Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

REFLEKS DAN SENSASI INDERA PADA MANUSIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan dan Manusia


yang dibimbing oleh Bapak Abdul Ghofur

Oleh :

Kelompok 1/ Offering B 2017

1. Amirah Nadiah V.I 170341615106


2. Binazir Tuza Qiyah 170341615065
3. Nurdiyah Arifianti 170341615094
4. Rif’atul Chusnul K. 170341615047
5. Vega Putri A. 170341615022
6. Via Agustina 170341615085

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2018
A. TOPIK
Topik pada praktikum ini adalah refleks dan sensasi indera pada manusia

B. TUJUAN
1. Meningkatkan pemahaman mengenai bermacam-macam refleks pada
manusia
2. Mengetahui adanya berbagai macam sensasi indra umum dan indra khusus

C. DASAR TEORI

Refleks adalah respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan interna maupun lingkungan eksterna. Refleks terjadi lewat suatu
lintasan refleks yang disebut lengkung refleks. Komponen utana dari
lengkung refleks adalah reseptor yang menerima stimulus, efektor yang
merespon stimulus, neuron sensorik dan motorik yang merupakan lintasan
komunikasi antara reseptor dan efektor.

Berdasarkan atas sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas


refleks somatik (yang dikendalikan sistem saraf somatik) dan refleks otonom
(yang dikendalikan sistem saraf otonom). Kedua macam refleks tersebut dapat
berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapat terjadi tanpa
melibatkan otak, misalkan refleks fleksor. Meskipun demikian otak seringkali
memberikan “pertimbangan” pada aktivitas refleks spinal sehingga dapat
menguatkan atau menghambat refleks tersebut.

Berbeda dengan refleks, ensasi indera merupakan resptor yang disadari


terhadap perubahan lingkungan eksterna. Secara tradisi dikatakan bahwa
manusia memiliki lima indera, yaitu peraba, pengecap, pembau, penglihatan,
dan pendengaran. Pada kenyatannya setiap indra tersebut melibatkan beberapa
sensasi yang lain. Misalnya indra peraba, melibatkan kemampuan mengenal
panas dan dingin, tekanan dan sakit (Soewolo,dkk :1999)
Agar terjadi sensasi diperlukan 4 syarat: 1. Harus ada rangsang; 2.organ
pengindra harus menerima rangsang dan mengubahnya menjadi impuls saraf;
3. Impuls harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak; 4.
Bagian otak yang menerima harus menerjemahkan impuls menjadi sensasi
(Basuki,dkk. 2000).

Indra merupakan jutaan reseptor system saraf, beberapa reseptor ini


merupakan suatu struktur yang amat khusus, yang lian sederhana berupa
serabut-serabut telanjang (Basuki,1998). sedangkan menurut Basuki,dkk
(2000) menyatakan bahwa sebuah reseptor sensori (indera) mempunyai
struktur sederhana yang berupa sendrit dari sebuah neuron tunggal atau
sebuah organ kompleks, seperti mata yang berisi neuron khusus sensori.

Berdasarkan sederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf, reseptor


sensori dikelompokkan menjadi: 1) indera umum yang meliputi reseptor dan
jalur saraf sederhana, sensasi taktil, sensari propioseptif (kesadaran atau
aktivitas otot tendon sendi keseimbangan); 2) indera khusus yang meliputi
sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual
(penglihatan), sensasi auditori (pendengaran), sensasi wquuilibrium (orientasi
tubuh) (Basuki,dkk. 2000).
D. ALAT BAHAN

Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah pemukul karet, gelas piala (100 cc),
penggaris, gelas ukur, aqua, kapas, sari jeruk, kertas pH, kertas hisap, ijuk,
penggaris, meteran, pensil, kapas, jarum pentul, pinset, timer, kertas manila, tabung
reaksi, air, es batu, gula pasir, larutan gula, larutan kina, larutan garam, wortel,
kentang, apel, bawang merah, garpu tala, dan kapas.

E. PROSEDUR KERJA

REFLEKS PATELLA

Pelaku duduk dengan kedua kaki terjuntai bebas.

Memukul ligamentum patellaris (tepat di bawah kedua lutut) dengan pemukul


dari karet.

Mengamati bagaimana respon yang di hasilkan dari kaki .

Mengulangi perlakuan di atas, ketika pelaku sedang mengerjakan


penjumlahan sederetan tiga digit angka (otak aktif).

Mengamati respon, apakah kaki lebih kuat atau lebih lemah daripada respon
perlakuan.

Mengulangi uji refleks, saat pelaku sedang melakukan aktifitas otot lain
(menarik kedua tangan yang jari-jarinya bertautan satu sama lain)
Mengamati bagaimana respon dari kaki

REFLEKS ACHILLES

Pelaku menduduki kursi dengan berlutut

Memposisikan kedua telapak kaki menggantung bebas pada tepi kursi

Menekuk telapak kaki ke arah betis untuk menambah tegangan otot


gastrocnemius

Menepuk tendon Achilles menggunakan pemukul karet

Menepuk tendon Achilles dan tepuk bagian kanan dan kiri tendon Achilles.

Memperhatikan bagaimana respon dari kaki

REFLEKS KORNEA

Mendekatkan sedikit kapas dengan sedekat mungkin ke kornea mata pelaku

Mengamati bagaimana respon dari mata


REFLEKS FOTOPUPIL/CAHAYA

Mengukur diameter pupil mata pelaku (dalam mm)

Pelaku menghadap ke arah cahaya terang dengan mata tertutup selama 2


menit

Setelah membuka mata, perhatikan dan ukur kembali diameter kedua pupil
pelaku

REFLEKS AKOMODASI PUPIL

Melihat suatu obyek dengan jarak kira-kira 6m di cahaya yang cukup terang

Mengukur diameter pada pupil mata pelaku

Mengalihkan pandangan pada obyek yang dekat (pensil yang diletakkan pada
jarak 20cm dari mata pelaku)

Mengamati perubahan ukuran diameter pada pupil mata pelaku

REFLEKS KONERGENSI

Pelaku memusatkan pandangan pada suatu obyek yang jauh


Mengamati posisi kedua bola mata pelaku

Kemudian, pelaku mengalihkan pandangan pada obyek di dekat mata

Mengamati posisi kedua bola mata pelaku

REFLEKS MENELAN

Mencoba menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20 detik

Mengamati apa yang terjadi

Melakukan hal yang sama pada sejumlah air yang dimasukkan ke dalam
mulut

REFLEKS SALIVARI

Menahan tidak menelan saliva selama 2 menit

Mengumpulkan saliva dari mulut ke dalam gelas piala kecil


Mengukur volume dan pH saliva

Meneteskan 2-3 tetes sari jeruk pada lidah

Membiarkan 5-10 detik, lalu mengukur pH saliva dengan menempelkan kertas


pH pada ujung lidah

Menahan tidak menahan saliva selama 2 menit

Mengumpulkan saliva dalam gelas piala

Mengukur volume dan pH saliva

UJI PEMBEDA DUA TITIK

Menyentuh dua ujung jarum pentul pada ujung jari subyek, dengan jarak
kedua jarum pentul dimulai dari yang paling pendek

Menunjukkan apabila merasakan sentuhan dari satu ujung jarum pentul atau
keduanya

Mencatat jarak terpendek ujung jarum pentul yang dirasakan subyek


Mengulangi prosedur yang sama pada daerah sisi hidung, punggung lengan
dan belakang leher

MENENTUKAN RESEPTOR SENTUH

Membuat petak ukuran 2,5 cm pada punggung lengan, kemudian membaginya


menjadi 25 petak kecil

Subyek menutup mata sedangkan pengamat menekan ijuk satu kali pada petak
sampai ijuk tersebut bengkok (tekanan harus sama pada setiap petak)

Subyek memberitahukan apabila mengalami sentuhan, sedangkan pengamat


mencatat hasinya

MENENTUKAN RESEPTOR SAKIT

Membuat petak 2,5 cm pada lengan bawah (yang digunakan uji sentuhan)

Mengompres kulit lengan selama 5 menit dengan menggunakan sedikit kapas


yang telah direndam dengan air

Meletakkan ujung jarum pada permukaan kulit dan menekan sampai


menimbulkan sensasi sakit
Membedakan antara sensasi sakit dan sentuhan

MENETUKAN PROPIORESEPTOR

Menulis huruf “X” dengan posisi menghadap papan tulis

Membiarkan kapur pada huruf “X” untuk beberapa saat

Menutup mata serta mengangkat tangan kanan di atas kepala, kemudian


membuat titik dekan dengan huruf “X”

Mengulangi sebanyak 3 kali dan mencatat hasil pengukuran jarak titik dengan
huruf “X”

Subyek menutup mata, kemudian menunjuk jari tengah tangan kirinya dengan
menggunakan jari telunjuk tangan kanannya. Apakah berhasil?

Subyek merentangkan tangan kanan di belakang tubuhnya dengan keadaan


mata tertutup, kemudian dengan cepat menunjuk ujung hidung dengan jari
telunjuk.Apakah berhasil?

BINTIK BUTA
Membuat gambar X dan O yang berjarak 6 cm pada kertas manila

Subyek memegang kertas sejauh 50 cmdengan tanda X lurus di depan mata


kanan. Subyek harus melihat kedua gambar dengan menutup mata kiri

Subyek dengan perlahan mendekatkan kertas, sementara mata kanan masih


lurus pada gambar X

Tanda O akan menghilang pada jarak tertentu karena bayangan jatuh pada
bintik buta

PROYEKSI BINOKULER

Membuat dua lubang pada karton dengan jarak sama dengan jarak kedua pupil

Memegang karton sejauh 30 cm di depan mata dengan latar belakang cahaya


terang

Mata kiri melihat ke lubang kiri sedangkan mata kanan melihat ke mata
kanan.

Mendekatkan karton kearah mata dengan perlahan. Pada jarak tertentu


nampak satu lubang
Menutup salah satu mata.

Apakah yang terlihat?

PENTINGNYA PENGLIHATAN BINOKULER

Subyek menutup salah satu mata sambil memegang sebuah pensil

Pengamat memegang lubang reaksi vertikal dengan labang berada di posisi


atas

Subyek memasukkan pensil kedam lubang reaksi.

Bagaimana hasilnya?

Mengulangi sampai 10 kali

ADAPTASI OLFAKTORI

Subyek menutup mata dan satu nostril ditutup dengan kapas

Pengamat memegang sebotol minyak cengkeh di bawah nostril yang terbuka


Subyek bernapas dengan satu nostril, menghembuskan napas lewat mulut

Menggetarkan sebuah garputala dengan pemukul karet

Mencatat waktu yang diperlukan sampai aroma menghilang dari penciuman


subyek

RESEPTOR GUSTASTORI

Pengamat meletakan butiran gula pasir pada ujung lidah subyek dan mencatat
waktunya

Subyek menunjukkan dengan mengangkat tangan bila ia telah mengecap rasa


gula (manis). Pengamat mencatat waktu lagi, merekam berapa lama subyek
mengecap rasa manis. Pengamat mencatat waktu lagi merekam berapa
lamanya subyek mengecap gula

Mengulangi perlakuan di atas dengan menggunakan setetes larutan gula,


merekam lagi berapa lama waktu yang diperlukan subyek untuk mengecap
rasa manis

Subyek membersihkan lidahnya, kemudian perlakuan diulangi dengan


menggunakan zat lain seperti kina, garam dapur
Setelah subyek membersihkan lagi lidahnya, ulangi dengan menggunakan
nutrisari pada ujung dan sisi lidah

PENGECAP DAN PEMBAU

Subyek mengeringkan lidahnya, menutup mata, dan menjepit hidungnya


sehingga kedua nostril tertutup

Pengamat meletakkan potongan wortel, bawang merah, kentang dan apel satu
persatu pada lidah subyek

Subyek diminta mengenalo setiap potongan tadi berturut-turut dengan segera,


setelah mengunyah (nostril tertutup) dan setelah membuka nostril

Merekam data dalam tabel

KETAJAMAN PENDENGARAN TERHADAP SUMBER BUNYI

Subyek menutup mata dan satu lubang telinga di tutup dengan kapas

Pengamat mendekatkan sebuah timer pada telinga subyek yang terbuka.


Mengusahakan agar telinga satu garis lurus
Menjauhkan timer dari telinga perlahan-lahan

Meletakkan timer 2 meter lebih jauh, dari jarak terjauh bunyi masih dapat
didengar oleh subyek

Mendekatkan timer ke telinga subyek perlahan-lahan

Mengukur jarak terjauh bunyi mulai terdengar subyek. Apakah jarak sama ?
Mengapa?

PENGHANTARAN SUARA

Menggetarkan sebuah garputala dengan pemukul karet

Meletakkan tangkai pada kepala / antara dua gigi atas-bawah

Mendengar suara dari mana ?

Menutup salah satu telinga, dimana letak sumber suara?

TES ROMBERG
Subyek berdiri tegak dengan kedua kaki merapat, kedua tangan di samping
tubuh selama 5 menit

Pengamat memperhatikan goyangan tubuh subyek

Kemudian menutup kedua mata, mengulangi perlakuan tadi

Bagaimana hasilnya?

KANALIS SEMISIRKULARIS

Subyek duduk di atas kursi putar, kaki bertumpu di sandaran kaki

Pengamat memutar kursi putar selama beberapa detik

Pengamat menghentikan putaran kursi dengan tiba-tiba

Bagaimana sensasi yang dialami subyek?

Bila subyek masih merasakan kursi putar, berarti fungsi kanalis semisirkularis
masih normal
F. DATA HASIL PENGAMATAN

1. RESPON KAKI

Perlakuan Respon Kaki


1. Pelaku duduk dengan kedua kaki terjuntai - Kaki refleks menendang kuat
bebas, pukul ligamentum patellarisnya. - Kaki reflek menendang lebih kuat
 Keadaan normal - Kaki refleks menendang sangat kuat
 Pelaku sedang mengerjakan
penjumlahan
 Pelaku melakukan aktivitas otot

2. Pelaku dalam posisi, tekuk telapak kaki -Telapak kaki refleks terangkat kuat
kearah betis. - Telapak kaki refleks terangkat lemah
 Tepuk tendon Achilles - telapak kaki refleks terangkat kuat
 Tepuk bagian kanan tendon Achilles
 Tepuk bagian kiri tendon Achilles

2. REFLEKS MATA

Perlakuan Respon Mata


1. Dekatkan Kapas ke Kornea Refleks berkedip dan sedikit berair

2. Menghadap cahaya terang dengan mata  Ukuran Awal: 0,6 cm


tertutup selama 2 menit  Ukuran Akhir: 0,7 cm

3. Akomodasi pupil
 Melihat cahaya cukup terang  Ukuran Awal: 0,6 cm
berjarak 6 m.
 Melihat benda jarak 20 cm  Ukuran akhir: 0,5 cm

4. Konvergensi Posisi mata:


 Pusat pandangan satu obyek yang  menjauh
jauh  Mendekat
 Pusat pandangan obyek dekat
mata

3. REFLEKS SALIVARI

Perlakuan Respon
1. Menelan saliva 20 detik Capek, setengah kering, susah menelan

2. Menelan air selama 20 detik Tenggorokan basah

3. Menahan tidak menelan saliva selama  Volume: 2,5 ml


2 menit.  pH: 7
4. Dua-3 tetes sari jeruk pada lidah  pH: 4

5. Menahan tidak menelan saliva selama  Volume: 2,5 ml


2 menit.  pH: 7

4. REFLEKS SENTUH

PERLAKUAN RESPON
1. Menyentuh dua ujung jarum pentul
pada ujung jari subyek. Catat jarak Jarak terpendek: 0,1 cm (1)
terpendek kedua ujung jarum pentul 0,5cm (2)
yang dirasakan subyek terdeteksi.
 Ujung jari  Ujung jari
 Hidung  Hidung
 Punggung lengan  Punggung lengan
 Belakang Leher  Belakang leher
2. Buat petak berukuran 2,5 cm Sensasi yang dihasilkan: merasakan sentuhan
sebanyak 25. Subyek menutup mata,
pengamat menekan ijuk pada petak
sampai bengkok.
v v v v v
x v v v v
x v x v v
x v v x x
x x x x x

V: terasa
X: tidak

3. Membuat petak 2,5 cm pada lengan Perbedaan sensasi sakit dan sensasi sentuhan :
bawah. Gunakan es untuk Sentuhan sedikit terasa dan sakit sangat terasa
mengompres. Letakkan ujung jarum
pada permukaan kulit dan tekan v v v v v
sampai menghasilkan rasa sakit. v v v v v
x v v v v
x v v v x
x v v x x

V: terasa
X: tidak

5.PROPIORESEPTOR
Perlakuan Keterangan
1. Subyek menulis huruf X di papan Jarak titik dengan X
tulis, menutup mata, membuat titik 1. 3,5 cm
sedekat mungkin dengan huruf X 2. 3 cm
dengan 3 kali ulangan 3. 4 cm

2. Subyek menutup mata, menunjuk jari Tingkat keberhasilan : 80%


tengah tangan kiri dengan telunjuk 10 kali ulangan
tangan kanan 2 kali gagal
3. Subyek menutup mata, merentangkan Tingkat keberhasilan : 30%
tangan jauh dibelakang badan,
membawa jari telunjuk ke ujung 10 kali ulangan
hidung dengan cepat 7 kali gagal

6.BINTIK BUTA
Perlakuan Keterangan
1. Membuat gambar X dan O Jarak hilangnya obyek : 3 cm
berjarak 6 cm pada kertas manila
2. Subyek memegang kertas 50 cm di
depanya dengan tanda X lurus
pada mata kanan, dan menutup
mata kiri
3. Subyek mendekatkan kertas
perlahan

7. PROYEKSI BINOKULAR
Perlakuan Keterangan
1. Membuat dua lubang pada karton Objek yang nampak: nampak satu onjek
dengan jarak sama dengan jarak pada jarak 7 cm
kedua pupil
2. Memegang karton 30 cm di depan
mata dengan latar belakangcahaya
terang
3. Pandang kedua lubang dengan
mata kanan lubang kanan mata kiri
lubang kiri
4. Dekatkan karton perlahan
5. Tutup mata saat telah nampak satu
lubang

8.PENTINGNYA PENGLIHATAN BINOKULER


Perlakuan Keterangan
1. Subyek menutup mata dan Hasil : V: berhasil X: gagal
memegang pensil, pengamat 1. V
memegang tabung reaksi vertikal 2. V
dengan lubang diatas 3. X
2. Subyek memasukan pensil ke 4. V
tabung reaksi 5. X
3. 10 kali ulangan 6. X
7. V
8. V
9. V
10. V

9.ADAPTASI OLFAKTORI
Perlakuan Keterangan
1. Subyek menutup mata dan satu Waktu yang diperlukan sampai aroma
nostril dengan kapas menghilang : 41 detik
2. Pengamat memegang minyak
cengkeh dibawah nostril yang
terbuka
3. Subyek bernapas dan
menghembuskan lewat mulut

10. RESEPTOR GUSTATORI


Perlakuan Respon
1. Meletakan butiran gula pada ujung Waktu pengecapan : 11 detik
lidah
2. Meletakan setetes larutan gula pada Waktu pengecapan : 2 detik
ujung lidah

3. Mengulangi perlakuan diatas dengan Waktu pengecapan : 8 detik


zat lain

4. Mengulangi perlakuan 1 dengan Waktu pengecapan : 1 dan 4 detik


menggunakan nutrisari pada ujung dan
sisi lidah

11. PENGECAP DAN PEMBAU


Perlakuan Respon
1. Subyek mengeringkan lidah, Subyek mengenali semua potongan
menutup mata, dan menjepit kecuali pada potongan kemtang
hidung
2. Pengamat meletakan potongan
wortel, bawang merah, kentang,
apel satu persatu pada lidah
subyek
3. Subyek mengenali potongan tadi
dengan segera setelah mengunyah
(nostril tertutup) dan setelah
membuka nostril

12. KETAJAMAN PENDENGARAN


Perlakuan Keterangan
1. Subyek menutup mata dan satu Jarak : 120 cm
teling dengan kapas, pengamat
mendekatkan timer pada telinga
2. Jauhkan timer perlahan
3. Meletakan timer 2 m lebih jauh Jarak : 120 cm
dari jarak terjauh bunyi
4. Dekatkan timer perlahan

Kesimpulan : 120 cm

13. PENGHANTARAN SUARA


Perlakuan Keterangan
1. Menggetarkan garputala,meletakan Asala suara : kanan
tangkai padakepala/dua gigi atas
bawah

2. Menutup satu telinga Letak sumber bunyi : sebelah kanan

3. Meletakan garputala bergetar Hasil : Bedengung


diatas kepala, pindahkan ke dekat
telinga bila

14. TES ROMBERG


Perlakuan Respon
1. Subyek berdiri, kedua kaki rapat, Hasil : Subyek merasakan goyangan
kedua tangan di samping tubuh
selama 5 menit
2. Pengamat memperhatikan goyang
tubuh subyek

3. Menutup mata mengulangi Hasil : Bergoyang


perlakuan awal

15. KANALIS SEMISIRKULARIS


Perlakuan Respon
1. Subyek duduk diatas kursi putar, Sensasi yang dialami : Tetap merasakan
pengamat memutar kursi dan putaran atau normal
menghentikannya tiba-tiba

