Anda di halaman 1dari 15

SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi tugas Fisiologi Hewan dan Manusia yang dibimbing oleh :
Bapak Prof. Dr. Abdul Gofur, M.Si dan BapakWira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc

Oleh:
Kelompok 6 / Offering I 2018
Annisa Elchamida (1803426180 )
Artika Muliani Tindaon (1803426180 )
Oktaviani Jannati Kolbi (180342618038)
Suci Yana Lestari (180342618026)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2019
A. Dasar Teori
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari semua kendali dan regulasi pada
tubuh dengan dua penggerak utamanya yakni otak dan sumsum tulang belakang. Peran
otak dan sumsum yang sangat penting ini pada lapisan luarnya akan dilindungi oleh
tengkorak (pada otak) dan ruas-ruas tulang belakang (pada sumsum). Sistem syaraf
merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan penghantar
rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya memberikan tanggapan
terhadaprangsangan tersebut. Jadi, jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi
dalam tubuh. Sistemsaraf merupakan jaringan khusus yang berhubungan dengan
seluruh bagian tubuh. (Campbell,2004)
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Terdapat dua macam refleks: (1) refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu
tanpa dipelajari,misalnya refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata,
(2) refleks yang dipelajari,atau refleks yang dikondisikan (conditioned reflex) yang
dihasilkan dari belajar. (Soewolo, 2000)
Suatu refleks spinal dasar adalah salah satu refleks yang diintegrasiakan oleh
sumsum tulang belakang, sebab semua komponen yang diperlukan untuk
menyambung input aferen kerespon aferen berada dalam sumsum tulang belakang.
Refleks menarik tangan yang tersentuh benda panas merupakan contoh reflex spinal
dasar. Energy panas yang diterima reseptor panas pada jari diubah menjadi potensial
aksi yang merambat melalui saraf aferen ke sumsum tulang belakang. Dalam sumsum
tulang belakang, sarafaferen ini bersinapsis dengan beberapa saraf penghubung, ada
saraf penghubung yang menuju ke otak dan saraf penghubung yang bersinapsis
dengan saraf eferen ke efektor. Potensial aksi yang melalui jalur eferen ke efektor
akan menghasilkan gerak menarik jari tangan, sedangkan yang menuju ke otak
menghasilkan kesadaran apa yang terjadi dan rasa panas. (Soewolo, 2000)
Reseptor merespon stimulus yang merupakan perubahan fisik atau kimia di
lingkunganreseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan potensia aksi
yang akan diteruskanoleh saraf aferen ke pusat pengintegrasi refleks dasar, sedangkan
otak yang lenih tinggimemproses refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasi
memproses semua informasi danmeneruskannya melalui saraf eferen ke efektor (otak
atau kelenjar) yang melaksanakan responyang diinginkan. (Soewolo, 2000)
B. Alat dan Bahan

Alat

 Papan seksi
 Alat seksi
 Akuarium
 Lampu spiritus
 Kaki tiga,
 Gelas piala 600 cc,
 Alat penghitung,
 Termometer batang
 Kresek.

Bahan

 Kapas,
 Air
 Korek api
 Katak

C. Cara kerja
 Katak normal

Mengamati posisi kepala, mata dan anggota gerak katak dengan


normal pada papan

Menyentuh bagian kornea mata menggunakan tissue dan mengamati


resp yang dihasikan

Mengamati dan menghitung frekuensi pernapasan seama satu menit


Mengamati keseimbangan tubuh posisi kepala, mata dan anggota
gerak katak dengan memutar papan dan memiringkan papan

Mengamati cara berenang katak dengan memasukkannya ke


aquarium

Mengambil katak dan meletakkan kembali pada papan seksi

Mengamati rangsangan dengan mecubit bagian kaki dengan pinset

Mengamati reaksi katak saat memasukkan kakinya pada air yang


mulai panas

Mengamati reaksi katak saat memasukkan jari kakinya pada air


panas bersuhu 80 C

 Katak spinal yang sudah mengalami perusakan otak

Merusak otak katak dengan single pith

Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghiangkan


neural shock
Memberikan perakukan yang sama seperti perakuan katak norma

 Katak spinal yang sudah mengaami perusakan otak dan medula spinalis

Merusak medula spinalis katak dengan double pith

Mengistirahatkan katak selama 5-6 menit untuk menghiangkan


neural shock

Memberikan perakukan yang sama seperti katak normal

D. Data Pengamatan

No. PERLAKUAN KATAK KATAK KATAK DOUBLE


NORMAL SINGLE PIT PIT
1. Posisi kepala, mata, dan 1. Posisi kepala : 1. Posisi kepala : 1. Posisi kepala :
anggota geraknya Tegak dan Tidak terlalu Tidak tegak
mendongkak tegak (menunduk)

2. Kondisi Mata : 2. Kondisi Mata : 2. Kondisi Mata :


Terbuka Sayu-sayu dan Terbuka sedikit
lebar(melotot) dan terbuka setengah
bulat 3. Anggota Gerak :
3. Anggota Gerak Anggota badannya
3. Anggota gerak : : lemas dan tidak bisa
Tegak (Tungkai Tidak tegak menahan tubuh.
bagian depan lurus (Menempel, Anggota gerak sangat
dan tungkai bagian tungkai pada lemah (tungkai pada
belakang melipat) bagian depan bagian depan dan
terangkat, dan tungkai belakang
tungkai bagian terbuka)
belakang melipat)
Respon kornea mata katak Kedipan mata Kedipan mata Kedipan mata sangat
ketika disentuh cepat tidak terlalu cepat lambat
2. Frekuensi pernapasan katak 63/menit 45/menit 13/menit
tiap menit
3. Keseimbangan pada katak : Membalikkan Membalikkan Tidak membalikkan
A. Diputar : (Gerakan tubuhnya ke arah tubuhnya ke arah badanya
kepala, mata, dan kiri kanan
anggota geraknya) Ekstriminitas :
Ekstriminitas : Ekstriminitas : Pada tungkai bagian
yaitu pada tungkai Pada tungkai depan melipat dan
depan lurus dan bagian depan tungkai belakang
pada bagian lurus dan tungkai melipat
belakang melipat belakang melipat
B. Dimiringkan : (Gerakan Membalikkan Membalikkan Tidak membalikkan
kepala, mata, dan tubuhnya ke kanan tubuh ke kanan badannya (tidak
anggota geraknya) namun sangat merespon)
susah
4. Cara berenang katak Berenang cepat Tidak seimbang Tidak melakukan
dengan kepala (tangan kanan pergerakkan
terangkat, kaki tidak bergerak), (cenderung diam)
mendorong ke kaki masih
belakang, tangan mendorong dan
mendorong dan cenderung
sesekali naik ke mengambang di
permukaan pertengahan air.
Tidak terlalu
cepat saat
berenang
5. Rangsangan pada katak Kaki memberikan Kaki terangkat Tidak ada respon
A. Jari kaki dijepit respon cepat dan namun respon
terangkat sat dijepit yang diberikan
tidak terlalu cepat
sebelumnya
B. Suhu saat katak 39O C dengan 45o C dengan 63o C dengan waktu
bereaksi pada air yang waktu 5, 33 menit waktu 6,42 menit 7,15 menit
dipanaskan
C. Jari kaki pada suhu 80o Mengangkat kaki Mengangkat kaki Mengangkat kaki
dengan cepat agak cepat dengan lambat dengan
dengan hitungan dengan hitungan hitungan 2,5 sekon
1,3 sekon 2,2 sekon

E. Analisis Data
Praktikum pengamatan sistem saraf pada matakuliah Fisiologi Manusia/Hewan
dilaksanakan pada hari Kamis, 5 September 2019 bertempat di Labolatorium
BiologiUniversitas Negeri Malang. Hewan yang digunakan ialah katak Rana
cancarivora). Setiap kelompok memperoleh seekor katak yang akan digunakan untuk
hewan amatan. Pertama katak yang didapat oleh setiap kelompok akan diberikan
perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan, katak terlebih dahulu ditenangkan dengan
cara mengelus bagian kepala atau dimasukkan kedalam akuarium yang tidak berisi air.
Perlakuan pertama ialah pada katak yang belum diberi perlakuan, yang
bertujuan untuk mengamati posisi kepala, mata, dan anggota gerak pada katak dengan
cara meletakkan katak sebagai hewan amatan pada papan seksi. Dari pengamatan yang
telah dilakukan didapati katak normal menunjukkan kondisi mata masih terbuka lebar,
posisi tubuh tegak dan bagian kepala juga masih tegak. Katak normal juga
memberikan respon kornea yang cepat saat bagian kornea mata disentuh dengan
menggunakan kapas yang dililitkan tipis dengan ujung meruncing. Setelah itu,
pengamatan berlanjut pada penghitungan frekuensi pernapasan katak setiap menit, dan
didapati bahwa setiap menit, katak normal bernafas selama 63 kali per menit.
Pengamatan katak normal selanjutnya yaitu tentang kesimbangan pada katak.
Keseimbangan pada katak dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara diputar pada
papan seksi dan dimiringkan pada papan seksi. Sebelum diputar, diletakkan kain
sebagai poros pada bawah papan dan didapati bahwa katak memberikan respon yaitu
membalikkan tubuhnya ke arah kiri. Ekstriminitas yang ditunjukkan pada katak
normal yaitu pada tungkai depan lurus dan pada bagian belakang melipat. Sedangkan
saat dimiringkan, katak memberikan respon dan membalikkan tubuhnya ke arah
kanan. Selanjutnya, dilakukan pengamatan pada cara berenang katak. Cara berenang
katak sangatlah cepat dengan posisi kepala yang terangkat, kaki yang mendorong ke
belakang, dan tangan yang mendorong sehingga katak sering muncul ke permukaan.
Perlakuan terakhir pada katak normal ialah pengamatan pada rangsangan katak.
Rangsangan katak dilakukan dengan cara menjepit kaki katak, memasukkan kaki
katak pada air yang dipanaskan sehingga diperoleh lamanya waktu yang dibutukan
katak menahan suhu air yang dipanaskan, dan dimasukkan jari kaki katak pada suhu
80o . Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh respon bahwa kaki katak normal
akan terangkat dengan cepat saat dijepit, pada suhu 39o dengan durasi waktu 5,33
menit kaki katak akan bereaksi pada air yang sedang dipanaskan dan pada suhu 80o
air yang sudah dipanaskan terlebih dahulu, kaki katak normal hanya mampu menahan
dengan waktu 1,35 sekon.
Selain perlakukan secara normal, katak juga diperlakukan secara single pit.
Metode single pit dilakukan dengan cara menusukkan jarum pada rongga yag ada
tepat segaris dengan bagian kepala katak, dengan tujuan untuk merusak jaringan otak
pada katak. Sehingga bisa membedakan antara katak normal dengan katak yang
terganggu keseimbangannya. Katak single pit, dieksekusi sama persis seperti katak
normal, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui posisi kepala, mata, anggota gerak,
respon kornea mata saat disentuh, frekuensi pernapasan setiap menit, keseimbangan
pada katak yang dilakukan dengan cara diputar dan dimiringkan, cara berenang katak,
rangsangan saat kaki dijepit, rangsangan saat kaki di masukkan pada air yang
dipanaskan dan rangsangan pada jari kaki yang dimasukkan pada suhu 80o.
Berdasarkan hasil perlakuan yang ada diperoleh hasil bahwa katak yang telah di single
pit mengalami sedikit gangguan keseimbangan sehingga pada bagian kepala yang
semula tegak mulai terunduk. Bagian mata normal yang awalnya melotot mengalami
perubahan yaitu mulai terlihat sayu dan saat diberikan sentuhan dari kapas yang telah
dipilinkan pun memberikan respon yang kurang begitu cepat mengedip. Waktu yang
dibutuhkan setiap terjadinya pernapasan ialah 45 kali per menit. Keseimbangan katak
single pit saat diputar ialah membaliknyatubuh ke arah kanan dan saat dimiringkan,
katak membalikkan badan ke arah kanan namun membutuhkan waktu yang cukup
lama dibandingkan dengan katak normal. Cara berenang pada katak single pit pun
sudah banyak memberikan perbedaan dengan katak normal. Katak single pit
mengambang saat dimasukkan ke air, dan tangan kanan tidak mengalami pergerakkan
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara anggota tubuh. Selain dari pada itu, saat
berenang, katak menggunakan kakinya untuk membantu dalam proses renang.
Perlakuan terakhir pada kata single pit ialah dijepitnya kaki pada katak dan
diperolehnya respon yaitu dengan mengangkatnya kaki. Saat suhu mencapai 45o dan
dengan estimasi waktu 6,42 menit, kaki katak single pit mulai bereaksi dan akan
mengangkat kaki yang tercelup, sedangkan pada rangsangan saat kaki katak single pit
di celupkan pada suhu 80o diperoleh bahwa katak single pit mengangkat kaki pada
waktu 2,2 sekon,
Sama halnya dengan katak single pit dan katak normal, katak yang sebelumnya
telah di single pit, di beri perlakuan dengan menggunakan metode double pit. Double
pit dilakukan dengan tujuan untuk merusakkan bagian otak dan berfungsi lain yaitu
untuk membandingkan setiap perbedaan yang ada pada katak normal, katak single pit
dan katak double pit. Pada katak double pit didapati bahwa kondisi mata yang sedikit
terbuka, badannya yang mulai lemah dan tidak bisa menahan berat daripada tubuhnya
dan anggota gerak sangatlah lemah dan lambat. Frekuensi pernapasan katak setiap
menitnya juga semakin berkurang, yaitu berkisar 13/menit. Keseimbangan katak
double pit saat diputar dan saat di miringkan menunjukkan tidak adanya respon untuk
mebalikkan badan ke posisi semula. Bahkan saat berenang pun, katak yang di double
pit ini tidak melakukan pergerakkan dan saat kaki dijepit, katak double pit tidak
memberikan respon atau tidak bergerak. Dalam memanaskan air dengan menggunakan
spiritus diselingi dengan memasukkan kaki katak kepada air yang sedang dipanaskan
dan diperoleh waktu7,15 menit yang dibutukan oleh suhu tubuh, sedangkan berkisar
63oC dan pada saat dimsukkan pada air bersuhu 80o, katak double pit mampu bertahan
hingga 2,5 menit.

F. Pembahasan

Katak normal

Pengamatan katak normal, beberapa rangsangan yang diberikan akan


menghasilkan gerak refleks pada katak yang dikendalikan oleh otak dan sumsum
tulang belakang. Berdasatkan hasil pengamatan yang didapatkan saat mengamati katak
normal ialah saat posisi normal, mata katak melotot dan bulat, kepala dalam keadaan
posisi mendongak, dan alat geraknya pada tungkai depan dan tungkai belakang
melipat. Frekuensi pernapasan yang dihitung dalam satu menit dapat dikategorikkan
sangatlah cepat, yaitu 63 kali dalam 1 menit hitungan. Pada keseimbangan katak
normal, setelah diberi perlakuan yaitu diputar , akan memberikan respon yaitu mata
tetap melotot dan bulat, kepala terlihat mendongak, dan alat geraknya yaitu pada
bagian tungkai depannya dan tungkai belakangnya tetap melipat serta terjadinya
gerakkan refleks oleh katak untuk membalikkan tubuh ke arah kiri. Sedangkan ketika
dimiringkan, respon yang diberikan ialah matanya tetap menjadi normal, kepala
mendongak, dan pada alat geraknya yaitu tungkai depannya terangkat dan tungkai
belakangnya melipat serta menempel pada papan seksi serta terjadinya gerakkan
refleks katak untuk membalikkan badan ke arah kanan. Hal ini sesuai dengan teori dari
Junquiera (1995) yang mengatakan bahwa ketika katak mendapatkan adanya
rangsangan yaitu yang berupa stimulus maka akan dibawa ke otak dan menimbulkan
respon yang akan ditanggapi oleh neuron. Neuron akan segera melakukan aksi tehadap
stimulus , selanjutnya akan dimodifikasikan potensial listrik yang dapat terbatas pada
tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan pula ke seluruh bagian neuron
oleh membran. Proses penyebaran ini juga disebut sebagai potensial aksi atau impuls
saraf. Sehingga, katak dapat mengkoordinasikan dan dapat diteruskan ke efektor dan
menimbulkan gerakan refleks.
Selain itu, pada katak normal juga diamati cara berenang yaitu dengan
menggunakan tungkai depan dan tungkai belakangnya.Selanjutnya ialah reaksi yang
diberikan katak normal ketika dicubit adalah refleks melompat yang ditandai dengan
mengangkatnya kaki. Hal ini juga didukung oleh pendapat dari Wulandari (2009)
yaitu bahwa gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya
mengejutkan dan menyakitkan. Adapun reaksi selanjutnya ialah ketika kaki katak
dipanaskan, dan pada suhu ke 39oC dengan estimasi waktu 5,33 menit katak
memberikan respon yaitu menarik dan mengangkat kaki. Sedangkan pada suhu 80o,
dengan kondisi air yang telah dipanaskan terlebih dahulu memberikan respon yang
sama pula, yaitu mengangkatnya kaki dengan cepat dengan hitungan 1,35 sekon.
Maka dari setiap hasil pengamatan pada katak normal, dapat disimpulkan
bahwa katak normal memiliki sistem saraf (otak dan sumsum tulang belakang) yang
baik yaitu suatu kondisi dalam tubuh katak dimana setiap saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak dan sumsum tulang belakang dari resptor ke efektor
secara cepat atau dapat dikatakan bahwa cara kerja setiap saraf masih sangat baik dan
terkontrol. Hal ini dikarenakan kondisi sumsum tulang belakang pada katak normal
masih baik. Menurut Sari (2010) menyatakan bahwa apabila sumsum tulang belakang
suatu individu merupakan pusat gerakan refleks, sehingga semakin tinggi tingkat
kerusakan pada sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan.

Katak single pith

Pengamatan katak single pith dengan diberikan beberapa rangsangan yang


menghasilkan gerak refleks pada katak yang dikendalikan oleh dan sumsum tulang
belakang. Berdasatkan hasil pengamatan yang didapatkan saat mengamati katak single
pitch ialah saat posisi kepalanya tidak terlalu tegak, mata katak sayu dan terbuka
setengah, posisi anggota gerak tidak tegak dengan posisi menempel pada papan bedah.
Respon matanya ketika disentuh tidak secepat pada katak normal, frekuensi
pernafasannya adalah 45 kali per menit. Ketika katak diputar, katak masih bias
membalikkan badannya kearah kanan tetapi susah terlihat kurang keseimbangan.
Ketika katak dimiringkan menggunakan papan bedah katak juga masih mampu
membalikkan badannya kearah kanan tetapi sangat susah. Saat katak berenang, katak
single pitch berenang tidak seimbang dan mengambang, kaki masih dapat mendorong
pelan tetapi terombak ambing terkadang (susah untuk seimbang). Saat jari kaki katak
single pitch dijepit terdapat respon tetapi tidak secepat sebelumnya namun masih
tergolong cepat. Suhu saat katak bereaksi pada air yang sedang dipanaskan adalah
pada suhu 45֯ C dengan waktu 6, 42 menit sejak kaki katak dicelupkan. Saat kaki katak
dicelupkan pada air yang bersuhu 80֯ C bereaksi dengan mengangkat kaki adak cepat
dengan hitungan 2,2 detik.

Dengan keterangan hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan katak single
pitch masi menunjukkan respon namun tubuhnya cenderung tidak seimbang dan
ketika di cek menggunakan suhu responnya lambat. Hasil praktikum yang telah
dilakukan sudah sesuai dengan teori bahwa ketika katak mendapatkan adanya
rangsangan yaitu yang berupa stimulus maka akan dibawa ke otak dan menimbulkan
respon yang akan ditanggapi oleh neuron. Neuron akan segera melakukan aksi tehadap
stimulus , selanjutnya akan dimodifikasikan potensial listrik yang dapat terbatas pada
tempat yang menerima stimulus atau dapat disebarkan pula ke seluruh bagian neuron
oleh membran. Proses penyebaran ini juga disebut sebagai potensial aksi atau impuls
saraf. Sehingga, katak dapat mengkoordinasikan dan dapat diteruskan ke efektor dan
menimbulkan gerakan refleks (Junquiera, 1995). Berdasarkan teori pendukung dapat
diketahui bahwa pada otak yang telah dirusak terdapat pusat keseimbangan yaitu
cerebellum dan pusat pengaturan suhu yaitu hipotalamus, dan pusat koordinasi utama,
sehingga jika otak rusak maka akan terganggu pusat pengaturan tubuhnya kecuali
gerak reflex yang dikendalikan oleh sumsum tulang belakang.

Katak double pith

Katak yang telah dirusak bagian otaknya dengan single pitch kemudian dirusak
bagian medula spinalisnya dengan double pith. Setelah dilakukan double pith, terjadi
perubahan pada kndisi katak secara mrfgi, kndisi tubuhnya menjadi emas terutama
bagian perut, katak tidak agi mampu menpang tubuhnya ha yang terihat dari kepala
yang tidak agi tegak seain itu anggota geraknya sangat lemah (tungkai pada bagian
depan dan tungkai belakang terbuka), Hal ini dikarenakan medula spinalis yang telah
dirusak mengakibatkan katak tersebut teah benar-benar tidak dapat mengordinasikan
gerakan mtris (Sherwood, 2001). Frekuensi pernapasan katak setiap menitnya juga
semakin berkurang, yaitu berkisar 13/menit. Keseimbangan katak double pit saat
diputar dan saat di miringkan tidak menunjukkan adanya respon. Bahkan saat
berenang pun, katak yang di double pit ini tidak melakukan pergerakkan dan saat kaki
dijepit, katak double pit tidak memberikan respon atau tidak bergerak. Dalam
memanaskan air dengan menggunakan spiritus diselingi dengan memasukkan kaki
katak kepada air yang sedang dipanaskan dan diperoleh waktu 7,15 menit yang
dibutukan oleh suhu tubuh, sedangkan berkisar 63oC dan pada saat dimsukkan pada
air bersuhu 80o, katak double pit mampu bertahan hingga 2,5 menit.

Pada percobaan ketiga dimana medulla spinalisnya dirusak dan diberi


perlakuan dengan dijepit keras, katak tidak merespon. Hal ini terjadi karena medulla
spinalis yang merupakan pusat saraf juga telah dirusak maka secara langsung tidak
akan terjadi gerakan reflek. Dan menyebabkan impuls terhambat karena seluruh
sarafnya yang seharusnya dapat menghantarkan impuls telah rusak). Pada perlakuan
ketiga, medulla spinalis katak dirusak, menunjukkan posisi tubuh katak menjadi
menelungkup dengan berbaring lemah diatas papan bedah, dengan posisi kepala
menunduk ke bawah, dan badan/ perut menempel di atas papan bedah. Saat dibalikkan
atau dalam posisi terlentang, katak tidak melakukan reaksi apapun. Hal ini terjadi
karena, katak sudah benarbenar tidak memiliki sistem saraf pusat, sehingga katak
sudah tidak dapat mengkoordinasikan tubuhnya lagi (Sherwood, 2001).

Refleks gerak pada tungkai atau ektremitas berpusat pada bagian saraf medua
spinais atau sumsum tulang belakang. Jalannya impuls pada gerak reflek menurut
adalah : reseptor saraf sensoris (melalui lengkung dorsal) medulla spinalis saraf
motoris (melalui lengkung ventral) efektor Bell dan Magendie). Potensial aksi
merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat
(Seeley, 2002). Pada sel otot (serabutserabut otot), potensial aksi menyebabkan otot
berkontraksi (Seeley, 2002) respon-respon yang diberikan katak mengalami berubahan
yaitu menjadi lebih
lemah. Tubuh katak ibandingkan dengan psisi tubuh katak saat sebeum diakukan
double pith Saat kornea mata katak dirangsang dengan kapas, mata katak tidak
berkedip.
Frekuensi pernapasan katak lebih melambat. Hal tersebut mungkin terjadi sebab
sistem saraf otonom katak yang meregulasi lingkungan internal katak.
Saat diletakkan di papan seksi yang dimiringkan dan diputar, katak juga
tidak merespon dan tidak dapat berbalik. Begitu juga saat berenang, katak tidak
dapat berenang secara seimbang dan ayunan kaki katak melemah. Saat kaki katak
dicubit dan dicelupkan pada air 80°C, respon katak mulai terlihat melemah. Kaki
katak tidak merespon saat dicubit dan baru terangkat saat dimasukkan ke air 80°C
selama 2,39 detik. Kaki katak juga baru terangkat saat air dipanaskan hinga 44°C.
Dengan melemahnya respon pada nyeri dan panas, dapat diketahui bahwa kedua
respon tersebut diatur oleh saraf spinal. Dari respon-respon yang telah disebutkan,
refleks nyeri dan panas masih bisa dilakukan dengan baik oleh katak setelah katak
disingle pith. sedangkan refleks mata, pernapasan dan keseimbangan hanya dapat
dilakukan dengan baik oleh katak normal.

Pada pengamatan gerak refleks pada katak diperoleh hasil yakni medulla
spinalis merupakan pusat gerak refleks katak, karena saat medulla spinalis dirusak
maka katak tidak dapat memberikan respon terhadap rangsangan yang diberikan.
Sedangkan pada pengamatan biolistrik pada katak diperoleh hasil berupa arus listrik
yang dapat menghasilkan potensial aksi yang kemudian berakibat pada respon
terhadap impuls. Ketika saraf diblokir dengan menggunakan alkohol 70% maka
alkohol berdifusi kedalam akson saraf dan bercampur dengan cairan intraseluler
didalam sel saraf yang mengandung ion ion negatif- positif dan mengganggu proses
perambatan sehingga impuls yang merambat dalam akson harus bekerja keras untuk
melewatinya.

G. Kesimpulan
Sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat
kordinasi dari beberapa gerak tubuh termasuk gerak refleks. Gerak refleks sangat
berpengaruh terhadap stimulus yang disampaikan oleh sistem saraf pusat dari reseptor
kepada efektor. Sebagai contoh refleks yang dikontrol oleh otak atau saraf kranial
katak meliputi frekuensi pernapasan, gerakan kepala, kekenyalan otot, cara berenang,
dan gerak tungkai depan dan belakang. sedangkan gerak refleks yang dikendalikan
oleh sumsum tulang belakang atau saraf spinal pada katak meliputi reaksi ketika
dicubit, perubahan mata, dan reaksi ketika kaki dipanaskan.
Daftar Rujukan

Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi
Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Junqueira,C.L. 1995.Histologi Dasar . Jakarta : ECG.

Sari, Juwita Lela. 2010. Fisiologi Sistem Syaraf pada Katak. Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia:dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan.

Wulandari, Ika P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroller AT 89S8252.Jurnal Neutrino. Vol.1 (2): 208-219

Anda mungkin juga menyukai