Oleh :
B. TUJUAN
1. Meningkatkan pemahaman mengenai bermacam-macam refleks pada
manusia
2. Mengetahui adanya berbagai macam sensasi indra umum dan indra khusus
C. DASAR TEORI
Refleks adalah respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan interna maupun lingkungan eksterna. Refleks terjadi lewat suatu
lintasan refleks yang disebut lengkung refleks. Komponen utana dari
lengkung refleks adalah reseptor yang menerima stimulus, efektor yang
merespon stimulus, neuron sensorik dan motorik yang merupakan lintasan
komunikasi antara reseptor dan efektor.
Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah pemukul karet, gelas piala (100 cc),
penggaris, gelas ukur, aqua, kapas, sari jeruk, kertas pH, kertas hisap, ijuk,
penggaris, meteran, pensil, kapas, jarum pentul, pinset, timer, kertas manila, tabung
reaksi, air, es batu, gula pasir, larutan gula, larutan kina, larutan garam, wortel,
kentang, apel, bawang merah, garpu tala, dan kapas.
E. PROSEDUR KERJA
REFLEKS PATELLA
Mengamati respon, apakah kaki lebih kuat atau lebih lemah daripada respon
perlakuan.
Mengulangi uji refleks, saat pelaku sedang melakukan aktifitas otot lain
(menarik kedua tangan yang jari-jarinya bertautan satu sama lain)
Mengamati bagaimana respon dari kaki
REFLEKS ACHILLES
Menepuk tendon Achilles dan tepuk bagian kanan dan kiri tendon Achilles.
REFLEKS KORNEA
Setelah membuka mata, perhatikan dan ukur kembali diameter kedua pupil
pelaku
Melihat suatu obyek dengan jarak kira-kira 6m di cahaya yang cukup terang
Mengalihkan pandangan pada obyek yang dekat (pensil yang diletakkan pada
jarak 20cm dari mata pelaku)
REFLEKS KONERGENSI
REFLEKS MENELAN
Melakukan hal yang sama pada sejumlah air yang dimasukkan ke dalam
mulut
REFLEKS SALIVARI
Menyentuh dua ujung jarum pentul pada ujung jari subyek, dengan jarak
kedua jarum pentul dimulai dari yang paling pendek
Menunjukkan apabila merasakan sentuhan dari satu ujung jarum pentul atau
keduanya
Subyek menutup mata sedangkan pengamat menekan ijuk satu kali pada petak
sampai ijuk tersebut bengkok (tekanan harus sama pada setiap petak)
Membuat petak 2,5 cm pada lengan bawah (yang digunakan uji sentuhan)
MENETUKAN PROPIORESEPTOR
Mengulangi sebanyak 3 kali dan mencatat hasil pengukuran jarak titik dengan
huruf “X”
Subyek menutup mata, kemudian menunjuk jari tengah tangan kirinya dengan
menggunakan jari telunjuk tangan kanannya. Apakah berhasil?
BINTIK BUTA
Membuat gambar X dan O yang berjarak 6 cm pada kertas manila
Tanda O akan menghilang pada jarak tertentu karena bayangan jatuh pada
bintik buta
PROYEKSI BINOKULER
Membuat dua lubang pada karton dengan jarak sama dengan jarak kedua pupil
Mata kiri melihat ke lubang kiri sedangkan mata kanan melihat ke mata
kanan.
Bagaimana hasilnya?
ADAPTASI OLFAKTORI
RESEPTOR GUSTASTORI
Pengamat meletakan butiran gula pasir pada ujung lidah subyek dan mencatat
waktunya
Pengamat meletakkan potongan wortel, bawang merah, kentang dan apel satu
persatu pada lidah subyek
Subyek menutup mata dan satu lubang telinga di tutup dengan kapas
Meletakkan timer 2 meter lebih jauh, dari jarak terjauh bunyi masih dapat
didengar oleh subyek
Mengukur jarak terjauh bunyi mulai terdengar subyek. Apakah jarak sama ?
Mengapa?
PENGHANTARAN SUARA
TES ROMBERG
Subyek berdiri tegak dengan kedua kaki merapat, kedua tangan di samping
tubuh selama 5 menit
Bagaimana hasilnya?
KANALIS SEMISIRKULARIS
Bila subyek masih merasakan kursi putar, berarti fungsi kanalis semisirkularis
masih normal
F. DATA HASIL PENGAMATAN
1. RESPON KAKI
2. Pelaku dalam posisi, tekuk telapak kaki -Telapak kaki refleks terangkat kuat
kearah betis. - Telapak kaki refleks terangkat lemah
Tepuk tendon Achilles - telapak kaki refleks terangkat kuat
Tepuk bagian kanan tendon Achilles
Tepuk bagian kiri tendon Achilles
2. REFLEKS MATA
3. Akomodasi pupil
Melihat cahaya cukup terang Ukuran Awal: 0,6 cm
berjarak 6 m.
Melihat benda jarak 20 cm Ukuran akhir: 0,5 cm
3. REFLEKS SALIVARI
Perlakuan Respon
1. Menelan saliva 20 detik Capek, setengah kering, susah menelan
4. REFLEKS SENTUH
PERLAKUAN RESPON
1. Menyentuh dua ujung jarum pentul
pada ujung jari subyek. Catat jarak Jarak terpendek: 0,1 cm (1)
terpendek kedua ujung jarum pentul 0,5cm (2)
yang dirasakan subyek terdeteksi.
Ujung jari Ujung jari
Hidung Hidung
Punggung lengan Punggung lengan
Belakang Leher Belakang leher
2. Buat petak berukuran 2,5 cm Sensasi yang dihasilkan: merasakan sentuhan
sebanyak 25. Subyek menutup mata,
pengamat menekan ijuk pada petak
sampai bengkok.
v v v v v
x v v v v
x v x v v
x v v x x
x x x x x
V: terasa
X: tidak
3. Membuat petak 2,5 cm pada lengan Perbedaan sensasi sakit dan sensasi sentuhan :
bawah. Gunakan es untuk Sentuhan sedikit terasa dan sakit sangat terasa
mengompres. Letakkan ujung jarum
pada permukaan kulit dan tekan v v v v v
sampai menghasilkan rasa sakit. v v v v v
x v v v v
x v v v x
x v v x x
V: terasa
X: tidak
5.PROPIORESEPTOR
Perlakuan Keterangan
1. Subyek menulis huruf X di papan Jarak titik dengan X
tulis, menutup mata, membuat titik 1. 3,5 cm
sedekat mungkin dengan huruf X 2. 3 cm
dengan 3 kali ulangan 3. 4 cm
6.BINTIK BUTA
Perlakuan Keterangan
1. Membuat gambar X dan O Jarak hilangnya obyek : 3 cm
berjarak 6 cm pada kertas manila
2. Subyek memegang kertas 50 cm di
depanya dengan tanda X lurus
pada mata kanan, dan menutup
mata kiri
3. Subyek mendekatkan kertas
perlahan
7. PROYEKSI BINOKULAR
Perlakuan Keterangan
1. Membuat dua lubang pada karton Objek yang nampak: nampak satu onjek
dengan jarak sama dengan jarak pada jarak 7 cm
kedua pupil
2. Memegang karton 30 cm di depan
mata dengan latar belakangcahaya
terang
3. Pandang kedua lubang dengan
mata kanan lubang kanan mata kiri
lubang kiri
4. Dekatkan karton perlahan
5. Tutup mata saat telah nampak satu
lubang
9.ADAPTASI OLFAKTORI
Perlakuan Keterangan
1. Subyek menutup mata dan satu Waktu yang diperlukan sampai aroma
nostril dengan kapas menghilang : 41 detik
2. Pengamat memegang minyak
cengkeh dibawah nostril yang
terbuka
3. Subyek bernapas dan
menghembuskan lewat mulut
Kesimpulan : 120 cm
G. ANALISIS DATA
1. Respon Kaki
a. Refleks Pattela
Pelaku duduk terjuntai dan dipukul ligamentum pattelarisnya ketika dalam
keadaan normal hasilnya adalah kaki refleks menendang kuat ke arah depan,
ketika pelaku sedang mengerjakan penjumlahan refleks kaki menendang lebih
kuat dan ketika pelaku sedang melakukan aktivitas otot refleks kaku
menendang sangat kuat ke arah depan.
b. Refleks Achilles
Refleks achiles dilakukan dengan pelaku menduduki kursi dengan berlutut
dengan posisi kedua telapak kaki menggantung bebas pada tepi kursi dan
telapak kaki menekuk ke arah betis. Ketika menepuk tendon achilles terjadi
refleks kaki terangkat kuat. Ketika menepuk bagian kanan tendon achilles
kaki terangkat lemah. Ketika menepuk bagian kiri tendon achilles telapak kaki
terangkat kuat
2. Refleks Mata
a. Refleks Kornea
Dilakukan dengan mendekatkan sedikit kapas dengan sedekat mungkin ke
kornea mata pelaku hasilnya adalah terjadi refleks berkedip dan mata menjadi
berair
b. Refleks Fotopupil
Data ukuran awal pupil adalah 0,6 cm setelah diberi perlakuan menghadap
cahaya terang dengan mata tertutup selama 2 menit ukuran akhirnya adalah
0,7 cm
c. Refleks Akomodasi Pupil
Ketika pelaku melihat cahaya terang berjarak 6m ukuran pupil 0,6 cm setelah
mengalihkan pandangan dengan melihat benda berjarak 20 cm ukuran pupil
adalah 0,5cm
d. Refleks Konvergensi
Pada saat pelaku memusatkan pandangan pada suatu obyek yang jauh posisi
kedua bola mata menjauh, kemudianketika pelaku mengalihkan pandangan
pada obyek di dekat mata posisi kedua bola mata mendekat
3. Refleks Salivari
Ketika pelaku menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20
detik responya adalah capek, setengah kering dan susah menelan. Ketika
melakukan hal yang sama dan dibarengi sejumlah air responya dalah
tenggorokan basah. Ketika pelaku menahan tidak menelan saliva selama dua
menit volume saliva yang diperoleh adalah 2,5 ml dengan ph 7. Ketika
ditambahkan dua sampai tiga tetes sari jeruk pada lidah ph saliva pada lidah
adalah 4 dan ketika saliva ditahan selama dua menit setelah perlakuan terakhir
didapatkan volume saliva sebanyak 2,5 ml dengan ph 7
4. Refleks Sentuh
a. Uji Pembeda Dua Titik
Diberi perlakuan dengan menyentuh dua ujung jarum pentul pada ujung jari
subyek dengan jarak kedua jarum pentul dimulai dari yang paling pendek dan
diulangi pada daerah hidung punggung lengan dan belakang leher didapatkan
hasil jarak terpendek 0,1 cm dan o,5 cm
b. Reseptor Sentuh
c. Reseptor Sakit
Perlakuan yang diberikan sama dengan perlakuan pada reseptor sentuh akan
tetapi alat yang digunakan adalah jarum pentul. Hasilnya adalah pelaku
merasakan sensasi sakit sebanyak 19 dari 25
5. Propioreseptor
a. Pada perlakuan pertama yakni subyek menulis huruf X di papan tulis,
menutup mata, membuat titik sedekat mungkin dengan huruf X dengan 3
kali ulangan hasilnya dalah jarak titik dengan X 3,5 cm; 3 cm; dan 4 cm
b. Pada perlakuan kedua saat subyek menutup mata, menunjuk jari tengah
tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan tingkat keberhasilan yang
didapatka adalah 80 %
c. Pada perlakuan ketiga yaitu subyek menutup mata, merentangkan tangan
jauh dibelakang badan, membawa jari telunjuk ke ujung hidung dengan
cepat mendapatkan hasil tingkat keberhasilan sebesar 30%
6. Bintik Buta
Pada perlakuan subyek membuat gambar X dan O berjarak 6 cm pada kertas
manila kemudian memegang kertas 50 cm di depanya dengan tanda X lurus
pada mata kanan, dan menutup mata kiri kemudia mendekatkan kertas
perlahan di dapatkan jarak hilangnya objek adalah 3cm
7. Proyeksi Binokular
Perlakuanya adalah membuat dua lubang pada karton dengan jarak sama
dengan jarak kedua pupil, memegang karton 30 cm di depan mata dengan
latar belakangcahaya terang, memandang kedua lubang dengan mata kanan
lubang kanan mata kiri lubang kirikemudian mendekatkan karton perlahan
dan menutup mata saat telah nampak satu lubang. Di dapatkan jarak 7cm saat
nampak satu objek
8. Pentingnya Pengelihatan Binokuler
9. Adaptasi Olfaktori
Percobaan tes romberg, saat subyek berdiri dengan keadaan kedua kaki rapat
dan kedua tangan disamping dengan waktu 5 menit, subyek merasakan goyangan.