G. ANALISIS DATA

1. Respon Kaki
a. Refleks Pattela
Pelaku duduk terjuntai dan dipukul ligamentum pattelarisnya ketika dalam
keadaan normal hasilnya adalah kaki refleks menendang kuat ke arah depan,
ketika pelaku sedang mengerjakan penjumlahan refleks kaki menendang lebih
kuat dan ketika pelaku sedang melakukan aktivitas otot refleks kaku
menendang sangat kuat ke arah depan.
b. Refleks Achilles
Refleks achiles dilakukan dengan pelaku menduduki kursi dengan berlutut
dengan posisi kedua telapak kaki menggantung bebas pada tepi kursi dan
telapak kaki menekuk ke arah betis. Ketika menepuk tendon achilles terjadi
refleks kaki terangkat kuat. Ketika menepuk bagian kanan tendon achilles
kaki terangkat lemah. Ketika menepuk bagian kiri tendon achilles telapak kaki
terangkat kuat
2. Refleks Mata
a. Refleks Kornea
Dilakukan dengan mendekatkan sedikit kapas dengan sedekat mungkin ke
kornea mata pelaku hasilnya adalah terjadi refleks berkedip dan mata menjadi
berair
b. Refleks Fotopupil
Data ukuran awal pupil adalah 0,6 cm setelah diberi perlakuan menghadap
cahaya terang dengan mata tertutup selama 2 menit ukuran akhirnya adalah
0,7 cm
c. Refleks Akomodasi Pupil
Ketika pelaku melihat cahaya terang berjarak 6m ukuran pupil 0,6 cm setelah
mengalihkan pandangan dengan melihat benda berjarak 20 cm ukuran pupil
adalah 0,5cm
d. Refleks Konvergensi
Pada saat pelaku memusatkan pandangan pada suatu obyek yang jauh posisi
kedua bola mata menjauh, kemudianketika pelaku mengalihkan pandangan
pada obyek di dekat mata posisi kedua bola mata mendekat
3. Refleks Salivari
Ketika pelaku menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20
detik responya adalah capek, setengah kering dan susah menelan. Ketika
melakukan hal yang sama dan dibarengi sejumlah air responya dalah
tenggorokan basah. Ketika pelaku menahan tidak menelan saliva selama dua
menit volume saliva yang diperoleh adalah 2,5 ml dengan ph 7. Ketika
ditambahkan dua sampai tiga tetes sari jeruk pada lidah ph saliva pada lidah
adalah 4 dan ketika saliva ditahan selama dua menit setelah perlakuan terakhir
didapatkan volume saliva sebanyak 2,5 ml dengan ph 7
4. Refleks Sentuh
a. Uji Pembeda Dua Titik
Diberi perlakuan dengan menyentuh dua ujung jarum pentul pada ujung jari
subyek dengan jarak kedua jarum pentul dimulai dari yang paling pendek dan
diulangi pada daerah hidung punggung lengan dan belakang leher didapatkan
hasil jarak terpendek 0,1 cm dan o,5 cm

b. Reseptor Sentuh

Membuat petak ukuran 2,5 cm pada punggung lengan, kemudian membaginya


menjadi 25 petak kecil. Subyek menutup mata sedangkan pengamat menekan
ijuk satu kai pada petak sampai ijuk tersebut bengkok (tekanan harus sama
pada setiap petak). Hasilnya adalah pelaku merasakan 14 dari 25 sentuhan

c. Reseptor Sakit

Perlakuan yang diberikan sama dengan perlakuan pada reseptor sentuh akan
tetapi alat yang digunakan adalah jarum pentul. Hasilnya adalah pelaku
merasakan sensasi sakit sebanyak 19 dari 25

5. Propioreseptor
a. Pada perlakuan pertama yakni subyek menulis huruf X di papan tulis,
menutup mata, membuat titik sedekat mungkin dengan huruf X dengan 3
kali ulangan hasilnya dalah jarak titik dengan X 3,5 cm; 3 cm; dan 4 cm
b. Pada perlakuan kedua saat subyek menutup mata, menunjuk jari tengah
tangan kiri dengan telunjuk tangan kanan tingkat keberhasilan yang
didapatka adalah 80 %
c. Pada perlakuan ketiga yaitu subyek menutup mata, merentangkan tangan
jauh dibelakang badan, membawa jari telunjuk ke ujung hidung dengan
cepat mendapatkan hasil tingkat keberhasilan sebesar 30%
6. Bintik Buta
Pada perlakuan subyek membuat gambar X dan O berjarak 6 cm pada kertas
manila kemudian memegang kertas 50 cm di depanya dengan tanda X lurus
pada mata kanan, dan menutup mata kiri kemudia mendekatkan kertas
perlahan di dapatkan jarak hilangnya objek adalah 3cm
7. Proyeksi Binokular
Perlakuanya adalah membuat dua lubang pada karton dengan jarak sama
dengan jarak kedua pupil, memegang karton 30 cm di depan mata dengan
latar belakangcahaya terang, memandang kedua lubang dengan mata kanan
lubang kanan mata kiri lubang kirikemudian mendekatkan karton perlahan
dan menutup mata saat telah nampak satu lubang. Di dapatkan jarak 7cm saat
nampak satu objek
8. Pentingnya Pengelihatan Binokuler

Percobaan pentingnya penglihatan binokuler subjek bisa memasukkan pensil


kedalam tabung sebanyak 7 kali, sedangkan yang tidak masuk sebanyak 3 kali. subjek
tidak bisa memasukkan pensil dengan sempurna, dikarenakan manusia diberi batas
kemampuan pada penglihatan. Manusia tidak bisa melihat dengan sempurna jika
salah satu mata ditutup. Ketika salah satu mata ditutup maka otak akan bekerja keras
untuk membantu penglihatan mata yang ditutup.

9. Adaptasi Olfaktori

Percobaan adaptasi olfaktori, subyek membutuhkan waktu 41 detik untuk


menghilangkan aroma minyak cengkeh yang telah terhidup dengan keadaan mata
subyek tertutup sebelah

10. Reseptor Gustatori

Percobaan Reseptor Gustatori pada saat pengamat meletakkan gula pada


ujung lidah, subyek membutuhkan waktu 11 detik untuk merasakannya. Saat
pengamat meletakkan setetes larutan gula pada ujung lidah, subyek membutuhkan
waktu 2 detik untuk merasakannya. Saat pengamat meletakkan garam pada ujung
lidah, subyek membutuhkan waktu 8 detik untuk merasakannya. saat pengamat
meletakkan nutrisari pada ujung lidah, subyek membutuhkan waktu 1 detik untuk
merasakannya. saat pengamat meletakkan gula pada ujung lidah, subyek
membutuhkan waktu 4 detik untuk merasakannya.

11. Pengecap dan pembau


Percobaan pengecap dan pembau pada saat pengamat meletakkan potongan
wortel, apel, bawang dan kentang, dimana dalam percobaan tersebut subyek dapat
mengetahui potongan yang diberikan kecuali pada potongan kentang, meskipun
dalam hal tersebut subyek dalam keadaan mata tertutup dan hidup di jepit.

12. Ketajaman Pendengaran

Percobaaan ketajaman pendengaran saat subyek menutup mata dan satu


telinga dengan kapas dan meletakkan timer 2m lebih jauh dari subyek, sedangkan
pada jarak 120 cm subyek mendengar suara.

13. Penghantaran Suara

Percobaan penghantaran garputala, bagian yang menggetarkan garputala yang


kemudian meletakkan pada kepala / dua gigi atas bawah, subyek merasakan asal
suara dari sebelah kanan, keadaan yang menutup telingan subyek measakan letak
sumber bunyi dari arah sebelah kanan. Terakhir saat garputala bergetar diatas kepala
dan memindahkannya ke dekat telinga, subyek merasa berdengung.

