Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN

PRAKTIKUM II
EMBRIOLOGI KATAK

OLEH :

NAMA : WA ODE SITTI MARDHIYAH


NIM : F1D1 18 015
KELOMPOK : I ( SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : FIKRI IRSYAD MUHAMMAD

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
MARET 2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri organisme adalah tumbuh dan berkembang. Organisme

yang terbentuk dari fertilisasi dua sel kelamin akan tumbuh dari sel zigot menjadi

embrio, kemudian berkembang menjadi satu individu yang mempunyai tangan,

kaki, kepala dan organ tubuh yang lain. Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah

atau ukuran yang bersifat kuantitatif, karena mudah di amati dan bersifat

irreversible atau tidak dapat kembali seperti semula. Serta dapat dinyatakan

dengan angka, grafik, dan sebagainya. Pertumbuhan dan perkembangan

merupakan dua proses yang berjalan secara bersamaan (Simultan ).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor

dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor yang terdapat dalam tubuh

organisme antara lain gentik yang ada di dalam gen, dan hormon yang

merangsang pertumbuhan. Faktor luar adalah faktor lingkungan misalnya nutrien,

air, cahaya, suhu, kelembapan / pH dan oksigen. Potensi genetik hanya akan

berkembang jika ditunjang oleh lingkungan yang cocok. Karakteristik yang

ditampilkan oleh hewan di tentukan oleh faktor genetik dan lingkungan secara

bersama-sama.

Katak merupakan hewan vetebrata yang termasuk dalam kelas amphibi.

Kelompok ampibi ini merupakan jenis hewan ovivar. Katak jantan dan katak

betina tidak memiliki alat kelamin luar. Dekat pangkal oviduk pada katak betina

dewasa, terdapat kantung yang mengembung yang disebut kantung telur (uterus).
Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduknya berkelok-kelok dan

bermuara pada kantong kloaka.Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu

dilakukan praktikum tentang Embriologi Katak.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah bagaimana cara

mempelajari perkembangan katak (Rana sp.) dari fertilisasi sampai tingkat

perkembangan larva?

C. Tujuan Pratikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara

mempelajari perkembangan katak (Rana sp.) dari fertilisasi sampai tingkat

perkembangan larva.

D. Manfaat Pratikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu dapatmengetahui cara mempelajari

perkembangan katak (Rana sp.) dari fertilisasi sampai tingkat perkembangan

larva.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Katak

Katak Fejervarya cancrivora merupakan kelompok dari kelas amfibi

yang habitatnya sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi habitat dan aktivitas

manusia. Salah satu upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yaitu

memanfaatkan teknologi reproduksi buatan dengan melakukan induksi

pematangan gonad menggunakan hormon hipofisa dan ovaprim (Putri, 2013).

Secara ekologis, amfibi memiliki peranan penting dalam rantai makanan

sebagai konsumen sekunder. Iskandar (1998), menjelaskan bahwa amfibi telah

banyak dimakan khususnya di restoran-restoran Cina. Dua spesies yang paling

sering dikonsumsi adalah Fejervarya cancrivora dan Limnonectes macrodon

yakni spesies yang cukup bertubuh besar yang sering dijadikan sumber protein

tinggi. Selain untuk tujuan konsumsi, amfibi memiliki kegunaan yang lain yaitu

sebagai binatang peliharaan, binatang percobaan dan bahan obat-obatan

(Mardinata, 2017).

B. Fertilisasi Pada Katak

Fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu

hewan memijah. Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi untuk setiap jenis

individu. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pengaruh lingkungan, fisik dan

jenis individu. Diduga ukuran tubuh, bobot tubuh dan bobot gonad juga

mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. Hubungan bobot tubuh dan bobot

gonad menunjukan bahwa bobot tubuh dan bobot gonad tumbuh secara bersamaan
artinya memiliki hubungan yang sangat kuat. Apabila bobot gonad bertambah

maka berpengaruh juga pada bobot tubuh. Jumlah telur yang dihasilkan juga

semakin besar ukuran katak semakin banyak jumlah telur yang dihasilkan

(Saputra, 2014).

Lama pengeraman telur katak tergantung pada spesies dan beberapa

faktor luar. Bila suhu rendah maka akan membelah enzin choroin tidak bekerja

dan membuat embrio lama melarutkan kulit telur sehingga proses penetasan lama

terjadi. Hal ini didukung oleh Effendi (2002) menyatakan faktor luar yang

mempengaruhi pengeraman telur adalah suhu air. Suhu merupakan faktor penting

dalam mempengaruhi proses perkembangan embrio, daya tetes telur dan

kecepatan penyerapan kuning telur ( Kasmeri, 2014).

C. Tahap Perkembangan Embrio Katak

Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan

(developmental of biology). Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari

tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk

hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai embrio dengan penekanan

kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan pemahaman anda

tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini akan

dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi (Haviz, 2014).

Metamorfosis menjadi tiga tahapan yang biasanya menjadi referensi bagi

peneliti biologi, yaitu: 1. premetamorfosis, dicirikan oleh pertumbuhan dan

perkembanga yang pesat pada struktur berudu, namun bukan perubahan bentuk

secara menyeluruh (metamorphic changes); 2. prometamorfosis, periode lanjutan


dari pertumbuhan berudu, terutama pada bagian tungkai, merupakan inisiasi dari

perubahan-perubahan metamorfosis minor; dan3. klimaks, periode perubahan

radikal yang memuncak pada hilangnya karakter berudu; pada Anuran tahap ini

dimulai ketika ekor berudu mulai mengalami regresi dan diakhiri ketika ekor

benar-benar hilang. Premetamorfosis merupakan periode embrionik. Salah satu

pertumbuhan yang terjadi pada periode ini adalah pertumbuhan bud (calon kaki).

Pada periode prometamorfosis terjadi diferensiasi struktur kaki belakang. Periode

akhir dari perkembangan ini adalah periode klimaks metamorfosis. Beberapa

proses yang terjadi pada periode ini adalah pertumbuhan kaki depan dan

menghilangnya ekor (apoptosis). Perubahan internal secara drastis terjadi pada

sistem organ, jaringan, juga pada level biokima terjadi selama periode

prometamorfosis dan klimaks metamorfosi (Eprilurahman, 2010).


III. METODE PENGAMATAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Maret 2019 pada pukul

07.30-10.00 WITA dan bertempat di laboratorium Biologi unit Zoologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Nama Alat dan Kegunaannya


Nama Alat Kegunaan
No.
1 2 3
1. Mikroskop stereo Untuk mengamati embrio ayam
2. Pipet tetes Untuk memindahkan larutan NaCl ke cawan petri
3. Kaca objek Untuk menyimpan objek pengamatan
4. Kamera Untuk mendokumentasikan objek pengamatan
5. Alat tulis Untuk menggambar pola yang akan dipecah pada
bagian rongga udara
6. Gunting Untuk memecahkan cangkang telur
7. Pinset Untuk memisahkan embrio dari kuning telur
8. Cawan petri Sebagai wadah/tempat untuk telur yang diamati

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Bahan dan Kegunaannya


No. Nama Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Telur katak Sebagai objek yang akan diamati
2. Larutan NaCl 0,9 % Untuk membersihkan embrio ayam yang
akan diamati.
3. Air Untuk membersihkan cawan petri
4. Tissue Untuk membersihkan cawan petri
C. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini sebagai berikut :

1. Mempersiapkan induk katak (Rana sp.) yang bunting (penuh

dengan telur yang masak) dan pejantan yang birahi

2. Membius katak (Rana sp.) dengan mengunakan alkohol

3. Membedah katak (Rana sp.) dengan cutter/silet diatas papan

bedahMengeluarkan telur katak dengan cara mengurut perutnya dan

menampungnya di dalam petridish

4. Spermatozoon yang telah diperoleh dari testis katak jantan yang

disuspensikan dengan larutan Holfreter atau langsung

mencampurkannya dengan telur setelah testis dipotong-potong

5. Mencampur telur dengan sperma kemudian mengamatinya

dibawah mikroskop

6. Mengamati proses yang terjadi setelah pencampuran dan sesudah

inseminasi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil pengamatan


No. Hasil Pengamatan Stadium Keterangaan

1 2 3 4
1

1 Polus vegetatif
2 2 Polus animalis
Stadium 1
(Frandson, 1992)

Perbesaran 640×480

Tabel 4. Hasil Pengamatan Jurnal Pendukung


No. Hasil Pengamatan Stadium Keterangan

1 2 3 4
1. Telur yang belum
dibuahi.Umur 0,0 jam,
diameter 1,7 mm. Keadaan
ini terjadi segera setelah
telur dikeluarkan
(Oviposisi) dari tubuh induk
Stadium 1 katak.Telur terbungkus oleh
lapisan gelatin. Bagian telur
dapat dibedakan menjadi
Polus animalis dan polus
vegetativus berdasarkan tingkat
pigmentasinya.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
2. Telur yang telah dibuahi.
Umur 1,0 jam, diameter 1,7
mm. Terbentuk membran
pembuahan berbentuk
bulan sabit dan berwarna
abu-abu (graycrescent) pada
bagian permukaan telur yang
Stadium 2 menjadi tempat masuk
spermatozoon.. Setelah
mengalami pembuahan,
metabolisme sel telur akan
meningkat, sementara
permiobilitas dinding sel
telur berkurang.
3. Pembelahan tingkat
pertama menjadi 2 sel.
Umur 3,5 jam, diameter
1,7mm. Bidang pembelahan
pertama meridional
Stadium 3 (vertikal), gray crescent
terbagi menjadi 2 bagian yang
sama besar. Dua buah blastomer
yang terbentuk memiliki bagian
polus animalis dan polus
vegetativus.
4. Pembelahan menjadi 4 sel.
Umur 4,5 jam, diameter 1,7
mm. Bidang pembelahan kedua
masih tetap
Meridional (vertikal). Pada
Stadium 4
saat ini terjadi perbedaan
pembagian gray crescent.
Dua sel memiliki dan dua
sel lainnya tidak memiliki.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
5. Pembelahan menjadi 8 sel.
Umur 5,5 jam, diameter
1,7 mm. Bidang
pembelahan ketiga berpola
latitudinal. Pada stadium
ini terjadi perbedaan
ukuran
blastomer. Mikromer (sel-
Stadium 5 sel blastomer yang
berukuran kecil)
berpigment tebal, sedangkan
makromer (yang berukuran
lebih besar) berpigment
tipis saja. Tampak adanya
inisiasi calon
Blastocel.
6. Pembelahan menjadi 16
sel. Umur 6,5 jam,
diameter 1,7 mm. Dua
bidang pembelahan ke-4
Stadium 6 Meridional (vertikal)
terbentuk pada stadium ini,
selainitu terjadi segregasi
plasma benih (germ
plasm).
7. Pembelahan menjadi 32
sel. Morulla, umur 7,5 jam,
diameter 1,7 mm.
Dua bidang pembelahan ke-5
Latitudinal.Membentuk
massa sel yang disebut sebagai
Stadium 7 Morulla. Blastomer
penyusunnya berukuran lebih
kecil apabila dibandingkan
dengans tadium sebelumnya,
sedangkan blastocel
membesar.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
8. Pertengahan pembelahan.
Blastula awal, umur 16
jam, diameter 1,7 mm.
Blastocel terus membesar,
pola pembelahan
berikutnya yang terjadi
tidak memiliki aturan
pasti. Pergerakan embrio
Stadium 8 secara umum dilakukan
dengan bantuan silia sel-
sel blastomer bagian luar.
Permukaan embrio masih
terlihat sebagai susunan
sel-sel yang tidak rata dan
membentuk struktur
permukaan multiseluler.
9. Akhir pembelahan.
Blastula akhir, umur 21
jam, diameter 1,7 mm.
Struktur permukaan yang
multiseluler berangsur
menghilang dan menjadi
lebih halus atau rata.
Stadium 9 Terbentuk bangunan yang
disebut germ ring, epiblast
dan hypoblast.Bagian
dorsal, sesuai dengan peta blastula
merupakan calon pembentuk
organ.

10. Pembentukan bibir dorsal.


Gastrula awal, umur 26
jam, diameter 1,7mm.
Terjadi epiboly
Stadium 10 germ ring ke arah polus
vegetativus, invaginasi dan
involusi bibirdorsal
(labium dorsale).
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
11. Pembentukan bibir lateral.
Gastrula pertengahan,
umur 34 jam, diameter 1,7
mm. Terjadi pembentukan
Stadium 11 bibir lateral (labium
laterale), invaginasi yang
semakin dalam dan blastocel
mulai terdesak oleh adanya
gastrocel.
12. Pembentukan bibir ventral.
Gastrula akhir, umur 42
jam, diameter 1,7mm.
Labium ventrale
dan yolk plug mulai
terbentuk. Terjadi kontriksi
Stadium 12 labia, sedangkan ukuran
gastrocel menjadi lebih
besar. Blastocel
menghilang dan diikuti
oleh terbentuknya
blastoporus.
13. Pembentukan lamina
neuralis. Neurula awal,
umur 50 jam, panjang
embrio 1,8 mm.
Blastoporus mengecil seiring
dengan adanya pembentukan
Stadium 13 stria
primitiva.Bentuk embrio
tidak lagi bundar
melainkan agak lonjong.
Lamina neuralis juga mulai
tampak.

14. Pembentukan torus


medullaris. Neurula
tengah, umur 62 jam,
panjangembrio 2,0 mm.
Torus medullaris
terbentuk, axis (sumbu
Stadium 14
panjang tubuh) embrio
semakin jelas.Terjadi
penebalan
neuroectoderm
sebagai calon otak di
bagian anterior.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
15. Terjadi peristiwa rotasi
sumbu tubuh dan peleburan
torus medullaris. Umur 67
jam, panjang embrio 2,5
mm. Torus medullaris
mengalami peleburan
Stadium 15 menjadi satu dan
membentuk crist neuralis.
Bagian enteron
membentuk bangunan yang
memanjang dan diikuti oleh
adanya rotasi sumbu tubuh
embrio.
16. Pembentukan canalis
neuralis (neurula akhir)
Umur 72 jam, panjang
embrio 3,0 mm. Masih
terdapat neuroporus
Stadium 16 pada bagian anterior dan
posterior. Embrio
dapatdibedakan menjadi bagian
kepala, leher dan badan. Bagian
dorsal embrio
berbentuk cembung.

17. Pembentukan kuntum ekor.


Umur 84 jam, panjang
embrio 3,5 mm.
Blastoporus mulai
menghilang dan muncul
canalis mesoentericus.
Neuroporus menutup,
badan memanjang, bagian
dorsal cekung, somit-somit
Stadium 17 terbentuk. Calon-calon
organ jugaterbentuk,
seperti
mesenchym jantung,
arches visceralis, blok
mesoderm, pronephros,
hypochorda, sense plate,
gill plate, vesicula optica,
placoda auditoria
dan placodaolfactoria.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
18. Mulai terjadi reaksi otot
(gerak otot tubuh secara
aktif). Umur 96 jam,
panjang embrio 4,0 mm.
Mulai terjadi gerakan
pertama dengan bantuan
otot tubuh embrio. Bagian
calon otak primer dan
infundibulum masih
terpisah dari calon hipofise.
Linea lateralis
mulaimuncul. Sementara
Stadium 18 itu placoda auditoria
mulai terpisah dari
ectoderm kepala, placoda
lensa mata terbentuk dan
radix ventralis terpisah dari
medulla spinalis.
Hypochodra
jugamulai terpisah dari
enteron. Chorda dorsalis
pada stadium ini telah
mencapai
puncak perkembangann.
19. Jantung mulai berdenyut.
Umur 118 jam, panjang
embrio 5,0 mm. Epifise
mulai terbentuk diikuti
oleh adanya perubahan
posisi infundibulum
Dan hypofise pada lokasi yang
tetap. Thyroid mengalami
evaginasi, nervus trigeminus
dan placoda-nya mulai muncul.
Nervus facialis dan
auditorius terbentuk pada
Stadium 19
cristacranialis II.
Sementara itu lensa mata
terpisah dari ectoderm.
Somit yang terbentuk
meliputi 13 buah pada
bagian badan dan 32 buah
pada ekor. Serabut-serabut
otot mulai berfungsi diikuti
dengan semakin
sempurnanya diferensiasi
sclerotome
jantung. Gejalayang tampak
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
adalah adanya aktivitas kontraksi
otot-otot jantung (ada denyutan).
20. Tahap penetasan (sirkulasi
insang luar mulai tampak).
Umur 140 jam, panjang
embrio 6,0 mm. Lapisan
gelatin sebagai pelindung
terhadap dunia luar mulai
pecah dan larut dalam air.
Pada tahap ini dianggap
bahwa telur telah menetas.
Sucker
pada bagian ventral calon mulut
mulai terbentuk lengkap.
Sistem peredaran mulai
tampak ditandai adanya
pembentukan lapisan dinding
jantung secara lengkap dan
Stadium 20 penyempurnaan
vena pulmonaris. Sirkulasi
insang luar dan pembuluh-
pembuluh darah terbentuk
sempurna.Vena cardinalis
posterior bercabang ke
mesonephros
Placoda olfactorius
(cekungan hidung) sudah
tumbuh. Sementara itu
sistem syaraf mulai
mengalamipenyempurnaan
dengan terbentuknya massa
ganglion cranialis
(nervus opticus) dan sistem
syaraf simpatik.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
21. Mulut mulai membuka.
Umur 162 jam, panjang
embrio 7,0 mm).
Korneamata mulai tampak
transparan. Bentuk embrio
mengalami perubahan
mencolok dari larva ke
berudu. Mulut
tampak terbuka, kornea
transparan dan calon cerebrum
mulai terbentuk.Vesicula
Stadium 21 otica
mengalami diferensiasi
lanjut. Ductus endo
lymphaticus terbuka ke arah
permukaan diikuti dengan
adanya inversi total pada
jantung. Radix dorsalis,
ganglion spinale dan
auricula di sebelah kanan
dan kiri torus genitalis
mulai terbentuk sempurna.
22. Tahap sirkulasi ekor. Umur
192 jam, panjang embrio
8,0 mm. Bagian jantung
telah lengkap diikuti
dengan mulai berfungsinya
sistem sirkulasi bagianekor
Stadium 22 secara sempurna. Mulai
timbul kuntum calon paru-
paru, sementara itu
hypochorda mulai
menghilang. Mesonephros
juga tampak mulai
terbentuk.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
23. Tahap pembentukan operculum
dan gigi tanduk. Umur 216
jam, panjangembrio 9,0
mm. Tahap ini ditandai dengan
menutupnya insang yang dimulai
dengan terbentuknya
Operculum bagian kiri.
Gigi tanduk mulai muncul
bersamaan dengan itu
tampak pulacalon lidah.
Kelenjar carotid mulai
Stadium 23 terbentuk diikuti dengan
hilangnya sumbatesofagus.
Calon pankreas, arteri
pharyngealis dan
lamina precordalis
sebagai pembentuk dasar
plexus choroidicus
mulai timbul. Disusul
kemudian dengan
timbulnya lobus opticus
cerrebellum dan nervus
cranialis.
24. Tahap penutupan insang
kanan. Umur 240 jam,
panjang embrio 10,0 mm.
Kelenjar mukus mengalami
atropi, mulut mulai melebar
dengan susunan gigi
tanduknya. Berudu mulai
makan tumbuh-tumbuhan.
Intestinum cukup panjang
Stadium 24
dan tampak sebagai
lingkaran-lingkaran.
Operculum kanan mulai
terbentuk dan menutup
iinsang bagian ini. Kelenjar
tiroid mulai berfungsi
disertai dengan mulai.
Tabel 4. Lanjutan
1 2 3 4
terbentuknya calon alien
Celah branchial mulai
tembus sebagai terusan.
Mesonephros
Berkembang diikuti dengan
terpisahnya utricula
dengan saccula. Canalis
semicircularis,
lobusopticus, vena
cardinalis medianus
dan vena cava mulai
terbentuk.

25. Tahap penutupan insang


sempurna. Umur 284 jam,
panjang embrio 11,0
mm.Silia menghilang,
kecuali pada bagian ekor.
Spiraculum mulai
terbentuk. Gigi parut mulai
tampak pada bagian bibir
berudu. Sementara itu
diferensiasi esofagus da
nventriculus mulai terjadi.
Stadium 25 Kuntum paru-paru mulai
memanjang diikuti dengan
perkembangan pronephros
yang mencapai puncaknya. Retina
mengalami diferensiasi lebih
lanjut.
Choanae interna mulai
terbuka dan dilanjutkan
dengan pembentukan
nervus olfactorius serta
nervus abducent.
B. Pembahasan

Berdasarkan literatur yang diperoleh dan digunakan sebagai acuan untuk

mengamati perkembangan embriologi katak, diketahui bahwa katak memiliki

perkembangan embrio dan metamorfosis yang melewati beberapa stadium hingga

mencapai bentuk sebagai katak dewasa. Setiap stadium memiliki ciri-cirinya

masing-masing. Pada stadium 1 merupakan fase dimana telur belum dibuahi, fase

ini terjadi setelah telur dikeluarkan (oviposisi) dari tubuh induk katak. Stadium 2

dimana telur membentuk membran pembuahan yang berbentuk bulan sabit dan

berwarna abu-abu (gray crescent) pada bagian permukaan telur yang menjadi

tempat masuk spermatozoon.

Stadium 3 dan stadium 4 sel membelah pada bidang meridonal ( vertikal),

gray crescent mulai membelah dan terbagi menjadi dua bagian yang sama besar

yaitu blastomer yang terbentuk memiliki bagian polus animalis dan polus

vegetativus menjadi 2 dan stadium 4 terjadi pembelahan menjadi 4 sel. Stadium 5

terjadi pembelahan menjadi 8 dengan pola pembelahan latitudinal yaitu bidang

yang sejajar dengan equator .

Stadium 6 pembelahan menjadi 16 sel yang terjadi secara meridional

(vertikal) terbentuk pada stadium ini, selain itu terjadi segregasi plasma benih

(germ plasma). Stadium ke 7 terjadi pembelahan menjadi 32. Fase ini terbentuk

dua bidang pembelahan ke-5 latitudinal, membentuk massa sel yang disebut

sebagai morulla. Stadium ke 8 telur sampai pada tahap blastula awal atau disebut

pertengahan pembelahan yang terus membesar, pola pembelahan berikutnya yang

terjadi tidak memiliki aturan pasti.


Telur katak yang telah memasuki masa stadium ke 9 atau disebut sebagai

akhir pembelahan dengan blastula akhir memiliki struktur permukaannya

multiseluler yang telah menghilang dan menjadi lebih halus atau rata. Stadium 10

atau disebut tahap pembentukan bibir dorsal, gastrula awal dimana terjadi epiboly

germ ring kearah polus vegetativus, invaginasi dan involusi bibir labium dorsal

(labium dorsale). Stadium ke 11 sel telur katak mulai terjadi pembentukan bibir

latera (labium laterale), gastrula pertengahan terjadi invaginasi yang semakin

dalam dan blastocel mulai terdesak oleh adanya gastrocel.

Fase stadium ke 12 gastrula akhir mulai terbentuk Labium ventral dan yolg

plug dan terjadi kontraksi labia, sedangkan ukuran gastrosel menjadi lebih besar

dan blastocel menghilang serta diikuti oleh terbentuknya blastoporus. Fase telur

katak yang memasuki stadium ke 13 dimana neurula awal berumur bentuk embrio

tidak lagi bundar melainkan agak lonjong serta Lamina neuralis juga mulai

tampak. Stadium ke 14 neurula tengah embrio semakin jelas yang terjadi

penebalan neuroectoderm sebagai calon otak dibagian anterior.

Fase telur katak stadium 15, torus medullaris pada embrio mengalami

peleburan menjadi satu dan membentuk crista neuralis. Stadium ke 16

neuroporus muncul pada bagian anterior dan posterior dan embrio sudah dapat

dibedakan menjadi bagian kepala, leher dan badan. Bagian dorsal embrio

berbentuk cembung. Memasuki stadium ke 17 atau pembentukan kuntum ekor,

blastoporus mulai menghilang dan muncul canalis mesoentericus. Neuroporus

menutup, badan memanjang, bagian dorsal cekung, somit-somit terbentuk. Calon-

calon organ juga terbentuk.


Fase atau stadium ke 18, terjadi reaksi otot yang terjadi dengan pergerakan

pertama dengan bantuan otot tubuh embrio. Fase stadium ke 19, jantung embrio

mulai berdenyut, epifise mulai terbentuk yang di ikuti oleh adanya perubahan

posisi. Fase stadium ke 20 adalah tahap penetasan dimana lapisan gelatin sebagai

pelindung terhadap dunia luar mulai pecah dan larut dalam air.

Fase atau stadium ke 21 pembentukan embrio mulai mengalami perubahan

yang mencolok dari lava ke berudu, mulut mulai terbuka, kornea transparan dan

calon cerebrum mulai terbentuk. Fase atau stadium ke 22 adalah fase dimana

sistem sirkulasi ekor mulai berfungsi dan bagian jantung telah lengkap dan mulai

timbul kuntum calon paru-paru. Fase atau stadium ke 23 ditandai dengan

menutupnya insang dimulai dengan terbentuknya operculum pada bagian kiri dan

gigi tanduk mulai terbentuk diikuti dengan hilangnya sumbat esophagus.

Fase atau stadium ke 24 tandai dengan adanya kelenjar mukus yang

mengalami atropi, mulut mulai melebar dengan susunan gigi tanduknya. Fase atau

tahap ke 25 tandai dengan silia yang menghilang kecuali pada bagian

ekor.Spiraculum mulai terbentuk, gigi parut mulai nampak pada bagian bibir berudu

dan terjadi diferensiasi esophagus dan ventriculus.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, telur katak yang diamati tersebut

termasuk ke dalam stadium 1, fase dimana telur belum dibuahi karena pembuahan

katak yang terjadi secara eksternal, sehingga tidak memungkinkan bahwa telur

yang masih berada di dalam perut induk katak betina telah dibuahi. Pengamatan

yang dilakukan telur masih dalam induk yang dikeluarkan (ovoposisi), maka dari

itu sesuai dengan ciri-ciri pada tahap stadium 1. Telur katak juga memiliki polus
animal dan polus vegetatif, yang dimana polus animal berarwarna hitam

sedangkan polus vegetatif berwarna pucat. Hal ini sesuai dengan (Frandson, 1992)

yang menyatakan ada 2 kutub pada telur yaitu kutub animal dan kutub vegetal,

yang dimana kutub animal atau yang biasa disebut polus animalis berpigmen

hitam sedangkan kutub vegetal atau yang biasa disebut polus vegetatif tidak

berpigmen hitam.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada praktikum sistem reproduksi hewan yaitu pada katak

memiliki perkembangan embrio dan metamorfosis yang dengan beberapa stadium

sebagai berikut, yaitu stadium 1 dimana sel telur belum dibuahi dan masih berada

di dalam perut induknya. Stadium 2 terbentuk membran pembuahan berwarna

abu-abu (gray crescent). Pada stadium 3, 4, 5 dan 6 sel terus membelah dari 2 sel

menjadi 4 dan kelipatannya. Pada stadium 7 adalah fase morulla. Fase 8, 9 dan 10

terjadi fase blaastulasi. Stadium 11, 12 adalah fase gastrulasi. Fase 13 dan 14

terjadi pembentukan neurula. Fase 15 terbentuk crista neuralis. Stadium 16 dan

17 neuroporus dan blastoporus menghilang. Stadium 18, 19 dan otot embrio

berkontraksi, jantung embrio mulai berdenyut dan penetasan, dimana gelatin telur

menjadi larut di dalam air. Stadium 20 sampai 22 mulai terlihat jelas perubahan

mencolok dari larva ke berudu. Stadium 23 insang mulai menutup. Stadium 24

sampai 25 silia menghilang dan terjadi diferensiasi esophagus dan ventriculus.

B. Saran

Saran yang dapat di ajukan pada praktikum ini yaitu :

1. Saran untuk laboratorium yaitu agar melengkapi fasilitas pendukung dalam

laboratorium yang dapat menunjang jalannnya praktikum.

2. Saran untuk asisten yaitu agar menjelaskan dengan lengkap dan ditingkatkan

lagi cara membimbingnya agar praktikan lebih paham.


3. Saran itu praktikan yaitu agar lebih banyak lagi membaca referensi materi yang

berhubungan dengan praktikum agar paham apa yang sedang dipraktikumkan.


DAFTAR PUSTAKA

Eprilurahman, R.,D . Nurisnawati, dan M . Sagi. 2010. Rumus Geligi Berudu


Sebagai Karakter Identifikasi: Studi Kasus Pada Berudu Hydrophylax
Chalconotus (Schlegel, 1837) dan Dattaphrynus Mclanosticlas (Schneider,
1799). Berkala Ilmiah Biologi. (9) 1: 11

Haviz M., 2014. Konsep Dasar Embriologi: Tinjauan Teoretis. Jurnal Sainstek. 6
(1) : 96

Kasmeri R., dan Elza S., 2014. Induksi Kejutan Suhu 360C Terhadap
Perkembangan Embrio dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak (Rana
cancrivora). Jurnal Pelangi. 6 (2) : 146

Mardinata R., 2017. Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) Di Tipe Habitat


Berbeda Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Skripsi : 28

Putri A.R.I., Nia K., dan Agung P.W.M., 2013. Pengaruh Hormon Hipofisa Dan
Ovaprim Terhadap Ovulasi Katak Serta Perbedaan Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berudu Katak Fejervarya cancrivora. Jurnal Biotropika.
1(5): 191

Saputra D., Tri R.S., dan Ari H.P., 2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) Di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat.
Protobiont . 3 (2) : 84

Anda mungkin juga menyukai