Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK LABORATORIUM

LAPORAN PRAKTIKUM

“ PENENTUAN KADAR KLOROFIL DENGAN


SPEKTROFOTOMETER”

Dosen Pengampu :

Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc.

Fauzi Akhbar Anugrah, S.Si., M.Si.

Penyusun : Kelompok 6

Alief Sella Fitri Nava Nabilla (180342618033)

Amalia Nur Rahma (180342618089)

Desvita Risa (180342618008)

Narisa Ika Kusumadewi (180342618075)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

TAHUN 2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. TUJUAN

B. TEORI DASAR

BAB II METODOLOGI

C. ALAT DAN BAHAN

D. PROSEDUR KERJA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

E. HASIL PENGAMATAN

F. PEMBAHASAN DAN PERTANYAAN

BAB IV PENUTUP

G. KESIMPULAN

F. DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN

1. Mengoperasikan spektrofotometer dengan benar

2. Mengukur kadar klorofil pada daun dengan menggunakan spektrofotometer

B. TEORI DASAR

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar zat terlarut.
Prinsip kerja alat ini berdasarkan serapan cahaya (absorbansi) monokromatik oleh zat terlarut.
Sinar monokromatik yang melewati suatu larutan akan diabsorbsi dan menghasilkan suatu
nilai absorbansi , kemudian ditransmisikan dengan nilai transmitasi tertentu.

Menurut Riko (2011) Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau
yang di absorpsi. Spektrofotometer merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube.

Cahaya adalah suatu bentuk energi dan merupakan radiasi elektromagnetik.


Bagiankecil dari radiasi elektromagnetik adalah cahaya tampak yang dapat dilihat langsung
olehmata. Cahaya dapat dikatakan sebagai rangsangan yang diterima oleh panca indra
mata.Dalam menerima rangsangan tersebut ada keterbatasan pada diri manusia yaitu hanya
dapatmengidentifikasi cahaya pada panjang gelombang 380-780 nm, yang dikenal sebagai
cahaya tampak (visible light).

Tabel panjang gelombang warna dan warna komplementer

Panjang Gelombang (nm) Warna Warna


Komplementer
< 380 UV
380 – 435 Violet Hijau Kekuningan
435 – 480 Biru Kuning
480 – 490 Biru Jingga
Kehijauan
490 – 500 Hijau Kebiruan Merah
500 – 560 Hijau Ungu Kemerahan
560 – 580 Hijau Kekuningan Violet
580 – 595 Kuning Biru
595 – 650 Jingga Biru Kehijauan
650 – 780 Merah Hijau Kebiruan
>780 Infra Merah

Secara umum, jenis-jenis spektrofotometer dibagi menjadi dua yaitu spektrofotometer


single beam dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer ini
ada pada pemberian cahaya. Pada jenis spektrofotometer single-beam, cahaya hanya
melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang
dimasukan. Sedangkan pada jenis spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung
diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Adapun
jenis spektrofotometer dilihat dari metode analisisnya adalah meliputi spektrofotometer UV-
Vis, spektrofotometer infra merah , dan spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

1. Spektrofotometer UV-Vis

Gabungan antara prinsip spektrofotometri UV dan Visible menghasilkan jenis


spektrofotometer UV-Vis. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda,
yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur serapan
sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.

2. Spektrofotometer Infra Merah

Aplikasi spektrofotometri infra merah sangat luas, baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Fungsi utama spekstrofotometer infra merah adalah untuk identifikasi senyawa
organik karena spektrumnya sangat kompleks, terdiri dari banyak puncak-puncak.

3. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom yang dibebaskan
oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam
kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsue
logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk
menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam.

Kadar suatu larutan dapat ditentukan secara spektrofotometrik berdasarkan hokum Lambert –
Beer.

Hukum Lambert: apabila suatu sinar monokromatik dilewatkan melalui medium


pengabsorbsi maka intensitasnya menurun secara eksponensial sesuai dengan panjang
medium tersebut.

Hokum Beer: apabila suatu sinar monokromatik dilewatkan melalui medium pengabsorbsi
maka intensitasnya menurun secara eksponensial sesuai dengan peningkatan konsentrasi
medium tersebut. Apabila konsentrasi larutan tinggi, maka nilai absorbsi tinggi dan nilai
transmitansinya rendah.

Untuk penggunaan analisis kimia peristiwa absorbsi merupakan dasar dari


spektroskopi. Prosedur dasar dalam analisa kuantitatif secara spektroskopi adalah
membandingkan absorbansi energi radiasi sinar monokromatik dengan panjang gelombang
tertentu oleh larutan cuplikan, dengan suatu larutan standar, atau dengan larutan blanko.

Proses absorbansi bersifat spesifik atau khas untuk setiap zat kimia. Setia zat
mempunyai absorbansi maksimal pada gelombang tertentu. Sebagai contoh, klorofil
merupakan salah satu macam pigmen pada tumbuhan. Terdapat bermacam-macam klorofil
yaitu a dan b. Daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda biasanya mempunyai kadar
klorofil yang berbeda pula. Kadar klorofil ini dapat ditentukan secara spektrofotometrik
berdasarkan hokum Lambert – Beer dengan mengukur nilai absorbansi pada gelombang 649
dan 665 nm.
BAB II

METODOLOGI

C. ALAT DAN BAHAN

 Spektrofotometer Spectronic 21 D
 Kuvet
 Rak kuvet
 Mortar dan pistil
 Pipet berskala 10 ml
 Karet penghisap
 Beaker glass 250 ml
 Beaker glass 10 ml
 Gelas ukur 10 ml
 Gelas ukur 50 ml
 Corong kaca
 Pipet tetes Panjang
 Batang pengaduk
 Sendok tanduk
 Neraca digital portable
 Tissue
 Lap meja
 Daun muda
 Daun tua
 Kertas saring
 Alkohol 96%
 Akuades
D. PROSEDUR KERJA

 Mengukur kadar klorofil daun


1. Daun 0,2 g ditimbang, lalu dipotong kecil-kecil, kemudian digerus dengan mortar dan
pistil
2. Alkohol 96% sebanyak 10 ml ditambahkan, kemudian disaring ekstrak klorofil
daunnya,
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

UMUR PENGUKURAN Ab λ Tλ KADAR KLOROFIL (mg/l)


DAUN 649 665 649 655 a b TOTAL

MUDA 1 0,292 0,312 51,0 48,8 2,59248 5,1312 7,7432

2 0,295 0,314 50,8 48,6 2,6026 5,1932 7,8154

RATA- 0,293 0,313 50,9 48,7 2,59754 5,1622 7,7793


RATA
TUA 1 0,378 0,426 41,8 40,0 3,27532 6,6878 9,9878

2 0,398 0,442 37,8 36,2 3,60164 7,5874 11,2162

RATA- 0,388 0,434 39,8 38,1 3,43848 7,1376 10,602


RATA

Cara menghitung Klorofil a, Klorofil b, dan Klorofil total :

 Klorofil a : (mg/l) = 13,7 (OD 665) – 5,76 (OD 649)


 Klorofil b : (mg/l) = 25,8 (OD 649) – 7,7 (OD 665)
 Klorofil total : (mg/l) = 20 (OD 649) + 6,1 (OD 665)

1. Pengukuran 1 Daun Muda


A. Klorofil a : (13,7×0,312) – (5,76×0,292)
= 4,2744 – 1,68192
= 2,59248
B. Klorofil b : (25,8× 0,292) – (7,7×0,312)
= 7,5336 – 2,4024
= 5,1312

C. Klorofil total : 20 (0,292) + 6,1 (0,312)


= 5,84 + 1,9032
= 7,7432

2. Pengukuran 2 Daun Muda


A. Klorofil a : (13,7×0,314) – (5,76×0,295)
= 4,3018 – 1,6992
= 2,6026
B. Klorofil b : (25,8× 0,295) – (7,7×0,314)
= 7,611 – 2,4178
= 5,1932
C. Klorofil total : 20 (0,295) + 6,1 (0,314)
= 5,9 + 1,9154
= 7,8154

3. Pengukuran 1 Daun Tua


A. Klorofil a : (13,7×0,398) – (5,76×0,378)
= 5,4526 – 2,17728
= 3,27532
B. Klorofil b : (25,8×0,378) – (7,7×0,398)
= 9,7524 – 3,0646
= 6,6878
C. Klorofil total : 20 (0,378) + 6,1 (0,398)
= 7,56 + 2,4278
= 9,9878

4. Pengukuran 2 Daun Tua


A. Klorofil a : (13,7×0,442) – (5,76×0,426)
= 6,0554 – 2,45376
= 3,60164
B. Klorofil b : (25,8× 0,426) – (7,7×0,442)
= 10,9908 – 3,0646
= 7,5874

C. Klorofil total : 20 (0,426) + 6,1 (0,442)


= 8,52 + 2,6962
= 11,2162

Pada percobaan pengukuran kadar klorofil ini, kami menggunakan daun muda dan daun
tua dari daun kangkung (Ipomoea aquatica). Secara umum, warna daun pada Ipomoea
aquatica adalah berwarna hijau dimana terkandung klorofil a maupun klorofil b. Pada data
yang kami peroleh, yang memiliki banyak kandungan klorofil yaitu pada daun yang berwarna
hijau tua dimana kandungan klorofilnya yaitu 10,602 (mg/l), sedangkan pada daun yang
berwarna muda memiliki kandungan klorofil yang lebih sedikit yaitu 7,7793 (mg/l)
Pada percobaan ini sudah sejalan dengan teori karena daun yang berwarna hijau tua
mengandung klorofil paling banyak dibandingkan dengan daun yang berwarna hijau muda. Ini
membuktikan bahwa semakin pekat larutannya maka hasil konsentrasi larutan juga semakin
besar.

E. PERTANYAAN

1. Mengapa blanko yang digunakan pada percobaan ini adalah alkohol 96%?

2. Jelaskan mengapa sebelum mengukur absorbansi ekstrak, blanko diukur


absorbansinya dan dibuat nilai absorbansinya 0 (T 100%)?

3. Mengapa ekstrak klorofil diukur pada panjang gelombang 665 dan 649 nm?

Jawaban :

1. Karena konsentrasi pada alkohol 96% dapat memudahkan untuk melarutkan


klorofil pada daun, agar cahaya pada pelarut tidak diukur sebagai absorbansi.
Jika menggunakan air atau akuades saat proses pelarutan akan terjadi kesulitan
atau klorofil hanya akan sedikit larut pada air atau akuades
2.
3. Karena kadar klorofil dapat ditentukan secara spektrofotometrik berdasarkan
hukum Lambert-Beer dengan mengukur nilai absorbansinya pada panjang
gelombang 649 dan 655 nm
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Mahasiswa dapat mengoperasikan spektrofotometer dengan benar

2. Mahasiswa dapat mengukur kadar klorofil pada daun dengan menggunakan


spektrofotometer

DAFTAR PUSTAKA

- Universitas Negeri Malang, Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium, Malang\


- P, Tipler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 . Bandung: Erlangga.
- Khopkar S. 2007. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Anda mungkin juga menyukai