14. Tes Romberg

Percobaan tes romberg, saat subyek berdiri dengan keadaan kedua kaki rapat
dan kedua tangan disamping dengan waktu 5 menit, subyek merasakan goyangan.
Kedua saat subyek mengulang perlakuan tadi tetapi dengan keadaan mata tertutup
menghasilkan respon yaitu bergoyang

15. Kanalis Semikularis

Percobaan kanalis semikularis saat subyek duduk diatas kursi putar dan
pengamat memutar kursi serta menghentikannya secara tiba-tiba menimbulkan respon
subyek yaitu masih merasakan putaran meskipun sudah berhenti di putar, hal ini
menunjukkan bahwa subyek dalam keadaan normal

H. PEMBAHASAN
1. REFLEKS PATELLA

Refleks pada patella ketika ligamentum patellaris (tepat dibawah kedua lutut)
dipukul dengan pemukul karet berupa plantar fleksi longlegs karena kontraksi otot
quadrises femoris termasuk dalam refleks spinal sebab dalam lengkung refleksnya
hanya ada satu sinaps, yaitu antara neuron aferen dan neuron eferen. Neuron aferen
berasal dari reseptor regangan (Organ tendon golgi) pada tendon suatu otot kerangka
yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang sama. Berikut adalah
mekanisme dari refleks patella:

Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls  Reseptor  Neuron


sensorik/afferent (neuron femoris)  Medulla spinalis  Neuron asosiasi/perantara
 Neuron motorik (neuron femoris)  Efektor (neuron Quadratus femoris) 
Gerakan.

Dari ketiga perlakuan, tendangan paling kuat adalah ketika pelaku melakukan
aktivitas otot berupa menarik kedua tangan jari yang bertautan. Hal itu dikarenakan
otot pelaku dalam keadaan tegangan maksimal sehingga ketika ligamen patellaris
dipukul, maka proses penghantaran lebih kuat.

2. REFLEKS ACHILLES

Tendon Achilles (calcaneus tendo) merupakan tendon terkuat dan paling


tebal diantara tendon lainnya yang berfungsi untuk melekatkan triceps surae (soleus
dan dua kepala gastrocnemius) ke tulang calcaneus. Terjadi plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.gastroenemius ketika tendon achilles pada telapak kaki yang
dipukul dengan pemukul karet. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
refleks peregangan ini melibatkan ekstensi (fleks plantaris) dari otot kontraksi otot
gastrocnemius dan soleus sebagai respons terhadap perlakuan pada tendon calcaneal
(Achilles) (Tortora, 1984)

Refleks tersebut termasuk dalam refleks spinal karena dalam mekanisme


penghantarannya refleks hanya ada satu sinaps berupa neuron aferen atau neuron
eferen.
3. REFLEKS KORNEA

Pengamatan ketiga berupa refleks kornea. Mata mengedip ketika kapas di


dekatkan pada kornea mata. Respon tersebut merupakan refleks dasar sebagai bentuk
respon ketika ada benda yang akan masuk ke mata. Sensor dari refleks kornea adalah
permukaan kornea yang banyak mengandung serabut-serabut saraf tidak bermielin.
Rangsang dihantarkan melalui jalur aferen saraf kranial kelima divisi oftalmikus.
Rangsang diteruskan ke nukleus saraf fasialis melalui neuron intermediet. Sebagai
jalur eferen adalah saraf fasialis dan sebagai efektornya adalah kedua otot orbikularis.
Refleks pada mata ini dimediai oleh lengkung refleks dengan serabut sensori pada
percabangan opnthalmik dari saraf kranial ke-5 yang berpusat dalam pons dan serabut
motorik pada saraf kranial ke-7 (Anthony, 1983).

4. REFLEKS FOTOPUPIL/CAHAYA

Berdasarkan hasil praktikum, dapat diamati bahwa pada refleks fotopupil


terdapat perbedaan diameter pada saat sebelum dan sesudah menutup mata saat
melihat cahaya terang dan kemudian membukanya. Diameter pupil sebelum diberi
perlakuan adalah 0,6 cm dan setelah melihat cahaya terang dengan mata tertutup
selama dua menit ketika diukur diameter pupil menjadi 0,7 cm.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bila cahaya itu masuk ke
mata dengan intensitas yang besar, maka pupil akan bereaksi dengan mengecil agar
cahaya yang masuk tersebut tidak terlalu banyak (Guyton, 1983). Penyebab diameter
semakin besar karena adnaya otot sirkuler relaksasi dan otot radier berkontraksi untuk
megatur cahaya masuk. Refleks fotopupil pusat sensorisnya adalah saraf kranial II
dan III dan motorisnya adalah saraf kranial VII (Soewolo, dkk. 2003).

5. REFLEKS AKOMODASI PUPIL

Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa pada refleks akomodasi pupil
terdapat perbedaan diameter pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pada
cahaya yang terang pelaku melihat suatu obyek yang berjarak 6 meter diameter pupil
pelaku adalah 0, cm. Kemudian setelah 2 menit pelaku mengalihkan pandangan pada
obyek yang berjarak 25 cm, diameter pupil mengecil menjadi 0,5 cm.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Perubahan diameter pupil
dipengaruhi oleh aktifitas jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis. Fungsi saraf
simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada otot siliaris
sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek terhadap
kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi diameter pupil ditentukan oleh aksi
antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae (Japardi, 2018).

Menurut Anwary (2018), Mengecilnya pupil mata karena menyesuaikan


dengan intensitas cahaya yang masuk itu banyak dan membesarnya pupil itu karena
intensitas cahaya yang masuk sedikit.

6. REFLEKS KONVERGENSI

Ketika pelaku melihat obyek yang jauh, posisi bola mata berada tepat
ditengah dan agak berjauhan. Sedangkan pelaku mengalihkan pandangan pada obyek
di dekat mata, posisi kedua bola mata bergerak saling berdekatan. Terjadi dua
refleksi, yaitu konvergensi-akomodasi yaitu mata berkonvergensi, pupil berkonstruksi
dan mata fokus pada obyek.

Mata dalam keadaan istirahat memiliki fokus pada jarak yang tak terhingga.
Ketika seseorang melihat benda dari jarak dekat dengan refleks konvergensi.
Akomodasi yaitu mata berkonvergensi, pupil menjadi konstruksi, mata memfokuskan
pada objek. Dibelakang masing-masing pupil terdapat lensa, yang memfokuskan
cahaya yang datang dari retina (Erlyanie, 2011). Ketika kita mengarahkan
penglihatan kita pada sesuatu yang berjarak dekat dengan kita. Ketegangan pada
ligamen-ligamen yang mempertahankan masing-masing lensa agar tetap di tempatnya
disesuaikan oleh otototot siliaris, dan lensa berbentuk silindris sesuai bentuk
alamiahnya (Erlyanie, 2011). Hal ini meningkatkan kemampuan lensa untuk
merefraksi (membelokkan) cahaya untuk mendekatkan objek-objek ke fokus yang
tajam. Ketika kita memfokuskan penglihatan pada objek yang jauh, lensa menjadi
datar. Proses menyesuaian konfigurasi lensa untuk memfokuskan gambar pada retina
ini disebut akomodasi. Sedangkan konvergensi mata secara simultan, mata bergerak
melihat objek

7. REFLEKS MENELAN

Dari data pengamatan ketika pelaku menelan saliva selama 20 detik, pelaku
merasakan capek, setengah kering dan lama-kelamaan susah menelan. Berbeda
dengan menelan air yang cepat dan membuat tenggorokan basah. Hal ini dikarenakan
menelan saliva termasuk dalam saraf simpatik sementara menelan air termasuk dalam
gerakan sadar. Seksresi saliva diatur oleh saraf kranial IX (Saraf glosofaringeal).
Sintesis dan sekresi cairan acinar oleh sel-sel sekretori. Rangsangan dapat berupa
adrenergik (α dan β) maupun kolinergik. Rangsangan β dapat berupa adrenergik
melalui neurotransmiter noradrenalin dibentuk (cAMP) yang mengaktifkan protein
kinase dan fosforilase yang mengakibatkan kontraksi filamen sehingga granula
sekresi diangkut ke membran plasma luminal yang akan melebar dengan membran
granula setelah itu saliva primer diteruskan ke lumen melalui muara pembuangan
(Amerogen,1991).

8. REFLEKS SALIVARI
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada
tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva
encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya disekresi oleh
kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva
yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya rangsangan yang jelas,
disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis
yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut
dan tenggorokan tetap basah setiap waktu. Berdasarkan data hasil percobaan kami,
saat menelan saliva selama 20 detik sensasi yang dirasakan yaittu capek, setengak
kering, dan susah menelan. Setelah menelan air selama 20 detik sensasi yang
dirasakan yaitu tenggorokan basah. Kemudian volume saliva Subyek setelah
menahan tidak menelan saliva selama 2 menit adalah 2,5. Kemudian Subyek diberi 3
tetes sari jeruk pada lidah, pH saliva berubah menjadi 4. Kemudian setelah menahan
tidak menelan saliva selama 2 menit lagi, volume saliva pelaku menjadi 2,5 ml dan
pHnya 7. Ketika lidah ditetesi oleh sari jeruk maka pH saliva berubah menjadi asam.
(Basoeki, 2000)

9. UJI PEMBEDA DUA TITIK

Pada uji pembeda 2 titik menunjukkan bahwa kepekaan kepada 2 ujung jarum
berbagai tubuh kita seharusnya berbeda-beda. Pada percobaan ini ujung jari, hidung,
punggung lengan, dan belakang leher menunjukan kepekaan yang sama yakni jarak
terpendek dari masing-masing tubuh 0,1 cm, sedangkan jarak terpanjangnya 0,5 cm.
Pada percobaan tersebut menunjukkan bahwa sensasi yang berupa tekanan di ujung
jari, hidung, punggung lengan, dan belakang leher memiliki sensasi yang sama,
Sedangkan seharusnya yang memiliki reseptor sentuhan dan tekanan yang paling
sedikit berada pada kulit belakang leher.Kesalahan ini dikarenakan kelalaian dari
praktikan. (Basoeki,1988)

10. RESEPTOR SENTUH

Berdasarkan strukturnya, reseptor yang bertanggung jawab terhadap sensasi


sentuhan adalah ujung saraf telanjang (dendrit dari saraf sensoris) dan ujung saraf
berkapsul (ujung saraf yang dibungkus oleh lebih dari satu lapisan sel). Pada ujung
saraf berkapsul, terdapat reseptor berkapsul yaitu badan Meissner (Meissner’s
corpuscle), berbentuk oval, terdiri dari dua atau tiga ujung dendrit yang berspiral dan
dibungkus oleh kapsul yang tipis. Badan Meissner terletak di dalam dermis tepat di
bawah epidermis, dan diduga merupakan mekanoreseptor yang merespon terhadap
sentuhan ringan, sebab pada bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap sentuhan
ringan banyak dijumpai badan Meissner. Mekanoreseptor yang kedua adalah cawan
Merkel (Merkel Disc). Cawan merkel merupakan sel-sel kecil berbentuk cawan pda
ujung-ujung saraf telanjang, yang terletak pada lapisan luar kulit dan menerim
stimulus tekanan ringan pada kulit (Soewolo, 1999).

Pada 25 petak yang merasakan adanya sentuhan hanya 14 petak, sisanya tidak
merasaan adanya sentuhan. Hal ini kemungkinan dikarenakan sentuhan atau tekanan
ringan yang diberikan pada kulit berbeda dan kurang dapat diterima oleh reseptor
Cawan Merkel karena tekanan yang diberikan pengamat berbeda pada setiap petak,
sehingga reseptor juga tidak dapat diteruskan ke otak dan otakpun tidak dapat
memberitahu mengenai sensasi terhadap sentuhan. (Soewolo, 1999)

11. RESEPTOR SAKIT

Reseptor indra sakit merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat
dalam kulit dan organ-organ dalam. Ada 2 tipe sensasi sakit yaitu , sensasi sakit
somatik(sakit tubuh) dan sensasi sakit viseral (sakit organ dalam) Reseptor indra sakit
merupakan ujung dendrit saraf telanjang dan terdapat dalam kulit dan organ-organ
dalam. Ada 2 tipe sensasi sakit yaitu , sensasi sakit somatik(sakit tubuh) dan sensasi
sakit viseral (sakit organ dalam) (Soewolo,1999).

Pada praktikum ini membuat petak pada lengan menjadi 25 petak setiap petak
yang diberi sentuhan dengan jarum pentul, sebelum diberi tekanan, petak diberi kapas
yang sudah dicelupkan ke dalam air es selama 5 menit. pada saat pengamat menekan
jarum ke permukaan kulit yang sudah diberi es batu pada setiap petaknya, sensasi
sakit yang dirasakan oleh subyek hampir semua petak menghasilkan rasa sakit pada
saat diberi sentuhan jarum. Tentunya hal ini bertolak belakang dengan semestinya. Es
batu berfungsi untuk mengurangi pembengkakan dan juga mengurangi rasa sakit dari
tekanan jarum pentul. merasakan tekanan/sakit hal ini dikarenakan terjadinya sensasi
sakit somatik yaitu reseptor sakit somatik merespon stimuli mekanik dan kimia.
Sensasi sakit somatik terasa pada bagian tubuh yang diberi tekanan. Rasa sakit
somatik merupakan rasa sakit dengan daerah stimuli terdapat pada kulit yang disebut
dengan supervikal somatik pain. Berdasarkan hal ini hasil pengamatan dari kelompok
kami tidak sesuai dengan dasar teori karena peletakan es yang terlalu menyebabkan
saraf somatik tidak dapat bekerja secara semestinya. (Soewolo,1999)

12. PROPIORESEPTOR

Dari percobaan diatas dapat diketahui bahwa propioreseptor dapat terjadi


ketika ada kontraksi otot, yaitu saat mata ditutup dan praktikan membuat titik terdekat
dengan huruf X, titik yang dibuat tidak terlalu jauh. Hal tersebut dikarenakan tangan
praktikan sempat dibiarkan beberapa saat pada huruf X. Pada saat mata tertutup dan
ketika tangan kita bergerak menuju huruf X terjadi kontraksi otot, sehingga reseptor
dapat menerima stimulus yang diteruskan ke otak. Pada akhirnya reseptor ini akan
menjga gerak tangan kita, sehingga titik yang dibuat praktikan tidak terlalu jauh
dengan huruf X. (Soewolo, 2005).
Begitu pula ketika praktikan menutup mata lalu menunjuk jari tengah tangan
kiri menggunakan telunjuk tangan kanan. Pada perlakuan ini praktikan (subjek)
berhasil menyentuh jari tengah tangan kiri sekitar 80%. Hal tersebut dikarenakan
propioreseptor dari subjek bekerja dengan baik. (Soewolo, 2005).
Ketika praktikan menutup mata lalu menyentuh ujung hidung dengan tangan
kanan, subjek kurang berhasil menyentuh ujung hidung, yakni dengan tingkat
keberhasilan 30%. Hal tersebut dikarenakan propioreseptor pada praktikan (subjek)
kurang dapat bekerja dengan baik. (Soewolo, 2005).