Kedua saat subyek mengulang perlakuan tadi tetapi dengan keadaan mata tertutup
menghasilkan respon yaitu bergoyang
Percobaan kanalis semikularis saat subyek duduk diatas kursi putar dan
pengamat memutar kursi serta menghentikannya secara tiba-tiba menimbulkan respon
subyek yaitu masih merasakan putaran meskipun sudah berhenti di putar, hal ini
menunjukkan bahwa subyek dalam keadaan normal
H. PEMBAHASAN
1. REFLEKS PATELLA
Refleks pada patella ketika ligamentum patellaris (tepat dibawah kedua lutut)
dipukul dengan pemukul karet berupa plantar fleksi longlegs karena kontraksi otot
quadrises femoris termasuk dalam refleks spinal sebab dalam lengkung refleksnya
hanya ada satu sinaps, yaitu antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron aferen
berasal dari reseptor regangan (Organ tendon golgi) pada tendon suatu otot kerangka
yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang sama. Berikut adalah
mekanisme dari refleks patella:
Dari ketiga perlakuan, tendangan paling kuat adalah ketika pelaku melakukan
aktivitas otot berupa menarik kedua tangan jari yang bertautan. Hal itu dikarenakan
otot pelaku dalam keadaan tegangan maksimal sehingga ketika ligamen patellaris
dipukul, maka proses penghantaran lebih kuat.
2. REFLEKS ACHILLES
4. REFLEKS FOTOPUPIL/CAHAYA
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bila cahaya itu masuk ke
mata dengan intensitas yang besar, maka pupil akan bereaksi dengan mengecil agar
cahaya yang masuk tersebut tidak terlalu banyak (Guyton, 1983). Penyebab diameter
semakin besar karena adnaya otot sirkuler relaksasi dan otot radier berkontraksi untuk
megatur cahaya masuk. Refleks fotopupil pusat sensorisnya adalah saraf kranial II
dan III dan motorisnya adalah saraf kranial VII (Soewolo, dkk. 2003).
Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada refleks akomodasi pupil
terdapat perbedaan diameter pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pada
cahaya yang terang pelaku melihat suatu obyek yang berjarak 6 meter diameter pupil
pelaku adalah 0, cm. Kemudian setelah 2 menit pelaku mengalihkan pandangan pada
obyek yang berjarak 25 cm, diameter pupil mengecil menjadi 0,5 cm.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Perubahan diameter pupil
dipengaruhi oleh aktifitas jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis. Fungsi saraf
simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada otot siliaris
sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek terhadap
kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi diameter pupil ditentukan oleh aksi
antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae (Japardi, 2018).
6. REFLEKS KONVERGENSI
Ketika pelaku melihat obyek yang jauh, posisi bola mata berada tepat
ditengah dan agak berjauhan. Sedangkan pelaku mengalihkan pandangan pada obyek
di dekat mata, posisi kedua bola mata bergerak saling berdekatan. Terjadi dua
refleksi, yaitu konvergensi-akomodasi yaitu mata berkonvergensi, pupil berkonstruksi
dan mata fokus pada obyek.
Mata dalam keadaan istirahat memiliki fokus pada jarak yang tak terhingga.
Ketika seseorang melihat benda dari jarak dekat dengan refleks konvergensi.
Akomodasi yaitu mata berkonvergensi, pupil menjadi konstruksi, mata memfokuskan
pada objek. Dibelakang masing-masing pupil terdapat lensa, yang memfokuskan
cahaya yang datang dari retina (Erlyanie, 2011). Ketika kita mengarahkan
penglihatan kita pada sesuatu yang berjarak dekat dengan kita. Ketegangan pada
ligamen-ligamen yang mempertahankan masing-masing lensa agar tetap di tempatnya
disesuaikan oleh otototot siliaris, dan lensa berbentuk silindris sesuai bentuk
alamiahnya (Erlyanie, 2011). Hal ini meningkatkan kemampuan lensa untuk
merefraksi (membelokkan) cahaya untuk mendekatkan objek-objek ke fokus yang
tajam. Ketika kita memfokuskan penglihatan pada objek yang jauh, lensa menjadi
datar. Proses menyesuaian konfigurasi lensa untuk memfokuskan gambar pada retina
ini disebut akomodasi. Sedangkan konvergensi mata secara simultan, mata bergerak
melihat objek
7. REFLEKS MENELAN
Dari data pengamatan ketika pelaku menelan saliva selama 20 detik, pelaku
merasakan capek, setengah kering dan lama-kelamaan susah menelan. Berbeda
dengan menelan air yang cepat dan membuat tenggorokan basah. Hal ini dikarenakan
menelan saliva termasuk dalam saraf simpatik sementara menelan air termasuk dalam
gerakan sadar. Seksresi saliva diatur oleh saraf kranial IX (Saraf glosofaringeal).
Sintesis dan sekresi cairan acinar oleh sel-sel sekretori. Rangsangan dapat berupa
adrenergik (α dan β) maupun kolinergik. Rangsangan β dapat berupa adrenergik
melalui neurotransmiter noradrenalin dibentuk (cAMP) yang mengaktifkan protein
kinase dan fosforilase yang mengakibatkan kontraksi filamen sehingga granula
sekresi diangkut ke membran plasma luminal yang akan melebar dengan membran
granula setelah itu saliva primer diteruskan ke lumen melalui muara pembuangan
(Amerogen,1991).
8. REFLEKS SALIVARI
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada
tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva
encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva
yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas,
disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis
yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut
dan tenggorokan tetap basah setiap waktu. Berdasarkan data hasil percobaan kami,
saat menelan saliva selama 20 detik sensasi yang dirasakan yaittu capek, setengak
kering, dan susah menelan. Setelah menelan air selama 20 detik sensasi yang
dirasakan yaitu tenggorokan basah. Kemudian volume saliva Subyek setelah
menahan tidak menelan saliva selama 2 menit adalah 2,5. Kemudian Subyek diberi 3
tetes sari jeruk pada lidah, pH saliva berubah menjadi 4. Kemudian setelah menahan
tidak menelan saliva selama 2 menit lagi, volume saliva pelaku menjadi 2,5 ml dan
pHnya 7. Ketika lidah ditetesi oleh sari jeruk maka pH saliva berubah menjadi asam.
(Basoeki, 2000)
Pada uji pembeda 2 titik menunjukkan bahwa kepekaan kepada 2 ujung jarum
berbagai tubuh kita seharusnya berbeda-beda. Pada percobaan ini ujung jari, hidung,
punggung lengan, dan belakang leher menunjukan kepekaan yang sama yakni jarak
terpendek dari masing-masing tubuh 0,1 cm, sedangkan jarak terpanjangnya 0,5 cm.
Pada percobaan tersebut menunjukkan bahwa sensasi yang berupa tekanan di ujung
jari, hidung, punggung lengan, dan belakang leher memiliki sensasi yang sama,
Sedangkan seharusnya yang memiliki reseptor sentuhan dan tekanan yang paling
sedikit berada pada kulit belakang leher.Kesalahan ini dikarenakan kelalaian dari
praktikan. (Basoeki,1988)
Pada 25 petak yang merasakan adanya sentuhan hanya 14 petak, sisanya tidak
merasaan adanya sentuhan. Hal ini kemungkinan dikarenakan sentuhan atau tekanan
ringan yang diberikan pada kulit berbeda dan kurang dapat diterima oleh reseptor
Cawan Merkel karena tekanan yang diberikan pengamat berbeda pada setiap petak,
sehingga reseptor juga tidak dapat diteruskan ke otak dan otakpun tidak dapat
memberitahu mengenai sensasi terhadap sentuhan. (Soewolo, 1999)
Reseptor indra sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat
dalam kulit dan organ-organ dalam. Ada 2 tipe sensasi sakit yaitu , sensasi sakit
somatik(sakit tubuh) dan sensasi sakit viseral (sakit organ dalam) Reseptor indra sakit
merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat dalam kulit dan organ-organ
dalam. Ada 2 tipe sensasi sakit yaitu , sensasi sakit somatik(sakit tubuh) dan sensasi
sakit viseral (sakit organ dalam) (Soewolo,1999).
Pada praktikum ini membuat petak pada lengan menjadi 25 petak setiap petak
yang diberi sentuhan dengan jarum pentul, sebelum diberi tekanan, petak diberi kapas
yang sudah dicelupkan ke dalam air es selama 5 menit. pada saat pengamat menekan
jarum ke permukaan kulit yang sudah diberi es batu pada setiap petaknya, sensasi
sakit yang dirasakan oleh subyek hampir semua petak menghasilkan rasa sakit pada
saat diberi sentuhan jarum. Tentunya hal ini bertolak belakang dengan semestinya. Es
batu berfungsi untuk mengurangi pembengkakan dan juga mengurangi rasa sakit dari
tekanan jarum pentul. merasakan tekanan/sakit hal ini dikarenakan terjadinya sensasi
sakit somatik yaitu reseptor sakit somatik merespon stimuli mekanik dan kimia.
Sensasi sakit somatik terasa pada bagian tubuh yang diberi tekanan. Rasa sakit
somatik merupakan rasa sakit dengan daerah stimuli terdapat pada kulit yang disebut
dengan supervikal somatik pain. Berdasarkan hal ini hasil pengamatan dari kelompok
kami tidak sesuai dengan dasar teori karena peletakan es yang terlalu menyebabkan
saraf somatik tidak dapat bekerja secara semestinya. (Soewolo,1999)
12. PROPIORESEPTOR
Dalam proses melihat sebuah bayangan harus terbentuk pada retina untuk
merangsang retina yang berupa sel batang dan sel kerucut dan menghasilkan impuls
saraf yang harus dihantarkan ke area visual korteks serebralis. Cahaya tersebut
kemudian akan di proyeksikan oleh lensa tepat pada retina . Sebelum mencapai
fotoreseptor cahaya tadi akan melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar.
Selanjutnya akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan dalam retina dan
berkumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata dan membentuk saraf
pengelihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada permukaan sel
retina disebut bintik buta. Pada percobaan ini hasil yang kami peroleh sesuai dengan
teori , dimana saat mata kanan fokus pada huruf X yang posisi huruf O terletak di
kanan X , O akan menghilang pada jarak 3 cm . (Soewolo,2003 :143)
Namun, karena praktikum yang kami lakukan dengan mata tertutup satu,
sehingga penjelasan dari teori tersebut tidak dapat terjadi yang disebabkan permukaan
refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk membelokkan cahaya.
Sehingga tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas
pada retina yang menyebabkan kefokusan penglihatan subyek berkurang. Selain itu,
mata dengan keadaan tertutup satu akan cepat mengalami kelelahan dalam
penglihatan, dibandingkan dengan mata yang terbuka keduanya. Maka pentingnya
penglihatan binokuler bertujuan mempertajam obyek yang dilihat oleh mata, untuk
mendapatkan sau kesatuan dari kedua mata (Basoeki, 1988)
Hal seperti ini menunjukkan, bahwa larutan dapat memberikan stimulus pada
reseptor lidah untuk dapat merespon suatu rasa. Waktu tercepat yang dibutuhkan
ujung lidah untuk mengecap rasa manis adalah 1,35 detik yang diperoleh dari larutan
gula, untuk waktu terlama untuk mengecap rasa manis adalah dari butiran gula.
Sehingga hal ini berbeda dengan pendapat Soewolo (2003) yang menyatakan bahwa
ujung lidah hanya sensitif terhadap rasa manis. Perbedaan ini terjadi, karena bahan
yang diujikan ada yang berupa larutan yang dapat mempermudah mengantarkan
partikel rasa manis ke kuncup-kuncup pengecap. Saat ujung lidah diberi butiran gula,
maka respon yang dihasilkan dari ujung lidah adalah rasa manis yang di mana pada
ujung lidah terdapat reseptor untuk dapat merasakan rasa manis.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa saat mata subyek tertutup dan
hidung dijepit subyek diminta untuk menyebutkan apa yang terdapat di dalam mulut
subyek, ketika subyek mengunyak dan merasakan bahan yang dimakan (potongan
wortel, kentang, apel dan bawang merah). Ketidaksesuaian sering terjadi antara bahan
yang dirasakan dan bau yang ditimbulkan oleh najas. Hal seperti ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara indra pengecap dan pembau. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soewolo (2003) yang menyatakan bahwa indra pengecap dan pembau
saling bekerjasama, karena rangsangan bau yang ditimbulkan dari makanan dalam
rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Saat hidung tersumbat hubungan atara hidung dan rongga mulut akan terganggu,
sehingga uap bahan makanan dari mulut tidak dapat mencapai rongga hidung.
Menurut Soewolo (2003) menyatakan bahwa getaran suara yang diterima oleh
membran timpani diteruskan oleh kohlea melalui tulang pendengaran yang akan
menggetarkan jendela lonjong dan getaran tersebut akan menimbulkan cairan
perilimfe di dalam saluran vestibular. Getaran tersebut akan melewati membran
vetibular dan akan masuk ke kohlea. Selanjutnya, melewati membran basilaris ke
membran saluran timpani. Tekanan gelombang akan menggetarkan membran
basilaris yang mengakibatkan ujung rambut bersentuhan dengan membran tektorial.
Sentuhan seperti ini merupakan neutrotrasmitter ke ujung dendrit saraf. Impuls saraf
yang terjadi diteruskan melalui saraf kohlea ke pusat pendengaran.
Percobaan yang kami peroleh sesuai dengan teori, yaitu tes romberg bertujuan
untuk mengetahui keseimbangan seseorang. Manusia memilik dua macam alat
keseimbangan, yaitu alat keseimbangan dinamis (Krista ampularis) dan
keseimbangan stasis (Makula akustika). Makula akustika adalah alat keseimbangan
stasis yang memberi informasi posisi kepala saat kita sedang diam atau sedang
melakukan gerak lurus beraturan (Soewolo,2005).
Berdasarkan hasil pengamatan, saat subyek duduk di atas kursi dan diputar
oleh pengamat menunjukkan bahwa subyek menunjukkan respon bahwa subyek
masih merasakan putaran, meskipun sudah diberhentikan dari putaran. Perputaran
yang terdapat di tubuh subyek direspon oleh organ keseimbangan dinamis di telinga.
Menurut Soewolo (2005) putaran yang masih dirasakan pada kepala subyek
menyebabkan endolimfe dalam saluran semi sirkulasi bergerak, aliran endolimfe akan
mendorong kupula sehingga kupula condong ke arah tertentu. Gerakan kupula akan
menggerakkan rambut sel reseptor. Apabila gerakan rambut condong ke arah
kinnosilum, maka sel resptor akan terjadi hiperpolarisasi. Depolarisasi pada sel
reseptor akan diikuti dengan dilepaskannya neurotransmiter, yang selanjutnya akan
membangkitkan impuls di ujung saraf sensoris. Impuls tersebut akan disampaikan ke
pusat keseimbangan dalam otak. Ketika subyek masih merasakan putaran, hal
tersebut menunjukkan alat keseimbangan dinamis pada subyek masih normal
KESIMPULAN
Mosby Company.
Guyton Arthur, C. 1983. “Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Bagian II. Edisi
V”.
Dahlan.