Anda di halaman 1dari 4

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, 7 April 2020

Ekologi Hewan Pertemuan Ke- : 8 (Delapan)


Kelas : B1 (Selasa sore)
Dosen : Beata Ratnawati, S.T., M.Si
Asisten : Faisal Aby Harahap, A.Md
Gian Raju Hidayatullah, A.Md

TIPE RESPON HEWAN (CACING TANAH)

Cindy Alya Cantika


J3M218206

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2020
TUJUAN
Praktikum bertujuan untuk mengetahui respon hewan terhadap cahaya dan gravitasi
(kemiringan tempat).

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petri (disini saya menggunakan
kotak) dan senter untuk percobaan fototaksis. Sedangkan untuk percobaan geotaksis, alat yang
dibutuhkan yaitu alat geotaksis (berupa papan dan busur) dan kertas.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cacing tanah, kertas karbon, dan
bedak talk untuk percobaan fototakasis. Sedangkan untuk percobaan geotaksis yaitu hanya
berupa cacing tanah saja.

LANGKAH KERJA
Sebagian dari wadah kotak dilapisi dengan kertas karbon atau diwarnai dengan spidol
hitam. Lalu, bagian yang berwarna hitam tersebut ditutupi dengan papan yang juga berwarna
hitam. Sedangkan bagian yang lainnya dibiarkan tetap terbuka agar cahaya tetap dapat masuk.
Setelah selesai mempersiapkan wadah, sebanyak tiga ekor cacing tanah diletakkan di
tengah ujung yang terang dan diamati pergerakan cacing tersebut selama 15 menit. Kemudian,
daerah yang dilewati cacing ditaburi bedak talk dan digambar beserta panah dan arah jalannya.
Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Berikut merupakan langkah kerja untuk fototaksis.
Untuk percobaan geotaksis, kemiringan papan geotaksis diatur berdasarkan sudut (30°, 50°,
dan 70°). Papan tersebut diberi kertas yang telah dibasahi. Setelah itu, pada bagian bawah papa
diberi sebanyak lima cacing tanah dan dicatat berapa ekor yang berhasil melewati garis tengah
bidang miring. Percobaan diulangi sebanyak sudut yang diminta (30°, 50°, dan 70°).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Percobaan Geotaksis Gambar 1. Percobaan Fototaksis


Cacing tanah merupakan salah satu organisme yang tidak memiliki alat indera dan
alat gerak, sehingga stimulus yang datang akan diterima oleh reseptor sensorik yang
tersebar di seluruh tubuhnya. Reseptor yang tersebar ini menyebabkan cacing tanah
sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Pada bagian anterior terdapat
ganglion cerebral, dan berbagai macam saraf penting lainnya, sehingga sensitivitasnya
pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Respon terhadap
perubahan kondisi lingkungan diwujudkan dalam perilaku taksis, dimana cacing tanah
akan menuju arah datangnya stimulus yang dapat mempertahankan kesintasannya dan
menjauhi stimulus yang dianggap berbahaya. Pengamatan terhadap perilaku taksis cacing
tanah menjadi penting untuk dilakukan karena cacing tanah dapat dijadikan bioindikator
dari kesuburan tanah di suatu wilayah serta secara tidak langsung memberikan sinyal
apakah tanah tersebut mengandung zat-zat berbahaya atau tidak (Setyaningsih, 2014).
Taksis adalah suatu bentuk sederhana dari tingkah laku hewan dalam proses
penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungannya. Hewan akan menunjukkan suatu
orientasi karena adanya rangsangan dan tidak semua orientasi dapat dinyatakan sebagai
taksis. Suatu gerakan dapat dinamakan taksis bila responnya tetap terhadap satu macam
rangsangan yang diberikan. Taksis dapat diberi nama berdasarkan arah orientasi dan
pergerakan (positif atau negatif) dan juga terhadap macam rangsangannya, misalnya
tanggapan terhadap rangsangan cahaya (fototaksis), rangsangan terhadap arus air
(rheotaksis), rangsangan terhadap bahan kimia (kemotaksis), dan rangsangan terhadap
kemiringan tempat (geotaksis).
Berdasarkan hasill pengamatan metode fototaksis, didapat bahwa pada ketiga
ulangan didapatkan hasil cacing tanah bergerak ke arah gelap dan menjauhi cahaya. Hal
ini dikarenakan cacing adalah organisme nokturnal (aktif di malam hari). Selain itu,
cacing tanah juga lebih menyukai tempat yang lembab (Hudha, 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan metode geotaksis, didapat bahwa pada ketiga
ulangan didapatkan hasil cacing tanah yang cenderung bergerak kebawah mengikuti arah
gravitasi dibanding dengan bergerak keatas. Berdasarkan waktu lamanuya cacing
bergerak, waktu yang dibutuhkan cacing untuk bergerak keatas lebih lama dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan cacing untuk bergerak kebawah (lebih lama apabila sudut
semakin kecil). Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh sudut papan lintasan yang semakin
kecil sudutnya sehingga menyebabkan panjang lintasan menjadi lebih panjang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa cacing cenderung berada atau
menuju tempat yang gelap dan memiliki kemiringan yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Hudha AM, Hasanah, Rahardjanto A. 2017. Ekologi Hewan dan Tanah (Teori dan Praktik).
Malang (ID) : Universitas Muhammadiyah Malang.

Setyaningsih H, Kurniatun H, Widyatami SD. 2014. Respon cacing penggali tanah


Ponthoscolexcorethrurus terhadap berbagai kualitas seresah. Jurnal Tanah dan
Sumberdaya Lahan. 1(2) : 63-72.

Anda mungkin juga menyukai