Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

FISIOLOGI HEWAN DAN MANUSIA


SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia
Yang dibina oleh Bapak Hendra Susanto

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Anisya Purnamasari (160342606219)
2. Annysa Vero S. (160342606
3. Dymas Ambarwati (160342606
4. Lita Neldya Putri (160342606223)
5. Rika Nur Azizah (160342606265)
6. Sumardi (160342606238)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
SEPTEMBER 2017
A. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui:
1. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis

B. Dasar Teori
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak
(disebut refleks karnial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal) lewat saraf motorik
kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang
mengendalikan refleks oto kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot
polos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak,
tetapi otak seringkali ikut memberikan pertimbangan dalam refleks spinal.
Refleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu, disebut lengkung refleks, dengan
komponen: reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (di dalam otak dan medula
spinalis), neuron motorik dan efektor. Sebagian besar refleks merupakan refleks yang
rumit, melibatkan lebih dari satu neuron penghubung.
Kegiatan ini berdasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut
1. Pada umumnya kerusakan pada sistem saraf pusat menyebabkan kelumpuhan
sementara semua refleks yang dikendalikan oleh otak dan medula spinalis. Kondisi
akibat kerusakan otak disebut neural shock, sedangkan kondisi kerusakan medula
spinalis ini disebut spinal shock yang lamanya tergantung kerumitan sistem saraf suatu
organisme.
2. Kerusakan salah satu komponen lengkung refleks dapat menyebabkan hilangnya
refleks tertentu.
C. Cara Kerja
1. Katak Normal

Katak

Diletakkan katak dengan posisi normal pada papan


Diamati posisi kepala, ,mata dan anggota geraknya.
Disentuh kornea matanya dengan kapas
Diamati apa yang terjadi
Dihitung frekuensi pernafasan per menit dengan mengamati gerakan kulit pada rahang
Diletakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.
Diputar papan secara horisontal
Diamati posisi dan gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
Dimiringkan papan perlahan-lahan sampai kepala katak sedikit terangkat.
Di amati keseimbangannya
Dimasukkan katak kedalamaquarium berisi air.
Diamati cara berenangnya.
Dikeluarkan katak dari aquarium
Diletakkan pada papan dengan posisi normal.
Dicubit jari katak dengan pinset.
Diamati yang terjadi.
Dimasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
Dipanaskan
Diamati pada suhu berapa katak bereaksi.
Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas 80*C
Diamati yang terjadi.
2. Katak Spinal ( katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)

Katak

Dirusak otak katak dengan single pithing untuk menghilangkan neural shock
Diletakkan katak dengan posisi normal pada papan
Diamati posisi kepala, ,mata dan anggota geraknya.
Disentuh kornea matanya dengan kapas
Diamati apa yang terjadi
Dihitung frekuensi pernafasan per menit dengan mengamati gerakan kulit pada rahang
Diletakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.
Diputar papan secara horisontal
Diamati posisi dan gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
Dimiringkan papan perlahan-lahan sampai kepala katak sedikit terangkat.
Di amati keseimbangannya
Dimasukkan katak kedalamaquarium berisi air.
Diamati cara berenangnya.
Dikeluarkan katak dari aquarium
Diletakkan pada papan dengan posisi normal.
Dicubit jari katak dengan pinset.
Diamati yang terjadi.
Dimasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
Dipanaskan
Diamati pada suhu berapa katak bereaksi.
Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas 80*C
Diamati yang terjadi.
3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula spinalis

Katak

Dirusak medula spinalis dengan double pithing


Diistirahatkan katak selama 5-6 menit
Diletakkan katak dengan posisi normal pada papan
Diamati posisi kepala, ,mata dan anggota geraknya.
Disentuh kornea matanya dengan kapas
Diamati apa yang terjadi
Dihitung frekuensi pernafasan per menit dengan mengamati gerakan kulit pada rahang
Diletakkan katak dalam posisi terlentang pada papan.
Diputar papan secara horisontal
Diamati posisi dan gerakan kepala, mata dan anggota geraknya.
Dimiringkan papan perlahan-lahan sampai kepala katak sedikit terangkat.
Di amati keseimbangannya
Dimasukkan katak kedalamaquarium berisi air.
Diamati cara berenangnya.
Dikeluarkan katak dari aquarium
Diletakkan pada papan dengan posisi normal.
Dicubit jari katak dengan pinset.
Diamati yang terjadi.
Dimasukkan salah satu kaki kedalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
Dipanaskan
Diamati pada suhu berapa katak bereaksi.
Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas 80*C
Diamati yang terjadi.
D. Hasil Pengamatan
KATAK NORMAL KATAK SPINAL KATAK yang sudah
mengalami pengrusakan otak
dan medula spinalis
POSISI - MATA = berkedip - MATA = tidak ada - MATA = tidak ada
- KEPALA = diam respon(diam) respon(diam)
- ANGGOTA - KEPALA = diam - KEPALA = diam
GERAKNYA = diam - ANGGOTA - ANGGOTA
GERAKNYA = kaki GERAKNYA = diam
miring ke kiri
FREKUENSI 104 47 43
NAFAS / MENIT
KESEIMBANGA PUTARAN HORIZONTAL PUTARAN HORIZONTAL PUTARAN HORIZONTAL
N - POSISI DAN - POSISI DAN - POSISI DAN
GERAKAN GERAKAN GERAKAN
a). Kepala = diam a). Kepala = diam a). Kepala = diam
b). Mata = diam b). Mata = diam b). Mata = diam
c). Anggota gerak = c). Anggota gerak = c). Anggota gerak =
diam sedikit bergerak diam

POSISI PAPAN MIRING POSISI PAPAN MIRING POSISI PAPAN MIRING


= jika papan dimiringkan dari = katak tidak merespon (tidak = diam
dapan kepala posisi kepala menunjukkan adanya gerakan)
menjadi menunduk, tetapi
jika papan dimiringkan dari
belakang kepala, kepala
menjadi mendongak

CARA Pada saat berenang, anggora Gerakan katak mulai melambat Katak masih mampu
BERENANG gerak katak sangat aktif berenang akan tetapi
terutama kaki bagian keseimbangan katak mulai
belakang dari katak untuk terganggu sehingga tubuh
membantunya berenang katak lebih condong ke kiri
dengan cepat.
DICUBIT Adanya respon gerak reflek Tidak ada respon Tidak ada respon
DENGAN pada katak
PINSET
SUHU Katak mulai menandakan Katak mulai menandakan Katak mulai menandakan
adanya gerak reflek pada adanya gerak reflek pada suhu adanya gerak reflek pada
suhu 410 C 440 C suhu 460 C
REAKSI JARI Katak mengangkat kakinya, Katak mengangkat kakinya, hal Katak mengangkat kakinya,
KAKI PADA hal ini menandakan adanya ini menandakan masih adanya hal ini menandakan masih
AIR 80 0 C gerakan reflek pada katak. gerakan reflek pada katak. adanya gerakan reflek pada
katak, akan tetapii lebih
lambat dari yang pertama.

E. Pembahasan
1. Katak Normal
Pada praktikum ini kami mengamati sistem saraf pusat sebagai pengendali
gerak refleks. Dalam pengamatan ini objek yang kami amati adalah katak. Katak
memiliki spinal yang sangat mudah diamati gerak refleksnya. Semua penyebab
terjadinya perubahan dalam tubuh atau bagian tubuh disebut rangsang. Hal ini
sesuai dengan (Rafael, 2011), bahwa alat yang mampu menerima rangsang
dinamakan indera (Reseptor). Jadi reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf
dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari
luar atau dari dalam tubuh. Rangsangan yang diterima oleh reseptor akan
dihantarkan ke system saraf pusat oleh neuron sensori dan tanggapan akan
disampaikan oleh neuron motor ke efektor, misalnya otot dan kelenjar. Jadi
efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan.
Langkah pertama dari praktikum ini kami memberikan perlakuan pada katak
normal untuk mengetahui gerak refleksnya. Katak normal kami beri perlakuan
dengan menyentuh kornea matanya, katak memberikan respon dengan
mengedipkan matanya. Kemudian kami mengamati frekuensi napas katak yang
menghasilkan frekuensi pernapasan 104/menit. Kemudian kami amati
keseimbangan tubuh katak dengan cara meletakkan katak pada papan bedah
dengan posisi terlentang, kemudian papan diputar secara horizontal dan kami
amati gerakan kepala, mata, dan anggota geraknya yang menghasilkan semuanya
diam (tidak ada respon) tetapi ketika katak di terlentangkan di papan bedah, jika
katak akan terasa diganggu maka katak akan berusaha untuk membalikkan
tubuhnya. Kemudian setelah itu papan dimiringkan perlahan-lahan dan
menghasilkan bahwa ketika papan miringkan dari depan maka kepala akan
merunduk, sebaliknya jika papan dimiringkan kebelakang maka papan akan
mendongak. Kemudian perlakuan selanjutnya adalah katak dimasukkan ke
aquarium dan diamati cara berenangnya. Ketika katak normal berenang maka
anggota gerak katak aktif terutama bagian kaki belakang. Setelah itu katak diberi
perlakuan dengan mencubit jari kaki dengan pinset dan menunjukkan adanya
respon dengan adanya gerakan refleks ketika jari kaki katak dicubit. Setelah itu
katak diberi perlakuan dengan cara memasukkan salah satu kaki ke dalam gelas
piala yang berisi air dengan suhu kamar, kaki katak bereaksi pada suhu 410C .
Kemudian dimasukkan pada air panas yang bersuhu 800C yang menunjukkan
adanya respon dengan kaki katak langsung mengangkat (gerak refleks) ketika
dimasukkan kedalam air panas.
Dari hasil perlakuan yang diberikan pada katak normal menunjukkan bahwa
respon katak ketika diberi rangsangan menunjukkan respon yang masih baik. Hal
ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan respon. Respon akan
ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan
luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang
(excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap
stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang
menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh
membran. Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu
melintasi jarak yang jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik
otot maupun kelenjar. (Junqueira,carlos.1995:157)
Respon yang dihasilkan dari rangsangan yang telah diberikan disebut gerak
refleks. Sesuai dengan Fujaya (2002), bahwa gerak refleks adalah gerak yang
tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini
disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Gerak
refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa control dari otak
sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari
terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak. Urutan perambatan impuls pada
gerak refleks yaitu: stimulus pada organ reseptor-sel saraf motorik-sel
penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang balakang-sel saraf motorik-respon
pada organ efektor. Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan
terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks.
Hampir pada semua perlakuan yang diberikan kepada katak akan
menghasilkan gerak refleks. Contohnya ketika katak disentuh kornea matanya,
dicubit jari kakinya dengan pinset dan dimasukkan kedalam air panas yang
bersuhu tinggi, maka dari perlakuan tersebut katak memberi rangsangan berupa
gerak refleks. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa gerak refleks disebabkan oleh
rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan (Wulandari,
2009).
Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh sumsum tulang belakang dan
bukan dari otak. Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan
hubungan antara banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sumsum
tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak
tetapi juga berperan penting dalam memadukan gerak refleks.
Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan fisik atau kimia di
lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensial
aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar,
sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan meneruskannya
melalui saraf eferen ke efektor (otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon
yang diinginkan. (Soewolo.1997:241-262)
Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf dapat dibedakan atas tiga jenis.
Pertama yaitu sel saraf sensorik, merupakan sel yang membawa impuls berupa
rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan) ke sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf indera
karena berhubungan dengan alat indera. Kedua adalah sel saraf motorik yang
berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau
sumsum tulang belakang) menuju kelenjar tubuh. Sel saraf motorik disebut juga
dengan sel saraf penggerak, karena berhubungan erat dengan otot sebagai alat
gerak. Jenis ketiga adalah sel saraf penghubung disebut juga dengan sel saraf
konektor. Hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan rangsangan dari sel
saraf sensorik ke sel saraf motorik (Wilarso, 2001)
Refleks yang terjadi pada katak normal tetapi tidak terjadi pada katak spinal
adalah refleks kedipan mata. Pada katak spinal mata tidak merespon pada saat
korneanya disentuh hal ini dikarenakan sistem saraf pada otak telah dirusak
dengan cara single pithing. Single pithing mengakibatkan rusaknya serebellum
(otak kecil) yang berakibat keseimbangan dan pusat koordinasi motoris menjadi
terganggu (Tenzer, 1998)
2. Katak Spinal
Praktikum yang telah kami lakukan yaitu tentang Refleksi Tubuh Katak, pada
praktikum percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui adanya refleks spinal yang ada
pada tubuh hewan vetebrata. Hewan yang digunakan sebagai sampel adalah Katak.
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menusuk bagian otak (kepalanya), yaitu
di bagian kepala agak ke belakang daerah yang cekung, dengan menggunakan jarum yang
ada pada alat seksi, kemudian mengkorek-koreknya. Hal ini bertujuan untuk merusak saraf
spinal pada katak. Dimana pada daerah tersebut merupakan pangkal saraf spinal katak
sehingga penusukan tersebut bertujuan agar saraf spinal katak sebagian akan rusak sehingga
dapat mengetahui respon yang dilakukan dari rangsangan yang kita buat setelah saraf
spinalnya rusak sebagian.
Pada percobaan pertama dalam praktikum ini adalah meletakkan katak pada posisi
normal untuk kemudian disentuh kornea matanya menggunakan kapas didapatkan hasil yaitu:
posisi kepala pada katak adalah diam, bagian matanya juga tidak merespon, tetapi posisi kaki
miring kekiri.
Pada percobaan kedua dalam praktikum ini adalah menghitung frekuensi pernafasan
permenit di dapatkan hasil 47 kali/menit.
Pada percobaan ketiga dalam praktikum ini yang pertama adalah putaran papan
normal secara horizontal dan hasil yang didapat, yaitu: posisi dan gerakan kepala diam,
gerakan pada bagian mata juga diam, tetapi pada anggota gerak mengalami sedikit
pergerakan. Kedua, pada saat papan dimiringkan perlahan-lahan sehingga kepala katak
sedikit terangkat posisi kepala tidak ada respon.
Pada percobaan keempat dalam praktikum ini adalah cara berenang pada katak, dan
didapatkan hasil yaitu pada saat berenang gerakan katak sudah mulai melambat.
Pada percobaan kelima dalam praktikum ini adalah mencubit jari kaki katak dengan
pinset, dan hasil yang didapat adalah kaki katak sudah tidak mengalami refleks (tidak ada
respon).
Pada percobaan keenam dalam praktikum ini adalah memasukkan salah satu kaki
katak ke dalam gelas piala yang berisi air kamar untuk kemudian dipanaskan. Didapatkan
hasil yaitu katak bereaksi pada suhu 440C.
Pada percobaan terakhir dalam praktikum ini adalah memasukkan salah satu kaki
katak yang lain ke dalam air panas 800C, di dapatkan hasil yaitu pada katak masih terdapat
gerakan refleks.
Berdasarkan hasil praktikum reflek spinal pada katak diketahui bahwa, saat otak katak
dirusak, katak masih dapat memberikan respon positif yaitu respon melarikan diri dengan
pelarikan kaki depan dan pelarikan kaki belakang.
Pada katak yang diperlakukan dengan merusak system saraf otaknya, maka respon
yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Seperti pada
keseluruhan percobaan ini, katak sudah mulai tidak dapat merespon dengan baik, karena
batang spinal katak telah dirusak. Sehingga walaupun katak masih memiliki system
keseimbangan dan sum-sum tulang belakang sebagai pusat saraf namun refleks yang terjadi
sudah mulai melambat (respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus
sangat lama). Katak tidak merespon dengan baik. Ini dikarenakan system saraf pada otaknya
telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan jarum pada saat praktikum. Hal ini
sesuai dengan teori,menurut Sari (2010) mengemukakan bahwa Semakin lebar kerusakan
sumsum tulang belakang, responnya akan semakin melemah.
Hal ini menunjukan bahwa saraf-saraf yang berhubungan dengan saraf spinalis ada
yang rusak sehingga hanya sedikit stimulus yang dapat direspon oleh katak. Rusaknya satu
atau dua ruas sumsum tulang belakang tidak berarti merusak semua system saraf yang
menyebabkan reflek spinal, sehingga dalam percobaan ini masih ada respon positifnya.
Namun perlu diketahui bahwa semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang, responnya
akan semakin melemah sehingga dalam percobaan ini gerak reflex setelah sumsum tulang
belakang dirusak satu ruas lebih responsive daripada sumsum tulang belakang yang dirusak
sebanyak dua ruas. Hal ini sesuai dengan teori.
Menurut Pearc (1989) menyatakan bahwa sumsum tulang belakang merupakan pusat
gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka
semakin lemah respon yang diberikan. Perusakan tulang belakang juga merusak tali spinal
sebagai jalur syaraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat terjadi
melalui aksi tunggal dari tali spinal meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang
Adapun refleks yang terjadi pada katak spinal tetapi tidak terjadi pada katak yang
sudah di double pithing adalah anggota kaki. Tidak adanya pergerakan respon ini
dikarenakan system saraf pada otak dan sum-sum tulang belakangnya (medulla spinalis) tidak
mampu merespon dan member menghantarkan perintah terhadap impuls saraf ke efektor.
Menurut Pearce (1989), hal yang menyebabkan katak tidak lagi memberiikan respon
positif dikarenakan saraf-saraf yang berhubungan dengan spinalis rusak semuanya. Perusakan
pada sum-sum tulang belakang ternyata juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf.
Tali-tali spinal terdiri dari saraf sensori dan motori. Oleh karena itu, bila saraf tersebut rusak
maka respon terhadap stimulus tidak akan terjadi.
Dari menganalisis hasil percobaan di atas, maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor
yang memperngaruhi aktivitas reflex katak antara lain adalah:
1) Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh
hubungan pada urat spinal sehingga terjadi refleks spinal (Richard &Gordan, 1989).
2) Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang memiliki dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls
dari dan ke otak dan sebagai pusat refleks. Apabila sumsum tulang belakang telah
rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukan respon terhadap stimulus
atau rangsangan (Ville et al., 1988).
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls
dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek. Dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan
saraf spinal dan cranial menghubungkan tiap reseptor dan efektor dalam tubuh sampai terjadi
respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang
menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang.
Menurut Wulangi (1994) mekanisme kerja gerak refleks adalah sebagai berikut:
Rangsang diterima reseptor lalu diteruskan ke sumsum tulang belakang melalui saraf
sensorik.
Dari sumsum tulang belakang, rangsang diteruskan ke efektor tanpa melalui saraf
motorik ke otak, tetapi langsung ke otot melalui jalan terpendek yang disebut
lengkung refleks.

Dari mekanisme di atas, maka jalur perjalanan gerak refleks dapat digambarkan secara
skematis sebagai berikut:

Neuron Sumsumtulangbelak
rangsang
sensorik ang

gerakan Neuron
efektor
motorik
3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak an medulla spinnalis
Pada percobaan ketiga ini bertujuan untuk mengetahui adanya gerak reflex
pada katak yang di rusak bagian otak dan medulla spinalisnya.
Langkah pertama dalam percobaan ini yaitu melakukan pengerusakan otak
dan medulla spinalis dengan cara menusuk bagian kepala bagian belakang yang
ada cekungannya dengan menggunakan jarum ditekan lalu ditusukkan kedepan
kemudian setelah otak dirusak lalu ditusukkan kebelakang untuk merusak medulla
spinalisnya. Hal ini dilakukan untuk merusak system saraf pusatnya yaitu otak dan
medulla spinalis untuk mengetahui respon katak setelah otak dan medulla
spinalisnya dirusak, apakah masih merespon dengan baik atau tidak. Setelah
pengerusakan otak dan medulla spinalisnya ini dilakukan beberapa percoban
untuk mengetahui respon katak tersebut
Pada percobaan pertama dalam kegiatan praktikum ini adalah meletakkan
katak pada kapas lalu disentuh kornea matanya menggunakan kapas, dalam
percobaan ini katak tidak merespon sama sekali pada bagian mata, kaki maupun
kepala juga tidak merespon.
Pada percobaan kedua dalam kegiatan praktikum ini adalah menghitung
frekuensi nafas katak per menit, dalam percobaan ini menghasilkan 43 kali/menit.
Pada percobaan ketiga dalam kegiatan praktikum ini adalah meletakkan katak
pada papan dalam posisi terlentang kemudian papan diputar secara horizontal,
dalam percobaan ini katak juga tidak merespon sama sekali pada bagian kepala,
mata, dan anggota gerak lainnya ketika papan diputar tidak ada respon dari katak
tersebut.
Selanjutnya dalam posisi yang sama papan dimiriringkan perlahan-lahan, dan
posisi katak juga tidak merespon terutama bagian kepalanya tidak ada respon dari
katak.
Pada percobaan keempat dalam kegiatan praktikum ini adalah memasukkan
kata kedalam aquarium yang berisi air, dalam percobaan ini diamati cara berenang
katak. Hasil pengamatan ini ada respon dari katak yaitu ada gerakan berenang
pada katak, tetapi agak melambat, posisi tubuh condong kekiri, dan terlentang.
Pada percobaan kelima dalam kegiatan praktikum ini adalah meletakkan katak
kembali kepapan kemudian mencubit kaki katak menggunakan pinset, dalam
percobaan ini tidak ada respon dari katak
Pada percobaan keenam dalam praktikum ini adalah memasukkan kaki katak
dari air bersuhu kamar sambil dipanaskan dan pada suhu 46okatak bereaksi
menganggkat kakinya.
Pada percobaan terakhir dalam praktikum ini adalah memasukkan kaki katak
pada air panas bersuhu 80o, dalam percobaan ini ada respon dari katak tetapi
lambat tidak cepat.
Berdasarkan hasil praktikum gerak reflex cranial dan refleks spinal pada katak
ini diketahui bahwa, dimana ketika otak dan medulla spinalisnya dirusak, katak
masih tetap merespon meskipun hanya dalam beberapa percobaan saja. Seperti
halnya ketika katak dimasukkan kedalam aquarium, katak masih melakukan gerak
reflek meski posisinya tidak seimbang, dan juga saat kakinya dimasukkan
kedalam air panas katak juga masih ada reaksi meskipun lambat. Lambatnya
reaksi pada katak ini dikarenakan system sarafnya yaitu otak dan medulla
spinalisnya telah dirusak dengan cara double phit, sehingga melemahnya respon
pada katak. Berbeda dengan halnya pada single phit, dimana katak masih
merespon secara reflek meski tidak secepat dalam keadaan katak normal.
Dalam praktikum ini sesuai dengan teori, diamana gerak reflex umumnya
terjadi secara cepat dan tidak disadari. Untuk terjadinya gerak reflex ini
dibutuhkan struktur seperti saraf sensorik, saraf motoric, dan sumsum tulang
belakang (Pearce, 2009: 292). Gerak reflex dapat dibedakan atas reflex otak bila
saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya gerak berkedip dan
reflex sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung
beradadidalamsumsumtulangbelakangmisalnyareflekspadalutut (Sherwood, 2001)
Dengan teori tersebut jika dibandingkan dalam berbagai percobaan, dalam
percobaan sudah sesuai dikarenakan gerak reflex itu ada dari otak dan dari
sumsum tulang belakang, dimana ketika bagian otak dirusak maka katak juga
tidak ada respon ketika matanya disentuh menggunakan kapas. Dan juga pada
reflex sumsum tulang belakang, ketika katak dicubit bagian kakinya juga tidak
mersepon, hal ini dikarenakan pada saraf medulla spinalisnya juga telah dirusak
sehingga katak tidak merespon. Namun pada saat kata di masukkan kedalam air
bersuhu 80o katak bereaksi menganggkat kakinya. Sebenarnya katak masih dalam
posisi sadar, masih dapat merespon namun respon yaitu sanggat lemah karena
rusaknya system saraf di otak dan pada medulla spinalisnya.
Dalam percobaan ini diketahui bahwa lemahnya respon pada kata karena
rusaknya otakdan medulla spinalisnya. Dalam system saraf itu ada sistem saraf
pusat dan system saraf tepi, dimana system saraf pusat itu otak dan medulla
spinalis. Sedangkan pada system saraf tepi itu saraf somatic dan saraf otonom.
Saraf spinalis dan saraf cranial dapat berupa atau termasuk dalam saraf somatic,
sedangkan saraf otonom ini ada saraf simpatis dan parasimpatis. Dalam saraf
spinal ini mengatur pada daerah lengan, leher, bahu, daerah pelvis
dansekitarpangkalpaha. Jadi dalam praktikum ini pada pergerakan kepala kata kini
termasuk dalam system saraf spinal. Sedangkan pada saraf cranial ini mengatur
penciuman, penglihatan, pergerakan mata, keseimbangan, pita suara, kornea.
Dalam praktikum ini jadi kornea mata katak dan keseimbangan pada katak ini
termasuk dalam saraf kranial. Sedangkan pada saraf otonom ini yaitu pernafasan
pada katak dimana system saraf otonom ini mengendalikan organ pupil, kelenjar
keringat, jantung, paru-paru, pembuluh darah. Jadi dalam praktikum ini
pernafasan pada katak termasuk dalam saraf otonom.

F. Kesimpulan
Sistem saraf pusat pada katak yaitu otak dan medulla spinalisnya. Semua
pergerakan reflex diatur dalam system saraf pusat, dimana ketika system saraf pusat
pada ketak dirusak keduanya pada otak dan medulla spinalisnya maka akan
memperlambat atau melemahkan reflex pada katak, sehingga respon pada katak akan
lama bahkan tidak akan bereaksi sama sekali karena rusaknya sistem saraf otak dan
medulla spinalisnya.

G. Daftar Pustaka

Pearce, E. 1989.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.


Richard, W.H danGordan. 1989. Animal Physiology. New York: Harper-CollinsPublisher.
Sari, Juwita Lela. 2010. Fisiologi Sistem Syaraf pada Katak . Jakarta : Universitas Negeri
Jakarta.
Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Wulangi, K.S. 1994. Prinsip-PrinsipFisiologiHewan. Jakarta : Depdikbud
Pearce(dalam).Ulya,R.D.H.2016. Gerak Refleks dan Waktu Reaksi, Universitas Mataram.
(Online),(https://www.academia.edu/30784989/LAPORAN_ANFISMAN_GERAK_RE
FLEKS_DAN_WAKTU_REAKSI), diakses pada 12 September 2017.
Lillah,P.N.Rancang Bangun Electrical Simulator Berbasis Mikrontroler Sebagai Pengganti
Palu Refleks. (Online), (http://repository.unair.ac.id/25565/12/12.%20Bab%202.pdf),
diakses pada 12 September 2017
Kuntarti.Anatomi Sistem Saraf.(Online),
(http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/anatomisaraf.pdf), diakses pada
12 September
Wijayanti,K.E.Sistem Saraf. (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KESEHATAN_&_REKREASI/PRO
DI._KEPERAWATAN/198203222008012-
KURNIA_EKA_WIJAYANTI/Sistem_saraf.pdf), diakses pada 12 September 2017

Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology. W.B. Saunders Company,
Philadelphia

Junqueira,carlos.L.Histologi Dasar. ECG:Jakarta


Soewolo,dkk.1994.Fisiologi Hewan. UT : Jakarta
Tenzer, A. 1998. Struktur Hewan Bagian I. Malang: IKIP Malang
Rafael. 2001. Iktiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fujaya, M. 2001. Fisologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta
Wilarso, Joko. 2001. Biologi Pendidikan Dasar. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai