Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

MODUL I
TINGKAH LAKU ORIENTASI HEWAN

DISUSUN OLEH:
NAMA : RATRI PRATIWI
NIM : G 401 19 021
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : RIFKI KURNIAWAN

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN DAN EVOLUSI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET, 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orientasi adalah perilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar
tubuhnya menjauhi atau mendekati diri kearah rangsangan. Dalam orientasi,
seekor hewan dapat menentukan arah kompas dan berjalan dalam lintasan
yang lurus untuk menempuh jarak tertentu atau hingga sampai ditempat
tujuan. Perilaku ini sangat mendasar pada setiap hewan untuk mencari
makan,inum sinar matahari, lawan jenis, interaksi dengan anggota
kelompoknya (Melles, 2004).

Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan

a n t a r a organisme dan lingkungannya. Hal itu merupakan kegiatan yang

diarahkan dari luar dan tidak mencakup banyak perubahan di dalam

tubuh yang secara tetap terjadi pada makhluk hidup. Perilaku dapat terjadi

sebagai akibat suatu stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk

mendeteksi stimulus itu, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan

respons, efektor itulah yang sebenarnya melaksanakan aksi. Perilaku

dapat juga disebabkan stimulus dari dalam. Hewan yang merasa lapar

akan mencari makanan sehingga hilanglah laparnyas etelah memperoleh

makanan. Lebih sering terjadi, perilaku suatu organisme merupakan

akibat gabungan stimulus dari luar dan dari dalam. J adi,

berdasarkan pernyataan di atas hubungan timbal balik antara stimulus

dan respons yang terjadi pada organisme merupakan sebagian studi

mengenai perilaku. Studi lainnya menyangkut masalah pertumbuhan

dan mekanisme evolusioner dari organisme dan sekaligus evolusi

perilakunya (Suhara, 2010).


Perilaku pada hakekatnya adalah total range of activitiesdan
melibatkan aktivitas yang dapat dideteksi (observable) dan yang sukar
dideteksi (non-observable), dalam pengkajian perilaku baik yang bersifat
herediter maupun didapatkan dari lingkungan merupakan titik tolak
untuk memaknakannya. Fenomena perilaku hewan merupakan
ekpresi respon hewan terhadap lingkungan yang bersifat
k o m p l e k d a n m e n a k j u b k a n . P e r i l a k u y a n g diekpresikan hewan
sebagai suatu upaya bagi kelangsungan hidup hewan tersebut (Barnard,
2004).

Berdasarkan uraian diatas, hal yang melatarbelakangi praktikum ini adalah


untuk mengetahui perilaku atau respon tingkah laku jangkrik terhadap
variable lingkungan seperti cahaya dan kelembapan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perilaku atau
respon tingkah laku jangkrik terhadap variabel lingkungan
seperti cahaya dan kelembapan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut dengan ethologi.
Perilaku pada hewan dapat dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis,
refleksi, insting, belajar dan menalar. Taksis yang merupakan suatu bentuk
sederhana dari tingkah laku hewan bagi penyesuaia terhadap keadaan
lingkungan, menunjukkan seperti apa hewan akan menunjukkan suatu
orientasi karena adanya rangsangan. Para Ethologi mencatat bahwa stimulus
yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya menonjolkan kemunculan
atau perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan mereka dapat
menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat ditengahi
dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana (Suin, 1989 ; Widiastuti,
2002).

Menurut Dethir & Stlellar (2006), terdapat berbagai pola adaptasi perilaku
hewan terhadap lingkungannya mulai dari perilaku taksis pada protozoa,
instingtif pada insekta dan pola learning dan reasoning pada Primata.
Pola perilaku tersebut selanjutnya dikategorisasikan sebagai perilaku
bawaan (Innate Behavior) dan perilaku belajar (Learning Behavior).
Ekpresi perilaku yang bersifat bawaan ditandai dengan adanya pola
yang ajek dan spesifik untuk spesies. Pola ini sangat kompleks karena
melibatkan stimulus yang spesifik dan menghasilkan respon yang
spesifik pula. Pola innate sepenuhnya diatur oleh gen dan diturunkan secara
herediter. Hewan dengan pola perilaku belajar mempunyai gen yang
potensial untuk belajar. Perilaku ini sangat adaptif dan diperoleh melalui
pengalaman dan latihan.

Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan
yang terjadi. Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan
pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam
rangsangannya juga dibedakan menjadi fototaksis (rangsangan cahaya),
rheotaksis (rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap
bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap kemiringan tempat).
Menurut Fraenkel dan Gunn (1961), berdasarkan tipe stimulus dan orientasi
yang dituju oleh organisme, perilaku taksis dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, contohnya yaitu fototaksis, geotaksis, dan kemotaksis.
Fototaksis adalah apabila stimulus yang diberikan kepada organisme berupa
cahaya, geotaksis apabila stimulusnya berupa gravitasi, dan kemotaksis
apabila stimulusnya berupa zat kimia. Berdasarkan orientasinya, taksis
dibedakan menjadi taksis positif dan taksis negatif. Suatu respon organisme
dikatakan taksis positif apabila menuju arah datangnya stimulus dan
dikatakan negatif apabila organisme menjauhi arah datangnya stimulus (Glase
et al., 1992).

Jangkrik adalah jenis serangga pelompat dari ordo Orthoptera dan termasuk
keluarga Grillydae, yaitu serangga yang masih berkerabat dengan belalang
dan jangkrik semak atau tonggeret. Ciri khusus serangga ini antara lain
memiliki kaki belakang yang digunakan untuk melompat, dua pasang sayap,
dan sepasang antena berbentuk benang yang terkadang melebihi panjang
tubuhnya. Jangkrik hidup di darat, mulai dari pepohonan, semak-semak,
rerumputan, gua, hingga lubang di tanah atau kayu (Resh dan Carde, 2006).

Jangkrik merupakan jenis serangga kelas Hexapoda (insekta), yang memiliki


ciri: badan dan anggota badan terdiri atas segmen-segmen (beruas-ruas).
Badan terbagia tas kepala (chepalus); bagian dada (thorax); dan badan
belakang/perut (abdomen). Femur kaki belakang lebih besar daripada femur
kaki depan, memiliki ovipositor yang panjang dan menyerupai jarum, serta
memiliki metamoforsa sederhana (telur-nimfa-dewasa), nimfa adalah anakan
yang mirip dengan bentuk tubuh dewasanya hanya saja berukuran kecil
(Lilies, 2006).
Berikut adalah klasifikasi Jangkrik (Gryllus assimilis) (Campbell, 2008) :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Grylludae
Genus : Gryllus
Species : Gryllus assimilis
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Maret 2022, pukul
08:00 WITA bertempat di Laboratorium Biosistematika Hewan dan Evolusi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, cawan petri atau
kotak fototaksis, senter, kertas hitam, stopwatch dan sarbet. Sedangkan bahan
yang digunakan pada praktikum ini yaitu jangkrik.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini adalah disediakan kotak
perlakuan. Pada percobaan pertama, disiapkan handuk di dalam kotak
perlakuan lalu satu sisi dibasahi dengan sejumlah kecil dessicant (CaCl2) dan
sisi lain dibasahi dengan air biasa. Tutup kotak perlakuan dan biarkan selama
5 menit sebelum jangkrik dimasukkan. Untuk percobaan kedua, satu sisi
kotak perlakuan diterangi oleh lampu atau senter dan sisi lainnya ditutupi
dengan kertas hitam. Letakkan masing-masing 5 ekor hewan pada tiap sisi
kotak perlakuan yang basah dan kering, biarkan dan amati selama 10 menit.
Pada menit ke 10, tulislah berapa ekor jangkrik yang terletak pada masing-
masing sisi. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali pengulangan. Ulangi
langkah yang sama untuk percobaan kedua lalu dibuat tabel. Jangan
menggunakan hewan yang sama pada percobaan 1 dan 2. Kemudian
digunakan Test Chi-Square untuk menentukan signifikan secara statistik.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu :

Tabel hasil pengamatan perlakuan terang dan gelap

No Pengulangan Fo Fe Jumlah

Terang Gelap Terang Gelap Individu

1. P1 4 6 5 5 10

2. P2 4 6 5 5 10

3. P3 3 7 5 5 10

Tabel hasil pengamatan perlakuan lembab dan gelap

No Pengulangan Fo Fe Jumlah

lembab kering lembab kering Individu

1. P1 4 6 5 5 10

2. P2 3 7 5 5 10

3. P3 4 6 5 5 10

4.2 Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka didapatkan analisi data pada
perlakuan terang dan gelap sebagai berikut :
Penyelesaian :

1 Pengulangan 1

X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((4-5)2) + ((6-5)2)
5 5
= 1/5 + 1/5
= 0,2 + 0,2
= 0,4

2 Pengulangan 2

X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((4-5)2) + ((6-5)2)
5 5
= 1/5 + 1/5
= 0,2 + 0,2
= 0,4

3 Pengulangan 3

X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((3-5)2) + ((7-5)2)
5 5
= 4/5 + 4/5
= 0,8 + 0,8
= 1,6

Berdasarkan hasil pengamatan diatas maka didapatkan analisi data pada


perlakuan lembab dan kering sebagai berikut :

1. Pengulangan 1
X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((4-5)2) + ((6-5)2)
5 5
= 1/5 + 1/5
= 0,2 + 0,2
= 0,4

2. Pengulangan 2

X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((3-5)2) + ((7-5)2)
5 5
= 4/5 + 4/5
= 0,8 + 0,8
= 1,6

3. Pengulangan 3

X2 = ∑(Fo-Fe)2
Fe

= ((4-5)2) + ((6-5)2)
5 5
= 1/5 + 1/5
= 0,2 + 0,2
= 0,4

X2 Kritikalo = 3,8
X2 Chi-square = 3,8
Karena X2 Kritikalo > X2 Chi-square, maka individu-individu tersebut
tidak terdistribusi acak.

Tabel respon hewan terhadap faktor lingkungan


No Kondisi Jumlah X2 Kartikalo X2 Chi-square Signifikansi
hewan
1. Gelap- 10 3,8 0,8 Tidak
Terang
2. Lembab- 10 3,8 0,8 Tidak
Kering

4.3 Pembahasan

Taksis adalah suatu gerakan hewan menuju atau menjauhi suatu rangsangan
yang terjadi. Taksis dibagi menjadi dua berdasarkan arah orientasi dan
pergerakan, yaitu taksis positif dan taksis negatif. Taksis menurut macam
rangsangannya juga dibedakan menjadi fototaksis (rangsangan cahaya),
rheotaksis (rangsangan terhadap arus air), kemotaksis (rangsangan terhadap
bahan kimia) dan geotaksis (rangsangan terhadap kemiringan tempat).
Menurut Fraenkel dan Gunn (1961), berdasarkan tipe stimulus dan orientasi
yang dituju oleh organisme, perilaku taksis dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, contohnya yaitu fototaksis, geotaksis, dan kemotaksis.
Fototaksis adalah apabila stimulus yang diberikan kepada organisme berupa
cahaya, geotaksis apabila stimulusnya berupa gravitasi, dan kemotaksis
apabila stimulusnya berupa zat kimia. Berdasarkan orientasinya, taksis
dibedakan menjadi taksis positif dan taksis negatif. Suatu respon organisme
dikatakan taksis positif apabila menuju arah datangnya stimulus dan
dikatakan negatif apabila organisme menjauhi arah datangnya stimulus (Glase
et al., 1992).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Melles, M. C. Jr. (2004). Ecology Concepts and Application Third edition. Mc


Graw Hill: New Mexico.

Suhara. 2010. Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan Hewan (Animal Behaviour).


Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Benard, Bonnie. (2004). Resiliency What We Have Learned. Edisi pertama. San
Francisco: West Ed.

Dethir, V.G, E. Stellar. 2006. Animal Behavior. New Jersey: Pritice-Hall.INC

Suin, N. M. (1989). Ekologi Hewan Tanah. Bandung : Institut Teknologi Bandung


Press.

Fraenkel, G. S., and Gunn, D. L. (1961). The Orientation of Animals. Oxford :


Clarendon Press.

Glase, J. C., Zimmerman, M. C., and Waldvogel, J. A. (1992). Investigation in


Orientation Behavior. New York : Cornell University.

Resh, V. H., dan Carde, R. T. (2006). Encyclopedia of Insects. New York :


Academic Press.

Lilies, S. C. (2006). Kunci Determinasi Serangga. Program Nasional Pelatihan


dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta : Kanisius.

Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2008). Biologi Edisi Kelima
Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : RATRI PRATIWI


NIM : G40119021
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN : RIFKI KURNIAWAN

NO HARI/TGL KOREKSI PARAF


.
1.

Anda mungkin juga menyukai