13. BINTIK BUTA

Dalam proses melihat sebuah bayangan harus terbentuk pada retina untuk
merangsang retina yang berupa sel batang dan sel kerucut dan menghasilkan impuls
saraf yang harus dihantarkan ke area visual korteks serebralis. Cahaya tersebut
kemudian akan di proyeksikan oleh lensa tepat pada retina . Sebelum mencapai
fotoreseptor cahaya tadi akan melewati lapisan ganglion dan lapisan bipolar.
Selanjutnya akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan dalam retina dan
berkumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata dan membentuk saraf
pengelihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada permukaan sel
retina disebut bintik buta. Pada percobaan ini hasil yang kami peroleh sesuai dengan
teori , dimana saat mata kanan fokus pada huruf X yang posisi huruf O terletak di
kanan X , O akan menghilang pada jarak 3 cm . (Soewolo,2003 :143)

14. PROYEKSI BINOKULAR

Penglihatan binokuler adalah penglihatan yang menggunakan kedua mata


secara serentak, dimana kedua bola mata akan bekerja mengfokuskan bayangan
sehingga bayangan akan jatuh tepat pada retina. Pada praktikum ini, hasil yang
kelompok kami peroleh sesuai dengan teori., yaitu ketika kedua mata terbuka dan
2 lubang pada kertas yang sama didekatkan pada praktikan, kedua lubang tersebut
akan nampak menjadi 1 lubang pada jarak 7 cm. Sedangkan ketika salah satu mata
ditutup, kedua lubang tidak akan nampak menjadi 1 lubang meskipun kertas
didekatkan secara maksimal. Hal tersebut dikarenakan penglihatan binokuler
merupakan penglihatan yagn menggunakan kedua mata secara serentak, sehingga
kedua lubang pada kertas meski didekatkan pada jarak maksimal tidak dapat
nampak 1 lubang (Silverthorn, 2010).

15. PENTINGNYA PENGLIHATAN BINOKULER

Saat melakukan praktikum tentang pentingnya penglihatan proyeksi


Binokuler, subyek diminta untuk menutup salah satu mata sambil memasukkan pensil
ke dalam tabung reaksi secara besamaan sebanyak 10 kali percobaan. Namun, subyek
hanya dapat memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi sebanyak 7 kali percobaan
pada percobaan ke-1,2,4,6,7,8,9. Menurut Tortora (1984), agar benda tidak terlihat
ganda, kedua retina harus terletak pada titik yang bersesuaian. Sehingga, bayangan
yang akan timbul akan menjadi tunggal, karena mata akan fokus pada obyek. Jika
mata telah fokus terhadap obyek, maka obyek dapat diamati dengan baik.

Namun, karena praktikum yang kami lakukan dengan mata tertutup satu,
sehingga penjelasan dari teori tersebut tidak dapat terjadi yang disebabkan permukaan
refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk membelokkan cahaya.
Sehingga tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas
pada retina yang menyebabkan kefokusan penglihatan subyek berkurang. Selain itu,
mata dengan keadaan tertutup satu akan cepat mengalami kelelahan dalam
penglihatan, dibandingkan dengan mata yang terbuka keduanya. Maka pentingnya
penglihatan binokuler bertujuan mempertajam obyek yang dilihat oleh mata, untuk
mendapatkan sau kesatuan dari kedua mata (Basoeki, 1988)

16. ADAPTASI OLFAKTORI

Berdasarkan pengamatan waktu yang diperlukan sampai aroma menghilang,


yaitu pada nostril kanan selama 41 detik. Menurut Soewolo (2003), stimulus reseptor
olfaktori berupa gas atau uap suatu zat. Bila uap suatu zat mengenai reseptor
olfaktori, maka pada reseptor tersebut akan timbul impuls yang diteruskan ke indra
pembau di otak melalui saraf pembau. Oleh karena itu, reseptor terdapat pada kedua
lubang nostril maka bila salah satu reseptor tidak dapat bekerja karena lubang nostril
tertutup, maka impuls yang diteruskan ke inra pembau tidak dapat diterjemahkan.
Sehingga lama-kelamaan tidak dapat dapat mencium bau yang kita hirup dari aroma
suatu zat.

17. RESEPTOR GUSTATORI

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ujung lidah manusia dapat


merasakan empat macam rasa, yaitu rasa manis yang dihasilkan oleh gula, rasa asin
yang dihasilkan oleh garam dan rasa pahit yang dihasilkan oleh pil kina. Saat
pengamat meletekkan butiran gula di ujung lidah subyek dan subyek hanya
membutuhkan waktu selama 11 detik untuk dapat merasakan rasa manis yang
ditimbulkan oleh butiran gula tersebut. Berbeda ketika ujung lidah diberi larutan gula,
respon yang dihasilkan oleh lidah sangatlah cepat, yaitu hanya 2 detik untuk dapat
merasakan rasa manis dari larutan gula.

Hal seperti ini menunjukkan, bahwa larutan dapat memberikan stimulus pada
reseptor lidah untuk dapat merespon suatu rasa. Waktu tercepat yang dibutuhkan
ujung lidah untuk mengecap rasa manis adalah 1,35 detik yang diperoleh dari larutan
gula, untuk waktu terlama untuk mengecap rasa manis adalah dari butiran gula.
Sehingga hal ini berbeda dengan pendapat Soewolo (2003) yang menyatakan bahwa
ujung lidah hanya sensitif terhadap rasa manis. Perbedaan ini terjadi, karena bahan
yang diujikan ada yang berupa larutan yang dapat mempermudah mengantarkan
partikel rasa manis ke kuncup-kuncup pengecap. Saat ujung lidah diberi butiran gula,
maka respon yang dihasilkan dari ujung lidah adalah rasa manis yang di mana pada
ujung lidah terdapat reseptor untuk dapat merasakan rasa manis.

18. PENGECAP DAN PEMBAU

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa saat mata subyek tertutup dan
hidung dijepit subyek diminta untuk menyebutkan apa yang terdapat di dalam mulut
subyek, ketika subyek mengunyak dan merasakan bahan yang dimakan (potongan
wortel, kentang, apel dan bawang merah). Ketidaksesuaian sering terjadi antara bahan
yang dirasakan dan bau yang ditimbulkan oleh najas. Hal seperti ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan antara indra pengecap dan pembau. Hal ini sesuai dengan
pendapat Soewolo (2003) yang menyatakan bahwa indra pengecap dan pembau
saling bekerjasama, karena rangsangan bau yang ditimbulkan dari makanan dalam
rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Saat hidung tersumbat hubungan atara hidung dan rongga mulut akan terganggu,
sehingga uap bahan makanan dari mulut tidak dapat mencapai rongga hidung.

19. KETAJAMAN PENDENGARAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan bunyi menjauhi dan mendekati


subyek jarak maksimum bunyi yang masih di dengar sama panjang (1,2m). Hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa, seharusnya bunyi
menjauhi subyek lebih panjang dibanding bunyi yang mendekati subyek. Perbedaan
pendengaran disebabkan oleh getaran yang masuk ke organ pendengaran berbeda.

Menurut Soewolo (2003), bunyi yang di dengar mempunyai frekuensi yang


berbeda-beda mulai dari frekuensi tinggi ke rendah. Membran basilarin pada koklea
juga memiliki struktur yang berbeda berkaitan dengan fungsi yang berbeda. Pada uji
ketajaman pendengaran, ketika perlakuan bunyi menjauhi subyek, frekuensi bunyi
yang tinggi menuju rendah, sehingga membran basilaris yang bekerja terlebih dahulu
adalah membran basilaris yang berfungsi menerima frekuensi tinggi. Sedangkan pada
uji ketajaman pendengaran bunyi mendekati subyek, membran basilaris yang bekerja
lebih dahulu adalah membran basilaris yang berfungsi menerima frekuensi tingkat
rendah. Karena struktur dari membran basilaris yang lebar dan fleksibel
mengakibatkan bunyi yang frekuensinya rendah mampu dideteksi walaupun
sumbernya masih jauh dari subyek.

20. PENGHANTARAN SUARA

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa dalam percobaan


penghantaran suara garputala diletakkan di atas kepala dengan mata tertutup. Hasil
dari pengamatan kami, subyek mendengar frekuensi suara garputala dari telinga
sebelah kanan.Perlakuan kedua adalah meletakkan garputala di antara dua gigi atas-
bawah, subyek mendengar frekuensi suara garputala dari telinga sebelah kanan. Data
kelompok yang kami peroleh kurang sesuai dengan teori menyatakan bahwa jarak
sumber bunyi terdekat akan diterima oleh telinga terdekat.

Menurut Soewolo (2003) menyatakan bahwa getaran suara yang diterima oleh
membran timpani diteruskan oleh kohlea melalui tulang pendengaran yang akan
menggetarkan jendela lonjong dan getaran tersebut akan menimbulkan cairan
perilimfe di dalam saluran vestibular. Getaran tersebut akan melewati membran
vetibular dan akan masuk ke kohlea. Selanjutnya, melewati membran basilaris ke
membran saluran timpani. Tekanan gelombang akan menggetarkan membran
basilaris yang mengakibatkan ujung rambut bersentuhan dengan membran tektorial.
Sentuhan seperti ini merupakan neutrotrasmitter ke ujung dendrit saraf. Impuls saraf
yang terjadi diteruskan melalui saraf kohlea ke pusat pendengaran.

Berdasarkan data pengataman, diketahui memberi perlakuan pada garputala di


atas kepala dan dipindahkan ke dekat telinga, hasilnya telinga mampu mendengar
frekuensi bunyi (berdengung), yang artinya kekuatan suara masih sanggup di dengan
oleh telinga dan rangsang suara masih diterima oleh resptor pendengaran yang
selanjutnya di interpretasikan oleh otak sebagai sensasi pendengaran.

21. TES ROMBERG

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui saat subyek melakukan percobaan


dengan mata terbuka ketika berdiri tegap dengan tangan disamping dan kaki rapat
selama 5 menit subyek masih tetap bertahan atau seimbang. Sedangkan saat mata
tertutup terlihat banyaknya gerakan dari subyek, hal ini menunjukkan adanya
ketidakseimbangan. Hal tersebut dikarenakan penglihatan memiliki peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat. Ketika
mata tertutup, maka tidak mendapatkan sinar dan akhirnya informasi visual tidak
dapat bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas, sehingga tidak
dapat mempertahankan kerja otor yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.

Percobaan yang kami peroleh sesuai dengan teori, yaitu tes romberg bertujuan
untuk mengetahui keseimbangan seseorang. Manusia memilik dua macam alat
keseimbangan, yaitu alat keseimbangan dinamis (Krista ampularis) dan
keseimbangan stasis (Makula akustika). Makula akustika adalah alat keseimbangan
stasis yang memberi informasi posisi kepala saat kita sedang diam atau sedang
melakukan gerak lurus beraturan (Soewolo,2005).

22. KANALIS SEMIKULARIS

Berdasarkan hasil pengamatan, saat subyek duduk di atas kursi dan diputar
oleh pengamat menunjukkan bahwa subyek menunjukkan respon bahwa subyek
masih merasakan putaran, meskipun sudah diberhentikan dari putaran. Perputaran
yang terdapat di tubuh subyek direspon oleh organ keseimbangan dinamis di telinga.

Menurut Soewolo (2005) putaran yang masih dirasakan pada kepala subyek
menyebabkan endolimfe dalam saluran semi sirkulasi bergerak, aliran endolimfe akan
mendorong kupula sehingga kupula condong ke arah tertentu. Gerakan kupula akan
menggerakkan rambut sel reseptor. Apabila gerakan rambut condong ke arah
kinnosilum, maka sel resptor akan terjadi hiperpolarisasi. Depolarisasi pada sel
reseptor akan diikuti dengan dilepaskannya neurotransmiter, yang selanjutnya akan
membangkitkan impuls di ujung saraf sensoris. Impuls tersebut akan disampaikan ke
pusat keseimbangan dalam otak. Ketika subyek masih merasakan putaran, hal
tersebut menunjukkan alat keseimbangan dinamis pada subyek masih normal

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat diperoleh sebagai berikut :

1. Macam-macam indera umum pada manusia adalah sensasi taktil (sentuhan


dan tekanan), sensasi sakit, dan sensasi propioreseptor.
2. Macam-macam indera khusus pada manusia adalah sensasi visual
(penglihatan) dan sensasi auditori (pendengaran).
DAFTAR PUSTAKA

Basoeki, Soedjono. 1998. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: P2LPTK

Basoeki, Soedjono,dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anantomi dan Fisiologi


Manusia. IMSTEP JICA: Malang

Soewolo,dkk. 1999. Fisiologi Manusia. IMSTEP JICA: Malang

Setiawan, N.K. Pemeriksaan Reflek Patologis. Referat. Semarang: UMS

Anthony, Chaterine P dan Gary A.T.1983. Anatomy and Physiology. London:


The C.V

Mosby Company.

Tortora, Gerard dan Nicholas P.A.1984. Principles of Anatomy and


Physiology.

New York: D Van Nostran Company.

Guyton Arthur, C. 1983. “Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Bagian II. Edisi
V”.

Jakarta : CV. EGC

Anwary, R.F.N. 2018. LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL


INDERA PENGLIHATAN.

Erlyanie, M. 2011. Laporan Praktikum Psikologi Faal. Yogyakarta:


Universitas Ahmad

Dahlan.

Japardi, I. 2018. Pupil dan Kelainannya. library.usu.ac.id/download/fk/bedah-


iskandar%20japardi42.pdf Diakses pada tanggal 30 September
2018Medan: USU

Silverthorn,Dee Unglaub.2010.Human Physiology. University of Texas.

Soedjono Basoeki, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi


Manusia. IMSTEP JICA: Malang.

Soedjono Basoeki. (1988). Struktur dan Fungsi Alat-Alat Tubuh Manusia.


Malang: P3T IKIP Malang.

Soewolo, dkk (1999), Fisiologi Manusia, JICA, Bandung.

Soewolo, dkk. (2003). Fisiologi Manusia. rev.ed. Malang: Universitas Negeri.

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia.Malang:Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai