Anda di halaman 1dari 6

Tanggal Praktikum:

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM


REPRODUKSI JANTAN

MATA KULIAH : REPRODUKSI & EMBRIOLOGI HEWAN

PRAKTIKUM I : SISTEM REPRODUKSI JANTAN

Nama : Rosmayanti Dalimunthe


Nim : 0310182097
Semester :V
Jurusan : Tadris Biologi 4
Kelompok : 7

TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
TIPE RESPON HEWAN

II. TUJUAN
A. Fototaksis
Untuk mengetahui respon hewan terhadap rangsangan cahaya.
B. Geotaksis
Untuk mengetahui respon cacing tanah terhadap gravitasi (kemiringan tempat).

III.TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai perilaku hewan-hewan invertebrata dan vertebrata rendah berupa
gerakan di tempat maupun pindah tempat dengan jalan berkerut, meregang,
membelokkan tubuh dan lain sebagainya, semuanya merupakan respon terhadap
lingkungan. Taksis dapat diartikan sebagai pergerakan suatu organisme sebagai respon
terhadap adanya stimulus eksternal yang mengenainya secara langsung. Pergerakan
organisme ini dapat berlangsung ke arah stimulus, menjauhi stimulus atau bergerak ke
arah tertentu dengan sudut tertentu dari stimulus (Kikkawa dalam Prihantoro, 2002).
Taksis adalah gerakan berarah menuju (taksis positif) atau menjauhi (taksis negatif)
beberapa rangsangan (Campbell, 2010).

Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari tingkah laku hewan dalam proses
penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya. Hewan akanmenunjukkan suatu
orientasi karena adanya rangsangan dan tidak semua orientasi dapat dinyatakan sebagai
taksis. Suatu gerakan dapat dinamakan taksis bila responnya tetap terhadap satu macam
rangsangan yang diberikan. Taksis dapat diberi nama berdasarkan arah orientasi dan
pergerakan (positif atau negatif) dan juga terhadap macam rangsangannya, misalnya
tanggapan terhadap rangsangan cahaya (fototaksis), rangsangan terhadap arus air
(rheotaksis) dan rangsangan terhadap bahan kimia (kemotaksis).

Fototaksis merupakan respon taksis terhadap cahaya. Fototaksis positif bila


orientasi gerakan mengarah mendekati sumber stimulus, dan sebaliknya untuk fototaksis
negatif. Contoh fototaksis positif adalah pergerakan Euglena menuju cahaya, fototaksis
negatif contohnya gerak cacing tanah menjauhi cahaya. Geotaksis merupakan tipe taksis
dengan stimulus berupa gravitasi. Geotaksis positif dapat dijumpai pada larva planula
beberapa jenis Coelenterata yang berenang ke dasar laut, sementara geotaksis negatif
ditemukan pada larva Ephyra beberapa jenis Colenterata yang berenang menjauhi dasar
laut (Suhara, 2017).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Piring Kaca 2 buah Cacing Tanah (Pontoscoles 15 ekor
corethrurus)
Kertas Karbon 4 buah
Bedak Talk 1 buah
Senter 1 buah

V. LANGKAH KERJA
A. Fototaksis
Warnai seper dua dari cawan petri dengan warna hitam atau bagian bawahnya
dengan dilapisi dengan kertas karbon. Tutup bagian yang berwarna hitam itu dengan
papan yang juga berwarna hitam, sedangkan bagian lainnya tetap terbuka sehingga
cahaya tetap masuk. Letakkan tiga ekor cacing tanah di tengah ujung yang terang dan
amati arah pergerakan cacing tanah itu selama 15 menit. Kemudian taburi daerah yang
dijalani cacing itu dengan bedak talk dan gambarkan serta tandai dengan gambar panah.
Ulangi percobaan ini sebanyak tiga kali.
B. Geotaksis
Aturlah kemiringan alat geotaksisatau piring kaca (misalnya 10 °) dan berilah
alas bidang yang miringtersebut dengan kertas yang sudah dilembabkan. Kemudian
letakkan lima ekor cacing tanah pada bagian bawah bidang miring dengan posisi kepala
menghadap ke atas. Ikuti pergerakan cacing tanah ini dan catat berapa ekor diantaranya
yang melewati garis tengah bidang miring. Ulangi percobaan ini dengan memeperbesar
sudut bidang miring menjadi 30 ° , 50 ° dan 70 °. Selanjutnya diskusikan hasil percobaan
ini dengan sifat cacing tanah ini

VI. HASIL PENGAMATAN

VII. PEMBAHASAN
A. Fototaksis

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, 3 ekor Cacing Tanah


(Pontoscoles corethrurus) pada setiap 3 kali percobaan ulang respon fototaksis. Pada
percobaan pertama, 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) tidak memiliki
kecenderungan bergerak menjauhi cahaya dan menuju  kezona gelap. Pada percobaan
kedua, 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) memiliki kecenderungan untuk
bergerak menjauhi cahaya dan menuju  kezona gelap. Sedangkan, pada percobaan
ketiga, 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) sedikit memilik kecenderungan
untuk bergerak menjauhi cahaya dan menuju kezona gelap. Oleh sebab itu, pada
percobaan kedua dan ketiga, Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) bergerak
menjauhi cahaya dan menuju kezona gelap, hal ini menunjukkan bahwa Cacing Tanah
(Pontoscoles corethrurus) lebih menyukai tempat yang lembab dan terlindung dari
cahaya.

Orientasi masing-masing 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus)


tidaklah terjadi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan meskipun telah
dipilih 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) yang memiliki ukuran yang
tidak sama ukurannya, namun kemampuan masing-masing 3 ekor Cacing Tanah
(Pontoscoles corethrurus) untuk bereaksi dan bergerak tidaklah sama. Waktu yang
diperlukan masing-masing 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) yang diuju
berbeda-beda, yaitu; 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) pada percobaan 1
tidak melakukan pergeraka menjauhi cahaya untuk menuju kezona gelap selama 15
menit, 3 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) pada percobaan ke-2 memiliki
ukuran yang berbeda (2 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) berukuran sedang
dan 1 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) berukuran besar) melakukan
pergerakan menjauhi cahaya dan menuju kezona gelap selama 13 menit, 3 ekor Cacing
Tanah (Pontoscoles corethrurus) pada percobaan ke-3 memiliki ukuran yang sama
melakukan pergerakan menjauhi cahaya dan menuju kezona gelap selama 7 menit.

B. Geotaksis
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, 5 ekor Cacing Tanah
(Pontoscoles corethrurus) yang mengarah keatas dilakukan dengan kemiringan sudut
yang berbeda yaitu 30o, 50o dan 70o. Pada kemiringan 30o kecepatan rata-rata 5 ekor
Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) untuk mencapai puncak alat geotaksis adalah 3
menit. Kemiringan 50o kecepatan rata-rata yang dibutuhkan Pontoscolex corethurus
untuk mencapai puncak alat geotaksis adalah 2 menit, dan terakhir pada kemiringan 70o
kecepatan rata-rata yang diperlukan Pontoscolex corethurus untuk mencapai puncak
alat geotaksis adalah 4 menit. Oleh sebab itu, Pada percobaan geotaksis dengan
mengarahkan 5 ekor Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) kearah atas disimpulkan
bahwa semakin kecil sudut kemiringan maka Pontoscolex corethurus dapat bergerak
semakin lambat sehingga waktu yang diperlukan juga semakin lama.

VIII. SIMPULAN
Pada praktikum ekologi hewan dengan percobaan Tipe Respon Hewan dengan
sampel Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) telah diberikan perlakuan dengan
rangsangan terhadap cahaya (fototaksis) dan terhadap gravitasi/kemiringan tempat
(geotaksis) dapat disimpulkan bahwa:
1. Orientasi yang terjadi pada Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) percobaan
pertama diberikan cahaya (fototaksis) adalah positif yaitu menuju
cahaya/rangsangan. Pada Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) percobaan
ke-2 diberikan cahaya (fototaksis) adalah negative yaitu menjauhi
cahaya/rangsangan. Sedangkan, pada Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus)
percobaan ke-3 diberikan cahaya (fototaksis) adalah negative yaitu menjauhi
cahaya/rangsangan.
2. Orientasi yang terjadi pada Cacing Tanah (Pontoscoles corethrurus) setelah
diberi perlakuan dengan kemiringan tempat adalah respon negatif dimana
semakin tinggi sudut kemiringan maka waktu yang dibutuhkan Pontoscolex
corethurus untuk sampai keatas semakin lama.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Campbell, N. A. dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Prihantoro, Laksmi, dkk. 2002. Mata Kuliah Ilmu Kelakuan Hewan: Handout.
Bandung: Jurursan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Suhara, dkk. 2017. Pedoman Praktikum Ilmu Kelakuan Hewan. Bandung: Jurursan
Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai