Anda di halaman 1dari 16

SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk memenuhi tugas Matakuliah Fisiologi Manusia
yang dibimbing oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si dan Wira Eka Putra, S.Si.,
M.Med.Sc.

Oleh:
Ade Wahyu Pratama 180342618041
Irwansyah Nur Oktafian 180342618025
Lutfiana Azizah K. 170341615111
Nanda Irna Damayanti 180342618084
Nonnes Amanda 180342618077
Qori Dini Ayu F. 180342618028
Biologi/Offering G 2018

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEPTEMBER 2019
A. Tanggal Kegiatan : 03 September 2019
B. Tujuan
Tujuan Praktikum ini adalah untuk mengetahui:
1. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh otak
2. Macam-macam refleks yang dikenedalikan oleh medulla spinalis
C. Dasar Teori
Sistem saraf adalah sistem koordinasi yang memiliki fungsi sebagai
menerima dan menghantarkan rangsangan ke semua bagian tubuh yang sehingga
tubuh dapat memberi tanggapan dari rangsangan tersebut. Sistem saraf terdiri dari
jaringan saraf yang merupakan jaringan komunikasi yang langsung berhubungan
dengan seluruh bagian tubuh (Campbell, 2004).
Sistem saraf pada Vertebrata dibagi menjadi dua bagian utama yaitu
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat adalah sistem yang
tersususn atas otak dan sumsum tulang belakang (korda spinalis), sedangkan
sistem saraf tepi tersusun atas sistem saraf aferen dan sistem saraf eferen. Sistem
saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom,
sedangkan sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatetik dan sistem
saraf parasimpatetik (Soewolo, 2000).
Pusat koordinasi yang mengkoordinasi semua informasi saraf yang keluar
dan masuk merupakan sistem saraf pusat. Sedangkan, sistem saraf yang terdiri
atas serabut-serabut saraf yang keluar dari sistem saraf pusat. Serabut saraf aferen
adalah serabut saraf yang membawa impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
sedangkan serabut saraf eferen adalah serabut saraf yang membawa impuls dari
sistem saraf pusat ke efektor merupakan sistem saraf tepi (Soewolo, 2000).
Suatu refleks merupakan setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa
disadari. Reflek dibagi menjadi dua macam, yaitu refleks sederhana atau refleks
dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada
benda yang menuju ke mata dan refleks yang dipelajari, atau refleks yang
dikondisikan (conditioned reflex), yang dihasilkan dari belajar (Soewolo, 2000).
Kerusakan yang terjadi pada sistem saraf pusat umumnya menyebabkan
kelumpuhan, sementara semua refleks yang dikendalikan oleh otak dan medula
spinalis. Kondisi akibat kerusakan otak disebut dengan neural shock, sedangkan
kondisi kerusakan medula spinalis ini disebut dengan spinal shock yang lamanya
tergantung pada kerumitan sistem saraf suatu organisme. Kerusakan salah satu
komponen lengkung refleks dapat menyebabkan hilangnya refleks tertentu.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Papan dan alat seksi 1. Katak
2. Aquarium 2. air
3. Lampu spiritus
4. Termometer
5. Gelas piala 600cc
6. Alat penghitung
7. Kapas
8. Alat bedah
E. Prosedur Kerja
1. Katak Normal

Katak

Diletakkan dengan posisi normal pada papan, lalu diamati posisi kepala,
mata, dan anggota geraknya. Disentuh kornea matanya dengan kapas

Dihitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menhitung gerakan


kulit pada rahang

Diamati keseimbangan dengan cara:

- Katak diletakkan dalam posisi terlentang pada papan


- Papan diputar secara horizontal, diamati posisi dan gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya
- Papan dimiringkan perlahan-lahan hingga kepala katak sedikit
terangkat

Dimasukkan ke dalam akuarium berisi air dan diamati cara berenangnya

Dikeluarkan dari akuarium dan diletakkan pada papan pada posisi normal

Jari kaki dicubit dengan pinset


Dimasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
dan dipanaskan, lalu catat pada suhu berapa katak bereaksi

Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas kurang lebih 80O C

Hasil

2. Katak Spinal (Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)

Katak

Rusak otak katak dengan cara single pithing, lalu Istirahkan katak selama
5-6 menit untuk menghilangkan neuroshock

Diletakkan dengan posisi normal pada papan, lalu diamati posisi kepala,
mata, dan anggota geraknya. Disentuh kornea matanya dengan kapas

Dihitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menhitung gerakan


kulit pada rahang

Diamati keseimbangan dengan cara:

- Katak diletakkan dalam posisi terlentang pada papan


- Papan diputar secara horizontal, diamati posisi dan gerakan kepala,
mata, dan anggota geraknya
- Papan dimiringkan perlahan-lahan hingga kepala katak sedikit
terangkat

Dimasukkan ke dalam akuarium berisi air dan diamati cara berenangnya

Dikeluarkan dari akuarium dan diletakkan pada papan pada posisi normal

Jari kaki dicubit dengan pinset

Dimasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar)
dan dipanaskan, lalu catat pada suhu berapa katak bereaksi

Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas kurang lebih 80O C

Hasil
3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medulla spinalis

Katak

Rusak medulla spinalis dengan double phithing, istirahatkan selama 5-6


menit

Diletakkan dengan posisi normal pada papan, lalu diamati posisi kepala,
mata, dan anggota geraknya. Disentuh kornea matanya dengan kapas

Dihitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara menhitung gerakan


kulit pada rahang

Diamati keseimbangan dengan cara:

- Katak diletakkan dalam posisi terlentang pada papan


- Papan diputar secara horizontal, diamati posisi dan gerakan kepala, mata,
dan anggota geraknya
- Papan dimiringkan perlahan-lahan hingga kepala katak sedikit terangkat

Dimasukkan ke dalam akuarium berisi air dan diamati cara berenangnya

Dikeluarkan dari akuarium dan diletakkan pada papan pada posisi normal

Jari kaki dicubit dengan pinset

Dimasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala berisi air (suhu kamar) dan
dipanaskan, lalu catat pada suhu berapa katak bereaksi

Dimasukkan jari kaki yang lain ke dalam air panas kurang lebih 80O C

Hasil
F. Data Pengamatan
NO PERLAKUAN KATAK KATAK KATAK
NORMAL SINGLE PIT DOUBLE
PIT
1. Respon Kornea Mata Berkedip cepat Mata tidak berkedip Mata tidak
Mata Katak berkedip
Ketika Disentuh

2. Frekuensi 55 denyutan/menit 31 denyutan/menit 0 denyutan/menit


Pernapasan Katak (tidak berdenyut)

3. Keseimbangan Katak merespon dengan Katak merespon Tidak ada respon


Pada Katak cara membalikkan dengan cara kaki apapun. (tidak
badan ke arah bergerak-gerah lebih bergerak sama
kiri,dengan kaki depan lambat dari katak sekali).
dan kaki belakang normal dan katak
a. Diputar :
terangkat dan bergerak tidak membalikkan
terlebih dahulu. badan.

Saat dimiringkan pada Saat posisi


posisi sekitar 80o, katak dimiringkan, katak
b. Dimiringkan : langsung membalikkan tidak membalikkan Saat posisi miring
badan pada posisi posisi badan , hanya sekitar 45o, katak
tengkurap ke arah kaki kiri saja yang langsung terjatuh
depan. bergerak-gerak. dan kaki tidak
bergerak sama
sekali.

4. Cara Berenang Kedua kaki depan Katak mengambang, Katak


Katak bergerak seperti cara kaki depan bergerak tenggelam,dan
mengais, dan kedua kaki seperti mengais pada kakinya tidak
belakang melakukan dengan lemah dan terjadi gerakan
gerak mendorong ke kaki belakang sama sekali.
depan. melakukan gerakan
mendorong dengan
lemah pula,sehingga
perpindahannya tidak
signifikan.
Rangsangan pada
Katak
a. Jari Kaki Saat dicubit,katak Saat kaki katak Saat kaki katak
5.
Dijepit : langsung menarik kaki dicubit, katak tidak dicubit, tidak ada
yang dicubit mendekat menunjukkan respon gerakan respons
ke arah tubuhnya apapun yang terjadi

b. Suhu ketika Kaki katak terangkat Kaki katak terangkat Kaki katak tidak
kaki trangkat : pada suhu air mencapai pada suhu air terangkat sama
29oC mencapai 43oC sekali (tidak ada
respon)

