LAPORAN PRAKTIKUM
Dosen Pengampu :
Penyusun : Kelompok 6
JURUSAN BIOLOGI
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
BAB II METODOLOGI
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
BAB IV PENUTUP
G. KESIMPULAN
F. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
B. TEORI DASAR
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar zat terlarut.
Prinsip kerja alat ini berdasarkan serapan cahaya (absorbansi) monokromatik oleh zat terlarut.
Sinar monokromatik yang melewati suatu larutan akan diabsorbsi dan menghasilkan suatu
nilai absorbansi , kemudian ditransmisikan dengan nilai transmitasi tertentu.
Menurut Riko (2011) Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan atau
yang di absorpsi. Spektrofotometer merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube.
1. Spektrofotometer UV-Vis
Aplikasi spektrofotometri infra merah sangat luas, baik untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif. Fungsi utama spekstrofotometer infra merah adalah untuk identifikasi senyawa
organik karena spektrumnya sangat kompleks, terdiri dari banyak puncak-puncak.
Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom yang dibebaskan
oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam
kimia analitik dapat diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsue
logam tertentu dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk
menganalisis konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam.
Kadar suatu larutan dapat ditentukan secara spektrofotometrik berdasarkan hokum Lambert –
Beer.
Hokum Beer: apabila suatu sinar monokromatik dilewatkan melalui medium pengabsorbsi
maka intensitasnya menurun secara eksponensial sesuai dengan peningkatan konsentrasi
medium tersebut. Apabila konsentrasi larutan tinggi, maka nilai absorbsi tinggi dan nilai
transmitansinya rendah.
Proses absorbansi bersifat spesifik atau khas untuk setiap zat kimia. Setia zat
mempunyai absorbansi maksimal pada gelombang tertentu. Sebagai contoh, klorofil
merupakan salah satu macam pigmen pada tumbuhan. Terdapat bermacam-macam klorofil
yaitu a dan b. Daun dari suatu tanaman yang umurnya berbeda biasanya mempunyai kadar
klorofil yang berbeda pula. Kadar klorofil ini dapat ditentukan secara spektrofotometrik
berdasarkan hokum Lambert – Beer dengan mengukur nilai absorbansi pada gelombang 649
dan 665 nm.
BAB II
METODOLOGI
Spektrofotometer Spectronic 21 D
Kuvet
Rak kuvet
Mortar dan pistil
Pipet berskala 10 ml
Karet penghisap
Beaker glass 250 ml
Beaker glass 10 ml
Gelas ukur 10 ml
Gelas ukur 50 ml
Corong kaca
Pipet tetes Panjang
Batang pengaduk
Sendok tanduk
Neraca digital portable
Tissue
Lap meja
Daun muda
Daun tua
Kertas saring
Alkohol 96%
Akuades
D. PROSEDUR KERJA
Pada percobaan pengukuran kadar klorofil ini, kami menggunakan daun muda dan daun
tua dari daun kangkung (Ipomoea aquatica). Secara umum, warna daun pada Ipomoea
aquatica adalah berwarna hijau dimana terkandung klorofil a maupun klorofil b. Pada data
yang kami peroleh, yang memiliki banyak kandungan klorofil yaitu pada daun yang berwarna
hijau tua dimana kandungan klorofilnya yaitu 10,602 (mg/l), sedangkan pada daun yang
berwarna muda memiliki kandungan klorofil yang lebih sedikit yaitu 7,7793 (mg/l)
Pada percobaan ini sudah sejalan dengan teori karena daun yang berwarna hijau tua
mengandung klorofil paling banyak dibandingkan dengan daun yang berwarna hijau muda. Ini
membuktikan bahwa semakin pekat larutannya maka hasil konsentrasi larutan juga semakin
besar.
E. PERTANYAAN
1. Mengapa blanko yang digunakan pada percobaan ini adalah alkohol 96%?
3. Mengapa ekstrak klorofil diukur pada panjang gelombang 665 dan 649 nm?
Jawaban :
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA