Anda di halaman 1dari 16

Pekanbaru, 27 Mei 2020

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PERCOBAAN MENGENAI RESPON TAKSIS

PADA HEWAN MOBILE

Retno Ayu Wulandari 1903124257


Asisten: Muhammad Hadis

PENDAHULUAN

Ilmu yang mempelajari tentang pola perilaku hewan disebut ethologi. Perilaku

pada hewan dapat dibagi kedalam tiga unsur yaitu tropisme, taksis, refleksi,

insting, belajar dan menalar. Taksis adalah sumber rangsangan. Misalnya

fototaksis merupakan rangsangan yang berasal dari sumber cahaya (Hasan dan

Widipanestu, 2000). Suatu rangsangan tingkah laku (iritabilitas) suatu organisme

disebut juga daya menanggapi rangsangan. Daya ini memungkinkan organisme

menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya. Pada beberapa organisme

terdapat sel-sel, jaringan atau organ-organ yang berdiferensiasi khusus. Pada

organisme yang bergerak, tanggapan terhadap rangsangan disebut refleks. Suatu

gerak taksis pada organisme yang diberikan rangsangan akan bergerak menjauhi

atau mendekati rangsangan (Widiastuti, 2002).

Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu peka terhadap rangsang, respon makhluk

hidup terhadap lingkungannya. Mampu merespon berbagai impuls atau stimulus-

stimulus yang ada disekitar lingkungannya. Lingkungan memberikan segala

sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup dan saling berinteraksi. Lingkungan

sangat berperan penting bagi semua makhluk hidup. Lingkungan meliputi

lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan abiotik itu sendiri


terdiri dari suhu, cahaya matahari, kelembapan, dan benda-benda mati lainnya

yang tidak digunakan sebagai sumber daya seperti batu, tanah sebagai tempat

tinggal sedangkan lingkungan biotik yaitu manusia, hewan dan tumbuhan

(Pratiwi, 2007).

Hewan adalah organisme yang bersifat motil, artinya dapat berjalan dari satu

tempat ke tempat lain. Gerakannya disebabkan oleh rangsang-rangsang tertentu

yang datang dari lingkungannya.Jenis-jenis hewan pada umumnya dapat tinggal di

suatu lingkungan hidup yang sesuai dengan ciri-ciri kehidupannya. Jika hewan

berjalan atau berpindah ke tempat lain tidak mengalami perubahan bentuk, kecuali

perubahan sifat-sifat fisiologisnya. Faktor-faktor yang merangsang gerakan hewan

adalah makanan, air, cahaya, suhu, kelembaban, dan lain-lain. Beberapa hewan

mampu menempuh jarak tempuh itu dipengaruhi batas toleransinya untuk

merespon perubahan lingkungannya (Melles, 2004).

Lingkungan menggambarkan jumlah keseluruhan kondisi fisik dan biotik yang

memepengaruhi tanggapan makhluk. Lebih spesifik lagi, jumlah bagan hidrosfer,

litosfer, dan atmosfer yang merupakan tempat hidup mkhluk kemudian disebut

biosfer. Habitat adalah suatu perangkat kondisi fisik dan kimiawi (misalnya ruang,

iklim) yang mengelilingi suatu species tunggal, suatu kelompok species, atau

suatu komunitas besar. Biotop mendefinisikan suatu satuan menurut ruang atau

topografik dengan suatu perangkat stauan yang karakteristik mengenai kondisi

fisik serta kimiawi dan mengenai kehidupan tumbuhan dan hewan. Supaya

makhluk dapat ada mereka harus memberi tanggapan dan menyesuaikan diri pada

kondisi lingkungan mereka. Makhluk memberi tanggapan perbedaan dan

perubahan dalam lingkungannya dalam empat cara mendasar adalah adaptasi


morfologik, penyesuaian fisiologik, pola-pola kelakuan, dan hubungan komunitas

(Nukmal, 2012).

Berbagai faktor lingkungan misalnya suhu, kelembapan, maupun cahaya matahari

merupakan faktor yang diperlukan oleh hewan, namun kadang-kadang dapat juga

beroperasi sebagai salah satu faktor pembatas. Gerak pada makhluk hidup dapat

dipengaruhi karena adanya rangsang dari luar atau rangsang dari dalam. Salah

satu contoh gerak pada hewan yang dipengaruhi oleh rangsang dari luar dalam arti

berasal dari stimulus-stimulus makhluk hidup yang ada di lingkungannya yaitu

taksis. Taksis dapat dijumpai pada hewan-hewan invertebrata. Pada hewan-hewan

ivertebrata memiliki suatu reseptor yang peka terhadap rangsang disekitarnya.

Adapun rangsangan atau stimulus-stimulus yang diterima hewan invertebrata

baik itu dalam satu familii atau ordo bahkan gerak yang diperlihatkan berbeda

untuk setiap hewan karena ini dapat dipengaruhi lagi dari faktor lingkungan

dimana hewan tersebut berada fakktor lingkungan abiotik dapat mempengaruhi

seperti suhu, kelembapan dan cahaya matahari (Kimbal, 1983).

Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup untuk menerima

rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan. Misalnya pada planaria, cacing

ini akan mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang ada pada

seluruh permukaan tubuhnya (Adianto, 2004).

Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh propriseptor.

Proprioseptor terdapat pada empat otot (otot lurik), pada tendon otot, pada selaput

pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini dan pada sendi. Proprioseptor

merupakan suatu mekanoseptor. Proprioseptor penting untuk mengatur koordinasi

aktifitas otot (Suin, 1889).


TUJUAN

Mengetahui bagaimana respon ikan terhadap faktor arus (reo) melalui kriteria

beberapa kriteria yaitu, Rheotaksis posistif apabila ikan bergerak menyongsong

arus, Rheotaksisnegatif apabila ikan bergerak sejalan dengan arus, dan Indiferen

apabila posisi tubuh ikan terarah melintang dari arus.

METODE

 Tempat dan Waktu

Praktikum Percobaan Mengenai Respon Taksis pada Hewan Mobile ini dilakukan

melalui metode daring, di Kecamatan Pangkalan Kuras, Pelalawan . Pada Jumat,

08 Mei 2020, pukul 14.00-17.00 WIB.

 Desain Pengumpulan Data

Tabel 1. Respon Rheotaksis ikan pada parit Eksperimen

   
 

Tabel 2. Respon Rheotaksis Ikan Pada Parit Kontrol

   
 
 Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

a. Persiapan Percobaan

Adapun persiapan percobaan yang kami lakukan dalam praktikum Mengenai

Respon Taksis pada Hewan Mobile adalah:

1. Disiapkan minimal 15 ekor ikan dari kategori jantan dewasa, betina gravid,

betina non gravid, dan pra dewasa. Ukuran tubuhnya diusahakan sama 1

dengan yang lain.

2. Tempat percobaan ditentukan, yaitu pada selokan atau tepi sungai dangkal.

Akan lebih baik jika pada tempat yang teduh, dan tidak terkena cahaya

matahari secara langsung

3. Kotak Rheotaksis diperiksa, pastikan tidak ada kebocoran

4. Kotak Rheotaksis diletakkan secara horizontal dengan kepanjangannya sejajar

dengan aliran air, hingga air yang masuk kedalam parit eksperiment mencapai

sekitar 10 cm. Usahakan air yang melalui parit eksperiment tidak melebihi 0,2

m/s.

5. Kedua parit kontrol diisi dengan air hingga ketinggian air sama dengan

ketinggian air pada parit eksperiment

6. Ikan disiapkan dan dipastikan dalam kondisi sehat serta diharapkan anggoata

kelompok dapat menjalankan perannya masing-masing.

b. Tata Laksana Percobaan

Adapun tata laksana percobaan yang kami lakukan dalam praktikum Mengenai

Respon Taksis pada Hewan Mobile adalah:

1. Kecepatan arus air diukur sebanyak 5x dan suhu air diukur cukup 1x

2. Ikan dimasukkan sebanyak 10 ekor dengan menggunaan saringan kecil


3. Ditunggu selama 5 menit agar ikan dapat menyesuaikan dirinya pada

lingkungan baru

4. Diusahakan posisi pengamat tidak berubah agar tidak mempengaruhi respon

ikan yang diamati

5. Pada interval 1 menit dihitung ikan yang memenuhi memenuhi masing

masing kriteria yaitu Reotaksis positif , Rheotaksis negatif, dan Indiferen

sebanyak 10x

6. Diukur kembali kecepatan arus dan suhu, lalu semua ikan pada parit

eksperiment kedalam salah satiu parit kontrol (dengan catatan: apabila ada

ikan yang cedera atau tidak gesit, ganti dengan ikan baru. Jumlah ikan harus

tetap 10 ekor)

7. Diperhatikan bahwa criterion yang digunakan adalah tetap seperti pada parit

eksperimen, relatif terhadapa arah arus parit eksperiment. Karena dalam parit

kontrol sebenarnya tidak ada arus maka digunakan tanda +, -, dan indiferen.

Dengan interval waktu satu menit hitunglahjumlah individu ikan yang

memenuhi criterion tersebut sebanyak 10x. Para pengamat juga tidak boleh

banyak bergerak, agar tidak mempengaruhi respon normal ikan

8. Diakhir pengamatan suhu air dihitung kembali

9. Dikeluarkan semua ikan dari parit kontrol, dan dilepaskan ke perairan

 Analisis Data

Analisis data yang kami lakukan dalam praktikum Mengenai Respon Taksis pada

Hewan Mobile adalah dengan mengolah data berbagai kategori yaitu seperti

jantan dewasa, betina gravid, betina non gravid, dan pra dewasa. Selain itu kami

mengatai respon taksis yang terjadi pada sampel dengan kriteria Rheotaksis
posistif apabila ikan bergerak menyongsong arus, Rheotaksis negatif apabila ikan

bergerak sejalan dengan arus, dan Indiferen apabila posisi tubuh ikan terarah

melintang dari arus Setelah data kami dapatkan melalui pengamatan, data diolah

dalam microsoft excell dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Virgianti (2005), rheotaksis adalah gerak taksis yang terjadi disebabkan

oleh adanya arus air pada suatu tempat. Suatu gerak taksis dikatakan taksis positif

jika respon yang terjadi adalh menuju atau mendekati rangsangan, sedangkan

taksis negatif jika respon yang terjadi adalah menjauhi rangsangan.

Organisme di perairan terbagi ke dalam tiga jenis yaitu nekton, perifiton, dan

plankton. Nekton merupakan organisme yang bisa bergerak melawan arus air.

Perifiton adalah organisme yang tidak memiliki kemampuan melawan arus,

namun dapat menempel pada substrat untuk mempertahankan diri, contoh

perifiton yaitu lumut. Sedangkan plankton merupakan organism yang tidak

memiliki kemampuan melawan arus. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Pramudiyanti (2009), pergerakan dari suatu organisme terbagi atas beberapa tipe

yang pertama yaitu peryphyton (teritip/sesil) yang organisme baik tumbuhan atau

hewan yang hidupnya menempel pada benda lain hidup atau mati (contoh lumut

dan tiram). Tipe yang kedua yaitu benthos yang merupakan organisme baik hewan

atau tumbuhan yang hidup didasar permukaan (kerang siput) epibentik tanah

dasar. Tipe yang ketiga yaitu nekton (ikan) merupakan semua organisme yang

aktif bergerak dalam air.


12
10
8
Rata-rata respon
6
4
2
0

Kriteria

Grafik 1. Respon Rheotaksis ikan pada parit Eksperimen

Pada grafik Respon Rheotaksis ikan dalam parit eksperimen dapat kita amati

bahwa rata-rata respon menunjukkan hasil yang berbeda beda antara stadium-

stadium ikan. Pada Jantan dewasa menunjukkan respon Rheotaksis positif dengan

rata-rata respon posistif mencapai angka 9,8, Indiferent menunjukkan angka 0,1,

dan Rheotaksisi negatif menunjukkan angka1. Sehingga dapat disimpulakn pada

spesies ini hewan jantan dewasanya sebagian besar menunjukkan hasil Rheotaksis

positif ini berarti hewan jantan berenang melawan arah arus. Pada betina gravid

menunjukkan respon rata-rata Rheotaksis positif dengan angka 7,8, Indiferent

dengan angka 2,2 sedangkan Rheotaksis negatif bernilai 0. Sama hal dengan

hewan jantan sebagian besar respon hewan betina graid adalah Rheotaksis positif

yangberarti berenang melawan arus, namun betina gravid tidak menunjukkan hasil

rheotaksis negatif sama sekali berarti spesies ini pada stadium betina gravid tidak

ada individu yang berenang mengikuti arus. Betina dewasa menunjukkan rata-rata

respon rheotaksis positif dengan angka 10, sedangkan indiferen dan rheotaksis

negatif menunjukkan hasil 0. Ini berarti semua betina dewasa pada spesies sampel

menunjukkan hasil yang semua sampelnya rheotaksis positif yang berarti arah
berenangnya melawan arah arus. Berbeda dengan Remaja jantan, rata-rat respon

tertinggi terletak pada indiferentnya yaitu 7,2, rheotaksis positifnya 2,8, dan

rheotaksis negatifnya 0. Ini berarti spesies remaja jantan berenang dengan arah

melintang dari arah arus. Pada spesies remaja betina rata-rata responnya

mennjukkan reotaksis positif 9,6, indiferent 0,3, dan rheotaksis negatif bernilai 1.

Maka, sebagian besar spesies sampel ini respon rata-ratanya rheotaksis positif atau

berenang melawan arah arus. Kebalikan dari spesies betina dewasa, anakan pada

sampel menunjukkan hasil rata-rata respon rheotaksis negatif dengan rata-rata

bernilai 10. Sedangkan rheotaksis positif dan indiferentnya menunjukkan rata-rata

bernilai , ini berarti spesies anakan sampel berenang mengikuti arah dari arus. Jadi

sampel jantan dewasa, betina gravid, betina dewasa dan remaja betina sebagian

besar menunjukkan rheotaksis positif (arah renang melawan arah arus), sampel

remaja jantan menunjukkan hasil yang indiferent (arah renang melintang dari arah

datangnya arus), dan sampel anakan menunjukkan hasil rheotaksis negatif (arah

renang mengikuti arah datangnya arus). Ini berarti pada parit eksperiment respon

yang paling sering diekspresikan adalah rheotaksis positif.


6
5
4
Rata-rata respon

3
2
1
0
sa vid sa ta
n na an
ewa gra ewa jan beti nak
d a d a
ta
n tin na aja aja
be ti m m
aj n be r e r e

Kriteria

Grafik 2. Respon Rheotaksis Ikan Pada Parit Kontrol


Pada respon rheotaksis ikan pada parit kontrol menunjukkan hasil yang sedikit

berbeda dari parit eksperiment justru pada sampel jantan dewasa menunjukkan

hasil rata-rata respon rheotaksis negatif yang lebih tinggi daripada rheotaksis

positif dan indiferent yaitu mencapai angka rata-rata 3,7, rheotaksis positif

menunjukkan rata-rata 2,9 dan indiferen menunjukkan rata-rata 3,4. Pada Betina

gravid rata-rata respon Indiferent menunjukkan proporsi paling besar yaitu 4,8,

sedangkan rata-rata respon rheotaksis positif dan negatifnya berturut-turut

menunjukkan hasil 3,7 dan 1,5. Sama halnya dengan betina gravid, Betina dewasa

juga menunjukkan rata-rata respon indiferent tertinggi yaitu 4,1, rheotaksis positif

dan negatifnya bertrut-turut 2,5 dan 3,4. Pada remaja jantan rata-rata responnya

menunjukkan hasil rheotaksis positif yaitu 3,9, sedangkan rheotaksis negatif dan

indiferentnyaberturut-turut 3,6 dan1,4. Sedangkan pada Remaja betina dan anakan

menghasilkan rata-rata respon yang mirip yaitu sama sama menunjukkan hasil

rheotaksis negatif yang dominan. Pada remaja betina rheotaksis negatifnya 4,3,

rheotaksis positifnya 3,3 dan indiferentnya 2,4. dan pada anakan rheotaksis

negatifnya 4, rheotaksis positifnya 2,6 dan indiferentnya 3,5. Jadi pada rata-rata

respon dalam parit kontrol sampel hewan remaja jantanmenunjukkan hasil

rheotaksis positif (arah renang melawan arah arus), jantan dewasa, remaja betina,

dan anakan menunjukkan hasil rheotaksis negatif (arah renang mengikuti arah

datangnya arus), dan sampel betina gravid dan betina dewasa menunjukkan hasil

indiferent (arah renang melintang dari arah datangnya arus). Ini berarti pada

percobaan parit kontrol respon yang paling diekspresikan adalah indiferent (betina

gravid, betina dewasa, dan anakan)


Menurut Odum (1996), arus sungainakan berubah dari deras pada bagian hulu dan

menjadi lambat pada bagian hilir. Perubahan ini juga bisa diikuti dengan

perubahan spesies ikan yang menghuninya. Kecepatan arus ditentukan oleh

kemiringan, kedalaman dan substrat dasarnya. Sungai dengan kecepatan lebih dari

100 m/s termasuk sungai dengan kecepatan sangat cepat sedangkan kecepatan

arus sungai yang kurang dari 5 m/s termasuk kedalam kecepatan arus lambat.

Selain arus ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan daripada ikan.

Dari sekian banyak faktor kita akan membahas suhu karemna berkaitan dengan

praktikum yang kita lakukan. Menurut Adianto (2004), suhu merupakan sifat fisik

yang dapat mempengaruhi metabolisme dan oertumbuhan badan ikan. Penyebaran

suhu dalam perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan dan angin, seangkan

yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adala musim, cuaca, waktu pengkuran

kedalamn air dan sebagainya. Semua jenis ikan mempunyai toleransi yang rendah

terhadap perubahan suhu apalagi yang drastis. Semua jenis ikan mempunyai batas

toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu yang rendah apalagi yang drastis.

Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah 25-32 derajat celcius.
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan pada parit eksperimen bahwa, makin muda usia sampel maka

rata-rata responnya rheotaksis positifnya cenderung makin kecil bahkan pada

anakan menunjukkan arata-rata responnya 0 karena tubuh ikan muda belum

mampu untuk memepertahankan dirinya dalam kondisi yang tidak stabil

contohnya pada kondisi air berarus sehingga arah berenangnya akan mengikuti

arah arus. Sedangkan pada spesies sampel hewan dewasa atau remaja mereka

sudah lebih adaptif terhadap lingkungan yang kurang atau malah tidak stabil

sehingga mereka dapat mempertahankan tubuhnya dengan cara berenang

melintang arah arus atau berenang melawan arah arus.

Sedangkan pada parit kontrol menunjukkan hasil yang sedikit berbeda

dibandingkan dengan hasil pada parit eksperiment. Pada sampel hewan Jantan

dewasa dan remaja betina rata-rata respon yang dominan adalah rheotaksis

negatif, betina gravid, betina dewasa, dan anakan menunjukkan rata-rata respon

yang indiferent sedangkan remaja jantan menunjukkan hasil rheotaksis positif.


DAFTRA PUSTAKA

Adianto. 2004. Pengaruh Inokulasi Cacing Tanah (Pontoscolex corethurus) Er


Mull Terhadap Sifat Fisika Kimia Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Kacang Hijau (Vigna raelata) Varietas Walet. Jurnal Matematika dan
Sains, 20 oktober 2010.

Hasan, A. Dan I. Widipangestu, 2000. Uji Coba Penggunaan Lampu Lacuba


Tenaga Surya pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di
Pelabuhan Ratu, Jabar. Jurnal Ekologi dan Perikanan, 20 oktober 2010.

Kimball, J. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Melles, M. C. Jr. 2004. Ecology Concepts and Applications Third Edition. Mc


Graw Hill. New Mexico.

Nukmal, N.2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Bandar Lampung.

Odum, E. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. Yogyakarta: UGM.

Pramudiyanti.2009. Biologi Umum. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Pratiwi, D.A. Sri Maryanti & Srikini. 2007. Biologi Jilid 3. Erlangga: Jakarta

Suin, N. M. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Bandung

Virgianti, D.P. dan Hana A. P. 2005. Perdedahan Morsin Terhadap Perilaku


Massa Prasapih Mencit. Bandung : Gramedia

Widiastuti, E.L. 2002. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Bandar lampung:


Universitas Lampung
Lampiran

Tabel 1. Respon Rheotaksis ikan pada parit Eksperimen


Kriteria  
  Rata-rata Respon
 
Positif Indiferen Negatif
t
Jantan 9,8 0,1 1
dewasa
Betina 7,8 2,2 0
gravid
Betina 10 0 0
dewasa
remaja 2,8 7,2 0
jantan
Remaja 9,6 0,3 1
betina
Anakan 0 0 10

Tabel 2. Respon Rheotaksis Ikan Pada Parit Kontrol


Kriteria  
  Rata-rata respon
 
Positif Indiferen Negatif
t
Jantan 2,9 3,4 3,7
dewasa
Betina 3,7 4,8 1,5
gravid
Betina 2,5 4,1 3,4
dewasa
Remaja 3,9 1,4 3,6
jantan
Remaja 3,3 2,4 4,3
betina
Anakan 2,6 3,5 4

Anda mungkin juga menyukai