Anda di halaman 1dari 11

Tanggal Pelaksanaan: 11 November 2021

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah: Ekologi Hewan

Praktikum I
TIPE RESPON HEWAN

Nama : Vira Putri Fadhilah

Nim : 0310192049

Semester : V (Lima)

Jurusan : Tadris Biologi 2

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
I. Judul Praktikum : TIPE RESPON HEWAN
II. Tujuan
Fototaksis
1. Untuk mengetahui respon hewan terhadap rangsangan cahaya
Geotaksis
1. Untuk mengetahui respon cacing tanah terhadap gravitasi (kemiringan tempat).
III. Tinjauan Pustaka
Kehidupan hewan tanah sangat bergantung pada habitatnya. Selain itu, keberadaan dan kepadatan
populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungannya, yaitu lingkungan
biotik dan abiotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan kimia.
Faktor fisika antara lain ialah suhu,kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain ialah
salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsurunsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan
struktur komunitas hewanhewan yang terdapat di suatu habitat. (Suin,1989).
Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu yang datang dari lingkungannya.Jenis-jenis hewan
pada umumnya dapat tinggal di suatu lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Jika hewan
berjalan atau berpindah ke tempat lain tidak mengalami perubahan bentuk, kecuali perubahan sifat-sifat
fisiologisnya. Faktor-faktor yang merangsang gerakan hewan adalah makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban,
dan lain-lain. Beberapa hewan mampu menempuh jarak tempuh itu dipengaruhi batas toleransinya untuk
merespon perubahan lingkungannya (Melles, 2004).
Taksis dapat diartikan sebagai pergerakan suatu organisme sebagai respon terhadap adanya stimulus
eksternal yang mengenainya secara langsung. Pergerakan organisme ini dapat berlangsung kearah stimulus
(respon positif, berupa respon menjauhi arah stimulus (respon negatif) maupun bergerak ke arah tertentu
dengan sudut tertentu dari stimulus (Kikkawa, 1971 ; Gundevia, 1996). Taksis juga merupakan tingkah laku
orientasi untuk hewan-hewan yang dapat menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak
dilakukan antara lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme, termotaksis yaitu
pengaruh suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau mendekati bumi dan
kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme, (George, 2005)
Fototaksis adalah gerak hewan karena adanya respon terhadap cahaya, tertariknya hewan terhadap
cahaya melalui respon terhadap penglihatan dan rangsangan terhadap otak. Hewan yang tidak tertarik atau
menjauhi cahaya disebut fotophobi (Michael, 1994). Fototaksis merupakan bergeraknya organisme yang
mendekati atau menjauhi cahaya. Jika gerakan tersebut menuju cahaya disebut fototaksis positif, dan jika
gerakan tersebut menjauhi cahaya disebut fototaksis negatif. Geotaksis adalah gerak taksis yang terjadi karena
adanya kemiringan suatu tempat. Geotaksis biasanya diamati dengan menjauhi atau mendekati bumi dan
kemotaksis pengaruh zat kimia terhadap organisme, (Nukmal, Nismah, 2012: 22).
Berbagai faktor lingkungan misalnya suhu, kelembapan, maupun cahaya matahari merupakan faktor
yang diperlukan oleh hewan, namun kadang-kadang dapat juga beroperasi sebagai salah satu faktor pembatas.
Misalnya cahaya matahari bagi hewan-hewan yang hidup di tempat terlindung dapat dianggap sebagai suatu
stimulus lain yang dapat menyebabkan hewan tersebut berespon menghindar terhadap cahaya tersebut
demikian pula sebaliknya (Pratiwi, 2007).
Cacing tanah dalam kingdom animalia termasuk kedalam kelompok invertebrata atau tanpa tulang
belakang. Cacing terbagi dalam tiga philumyaitu Platyhelminthes, Nematelminthes, dan Annelida (Listyawan
dalamWahyono 2001). Cacing tanah merupakan hewan yang tidak memakanmahluk hidup, artinya cacing
tanah hanya memakan hewan atau tumbuhanyang sudah mati. Pada dasarnya cacing tanah adalah organisme
saprofit bukan parasite, dan tidak butuh inang, organisme ini murni penghancur sampah (Wahyono 2001).
Perilaku cacing tanah dengan membuat liang yang dangakal merupakan respon terhadap rangsangan
cahaya. Kelangsungan hidup suatu makhluk hidup tergantung pada kemampuannya dalam menanggapi
rangsang dan bagaimana organisme (cacing tanah) tersebut menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
(Odum,1993).
Pada setiap segmen dari tubuh cacing tanah terdapat alat gerak yang disebut dengan satae yaitu
berwujud seperti rambut halus, pergerakan dari satae diatur oleh otot yang dapat disebut dengan muskulus
protaktor dengan fungsi untuk mendorong keluar dan muskulus retraktor yang memiliki fungsi untuk menarik
kembali satae kedalam rongga kembali, letak dari kedua muskulus tersebut berada pada ujung dari satae
(Ristek, 2009).
Pada segmen ketiga dalam tubuh cacing tanah terdapat pusat syaraf dan terletak pada sebelah bawah
dari faring berupa kumpulan system saraf anterior (ganglion celebrale). Simpul syaraf vertikal dan
serabutserabut syaraf, pada saraf cacing terdapat ujung sarat yang memiliki fungsi untuk menangkap rang
sangan yang berupa sinar atau getaran dan selanjutnya akan dikirim ke otak. Syaraf ini sangat sensitif terhadap
cahaya, suhu, getaran, dan sentuhan (Saptono, 2011).
IV. Alat dan Bahan
Fototaksis
• Cacing tanah Pontoscolex corethrurus, cawan petri atau kotak fototaksis atau piring
kaca, senter, kertas karbon, bedak talk.
Geotaksis
• Cacing tanah Pontoscolex corethrurus, alat percobaan geotaksis atau piring kaca, kertas.
V. Langkah Kerja
Fototaksis
• Warnai seper dua dari cawan petri dengan warna hitam atau bagian bawahnya dengan dilapisi dengan
kertas karbon. Tutup bagian yang berwarna hitam itu dengan papan yang juga berwarna hitam,
sedangkan bagian lainnya tetap terbuka sehingga cahaya tetap masuk (Gambar 1). Letakkan tiga ekor
cacing tanah di tengah ujung yang terang dan amati arah pergerakan cacing tanah itu selama 15 menit.
Kemudian taburi daerah yang dijalani cacing itu dengan bedak talk dan gambarkan serta tandai dengan
gambar panah. Ulangi percobaan ini sebanyak tiga kali.

Geotaksis
• Aturlah kemiringan alat geotaksis atau piring kaca (misalnya 100 ) dan berilah alas bidang yang
miring tersebut dengan kertas yang sudah dilembabkan. Kemudian letakkan lima ekor cacing
tanah pada bagian bawah bidang miring dengan posisi kepala menghadap ke atas. Ikuti
pergerakan cacing tanah ini dan catat berapa ekor diantaranya yang melewati garis tengah
bidang miring. Ulangi percobaan ini dengan memeperbesar sudut bidang miring menjadi 30 , 50
dan 70 . Selanjutnya diskusikan hasil percobaan ini dengan sifat cacing tanah ini.

.
VI. Hasil Pengamatan
A. Fototaksis

Ulangan Menit ke Keterangan

3 menit, 32 detik Cacing bergerak ke area gelap


P1

6 menit, 28 detik
Cacing bergerak ke arae tenang

7 menit, 60 detik
Cacing bergerak ke area gelap
P2

10 menit , 53 detik Cacing bergerak ke area terang

11 menit, 11detik Cacing bergerak ke area gelap

P3

12 menit, 44 detik Cacing bergerak ke area terang


Cacing saat ditaburi bedak talk
B. Geotaksis

Sudut
Waktu Keterangan
Kemiringan

Percobaan I Cacing bergerak ke atas, melewati


30 °
1 menit 20 detik garis tengah bidang miring

Percobaan II Cacing bergerak ke samping,


1 menit 27 detik melewati garis tengah bidang
miring

Percobaan III
Cacing bergerak ke atas, melewati
1 menit 19 detik
garis tengah bidang miring

Percobaan I
50 °
1 menit 45 detik Cacing melewati garis tengah
bidang miring

Cacing bergerak ke atas, melewati


Percobaan II garis tengah bidang miring
2 menit 20 detik
Percobaan III Cacing melewati garis tengah
1 menit 35 detik bidang miring

Percobaan I Cacing bergerak ke atas, melewati


70 °
3 menit 35 detik garis tengah bidang miring

Percobaan I Cacing melewati garis tengah

4 menit 25 detik bidang miring

Cacing bergerak ke atas dengan


Percobaan I
sudut kemiringan tertentu,
3 menit 58 detik
melewati garis tengah bidang
miring.

VII. Pembahasan
A. Fototaksis
Pada percobaan fototaksis, kami meletakkan cacing pada cawan petri dan sebagian bawahnya
ditutupi dengan kertas karbon yang berwarna hitam, sehingga terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian gelap dan
bagian terang. Pada awal percobaan kami letakkan cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) pada bagian terang,
dan kami dapatkan cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) bergerak menuju ke arah bagian gelap. Ini
dikarenakan cacing tanah(Pontoscolex corethrurus) memiliki habitat yang berada pada tempat yang gelap dan
lembab seperti di dalam tanah. Dan seperti kita ketahui bahwa di dalam tanah terdapat banyak unsur hara yang
berlimpah, dan juga pH yang tidak terlalu asam. Cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) yang terkena cahaya
menerima energi panas secara langsung yang menyebabkan cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) bergerak
menjauhi cahaya. Dikarenakan juga cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) bernafas menggunakan kulit, oleh
sebab itu cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) lebih menyukai tempat gelap dan lembab yang terhindar dari
cahaya matahari ( Kastawi 2003). Ini menunjukkan bahwa cacing tanah (Pontoscolex corethrurus)bersifat
fototaksis negatif yaitu menjauhi arah datang cahaya. Menurut Ea Kosman dan Subowo G (2010) cacing tanah
(Pontoscolex corethrurus) tidak dijumpai pada tanah yang mengandung pasir tinggi. Dan pada percobaan cacing
tanah (Pontoscolex corethrurus) diberi bedak talk, cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) menjadi lambat atau
lemas, dikarenakan cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) bernafas dengan kulit sehingga pemberian bedak talk
membuat cacing kehilangan kelembaban pada kulitnya sehingga membuat cacing bergerak lamban.
B. Geotaksis
Pada percobaan geotaksis respon cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) pada berbagai kemiringan
menunjukkan pergerakan yang berbeda- beda. Dan pada kemiringan 30°, 50°, dan 70° memiliki pergerakan
dengan waktu yang berbeda-beda. Kami mendaptkan hasil semakin besar sudut kemiringan, waktu tempuh cacing
tanah (Pontoscolex corethrurus) melewati garis tengah bidang miring semakin lama, terlihat pada tabel bahwa
pada kemiringan 70° cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) dapat melewati garis tengah bidang miring tercepat
pada waktu 3 menit 35 detik. Pada kemiringan 50° waktu tecepat cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) melewati
garis tengah bidang miring yaitu pada waktu 1 menit 35 detik. Dan pada kemiringan 30° waktu tecepat cacing
tanah (Pontoscolex corethrurus) melewati garis tengah bidang miring yaitu pada waktu 1 menit 19 detik. Dan
cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) cenderung bergerak ke atas tetapi cenderung bergerak miring. Tetapi
terkadang bergerak ke samping bidang datar dan menjauhi bidang yang lebih tinggi. Sedangkan waktu terlama ada
pada kemiringan 70° yaitu pada waktu 4 menit 25 detik, dan pada kemiringan 50°yaitu pada waktu 2 menit 20
detik, dan pada kemiringan 30° yaitu pada waktu 1 menit 27 detik

VIII. Kesimpulan
Setelah kami lakukan percobaan tipe respon hewan dengan cacing tanah yaitu pada perlakuan dengan
rangsang terhadap cahaya (fototaksis) dan juga terhadap kemiringan tempat (geotaksis) dapat disimpulkan :
1. Pada fototasksis cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) setelah diberi rangsangan terhadap sumber
cahaya adalah negatif menjauhi rangsangan. Ini dikerenakan cacing memiliki habitat di dalam
tanah, dan juga cacing bernafas dengan kulit sehingga cacing menyukai tanah tempat yang gelap
dan lembab sehingga cacing menjauhi cahaya matahari.
2. Pada Geotaksis cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) diberi perlakuan dengan kemiringan tempat
adalah respon negatif dimana semakin tinggi kemiringan tempat semakin banyak waktu yang
dibutuhkan cacaing tanah untuk sampai ke atas
VIII. Daftar Pustaka
Fried, George H. dan Hademenos, George J., Biologi, Edisi Kedua, terj. Penerbit Erlangga, tt.p: PT.
Gelora Aksara Pratama , 2005
Melles, M. C. Jr. 2004. Ecology Concepts and Applications. Third edition. Mc Graw Hill.
New Mexico.
Nukmal, N.2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Bandar Lampung.
Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. UGM. Yogyakarta
Pratiwi, D.A. Sri Maryanti & Srikini. 2007. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Suin, N.M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bandung : Penerbit Bumi Aksara.
Wahyono, T. 2001. Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem Limbik. Jogjakarta:
Anima

Dosen Pengampu Mahasiswa, 12 November 2021

( Roni Afriadi, M.Pd) ( Vira Putri Fadhilah )

Anda mungkin juga menyukai