Kaki katak tidak


c. Waktu ketika Saat kaki katak Saat kaki katak
terangkat, hanya
kaki terangkat saat dimasukan pada suhu dimasukan pada suhu
mengkerut.
80oC, kaki katak 80oC, kaki katak
di masukkan ke
langsung terangkat tepat terangkat pada waktu
dalam suhu 80°C :
pada waktu 0,8 detik 2 detik

G. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum sistem saraf pusat sebagai
pengendali gerak refleks yang telah dilakukan pada katak normal didapatkan hasil,
pada katak normal yang diberi perlakuan dengan menyentuh kornea matanya
katak memberikan respon yang cepat. Kemudian, pada pengamatan kedua
dilakukan penghitungan frekuensi pernapasan katak yang satu menitnya
dihasilkan frekuensi sebesar 55/menit. Pada pengamatan ketiga dengan diberikan
perlakuan menyeimbangkan tubuh katak yang diposisikan secara terlentang,
kemudian diputar secara horizontal didapatkan hasil katak merespon dengan
membalikkan tubuhnya kearah kiri dengan kaki depan dan kaki belakang sebelah
kanan lebih duu. Setelah itu, papan bedah dimiringkan sampai dengan 80°, katak
langsung membalikkan badan kerah depan.
Pada perlakuan ke-4, memasukkan katak ke dalam aquarium dan mengamati
cara berenangnya diperoleh hasil katak berenang dengan cara normal, yaitu
dengan 2 kaki depan bergerak seperti mengais dan 2 kaki belakang bergerak
mendorong. kemudian, mencubit kaki katak dengan pinset dan menunjukkan
adanya respon yang cepat dengan menarik kaki kerarah tubuhnya. Setelah itu,
pada perlakuan ke-6 memasukkan salah satu kaki katak ke dalam gelas piala yang
berisi air dengan suhu kamar dan pada suhu 29 derajat kaki katak bereaksi dengan
cepat mengankat kakinya. Lalu, memasukkan kaki katak yang lain dengan suhu
80°C dan respon kaki katak diangkat sangat cepat dengan waktu 0,8 detik.
Pada pengamatan katak yang telah dilakukan prosedur single pith katak
kemudian diistirahatkan 5 samapi 6 menit. Setelah itu diberi perlakukan ke-1,
respon kornea mata ketika disentuh tidak berkedip. Frekuensi pernapasan pada
katak single pith dengan menghitung gerak kulit pada rahang sebanyak 31/menit.
Keseimbangan katak seteah di single pith dapat diamati dengan meletakkan katak
di papan seksi secara telentang dan diputar secara horizontal, hasilnya katak
memiliki respon yang lambat dan tidak berbalik seperti pada katak normal hanya
bagian kaki saja yang bergerak dan pergerakannya pun lambat. Katak yang telah
di single pith saat dimasukkan kedalam aquarium untuk dilihat pergerakannya,
ternyata dapat merefleks dengan kaki depan seperti emnagis dan kaki belakang
seperti mendorong dengan lemah, tetapi sudah tidak ada keseimbangan lagi pada
badannya.
Pada saat kaki bagian kaki katak yang telah di single pith dicubit dengan
pinset untuk mengamati refleks kaki katak, hasilnya katak tidak menunjukkan
respon apapun. Pada dilakukan perlakuan memasukkan kaki salah satu kaki katak
ke gelas piala dengan air normal, di suhu air normal, gerak refleks tidak terjadi,
namun setelah air direbus dengan suhu mencapai 43°C katak merefleks dengan
mengangkat kakinya dengan lambat, pada perlakuan terakhir dengan suhu 80°C
katak merespon refleks juga dengan lambat mengangkat kakinya pada waktu 2
detik.
Pada pengamatan terakhir yaitu katak yang telah mengalami pengrusakan
otak dan medula spinalis, katak diistirahatkan selama 5 menit. Setelah itu,
diamati posisi kepala, mata, dan anggota geraknya. Hasilnya kedua mata terbuka,
Saat kornea katak disentuh dengan kapas, kata tidak menunjukkan respon.
Frekuensi pernapasan permenit 0/menit. Kemudian mengamati keseimbangan
katak dengan memutar papan dan memiringkan papan, hasil yang didapatkan
tidak ada respon dari katak bahkan tidak bergerak sama sekali. Pada saat katak
dimasukkan kedalam aquarium yang berisi air, katak tenggelam dan kakinya tidak
terjadi gerakan sama sekali diabndingkan katak normal dan single pith. Kemudian
jari kaki katak dicubit dengan pinset kaki katak tidak merspon sama sekali. Ketika
memasukkan kaki katak kedalam air yang dipanaskan, katak tidak merespon sama
sekali. Pada saat kaki katak dimasukkan pada suhu air 80˚C, kaki katak
menunjukkan tidak adanya respon.
H. Pembahasan
1. Katak Normal
Pada praktikum saraf pusat sebagai pengendali gerak reflek, katak
digunakan sebagai bahan percobaan untuk diamati gerak refleknya. Perlakuan
pertama yaitu katak normal kami beri perlakuan dengan cara menyentuh kornea
matanya, katak memberikan respon cepat dengan mengedipkan mata. Kemudian
kami mengamati frekuensi napas katak yang menghasilkan frekuensi pernapasan
55/menit dengan mengamati pergerakan kulit pada rahang. Selanjutnya diamati
keseimbangan tubuh katak dengan cara meletakkan katak pada papan seksi
dengan posisi terlentang, kemudian papan diputar secara horizontal. Selanjutnya
diamati gerakan kepala, mata, dan anggota geraknya yang menghasilkan
semuanya bergerak (ada respon) saat kecepatan putaran ditambah katak langsung
merespon dengan cepat membalikkan badan kearah kiri dengan mengangkat kaki
depan dan kaki belakang sebelah kanan terlebih dahulu. Kemudian setelah itu
papan dimiringkan perlahan-lahan sampai sekitar 80° dan menghasilkan bahwa
katak merespons dengan membalikkan tubuhnya kearah depan.
Perlakuan selanjutnya dengan memasukkan katak ke aquarium dan diamati
cara berenangnya. Ketika katak normal berenang maka semua anggota gerak
katak aktif seperti kaki depan, tubuh, dan kaki belakang seperti pada katak
umumnya yaitu kaki depan seperti mangai dan kaki belakang seperti mendorong.
Setelah itu, katak diberi perlakuan dengan mencubit jari kaki dengan pinset
sehingga menunjukkan respon berupa gerakan refleks dengan menggerakkan
badan dan kaki secara cepat kearah tubuhnya. Kemudian, katak diberi perlakuan
dengan cara memasukkan salah satu kaki ke dalam gelas piala yang berisi air
dengan suhu kamar katak tidak bereaksi dan kaki katak bereaksi cepat pada suhu
29°C . Perlakuan terakhir dengan cara kaki katak dimasukkan pada air panas yang
bersuhu 800C menunjukkan adanya respon dengan kaki katak langsung
mengangkat (gerak refleks) ketika dimasukkan kedalam air panas dengan waktu
0,8 detik.
Dari keseluruhan perlakuan yang diberikan pada katak normal ditunjukkan
hasil bahwa respon katak ketika diberi rangsangan menunjukkan respon yang
masih baik. Hal ini sependapat dengan pendapat yang menyatakan bahwa katak
memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan
stimulus ke otak hingga menimbulkan respon. Respon akan ditanggapi oleh
neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam
dari membrane (Junqueira, 1995).
Respon yang dihasilkan dari rangsangan yang telah diberikan disebut gerak
refleks. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa gerak refleks adalah gerak yang
tidak disengaja atau tidak disadari. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat.
Adapun urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu: stimulus pada organ
reseptor-sel saraf motorik-sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang
balakang-sel saraf motorik-respon pada organ efektor (Fujaya, 2002).
Hampir pada semua perlakuan yang diberikan kepada katak akan
menghasilkan gerak refleks. Contohnya ketika katak disentuh kornea matanya,
dicubit jari kakinya dengan pinset dan dimasukkan kedalam air panas yang
bersuhu tinggi, maka dari perlakuan tersebut katak memberi rangsangan berupa
gerak refleks. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari (Wulandari, 2009) bahwa
gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan.
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara
banyak interneuron dalam sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang
tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga
berperan penting dalam memadukan gerak refleks. Refleks yang terjadi pada
katak normal yang tidak terjadi pada katak spinal adalah refleks kedipan mata.
Pada katak spinal mata tidak merespon pada saat korneanya disentuh hal ini
dikarenakan sistem saraf pada otak telah dirusak dengan cara single pithing.
Menurut (Tenzer, 1998) single pithing mengakibatkan rusaknya serebellum (otak
kecil) yang berakibat keseimbangan dan pusat koordinasi motorik menjadi
terganggu.
2. Katak spinal (katak yang sudah mengalami pengrusakan otak)
Pada pengamatan katak spinal, pada saat rangsangan yang diberikan
menghasilkan refleks dengan tanggapan yang melambat. Posisi normal katak yang
diletakkan ke papan menunjukkan katak diam dan tidak ada tanda refleks,
keadaan mata terbuka tetapi tidak selebar katak dalam keadaan normal. Kemudian
ketika kornea mata katak disentuh dengan kapas tidak menunjukkan respon
apapun pada katak. Frekuensi pernapasan katak spinal yaitu 31/menit. Pada
percobaan keseimbangan dari katak spinal yang di letakkan pada papan secara
horizontal , posisi kepala mendongak ke atas, keadaan mata terbuka. Ketika papan
diputar hanya bagian kaki saj yang bergerak, sedangkan badan tetap diam.
Keadaan anggota gerak, kaki terbuka dan tangan terangkat ke atas . Katak
spinal berenang lebih lambat dan tidak teratur serta sudah tidak ada keseimbangan
lagi pada badannya disaat berenang tetapi masih dpat menggerakkan kaki depan
dan kaki belakang untuk mengais dan mendorong dengan lambat. Katak spinal
tidak merefleks atau merespon pada saat dicubit kaki katak. Saat di celupkan pada
suhu kamar kemudian di panaskan, katak bereaksi pada suhu air 43°C. Kemudian
saat jari kaki katak spinal di masukkan ke dalam air panas ± 80°C pada detik ke 2,
katak merefleks dengan menggerakkan kaki ke arah atas. Dari beberapa perlakuan
tersebut katak spinal menanggapi rangsangan dengan gerak refleks dengan
lambat. Hal ini, disebabkan sistem saraf pusat yakni otak telah mengalami
kerusakan karena telah dilakukan single pithing. Kerusakan sistem saraf pusat
menyebabkan reaksi efektor terhadap beberapa impuls rangsangan berjalan lebih
lambat sehingga responnya pun melambat.
Pada katak spinal, maka refleks yang dihasilkan tetap ada namun katak
merespon stimulus lebih lambat. Pada keseluruhan percobaan , katak sudah tidak
merespon dengan baik, karena batang spinal katak telah dirusak. Sehingga
walaupun katak masih memiliki system keseimbangan dan sum-sum tulang
belakang sebagai pusat saraf namun refleks yang terjadi sudah mulai melambat.
Hal ini Sari (2010) mengemukakan, semakin melebar kerusakan pada medula
spinalis, responnya akan lebih lambat. Ini merupakan tanda yang menunjukan
bahwa saraf yang berhubungan dengan medula spinalis mengalami kerusakan
sehingga hanya sedikit stimulus yang dapat direspon oleh katak. Menurut Pearc
(1989) menyatakan bahwa medula spinalis merupakan pusat dari gerak refleks,
sehingga semakin tinggi tingkat kerusakan pada medula spinalis maka semakin
lemah respon yang diberikan. Kerusakan medula spinalis juga merusak tali spinal
sebagai jalur syaraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat
terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal.
3. Katak yang sudah mengalami pengrusakan otak dan medula spinalis
Pada percobaan terakhir katak diberi perlakuan dengan double pith. Pada
saat kornea katak yang telah dilakukan double pithing disentuh dengan kapas,
tidak ada respon yang terjadi. Hal tersebut berkaitan dengan pengrusakan otak
yang mengatur refleks kranial yakni refleks mengedipkan mata. Berdasarkan
pusat pengintegrasiannya, terdapat refleks kranial dan refleks spinal. Refleks
kranial adalah refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang
diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon eferen berada dalam otak.
Contoh gerak refleks kranial adalah refleks mengedipkan mata (Soewolo, 2008).
Frekuensi pernapasan permenit 0/menit, lebih sedikit daripada frekuensi
pernapasan normal. Hal ini diakibatkan oleh kerusakan pada medula oblongata
yang mengatur pernapasan akibat double pithing. Menurut Soewolo (2008)
medula oblongata mengandung pusat pengontrol denyut jantung yang mengontrol
kecepatan denyut jantung, pusat vasokonstristriktor yang mengatur diameter
pembuluh darah, pusat pernapasan medulari yang mengatur kecepatan dan
kedalam pernapasan, dan pusat berbagai aktifitas pencernaan.
Pada perlakuan keseimbangan katak hasil dari pengamatan saat katak di
putar pada papan, papan dimiringkan, dan katak diletakkan pada aquarium berisi
air. Hasilnya katak tidak merespon sama sekali, saat dimasukkan pada
aquariumpun katak hanya mengambang saja tanpa adanya gerakan di dalam air
kemudian tenggelam. Menurut Soewolo (2008) keseimbangan diatur oleh otak
kecil yang secara spesifik terdapat pada bagian vestibuloserebelum. Jika katak
didouble pithing maka kerusakan pada otak akan terjadi, sehingga keseimbangan
pada katak akan terganggu dan katak tidak akan memberikan reaksi positif.
Ketika jari kaki katak dicubit dengan pinset kaki katak tidak menunjukkan
respon apapun. hal ini dikarenakan katak sudah tidak dapat menanggapi
rangsangan yang diberikan, kejadian ini diakibatkan karena kerusakan pada
sumsum tulang belakang yang mengatur gerak reflek. Apabila sumsum tulang
belakang telah rusak total menyebabkan tidak ada lagi efektor yang menunjukkan
respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988 ).
Ketika memasukkan kaki katak kedalam air yang dipanaskan, katak tidak
merespon sama sekali. Dan pada saat suhu air 80˚ kaki tidak menunjukkan respon
dan hanya mengerut. Respon katak terhadap panas lambat cenderung tidak ada,
dikarenakan refleks menarik diri diatur oleh sumsum tulang belakang dan pada
katak double pithing sudah dirusak sumsum tulang belakangnya. Menurut
Soewolo (2008) suatu refleks spinal adalah refleks yang diintegrasikan oleh
sumsum tulang belakang, semua komponen yang diperlukan untuk menyambung
input aferen dan eferen berada dalam sumsum tulang belakang. Refleks menarik
diri merupakan contoh dari refleks spinal dasar.

I. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Gerak refleks yabg dikendalikan oleh otak adalah refleks cerebellar (melibatkan
otak kecil), otak kecil ini berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi
kegiatan otak, dan koordinasi kerja otot. Contoh gerak refleks yang dikendalikan
oleh otak yaitu frekuensi pernapasan, gerakan kepala, cara berenang, dan gerak
refleks tungkai depan dan belakang
b. Gerak refleks yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal
pada katak adalah refleks spinal (pada sumsum tulang belakang) yang mampu
mengendalikan beberapa gerak refleks, somatik dan autonomik, dan juga reaksi
ketika diberi rangsangan seperti dicubit, perubahan pada mata, dan reaksi ketika
kaki dipanaskan.
J. Daftar Rujukan
Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Fujaya, M. 2002. Fisologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Junqueira, Carlos. 1995. Basic Histology. Boston: McGraw-Hill.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: DIKTI Departemen
Pendidikan Nasional.
Soewolo. 2008. Fisiologi Manusia. Malang : UM press.
Tenzer, A. 1998. Struktur Hewan Bagian I. Malang: IKIP Malang.
Villee, C.A,W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1988. General Zoology.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Wulandari, P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia
Berbasis Mikrokontr oller AT 89S8252. Jurnal Neutrino. Vol. 1 No. 2.
K. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai