL. Dokumen ini dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL untuk menentukan
apakah informasi yang terdapat didalamnya telah dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan dan untuk menilai apakah rencana kegiatan tersebut dapat dinyatakan layak atau
tidak layak berdasarkan suatu kriteria kelayakan lingkungan yang telah ditetapkan oleh
Peraturan Pemerintah.
Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan atau kegiatan
yang akan dilaksanakan. Pemrakarsa inilah yang berkewajiban melaksanakan kajian
AMDAL. Meskipun pemrakarsa dapat menunjuk pihak lain (seperti konsultan lingkungan
hidup) untuk membantu melaksanakan kajian AMDAL, namun tanggung jawab terhadap
hasil kajian dan pelaksanaan ketentuan-ketentuan AMDAL tetap di tangan pemrakarsa
kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA